Anda di halaman 1dari 12

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MULSIM INDONESIA

MAKALAH
ANALISIS KUANTITATIF SENYAWA GLIKOSIDA

OLEH
NAMA
: ANDI RENA AFRIYANI PERTIWI (15020130113)
YULIA RAHMAH (15020130115)
HARDIYANTI NUR ISLAMIAH (15020130117)
HERAWATI HERLINA (15020130119)
KELAS
: C.4
KELOMPOK : 5
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
A. Pengertian Glikosida.
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian
senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk
ikatan berupa jembatan oksigen (O glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (Nglikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun
jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon
sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila
glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida.
Jembatan oksigen yang menghubungkan glikon-anglikon ini sangat mudah
terurai oleh pelarut asam ,basa, enzim , air dan panas . semakin pekat kadar
asam atau basa maupun semakin panas lingkungannya maka glikosida akan
semakin mudah dan cepat terhidrolosis. Saat glikosida terhidrolisis maka

molekul akan pecah menjadi dua bagian ,yaitu bagian gula dan bagian bukan
gula.
B. Struktur Glikosida
Terdiri dari glikon dan aglikon dengan unsur O di tengah seperti
dibawah ini.

Glikon-O-Aglikon
Glikosida berbentuk kristal atau amorf. Umumnya mudah larut dalam air atau
etanol encer (kecuali pada glikosida resin). Oleh karena itu, banyak sediaansediaan farmasi mengandung glikosida umumnya diberikan dalam bentuk
ekstrak, eliksir ataupun tingtur dengan kadar etanol yang renda.
C. Sifat Fisika Kimia
1. Mudah larut dalam air atau pelarut polar (metanol, etanol), sedang aglikon
larut dalam pelarut non polar/organik (eter, kloroform).
2. Mudah terhidrolisa menjadi glikon dan aglikon karena adanya asam
(mineral) & enzym (saat tumbuhan mati, luka atau pertunasan)
D. Fungsi Glikosida
Secara umum arti penting glikosida bagi manusia adalah untuk sarana
pengobatan dalam arti luas yang beberapa diantaranya adalah sebagai obat
jantung, pencahar, pengiritasi lokal, analgetikum dan penurunan tegangan
permukaan. Fungsi glikosida :
1. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer
2. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi
3. Glikosida sebagai pengatur tekanan turgor
4. Proses glikosidasi untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang
mengganggu

5.

Glikosida sebagai petunjuk sistematik


Penggunaan glikosida dimana beberapa diantara glikosida merupakan

obat yang sangat penting, misalnya yang berkhasiat kardiotonik, yaitu


glikosida dari Digitalis, Strophanthus, Colchicum, Conyallaria, Apocynum dan
sebagainya yang berkhasiat laksatifa/pencahar seperti Senna, Aloe, Rheum,
Cascara Sagrada dan Frangula yang mengandung glikosida turunan antrakinon
emodin. Selanjutnya sinigrin, suatu glikosida dari Sinapis nigra, mengandung
alilisotiosianat suatu iritansia lokal. Gaulterin adalah glikosida dari gaulteria
yang dapat menghasilkan metal salisilat sebagai analgesik.
Beberapa Hipotesa dan Teori Tentang Adanya Glikosida dalam Tanaman
1. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer. Teori Pfeffer mengatakan
bahwa glikosida adalah meruapakan cadangan gula temporer (cadangan
gula sementara) bagi tanaman. Cadangan gula di dalam bentuk ikatan
glikosides ini tidak dapat diangkut dari sel satu ke sel yang lain, oleh
karena adanya bagian aglikon.
2. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi. Pada tahun
1915, Geris mengatakan bahwa proses sintesa senyawa glokosida adalah
merupakan proses detoksikasi, sedang anglikonnya merupakan sisa
metabolisme.
3. Glokosida sebagai pengatur tekanan turgor. Teori Wasicky mengatakan
bahwa setelah diadakan percobaan-percobaan pada tanaman digitalis,
ternyata bahwa glikosida mempunyai fungsi sebagai pengatur tekanan
turgor di dalam sel.
4. Proses glikosida untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang
menggangu. Teori ini menyatakan bahwa proses glikosidasi di dalam
tanaman dimaksudkan untuk menjaga diri terhadap serangan serangga atau
binatang lain dan untuk mencegah timbulnya penyakit pada tanaman.
5. Glikosida sebagai petunjuk sistimatik.
Adanya glikosida didalam tanaman, meskipun masih sangat tersebar, dapat
digunakan sebagai salah satu cara mengenal tanaman secara sistimatik, baik
dari aglikonnya, bagian gulanya maupun dari glikosidanya sendiri. Sebab
ada beberapa glikosida, aglikon atau gula yang hanya terdapat di dalam
tanaman atau familia tertentu. Menurut hasil penelitian Fuch dan kawan-

