Obat antiinfeksi adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh spesies tertentu dari golongan serangga, metazoa, protozoa, jamur,
bakteri, riketsia atau virus.
Berdasarkan kegunaannya obat antiinfeksi dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu
ektoparasitisida, obat antiinfeksi setempat ( antiseptika dan desinfektan), anthelmintik, obat
antimikobakteri ( antituberkulosis dan antilepra), antiseptik saluran seni, obat antijamur, obat
antivirus dan obat antiprotozoa ( antiamuba, antileismania, antirikomonas, antitripanosoma
dan antimalaria)
A. Ektoparasitisida
Ektoparasitisida adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan berbagai kelainan
yang disebabkan oleh Ektoparasit, seperti skabies dan pedikulosis. Ektoparasit adalah
parasit yang terdapat pada kulit tubuh, kuku, rambut, dan kulit kepala. Skabies
disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei var. homonis, sedang pedikulosis oleh kutu
Pediculus capitis (pada kepala), Pediculus humanus (pada tubuh) dan Phthirus pubis
(pada daerah pubis).
1. Hidrokarbon Terklorinasi
Contoh turunan hidrokarbon terhalogenasi yang digunakan sebagai antiskabies
adalah lindan.
3. Senyawa Sulfur
Contoh : sulfur, sulfur presipitatum dan sulfur sublimatum.
Sulfur (belerang), mempunyai aktivitas sebagai insektisida karena oleh antropoda
akan diubah menjadi asam pentationat (HO3S-S-S-S-SO3H) yang bersifat toksik.
Sulfur digunakan sebagai antiskabies dalam bentuk salep dengan kadar 6%.
Sulfur terdapat pula sebagai bahn aktif dalam sabun, seperti JF Sulfur dan Deo
Sulfur, dan pada sampo, seperti Selsun.
4. Turunan Lain-lain
Contoh : benzil benzoat, malation dan krotamiton.
a. Benzil benzoat, adalah antiskabies yang cukup kuat, dapat merangsang sistem
saraf pusat, menyebabkan kejang dan kematian antropoda. Benzil benzoat
digunakan sebagai antoskabies, dalam bentuk emulsi dengan kadar 25%.
b. Malation, adalah penghambat enzim kolinesterase, dalam tubuh serangga
diubah menjadi malaokson, yang mempunyai aktivitas penghambat
kolinesterase 10.000 kali lebih besar dibanding senyawa induknya. Pada
manusia malation dihidrolisis menjadi asam malation, suatu penghambat
kolinesterase lemah. Malation digunakan pada bidang pertanian sebagai
insektisida.
c. Krotamiton (Eurax), digunakan sebagai ektoparasitisida dalam bentuk lation:
10%, dioleskan 2-3kali per hari.
B. Obat Anti infeksi setempat / lokal (germisida)
Obat antiinfeksi setempat adalah senyawa yang digunakan secara setempat untuk
menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme, baik pada jaringan hidup
maupun jaringan mati.
Obat antiinfeksi setempat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antiseptik dan
desinfektan
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja senyawa antiseptika dan desinfektan sangat beragam dan secara skematik
dapat dilihat pada gambar
Membran Sitoplasma
gugus-NH2 gugus-SH
Konstituen
Sitoplasma Koagulasi
Sitoplasma
ATPase membran
Turunan akridin
klorheksidin Senyawa kationik
2,4-Dinitrofenol heksaklorofen
Karbanilida
Salisilamida
Beberapa fenol
Gambar : gambaran skematik mekanisme kerja dan sasaran utama antiseptika dan
Desinfektan
Mekanisme kerja antiseptika dan desinfekta dikelompokan sebagai berikut :
a. Penginaktifan enzim tertentu
Penginaktifan enzim tertentu adalah mekanisme umum dari senyawa antiseptika dan
desifektan, seperti turunan aldehida, anida, karbanilida, etilen oksida, halogen,
senyawa merkuri dan senyawa amonium kuartener.
Aldehida dan eltilen oksida bekerja dengan mengalkilasi secara lagsung gugus
nukleofil, seperti gugus-gugus amino, karboksil, hidroksil, fenol dan tiol, dari protein
sel bakteri.
Reaksi alkilasi di atas dijelaskan sebabagi berikut :
R CHO + ROH R CH OR
Aldehida gugus nukleotida
(hidroksil) OH
H2C
O + ROH ROCH2CH2OH
H2C
Etil oksida
Akibatnya protein dan enzim tidak dapat berfungsi secara normal dan bakteri
mengalami kematian .
Mekanisme reaksi kerja klorin dan klorofor dijelaskan sebagai berikut:
-HCl
Cl2 + H2 O
O
-OH
OCl- + H2 O HOCl + RCNR RCNR + H2O
R Cl
-RRNH
RNCl + H2 O HCl + O+ (oksidator)
Iodin secara langsung dapat mengadakan iodinasi rantai polipeptida protein sel
bakteri, mengoksidasi gugus tirosin dan sulfhidril protein, dan menyebabkan
penginaktifan protein enzim tertentu sehingga bakteri mengalami kematian.
Mekanisme reaksinya dijelaskan sebagai berikut :
OH
1 1
+ I2
OH R
O
O
+ I2
CH2
R
-(NH-CH-CO)
OH
+ I2
CH2
-(N-CH-CO)
b. Denaturasi protein
Turunan alkohol dapat menimbulkan denaturasi protein sel bakteri dan proses
tersebut memerlukan air. Hal ini ditunjang oleh fakta bahwa alkohol absolut, yang
tidak mengandung air, mempunyai aktivitas antibakteri jauh lebih rendah dibanding
alkohol yang mengandung air. Selain itu turunan alkohol juga menghambat sistem
fosforilasi dan efeknya terlihat jelas pada mitokondria, yaitu pada hubungan subtrat-
nikotinamid adenin dinukleotida (NAD).
-(NH-CH-CO) -(NH-CH-CO)
Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang
melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol
dengan ikatan yang menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar
tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis.
Ion perak menimbulkan efek antibakteri karena dapat berinteraksi dengan gugus-
gugus amino, karboksil, fosfat dan tiol, serta membentuk kompleks yang tidak larut
dengan ARN, ADN, riboflavin dan lain-lain makromolekul dalam sel bakteri.
Senyawa amonium kuarterner, merupakan kation aktif yang dapat berinteraksi dengan
gugus anion sel bakteri membentuk kompleks yang stabil, sehingga terjadi kekacauan
membran sel, denaturasi protein dan penghambatan enzim. Pada kadar optimal
senyawa menyebabkan sel mengalami lisis. Pada kadar yang tinggi senyawa tidak
menyebabkan lisis tetapi terjadi denaturasi protein enzim bakteri.
