Anda di halaman 1dari 30

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Daun Salam

2.1.1 Definisi Daun Salam

Tanaman salam memiliki nama latin Eugenia Polyantha Wight dan nama

ilmiah Syzygium Polyantha Wight (Tersono, 2006). Daun salam (Syzygium

polyantum) merupakan salah satu obat tradisional asam urat yang dikenal

masyarakat Indonesia sebagai bumbu untuk penyedap masakan karena memiliki

cita rasa yang khas yang bisa menambah kelezatan masakan. Daun salam

mempunyai rasa yang kelat, bagian yang dimanfaatkan adalah daun (Hidayat,

2015). Untuk pengobatan memang daunnya lah yang palingbanyak digunakan,

tetapi akar, kulit dan buahnya pun berkhasiat sebagai obat (Dewanti, 2010). Daun

salam merupakan salah satu tanaman yang mengandung substansisubstansi

bioaktif sehingga berpengaruh baik terhadap kadar asam urat dalam darah. Daun

salam adalah tanaman yang mempunyai banyak manfaat sebagai obat alami atau

obat herbal. Daun salam bisa digunakan sebagai obat asam urat, kencing manis

atau diabetes melitus, obat maag, hipertensi dan lain sebagainya (Nurcahyati,

2014).

2.1.2 Klasifikasi Tumbuhan Salam

Klasifikasi tumbuhan salam (Syzygium Polyanthum) menurut Dr.Erna

Nurcahyati (2014) antara lain:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh

Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium Polyanthum Wight Walp

Sinonim : Eugenia Polyantha Wight

2.1.3 Morfologi Tumbuhan Salam

Pohon salam bertajuk rimbun dan memiliki tinggi sampai 25 m. Daun bila

diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur

sungsang, pangkal lancip sedangkan ujung lancip sampai tumpul, panjang 5 cm

sampai 15 cm, lebar 35 mm sampai 65 mm; terdapat 6 sampai 10 urat daun

lateral, panjang tangkai daun 5 mm sampai 12 mm. Perbungaan berupa malai,

keluar dari ranting, berbau harum. Bila musim berbunga pohon akan dipenuhi

oleh bunga-bunganya. Kelopak bunga berbentuk cangkir yang lebar, ukuran lebih

kurang 1 mm. Mahkota bunga berwarna putih, panjang 2,5 mm sampai 3,5 mm.

Benang sari terbagi dalam 4 kelompok, panjang lebih kurang 3mm berwarna

kuning lembayung. Buah buni, berwarna merah gelap, bentuk bulat dengan garis

tengah 8 mm sampai 9 mm, pada bagian tepi berakar lembaga yang sangat
pendek. Buah yang masih muda berwarna hijau dan setelah masak menjadi merah

gelap, memiliki rasa agak sepat (Dalimartha, 2000).

Gambar 2.1 Bentuk Daun Salam

2.1.4 Kandungan Kimia Tanaman Salam (Syzygium Polyanthum)

Berikut kandungan zat-zat yang terdapat pada daun salam :

1. Minyak Atsiri

Minyak atsiri, dalam salam yang secara umum berfungsi sebagai

antimikroba. Minyak atsiri 0,5% terdiri dari eugenol dan sitral sebagai

diuretik, daun salam mampu memperbanyak produksi urine dengan

mekanisme asam urat mengalir bersama dengan darah, asam urat yang tidak

diperlukan oleh tubuh akan di ekskresi melalui ginjal dan di keluarkan

bersama dengan urine sehingga dapat menurunkan kadar asam urat dalam

darah (Suherman, 2010)

2. Tanin
Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri

dari senyawa fenolik yang sangat sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,

mengendapkan protein dari larutannya (Desmiati dkk, 2008).

3. Flavonoid

Flavonoida yang terkandung dalam daun salam dapat mengikat senyawa

enzim Xanthine Oxidase sehingga dapat menurunkan pembentukan Xanthine

yang dapat membentuk asam urat. Struktur Flavonoid yang mempunyai

ikatan rangkap dapat dengan mudah mengikat senyawa enzim Xanthine

Oxidase sehingga dalam metabolisme pembentukan asam urat produksi

Xanthine dapat di kontrol. Hal ini berpengaruh dalam kadar asam urat dalam

darah yang dapat berangsur-angsur menurun ( Madyastuti & Dwi, 2014).

2.1.5 Manfaat Daun Salam

Beberapa manfaat daun salam untuk terapi kesehatan menurut (Surina, 2014):

1. Meringankan sakit asam urat

Daun salam adalah salah satu tanaman yang diduga berkhasiat

menurunkan kadar asam urat dalam darah. Kandungan flavonoid pada daun

salam juga mempunyai aktivitas sebagai antioksidan yang dapat menghambat

kerja enzim xantin oxidase sehingga pembentukan asam urat terhambat.

Struktur flavonoid secara umum terdiri dari tiga cincin benzene. Diamana

atom C (C2 dan C3 sebagai inhibitor, C5 dan C7 sebagai gugus hidroksil, C4

sebagai ikatan hydrogen) pada struktur tersebut mempunyai ikatan rangkap


yang berfungsi mengikat senyawa enzim Xanthine Oxidase sehingga dapat

menurunkan pembentukan Xanthine yang dapat membentuk asam urat.

Struktur flavonoid yang mempunyai ikatan rangkap dapat dengan mudah

mengikat senyawa enzim Xanthine dapat dikontrol. Hal ini berpengaruh

dalam kadar asam urat dalam darah yang dapat berangsur-angsur menurun.