kawan (1952), ternyata bahwa didalam waktu 24 jam tidak terdapat


perubahan yang berarti pada kadar glikosida baik ditinjau dari sudut biologi
maupun secara kimiawi. Juga pada tanaman yang ditempatkan pada tempat
yang gelap selama 24 jam, tidak ada perubahan kadar glikosida.
E. PEMBENTUKAN GLIKOSIDA
Apabila glukosa direaksikan dengan metal alkohol, menghasilkan dua
senyawa. Kedua senyawa ini dapat dipisahkan satu dari yang lain dan
keduanya tidak memiliki sifat aldehida. Keadaan ini membuktikan bahwa yang
menjadi pusat reaksi adalah gugus OH yang terikat pada atom karbon nomor
1. Senyawa yang terbentuk adalah suatu asetal dan disebut secara umum
glikosida. Ikatan yang terjadi antara gugus metal dengan monosakarida disebut
ikatan glikosida dan gugus OH yang bereaksi disebut gugus OH glikosidik.
Metilglikosida yang dihasilkan dari reaksi glukosa dengan metal alcohol
disebut juga metilglukosida. Ada dua senyawa yang terbentuk dari reaksi ini,
yaitu metilDglukosida atau metil--D-glukopiranosida dan metil--Dglukosida atau metil--D-glukopiranosida. Kedua senyawa ini berbeda dalam
hal rotasi optic, kelarutan serta sifat fisika lainnya. Dengan hidrolisis, metil
glikosida dapat diubah menjadi karbohidrat dan metilalkohol. Glikosida
banyak terdapat dalam alam, yaitu pada tumbuhan. Bagian yang bukan
karbohidrat dalam glikosida ini dapat berupa metilalkohol, gliserol atau lebih
kompleks lagi misalnya sterol. Di samping itu antara sesama monosakarida
dapat terjadi ikatan glikosida, misalnya pada molekul sukrosa terjadi ikatan glukosida--fruktosida.
F. Penggolongan Glikosida.
Glikosida diklasifikasikan

berdasarkan

macam

aglikon

yang

dihubungkan dengan efek farmakologisnya. Kerugian dari klasifikasi seperti


ini adalah banyak senyawa lain yang lebih spesifik yang juga mempunyai efek
terapi. Pengklasifikasian tidak dilakukan secara farmakologis karena banyak
jenis

glikosida

yang

mempunyai

efek

terapeutik

yang

Penggolongan glikosida berdasarkan aglikonnya adalah sebagai berikut.


1. Glikosida Sterol-Cardio Active : Digitalis

sama.

Glikosida steroid adalah glikosida yang aglikonnya berupa steroid.


Glikosida steroid disebut juga glikosida jantung karena memiliki daya kerja
kuat dan spesifik terhadap otot jantung.
2. Glikosida Antrakinon : Aloe, Casia Acutifolia.
Kuinon senyawa berwarna dan mempunyai kromofor yang terdiri atas
dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbonkarbon. Untuk tujuan identifikasi, kuinon dapat dipilah menjadi empat
kelompok yaitu: benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon
isoprenoid. Antrakuinon dalam tumbuhan biasanya berada dalam bentuk
terhidroksilasi dan bersifat senyawa fenol serta mungkin terdapat dalam
bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida. Antrakuinon terdapat
dalam tanaman lidah buaya, Cascara sagrada, frangula (kulit kayu tanaman
Rhamnus frangula Linn), Aloe sp, rhubarb, senna dan lain- lain.
Antrakuinon diketahui memiliki efek laksatif, disamping itu juga dapat
dimanfaatkan sebagai antimikroba, antijamur, penurun tekanan darah,
analgesik, antimalaria dan antioksidan.
3. Glikosida Saponin : Saponin
Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa
sapogenin. Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid maupun saponin
triterpenoid.