Turunan trifenilmetan, seperti gentian violet dan turunan akridin, seperti akriflavin
adalah karbon aktif, dapat berkompetisi dengan ikatan hidrogen membentuk kompleks
yang tak terionisasi dengan gugus bermuatan negatif dari konstituen sel, terjadi
pemblokan proses biologis yang penting untuk kehidupan bakteri sehingga bakteri
mengalami kematian.
e. Pembentukan kelat
Beberapa turunan fenol, seperti heksaklorofen dan oksikuinolin, dapat membentuk
kelat dengan ion Fe dan Cu, kemudian bentuk kelat tersebut masuk ke dalm sel
bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion logam didalam sel menyebabkan gangguan
fungsi enzim-enzim sehingga mikroorganisme mengalami kematian
1. Antiseptika
Senyawa yang mempunyai aktivitas antiseptik dibagi menjadi sembilan kelompok,
yaitu turunan alkohol, amidin dan guanidin, zat warna, halogen, senyawa merkuri,
senyawa fenol, senyawa amonium kuarterner, senyawa perak dan turunan lain-lain.
a. Turunan alkohol
Turunan alkohol terutama digunakan untuk :
1. Antisrptik pada pembedahan dan pada kulit, contoh : etanol dan isopropil
alkohol
2. Pengawet, contoh: benzil alkohol, fenetil alkohol dan klorbutanol
3. Mensterilkan udara, dalam bentuk aerosol, contoh: etilen glikol, propilen
glikol dan trimetilen glikol
Turunan alkohol yang sering digunakan sebagai antiseptik adalah etil alkohol dan
isopropil alkohol.
1. Etil alkohol (etanol) CH3CH2OH, mempunyai kerja bakterisid yang cepat
dan digunakan sebagai antiseptik kulit. Etil alkohol juga digunakan sebagai
pengawet, adstringen, pendingin (kompres), hipnotik ringan dan sebagai
pelarut eliksir atau minuman .
Etil alkohol efektif sebagai antiseptik pada kadar 60-95%, dan aktivitas
bakterisidanya optimal pada kadar 70%.
2. Isopropil alkohol, CH3CH2CH2OH mempunyai aktivitas bakterisid lebih
besar dibanding etil alkohol, karena lebih efektif dalam menurunkan
tegangan permukaan sel bakteri dan denaturasi protein .
Isopropil alkohol efektif sebagai antiseptik pada kadar 50-95%. Larutan 40%
daya antiseptikya sama dengan larutan 60% etanol.
Cl Cl
NH NH NH NH
NH-C-NH-C-NH-(CH2)6-NH-C-NH-C-NH
Klorheksidin
c. Zat warna
Golongan zat warna dibagi menjadi dua kelompok yaitu turuna akridin dan
turunan difenilmetan.
1. Turunan Akridin
Contoh : akriflavin, aminakrin HCl dan proflavin
Turunan akridin adalah senyawa kation aktif, digunakan sebagai antiseptik
setempat pada permukaan mukosa kulit dan antiseptik luka. Turunan ini
efektif terhadap bakteri Gram-positif dan Gram-negatif.
Hubungan struktur dan aktivitas
a) Aktivitas antibakteri turunan akridin tergantung pada derajat ionisasi
senyawa.
3-Aminoakridin dan 9-aminoakridin bersifat lebih basa dibanding turunan
aminoakridin yang lain karena terjadi stabilisasi resonansi dari bentuk
terprotonasi. Bentuk terionisasinya makin besar (91% dan 100%) sehingga
makin efektif interaksinya dengan gugus anion protein sel bakteri.
Bentuk resonansi dari 3 dan 9- aminoakridin dijelaskan sebagai berikut:
2. Larutan iodin, mengandung 2% iodin dan 2,4% NaI atau KI dalam air, sedang
tingtura iodii adalah larutan iodin yang mengandung 44-50% etanol. Larutan
iodin digunakan sebagai antiseptik kulit sebelum pembedahan dan antiseptik
luka.
e. Senyawa Merkuri
Senyawa merkuri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Merkuri anorganik, contoh : merkuri klorida (HgCl2), merkuro klorida
(kalomel = Hg2Cl2), merkuri oksida (HgO) kuning dan merkuri amonium
klorida (NH2HgCl).
2. Merkuri organik, contoh : fenilmerkuri nitrat, merbromin (merkurokrom),
nitromersol dan timerosal.
Contoh:
1. Fenilmerkuri nitrat, digunakan sebagai pengawet pada sediaan parenteral,
dengan kadar 1:10.000-50.000.
2. Merbromin, adalah kompleks organik merkuri yang pertama kali digunakan
sebagai antiseptik. Merupakan zat warna merah yang mudah larut dalam air
dan digunakan dalam bentuk larutan dengan kadar 2%, untuk antiseptik kulit
dan luka.
3. Nitromersol, terutama efek terhadap kokus Gram-positif. Efek iritasi obat
terhadap kulit dan mukosa rendah. Nitromersol digunakan untuk antiseptik
kulit dan mata dalam bentuk larutan dengan kadar 1:500.
4. Timerosal, mudah larut dalam air, efek iritasi rendah dan mempunyai efek
bakteriostatik yang seragam. Larutan timerosal dalam air digunakan sebagai
antiseptik pada luka dengan kadar 1:1000, untuk iritasi uretra dengan kadar
1:5000 dan antiseptik pada membran mukosa hidung dengan kadar 1:2000.
Dalam bentuk salep dengan kadar 1:5000, timerosal digunakan untuk
antiseptik mata.
f. Senyawa Fenol
Contoh : fenol, para-klorfenol, diklorofen, resorsinol, timol, eugenol,
heksaklorofen dan polikresulen (Albothyl).
Turunan fenol mempunyai efek antiseptik, anthelmintik, anestetik, keratolitik,
kaustik dan bekerja dengan mengendapkan protein sel bakteri. Turunan ini
terutama digunakan sebagai antiseptik, desinfektan, anthelmintik, dan keratolitik.
Hubungan struktur dan aktivitas
a. Fenol sendiri mempunyai efek antiseptik. Peningkatan sifat lipofil turunan
fenol akan meningkatkan aktivitas antiseptiknya.
b. Pemasukan gugus halogen, seperti klorin dan bromin, ke inti fenol akan
meningkatkan aktivitas antiseptik. Aktivitas ini lebih meningkat bila jumlah
halogen yang dimasukkan bertambah. Polihalogenasi fenol kurang berguna
karena senyawa mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil dan tidak dapat
dibawa oleh cairan luar sel ke reseptor, sehingga aktivitasnya rendah.
