Anda di halaman 1dari 16

BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal dengan alamnya yang kaya dengan
tanaman berkhasiat untuk pengobatan penyakit secara tradisional, namun obat tradisional
mulai tergeser dengan berkembangnya obat sintetis di pertengahan abad ke-20, laludizaman
modern seperti saat ini orang-orang mulai mengkonsumsi obat herbal yang notabene tidak
memiliki efek samping. Salah satu tanaman obat yang terkenal adalah pegagan, Tanaman
pegagan (Centella asiatica L.) merupakan salah satu tanaman obat yang memiliki banyak
manfaat, sehingga menarik perhatian para ahli untuk meneliti dan mengembangkannya dalam
rangka eksplorasi obat baru yang berasal dari alam.
Di era globalisasi ini banyak bahan makanan yang sudah mengandung bahan-bahan
yang berbahaya bagi tubuh. Hal ini disebabkan oleh penggunan bahan-bahan buatan seperti
pengawet, pewarna dan penyedap rasa yang dibuat dari bahan kimia. Penambahan bahan-
bahan kimia dalam makanan, kebersihan yang tidak diperhatikan oleh manusia bisa
menyebabkan berbagai dampak bagi kita, khususnya kesehatan. Selain itu, dampak dari
kurangnya menjaga kebersihan pada makanan akan menimbulkan berbagi macam penyakit
seperti disentri, cacingan, diare, dan tifus.

1.2 Pemilihan Tumbuhan


Tanaman pegagan seringkali dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat
alternatif untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti wasir, demam, pembengkakan
hati atau liver, bisul, darah tinggi, penambah daya ingat, campak, amandel, sakit perut dan
kurang nafsu makan. Dengan banyaknya khasiat dari tanaman ini menarik kami untuk
membahasnya dalam suatu makalah.

1.3 Penggunaan Secara Empiris


Pegagan bisa dipilih sebagai alternatif pengobatan. Pegagan dipilih karena pegagan
mengandung banyak manfaat bagi tubuh. Daun pegagan sering digunakan sebagai bahan obat
tradisional yang ampuh menyembuhkan berbagai macam penyakit, baik penyakit ringan
maupun penyakit kronis. Beberapa penyakit yang sering sembuh dengan daun pegagan ini
adalah kulit, kesuburan,jerawat, kecerdasan otak anak, ibu hamil, dan kecantikan wanita
lainnya.

1
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae (Magnoliophyta)
Kelas : Magnoliopsida (Dicotyledoneae)
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Marga : Centella
Jenis/Spesies : Centella asiatica
Pegagan di Indonesia dikenal dengan nama daerah, Sumatra: pegagan (Aceh), daun
kaki kuda, daun penggaga, penggaga, rumput kaki kuda, pegagan, kaki kuda (Melayu),
pegago, pugago (Minangkabau); Jawa: cowet gompeng, antanan, antanan gede (Sunda);
Bali: gagan-gagan, ganggagan, kerok batok, panegowang, panigowang rending, palduh,
penggaga, kele lere (Sawo); Maluku: sarowati (Halmahera), kolotidimanora (Ternate).
Sulawesi: pagaga, wisu-wisu (Makasar), cipubalawo (Bugis), hisu-hisu (Salayar); Papua:
dogauke, gogauke, sandanan.
Pegagan tumbuh liar di seluruh Indonesia serta daerah-daerah beriklim tropis pada
umumnya. Pegagan dapat tumbuh mulai di dataran rendah hingga ketinggian 2500 mdpl baik
daerah terbuka atau ternaung. Pegagan juga tumbuh di tempat lembab dan subur seperti
tegalan, padang rumput, tepi parit, di antara batu-batu, dan di tepi jalan.