2. Daun salam untuk menurunkan kolestrol

Kolestrol merupakan salah satu penyebab penyakit yang akhir-akhir ini

banyak dialami masyarakat. Kolestrol sering diidentifikasi dengan adanya

penumpukan lemak yang akhirnya menyumbat pembuluh darah. Pasti banyak

yang tidak ingin jika kolestrolnya naik. Maka dari itu, rutin mengkonsumsi

rebusan daun salam akan membantu untuk membersihkan pembuluh darah

dari kolestrol kandungan flavonoid dapat mencegahnya.

3. Daun salam untuk mengobati diabetes

Kandungan flavonoid dalam daun salam dapat menurunkan kadar gula

darah, gaya hidup yang serba instan, makanan dan minuman yang banyak

mengandung pemanis, bahan pengawet menjadi penyebab semakin

berkembangnya penderita diabetes. Maka untuk langkah pencegahan

sebaiknya kita rutin minum hasil rebusan daun slaam setiap hari.

4. Daun salam menurunkan tekanan darah

Dengan mengkonsumsi rebusan air daun salam selama 2 kali ½ gelas rutin

setiap hari dapat membantu mengurangi hormon stress, mengendurkan otot

arteri. Selain itu kandungan mineral yang ada pada daun salam membuat

peredaran darah semakin lancar dan juga dapat mengurangi tekanan darah
tinggi. Daun salam mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai

antioksidan yang mampu mencegah terjadinya oksida sel tubuh.

2.1.6 Toksisitas Daun Salam

Uji toksisitas pada daun salam yang dilakukan oleh Lailatul N (2014)

dengan dosis 9,6 mg/kgBB, bahkan dengan dosis 4200 mg/kgBB tidak

menunjukkan toksisitas akut atau sub akut pada mencit, sedangkan menurut

(Kuswara, 2015) daun salam dinyatakan aman untuk dikonsumsi manusia dan

tidak merusak hepar pada manusia sampai dengan dosis 15,052,8 mg/kgBB, jadi

rebusan daun salam aman untuk dikonsumsi dan dibuat terapi herbal untuk

menurunkan kadar asam urat. Kontra indikasi pemberian daun salam pada wanita

yang sedang hamil karena dapat menyebabkan perdarahan uterus.

2.1.7 Pemilihan Daun Salam

Daun salam yang digunakan untuk terapi non farmakologi pada penderita

hiperurisemia adalah daun yang masih segar berwarna hijau tua. Hal ini yang

sesui dengan penelitian yang dilakukan oleh Pramukti Dian Setianingrum, Istika

Dwi Kusuma Ningrum dan Kurnia Rini yang berasal dari STIKES Global

Yogyakarta Tahun 2017. Komposisi terbaik adalah menggunakan daun salam

yang masih segar berwarna hijau tua adalah karena banyak mengandung zat

flavonoid dan minyak atsiri. Pemilihan daun salam dilakukan dengan pemetikan

daun yang masih segar dan berwarna hijau tua. Daun tersebut dipetik secara

langsung dari pohon, dipangkas secara acak pada ranting-rantingnya.


2.1.8 Rebusan Daun Salam

Rebusan merupakan cara yang dilakukan untuk mengolah suatu bahan

dengan memanfaatkan air panas yang direbus. Berdasarkan definisi diatas dapat

disimpulkan rebusan daun salam adalah teknik yg dilakukan untuk melakukan

pengolahan daun salam untuk dapat dilakukan sebagai terapi komplementer

(Nurcahyati, 2014).

2.1.9 Cara Pengolahan Rebusan Daun Salam

Cara pengolahan daun salam menurut (Suriana, 2014) sebagai berikut :

1. Bahan dan alat yang digunakan meliputi : Daun salam 10 lembar, air 300ml

(3 gelas), kompor, panic,saringan, gelas ukur, adukan (irus).

2. Pelaksanaan membuat air rebusan daun salam : cuci daun salam sampai

bersih, rebus air dalam panci sampai mendidih, kalau air sudah mendidih

masukkan daun salam yang sudah di cuci tadi, tunggu beberapa saat sampai

air menjadi 150ml (1 gelas), kemudian rebusan daun salam kalau sudah

dingin disaring.

3. Teknik minum : hasil rebusan tersebut diminum pagi dan sore, masing-

masing 75 ml/ pemberian selama 1 minggu. Perhatikan : selama

mengkonsumsi air rebusan daun salam jangan minum minuman yang

beralkohol.

2.2 Konsep Asam Urat

2.2.1 Definisi Asam Urat


Asam urat merupakan senyawa yang ada di dalam tubuh manusia.

Senyawa ini memiliki rumus kimia C5H4N4O3 dan rasio normalnya 3,6 mg/dl dan

8,3 mg/dl. Asam urat adalah terjemahan dari kata uric acid. Asam urat adalah zat

kristal putih sebagai hasil akhir atau sisa dari metabolisme protein dan penguraian

senyawa purin dalam tubuh (Aminah, 2012).

Asam urat merupakan substansi hasil pemecahan purin atau produk sisa

dalam tubuh yang merupakan hasil dari katabolisme purin yang dibantu oleh

enzim guanase dan xantin oksidase. Asam urat ini dibawa ke ginjal melalui aliran

darah untuk dikeluarkan bersama urin, jika terjadi gangguan eliminasi asam urat

melalui ginjal yang disebabkan menurunnya sekresi asam urat ke dalam tubuli

ginjal, sehingga akan terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah (Joyce,

2014).