Saponin

adalah

segolongan

senyawa

glikosida

yang

mempunyai struktur steroid dan mempunyai sifat-sifat khas dapat


membentuk larutan koloidal dalam air dan membui bila dikocok. Saponin
merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin dan
sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin juga bersifat
bisa menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat
racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak diantaranya digunakan
sebagai racun ikan. Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon
yang disebut sapogenin. Ini merupakan suatu senyawa yang mudah
dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan dan dipelajari lebih
lanjut. Saponin yang berpotensi keras atau beracun seringkali disebut
sebagai sapotoksin.
4. Glikosida Sianofor : Prunus amygdalus

Glikosida sianopora adalah glikosida yang pada ketika dihidrolisis


akan terurai menjadi bagian-bagiannya dan menghasilkan asam sianida
(HCN). Sejak lama orang telah mengenal sifat racun dari akar Manihot sp.
( singkong hutan ) . Mereka menggunakan sebagai cadangan makanan
setelah terlebih dahulu mengolah dan dihilangkan racunnya. Pada tahun
1830 racun singkong telah berhasil diisolasi dan diketahui bahwa
senyawanya berupa glikosida manihotoksin.
5. Glikosida Thosianat : Mustard, Brassica nigra
Banyak biji dari beberapa tanaman keluarga Crucifera mengandung
glikosida yang aglikonnya adalah isotiosianat. Aglikon ini merupakan
turunan alifatik atau aromatic. Senyawa-senyawa yang penting secara
farmasi dari glikosida ini adalah sinigrin (Brassica nigra = black mustard),
Sinalbin (Sinapis alba = white mustard) dan glukonapin (rape seed).
6. Glikosida Flavonol : Ruta Graviolens
Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid.
Glikosida ini merupakan senyawa yang sangat luas penyebarannya di dalam
tanaman. Di alam dikenal adanya sejumlah besar flavonoid yang berbedabeda dan merupakan pigmen kuning yang tersebar luas diseluruh tanaman
tingkat tinggi. Rutin, kuersitrin, ataupun sitrus bioflavonoid (termasuk
hesperidin, hesperetin, diosmin dan naringenin) merupakan kandungan
flavonoid yang paling dikenal.
7. Glikosida Alkohol : Salix Purpurea, S. Fragilis
Glikosida alkohol ditunjukkan oleh aglikonnya yang selalu memiliki
gugus hidroksi. Senyawa yang termasuk glikosida alcohol adalah salisin.
Salisin adalah glikosida yang diperoleh dari beberapa spesies Salix dan
Populus.
8. Glikosida Aldehid : Vanili
Vanilla adalah glikosida yang memilki aglikon aldehid sebagai
konstituen

utama.

Aglikon

dari

vanilla

disebut

vanillin

atau

metilprotokatekuik aldehid. Vanilla adalah buah yang belum matang tetapi


sudah tumbuh penuh dari tanaman Vanilla planifolia. Vanilla hijau
mengandung 2 glikosida yaitu glukovanillin (avenein) dan glukovanillik
alkohol. Glukovanillin jika dihidrolisis menghasilkan glukosa dan vanillin.
Glukovanillik alkohol jika dihidrolisis menghasilkan glukosa dan vanillik

alkohol

yang

kemudian

jika

dioksidasi

akan

menjadi

vanillin.

