Anda di halaman 1dari 13

1.

Aspek tinjauan tanaman habitat dan budidaya

Klasifikasi tumbuhan mahkota dewa sebagai berikut :


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheophyta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Equisetopsida
Sub kelas : Magnoliidae
Ordo : Malvales
Famili : Thymelaeaceae
Genus : Phaleria
Spesies : Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.
Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl atau yang dikenal dengan nama
mahkota dewa merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari Papua.
Umumnya tanaman ini dibudidayakan sebagai tanaman hias atau tanaman
peneduh, tetapi terkadang masih dapat dijumpai tumbuh liar di hutan pada
ketinggian 10-1.200 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata
1.000- 2.500 mm/tahun.
Tanaman mahkota dewa awalnya ditanam dan dipelihara untuk
tanaman hias karena penampilannya yang menarik, buahnya berwarna hijau
saat muda dan merah terang saat tua dan besar buahnya rata-rata seukuran
bola pingpong sampai bola tenis. Morfologi tanaman ini cukup sempurna
karena memiliki batang, daun, bunga, dan buah. Buah mahkota dewa terdiri
dari kulit, daging, cangkang, dan biji, dengan ketebalan kulit berkisar 0,5-
1,0 mm. Buah bentuknya bulat, diameter 3-5 cm, daging buah berwarna
putih, berserat dan berair. Tanaman dengan tinggi 1-2,5 m ini tergolong
tanaman perdu, berdaun tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek
seperti daun jambu air tetapi langsing, ujungnya runcing dengan panjang
daun sekitar 7-10 cm dan lebar 2-5 cm, warna daun tua lebih gelap
dibanding yang muda. Bunga keluar sepanjang tahun, letaknya tersebar
dibatang atau ketiak daun, berbentuk tabung, berukuran kecil, berwarna
putih dan harum, berakar tunggang dan berwarna kuning kecoklatan.
2. Kandungan buah mahkota dewa
1. Alkaloid bersifat detoksifikasi yang dapat menetralisir racun dalam tubuh
2. Polifenol yang berfnngsi sebagai antihistamin, antikanker, antioksidan, dan
antiinflamasi.
3. Saponin yang bermanfaat sebagai sumber antibakteri dan antivirus,
meningkatkan system kekebalan tubuh, meningkatkan vitalitas, mengurangi
kadar gula dalam darah, mengurangi penggumpalan darah
4. Flavonoid yang berguna untuk :
a Melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah
penyumbatan pada pembuluh darah
b Mengurangi kandungan kolesterol serta mengurangi penumbunan
lemak pada dinding pembuluh darah
c Mengurangi kadar resiko penyakit jantung coroner
d Mengandung antiinflamasi (antiradang)
e Berfungsi sebagai antioksidan
f Membantu mengurangi rasa sakit jika terjadi pendarahan atau
pembengkakan
3. Produk obat
1. Obat jamu
 Komposisi:
 Andrographis paniculata herba 250 mg
 Phaleria macrocarpa cortex fructus 100 mg
 Centella asiatica herba 150 mg
 Khasiat:
Secara tradisional digunakan untuk membantu meringankan gejala kencing
manis.
 Aturan Minum
Sehari 2 x 1 kapsul, diminum sesudah makan.