Asam urat adalah merupakan kristal-kristal yang terbentuk sebagai hasil

dari metabolisme zat purin (bentuk turunan dari nucleoprotein). Asam urat yang

beredar di dalam tubuh manusia diproduksi sendiri oleh tubuh (asam urat

endogen) sekitar 80-85% dan berasal dari makanan (asam urat eksogen) sekitar

15-20%. Purin adalah salah satu komponen nukleat yang terdapat pada inti sel

semua makhluk hidup. Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang

menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk asam amino, unsur

pembentuk protein. Purin terdapat dalam tubuh kita, purin juga terdapat pada

makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan misalnya : daging, jeroan, sayur,

buah, kacang (healthylifeindonesia.com, 2013).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa asam urat adalah

kristal putih sebagai hasil akhir dari metabolisme purin yang dibantu oleh enzim
guanase dan xantin oksidase yang akan diserap dan selanjutnya diekskresikan ke

dalam urin.

2.2.2 Nilai Kadar Asam Urat

Kadar asam urat normal pria dan perempuan berbeda. Kadar asam urat

normalnya pada laki-laki adalah 3,5-7,0 mg/dl dan pada perempuan 2,6- 6,0 mg/dl

(Mia Apriyanti, 2016). Jika kelebihan disebut hiperurisemia dan jika kekurangan

disebut hipourisemia. Dalam kondisi normal asam urat tidak akan berbahaya bagi

kesehatan manusia. Tetapi jika terjadi kelebihan atau kekurangan kadar asam urat

dalam plasma darah akan menjadi indikasi penyakit pada tubuh manusia (Yekti &

Ari, 2016).

2.2.3 Metabolisme Asam Urat

Asam urat yang beredar di dalam tubuh manusia diproduksi sendiri oleh

tubuh (asam urat endogen) dan berasal dari makanan (asam urat eksogen). Sekitar

80-85% asam urat diproduksi sendiri oleh tubuh, sedangkan sisanya berasal dari

makanan. Metabolisme asam urat dalam tubuh dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Manusia mengubah nukleosida purin utama, adenosin dan guanin menjadi asam

urat melalui intermediat serta reaksi sebagai berikut:


Gambar 2.2 Pembentukan Asam Urat Dari Nukleosida Purin Yang Terjadi dalam

Traktus Intestinalis Mamalia (Fauzia, 2013).

Asam nukleat yang dilepas dari pencernaan asam nukleat dan

nukleoprotein di dalam traktus intestinalis akan diurai menjadi mononukleotida

oleh enzim ribonuklease, deoksiribonuklease, dan polinukleotidase. Enzim

nukleotidase dan fosfatase menghidrolisis mononukleotida menjadi nukleosida

yang kemudian diserap atau diurai lebih lanjut oleh enzim fosforilase intestinal

menjadi basa purin dan pirimidin. Adenosin pertama-tama mengalami deaminasi

menjadi inosin oleh enzim adenosin deaminase. Fosforolisis ikatan N-glikosidat

inosin dan guanosin, yang dikatalisis oleh enzim nukleotida purin fosforilase,

akan melepas senyawa ribosa 1fosfat dan basa purin. Hipoxantin dan guanin

selanjutnya membentuk xantin dalam reaksi yang dikatalisis masing-masing oleh

enzim xantin oksidase dan guanase. Kemudian xantin teroksidasi menjadi asam

urat dalam reaksi kedua yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat

yang terbentuk dapat diserap dan selanjutnya diekskresikan ke dalam urin

(Rodwell, 2003).

Sumber asam urat pada manusia didapat melalui dua cara, yaitu secara

endogen dan eksogen. Sumber asam urat secara endogen yaitu melalui sintesis de

novo dan pemecahan asam nukleat kurang lebih sebanyak 600mg/hari, sedangkan
yang berasal dari eksogen yaitu melalui intake makanan yang mengandung purin

kurang lebih 100 mg/hari.

Pada kadar yang normal, asam urat berperan sebagai antioksidan penting

dalam plasma. Sekitar 60% radikal bebas yang ada dalam serum manusia

‘dibersihkan’ oleh asam urat. Asam urat bersifat larut dalam darah sehingga

mampu menangkap radikal bebas superoksida, gugus hidroksil, oksigen tunggal,

dan melakukan chelasi terhadap logam transisi yang bersifat merusak keutuhan

sel. Peran penting asam urat hilang saat kadar asam urat berada di atas ambang

batas normal. Jika kadarnya tinggi, asam urat justru berubah menjadi radikal

bebas yang akan merusak keutuhan sel. Kerusakan sel justru dapat terjadi akibat

hiperurisemia (Lingga, 2012).

2.2.4 Macam Pemeriksaan Kadar Asam Urat

Pemeriksaan laboratorium penting dilakukan baik untuk menegakan

diagnosis maupun penatalaksanaan bagi penderita asam urat. Menurut Dalimartha

(2008) beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui kadar asam

urat :

1) Kristal MSUM (Monosodium Urat Monohidrat)

Diagnosis pasti gout ditegakkan berdasarkan ditemukannya kristal MSUM

(Monosodium Urat Monohidrat) pada cairan sendi.

2) Kadar asam urat darah dengan stick test

Pemeriksaan kadar asam urat darah nilainya sangat terbatas dalam dalam

mendiagnosis asam urat. Hal ini disebabkan pada asam urat akut sering kali

kadarnya ditemukan dalam batas normal.


3) Ekskresi asam urat urin per 24 jam

Penentuan jumalah kadar asam urat di urin selama 24 jam penting untuk

menentukan pengobatan. Selama 3-5 hari sebelum pemeriksaan dilakukan,

penderita tidak boleh makan makanan yang mengandung purin dan alkohol.

Alkohol dapat mempengaruhi pengeluaran asam urat melalui ginjal.

4) Pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati dan fungsi ginjal.