2.2 Morfologi Tumbuhan


Pegagan merupakan terna menahun tanpa batang, mempunyai rimpang pendek dan
stolon-stolon yang merayap, panjang 10 cm - 80 cm, akar keluar dari setiap buku-buku,
banyak percabangan yang membentuk tumbuhan baru. Daun tunggal, bertangkai panjang
sekitar 5 cm 15 cm, tersusun dalam roset akar yang terdiri dari 2-10 helai daun. Helaian
daun berbentuk ginjal, tepi bergerigi atau beringgit, kadang agak berambut, diameter 1-7 cm
tersusun dalam roset yang terdiri atas 2 - 10 helai daun, kadang agak berambut. Bunga
tersusun dalam karangan berupa payung, tunggal atau 3 - 5 bunga bersama-sama keluar dari
ketiak daun, berwarna merah muda atau putih. Tangkai bunga 5 mm - 50 mm. Buah kecil,
bergantung, berbentuk lonjong, pipih, panjang 2 mm - 2,5 mm, baunya wangi, dan rasanya
pahit.

2
2.3 Kandungan Kimia
Pegagan mengandung triterpenoid: asiaticoside, thankuniside, isothankuniside,
madecassoside, brahmoside, brahminoside, brahmic acid, madasiatic acid, asam indosentoat,
bayogenin, asam 2,3,20,23-tetrahidroksiurs-28-oat, asam euskapat, asam terminolat, asam
3-6-23-trihidroksiolean-12-en-28-oat, asam 3-6-23-trihidroksiurs-12-en-28-oat,
flavonoid: kaempferol, kuersetin, saponins: sentelasapogenol A, sentelasaponin A, B dan D,
poliasetilen: kadiyenol, sentelin, asiatisin dan sentelisin hydrocotyline, mesoinositol,
centellose, carotenoids, garam mineral (seperti garam kalium, natrium, magnesium, kalsium,
besi), zat pahit vellarine, dan zat samak.
2.4 Sifat dan Khasiat
Herba pegagan rasanya manis, sifatnya sejuk, berkhasiat tonik, antiinfeksi, antitoksik,
antirematik, penghenti perdarahan (hemostatis), peluruh kencing (diuretik ringan), pembersih
darah, memperbanyak pengeluaran empedu, pereda demam (antipiretik), penenang (sedatif),
mempercepat penyembuhan luka, dan melebarkan pembuluh darah tepi (vasodilator perifer).
Khasiat sedatif terjadi melalui mekanisme kolinergik di susunan saraf pusat.
2.5 Efek Farmakologis

1. Anticemas
Pemberian simplisia dosis 500 mg/kgBB, 111 mg/kgBB fraksi etil asetat yang dibuat
dari residu hasil ekstraksi 128 g kering pegagan dengan 4 L etil asetat secara sonifikasi, dan
1,85 mg/kgBB asiatikosida murni dapat memberikan efek ansiolitik pada mencit. Uji klinik
(a double-blind, placebo-controlled study (N = 40) serbuk pegagan dosis tunggal 12 g pada
21 wanita dan 19 pria sehat, menunjukkan efek ansiolitik dibandingkan dengan plasebo.

2. Efek Antiinflamasi
Madekasosida dengan dosis 3, 10 dan 30 mg/kgBB mempunyai efek
antiinflamasisecara bermakna terhadap mencit yang diinduksi dengan kolagen sapitipe 2.
Studihistologipada jaringan hiperplasia sinovial dengan pemberian dosis tersebut
menunjukkan bahwa jaringan yangdiberiperlakuan dengan madekasosida,ukuranselnya
menjadilebih kecildibandingkan ukuran sel padajaringan yang tidak diberi madekasosida.
Efek antiinflamasi lain terlihat pada penghambatan proliferasi sel limfosit, mengurangi
ekspresi enzim siklooksigenase dan produksi prostaglandin yang berperan dalam
pembentukan inflamasiserta menurunkan produksi tumour necrosis factor (TNF) dan
interleukin (IL) 6.

3. Tukak Lambung (Gastric Ulcer)


Ekstrak air pegagan 250 mg/kgBB dan asiatikosida 10 mg/kgBB menunjukkan
aktivitas penyembuhan tukak lambung. Efek ini ditunjukkan dengan menstimulasi
pembentukan pembuluh darah (angiogenesis) dan regenerasi sel mukosal pada tahap

3
penyembuhan tukak lambung, memfasilitasi proliferasi epitel dan menekan aktifitas
mieloperoksidase yang berperan dalam pembentukan tukak lambung.