Kegunaan vanillin adalah sebagai bahan pencita rasa, penutup rasa dan
sebagai penampak bercak pada beberapa hasil kromatografi.
9. Glikosida Lakton : Kumarin: Tonka, Cantharides
Meskipun kumarin banyak terdistribusi pada tanaman, tetapi glikosida yang
mengandung koumarin sangat jarang. Beberapa glikosida derivat koumarin
terhidroksilasi terdapat pada tumbuhan berikut:
skimmin dari tanaman star anis jepang
aesculin dari pohon horse chesnut
daphnin dari tanaman merezeum
fraxin dari tanaman ash bark
scopolin dari belladonna
limetin dari jeruk
Dari semua hidroksi koumarin yang disebutkan diatas, tidak ada
yang memiliki potensi sebagai obat.
Derivat koumarin
Derivat koumarin yang memiliki efek farmakologis contohnya scopoletin
(6-metoksi-7-hidrosi koumarin) dari tanaman Viburnum prunifolium atau V.
opulus sebagai antispasmodik. Yang juga memiliki efek farmakologi adalah
koumarin yang mengandung lakton seperti cantharidin dan methoksalen
yang digunakan untuk tujuan dermatologi. Santonin yang dihasilkan dari
tanaman Artemisia cina memilki efek anthelmintik, tetapi penggunaannya di
amerika sudah dilarang karena potensi toksisitasnya yang tinggi.
Koumarin
Koumarin adalah lakton dari asam o-hidroksinamat yang berbentuk kristal
prismatis, tidak berwarna, bau khas, pahit, aromatik dan rasa membakar.
Koumarin larut alkohol dan saat ini sudah dapat disintesis. Tanaman
penghasil koumarin antara lain Anthoxanthum odoratum, Melilotus albus,
Melilotus officinalis, Galium trifolium, dan Trifolium pratense. FDA telah
melarang pengguna koumarin sebagai bahan pencita rasa karena adanya
interaksi antara kumarin dengan beberapa obat. Derivat koumarin yaitu
bishidroksikoumarin atau dikumarol digunakan sebagai antikoagulan.
Dikumarol dapat dibuat analognya dengan cara sintesis yaitu garam warfari

yang

saat

ini

banyak

digunakan

sebagai

antikoagulan.

Cantharides
Cantharides adalah serangga kering dari spesies Cantharis vesicatoria atau
yang lebih dikenal sebagai lalat spanyol/rusia atau blister. Cantharides
dibuat dengan cara merendam serangga dalam cuka encer atau serangga
diberi uap panas dari larutan cuka, amonia, silfur dioksida atau kloroform,
lalu dikeringkan dengan suhu dibawah 40oC. Kemudian hasilnya disimpan
dalam tempat tertutup rapat dan diberi beberapa tetes kloroform.
Cantharides bersifat iritan dan dimanfatkan sebagai vesikan dan rubafasien.
Jika digunakan secara internal, cantharides yang diekskresikan melalui
ginjal akan mengiritasi saluran urin menyebabkan terjadinya priapisma.
Efek ini dianggap sebagai afrodisiak tetapi pemakaian secara internal ini
berbahaya.

Cantharides

digunakan

secara

topical

untuk

menghilangkanwarts.
Psoralen
Psoralen adalah furokumarin fotosensitisasi yang terdapat pada famili
tanaman

Umbelliferae

yang

biasanya

menyebabkan

fototoksik.

Methoksalen, 8-metoksi psoralen atau xanthotoksin berasal dari tanaman


Ammi majus. Methoksalen dapat memfasilitasi repigmentasi pada vitiligo
idiopatik dan penanggulangan psoriasis. Methoksalen dapat diberikan secara
oral atau topikal. Selama terapi menggunakan methoksalen pasien harus
menghindari paparan sinar matahari. Efek samping dari penggunaan
methoksalen adalah karsinogenesis, katarak dan degenerasi kulit sehingga
penggunaanya harus dibawah pengawasan spesialis.
10. Glikosida Fenol
Glikosida fenol adalah glikosida yang memiliki aglikon fenolik.
Contoh dari glikosida fenol adalah arbutin dari tanaman uva ursi,
chimaphila atau Ericaceae lainnya. Uva ursi adalah daun kering dari
tanaman

Arctostaphylos

urva-ursi.

Arbutin

jika

dihidrolisis

akan

menghasilkan hidrokuinon dan glukosa. Arbutin digunakan sebagai diuretik


dan astringen
G. Identifikasi senyawa glikosida.