2.2.5 Cara Pengukuran Kadar Asam Urat

1) Alat dan bahan

1. Kapas alkohol

2. Lanset dan jarum lanset steril

3. Satu lanset set pengukur kadar asam urat

2) Prosedur Pelaksanaan

1. Alat pengukur kadar asam urat disiapkan dengan memasang stik

pengukur kadar asam urat pada alat dan memasang jarum lanset steril

pada blood lanset.

2. Ujung jari responden yang akan diperiksa disterilkan dengan

menggunakan kapas alkohol.

3. Ujung jari responden yang sudah disterilkan ditusuk menggunakan

lanset hingga mengeluarkan darah secukupnya.

4. Darah yang keluar kemudian ditempelkan pada stik yang sdah dipasang

pada alat hingga meresap ke dalam stik.

5. Alat akan mendeteksi kadar asam urat dalam waktu 20 detik.


6. Sambil menunggu hasil, usap jari responden yang sudah ditusuk

menggunakan kapas.

7. Setelah hasil keluar, catat angka yang ditampilkan pada layar alat

pengukur.

2.3 Konsep Hiperurisemia

2.3.1 Definisi Hiperurisemia

Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah (Soeroso

dan Algristian, 2011). Seseorang akan mengalami hiperurisemia jika memiliki

kadar asam urat melebihi angka normal. Kadar asam urat dapat diketahui dengan

mengukur kadar asam urat serum. Kadar asam urat serum merupakan hasil

keseimbangan antara asam urat yang diproduksi dan yang diekskresi tubuh. Untuk

mengetahui sesorang menderita hiperurisemia, ada ambang batas bawah kadar

asam urat serum yang digunakan sebagai indikator. Ambang batas normal

ditentukan berdasarkan gender, yaitu batas bawah asam urat normal untuk wanita

dan pria. Secara pragmatis, wanita disebut penderita hiperurisemia saat kadar

asam urat serumnya melebihi 6 mg/dL, sedangkan bagi pria jika kadar asam urat

serumnya melebihi 7 mg/dL (Lingga, 2012).

2.3.2 Klasifikasi Hiperurisemia

Menurut Rahmatul Fitriana (2015) berdasarkan penyebabnya,

hiperurisemia dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu


1. Hiperurisemia Primer, yakni hiperurisemia yang tidak disebabkan oleh penyakit

lain, biasanya berhubungan dengan kelainan molekul yang belum jelas dan

adanya kelainan enzim.

2. Hiperurisemia Sekunder, merupakan hiperurisemia yang disebabkan oleh

penyakit atau penyebab lain.

3. Hiperurisemia Idiopatik, yaitu hiperurisemia yang tidak jelas penyebab

primernya, tidak ada kelainan genetik, fidiologi serta anatomi yang jelas.

2.3.3 Faktor Resiko Hiperurisemia

Beberapa faktor risiko hiperurisemia ialah :

1. Faktor genetik

Faktor genetik yang kadar asam uratnya dikontrol oleh beberapa gen.

Beberapa gen yang terkait hiperurisemia yang telah ditemukan yaitu ABCG2,

SLC17A3, SLC2A12, SLC2A9 dan ABCG2. Diperkirakan 60% gen yang

mengendalikan hiperurisemia adalah SLC2A9 dan ABCG2. Kelainan genetik

FJHN juga merupakan kelainanyang diturunkan secara autosomal dominant

dan secara klinis sering terjadi di usia muda. Pada kelainan itu juga terjadi

penurunan FUAC yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara cepat

(Fitriana, 2015).

2. Usia

Menurut Rahmatul, (2015) proses penuaan akan mengakibatkan gangguan

dalam pembentukan enzim urikinase yang mengoksidase asam urat menjadi

alotonin yang mudah dibuang apabila pembentukan enzim ini terganggu maka

kadar asam urat darah menjadi baik.


3. Jenis kelamin

Pria memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Sejalan

dengan bertambahnya usia, risiko serangan gout pada pria dan wanita akan

berubah. Ketika usia paruh baya, pria memiliki risiko hiperurisemia 3-4 kali

lebih tinggi daripada wanita. Resiko wanita pada masa subur untuk terkena

serangan asam urat, lebih rendah dibandingkan dengan pria. Hal tersebut tidak

terlepas dari peran hormon estrogen pada wanita yang mampu menurunkan

kadar asam urat dan memperlancar pembuangannya melalui ginjal. sementara

pada pria,kadar asam urat di dalam tubuh mereka meningkat selama masa

puber, dan tetap lebih tinggi dari wanita hingga dewasa. Ketika wanita

memasuki masa menoupose, mereka juga akan berisiko terkena serangan asam

urat, meski peningkatan kadar asam urat mereka tidak setinggi pria. Itu

sebabnya gejala serangan gout pada penderita wanita terlihat lebih lambat

dibandingkan pada penderita pria (Arini, 2016).

4. Obesitas

Orang bertubuh gemuk lebih berisiko mengalami hiperurisemia

dibandingkan orang bertubuh kurus. Risiko hiperurisemia pada pria meningkat

jika Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 35. Risiko tersebut semakin

meningkat jika terjadi penumpukan lemak di bagian perut. Obesitas

merupakan penanda dan pemicu sindrom metabolik. Menurut Viazzi (2011),

obesitas yang disertai dengan hipertensi memiliki risiko besar terhadap

hiperurisemia dan gout. Obesitas yang disertai dengan gaya hidup tidak sehat

seperti mengkonsumsi alkohol merupakan pemicu risiko hiperurisemia.

