Kelompok 1 :
APOTEKER XXXIV
SURAKARTA
2017
PENDAHULUAN
Kingdom : Plantae
Sub-kingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermahopyta
Divisio : Magnoliopyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Familia : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Tumbuhan sambiloto dapat tumbuh liar di tempat terbuka, seperti kebun kopi,
tepi sungai, tanah kosong yang agak lembab, atau di pekarangan. Merupakan daun
yang berasa pahit dan dingin. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 meter
di atas permukaan laut.
1. Aspek Aktivitas
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Ness) merupakan salah satu
tanaman yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai
penyakit. sambiloto telah dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi,
antibakteri, analgesik, antipiretik, dan antidiabetes (Warditiani dkk, 2014).
2. Kandungan Kimia
Sifat-sifat kimia yang dimiliki tanaman sambiloto (Andrographis paniculata
Ness ) antara lain rasa pahit, dingin, masuk meridian paru, lambung, usus besar dan
usus kecil. Daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari
deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit), neoandrgrafolid, 14-deoksi-11-12-
didehidroandrografolid, dan homoandrografolid, flavonoid, alkene, keton, aldehid,
mineral (kalium,kalsium, natrium). Asam kersik, damar. Flavonoid terbanyak diisolasi
dari akar yaitu polimetatoksivaflavon, andrografin, pan, ikkulin. Mono-0-metilwhitin
dan apigenin-7,4 dimetileter. Zak aktif andrografoid terbukti berkhasiat sebagai
hepatoprotektor (melindungi sel hati dari zat toksin).
Daun Andrographis paniculata mengandung saponin, flavonoid, dan tannin juga
mengandung zat pahit andrografolida yang merupakan golongan diterpenoid (Brooke
et al., 2003).
a. Flavanoid
Kandungan yang berperan yakni senyawa flavanoid dalam penghambatan enzim
COX-2 (Antiinflamasi). Peran enzim COX-2 dapat mengkatalisis pembentukan
prostaglandin yang menyebabkan peradangan. Senyawa flavanoid berperan sebagai
inhibitor enzim COX-2 dalam menghambat pembentukan prostaglandin dan
digunakan untuk menghambat biosintesis prostaglandin, prostasiklin, dan tromboksan
melalui penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase-2 (COX-2).
b. Terpenoid (Andrograpolida)
Andrographolida secara umum termasuk ke dalam golongan senyawa terpenoid.
Daun sambiloto yang memiliki sifat kimiawi berasa pahit, dingin, memiliki
kandungan kimia sebagai berikut: daun dan percabangannya mengandung diterpen
laktone yang terdiri dari andrographolida, neo andrographolida, deoksi-
andrographolida, dehidro androgra- pholida, flavonoid, tannin dan saponin. Senyawa
yang dominan paling aktif adalah andrograpolida.
Gambar 1. Struktur Andrographolida
ASPEK PEMANFAATAN
EMPIRIS
Khasiat:
Secara empiris sambiloto dapat menyebuhkan penyakit serta gejala penyakit, antara
lain:
a. darah tinggi
Ramuan: daun sebanyak 5-7 lembar disedu, diminum sehari 3 kali
b. kanker paru
Ramuan: daun segar (50 gram) direbus dengan 4 gelas air. Tunggu hasil rebusan
hingga menjadi 2 gelas. Hasil rebusan disaring, diminum sehari 3 kali.
c. Diare
Ramuan: daun sambiloto (15 gram) direbus, hasil rebusan diminum 2 kali sehari.
d. Thypus
e. kencing nanah
Ramuan: setengah genggam daun diminum direbus dengan 4 gelas air. Tunggu
hasil rebusan hingga 2 gelas. Hasil rebusan disaring, diminum 3 kali sehari.
ILMIAH
Saat ini sambiloto telah ditetapkan sebagai tanaman obat yang dikembangkan
sebagai obat fitofarmaka. Salah satu syarat obat fitofarmaka adalah bahan yang
digunakan dapat dipertanggungjawabkan secara medis. Untuk itu perlu dukungan
ketersediaan teknologi yang cukup, agar dapat diha-silkan simplisia dan ekstrak
terstandar. Teknologi tersebut harus mencakup dari penyediaan bibit sampai dengan
pasca panen. Penerapan teknik budidaya yang baku diharapkan dapat menyediakan
bahan baku dalam jumlah yang memadai, mutu sesuai standar, dan kontinyuitas
pasokan bahan baku dapat dijamin.Tanaman sambiloto telah ditetapkan menjadi salah
satu komoditas tanaman obat yang dikembangkan seba-gai obat fitofarmaka. Agar
sambiloto dapat berkembang sesuai dengan program tersebut, diperlukan kebijakan
pen-dukung yang mencakup antara lain :
Penentuan simplisia dan ekstrak terstandar
Agar sambiloto dapat digunakan sebagai obat (fitofarmaka) yang dapat
dipertanggungjawabkan, diperlukan upaya untuk menghasilkan simplisia dan ekstrak
sambiloto terstandar. Hal ini dapat dilakukan dengan penerapan teknik budidaya yang
baku, sehingga diharapkan dapat menyediakan bahan baku dalam jumlah memadai,
mutu sesuai standar dan kelangsungan (kontinyuitas) ketersediaan bahan baku dapat
dijamin.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid III, 20, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Yusron M dan M Januwati. 2004. Pengaruh kondisi agroekologi terhadap produksi dan mutu
sambiloto (Andrographis paniculata Ness.). Makalah pada Seminar Nasional
Tumbuhan Obat Indonesia XXVI
Sadjad, S. 1980. Panduan pembinaan mutu benih tanaman kehutanan di Indonesia. IPB-
Bogor.
Warditiani, N.K., Larasanty, L.P.F., Widjaja, I.N.K.., Juniari, N.P.M.,Nugroho, A.E.,
Pramono, S. (2014). Identifikasi Kandungan Kimia Ekstrak Terpurifikasi Herba
Sambiloto. Bali: Universitas Udayana.