RASIONALITAS
1. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
Bubuk daging buah mahkota dewa mempunyai efek hipoglikemik
terhadap gula darah pada pada orang sehat setelah pembebanan glukosa.
Hasil studi ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan pada mencit.
Kemungkinan efek menurunkan glukosa darah ini terjadi melalui kerja
saponin dan tanin yang terkandung di dalamnya. Bergabungnya saponin ke
dalam membran sel membentuk struktur yang lebih permeable dibanding
membran aslinya. Saponin meningkatkan permeabilitas usus kecil, sehingga
meningkatkan uptake zat yang sesungguhnya kurang diserap dan
menyebabkan hilangnya fungsi normal usus. Pengaruh saponin terhadap
susunan membran sel dapat menghambat absorbsi molekul zat gizi yang
lebih kecil yang seharusnya cepat diserap, misalnya glukosa. Struktur
membran sel yang terganggu diduga juga menimbulkan gangguan pada
system transporter glukosa sehingga akan terjadi hambatan untuk
penyerapan glukosa. Kemungkinan efek penurunan kadar glukosa darah ini
selain oleh saponin juga mungkin disebabkan oleh kandungan tanin. Tanin
bersifat sebagai astringen, dapat mempresipitasikan protein selaput lendir
usus dan membentuk lapisan yang melindungi usus, sehingga menghambat
penyerapan glukosa.
Dari uji toksisitas akut pada mencit didapatkan bahwa dosis letal (LD
50 ) infus buah MD adalah 67,04 mg/10 g bb mencit pada pemberian secara
ip, LD 50 ekstrak etanol 70% buah MD pemberian secara ip pada mencit
adalah 36,53 mg/10g bb. Kedua nilai ini jika diekstrapolasikan dengan cara
Paget & Barnes kepada penggunaan oral pada tikus menurut kategori
Gleason berada dalam kategori practically non toxic. Pada uji toksisitas
subkronis pada tikus didapatkan bahwa pemberian ekstrak MD secara oral
sampai dosis 330 mg/200 g BB adalah aman. Pada pemberian kapsul MD
terlihat adanya penurunan kadar glukosa darah yang ditunjukkan dengan
rerata penurunan nilai AUC 0-4 jam. Pada dosis 250 mg didapatkan rata-
rata penurunan AUC sebesar 3,8% dibandingkan AUC baseline, pada dosis
500 mg didapatkan rata-rata penurunan AUC 14,3%, dan pada dosis 1000
mg didapatkan rata-rata penurunan AUC 12,3%. Hal ini menunjukkan
terdapat hubungan besarnya dosis dan efek penurunan kadar glukosa darah.
2. Sambiloto (Andrographis paniculata)
Kandungan kimiawi Andrographidis Herba antara lain:
andrographolid, neoandrographolid, deoxy andrographolid,
andrographoside, deoxy andrographoside, ninandrographolid, 74-deoxy-
11- oxoandrographolid, 14-deoxy-ll,12-didehydroandrographholid,
homoandmgrapholid. andrographan, andrographosterin, sitosterol-D-
glucoside, flavonoids. Andrographidis merupakan komponen utama
(2,39%) dan zat akif utama yang berkhasiat dalam pengobatan diabetes
mellitus. Senyawa ini mempunyai rasa sangat pahit, berupa Kristal tak
berwarna yang disebut juga “diterpene lactone” nama kimia yang
menggambarkan struktur sepertl clncln.
Ekstrak herba sambiloto berkhasiat sebagai hypoglycemic dengan
cara mencegah absorbsi glukosa dari usus, bila dikonsumsi sesaat sebelum
makan. Ekstrak etanol sambiloto mengandung zat yang bersifat
antidiabetik. Diduga mekanismenya adalah dengan cara meningkatkan
metabolisme glukosa. Efek hypotriglyceridemic yang ada juga sangat
menguntungkan bagi penderita diabetes.
Dengan pemberian ekstrak etanol herba sambiloto dengan dosis berturut-
turut 2,1 g/kg bb dan 3,2 g/kg bb terhadap mencit wistar yang telah diinduksi
aloksan dengan dosis berturut-turut 64 mg/kg bb dan 70 mg/kg bb dapat
menurunkan kadar glukosa darah.
3. Pegagan (Centella asiatica)
Pegagan memiliki kandungan utama yaitu triterpenoid saponin
termasuk aciaticoside, thancuniside, isothancuniside, madecassoside,
brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol,
centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine, tanin sefia garam mineral
seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Pegagan
mengandung berbagai bahan aktif dan yang terpenting adalah triterpenoid
saponin, termasuk asiaticoside, centelloside, madecassoside, dan asam
asiatik. Komponen yang lain adalah minyak volatile, fl avonoid, tannin,
phytosterols, asam amino, dan karbohidrat.
Flavonoid mencegah radikal bebas untuk melepaskan sel beta
pankreas yang mensekresikan insulin. Senyawa quersetin dapat
menghambat sistem peroksidasi lipid yang tergantung oleh ion Fe kemudian
mengkelat ion Fe. Pengkelatan ion Fe menyebabkan kompleks ion inert dan
tidak dapat mengawali terjadinya peroksidasi lipid sehingga terjadi
regenerasi dan perbaikan sel beta pancreas yang akhirnya dapat
menstimulasi sel beta untuk mensekresikan insulin
Pembuatan air rebusan berdasarkan kebiasaan yang dilakukan
masyarakat Jawa yaitu: segenggam penuh daun pegagan (kira-kira 20
lembar) direbus dengan 1 gelas air sampai menjadi ¼-1/2 gelas (50-100 ml)
diminum 3 ka?i sehari (Mardisiswoyo, 1985). Manusia dewasa dengan berat
badan 70 kg mengkonsumsi 150-300 ml per hari atau rata-rata 225 ml berarti
dosis per kgBB adalah 3,2 mL Berdasarkan perhitungan tersebut, maka tikus
dengan berat200 g diberikan air rebusan sebanyak 0,64 ml perhari.
Berdasarkan hasil uji BNJ 1% diketahui bahwa tikus diabetes tanpa
pemberiaan pegagan memiliki tingkat kerusakan yang paling tinggi
dibandingkan dengan tikus normal tanpa perlakuan dan tikus diabetes yang
diberi pegagan dalam bentuk air rebusan, ekstrak dan daun segar.
Sedangkan tikus yang diberi perlakuan beberapa bentuk sediaan pegagan
memiliki tingkat kerusakan yang lebih rendah dibandingkan dengan tikus
yang diinduksi aloksan tanpa perlakuan. Hal ini menunjukkan terdapat
pengaruh pemberian pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) baik dalam
bentuk air rebusan, ekstrak dan daun segar terhadap gambaran histologis
pankreas tikus putih (Rattus novergicus).
Indikasi / Kegunaan
Membantu melegakan pernapasan dan member rasa dingin, segar, harum dan
hangat pada pernapasan.
Tiap tablet mengandung Silfamin 150 mg yang setara dengan Nigella sativa semen
1125 mg dan Phaleria macrocarpa pericarpium 375 mg
Dosis
DAFTAR PUSTAKA