5. Penyakit Ginjal
Asam urat terbanyak diekskresikan melalui ginjal. Eksresi asam urat akan

terganggu apabila fungsi ginjal tidak normal. Itulah sebabnya penyakit ginjal

merupakan faktor risiko yang kuat untuk memicu hiperurisemia.

Hiperurisemia dapat dipicu oleh penyakit ginjal dan sebaliknya hiperurisemia

dapat menyebabkan penyakit ginjal (Johnson, 2003).

6. Hipertensi

Tekanan darah tinggi yang permanen merupakan faktor risiko yang

berpotensi merusak ginjal dan kinerjanya yang merupakan penyebab langsung

terhambatnya ekskresi asam urat.

7. Pengaruh obat-obatan

Obat-obat tertentu dapat memicu terjadinya hiperurisemia seperti obat

diuretik thiazide. Pembuangan cairan tubuh yang berlebihan akibat pengaruh

diuretik mengganggu ekskresi asam urat melalui ginjal. Contoh obat lain yang

dapat memicu hiperurisemia ialah asam salisilat (aspirin), pyrazinamide,

siklosporin, ethambutol, asam nikotinik.

8. Pekerjaan/aktivitas fisik

Menurut Spieker et al., (2011) mengatakan bahwa satu penyebab yang

mempengaruhi kadar asam urat adalah olah raga atu aktifitas fisik yang terlalu

berat. Olah raga ataiu aktivitas akan menyebabkan peningkatan kadar asam

laktat. Asam laktat terbentuk dari proses glikolisis yang terjadi di otot. Jika

otot berkontraksi dalam media anaerob, yaitu media yang tidak memiliki

oksigen maka glikogen yang terjadi produk akhir glikolisis akan menghilang

dan muncul laktat sebagai produksi akhir utama. Peningkatan asam laktat

dalam darah akan menyebabkan penurunan pengeluaran asam urat oleh ginjal.
9. Gaya Hidup

Ada beberapa macam makanan yang berpotensi memicu peningkatan asam

urat pada penderita hiperurisemia yaitu makanan yang mengandung purin

tinggi. Selama ini purin eksogen yang berasal dari makanan dianggap sebagai

pemicu hiperurisemia. Faktanya, peran makanan tinggi purin dalam

mendongkrak kenaikan asam urat sangat kecil. Secara alami, tubuh justru

menghasilkan purin dalam jumlah berkali lipat lebih besar dibandingkan

dengan purin yang berasal dari makanan. Purin eksogen hanya memasok 15-

20% asam urat, sedangkan tubuh menghasilkan 80-85% asam urat. Itulah

mengapa diet rendah purin sering kali gagal menyembuhkan penyakit

hiperurisemia karena purin hanya faktor minor penyebab hiperurisemia.

2.3.4 Mekanisme Terjadinya Hiperurisemia

Pembentukan asam urat dimulai dengan metabolisme dari DNA dan RNA

menjadi adenosin dan guanosin. Proses ini berlangsung secara terus menerus di

dalam tubuh. Sebagai besar sel tubuh selalu dproduksi dan digantikan, terutama

dalam darah. Adenosin yang terbentuk kemudian dimetabolisme menjadi

hypoxanthine. Hypoxanthine kemudian dimetabolisme menjadi xanthine.

Sedangkan guanosin dimetabolisme menjadi xanthine. Kemudian xanthine dari

hasil metabolisme hypoxanthine dan guanosin dimetabolisme dengan bantuan

enzim xanthine oxidase menjadi asam urat. Keberadaan enzim xanthine oxidase

menjadi sangat penting dalam metabolisme purin, karena mengubah hypoxanthine

menjadi xanthine, dan kemudian xanthine menjadi asam urat. Selain itu enzim
xanthine oxidase, pada metabolisme purin terjadi juga enzim Hypxanthine

Guanine Phosphoribosyl Transferase (HGPRT). Enzim ini berperan dalam

mengubah purin menjadi nukleotida purin agar dapat digunakan kembali sebagai

penyusun DNA dan RNA. Jika enzim ini mengalami defisiensi, maka peran enzim

menjadi berkurang. Akibatnya purin dalam tubuh meningkat.

Purin yang tidak dimetabolisme oleh enzim HGPRT akan dimetabolisme

oleh enzim xanthine oxidase menjadi asam urat yang pada akhirnya kandungan

asam urat dalam tubuh meningkat. Kondisi inlah yang disebut hiperurisemia. Pada

intinya enzim xanthine oxidase berfungsi membuang kelebihan purin dalam

bentuk asam urat. Sekitar 2/3 asam urat yang sudah terbentuk di dalam tubuh

secara alami akan dikeluarkan bersama urin melalui ginjal (Ardbrabiz, 2015).

Hiperurisemia dapat berkembang menjadi gout, yaitu penyakit yang

ditandai dengan pengendapan monosodium urat (MSU) di sendi dan jaringan

tertentu. Pengendapan MSU pertama kali terjadi pada sendi-sendi tertentu di kaki

dan tangan sehingga menimbulkan peradangan. Penyakit inilah yang disebut

radang sendi (arthritis gout) atau lebih akrab dengan sebutan gout. Rasa nyeri

yang yang paling kuat dirasakan terjadi di bagian kaki dan tangan karena di

bagian inilah MSU pertama kali mengendap sebelum akhirnya mengendap di

jaringan lainnya. Jika gout berkembang parah, MSU akan mengendap di ginjal,

jantung, mata dan organ tubuh lainnya. Tidak semua penderita hiperurisemia

mengalami gout.Untuk menjadi gout, asam urat harus melalui tahapan-tahapan

tertentu yaitu hiperurisemia asimtomatis, gout akut, interkritikal dan gout kronis.