Meskipun demikian pentaklorfenol dapat digunakan sebagai pengawet kayu
karena mempunyai efek antijamur tinggi.
Substitusi halogen pada posisi para dari fenol memberikan aktivitas yang lebih
besar dibanding pada posisi orto.
c. Pemasukan gugus nitro dapat meningkatkan aktivitas antiseptik sampai derajat
yang moderat.
d. Pemasukan gugus asam karboksilat dan asam sulfonat menurunkan aktivitas
antiseptik karena dapat meningkatkan kelarutan dalam air dan menurunkan
kelarutan dalam lemak sehingga penembusan ke membran sel bakteri
menurun.
e. Pemasukan gugus alkil atau gugus aromatik ke dalam struktur fenol, kresol,
resorsinol dan lain-lain, pada umumnya akan meningkatkan aktivitas
antibakteri dan menurunkan toksisitasnya. Struktur dan ukuran rantai alkil
menunjukkan efek yang berbeda. Rantai n-alkil lebih efektif dibanding rantai
isoalkil primer lebih efektif dibanding rantai alkil sekunder dan rantai alkil
sekunder lebih efektif dibanding rantai alkil tersier.
f. Pemasukan gugus alkoksi meningkatkan aktivitas antiseptik fenol.
Koefisien fenol beberapa turunan fenol terhadap E.typhosa dan S.aureus dapat
dilihat pada tabel 27.
Tabel 27. Koefisien fenol beberapa turunan fenol terhadap E.typhosa dan
S.aureus.
Koefisien fenol beberapa turunan resorsinol terhadap E.typhosa dan S.aureus
dapat dilihat pada tabel 28.
Tabel 28. Koefisien fenol beberapa turunan resorsinol terhadap E.typhosa dan
S.aureus.
Contoh :
1. Timol, isopropil m-kresol, berasal dari minyak timi, ynag terdapat pada
tanaman Thymus vulgaris. Larutan timol 0,01% dalam trikloretilen digunakan
sebagai antimikroba. Larutan 1% dalam alkohol digunakan sebagai antijamur,
terutama efektif terhadap ragi yang patogen. Dalam serbuk tabur kadar 2%,
timol digunakan untuk pengobatan infeksi cacing gelang.
2. Eugenol, 4-alil-2-metoksifenol, terdapat 82% dalam minyak cengkeh,
digunakan sebagai antiseptik pada obat kumur dan analgesik pada sakit gigi.
Adanya gugus para-alil dan orto-metoksi dapat menunjang aktivitas antisetik
dan anestetik. Eugenol mempunyai koefisien fenol =14,4.
3. Heksil resorsinol, efektif terhadap bakteri Gram-negatif dan Gram-positif,
digunakan secara setempat untuk antiseptik kulit dan saluran seni.
Heksiresorsinol lebih sering digunakan sebgai anthelmintik, efektif terhadap
infeksi cacing gelang usus dan cacing tambang.
Dosis anthelmintik :1g, dapat diulang setiap minggu.
4. Heksaklorofen (pHisoHex, Dermisan), adalah turunan bis-fenol, memunyai
keefktifan yang lebih tinggi dibanding turunan monomernya. Mempunyai
koefisien fenol 40 terhadap S.aureus dan 15 terhadap E.typhosa.
Penambahan jumlah atom halogen yang tersubstitusi pada cincin akan
meningkatkan keefektifannya. Agar aktivitasnya maksimal gugus fenol harus
pada posisi orto dari gugus hidroksil. Gugus penghubung antara fenol-fenol,
seperti CH2, O atau S, kurang penting untuk aktivitas, asalkan gugus-gugus
hidroksil tidak dipisahkan dengan jarak yang terlalu besar. Heksaklorofen
digunakan sebagai antiseptik setempat dengan kadar 2-3% dalam pembawa
sabun, detergen, krim atau minyak.
Contoh :
1. Benzalkonium klorida, CnH2n + 1-N+ (CH3)2- CH2 C6H5.Cl- (Zephiran
klorida), merupakan campuran beberapa turunan amonium kuarterner,
dengan n= 8-16, dengan bagian yang tersebar adalah n=12,14 dan 16.
Benzalkonium klorida degunakan sebagai antiseptik dan irigasi pada
permukaan kulit dan mukosa dengan kadar 1:750-20.000.
2. Benzetonium klorida(Phemerol klorida), digunakan sebagai antiseptik
kulit pada kadar 1:750, sedang untuk iritasi mata, hidung dan membran
mukosa, kadar 1:5000.
3. Setilpiridinium klorida, 1-heksadesilpiridium klorida; mengandung N-
kuarterner pada cincin heterosiklik. Rantai samping satil menunjukkan
aktivitas yang maksimal dibanding turunan alkil yang lain. Tidak adanya
gugus benzil dapat mengurangi toksisitas senyawa.
Setilpiridinium klorida digunakan sebagai antiseptik kulit dengan kadar
1:1000, untuk membran mukosa, kadar 1:2000-10.000. sebagai tablet hisap
(lozenges), kadar 1:1500, sedang untuk obat kumur, kadar 1:2000.
h. Senyawa Perak
Contoh : perak nitrat, perak nitrat amoniakal, perak proteinatum ringan dan
perak sulfadiazin.
1. Perak nitrat, AgNO3 adalah garam yang mudah larut dalam air, digunakan
sebagai antiseptik pada mata bayi yang baru lahir (ophthalmia
neonatorum) dan pada luka bakar.
2. Perak nitrat amoniakal, digunakan secara luas dalam kedokteran gigi
sebagai antibakteri dan mengontrol karies gigi.
3. Perak proteinatum ringan (Argyrol), digunakan untuk pengobatan infeksi
pada membran mukosa, mata, saluran napas dan saluran seni. Bentuk
kompleks koloidal perak-protein ini tidak menimbulkan efek iritasi, korosi
dan adstringen seperti ynag ditimbulkan oleh senyawa perak yang mudah
larut, seperti perak nitrat.
4. Perak sulfadiazin (Burnazin, Dermazin, Silvadene), mempunyai toksisitas
rendah, digunakan terutama untuk pengobatan luka bakar.
Dosis krim : 1%, dioleskan sehari 2 kali.
i. Turunan Lain-lain.
Contoh: heksetidin (Bactidol).
Heksetidin, merupakan antibakteri dan antijamur dengan spektrum aktivitas
luas, mempunyai afinitas yang besar terhadap protein membran mukosa
sehingga masa kerjanya cukup panjang.
Mekanisme kerjanya adalah dengan mempengaruhi pembentukan tiamin yang
sangat penting untuk proses metabolisme mikroorganisme.
Heksitidin digunakan terutama untuk pengobatan ginggivitis dan periodontitis,
serta untuk mengontrol gejala tonsilitis dan faringitis.
Dosis sebagai obat kumur: larutan dalam alkohol 1%.
2. Desinfektan
Desinfektan dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu turunan aldehid, turunan
klorofor, senyawa pengoksidasi dan turunan fenol.
a. Turunan Aldehid
Contoh: formaldehid, paraformaldehid, dan glutaraldehid.
1. Larutan formaldehid (Solutio formaldehyde, Formalin), mengandung
formaldehid (HCOH) 37%, mempunyai efek antibakteri dengan kerja yang
lambat. Larutan formaldehid digunakan untuk desifektan ruangan, alat-alat
dan baju dengan kadar 1:5000. Larutan formaldehid dalam air atau alkohol
digunakan untuk mengeraskan kulit, mencegah keringat yang berlebihan
dan untuk desifektan tangan.
2. Paraformaldehid, didapat dengan cara menguapkan larutan formaldehid,
dibuat untuk lebih memudahkan pengangkutan. Penggunaannya serupa
dengan formalin. Formalin. Dan paraformaldehid mempunyai bau kurang
menyenangkan dan bila terhisap sangat merangsang.
3. Glutaraldeihid, digunakan untuk sterilisasi larutan atau peralatan
pembedahan yang tidak dapat disterilkan dengan pemanasan. Senyawa ini
mempunyai keuntungan karena tidak berbau dan efek iritasi terhadap kulit
dan mata lebih rendah dibanding formalin atau paraformaldehid.
Larutan glutaraldehid 2% efektif sebagai antibakteri dan spora bila didapar
pada pH 7,5-8,5.
b. Turunan Klorofor
Contoh: kloramin T, dokloramin T, klorin, halazon dan sodium hipoklorit.
1. Kloramin T adalah turunan klorofor pertama yang digunakan sebagai
antiseptik, mengandung klorin aktif 11,5-13%. Larutan dalam air secara
lambat terurai membentuk NaOCl dan melepas klorin yang aktif sebagai
antiseptik dan desinfektan. Efek iritasinya lebih rendah dibanding larutan
hipoklorit.
Larutan kloramin T 0,1% digunakan sebagai antiseptik membran mukosa,
sedang larutan 1% untuk mencuci luka.
2. Dikloramin T, mengandung klorin aktif 28-30% kelarutan dalam air rendah
sehingga penggunaannya terbatas.
3. Halazon, dalam bentuk gram Na digunakan untuk sterilisasi air minum.
c. Senyawa Pengoksidasi
Contoh: hidrogen peroksida, benzoil peroksida, karbamid peroksida, kalium
permanganat dan sodium perborat.
1. Hidrogen peroksida (H2O2), adalah senyawa pengosidasi yang sering
digunakan sebagai antimikroba. Oleh kerja enzim katalase, hidrogen
peroksida mengalami peruraian melepaskan oksigen, yang aktif sebagai
pencuci. Hidrogen peroksida digunakan untuk mencuci luka dan penghilang
bau badan, dengan kadar 103%
2. Benzoil peroksida (C6H5-COOOC-C6H5), dalam air melepaskan hidrogen
peroksida dan asam benzoat. Benzoil peroksida digunakan sebagai
antiseptik dan keratolitik untuk pengobatan kukul(acne), dalam bentuk
lotion 5-10%.
3. Karbamid peroksida (Urea peroksida), (NH2)2CO.H2O2), mengandung 34%
H2O2 atau 16% O2. Larutan karbamid peroksida dalam air secara perlahan-
lahan melepaskan H2O2, dan digunakan untuk antiseptik pada telinga dan
pada luka.
4. Kalium permanganat (KMnO4) dan sodium perborat (NaBO3) digunakan
sebagai desinfektan dan antiseptik karena sifat oksidasinya. Pada
umumnya, kedua senyawa di atas digunakan untuk pemakaian setempat
dalam bentuk larutan dalam air.
d. Turunan Fenol
Contoh: kresol, klorokresol, kreosot, betanaftol, timol dan klorotimol.
Mekanisme kerja, hubungan struktur dan aktivitas turunan fenol dapat dilihat
pada bab terdahulu.
C. OBAT ANTI JAMUR
Obat anti jamur adalah obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh jamur.
Jamur yang menginfeksi manusia (mikosis) dibagi menjadi 4 kelompok yaitu mikosis
sistemis, mikosis kutan dan mikosissuperfisial.
1. Mikosis sistemik
Mikosis sistemik terutama mempengaruhi organ internal dari visceral tersebar secara
luas dan melibatkan jaringan yang berbeda. Mikosis sistemik di sebabkan oleh jamur
saprotik di tanah melalui inhalasi spora.
Yang termasuk mikosis sistemi adalah :
a. Aspergilosis (Aspergillus fumigatus ) , antijamur : amfoterisin B (I.V. ) , +5-
fluorositosin (oral ).
b. Blastomikosis ( Blastonikosis dermatitis ), antijamur : amfoterisisn B (I.V.),
ketokenazol (oral).
c. Kandistatin (Candida sp.), antijamur : amfoterisin B (I.V.) +5-fluorositosin (oral)
nistatin (oral +setempat ), klortimazol dan mikonazol (setempat) dan ketokonazol
(oral).
d. Kokidioidomikosis (Caccidiaides immitis ), antijamur : amfoterisin B (I.V. )
,ketokonazol (oral).
e. Kriptokokosis (Cryptococcus neoformans ), antijamur : amfoterisin B (I.V.) +5-
fluorositosin (oral).
f. Histoplasmosis (histoplasma capsulatum), antijamur: amfoterisin B
(I.V.),ketokonazol (oral).
g. Parakokidioidomikosis (paracoccidioides braziliensis ) , antijamur : amfoterisin B
(I.V.), ketokonazol (oral).
h. Fikomikosis (phycomycetes), antijamur : amfoterisin B (I.V.).
2. Mikosis subkutan
Mikosis subkutan adalah mikosis yang terdapat pada tulang, muka, kulit, dan jaringan
subkutan. Mikosis ini disebabkan oleh jamur yang masuk ke kulit melalui pengotoran
tanah, serpih atau duri, dan cenderung terlokalisasi pada jaringan subkutan. Mikosis
subkutan dapat menyebabkan kerusakan yang berat dan kadang-kadang menimbulkan
kematian.
Berdasarkan daerah kulit yang terkena infeksi, jamur dibedakan sebagai berikut :
a. Tinca pedis (pada kaki).
b. Tinca corporis (pada tubuh).
c. Tinca cruris (pada lipatan paha).
d. Tinca capitis (ketombe atau dandruff, pada kulit kepala ).
Antijamur : amfoterisin B (I.V.), tolnaftat, haloprogin, koltrimazol, mikonazol,Zn
pirition, selenium sulfida, dan asam undesilenat (setempat), griseofulvin dan
ketokonazol (oral).
Mikosis mukokutan disebakan oleh jamur Candida sp. dan penyakitnya disebut
candidiasis.
Antijamur : amfoterisin B (I.V.) +5-fluorositosin (oral), nistatin (oral + setempat ) ,
kandisidin, gelatin violet , klotrimazol dan mikonazol(setempat), griseofulvin dan
ketokonazol (oral).
4. Mikosis superficial
Mikosis ini hanya menginfeksi rambut dan lapisan superfisisal dari epidermis ,
Yang termasuk mikosis superfisial adalah :
a. Black piedra ( piedraia hortal ).
b. Tinca nigra ( cladasporium werneckii ).
c. Pitiriasis atau tinca versicolor (pityrosporum orbiculare ).
d. White piedra (trichosporum cutaneum ).
Antijamur : griseofulvin (oral), asam salisilat, asam benzot, natrium kaprilat,
klotrimazol, mikonazol, dan haloprogin (setempat).
Berdasarkam stuktur kimoanya obat antijamur dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu
turunan asam, turunan tionokarbonat, turunan pirimidin, antibiotika, turunan
imidazole, turunan halogen dan turunan lain-lain.
1. Turunan Asam
Contoh : asam salisilat, salisilanilis, asam benzoate, asam propionat, natrium
kaprilat dan asam undersilenat.
Turunan asam pada umumnya digunakan sebagai antijamur setempat pada kulit.
Mekanisme kerja antijamur ini disebabkan oleh efek keratolitiknya.
Contoh :
1. Asam salisilat, mempunyai efek keratolitik, digunakan secara setempat untuk
menghilangkan kutil. Efek bakteriostatik dan fungisid asam salisilat juga
digunakan untuk pengobatan penyakit parsit kulit, psoriasis, ketombe dan
ekzem.
Kombinasi dengan asam benzoate (1:2) , digunakan sebagai antijamur
setempat (kalpanax,mikorex,kopamex).
Dosis setempat : serbuk tabor, salep atau krim 3-10%.
2. Turunan Tionokarbamat
3. Turunan pirimidin
Contoh : 5-fluorositosin (flusitosin) dan heksetidin.
Mekanisme kerja
Mula-mula flusitosin mengalami metabolism di dalam sel jamur, menjadi 5-
fluorourasil, suatu antimetabolite pirimidin, metabilik antagonis tersebut
kemudian bergabung dengan asam ribonukleat dan kemudian menghambat
sintesis asam nukleat dan protein jamur.
Efek antijamur flusitosin meningkat bila dikombinasi dengan amfoterisin B
atau turunan imidazol.
4. Turunan antibiotika
Contoh : griseofulvin dan antibiotika turunan polien , seperti nistatin,
amfoterisin B dan kandisidin.
1. Griseofulvin (fulcin, griseofort, grivin, rasovin), disolasi dari galur
tertentu penicillium griseofulvum, efektif pada pemberian secara oral, dan
hanya bekerja pada jamur yang tumbuh aktif. Griseofulvin efektif terhadap
dermatomikosis dan merupakan obat pilihan untuk infeksi tinca pada kulit
kepala, kuku, jenggot, telapak tangan dan kaki, bentuk mikrokristal dan
ultramikrokristalnya lebih aktif disbanding bentuk mikrokristal,
griseofulvin mempunyai waktu paro 24-36 jam , tetapi masih ada
dalamplasma setelah 4 hari pengobatan dihentikan.
pada pengobatan jangka panjang, obat yang akan di simpan pada rambut,
kuku dan kulit dan akan diekresikan secara aktif melalui kelenjar keringat,
griseofulvin kadang-kadang menimbulkan efek samping antara lain
urtikaria, sakit kepala, ketidaknyamanan lambung, granulositopenia dan
leukopenia.
Dosis oral : mikrikristal 500mg, ultramikrikristal 330mg. I dd atau terbagi
dalam dua dosis, diberiakn sesudah makan.
Mekanisme kerja
Griseofulvin menunjukkan efek antijamur dengan membatas pertumbuhan
jamur, yaitu dengan menghambat mitosis jamur, senyawa ini mengikat
protein mikrotubali dalam sel, kemudian merusak struktur spindle mitotic
dan menghentikan metaphase pembelahan jamur.
Hubungan struktur dan aktivitas turunan griseofulvin
a. Senyawa akan tetap aktif bila atom CI diganti dengan atom F, tetapi
aktivitasnya menurun bila diganti dengan atom BR dan H.
b. Penggantian subsituen metoksi pada cincin sikloheksan dengan gugus
propoksi atau butoksi akan meningkat aktif secara in vivo karna dapat
menigkatkan kelarutan dalam lemk sehingga penembusan ke dalam
membrane bakteri lebih baik. Subsitusi dengan asam amino justru
menghilangkan aktifitas biologis.
Contoh :
1. Nistatin (Candistatin, Mycostatin) diisolasi dari Streptomycesnoursei,
digunakan untuk pengobatan infeksi Candida sp. Pada kulit, membran
mukosa, saluran cerna dan vagina. Digunakan secara oral maupun setempat,
untuk infeksi yang disebabkan oleh Candida sp. Dan Aspergillus sp.
2. Amfoterisin B. Diisolasi dari Streptomyces nodosus, efektif terhadap
hampir semua mikosis sistemik, termasuk kutan dan mukokutan candistatin.
Amfoterisin juga efektif terhadap mukokutan leismaniasis, tetapi kurang
efektif terhadap bakteri, protozoa, dan virus.
5. Turunan Imidazol
Contoh : klotrimazol, ketokonazol, bifonazol, ekonazol nitrat, oksikonazol
nitrat, mikonazol nitrat, isokonazol nitrat, flukonazol, tiokonazol, dan
itrakonazol.
Mekanisme kerja
Turunan imidazol disebabkan senyawa dapat menimbulkan ketidak teraturan
membran sitoplasma jamur. Turunan imidazol dan asam lemak tidak jenuh,
suatu komponen membran jamur, dapat membentuk interaksi hidrofob,
mengubah permeabilitas membran dan fungsi pengangkutan senyawa esensial,
menyebabkan ketidakseimbangan metabolik sehingga menghambat
pertumbuhan atau menimbulkan kematian sel jamur. Turunan imidazol juga
menghambat biosintesis sterol, triglesirida dan fosfolipid pada jamur.
Ketokonazol dapat mempengaruhi biosintesis ergosterol dalam sel jamur.
6. Turunan Halogen
Contoh : Haloprogin
Haloprogin (polik), digunakan untuk pengobatan infeksi jamur superfisial
pada kulit.
Mekanisme kerja
Turunan halogen dapat berinteraksi membentuk ikatan ikatan kovalen
dengan gugus-gugus fungsional dari sel jamur, seperti gugus tio, yang
terdapat pada koenzim A, sistein, glutation, asam lipoat dan tiamin, gugus
amino yang terdapat pada asparagin atau glutamin, serta gugus karboksil
dan hidroksil. Interaksi tersebut sdapat melalui reaksi oksidasi, adisi
konjugat atau eliminasi klorin. Ikatan kovalen yang kuat menyebabkan
masa kerja obat menjadi panjang.
7. Turunan lain-lain
Contoh : naftifin HCl, siklopiroksilamin, gentian violet, domifen bromida
(Neo-bradoral). Dipirition, selenium sulfida dan oktopiroks.
1. Naftifin HCl (exoderil) adalah anti jamur baru yang sangat kuat, bekerja
sebagai fungisid dan fungistatik. Digunakan secara setempat untuk
pengobatan dermatomikosis pada kulit, luka dan rambut, dan kandidiasis
superfisisal. Naftifin juga mempunyai efek setempat pada bakteri Gram-
positif dan Gram-negatif. Obat tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.
2. Siklopiroksolamin (Batrafen) adalah garam etanolamin dari siklopiroks,
merupakan antijamur setempat yang bekerja sebagai fungisida, efektif
terhadap Tinea sp. dan kandididasis superfisial.
3. Gentian violet (Metilrosanilin klorida) adalah golongan zat warna yang
mempunyai efek anti jamur, antibakteri dan anthelmentik. Secara sistemik
digunakan untuk pengobatan infeksi Candida albicans. Sering digunakan
untuk pengobatan infeksi pada mulut bayi.
4. Dipirition dan selenium sulfida (Selsun) adalah senyawa turunan tiol
yang mempunyai efek antijamur, digunakan sebagai antiketombe dan
pengobatan infeksi Tinea versicolor pada kulit kepala.
D. Antiseptik Saluran Seni
Antiseptik saluran seni adalah senyawa yang digunakan untuk infeksi bakteri pada
saluran seni.
Berdasarkan struktur kimianya antiseptik seni dibagi menjadi lima kelompok yaitu
metenamin dan garamnya, asam mandelat dan garamnya, turunan nitrofuran, piridin,
piperidin dan turunan kuinolon
3. Turunan Nitrofuran
Contoh : nitrofurantoin dan hidroksimetil nitrofurantoin.
1. Nitrofurantoin (Macrofuran), merupakan antiseptik saluran seni yang efektif
terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif , dan obat pilihan untuk
pengobatan sistitis. Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat beberapa
enzim yang terlihat pada pembentukan asetil koenzim A dari asam piruvat
sehingga mempengaruhi produksi energi yang diperlukan untuk kehidupan
bakteri. Aktivitasnya sangat tergantung pada gugus nitro, yang secara in vivo
tereduksi menjadi hidroksilamin atau amin primer. Bentuk tereduksi inilah
yang dapat menghambat fungsi DNA dan menyebabkan kerusakan kromosom
bakteri.
Mekanisme kerja nitrofurantoin dijelaskan secara skematik sebagai berikut:
4. Turunan Piridin
Contoh: fenazopiridin
Fenazepiridin HCl (Phyridium), terutama digunakan sebagai setempat pada
saluran seni. Fenazepiridin sering dikombinasi dengan antiseptik saluran seni,
seperti sulfametizol. Obat secara cepat diekskresikan melalui urin dan
menyebabkan warna urin menjadi merah jingga.
Dosis : 100mg 2-3 dd, sesudah makan.
5. Turunan pirimidin
Contoh : trimetoprim
Trimetoprin(Syraprim, Tobyprim) adalah turunan pirimidin, digunakan untuk
pengobatan infeksi saluran seni yang disebabkan oleh E.coli, P.mirabilis,
K.pneumoniae dan Enterobacter. Obat dapat diberikan dalam bentuk tunggal atau
dikombinasi dengan sulfametoksazol. Trimetoprim bekerja sebagai antagonis
metabolik nonklasik dari asam fosfat, yaitu dengan memblok kerja enzim
dihidrofosfat reduktase bakteri 50.000 kali lebih besar dibanding enzim pada
mamalia.
Dosis oral: 100mg 2dd, selama 10 hari
6. Turunan Kuinolon
Turunan kuinolon adalah obat antiinfeksi yang relatif baru sebagai pengembangan
asam nalidiksat, suatu turunan 4-kuinolon yang efektif terhadap bakteri Gram-
negatif dan digunakan untuk antiinfeksi saluran seni.
Pengembangan struktur dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan memperluas
spektrum antibakteri. Modifikasi struktur pada umumnya dilakukan dengan
memasukkan gugus fluorin pada inti dasar (C-6) dan mengalami gugus metil pada
C-7 dengan gugus piperidin.
Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja turunan kuinolon adalah dengan menghambat secara selektif
sintesis ADN bakteri dengan memblok enzim ADN-girase, suatu tipe II
topoisomerase. ADN-girase adalah enzim yang unik dan berfungsi untuk
memelihara kromosom pada keadaan supercoiled dan memperbaiki single strand
ADN yang pecah selama proses replikasi ADN bakteri. Mamalia tidak
mengandung enzim tersebut sehingga turunan kuinolon dapat bekerja secara
selektif menghambat sintesis ADN bakteri tanpa mempengaruhi ADN mamalia.
Mekanisme kerja
Etambutol, isoniazid dan riasetazon mempunyai sifat sebagai ligan yang dapat
membentuk kelas dengan logam-logam yang diperlukan untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Meskipun demikian sifat di atas tidak selalu dapat menjalankan
mekanisme kerja beberapa obat antimikroorganisme lain.
Banyak obat antimikroorganisme yang bekerja dengan menghambat biosintesis
dinding sel mikrobakteri, proein atau asam nukleat.
a. Menghambat biosintesis dinding sel mikrobakteri
Penghambatan biosintesis dinding sel menyebabkan kelemahan jaringan dinding
sel mikrobakteri, terjadi kerusakan membran sel diikuti dengan pecahnya sel
karena lisis osmotik sehingga mikroorganisme mengalami kematian. Obat yang
bekerja dengan mekanisme di atas adalah sikloserin dan isoniazid.
Bentuk kelat etambutol dengan kation divalen dapat dilihat pada gambar.
1) Turunan salisilat
Contoh : para-amino salisilat (PAS), PAS Na, PAS K, benzoilpas Ca,
pashidrazid dan fenilamino salisilat.
Para amino salisilat, merupakan obat pertama untuk pengobatan tuberkulosis,
biasanya dikombinasi dengan isoniazid dan streptomisin. Penyerapan obat
dalam saluran cerna cepat dan sempurna. Kadar plasma maksimal obat
dicapai setelah 1jam pemberian secara oral, dengan waktu paruh biologis 2
jam.
Dosis : 3g 4dd
Hubungan struktur dan aktivitas turunan p-amino salisilat
2) Turunan hidrazida
Contoh : isoniazid dan iproniazid
4) Golongan Antibiotik
Golongan antibiotik yang digunakan sebagai antituberkulosis antara lain
adalah streptomisin sulfa, dihidrostreptomisin, kanamisin sulfa, rifampisin,
skloserin, viomisin sulfa dan kapreomisin sulfa.
a. Streptomisin sulfa, adalah senyawa bakterisida yang diisolasi dari
Streptomyces griteus. Dalam suasana asam, streptomisin terhidrolisis
menjadi streptidin dan streptoblosamin, yang merupakan kombinasi dari
L-streptosa dan N-metil-L-glukosamin. Streptomisin digunakan untuk
pengobatan tuberkulosis melalui pemberian intramuskular, dalam bentuk
tunggal atau dikombinasi dengan isoniazid. Streptomisin dapat
meningkatkan efek obat antituberkulosis yang diberikan oral, seperti
etambutol dan isoniazid.
Dosis I.M : 20mg/kg bb 1dd, selama 2-3 minggu, kemudian 1g/hari tiap
hari dan akhirnya 1g dua kali per minggu.
f. Viomisin sulfat, merupakan peptida siklik yang bersifat basa kuat. Obat
ini digunakan untuk antituberkulosis sebagai pengganti streptomisin.
Dosis I.M : ekivalen dengan 1g viomisin, 2dd, 2kali per minngu.
5) Golongan Lain-Lain
Contoh: etambutol HCl dan tinasetazom.
a. Etambutol, adalah senyawa bakteriostatik, digunakan sebagai penunjang
pengobatan, digunakan sebagai penunjang pengobatan tuberkulosis dari
obat antimikrobakteri yang bersifat bakterisid, seperti isoniazid dan
rifampisin. Etambutol juga digunakan untuk pengobatan ulang
tuberkoulosis bila obat tuberkulosis primer telah kebal.
Dosis oral : 15-20mg/kg bb 1 dd
Obat anti virus adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan dan pencegahan
penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus adalah parasit alam sel,strukturnya terdiri
dari ADN atau ARN dan lapisan protein, dengan membrane terluar terbentuk dari
sakarida, lemak dan protein.
Berdasarkan kandungan asam nukleatnya virus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
virus yang mengandung ADN dan yang mengandung ARN.
1. Virus yang mengandung ADN
a. Adenoviridae : adenovirus (penyakit pernapasan daan mata yang akut)
b. Chordopoxviridae : virus variola (cacar = smallpox), virus vaccinia (cacar
sapi = cowpox), chickenpox (cacar air) dan eksem.
c. Herpesviridae : sitomegalovirus (penyakit sitomegalik), virus Epstein-Barr
(berhubungan dengan limfoma Burkitt dan infeksi mononekleosis), herpes
simplex tipe 1 dan 2 (infeksi genital, labial,keratitis kulit,keratokonjungtivitis
pada mata dan ensefalitis,varicella-zoster dan herpes zoster (shingles)
d. Papovaviridae : virus papiloma (kutil = warts)
Berdasarkan struktur kimianya obat antivirus dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
turunan adamantan amin, analog nukleosida dan turunan interferon.
Mekanisme kerja
Amantadin dan turunannya bekerja dengan menghambat penetrasi partikel virus
ke sel tuan rumah dan menghambat tahap awal replikasi virus, dengan cara
memblok protein inti yang tidak terlapisi sehinggamencegah pemindahan asam
nukleat ke sel tuan rumah .
Contoh :
1. Amantadin HCL (symmetrel), suatu trisiklik amin yang simetrik. Secara
klinikobat hanya efektif untuk pencegahan dan pengobatan infeksi yang
disebabkan oleh virus influenza A. pnyerapan obat dalam saluran cerna cukup
baik (95%), dengan waktu paro eliminasi 20-24 jam.
Dosis oral untuk pencegahan influenza A : 100 mg 2 dd
Mekanisme kerja
Analog nukleosida mula-mula mengalami fosforilasi oleh sel tuan rumah
membentuk turunan trifosfat yang aktif, kemudian bergabung ke dalam ADN
virus dan tuan rumah sebagai pengganti nukleotida normal sehingga terjadi
hambatan replikasi sel.
D. Alkaloida Ipeka
Contoh : emetin HCl, dan dehidroemetin di HCl(DH Emetine).
Mekanisme kerja
Alkaloida ipeka adalah amubisid sistemik, digunakan untuk pengobatan amuba
disentri yang berat dan abses hepatik. Pada tingkat molekul, senyawa dapat
menghambat perpanjangan rantai polipeptida, kemudian memblok sintesis
protein dari organisme eukariotik. Efek ini tidak terjadi pada organisme
prokariotik.
Efek samping serius terjadi antara lain pada kardiovaskular, saraf otot dan
reaksi pada saluran cerna.
E. Turunan Nitroimidazol
Turunan nitroimidazol dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Turunan 2-nitroimidazol, contoh : benznidazol dan misonidazol.
2. Turunan 5-nitroimidazol, contoh : metronidazol, nimorazol, ornidazol,
tinidazol dan seknidazol.
Gugus nitro pada posisi 5 sangat berperan untuk aktivitas amubiasis karena
mampu mereduksi dan berfungsi sebagai elektron aseptor terhadap gugus
elektron donor protein amuba. Akibatnya, terjadi gangguan proses biokimia,
seperti hilangnya struktur heliks ADN, pemecahan ikatan dan kegagalan
fungsi ADN sehingga amuba mengalami kematian.
F. Arsen Organik
Contoh : karbarson, difetarson dan glikobiarsol
Turunan arsen orgamik mengandung atom arsenik pentavalen. Mula-mula
direduksi menjadi arsen trivalen kemudian membentuk kompleks dengan
gugus tiol dari parasit dan menunjukkan efek amubisid. Turunan arsen organik
sekarang jarang digunakan karena ekskresinya pelan dan akan ditimbulkan
pada jaringan sehingga menimbulkan toksisitas yang besar.
G. Turunan lain-lain
Contoh : diloksanid furoat, bialamikol dan kuinakrin HCl
Diloksanid furoat, adalah turunan haloasetamid, mengandung gugus
dikloroamid (-N(R)-COCHCl) yang terikat pada cincin fenil, seperti pada
antibiotika gejala-gejala amubiasis usus dan sistemik, termasuk abses amubik,
sesudah pengobatan dengan turunan 5-nitroimidazol. Diklosanid furoat cepat
terhidrolisis dalam usus melepas diklosanid dan cepat diserap oleh saluran
cerna. Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam 1 jam, dengan masa kerja 6
jam.
Dosis oral ; 500 mg 3 dd, selama 10 hari
2. Obat Antileismania
Obat antileismania atau leismanisida, adalah senyawa kemoterapetik yang
digunakan untuk pengobatan leismaniasis, suatu parasit yang disebabkan oleh
Leishmania donovani (leismaniasis viseral), L. Tropica (leismaniasis kutan), L.
Brazilliense (leismaniasis mukokutan), L. Aethiopica, L. Major dan L. Mexicana.
Merupakan parasit pada manusia dan hewan yang disebarluaskan melalui gigitan
serangga lalat pasir (Phleobotamus atau Lutzomyla).
Leishmania sp, mempunyai dua bentuk siklus kehidupan, yaitu :
a. Luar sel, bentuk promastigot bebas, dikembangkan dalam usus vektor
(serangga), yang masuk dalam tubuh mamalia melalui gigitan serangga.
b. Dalam sel, bentuk amastigot dalam tubuh mamalia.
3. Obat Antitrikomonas
Obat antitrikomonas, atau trikomonasida, adalah senyawa yang digunakan untuk
pengobatan trikomoniasis, suatu infeksi parasit pada usus atau saluran genital,
yang disebabkan oleh flagelata, seperti Trichomonas vaginallis, T. Tenax,
Dientamoeba fragillis dan pentatrichomonas hominis. Infeksi pada manusia
terutama adalah trikomonas yang disebabkan oleh T.vaginallis, yang biasanya
hidup pada mukosa vagina dan bagian saluran genital wanita (40%) atau pria
(10%).
Obat antitrikomonas dikelompokkan menjadi dua yaitu obat yang bekerja secara
sistemik dan yang bekerja secara setempat.
a. Obat yang bekerja secara sistemik
Obat pilihan untuk pengobatan trikomoniasis sistemik adalah metronidazol
atau turrunan nitroimidazol lain. Untuk infeksi D.fragilis sebagai obat pilihan
adalah iodokuinol atau tetrasiklin.
Obat yang menghambat efek sistemik trikomoniasis dibagi menjadi tida
kelompok yaitu golongan antibiotika, turunan 8-hidroksikuinolin dan turunan
nitroimidazol.
1. Golongan antibiotika
Contoh : tetrasiklin, natamisin dan pentamisin
2. Turunan 8-hidroksikuinolin
Contoh : kliokuinol (Vioform) dan iodokuinol
3. Turunan nitroimidazol
Contoh : benznidazol, flunidazol, metronidazol, misonidazol, nimorazol,
ornidazol, sekmidazol dan tinidazol.
b. Obat yang bekerja secara setempat
c. Contoh : aminakrin HCl, klotrimazol dan povidon-iodin.
4. Obat antitripanosoma
obat antitriponosoma, atau tripanosida, adalah senyawa yang digunakan untuk
pencegahan dan pengobatan tripanosomiasis, suatupenyakit parasit yang
disebabkan oleh flagelata, seperti Trypanosoma gambiesnse, T. Cruzi dan T.
Rhodesiense.
5. Obat Antimalaria
Obat antimalaria adalah senyawa yang digunakan untuk pencegahan dan
pengobatan malaria, suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa, yaitu
Plasmodium sp., yang masuk ke dalam tubuh tuan rumah (host) melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina.
Ada empat spesies malaria pada manusia, yaitu P. Falciparum (malaria tertiana
yang berbahaya), P. Vivax (malaria tertiana yang kurang berbahaya), P. Malaria
(malaria kuartana yang kurang berbahaya) dan P. Ovale (malaria tertiana yang
kurang berbahaya). Tertiana dan kuartana menunjukkan siklus reproduksi parasit,
yang ditandai oleh waktu selang antara puncak tertinggi demam pasien. Untuk
tertiana waktu selang demam tertinggi 48 jam sedang kuartana 72 jam.
Obat antimalaria dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan cara kerja
dan struktur kimianya.
Klorokuin dan amodiakuin, membentuk kompleks dengan ADN melalui dua jalur,
yaitu :
1. Gugus amin alifatik tersier rantai samping yang terprotonasi membentuk ikatan ion
dengan gugus fosfat dobel heliks AND yang bermuatan negatif,
2. Gugus 7-CI dapat membentuk ikatan elektrostatik dengan gugus 2-amino guanine
yang bersifat khas.
Berdasarkan lokasi pada saluran usus cacing dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Cacing yang melekat pada dinding usus, contoh: Taenia solium, Taenia saginata,
Tichuris trichiura dan Trichinella spiralis.
b. Cacing yang melekat pada mukosa, contoh : Strangyloides Stercoralis
c. Cacing yang tidak melekat pada saluran cerna, contoh : Ascaris lumbricoides dan
Enterobius vermicularis.
Mekanisme kerja
a. Kerja langsung yang menyebabkan narkosis, paralisis atau kematian cacing.
Befenium hidroksinaftoat, levamisol dan pirantel pamoat bekerja sebagai agonis
asetilkolin tipe ganglionik nikotinik. Reseptor kolinergik pada penghubung saraf
otot nematoda adalah tipe ganglionik nikotinik. Obat agonis diatas merupakan
senyawa pemblok saraf otot secara depolarisasi, dapat merangsang ganglia secara
kuat, diikuti pengaktifan nikotinik, menghasilkan kontraksi otot sehingga
menyebabkan paralisis spastik pada cacing diikuti pengeluaran cacing dari tubuh
tuan rumah (host).
Dietilkarbamazin, menunjukan dua tipe kerja pada mikrofilaria, yaitu:
1. Karena efek hiperpolarisasi dari gugus piperazin, senyawa bekerja sebagai
agonis -aminobutirat (GABA) pada penghubung saraf otot, menghasilkan
paralisis lemah, kemudian cacing dikeluarkan dari normal habitat tuan rumah.
2. Dengan mediator platelet darah, menimbulkan rangsangan pengeluaran
antigen filaris. Mekanisme kematian cacing melibatkan peran serta radikal
bebas.
Turunan piperazin, seperti piperazin sitrat, bekerja sebagai agonis GABA pada
penghubung saraf otot dari a.lumbricoides, seperti pada dietilkarbamazin