4. Antihipertensi
Fraksi triterpenoid total pegagan secara in vitro dan in vivo mempunyai efek stimulan
pada sintesis kolagen, sebaliknya pada dosis tinggi menghambat sintesis kolagen dan asam
mukopolisakarida. Penelitian inimenunjukkan peran triterpenoid total tersebut pada sintesis
elemen dinding pembuluh vena pada kultur sel fibroblasts embrional manusia. Senyawa ini
aktif pada mikrosirkulasi pembuluh vena dan mikroangiopati diabetes. Studi klinis
menunjukkan bahwa fraksi triterpenoid total pegagan berguna bagi pasien dengan gejala
mikroangiopati diabetes. Senyawainimeningkatkanmikrosirkulasi,menurunkanpermeabilitas
kapiler dan memproteksi memburuknya proses mikrosirkulasi.

5. Mencegah Kerusakan Kulit


Efektifitas pegagan dalamkombinasidengantumbuhan obat lainnya dapat
meningkatkankelembutandan elastisitas kulitpada kulit wajah pada uji klinik acak tersamar
ganda dengan kontrol plasebo pada 28 wanita dengan rentang umur 3467 tahun. Hasil studi
ini menunjukkan adanyaefek bermakna bahan ujiterhadap kecepatan propagasi yang
mengindikasikan meningkatnya kelembutan kulit. Pada evaluasi sendiri oleh wanita yang
diuji dengan kombinasi ini secara bermakna lebih baik dibandingkan dengan uji
menggunakan
placebo.

6. Efek Kardioprotektif
Efek kardioprotektif ekstrak air pegagan yang dibuat dengan merebus simplisia
dengan air 1:8 selama 5 jam, kemudian disaring dan filtratnya dikeringkan dengan metode
kering beku, dosis 200 mg/kgBB/hari secara intragastrik selama 3 minggu pada tikus yang
diinduksi dengan doksorubisin. Ekstrak air pegagan secara bermakna mengurangi kadar
enzim laktat dehidrogenase, kreatin posfokinase, glutamat oksaloasetat transaminase dan
glutamat piruvat transaminase. Peningkatan aktivitas enzim-enzim ini pada serum dikenal
sebagai marker diagnostic dari disfungsi jantung. Diperkirakan sebagai senyawa aktif yang
terkait dengan aktivitas ini adalah asiatikosida dan asam arjunolat.

7. Imunomodulator
Uji aktivitas imunomodulator ekstrak metanol herba pegagan yang mengandung 0,18
% asiatikosida pada 5 dosis dari100 sampai500 mg/kgBB menunjukkan peningkatan
bermakna pada indeks fagositik, nilai butir darah putih dan rasio indeks fagositik.
8. Neuroprotektif
Stres oksidatif merupakan gejala awal munculnya penyakit alzheimer. Penelitian ini
dirancang untuk mengetahui aktivitas neuroprotektif pegagan terhadap penurunan
kemampuan memori yang disebabkan oleh kolsisin dan aktivitas oksidatif pada tikus.
Pemberian ekstrak pegagan 150 dan 300 mg/kgBB per oral selama 25 hari yang dimulai 4

4
hari sebelum pemberian kolsisin secara bermakna menurunkan aktivitas asetilkolinesterase.
Studi terbaru juga menunjukkan efek protektif pegagan terhadappenurunankognitif memori
dan kerusakan oksidatif yang diinduksi kolsisin. Penelitian untuk mengetahui aktivitas
neuroprotektif ekstrak air pegagan terhadap 3-NPA(asam 3-nitropropionat) yang merupakan
induktor awalstres oksidatif dan disfungsimitokondria pada striatum dan bagian lain otak.
Pemberian pegagan 5 mg/kg BB selama 10 hari diikuti pemberian 3-NPA secara intra-
peritoneal dosis 75 mg/kgBB/hari pada 2 hari terakhir menunjukan pemberian pegagan dapat
mengurangi stres oksidatif yang ditimbulkan oleh 3-NPA. Efek neurotoksik menimbulkan
stres oksidatif pada tikus, menunjukkan peningkatan kadar malondialdehid, kadar ROS
(Reactive Oxygen Species) dan hidroperoksida pada striatum. 3-NPA juga menimbulkan stres
oksidatif dan oksidasi protein pada sitosol/mitokondria pada bagian otak lain.
9. Sitotoksik
Ektrak metanol pegagan dapat menghambat proliferasi sel kanker payudara manusia
(MCF-7) dengan konsentrasi LD50 mg/100ml dan dosis 82 mg/100ml menginhibisi MCF-7
setara dengan 10 M tamoxifen yangdigunakan sebagaiantiestrogen pada pasien kanker
payudara. Asam asiatik 10 M menginduksi sampai dengan 95 % kematian sel dalam 48 jam.
Hal ini menunjukkan ekstrak metanol pegagan memiliki aktivitas sitotoksisitas moderat.
2.6 Toksisitas