RASIONALITAS
1. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
Bubuk daging buah mahkota dewa mempunyai efek hipoglikemik
terhadap gula darah pada pada orang sehat setelah pembebanan glukosa.
Hasil studi ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan pada mencit.
Kemungkinan efek menurunkan glukosa darah ini terjadi melalui kerja
saponin dan tanin yang terkandung di dalamnya. Bergabungnya saponin ke
dalam membran sel membentuk struktur yang lebih permeable dibanding
membran aslinya. Saponin meningkatkan permeabilitas usus kecil, sehingga
meningkatkan uptake zat yang sesungguhnya kurang diserap dan
menyebabkan hilangnya fungsi normal usus. Pengaruh saponin terhadap
susunan membran sel dapat menghambat absorbsi molekul zat gizi yang
lebih kecil yang seharusnya cepat diserap, misalnya glukosa. Struktur
membran sel yang terganggu diduga juga menimbulkan gangguan pada
system transporter glukosa sehingga akan terjadi hambatan untuk
penyerapan glukosa. Kemungkinan efek penurunan kadar glukosa darah ini
selain oleh saponin juga mungkin disebabkan oleh kandungan tanin. Tanin
bersifat sebagai astringen, dapat mempresipitasikan protein selaput lendir
usus dan membentuk lapisan yang melindungi usus, sehingga menghambat
penyerapan glukosa.
Dari uji toksisitas akut pada mencit didapatkan bahwa dosis letal (LD
50 ) infus buah MD adalah 67,04 mg/10 g bb mencit pada pemberian secara
ip, LD 50 ekstrak etanol 70% buah MD pemberian secara ip pada mencit
adalah 36,53 mg/10g bb. Kedua nilai ini jika diekstrapolasikan dengan cara
Paget & Barnes kepada penggunaan oral pada tikus menurut kategori
Gleason berada dalam kategori practically non toxic. Pada uji toksisitas
subkronis pada tikus didapatkan bahwa pemberian ekstrak MD secara oral
sampai dosis 330 mg/200 g BB adalah aman. Pada pemberian kapsul MD
terlihat adanya penurunan kadar glukosa darah yang ditunjukkan dengan
rerata penurunan nilai AUC 0-4 jam. Pada dosis 250 mg didapatkan rata-
rata penurunan AUC sebesar 3,8% dibandingkan AUC baseline, pada dosis
500 mg didapatkan rata-rata penurunan AUC 14,3%, dan pada dosis 1000
mg didapatkan rata-rata penurunan AUC 12,3%. Hal ini menunjukkan
terdapat hubungan besarnya dosis dan efek penurunan kadar glukosa darah.
2. Sambiloto (Andrographis paniculata)
Kandungan kimiawi Andrographidis Herba antara lain:
andrographolid, neoandrographolid, deoxy andrographolid,
andrographoside, deoxy andrographoside, ninandrographolid, 74-deoxy-
11- oxoandrographolid, 14-deoxy-ll,12-didehydroandrographholid,
homoandmgrapholid. andrographan, andrographosterin, sitosterol-D-
glucoside, flavonoids. Andrographidis merupakan komponen utama
(2,39%) dan zat akif utama yang berkhasiat dalam pengobatan diabetes
mellitus. Senyawa ini mempunyai rasa sangat pahit, berupa Kristal tak
berwarna yang disebut juga “diterpene lactone” nama kimia yang
menggambarkan struktur sepertl clncln.