A. Penyiapan larutan percobaan untuk identifikasi glikosida.


1. 1,5 g serbuk simplisia disari dengan 15 ml campuran (7 bagian volume
etanol 96% + 3 bagian volume air) maserasi selama 30 menit, aduk,
saring.
2. Pada filtrate tambahkan 12,5 ml air dan 12,5 ml Pb(II)asetat 0,4 M.
kocok, diamkan, lalu saring.
3. Sari filtrate 3x, tiap kali dengan 10 ml campuran (3 bagian volume
kloroform P + 2 bagian volume isopropanol P).
4. Pada kumpulan sari, tambahkan Na2SO4 anhidrat P. Saring, uapkan
pada suhu tidak lebih dari 500C. Larutkan sisa dengan 2 ml methanol P.
B. Uji Identifikasi Umum Terhadap Glikosida (libermann Burchard).
1. Uapkan 0,1 ml larutan percobaan diatas penangas air.
2. Larutkan sisanya dalam I ml asam asetat anhidrat P.
3. Tambahkan 10 tetes asam sulfat.
4. Jika terbentuk warna biru hijau maka simplisia mengandung glokosida.
C. Uji Identifikasi Glikosida Dengan Menggunakan Metode KLT.
1. Sari 300 ml serbuk simplisia dengan 5 ml methanol P selama 5 menit,
saring.
2. Totolkan 20 L filtrate pada lempeng KLT silica gel GF254 setebal
0,25 mm.
3. Elusi dengan campuran benzene P-etanol 95% (70:30) dengan jarak
gambar 10 cm.
4. Semprot kromatogram pertama dengan anisaldehid-asam sulfat LP.
Panaskan pada suhu 1100C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa
5.

dan UV 366 nm. Muncul bercak biri menandakan adanya glikosida.


Semprot kromatogram kedua dengan asam perklorat. Panaskan pada
suhu 1100C selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan UV 366

nm. Tidak adanya fluoresensi menandakan adanya glikosida.


D. KLT-spektrodensitometri
1. Uji bromine
Sampel dalam metanol ditambahkan 2 ml air bromine kedalam 2 ml
larutan sampel. Larutan dikatakan mengandung antrakuinon bila terjadi
perubahan warna dari merah muda menjadi merah.
2. Reaksi Borntrager :
Simplisia + eter (maserasi dengan pelarut organik) + KOH lapisan
KOH berwarna pink
E. Uji Identifikasi Terhadap Glikosida Jantung

1. Encerkan 0,1 ml larutan percobaaan A dengan 2,9 ml methanol,


tambahkan baljet LP, terjadi warna jingga setelah beberapa menit,
menunjukkan adanya glikosida dan aglikon kardenolida.
2. Uapkan 0,2 ml larutan percobaan diatas pengas air. Larutkan sisa
dengan 3 ml asam asetat P dengan sedikit pemanasan, dinginkan.
Teteskan besi(III) klorida 0,3 M, kemudian tambahkan hati-hati
campuran 0,3 ml asam sufat P dan 1 tetes besi (III) klorida 0,3 M,
terbentuk cincin berwarna merah pada batas cairan, setelah beberapa
menit diatas cincinberwarna hijau biru, menujukkan adanya glokosida
dan glokon 2 deoksigula.
F. Uji Identifikasi Glokosida Jantung Dengan Menggunakan Metode KLT.
1. Jenuhkan chamber dengan 20 ml eluen yang terdiri dari campuran etil
asetat-metanol-air (100:13,5:10) v/v.
2. Buat larutan percobaan dengan cara menambahkan 3 ml campuran
kloroform- methanol (1:1) v/v kedalam 200 mg simplisia. Aduk sambil
dihangatkan diatas penangas air selama 10 menit. Dinginkan dan
saring. Uapkan filtrate hingga kering. Larutka residu dalam 2 ml
campuran kloroform- methanol (1:1) v/v untuk ditotolkan pada
lempeng silica gel GF254 lalu diesulasi. Deteksi dengan vanillin-asam
fosfat, dipanaskan.
G. Uji Identifikasi Glikosida Flavonoid
1. Buat larutan percobaan dengan cara menyari 1000 mg serbuk simplisia
dengan 10 ml methanol selama 10 menit di atas penangas air, dicegah
agar pelarut tidak terlalu banyak menguap, saring selagi panas
menggunakan saring kecil berlipat. Tambahkan 5 ml petroleum eter,
kocok hati-hati, setelah didiamkan beberapa saat, pisahkan fase
methanol. Uapkan fase methanol hingga kering, dan residu yang tersisa
dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, ambil bagian yang jernih untuk
percobaan.
2. Uji glikosida 3-flavonol. Ambil lariutan percobaan 1 ml, uapkan hingga
kering, larutkan sisa dalam 2 ml etanol 95%, tambahkan serbuk Zn dan
2 ml HCl 2N, diamkan 1 menit. Tambahkan HCl P, jika dalam 2-5