Dilaporkan uji toksisitas akut menunjukkan bahwa pegagan tidak toksik


sampaidengan dosis 2000 mg/kgBB, karena tidak ada hewan uji yang mati dan tidak ada
gejala klinis ketoksikan bermakna yang tampak pada seluruh kelompok hewan uji.

2.7 Penggunaan dan Pembuatan Secara Tradisional


Pegagan secara tradisional banyak digunakan untuk penyakit kulit. Di samping untuk
penggunaan topikal pegagan juga digunakan untuk mengobati sakit perut, batuk, batuk
berdarah dan disentri, penyembuh luka, radang, pegal linu, asma, wasir, tuberkulosis, lepra,
demam dan penambah selera makan.
Seluruh bagian tumbuhan pegagan dapat digunakan untuk pengobatan tradisional. Berikut
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Ayan
Seduh 1 sendok daun pegagan dan gula aren secukupnya dengan 1 cangkir air panas. Saring
air seduhannya, lalu minum sekaligus saat masih hangat. Lakukan pengobatan tiga kali
sehari.
2. Batuk asma
Tumbuk 1 genggaman pegagan, 7 daun randu, dan gula batu secukupnya. Tambahkan 1
cangkir air, saring, lalu minum air hasil saringannya setiap pagi.
3. Batuk darah, muntah darah, dan mimisan

5
Rebus 90 gr daun pegagan segar dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Minum air hasil
rebusannya secara rutin dua kali sehari masing-masing gelas.

4. Batuk kering
Tumbuk halus 1 genggaman daun pegagan segar, peras, lalu tambahkan air dan gula
secukupnya. Minum ramuan tiga kali sehari.
5. Bisul
Rebus 30-60 gr daun pegagan segar, lalu minum air hasil rebusannya. Selain itu, lumatkan
pegagan segar, lalu tempelkan hasil lumatannya pada bisul.
6. Busung
Cuci bersih 1 genggam pegagan, 3 batang alang-alang, dan 1 potong kulit kamboja. Rebus
dengan 3 gelas air sampai mendidih, lalu minum airnya tiga kali sehari masing-masing 1
cangkir.
7. Campak dan pembengkakan hati
Rebus 240-600 gr daun pegagan segar dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Minum hasil
rebusannya secara rutin satu kali sehari.
8. Darah tinggi
Rebus 20 lembar daun pegagan dengan 3 gelas air sampai tersisa 2 gelas. Minum hasil
rebusannya tiga kali sehari masing-masing sebanyak gelas.
9. Demam, radang amandel, sakit tenggorokan, dan bronchitis
Tumbuk segenggam penuh daun pegagan segar, tambahkan sedikit air dan garam, lalu saring.
Minum airnya pada pagi hari sebelum makan.
10. Infeksi saluran kencing atau kencing keruh
Cuci bersih 90 gr daun pegagan segar, genggam sambiloto, 1 jari kunyit, genggam
kumis kucing, genggam meniran, genggam lempuyung, dan 3 lembar daun alpukat.
Rebus semua bahan dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Minum air rebusan tiga kali
sehari.
11. Keracunan jengkol
Rebus 10-15 lembar daun pegagan dengan 5 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah
dingin, saring air rebusannya, lalu minum.
12. Lepra
Rebus 15-30 gr pegagan segar dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Minum air
rebusannya sekaligus satu kali sehari. Cara lainnya, tumbuk 30 gr daun pegagan, lalu
tempelkan hasil tumbukan pada bagian tumbuh yang sakit.