Ekstrak herba sambiloto berkhasiat sebagai hypoglycemic dengan
cara mencegah absorbsi glukosa dari usus, bila dikonsumsi sesaat sebelum
makan. Ekstrak etanol sambiloto mengandung zat yang bersifat
antidiabetik. Diduga mekanismenya adalah dengan cara meningkatkan
metabolisme glukosa. Efek hypotriglyceridemic yang ada juga sangat
menguntungkan bagi penderita diabetes.
Dengan pemberian ekstrak etanol herba sambiloto dengan dosis berturut-
turut 2,1 g/kg bb dan 3,2 g/kg bb terhadap mencit wistar yang telah diinduksi
aloksan dengan dosis berturut-turut 64 mg/kg bb dan 70 mg/kg bb dapat
menurunkan kadar glukosa darah.
3. Pegagan (Centella asiatica)
Pegagan memiliki kandungan utama yaitu triterpenoid saponin
termasuk aciaticoside, thancuniside, isothancuniside, madecassoside,
brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol,
centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine, tanin sefia garam mineral
seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Pegagan
mengandung berbagai bahan aktif dan yang terpenting adalah triterpenoid
saponin, termasuk asiaticoside, centelloside, madecassoside, dan asam
asiatik. Komponen yang lain adalah minyak volatile, fl avonoid, tannin,
phytosterols, asam amino, dan karbohidrat.
Flavonoid mencegah radikal bebas untuk melepaskan sel beta
pankreas yang mensekresikan insulin. Senyawa quersetin dapat
menghambat sistem peroksidasi lipid yang tergantung oleh ion Fe kemudian
mengkelat ion Fe. Pengkelatan ion Fe menyebabkan kompleks ion inert dan
tidak dapat mengawali terjadinya peroksidasi lipid sehingga terjadi
regenerasi dan perbaikan sel beta pancreas yang akhirnya dapat
menstimulasi sel beta untuk mensekresikan insulin
Pembuatan air rebusan berdasarkan kebiasaan yang dilakukan
masyarakat Jawa yaitu: segenggam penuh daun pegagan (kira-kira 20
lembar) direbus dengan 1 gelas air sampai menjadi ¼-1/2 gelas (50-100 ml)
diminum 3 ka?i sehari (Mardisiswoyo, 1985). Manusia dewasa dengan berat
badan 70 kg mengkonsumsi 150-300 ml per hari atau rata-rata 225 ml berarti
dosis per kgBB adalah 3,2 mL Berdasarkan perhitungan tersebut, maka tikus
dengan berat200 g diberikan air rebusan sebanyak 0,64 ml perhari.
Berdasarkan hasil uji BNJ 1% diketahui bahwa tikus diabetes tanpa
pemberiaan pegagan memiliki tingkat kerusakan yang paling tinggi
dibandingkan dengan tikus normal tanpa perlakuan dan tikus diabetes yang
diberi pegagan dalam bentuk air rebusan, ekstrak dan daun segar.
Sedangkan tikus yang diberi perlakuan beberapa bentuk sediaan pegagan
memiliki tingkat kerusakan yang lebih rendah dibandingkan dengan tikus
yang diinduksi aloksan tanpa perlakuan. Hal ini menunjukkan terdapat
pengaruh pemberian pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) baik dalam
bentuk air rebusan, ekstrak dan daun segar terhadap gambaran histologis
pankreas tikus putih (Rattus novergicus).