menit terjadi perubahan warna menunjukan adanya glikosida 3


flavonol.
3. Uapkan 1 ml larutan percobaan hingga kering, larutkan sisanya dalam 2
ml etanol 95%. Tambahkan pereaksi berikut amati warna/endapan yang
terjadi.
H. Identifikasi Glikosida Flanonoid Dengan Metode KLT
1. Jenuhkan chamber dengan 20 ml eluen campuran etil asetat-asam
formiat-air (10:2:3) v/v.
2. Buat laporan percobaan dengan cara menyari 200 mg simplisia dengan
5 ml methanol hangat selama 5 menit. Dinginkan saring. Langsung
totolkan dan elusi.
3. Deteksi dengan cara dilihat dibawah UV-254 dan UV-366 sebelum
sebelum dan sesudah diuapi ammonia
I. Identifikasi kimiawi gliksida steroid
1. Reaksi Legal
Glikosida jantung kecuali scillaren, memberikan reaksi legal.
Heterosida atau ekstrak murni dari obat gubal dilarukan dalam piridina.
Bila natrium hidroksida dan natrium nitropurusida ditambahkan secara
berturutan, akan terjadi warna merah darah.
2. Reaksi Keller Killiani
Glikosida dilarutkan dalam asam asetat glasial yang mengandung
jejak/rumutan/trace feri klorida. Asam sulfat pekat yang mengandung
sejumlah feri klorida yang sama diteteskan pada dasar tabung reaksi
dengan suatu pipet. Suatu warna yang jelas akan terjadi pada batas
antara dua reagen, yang secaraperlahan-lahan menyebar ke dalam
lapisan asam asetat.

Reaksi ini menunjukkan adanya gula deoksi.

Glikosida dari oleander dan squill memberikan warna merah, sedang


gliolosida dari adonis, apocymun dan digitalis memberikan warna hijau
kebiruan.
3. Reaksi Sterol dan Liebermann
Kepada larutan glikosida dalam asam asetat glasial diatmbahkan satu
tetes asam sulfat pekat.

Pergantina warna terjadi dari rosa melaui

merah, violet dan biru ke hijau.

Warna-warna tersebut sedikit berbeda

untuk satu senyawa dengan senyawa yang lain. Reaksi ni disebabkan


oleh bagian steroida dari molekul dan karakteristik untuk aglikon dari

tipe scillarenin.

Asam sulfat 80% digunakan sebagai alat untuk

identifikasi biji strophanti. Biji strophanthus kombe memberikan warna


hijau dengan reagen ini, sedang kebanyakan pemalsunya (S.courtmanni
dan S. gratus) memberikan warna merah.
J. Identifikasi glikosida antrakuinon
100 mg serbuk simplisia +5 ml asam sulfat 2 N, dipanaskan sebentar
didinginkan. + 100 ml benzene P, dikocok, dan didiamkan Pisahkan
lapisan benzena, saring filtrate berwarna kuning menunjukkan adanya
antrakuinon Kocok lapisan benzene dengan 1 ml sampai 2 ml natrium
hidroksida 2 N, didiamkan lapisan air berwarna merah dan lapisan

benzena tidak berwarna menunjukkan adanya antrakuinon.


Sistem 1, plat silika gel, pengembang benzena-etil

asetat-asam asetat ( 75 : 24 : 1)
Sistem 2, plat poliamida, pengembang metanol-benzena

(4 : 1)
Antrakuinon dapat dideteksi pada plat kromatograf
dengan cahaya biasa dan sinar UV yang menghasilkan
bercak

warna.

Dengan

menyemprot

plat

memakai

larutan KOH 10% dalam metanol, warna yang semula


kuning dan coklat kuning berubah menjadi merah, ungu,
hijau, atau lembayung

Anda mungkin juga menyukai