6
13. Mata bengkak
Tumbuk halus pegagan, peras, lalu saring. Teteskan air hasil saringan ke mata sampai empat
kali sehari.

14. Panas
Rebus segenggam pegagan bersama 3 butir adas, sepotong kulit batang pulosari, dan 1 siung
bawang merah dengan 3 cangkir air sampai tersisa 1 cangkir. Saring air rebusannya, lalu
minum sekaligus satu kali sehari.
15. Sakit kepala
Rebus segenggam daun pegagan dan sendok jinten dengan 1 gelas air sampai tersisa
gelas. Sing air rebusannya, lalu minum sekaligus saat hangat.
16. Sakit perut, cacingan, penambah nafsu makan, serta keracunan gelsemium
elegans dan arsenic
Rebus 27 gr pegagan segar dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Minum air rebusannya
sekaligus saat hangat.
17. Susah kencing
Tumbuk halus 30 gr daun pegagan segar, lalu tempelkan hasil tumbukan pada pusar.
18. Tipus
Cuci bersih segenggam pegagan, genggam daun jinten, dan 5 lembar daun tapak liman.
Kukus, giling halus, lalu peras airnya. Minum air rebusan sekaligus satu kali sehari bersama 1
sendok makan madu.
2.8 Definisi Herbarium
Herbarium berasal dari kata hortus dan botanicus, artinya kebun botani yang
dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah
dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi.
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dikeringkan
dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan
tersebut.
Herbarium merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan hanya untuk
mendefinisikan suatu tumbuhan, namun segala sesuatu informasi dari suatu tumbuhan. Nama
latin untuk koleksi ini ataupun herbarium adalah Siccus Hortus, yang secara harfiah berarti
taman kering. Pada setiap spesimen herbarium yang terpasang pada selembar kertas ditulisi
dengan apa nama tanaman yang dikumpulkan, kapan dan dimana ditemukannya.

7
Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi spesimen tanaman atau
tumbuhan baik itu herbarium kering dan herbarium basah. Herbarium yang baik selalu
disertai identitas, pengumpul (nama pengumpul atau kolektor dan nomor koleksi).
Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen yag diawetkan
tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani tertentu, sebagai sumber informasi
dasar untuk para ahli taksonomi dan sekaligus berperan sebagai pusat penelitian dan
pengajaran , juga pusat informasi bagi masyarakat umum. Herbarium diartikan juga sebagai
bank data dengan sejumlah data mentah yang belum diolah. Masing-masing specimen dapat
memberikan bermacam-macam informasi, tergantung kelengkapan spesimen, data dan asal-
usul materialnya.
2.9 Jenis Herbarium
1. Herbarium basah
Herbarium basah merupakan awetan dari suatu hasil eksplorasi yang sudah
diidentifikasi dan ditanam bukan lagi di habitat aslinya. Spesimen tumbuhan yang telah
diawetkan disimpan dalam suatu larutan yang di buat dari komponen zat dengan komposisi
yang berbeda-beda.
2. Herbarium Kering
Herbarium kering adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeringan, namun tetap
terlihatciri-ciri morfologinya sehingga masih bisa diamati dan dijadikan perbandingan pada
saat determinasi selanjutnya.
2.10 Manfaat Herbarium
Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk taksonomi tumbuhan, ia
mempunyai holotype untuk tumbuhan tersebut. Herbarium juga dapat digunakan sebagai
bahan penelitian untuk para ahli bunga atau ahli taksonomi, untuk mendukung studi ilmiah
lainnya seperti survey ekologi, studi fitokimia, penghitungan kromosom, melakukan analisa
perbandingan biologi dan berperan dalam mengungkap kajian evolusi. Kebermanfaatan
herbarium yang sangat besar ini menuntut perawatan dan pengelolaan spesimen harus
dilakukan dengan baik dan benar.
Herbarium juga dapat dimanfaatkan sebagai alat peraga dalam kegiatan pelajaran, alat
bantu identifikasi, dapat digunakan untuk pertukaran herbarium antar daerah dan negara,
buktiadanya keanekaragaman, dan specimen acuan untuk mempublikasikan specimen baru.