Butuh diagnosis khusus untuk memastikan terjadinya gout yaitu dengan

memeriksa cairan sendi di laboratorium.


2.3.5 Menifestasi Klinis

Menurut Dina Savitri (2017), gejala hiperurisemia sering kali tidak

ditanggapi dengan serius oleh orang yang mengalami pada tahap awal. Umumnya

orang menganggap hal tersebut terjadi karena bekerja keras, sehingga kelelahan

dianggap sebagai hal yang biasa. Gejala hiperurisemia pada tahap awal, antara

lain:

1. Selalu merasa cepat lelah dan badan terasa pegal-pegal.

2. Nyeri di bagian otot, persendian pinggang, lutut, punggung dan bahu. Selain

nyeri, biasanya juga di tandai dengan timbulnya pembengkakan, kemerahan,

serta rasa sangat nyeri pada bagian persendian, baik di pagi maupun malam

hari. Rasa nyeri biasanya bertambah parah dan hebat pada saat udara dingin

atau musim penghujan.

3. Sering buang air kecil di pagi hari pada saat bangun tidur maupun malam

hari. Biasanya lebih sering malam hari.

4. Muncul rasa linu dan kesemutan yang sangat parah.

5. Menyebabkan kesulitan untuk buang air kecil.

2.3.6 Tingkat Serangan Hiperurisemia

Berdasarkan gejala yang ditimbulkan, serangan asam urat pada

penderitaan terbagi dalam beberapa tingkat berikut ini (Suriana, 2014) :

1. Tingkat asimtomatik
Tingkat asimtomatik merupakan tahap awal terjadinya peningkatan kadar

asam urat dalam darah. Pada tahap awal terjadinya peningkatan kadar asam urat

dalam darah, penderita umumnya tidak menyadari kondisi ini. Karena memang

tidak ada gejala gejala, baik yang terlihat maupun disarankan oleh penderita.

Hanya saja, kadar asam urat sudah berada di atas ambang batas kadar asam urat

normal yang dibutuhkan oleh tubuh. Sementara, proses pembuangan asam urat

melalui ginjal sudah tidak mengakomodasi proses pembuangan secara cepat.

Akibatnya, lama-kelamaan kadar asam urat dalam darah akan terus meningkat.

Jika tidak segera diatasi, tingkat serangan asam urat akan naik pada tingkatan

berikutnya.

2. Tingkat akut

Jika tingkat serangan asimtomatik tidak segera diketahui, maka kondisi

asam urat dalam darah akan cenderung naik. Karena proses pembuangan asam

urat yang berlebih melalui ginjal sudah mulai melambat, sementara asupan

makanan berpurin tidak terkontrol. Sehingga naiknya kadar asam urat tidak dapat

dihindari. Tingkatan serangan asam urat level kedua ini disebut dengan tingkatan

akut, yaitu saat kondisi kadar asam urat semakin tinggi dan mulai membentuk

kristal-kristal asam urat di persendian. Serangan biasanya terjadi pada malam hari

dan datang secara mendadak. Pada siang hari, umumnya penderita tidak

merasakan gejala apa-apa. Serangan biasanya bersifat monoartikular, artinya

hanya menyerang satu sendi saja.

3. Tingkat interkritikal

Sederhananya, tingkat interkritikal ini diterjemahkan sebagaimasa jeda dan

bebas gejala asam urat. Pada tingkat ini penderita tidak lagi mengalami gejala
gangguan asam urat sama sekali. Namun, sebelumnya penderita telah mengalami

serangan penyakit asam urat tingkat akut. Kemudian reda, oleh karena itu disebut

sebagai masa jeda. Tingkat interkritikal ini bisa berlangsung singkat, namun tidak

menutup kemungkinan akan berlangsung dalam jangka waktu lama. Rata-rata

tingkatan ini berlangsung lebih dari 6 bulan, bahkan pada beberapa kasus ada

yang mencapai 10 tahun. Perlu diingat, masa-masa aman dari segala asam urat ini

bukan berarti penderita aman dari gejala selanjutnya. Tidak sedikit yang mengira

bahwa mereka sudah terbebas dari masalah asam urat sehingga mereka tidak

berhati-hati dengan asupan makanan yang masuk dalam tubuhnya. Padahal

anggapan ini salah besar. Ingat, pada tingakat interkritikal kadar asam urat dalam

tubuh penderita tetap tinggi. Bahkan, cenderung untuk terus naik. Gejala

serangannya saja yang berhenti untuk sementara sehingga masa-masa ini adalah

saat yang tepat bagi penderita untuk berupaya menurunkan kadar asam uratnya

secara bertahap. Jika tidak, maka bisa berakibat fatal, level serangan asam urat

akan naik menjadi level kronik. Ini adalah level yang paling berbahaya karena

berpotensi menimbulkan cacat permanen pada tubuh penderita.

4. Tingkat kronik

Ini merupakan tingkatan paling akhir dan paling parah dari serangan

penyakit asam urat. Serangan penyakit asam urat pada tingkat ini menyebabkan

kecacatan pada tubuh dan bersifat permanen. Tingkat kronik biasanya terjadi

setelah terjadi penumpukan asam urat dalam jangka waktu yang lama, minimal

sepuluh tahun atau lebih setelah terjadinya gejala serangan pertama. Hal ini

umumnya terjadi pada penderita yang tidak mendapat penanganan yang baik,

ketika sudah diketahui gejala asam urat pada serangan tingkat awal. Penderita
asam urat, khususnya di daerah pedesaan biasanya menganggap gejala serangan

asam urat sebagai penyakit keturunan. Pada umumnya mereka cenderung

mengabaikan gejala serangan yang mereka temui. Apalagi, gejala serangan asam

urat datang secara temporer, tidak terus menerus. Bahkan pada tingkatan

interkritikal, penumpukan asam urat terjadi dan menyebabkan kerusakan yang

lebih parah pada sendi. Gejala asam urat yang lebih parah umumnya datang

secara tiba-tiba dan menyebabkan cacat permanen pada tubuh penderita setelah

beberapa waktu kemudian.