 Indikasi / Kegunaan

Meningkatkan system kekebalan dan mengurangi gangguan flu, selesma,


bronchitis, batuk dan demam.

Membantu melegakan pernapasan dan member rasa dingin, segar, harum dan
hangat pada pernapasan.

Memiliki efek anti-mikroba, anti-bakteri, anti-virus dan anti-fungal


 Kandungan / Komposisi

Tiap tablet mengandung Silfamin 150 mg yang setara dengan Nigella sativa semen
1125 mg dan Phaleria macrocarpa pericarpium 375 mg

 Dosis

1 tablet, 4 kali sehari

1. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)


Senyawa flavonoid mempunyai khasiat sebagai antioksidan dengan
menghambat berbagai reaksi oksidasi serta mampu bertindak sebagai pereduksi
radikal hidroksil, superoksida dan radikal peroksil. Demikian pula yang dinyatakan
oleh Chalid (2003) bahwa tanaman cincau yang mengandung alkaloid, saponin dan
flavonoid sangat potensial sebagai kemoprotektif dan mampu menghambat
peroksida lipid secara nonenzimatik. Semakin tinggi kadar flavonoid, maka potensi
antioksidannya akan semakin tinggi.
Flavonoid adalah suatu antioksidan alam dan mempunyai aktivitas biologis,
antara lain sebagai antioksidan yang dapat menghambat berbagai reaksi oksidasi,
serta mampu bertindak sebagai pereduksi radikal hidroksil, superoksida dan radikal
peroksil ( Harun dan Syari, 2002). Ekstrak etanol buah muda memiliki daya inhibisi
sebesar 78,48 % dan buah tuanya sebesar 83,08 %. Sedangkan untuk ekstrak
methanol buah muda sebesar 71,21 % dan buah tuanya 79,03 %.
Berdasarkan hasil analisis pengujian antioksidan dari bagian tanaman
mahkota dewa, diketahui bahwa yang memberikan daya inhibisi di atas 50% hanya
bagian buah muda dan buah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa daya inhibisi buah
mahkota dewa lebih tinggi dari kulit batang, biji tua, daun, biji muda, ranting dan
akar. Hal tersebut mungkin disebabkan karena komposisi buahnya mengandung
senyawa flavonoid yang tinggi, disamping senyawa alkaloid, saponin, fenolik
hidrokuinon, tanin, steroid, mono terpen dan sesqui terpen (Arini dkk, 2003).
2. Jinten hitam
Salah satu khasiat dari biji jinten hitam (BJH) adalah sebagai
imunomodulator, BJH dengan zat aktif utamanya timokuinon dapat meningkatkan
kekebalan tubuh Pemberian secara oral minyak BJH pada hamster yang diinduksi
streptozotocin (STZ) terbukti meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag
peritoneum dan jumlah limfosit di dalam darah perifer dibandingkan hamster
dengan diabetes yang tidak diberi MBJH serbuk biji jinten hitam (BJH) seberat 500
gram dapat meningkatkan aktifitas fagositosis makrofag tikus betina galur SD
(Sprague Dawley) yang diinduksi DMBA secara invitro
Jinten hitam memiliki sifat antibakteri karena mengandung minyak atsiri
yang didalamnya timokuinon, timol,karcakrol dan p-cymene. Masing-masing zat
tersebut memiliki kasiat dalam ilmu kesehatan. Minyak atsiri yang disebut juga
essensial oil atau volatile oil memiliki kemampuan untuk mengganggu
permeabilitas dari membrane sel bakteri termasukbakteri streptococcus pyogenesis.
Bakteri streptococcus pyogenesis adalah bakteri hemolitik-β yang bersifat gram
positif. Bakteri streptococcus pyogenesis memiliki bentuk kokus berantai ini
merupakan flora normal yang bisa ditemukan ditenggorokan dan kulit sehingga
dapat menyebabkan faringitis. streptococcus pyogenesis merupakan bakteri gram
positif yang menimbulkan banyak penyakit seperti faringitis karena kolonisasi
bakteri ini ditenggorokan dan infeksi ini mencapai 3/100000.
Pada konsentrasi ektrak jinten hitam 15mg/ml didapatkan zona daya hambat
rata-rata 6,3 mm. pada konsentrasi ekstrak jinten hitam 30mg/ml didapatkan
diameter zona hambat dengan rata-rata 10mm. pada konsentrasi ekstrak jinten
hitam 60mg/ml didapatkan diameter zona hambat dengan rata-rata 13 mm. pada
konsentrasi ekstak jinten hitam 120mg/ml didapatkan diameter zona hambat dengan
rata-rata 21.6mm.
Kombinasi tanaman rasional untuk OHT
a. Nama tanaman : Buah Pare (Momordica charantia) dan Buncis (Phaseolus
vulgaris)
b. Kajian Umum
Banyak tumbuhan di Indonesia yang terbukti digunakan sebagai
salah satu sumber bahan baku antidiabetes melitus, karena tumbuhan
tersebut mempunyai senyawa-senyawa yang berkhasiat menurunkan gula
darah. Diantara 250.000 spesies tanaman obat di seluruh dunia diperkirakan
banyak yang mengandung senyawa antidiabetes melitus yang belum
diketemukan seperti buncis dan pare.
Buah Buncis telah digunakan sebagai fitoterapi oleh sebagian
masyarakat untuk menurunkan kadar gula darah penderita diabetes mellitus.
Buncis mengandung guava polyphenol yang bersifat anti oksidan.
Konsumsi buncis menurunkan kadar gula darah karena stimulasi sekresi
insulin. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya kandungan insulin dalam
darah setelah pemberian ekstrak buncis.