8
BAB III
Metodologi Penelitian
3.1 Metode Penelitian
Alat dan bahan
1. Alat untuk mengambil material herbarium: a.l. parang, kapak, pisau, gunting stek,
galah berpisau, dan kadang-kadang ketapel. Untuk terna perlu sekop, dan untuk rotan
diperlukan sarung tangan anti duri.
2. Alat pembungkus material herbarium: kertas koran, karung plastik besar, kantong
plastik (40 x 60 cm, dan ukuran lebih kecil), tali plastik dan hekter. Alat pengepres:
sasak dari kayu atau bambu (30 x 50 cm)
3. Alat tulis: label gantung (3 x 5 cm, dari manila karton), balngko isian/tally sheet,
pensil, buku catatan dan alat tulis lain
4. Alkohol 70 % atau spiritus (1 liter untuk 30 50 spesimen)
5. Alat pelengkap: kamera dan perlengkapannya, altimeter, teropong, pita ukur, dll
3.2 Teknik pengambilan sampel
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pengambilan sampel
secara acak terpilih. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan.
3.3 Cara kerja
Mencatat karakter morfologi: sampel tumbuhan pegagan yang terdapat di lapangan
diamati dan dicatat karakter morfologinya.
3.4 Proses Pembuatan herbarium
Pembuatan specimen herbarium ini, materinya mengacu pada silabus matakuliah
Morfologi Tumbuhan. Tahap-tahap kerja yang dilakukan dalam pembuatan spesimen
herbarium ini adalah sebagai berikut :
1. Mengoleksi jenis-jenis tumbuhan. Untuk tumbuhan berukuran kecil seperti rumput,
herba, dan perdu dikoleksi secara lengkap (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji).
Untuk tumbuhan berukuran besar dan tinggi seperti pohon, liana dan semak besar,
dikoleksi sebagian yang dapat mewakili tumbuhannya dengan ukuran lebih kurang 30
cm lengkap dengan organ bunga, buah, dan biji.

9
2. Mencatat sifat dan karakter morfologi maupun biologinya. Hal ini mencakup sifat
morfologi (warna, bau, dan lain-lain), habit, lokasi, habitat data ekologinya, manfaat
dan lain-lain.
3. Koleksi yang telah diambil di lapangan, satu per satu disusun dengan rapi dalam
lipatan koran, kemudian diikat dan dimasukkan ke dalam kantong plastik besar,
diberi/disiram dengan alkohol 70% atau spiritus sampai basah dan merata kemudian
plastik diikat kuat supaya alkohol/spiritus tidak menguap.
4. Koleksi yang telah diawetkan di lapangan, dikeluarkan dari kantong plastik kemudian
disusun satu per satu, dilapisi dengan kardus dan dikeringkan selama 2-3 minggu.
5. Pemisahan dan pengelompokan (sortering). Setelah semua spesimen betul-betul
kering, dilanjutkan dengan memisahkannya dari papan pres/kardus serta
mengelompokkannya berdasarkan nomor koleksi dari lapangan.
6. Mounting; yaitu menempelkan spesimen pada kertas mounting (kertas manila putih
ukuran 30 cm x 43 cm dengan cara menjahitkan atau menggunakan pita (perekat).
7. Perlakuan khusus untuk mencegah serangga dan jamur. Sampel tumbuhan yang sudah
diawetkan melalui pengeringan sebelum dan setelah ditempel pada kertas herbarium
atau dimasukkan dalam amplop atau wadah lain untuk disimpan diberi naftalen atau
kamfer atau dilakukan fumigasi. Selain dari itu dengan cara mencelupkan spesimen
dalam larutan sublimat (HgCl) yang jenuh, setelah kering baru ditempel dan
disimpan.
8. Identifikasi dan pemerian label. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan buku-
buku acuan tentang taksonomi tumbuhan dan pemberian label memuat : nomor urut,
nama kolektor, data taksonomi/nama jenis, temoa (geografis) pengambilan bahan,
habitat, data ekologi yang dianggap perlu misalnya : distribusi horizontal dan vertikal
growth habit bergerombol, terpencar-pencar, jauh), musim berbunga/berbuah.
9. Penyimpanan herbarium yang telah diawetkan disimpan di atas rak atau meja dengan
etiket berisi informasi mengenai koleksi yang diganung kan pada spesiem yang telah
diawetkan (Gembong,1991).