2.3.7 Komplikasi

Menurut Vitahealth, (2005) dan Kertia (2009), komplikasi yang terjadi

pada penyakit hiperurisemia yaitu :

1. Kencing batu

Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah akan mengendap di ginjal

dan saluran pengencingan, berupa Kristal dan batu.

2. Merusak ginjal

Kadar asam urat yang tinggi akan mengendap di ginjal sehingga merusak

ginjal.

3. Penyakit jantung

Dalam kasus penyakit jantung koroner, asam urat menyerang endotel

lapisan bagian pling dalam pembuluh darah besar. Jika endotel mengalami

disfungsi atau rusak, akan menyebabkan penyakit jantung koroner.

4. Stroke
Asam urat bisa menumpuk di pembuluh darah yang menyebabkan aliran

darah tidak lancar dan meningkatkan resiko penyakit stroke.

5. Merusak saraf

Jika tumpukan monosodium urat terletak dekat dengan saraf maka bisa

menganggu fungsi saraf.

6. Peradangan tulang

Jika asam urat menumpuk di persendian, lama-lama akan membentuk

tofus yang menyebabkan arthritis gout akut, sakit rematik atau peradangan

sendi bahkan bisa sampai terjadi kepincangan.

2.3.8 Pencegahan

Menurut junaidi (2006), hal-hal yang perlu diperhatikan pada penderita

penyakit hiperurisemia adalah:

1. Istirahat. Jika terjadi serangan akut, maka sendi harus diistirahatkan.

2. Olah raga teratur (senam). Olahraga yang tepat (peregangan dan penguatan)

akan membantu mempertahankan kesehatan tulang rawan meningkatkan daya

gerak sendi dan kekuatan otot disekitarnya sehingga otot menyerap bantuan

dengan lebih banyak.

3. Berat badan ideal. Bagi mereka yang kegemukan, dianjurkan untuk

menurunkan berat badannya kenormal atau bahkan 10-15% dibawah normal.

4. Diet rendah purin. Diet rendah purin bertujuan agar seseorang tidak terlalu

banyak mengonsumsi makanan yang tinggi mengandung purin.

5. Hindari minum alkohol. Seseorang yang menderita penyakit asam urat, harus

menghindari minum alkohol. Karena alkohol dapat meningkatkan asam laktat


plasma, asam laktat plasma yang dihasilkan ini akan menghambat

pengeluaran asam urat.

2.3.9 Penatalaksanaan

Menurut Tim Bumi Medika (2017), ada beberapa pengobatan untuk

hiperurisemia, antara lain :

1. Terapi Farmakologis

1) Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS).

Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) merupakan salah satu obat asam

urat yang berfungsi mengurangi rasa nyeri, mengurangi panas tubuh, dan

mengurangi peradangan. Obat – obatan yang termasuk jenis di antaranya

indometasin, ibuprofen, diclofenac, etoricobix, aspirin, dan naproxen.

2) Kolkisin

Kolkisin (colchine) merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan

rasa nyeri dan pembengkakan.

3) Obat Kortikosteroid

Obat kortikosteroid berfungsi sebagai anti radang.

4) Obat Urikosurik

Urikosurik bertujuan untuk meningkatkan pengeluaran asam urat melalui

urine sehingga mengurangi kadar asam urat dalam tubuh.

5) Probenesid

Probenesid merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan kadar

asam urat, dengan cara meningkatkan kemampuan ginjal untuk

membuangnya.
6) Sulpifirazon

Sulpifirazon merupakan obat yang digunakan untuk meningkatkan

pengeluaran asam urat melalui urine, dengan cara menghambat penyerapan

kembali (reabsorbsi).

7) Obat Urikostatik

Obat urikostatik bertujuan untuk mengurangi metabolism purin menjadi

asam urat di dalam tubuh.

8) Inhibator Xanthie Oxidiase (IXO)

Jenis obat inhibitor xanthine oxidiase ini mampu mengurangi jumlah asam

urat yang dihasilkan tubuh. Cara kerjanya dengan menghambat proses

metabolisme purin yang akan di ubah menjadi asam urat.

9) Allopurinol

Allopurinol berfungsi menurunkan jumlah asam urat dengan cara

menghambat enzim yang bertugas mengubah purin menjadi asam urat.

2. Terapi Non Farmakologis

1) Olahraga

Olahraga merupakan salah satu langkah untuk mengatasi penyakit asam

urat, terutama bagi yang bertubuh gemuk. Beberapa gerakan olahraga untuk

asam urat seperti jalan cepat, berenang, menari, senam ringan, menari, dan

bersepeda.

2) Tindakan Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk pemulihan. Tindakan

rehabilitasi di antaranya dapat dilakukan dengan mengistirahatkan sendi,

terapi dingin (crynotermi), terapi hangat (diatermi), dan terapi arus listrik.

3) Menjaga Konsumsi Makan

Mengurangi makanan yang tinggi purin perlu dilakukan karena purin

merupakan senyawa yang akan dirombak menjadi sam urat dalam tubuh.

4) Pengobatan Tradisional (herbal)

Pengobatan tradisional untuk asam urat dapat berupa akar-akaran ataupun

tanaman. tanaman obat yang digunakan untuk penyakit asam urat berfungsi

sebagai anti radang, penghilang rasa sakit / analgesik. Membersihkan darah

dari zat toksik, peluruh kemih / diuretik sehingga memperbanyak urin, dan

menurunkan kadar asam urat.