Buah pare selain dikenal sebagai sayuran juga digunakan sebagai


obat tradisional. Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa perasan
buah pare dapat menurunkan kadar glukosa darah. Buah pare mengandung
momordisin, momordin, asam resinat dan sterol.
c. Penggunaan Empiris
Berdasarkan sumber anonim yang banyak beredar di internet, buah
buncis dikonsumsi dengan cara langsung dimakan dalam keadaan segar,
dikukus atau direbus lebih dulu. Dapat juga dibuat lalapan, ditumis, atau
dimasak dengan bahan masakan lainnya. Selain itu buncis bisa juga dibuat
jus Sedangkan buah pare sering dikomsusi secara langsung, dibuat jus, atau
dibuat air perasannya.
d. Jurnal Penelitian
Efektivitas Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia) dan Buncis
(Phaseolus vulgaris) untuk Penurunan Kadar Gula Darah dan AUC
(Area Under Curve) Tikus
Buah pare mengandung momordisin, momordin, asam resinat dan
sterol, sedangkan buncis mengandung guava polyphenol. Kandungan
senyawa tersebut dapat menurunkan kadar gula darah melalui stimulasi
sekresi insulin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas
campuran buah pare dan buncis dalam menurunkan kadar gula darah dan
area under curve. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmasi Klinik
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Hewan uji dibagi menjadi 7
kelompok, terdiri atas 28 tikus. Kelompok 1 diberi metformin dalam
NaCMC 1% dengan dosis 9 mg/200 g BB tikus. Kelompok 2 diberi NaCMC
1% sebanyak 3 ml/200 g BB. Kelompok 3 ekstrak etanol buah pare 250
mg/kg BB. Kelompok 4 ekstrak etanol buah pare 125 mg/kg BB dan buncis
100 mg/kg BB. Kelompok 5 diberi 62,5 mg/kg BB dan 150 mg/kg BB.
Kelompok 6 diberi 187,5 mg/kg BB dan 50 mg/kg BB. Kelompok 7 ekstrak
etanol buah buncis 200 mg/kg BB. Setelah ekstrak, 30 menit kemudian
diberi glukosa 1,35 g/200 g BB. Cuplikan darah diambil pada menit ke-0,
30, 60, 90, dan 120. Pengukuran kadar gula darah menggunakan metode
electrochemical glucose biosensor. Berdasarkan analisis uji LSD,
pemberian kombinasi ekstrak etanol buah pare dan buncis perbandingan
50%:50% menghasilkan interaksi sinergis dengan efek hipoglikemik yang
berbeda signifikan dengan dibanding ekstrak etanol buah pare ataupun
buncis secara tunggal. Simpulan dari penelitian ini ekstrak buah pare dan
buncis 50%:50%, dapat menurunkan kadar gula darah dan area under curve
tikus dengan efek sinergisme optimal. Buah pare mengandung momordisin,
momordin, asam resinat dan sterol, sedangkan buncis mengandung guava
polyphenol. Kandungan senyawa tersebut dapat menurunkan kadar gula
darah melalui stimulasi sekresi insulin (anisyah 2016)
Hasil penelitian (Nadira dan Rahmi 2017) juga menunjukkan bahwa
buncis (Phaseolus vulgaris L.) memiliki efek antihiperglikemik. Kandungan
aktif buncis yang berperan dalam proses menekan tingkat kadar gula dalam
darah adalah zat beta sitosterol dan stigmasterol. Zat aktif berupa fitosterol
yaitu β-sitosterol dan stigmasterol dalam buncis mampu merangsang
pankreas menghasilkan insulin, menyebabkan berjalannya proses
metabolisme glukosa oleh insulin sehingga terjadi penurunan kadar gula
darah yang sebelumnya meningkat dalam tubuh. Sehingga, buncis
berpotensi dalam mengontrol kadar gula darah pada pasien diabetes melitus.
Hasil penelitian (willian 2013) menunjukkan ekstrak buah pare
terutama insulinmimetik dan polifenol, memiliki potensi untuk menurunkan
glukosa darah. Ekstrak Buah pare mengandung senyawa kompleks antara
lain insulinmimetik, vitamin, mineral, dan antioksidan. Insulinmimetik
antara lain karantin, polipeptida-p dan visin Vitamin yang terdapat pada
buah pare antara lain vitamin C, E, B1, B2, B3 dan B9 (folat). Buah pare
juga mengandung mineral, yaitu kalium, kalsium, zinc, magnesium, fosfor,
dan besi. Serta antioksidan pada buah pare, yaitu fenol, flavanoid, isoflavon,
terpenes, antrakuinon, dan glukosinolat. Mekanisme penurunan glukosa
oleh Ekstrak buah pare dengan cara meningkatkan pemakaian glukosa di
otot skelet dan jaringan perifer, inhibisi absorbsi glukosa pada usus halus,
inhibisi differensiasi adiposa, supresi enzim utama pada glukoneogenesis,
stimulasi enzim utama pada jalur HMP, dan mempertahankan islet sel beta
dengan fungsinya.
e. Skrining Fitokimia
Ekstrak Buah Buncis (Phaseolus vulgaris)
No Uji Hasil
1 Tanin -
2 Saponin +
3 Fenol +
4 Flavonoid +
5 Alkaloid +
6 Steroid +