10
Bab IV
Pembahasan
4.1 Pembahasan
Herbarium berasal dari kata Horcus dan Botanicus, artinya kebun botani yang
dikeringkan. Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah
dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai
tumbuhan tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Steenis (2003) yang menyatakan bahwa
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan
diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan
tersebut.
Kegunaan herbarium secara umum antara lain: 1. Sebagai pusat referensi 2. Sebagai
lembaga dokumentasi 3. Sebagai pusat penyimpanan data, hal ini sesuai dengan literatur
Onrizal (2005) yang menyatakan bahwa Kegunaan herbarium secara umum antara lain: 1.
Sebagai pusat referensi : Merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para
ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para
petugas yang bergerak dalam konservasi alam. 2. Sebagai lembaga dokumentasi : Merupakan
koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru,
tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain lain.3. Sebagai pusat penyimpanan data :
Ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk
mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan sebagainya.
Kelebihan dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah adalah dapat
bertahan lama hingga ratusan tahun, namun herbarium kering juga memiliki kelemahan yaitu
spesimen mudah mengalami kerusakan akibat perawatan yang kurang memadai maupun
karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan data secara
manual, tidak bisa diakses secara bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar,tidak bisa
diakses sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh, hal ini sesuai dengan
literatur Wibobo dan Abdullah (2007) yang menyatakan bahwa kelebihan dari herbarium
kering dibandingkan dengan herbarium basah adalah dapat bertahan lama hingga ratusan
tahun. Terdapat beberapa kelemahan pada herbarium yaitu; spesimen mudah mengalami
kerusakan akibat perawatan yang kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang
cukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan data secara manual, tidak bisa diakses secara

11
bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar,tidak bisa diakses sewaktu-waktu dan tidak
dapat diakses dari jarak jauh.
Untuk mendapatkan hasil yang optimum sebaiknya bahan yang akan diherbariumkan
dipres selam dua minggu hal ini sesuai dengan litertur Onrizal (2005) yang menyatakan
bahwa Herbarium kering, cara kering menggunakan dua macam proses yaitu: a. Pengeringan
langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu tebal di pres di dalam sasak,
untuk mendapatkan hasil yng optimum sebaiknya di pres dalam waktu dua minggu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama pembuatan
herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu hal ini sesuai dengan
literatur Subrahmanyam (2002) yang menyatakan bahwa herbarium kering yang baik adalah
herbarium yang lengkap organ vegetatif dan organ generatifnya. Selain itu kerapian
herbarium juga akan menentukan nilai estetikanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi
koleksi herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor
lingkungan seperti suhu.

12
Bab V
Kesimpulan
5.1 Kesimpulan

Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan
diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan
tersebut.Herbarium memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai pusat referensi, sebagai lembaga
dokumentasi, dan sebagai pusat penyimpanan data. Kelebihan dari herbarium kering adalah
dapat bertahan lama sedangkan kelemahan herbarium kering mudah rusak jika tidak dirawat,
membutuhkan biaya besar dan tidak dapat diakses dari jarak jauh Faktor-faktor yang
mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan
dan faktor lingkungan seperti suhu.

13
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat OAI, Deputi II, Badan POM RI, 2010, Serial Data Ilmiah Terkini
Tumbuhan Obat: Jakarta
Dalimartha, dr.Setiawan, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2, Wisma Hijau:
Jakarta
Yohana Arisandi, Andriani Yovita, Khasiat Tanaman Obat (Therapy Herbal Series),
Buku Murah: Jakarta

14
Lampiran

15
16

Anda mungkin juga menyukai