2.4 Konsep Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan

Kadar Asam Urat.

Tanaman salam mengandung tanin, flavonoid, dan minyak atsiri.

Keuntungan lainnya adalah sifatnya yang mampu mengendapkan albumin dan

menghambat kerja enzim. Kandungan flavonoid pada daun salam juga

mempunyai aktifitas sebagai antioksidan yang dapat menghambat kerja enzim

xantin oksidase sehingga pembentukan asam urat terhambat (Utami, 2008).

Senyawa-senyawa golongan flavonoid yang memiliki ikatan rangkap pada

atom C2 dan C3 berperan sebagai inhibitor. C5 dan C7 sebagai gugus karbonil

pada C4 dapat membentuk ikatan hydrogen dan berperan dalam interaksi inhibitor

dengan sisi aktif enzim xantin oksidase (Iin dalam Listyana, 2012). Zat tanin
adalah zat organik yang komplek, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar

dipisahkan dan sukar mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan

bersenyawa dengan protein. Kandungan zat flavonoid dan tanin memiliki

pengaruh dalam bekerja menurunkan kadar asam urat dengan cara menghambat

kerja enzim xantin oksidase, jika kerja dari enzim xantin oksidasetersebut

dihambat maka pembentukan purin menjadi asam urat menjadi menurun

(Desmiati dkk, 2008).


2.5 Kerangka Konseptual

Faktor Internal : Faktor Eksternal :


- Usia - Konsumsi purin berlebih
- Jenis kelamin - Konsumsi alkohol
- Genetik - Pekerjaan/aktivitas fisik
- dll - dll
Kerangka diatas dimulai dari penyebab asam urat yaitu karena beberapa

faktor diantaranya, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti

asupan purin yang berlebih, faktor inilah yang menyebabkan kadar purin tinggi
Proses metabolisme
asam uratdimeningkat
maka proses metabolisme asam urat dalam tubuh juga akan meningkat. Faktor
Terapi
Farmakologi
internal lain yang meliputi: usia, jenis kelamin, dan genetik juga turut

mempengaruhi
Terapi Non Farmakologi proses metabolisme asam urat. Faktor eksternal seperti
(Rebusan Daun Salam) Metabolisme asam urat menurun,
pekerjaan/aktivitas fisik, konsumsi alkohol dan konsumsi
yaituobat-obatan juga proses
dengan dihambatnya
Kadar asam urat
dalam kerja pembentukan enzim xantine
Minyak atsiri membuat proses
Flavonoid metabolisme asam
Tanin urat darah
meningkat.
meningkat oksidase agar pembentukan kadar
(Hiperurisemia) asam urat dalam darah menurun
Dalam proses metabolisme asam urat kerja enzime xanthine oxidase
Bersifat Kandungan antioksidan
diuretik meningkat yang mengakibatkan hypoxanthine juga meningkat. Hypoxanthine
yang berfungsi
inhibitor/penghambat Kadar asam urat
kemudian dimetabolisme menjadi xanthine oleh bantuan enzime xanthine oxidase
dalam darah normal

yang hasilnya xanthine juga meningkat. Xanthine kemudian dibantu xanthine

oxidase menjadi asam urat yang hasilnya kadar asam urat meningkat. Kadar asam
Asam urat diekskresi oleh ginjal Penumpukan kristal
melalui urin, meningkat
urat yang karena terlalu bnyak
inilah asam
yang pada sendi (Gout)
disebut hiperurisemia.
urat maka terjadilah penumpukan
Salah satu ginjal
kristal pada pengobatan non farmakologi hiperurisemia adalah dengan
Penumpukan kristal asam urat pada
mengkonsumsi rebusan daun salam. Daun salam ginjalmemiliki
luruh olehkandungan flavonoid,
kandungan minyak
atsiri sehingga ekskresi asam urat
tanin dan juga minyak atsiri. Dalam kandunganoleh flavonoid dan tannin
ginjal menjadi lancar terdapat

kandungan antioksidan yang berfungsi inhibitor/penghambat, sedangkan minyak


Keterangan :
atsiri memmiliki kandungan eugenol dan sitral yang berfungsi sebagai
: Diteliti
diuretic/peluruh. Kandungan flavonoid, tanin, dan minyak atsiri yang ada dalam
: Tidak Diteliti
daun salam memiliki fungsi yaitu bekerja dengan cara mempengaruhi atau
Gambar 3.1 Kerangka konseptual Pengaruh pemberian rebusan daun salam (Syzygium
menghambat
Polyanthum) kerjaperubahan
terhadap enzim xantine
kadaroksidase
asam uratyang
padamengakibatkan hipoxanthine
pasien hiperurisemia dan
di Puskesmas
Kesamben Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik.
xanthine juga menurun sehingga kadar asam urat dalam darah dan urin menurun,
dengan begitu hipoxanthine dan xanthine dapat diekskresi lebih banyak dalam

urin.

2.6 Hipotesis penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian. Menurut La Biondo-Wood dan Haber (1994) di dalam

buku karangan Nursalam (2017), hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi

tentlahang hubungan antara dua atau lebih variable yang diharapkan bisa

menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri dari suatu

unit atau bagian dari permasalahan. Pada penelitian hipotesis yang di ambil

adalah:

H1 : Ada pengaruh pemberian rebusan daun salam (Syzygium Polyanthum)

terhadap perubahan kadar asam urat pada penderita hiperurisemia di Puskesmas

Kesamben Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik.

Anda mungkin juga menyukai