Ekstrak Infusa Buah Pare (Momordica charantia)


No Uji Hasil
1 Alkaloid
Reagen Mayer +
Reagen Dragendrof +
2 Flavonoid -
3 Saponin +
4 Terpenoid +
5 Steroid -
6 Tanin +

DAFTAR PUSTAKA

Akrom1., Fatimah, 2015, EKSTRAK HEKSAN BIJI JINTAN HITAM (Nigella


sativa L) MENINGKATKAN AKTIVITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG
TIKUS BETINA GALUR SD (Sprague Dawley) YANG DIINDUKSI DMBA
(7,12Dimetilbenz(α)antrasen) SECARA IN VITRO, jurnal penelitian Fakultas
Farmasi Universitas Ahmad Dahlan., Yogyakarta
Rahman M A, 2013, UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK JINTEN HITAM (NIGELA
SATIVA) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI streptococcus
pyogenesis, laporan penelitian fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta

Soeksmanto R., Hapsari Y., Simajuntak P, 2007, Kandungan Antioksidan pada


Beberapa Bagian Tanaman Mahkota Dewa, Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.
(Thymelaceae), jurnal Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta.
Meiyantia., Hedi R Dewoto, dan Fransiscus D. Suyatna, 2006, Efek hipoglikemik
daging buah Mahkota dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl.) terhadap
kadar gula darah pada manusia sehat setelah pembebanan glukosa, Departemen
Farmasi, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta.
Muchtaromahl B., Griana P T., Hakim A L, 2013, Gambaran Histologi Pankreas
T'ikus Diabetes Mellitus Kromis Yang Dicekoki Daun Centella Asiatica (L.)
Urban Dalam Bemtuk segar, Rebusan dan Ekstrak Etanol, Jurusan Biologi
Fakultas Saintek UIN Maliki, Malang
Paramitha M D and Rahamanisa S, 2016, Ekstrak etanol herba sambiloto
(Andrographis paniculata) sebagai antidiabetik terhadap mencit wistar
terinduksi aloksan, Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, Lampung
Lusi Kristiana dan Suharmlatl, 2006, ANALISIS RASlONALlSASl
KANDUNGAN RAMUAN DIABETES MELLITUS Dl LABORATORIUM
PENELlTlAN DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN PENGOBATAN
OBAT TRADISIONAL (LP40T), Penditi Puslimang Sistem dan Kebijakan
Kesehatan, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai