Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat Anti Infeksi

Obat antiinfeksi adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan

penyakit infeksi yang disebabkan oleh spesies tertentu dari golongan serangga,

metazoa, protozoa, jamur, bakteri, riketsia atau virus.

Berdasarkan kegunaannya obat antiinfeksi dibagi menjadi beberapa

kelompok, yaitu ektoparasitisida, obat antiinfeksi setempat ( antiseptika dan

desinfektan), anthelmintik, obat antimikobakteri ( antituberkulosis dan antilepra),

antiseptik saluran seni, obat antijamur, obat antivirus dan obat antiprotozoa

( antiamuba, antileismania, antirikomonas, antitripanosoma dan antimalaria)

2.2 Ektoparasitisida

Ektoparasitisida adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan

berbagai kelainan yang disebabkan oleh Ektoparasit, seperti skabies dan

pedikulosis. Ektoparasit adalah parasit yang terdapat pada kulit tubuh, kuku,

rambut, dan kulit kepala. Skabies disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei var.

homonis, sedang pedikulosis oleh kutu Pediculus capitis (pada kepala), Pediculus

humanus (pada tubuh) dan Phthirus pubis (pada daerah pubis).

Berdasarkan struktur kimianya ektoparasitisida dibagi menjadi empat

kelompok, yaitu hidrokarbon terklorinasi, turunan piretin, senyawa sulfur dan

turunan lain-lain.

a. Hidrokarbon Terklorinasi

Contoh turunan hidrokarbon terhalogenasi yang digunakan sebagai

antiskabies adalah lindan. Heksaklorsikloheksan didapat sebagai hasil


fotoklorinasi benzen, terdiri dari 8 isomer, yaitu isomer α, β, γ, ŋ, ɛ, ɵ, σ

dan t. Ekstraksi dengan pelarut organik tertentu dapat diisolasi isomer ᵧ

(lindan) ± 10-13%, yang mempunyai aktivitas 100-1000 kali lebih besar

dibanding isomer lainnya.

Gambar 1. Struktur Lindan

b. Turunan Piretrin

Turunan piretrin adalah kandungan aktif dari bunga Pyrethrum

atau analog sintetiknya, digunakan sebagai insektisida dan ektoparasitisida

yang selektif, terutama untuk antropoda. Contoh: sinerin I dan II, jamolin I

dan II, piretrin I dan II, aletrin I dan II, resmetrin dan tetrametrin.

c. Senyawa Sulfur

Sulfur (belerang), mempunyai aktivitas sebagai insektisida karena

oleh antropoda akan diubah menjadi asam pentationat yang bersifat toksik.

Sulfur digunakan sebagai antiskabies dalam bentuk salep dengan kadar

6%. Contoh : sulfur, sulfur presipitatum dan sulfur sublimatum.

d. Turunan Lain-lain

- Benzil benzoat, adalah antiskabies yang cukup kuat, dapat

merangsang sistem saraf pusat, menyebabkan kejang dan kematian

antropoda. Benzil benzoat digunakan sebagai antoskabies, dalam

bentuk emulsi dengan kadar 25%.


- Malation, adalah penghambat enzim kolinesterase, dalam tubuh

serangga diubah menjadi malaokson, yang mempunyai aktivitas

penghambat kolinesterase 10.000 kali lebih besar dibanding

senyawa induknya.

- Krotamiton (Eurax), digunakan sebagai ektoparasitisida dalam

bentuk lation: 10%, dioleskan 2-3kali per hari.

2.2.1 Obat Anti infeksi setempat / lokal (germisida)

Obat antiinfeksi setempat adalah senyawa yang digunakan secara setempat

untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme, baik pada

jaringan hidup maupun jaringan mati. Obat antiinfeksi setempat dibagi menjadi

dua kelompok, yaitu antiseptik dan desinfektan

Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat

pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme pada jaringan hidup, mempunyai

efek membatasi dan mencegah infeksi agar tidak menjadi lebih parah. Antiseptik

yang ideal adalah cepat bekerja terhadap jasad renik, mikroorganisme (baik

spektrum rendah ataupun spektrum luas tergantung pada penggunaanya),

tegangan permukaan rendah, tetap aktif dengan adanya cairan tubuh., tidak

bersifat iritasi terhadap jaringan, tidak menimbulkan alergi dan tidak

menimbulkan toksisitas sistemik bila digunakan pada kulit atau jaringan lunak.

Desinfektan adalah senyawa klorida yang digunakan untuk membunuh

mikroorganisme (bakterisid), biasanya pada benda mati, dan dengan cepat

menghasilkan efek letal yang tak terpulihkan. Desinfektan digunakan secar luas

untuk sanitasi atau rumah sakit. Desinfektan ideal adalah cepat membasmi
mikroorganisme patogen yang potensial termasuk spora, mempunyai daya

penetrasi yang baik kedalam bahan organik, dapat bercampur dengan bahan

organik (terutama sabun-sabun), tidak menjadi in aktif oleh jaringan hidup, tidak

korosif, mempunyai nilai estetika (tidak menimbulkan noda, tidak berbau dan

lain-lain).

Mekanisme kerja antiseptik dan desinfektan dikelompokan sebagai berikut :

a. Penginaktifan enzim tertentu

Penginaktifan enzim tertentu adalah mekanisme umum dari

senyawa antiseptika dan desifektan, seperti turunan aldehida, anida,

karbanilida, etilen oksida, halogen, senyawa merkuri dan senyawa

amonium kuartener. Aldehida dan eltilen oksida bekerja dengan

mengalkilasi secara lagsung gugus nukleofil, seperti gugus-gugus amino,

karboksil, hidroksil, fenol dan tiol, dari protein sel bakteri.

Reaksi alkilasi di atas dijelaskan sebabagi berikut :

R – CHO + ROH R –CH –OR

Aldehida gugus nukleotida OH

(hidroksil)

Reaksi alkilasi tersebut menyebabkan pemblokan sisi aktif dan

pengubahan konfirmasi enzim sehingga terjadi hambatan pertumbuhan sel

bakteri.

b. Denaturasi protein

Turunan alkaloid, halogen dan halogenofor, senyawa merkuri,

peroksida, turunan fenol dan senyawa amonium kuarterner bekerja sebagai

antiseptik dan desinfektan dengan cara denaturasi dan koagulasi protein

sel bakteri .
c. Mengubah permeabilitas membran sel bakteri

Ini adalah model kerja turunan amin dan guanidin, turunan fenol

dan senyawa amonium kuarterner. Dengan mengubah permeabilitas

membran sel bakteri, senyawa-senyawa diatas menimbulkan kebocoran

konstituen sel yang esensial sehingga bakteri mengalami kematian.

Klorheksidin, suatu katoin aktif, dapat berikatan dengan gugus-

gugus yang bermuatan negatif pada dinding sel bakteri, menghasilkan

netralisasi muatan, obat kemudian diabsorpsi dan menyebabkan kerusakan

dinding sel. Selain mekanisme kerja di atas klorheksidin juga

menyebabkan presipitasi protein plasma sel bakteri.

d. Interkalasi ke dalam ADN

Beberapa zat warna, seperti turunan trifenilmetan dan akridin,

bekerja sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat asam nukleat,

menghambat sintesis ADN dan menyebabkan perubahan kerangka mutasi

pada sintesis protein.

Turunan trifenilmetan, seperti gentian violet dan turunan akridin,

seperti akriflavin adalah karbon aktif, dapat berkompetisi dengan ikatan

hidrogen membentuk kompleks yang tak terionisasi dengan gugus

bermuatan negatif dari konstituen sel, terjadi pemblokan proses biologis

yang penting untuk kehidupan bakteri sehingga bakteri mengalami

kematian.

e. Pembentukan kelat

Beberapa turunan fenol, seperti heksaklorofen dan oksikuinolin,

dapat membentuk kelat dengan ion Fe dan Cu, kemudian bentuk kelat
tersebut masuk ke dalm sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion logam

didalam sel menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim sehingga

mikroorganisme mengalami kematian

2.2.2 Hubungan Struktur dan Aktivitas

a. Hubungan Struktur dan Aktivitas Turunan Alkohol Alifatik

Pada turunan alkohol alifatik, dengan bertambahnya jumlah atom C,

kelarutan senyawa dalam air akan menurun dan kelarutan dalam lemak

meningkat. Hal menyebabkan kemampuan penetrasi ke dalam membran sel

bakteri meningkat sehingga meningkat pula aktivitas antiseptiknya, sampai pada

jumlah atom C tertentu. Contoh : terhadap Stophylococcus aureus, jumlah atom C

optimal = 5, sedang terhadap Bacillus thyposus, jumlah ataom C optimal=8. Bila

jumlah atom C ditingkatkan lagi, aktivitasnya menurun secara drastis.

Adanya percabangan dapat meningkatkan kelarutan dalam air dan

menurunkan kelarutan dalam lemak sehingga penembusan membran sel menurun

dan aktivitasnya juga menurun. Contoh : akibat primer lebih aktif dibanding

alkohol sekunder, dan alkohol sekunder lebih aktif dibanding alkohol tersier.

Adanya ikatan rangkap mempunyai efek serupa dengan adanya

percabangan. Contoh : alilalkohol mempunyai aktivitas antibakteri yang lebih

rendah dibanding n-propilalkohol. Turunan alkohol yang sering digunakan

sebagai antiseptik adalah etil alkohol dan isopropil alkohol.

b. Hubungan struktur dan aktivitas

Aktivitas antibakteri turunan akridin tergantung pada derajat ionisasi

senyawa. 3-Aminoakridin dan 9-aminoakridin bersifat lebih basa dibanding


turunan aminoakridin yang lain karena terjadi stabilisasi resonansi dari bentuk

terprotonasi. Bentuk terionisasinya makin besar (91% dan 100%) sehingga makin

efektif interaksinya dengan gugus anion protein sel bakteri.

Bentuk resonansi dari 3 dan 9- aminoakridin dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2. Resonansi dari 3 dan 9- aminoakridin

c. Hubungan Struktur Dan Aktivitas Turunan Trifenilmetan

Bila salah satu gugus fenil dihilangkan aktivitasnya akan menurun. Untuk

aktivitas optimal diperlukan adanya gugus dimetilamino atau dietilamino. Bila

gugus tersebut diganti dengan gugus amonium kuartener atau gugus lain,

aktivitasnya akan menurun .

d. Hubungan Struktur Dan Aktivitas Senyawa Fenol

Fenol sendiri mempunyai efek antiseptik. Peningkatan sifat lipofil turunan

fenol akan meningkatkan aktivitas antiseptiknya. Pemasukan gugus halogen,

seperti klorin dan bromin, ke inti fenol akan meningkatkan aktivitas antiseptik.

Aktivitas ini lebih meningkat bila jumlah halogen yang dimasukkan bertambah.

Polihalogenasi fenol kurang berguna karena senyawa mempunyai kelarutan dalam

air sangat kecil dan tidak dapat dibawa oleh cairan luar sel ke reseptor, sehingga

aktivitasnya rendah. Meskipun demikian pentaklorfenol dapat digunakan sebagai

pengawet kayu karena mempunyai efek antijamur tinggi.


Tabel 1. Koefisien fenol beberapa turunan fenol terhadap E.typhosa dan S.aureus.

Koefisien fenol beberapa turunan resorsinol terhadap E.typhosa dan

S.aureus dapat dilihat pada tabel 28.

Tabel 28. Koefisien fenol beberapa turunan resorsinol terhadap E.typhosa dan
S.aureus.
2.3 Obat Anti Jamur

Obat anti jamur adalah obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit

infeksi yang disebabkan oleh jamur. Jamur yang menginfeksi manusia (mikosis)

dibagi menjadi 5 kelompok yaitu mikosis sistemik, mikosis subkutan, mikosis

kutan dan mukokutan, mikosis mukokutan dan mikosis uperficial.

2.3.1 Mikosis sistemik

Mikosis sistemik terutama mempengaruhi organ internal dari visceral

tersebar secara luas dan melibatkan jaringan yang berbeda. Mikosis sistemik di

sebabkan oleh jamur saprotik di tanah melalui inhalasi spora.

Yang termasuk mikosis sistemi adalah :

a. Aspergilosis (Aspergillus fumigatus ) , antijamur : amfoterisin B (I.V. )

, +5- fluorositosin (oral ).

b. Blastomikosis ( Blastonikosis dermatitis ), antijamur : amfoterisisn B

(I.V.), ketokenazol (oral).

c. Kandistatin (Candida sp.), antijamur : amfoterisin B (I.V.) +5-

fluorositosin (oral) nistatin (oral +setempat ), klortimazol dan

mikonazol (setempat) dan ketokonazol (oral).

d. Kokidioidomikosis (Caccidiaides immitis ), antijamur : amfoterisin B

(I.V. ) ,ketokonazol (oral).

e. Kriptokokosis (Cryptococcus neoformans ), antijamur : amfoterisin B

(I.V.) +5-fluorositosin (oral).

f. Histoplasmosis (histoplasma capsulatum), antijamur: amfoterisin B

(I.V.),ketokonazol (oral).
g. Parakokidioidomikosis (paracoccidioides braziliensis ) , antijamur :

amfoterisin B (I.V.), ketokonazol (oral).

h. Fikomikosis (phycomycetes), antijamur : amfoterisin B (I.V.).

2.3.2 Mikosis subkutan

Mikosis subkutan adalah mikosis yang terdapat pada tulang, muka, kulit,

dan jaringan subkutan. Mikosis ini disebabkan oleh jamur yang masuk ke kulit

melalui pengotoran tanah, serpih atau duri, dan cenderung terlokalisasi pada

jaringan subkutan. Mikosis subkutan dapat menyebabkan kerusakan yang berat

dan kadang-kadang menimbulkan kematian.

Yang termasuk mikosis subkutan adalah :

a. Kromomikosis (jamur dimorfi).

b. Maduromikosis (tak kurang dari 13 spesies jamur ).

c. Sporotrikosis (sporothrix schenkil ).

2.3.3 Mikosis kutan dan mukokutan

Mikosis kutan hanya menginfeksi epidermis, rambut dan kuku, dan

disebabkan oleh jamur dermatophytes, seperti epidermophyton floccosium,

microsporum sp. Dan trichophyton sp. Penyakitnya disebut dermatofitosis atau

dermatomikosis. Berdasarkan daerah kulit yang terkena infeksi, jamur dibedakan

sebagai berikut :

a. Tinca pedis (pada kaki).

b. Tinca corporis (pada tubuh).

c. Tinca cruris (pada lipatan paha).

d. Tinca capitis (ketombe atau dandruff, pada kulit kepala ).


2.3.4 Mikosis Mukokutan

Mikosis Mukokutan disebakan oleh jamur Candida sp. dan penyakitnya

disebut candidiasis. Antijamur : amfoterisin B (I.V.) +5-fluorositosin (oral),

nistatin (oral + setempat ) , kandisidin, gelatin violet , klotrimazol dan

mikonazol(setempat), griseofulvin dan ketokonazol (oral).

2.3.5 Mikosis superficial

Mikosis ini hanya menginfeksi rambut dan lapisan superfisisal dari

epidermis. Yang termasuk mikosis superfisial adalah :

a. Black piedra ( piedraia hortal ).

b. Tinca nigra ( cladasporium werneckii ).

c. Pitiriasis atau tinca versicolor (pityrosporum orbiculare ).

d. White piedra (trichosporum cutaneum ).

Berdasarkam stuktur kimoanya obat antijamur dibagi menjadi tujuh

kelompok yaitu turunan asam, turunan tionokarbonat, turunan pirimidin,

antibiotika, turunan imidazole, turunan halogen dan turunan lain-lain.

2.4 Antiseptik Saluran Seni

Antiseptik saluran seni adalah senyawa yang digunakan untuk infeksi

bakteri pada saluran seni. Berdasarkan struktur kimianya antiseptik seni dibagi

menjadi lima kelompok yaitu metenamin dan garamnya, asam mandelat dan

garamnya, turunan nitrofuran, piridin, piperidin dan turunan kuinolon

2.4.1 Metenamin dan garamnya

Metenamin (urotropin, hexamin), secara oral digunakan untuk pengobatan

infeksi saluran seni karena dalam suasana asam akan terurai melepaskan

formaldehid aktif. Metenamin bekerja secara tidak khas melalui interaksinya


dengan gugus-gugus fungsional tertentu dalam sel bakteri. Efek maksimal dicapai

bila digunakan bersama-sama dengan senyawa yang bereaksi asam, seperti

vitamin C, NH4Cl atau NH2HPO4. Metenamin sering digunakan dalam bentuk

garam bipurat karena garam tersebut meningkatkan keasaman urin sehingga

aktivitas obat lebih meningkat.Contoh : metenamin, metenazin tripurat dan

metenamin mandelat

Gambar 3. Struktur Metenamin dan Asam Mandelat

2.4.2 Turunan Nitrofuran

Nitrofurantoin (Macrofuran), merupakan antiseptik saluran seni yang

efektif terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif , dan obat pilihan untuk

pengobatan sistitis. Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat beberapa

enzim yang terlihat pada pembentukan asetil koenzim A dari asam piruvat

sehingga mempengaruhi produksi energi yang diperlukan untuk kehidupan

bakteri. Aktivitasnya sangat tergantung pada gugus nitro, yang secara in vivo

tereduksi menjadi hidroksilamin atau amin primer. Bentuk tereduksi inilah yang

dapat menghambat fungsi DNA dan menyebabkan kerusakan kromosom bakteri .

Mekanisme kerja nitrofurantoin dijelaskan secara skematik sebagai

berikut:
Gambar 4. Mekanisme kerja nitrofurantoin

Hidroksimetil nitrofurantoin, digunakan terutama untuk pengobatan

infeksi bakteri pada saluran seni. Efek samping obat cukup besar serupa dengan

nitrofurantoin. Untuk mengurangi gangguan pada saluran cerna, obat dapat

dikombinasi dengan antasida, seperti aluminium hidroksida gel (Urfadyn).

2.4.3 Turunan Piridin

Fenazepiridin HCl (Phyridium), terutama digunakan sebagai setempat

pada saluran seni. Fenazepiridin sering dikombinasi dengan antiseptik saluran

seni, seperti sulfametizol. Obat secara cepat diekskresikan melalui urin dan

menyebabkan warna urin menjadi merah jingga. Contoh: fenazopiridin.

Gambar 5. Struktur fenazopiridin dan trimetoprim

2.4.4 Turunan pirimidin

Trimetoprin(Syraprim, Tobyprim) adalah turunan pirimidin, digunakan untuk

pengobatan infeksi saluran seni yang disebabkan oleh E.coli, P.mirabilis,

K.pneumoniae dan Enterobacter. Obat dapat diberikan dalam bentuk tunggal atau

dikombinasi dengan sulfametoksazol. Trimetoprim bekerja sebagai antagonis

metabolik nonklasik dari asam fosfat, yaitu dengan memblok kerja enzim
dihidrofosfat reduktase bakteri ±50.000 kali lebih besar dibanding enzim pada

mamalia. Contoh : trimetoprim

2.4.5 Turunan Kuinolon

Turunan kuinolon adalah obat antiinfeksi yang relatif baru sebagai

pengembangan asam nalidiksat, suatu turunan 4-kuinolon yang efektif terhadap

bakteri Gram-negatif dan digunakan untuk antiinfeksi saluran seni.

Pengembangan struktur dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan memperluas

spektrum antibakteri. Modifikasi struktur pada umumnya dilakukan dengan

memasukkan gugus fluorin pada inti dasar (C-6) dan mengalami gugus metil pada

C-7 dengan gugus piperidin.

2.5 Obat Antituberkulosa

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberkulosis, suatu basil gram-positif. Basil mikrobakteri ini sangat sukar dibunuh

dan sesudah pengobatan kemoterapi eiminasi basil dari tubuh sangat pelan

sehingga pengobatan infeksi mikrobakteri memerlukan waktu yang panjang.

Banyak obat antimikroorganisme yang bekerja dengan menghambat

biosintesis dinding sel mikrobakteri, proein atau asam nukleat.

a. Menghambat biosintesis dinding sel mikrobakteri

Penghambatan biosintesis dinding sel menyebabkan kelemahan

jaringan dinding sel mikrobakteri, terjadi kerusakan membran sel diikuti

dengan pecahnya sel karena lisis osmotik sehingga mikroorganisme

mengalami kematian. Obat yang bekerja dengan mekanisme di atas adalah

sikloserin dan isoniazid.


Sikloserin adalah struktur analog D-alanin, bekerja dengan

menghambat secara kompetitif dua dari tiga enzim yang terlibat dalam

penggabungan D-alanin ke dalam prekusor dinding sel. UDP- MurNAc-

pentapeptida, yaitu enzim alanin rasemase dan D-alanin: D-alanin

sintetase. Afinitas enzim-enzim diatas terhadap sikloserin 100kali lebih

besar dibanding terhadap substrat normal.

b. Menghambat biosintesis protein

Protein adalah komponen yang penting dalam sistem kehidupan

mikrobakteri. Penghambatan biosintesis protein dapat menyebabkan

kematian mikrobakteri. Asam p-aminosalisilat dan turunan pra-obatnya,

menghambat biosintesis protein dengan mekanisme kerja mirip

sulfonamida, yaitu secara penghambatan bersaing dengan asam p-

aminobenzoat.

Pirazinamid, etionamid, dan protionamid, menghambat sintesis

peptida dengan memblok penggabungan asam-asam amino yang

mengandung sulfur, seperti sistein dan metionin, kekurangan protein

esensial diatas dapat menyebabka kematian mikrobakteri.

c. Menghambat biosintesis asam nukleat

Asam nekleat berperan penting pada proses pembelahan sel.

Pengahambatan biosintesis asam nukleat dapat menyebabkan kematian

mikroorganisme. Etambutol, mempunyai struktur mirip dengan poliamin

dan mempunyai sifat dapat membentuk kelat dengan kation divalen.

Pembentukan kompleks tersebut mempengaruhi fungsi poli sel, seperti


spermidin dan spermin, yang terlihat dalam memelihara keutuhan asam

nukleat, sehingga terjadi hambatan biosintesis protein,ADN, dan ARN.

Berdasarkan struktur kimianya obat antituberkulosis dibagi menjadi lima

kelompok yaitu turunan salisilat, turunan hidrazida, turunan amidaheterosoklik,

golongan antibiotik dan golongan lain-lain.

2.5.1 Turunan salisilat

Para amino salisilat, merupakan obat pertama untuk pengobatan

tuberkulosis, biasanya dikombinasi dengan isoniazid dan streptomisin.

Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan sempurna. Kadar plasma

maksimal obat dicapai setelah 1jam pemberian secara oral, dengan waktu paruh

biologis 2 jam. Contoh : para-amino salisilat (PAS), PAS Na, PAS K, benzoilpas

Ca, pashidrazid dan fenilamino salisilat.

2.5.2 Turunan hidrazida

Isoniazid (INH), merupakan senyawa bakterisida, dalam bentuk tunggal

digunakan untuk pencegahan tuberkulosis, sedang dalam bentuk kombinasi

dengan rifampisin atau pirazinamid untuk pengobatan tuberkulosis. Isoniazid

dapat menyebabkan neuritis perifer karena bekerja sebagai antagonis terhadap

piridoksin dan meningkatkan ekskresi piridoksin melalui ginjal. Oleh karena itu

pada pengobatan dengan isoniazid harus diberikan bersama-sama dengan vitamin

B6. Contoh : isoniazid dan iproniazid

2.5.3 Turunan amina Heterosiklik

Pirazinamid(Neotibi, Pezeta,Prazinas, Pharozinamid), mempunyai efek

baktersid, digunakan terutama untuk pengobatan ulang tuberkulosis dan untuk

pengobatan jangka pendek bila diduga penderita sudah kebal terhadap isoniazid.
Pada umumnya digunakan bersama-sama dengan obat tuberkulosis lain.

Pirazinamid bukan obat primer pada pnegobatan tuberkulosis paru karena

menimbulkan hepatotoksik yang potensial. Penyerapan obat dalam saluran cerna

cepat dan hampir sempurna, kadar serum tertinngi dicapai dalam waktu ± 2jam,

dengan waktu paruh eliminasi ±10-16 jam. Contoh: pirazinamid, etionamid dan

protionamid.

2.5.4 Golongan Antibiotik

Golongan antibiotik yang digunakan sebagai antituberkulosis antara lain

adalah streptomisin sulfa, dihidrostreptomisin, kanamisin sulfa, rifampisin,

skloserin, viomisin sulfa dan kapreomisin sulfa.

2.5.5 Golongan Lain-Lain

Etambutol, adalah senyawa bakteriostatik, digunakan sebagai penunjang

pengobatan, digunakan sebagai penunjang pengobatan tuberkulosis dari obat

antimikrobakteri yang bersifat bakterisid, seperti isoniazid dan rifampisin.

Etambutol juga digunakan untuk pengobatan ulang tuberkoulosis bila obat

tuberkulosis primer telah kebal.

Tinasetazom adalah senyawa bakteriostatik, digunakan untuk pengobatan

tuberkulosis paru, biasanya dikombinasi dengan antitubekulosis lain terutama

isoniazid. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat, kadar plasma tertinggi

dicapai dalam waktu ±4jam sesudah pemberian secara oral, dengan waktu paruh

biologis 8-12 jam.


2.6 Obat Anti Virus

Obat anti virus adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan dan

pencegahan penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus adalah parasit alam

sel,strukturnya terdiri dari ADN atau ARN dan lapisan protein, dengan membrane

terluar terbentuk dari sakarida, lemak dan protein.

Berdasarkan kandungan asam nukleatnya virus dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu virus yang mengandung ADN dan yang mengandung ARN.

a. Virus yang mengandung ADN

- Adenoviridae : adenovirus (penyakit pernapasan daan mata yang

akut)

- Chordopoxviridae : virus variola (cacar = smallpox), virus vaccinia

(cacar sapi = cowpox), chickenpox (cacar air) dan eksem.

- Herpesviridae : sitomegalovirus (penyakit sitomegalik), virus

Epstein-Barr (berhubungan dengan limfoma Burkitt dan infeksi

mononekleosis), herpes simplex tipe 1 dan 2 (infeksi genital,

labial,keratitis kulit,keratokonjungtivitis pada mata dan

ensefalitis,varicella-zoster dan herpes zoster (shingles)

- Papovaviridae : virus papiloma (kutil = warts)

b. Virus yang mengandung ARN

- Arenaviridae : arenavirus (virus limpositik kariomeningitis dan

virus demam lassa)

- Coronaviridae : koronavirus ( penyakit pernapasan )

- Orthomyxoviridae : virus influenza A.B. dan C


- Paramyxoviridae : virus parainfluenza (bronchitis, pneumonia,

croup), virus pernapasan ( bronkiolitis, pneumonia), virus campak

dan virus gondong.

- Picornaviridae : rhinovirus ( penyakit pernapasan, common cold),

virus polio (poliomyelitis), coxsackievirusdan echovirus

(meningitis aseptic)

- Rioviridae : rotavirus (diare)

- Retroviridae : human immunodeficiency virus (HIV) atau human T-

lymphotropic virus III (HTLV-III) atau acquired immunodeficiency

syndrome (AIDS), human T-cell leukemia virus atau human T-cell

lymphotropic virus ( HTVL-I), retrovirus yang berhubungan

dengan limpdenopati atau hairy cell leukemia (HCL), kanker

payudara dan karsinoma nasofaring.

- Rhabdoviridae : virus rabies

- Togaviridae : virus rubella, virus demam kuning (hepatitis)dan

virus meningoensefalitis.

Berdasarkan struktur kimianya obat antivirus dibagi menjadi tiga

kelompok yaitu turunan adamantan amin, analog nukleosida dan turunan

interferon.

2.6.1 Turunan adamantan amin

Contoh : amantadin HCL, metisoprinol dan tromantadin. Amantadin dan

turunannya bekerja dengan menghambat penetrasi partikel virus ke sel tuan rumah

dan menghambat tahap awal replikasi virus, dengan cara memblok protein inti
yang tidak terlapisi sehinggamencegah pemindahan asam nukleat ke sel tuan

rumah .

2.6.2 Analog nukleosida

Contoh : zidovudin, asiklovir, idoksuridin,ribavirin, dan vidarabin. Analog

nukleosida mula-mula mengalami fosforilasi oleh sel tuan rumah membentuk

turunan trifosfat yang aktif, kemudian bergabung ke dalam ADN virus dan tuan

rumah sebagai pengganti nukleotida normal sehingga terjadi hambatan replikasi

sel.

2.6.3 Turunan interferon

Interferon, dapat bekerja melalui beberapa mekanisme sebagai berikut :

a. Merangsang enzim yang mampu menghambat translasi m-ARN virus,

b. Menghambat pelepasan virion pada permukaan sel virus,

c. Meningkatkan kekebalan tuan rumah terhadap infeksi virus melalui efek

imunomodulasi.

2.7 Obat Antiprotozoa

Obat antiprotozoa adalah senyawa yang digunakan untuk pencegahan atau

pengobatan penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa. Berdasarkan

penggunaanya obat antiprotozoa dibagi menjadi enam kelompok yaitu obat

antiamuba, antileismania, antirikomonas, antiripanosoma, dan obat antimalaria.

2.7.1 Obat Antiamuba

Obat antiamuba, atau amubisida adalah senyawa yang digunakan untuk

pengobatan amubiasis, suatu infeksi pada tuan rumah (host) yang disebabkan oleh

amuba parasitik. Habitat amuba biasanya pada usus besar, seperti


entamoebahistolytica, E. Coli, E.harimanni, Endolimas nana dan Iodamoeba

butschilii, atau pada mulut, seperti E.ginggivilis.

Amubiasis biasanya dihubungkan dengan amuba disentri, suatu infeksi

yang disebablan oleh E. Histolytica. Merupakan salah satu penyakit parasit yang

endemik dan banyak menimbulkan kematian di banyak negara, terutama di daerah

tropis yang sanitasinya relatif rendah. Obat antiamuba di bagi menjadi tujuh

kelompok yaitu turunan 4-aminokuinolin, antibiotika, turunan 8-hidroksikuinolin,

alkaloida ipeka, turunan 5-nitroimidazol, arsen organik dan turunan lain-lain.

a. Turunan 4-aminokuinolin

Klorokuin digunakan untuk amubiasis sitemik, terutama abses hati.

Keterangan lebih lanjut dari turunan 4-aminokuinolin dapat dilihat pada

bab antimalaria. Contoh : klorokuin dan garam-garamnya

b. Antibiotika

Antibiotika bekerja sebagai amubisid secara tidak langsung pada

dinding dan lumen usus, yaitu dengan memodifikasi flora usus yang

diperlukan untuk kehidupan amuba. Contoh : eritromisin, tetrasiklin,

oksitetrasiklin dan paromomisin

c. Turunan 8-Hidroksikuinolin

Contoh : kiniofon, kliokuinol (Vioform)dan iodokuinol.

8-Hidroksikuinolin bekerja pada amuba yang terdapat pada usus, melalui

dua mekanisme, yaitu oksidasi oleh atom iodida dan pembentukan kelat

dengan ion fero oleh gugus 8-Kuionolinol.

Efek samping turunan 8-Hidroksikuinolin adalah subacutemyclo-optic

neuropathy (SMON) dan nyeri selebral akut, termasuk agitasi dan


amnesia, bila digunakan dengan dosis besar pada waktu yang pendek.

Pada dosis terapi, pemakaian jangka panjang kemungkinan menyebabkan

atropi optikyang tetap dan kebutaan. Di beberapa negara, termasuk

indonesia, kliokuinol samping di atas.

d. Alkaloida Ipeka

Contoh : emetin HCl, dan dehidroemetin di HCl(DH Emetine).

Alkaloida ipeka adalah amubisid sistemik, digunakan untuk pengobatan

amuba disentri yang berat dan abses hepatik. Pada tingkat molekul,

senyawa dapat menghambat perpanjangan rantai polipeptida, kemudian

memblok sintesis protein dari organisme eukariotik. Efek ini tidak terjadi

pada organisme prokariotik.

e. Turunan Nitroimidazol

Turunan nitroimidazol dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

- Turunan 2-nitroimidazol, contoh : benznidazol dan misonidazol.

- Turunan 5-nitroimidazol, contoh : metronidazol, nimorazol,

ornidazol, tinidazol dan seknidazol.

Gugus nitro pada posisi 5 sangat berperan untuk aktivitas amubiasis

karena mampu mereduksi dan berfungsi sebagai elektron aseptor terhadap

gugus elektron donor protein amuba. Akibatnya, terjadi gangguan proses

biokimia, seperti hilangnya struktur heliks ADN, pemecahan ikatan dan

kegagalan fungsi ADN sehingga amuba mengalami kematian.

f. Arsen Organik

Turunan arsen orgamik mengandung atom arsenik pentavalen.

Mula-mula direduksi menjadi arsen trivalen kemudian membentuk


kompleks dengan gugus tiol dari parasit dan menunjukkan efek amubisid.

Turunan arsen organik sekarang jarang digunakan karena ekskresinya

pelan dan akan ditimbulkan pada jaringan sehingga menimbulkan

toksisitas yang besar. Contoh : karbarson, difetarson dan glikobiarsol.

g. Turunan lain-lain

Diloksanid furoat, adalah turunan haloasetamid, mengandung

gugus dikloroamid (-N(R)-COCHCl₂) yang terikat pada cincin fenil,

seperti pada antibiotika gejala-gejala amubiasis usus dan sistemik,

termasuk abses amubik, sesudah pengobatan dengan turunan 5-

nitroimidazol. Diklosanid furoat cepat terhidrolisis dalam usus melepas

diklosanid dan cepat diserap oleh saluran cerna. Kadar plasma tertinggi

obat dicapai dalam 1 jam, dengan masa kerja ± 6 jam. Contoh : diloksanid

furoat, bialamikol dan kuinakrin HCl.

2.8 Obat Antileismania

Obat antileismania atau leismanisida, adalah senyawa kemoterapetik yang

digunakan untuk pengobatan leismaniasis, suatu parasit yang disebabkan oleh

Leishmania donovani (leismaniasis viseral), L. Tropica (leismaniasis kutan), L.

Brazilliense (leismaniasis mukokutan), L. Aethiopica, L. Major dan L. Mexicana.

Merupakan parasit pada manusia dan hewan yang disebarluaskan melalui gigitan

serangga lalat pasir (Phleobotamus atau Lutzomyla).

2.9 Obat Antitrikomonas

Obat antitrikomonas, atau trikomonasida, adalah senyawa yang digunakan

untuk pengobatan trikomoniasis, suatu infeksi parasit pada usus atau saluran

genital, yang disebabkan oleh flagelata, seperti Trichomonas vaginallis, T. Tenax,


Dientamoeba fragillis dan pentatrichomonas hominis. Infeksi pada manusia

terutama adalah trikomonas yang disebabkan oleh T.vaginallis, yang biasanya

hidup pada mukosa vagina dan bagian saluran genital wanita (40%) atau pria

(10%). Obat antitrikomonas dikelompokkan menjadi dua yaitu obat yang bekerja

secara sistemik dan yang bekerja secara setempat.

2.10 Obat Antimalaria

Obat antimalaria adalah senyawa yang digunakan untuk pencegahan dan

pengobatan malaria, suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa, yaitu

Plasmodium sp., yang masuk ke dalam tubuh tuan rumah (host) melalui gigitan

nyamuk Anopheles betina.

Ada empat spesies malaria pada manusia, yaitu P. Falciparum (malaria

tertiana yang berbahaya), P. Vivax (malaria tertiana yang kurang berbahaya), P.

Malaria (malaria kuartana yang kurang berbahaya) dan P. Ovale (malaria tertiana

yang kurang berbahaya). Tertiana dan kuartana menunjukkan siklus reproduksi

parasit, yang ditandai oleh waktu selang antara puncak tertinggi demam pasien.

Untuk tertiana waktu selang demam tertinggi 48 jam sedang kuartana 72 jam.

Obat antimalaria adalah senyawa yang digunakan untuk pencegahan dan

pengobatan malaria, suatu penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa yaitu

Palsmodium sp yang masuk ke dalam tubuh tuan rumah (host) melalui gigitan

nyamuk Anopheles betina. Obat antimalaria dapat dibagi menjadi beberapa

kelompok berdasarkan cara kerja dan struktur kimianya.

2.10.1 Mekanisme kerja obat antimalaria

a. Berinteraksi dengan ADN


Turunan 9-aminoakridin, 4-aminokuinolin, 8-aminokuinolon, dan

kuinolinometanol menunjukan efek Schizontisid yang cepat dengan cara

berinteraksi dengan ADN parasit. Turunan di atas mempunyai sistem

cincin datar, dapat mengadakan interkalasi dengan pasangan basa doble

helix ADN.

Gugus fosfat ADN. Perhitungan orbital molekul menunjukkan bahwa

cincin aromatik plamar dari turunan di atas, terutama bentuk terprotonasi,

mempunyai nilai LEMO rendah sedang pasangan basa guanine-sitosin

mempunyai nilai HOMO tinggi sehingga mudah membentuk kompleks

obat- AND.

b. Menghambat enzim dihidrofosfat reduktase

Turunan biguanida dan diaminopirimidin, mempunyai aktifitas

antimalaria karena menghambat secara selektif enzim dihidrofosfat

reduktase yang mengkatalis perubahan asam dihidrofosfat menjadi asam

tetrahidrofosfat pada parasit. Penghambatan ini mempengaruhi biosintesis

plasmodia terutama pembentukan basa purin, pirimidin dan ADN.

Meskipun turunan ini tidak bekerja secara selektif terhadap enzim parasit,

tetapi dapat mengikat enzim dihidrofosfat reduktase plasmodia lebih kuat

dibanding isoenzim pada tuan rumah. Efek pemblokan ini tidak berbahaya

bagi tuan rumah karena asa folinat yang diperlukan dipasok dari luar

melalui makanan.

c. Menghambat enzim dihidropteroat sintetase

Turunan sulfonamid dan sulfon bekerja sebagai antimalaria karena

dapat menghambat secara selektif enzim dihidropteroat sintetase, yang


mengkatalisis kondensasi ester pirofosfat dari 2-amino-4-okso-6-

hidroksimetildihin dengan asam p-aminobenzoat sehingga mencegah

penggabungan asam p-aminobenzoat dengan asam dihidropteroat.

Hambatan ini dapat menyebabkan kematian parasit.

d. Menghambat sintesis protein

Tetrasiklin, eritromisin, makrolida, dan seskuiterpenlakton bekerja

sebgai antimalaria terutama dengan menghambat sintesis protein parasit.

e. Mekanisme kerja lain-lain

Klorokuin, sinkonin, kuinidin, dan kuinin dapat mengikat dengan

afinitas yang tinggi feriprotoporfirin IX, suatu gugus prostetik dan

hemoglobin, mioglobin, dan enzim tertentu, membentuk kompleks

koordinasi, menyebabkan kerusakan dan lisisnya membran parasit malaria.

Klorokuin juga menghambat ornitin dekarboksilase, suatu enzim yang

membatasi kecepatan reaksi biosintesis poliamin.


2.11 Anthelmintik

Anthelmintik (obat anticacing) adalah senyawa yang digunakan untuk

pengobatan berbagai jenis penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing (helmin).

Cacing dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :

a. Nemathelmintes, contoh : nematoda

b. Platihelmintes, contoh : cestoda dan trematoda

Berdasarkan lokasi pada saluran usus cacing dibagi menjadi tiga

kelompok, yaitu:

a. Cacing yang melekat pada dinding usus, contoh: Taenia solium,

Taenia saginata, Tichuris trichiura dan Trichinella spiralis.

b. Cacing yang melekat pada mukosa, contoh : Strangyloides Stercoralis

c. Cacing yang tidak melekat pada saluran cerna, contoh : Ascaris

lumbricoides dan Enterobius vermicularis.

2.11.1 Mekanisme kerja

a. Kerja langsung yang menyebabkan narkosis, paralisis atau kematian

cacing.

Befenium hidroksinaftoat, levamisol dan pirantel pamoat bekerja

sebagai agonis asetilkolin tipe ganglionik nikotinik. Reseptor kolinergik

pada penghubung saraf otot nematoda adalah tipe ganglionik nikotinik.

Obat agonis diatas merupakan senyawa pemblok saraf otot secara

depolarisasi, dapat merangsang ganglia secara kuat, diikuti pengaktifan

nikotinik, menghasilkan kontraksi otot sehingga menyebabkan paralisis

spastik pada cacing diikuti pengeluaran cacing dari tubuh tuan rumah

(host).
b. Efek mekanis yang menyebabkan kekacauan pada cacing, terjadi

perpindahan dan kehancuran cacing oleh fagositosis.

Dietilkarbamazin dapat menyebabkan perubahan membran permukaan

mikrofilaria sehingga dianggap sebagai benda asing oleh tuan rumah dan

kemudian dihancurkan melalui mekanisme pertahanan diri. Turunan

benzimidazol, seperti mebendazol, bekerja tertama dengan memblok

pengangkutan sekret dan menyebabkan hilangnya mikrotubuli sitoplasmik

sel usus dan sel tegumental parasit. Akibatnya, sekret terkumpul pada

daerah golgi, terjadi pengeluaran asetilkolinesterase dan gangguan

pemasukan glukosa, timbul kekosongan glikogen sehingga imobilisasi

menjadi lambat dan cacing mengalami kematian. Selanjutnya cacing

secara spontan dikeluarkan dari tuan rumah. Efek ini tidak terjadi pada sel

tuan rumah karena sistem mikrotubulinya berbeda dengan cacing.

Tiabendazol, mempunyai mekanisme kerja yang berbeda, tetapi terhadap

S.stecoralis efeknya seperti turunan benzimidazol diatas.

c. Penghambatan ezim tertentu

Prazikuantel, niridazol dan stibofen, bekerja sebagai

antischistosomiasis melalui penghambatan enzim fosfofruktokinase,

dengan cra membentuk ikatan dengan gugus sulfhidril enzim, baik enzim

pada cacing maupun tuan rumah. Kesensitifan obat terhadap enzim

fosfofruktokinase cacing 80kali lebih tinggi dibanding terhadap enzim

tuan rumah. Enzim fosfofruktokinase tersebut mengkatalisis pengubahan

fruktosa-6-fosfat menjadi fruktosa1,6-difosfat pad jalur glikolitik glikogen

dan glukosa.
d. Mempengaruhi metabolisme cacing

Niklosamid diklorofen, bekerja sebagai pelepas fosforilasi oksidatif

sehingga cacing sangat mudah diserang oleh enzim protenlitik usus tuan

rumah, terjadi disintegrasi dan cacing mengalami kematian. Niridazol,

dapat menyebabkan pengurangan aktivitas fosforitase fosfatase

schistosoma sehingga terjadi penurunan kadar glikogen dan pengaktifan

enzim glikogen fosforitase. Efek ini tidak selektif karena niridazol juga

menurunkan kecepatan penginaktifan glikogen fosforitase pada otot

rangka tuan rumah.

Prazikuantel, bekerja dengan menghambat pompa Na+, K+

schistosoma, sehingga permeabilitas membran terhadap kation divalen,

terutama kalsium, dan kation monovalen tertentu meningkat. Akibatnya,

aktivitas otot meningkat, terjadi kontraksi dan paralisis spastik sehingga

cacing mengalami kematian. Efek ini bersifat selektif dan tidak terjadi

pada membran sel tuan rumah. Pirvinium pamoat, dapat mempengaruhi

enzim sistem pernapasan dan penyerapan glukosa eksogen pada usus

cacing.

e. Penghambat biosintesis asam nukleat

Klorokuin dan kuinakrin kemungkinan membentuk kompleks dengan

DNA cacing secara interkalasi dan mempengaruhi polimerisasi nukleotida

kedalam asam nukleat.

Anda mungkin juga menyukai