H AGAMA
ISLAM
ISTIQAMAH
RIRIT FAUZIYAH
ISHMIH NURUL ROUDHOH
U.
KELAS/KELOMPO
K : C4/ I (SATU)
Tuhan yang haq dalam konsep al-Quran adalah Allah. Hal ini
dinyatakan antara lain dalam surat Ali Imran ayat 62, surat Shad 35 dan 65, surat
Muhammad ayat 19. Dalam al-quran diberitahukan pula bahwa ajaran tentang
Tuhan yang diberikan kepada Nabi sebelum Muhammad adalah Tuhan Allah juga.
Perhatikan antara lain surat Hud ayat 84 dan surat al-Maidah ayat 72. Tuhan Allah
adalah esa sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Ankabut ayat 46, Thaha ayat
98, dan Shad ayat 4.
Dengan mengemukakan alasan-alasan tersebut di atas, maka menurut
informasi al-Quran, sebutan yang benar bagi Tuhan yang benar-benar Tuhan
adalah sebutan Allah, dan kemahaesaan Allah tidak melalui teori evolusi
melainkan melalui wahyu yang datang dari Allah. Hal ini berarti konsep tauhid
telah ada sejak datangnya Rasul Adam di muka bumi. Esa menurut al-Quran
adalah esa yang sebenar-benarnya esa, yang tidak berasal dari bagian-bagiandan
tidak pula dapat dibagi menjadi bagian-bagian.
Keesaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau
disejajarkan dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat
syahadat La ilaaha illa Allah harus menempatkan Allah sebagai prioritas utama
dalam setiap tindakan dan ucapannya.
Konsepsi kalimat La ilaaha illa Allah yang bersumber dari al-quran
memberi petunjuk bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari
Tuhan yang lain selain Allah dan hal itu akan kelihatan dalam sikap dan praktik
menjalani kehidupan.
Pembuktian Wujud Tuhan
Metode Pembuktian Ilmiah
Tantangan zaman modern terhadap agama terletak dalam masalah
metode pembuktian. Metode ini mengenal hakikat melalui percobaan dan
pengamatan, sedang akidah agama berhubungan dengan alam di luar indera,
yang tidak mungkin dilakukan percobaan (agama didasarkan pada analogi
dan induksi). Hal inilah yang menyebabkan menurut metode ini agama
batal, sebab agama tidak mempunyai landasan ilmiah.
Sebenarnya sebagian ilmu modern juga batal, sebab juga tidak
mempunyai landasan ilmiah. Metode baru tidak mengingkari wujud sesuatu,
walaupun belum diuji secara empiris. Di samping itu metode ini juga tidak
menolak analogi antara sesuatu yang tidak terlihat dengan sesuatu yang
telah diamati secara empiris. Hal ini disebut dengan analogi ilmiah dan
dianggap sama dengan percobaan empiris.
Suatu percobaan dipandang sebagai kenyataan ilmiah, tidak hanya
karena percobaan itu dapat diamati secara langsung. Demikian pula suatu
analogi tidak dapat dianggap salah, hanya karena dia analogi. Kemungkinan
benar dan salah dari keduanya berada pada tingkat yang sama.
seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur
dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.
Proses Terbentuknya Iman
Jangan diharapkan anak berperilaku baik, apabila orang tuanya selalu
melakukan perbuatan yang tercela.
Dalam hal ini Nabi SAW bersabda, Setiap anak, lahir membawa fitrah.
Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi,
Nasrani, atau Majusi.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan
proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal
ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika
seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin
beriman kepada Allah.
Dalam keadaan tertentu, sifat, arah, dan intensitas tingkah laku dapat
dipengaruhi melalui campur tangan secara langsung, yakni dalam bentuk
intervensi terhadap interaksi yang terjadi. Dalam hal ini dijelaskan beberap prinsip
dengan mengemukakan implikasi metodologinya, yaitu:
1. Prinsip pembinaan berkesinambungan
Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang penting, terus menerus,
dan tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan
orang semakin lama semakin mampu bersikap selektif. Implikasinya ialah
diperlukan motivasi sejak kecil dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena
itu penting mengarahkan proses motivasi agar membuat tingkah laku lebih
terarah dan selektif menghadapi nilai-nilai hidup yang patut diterima atau
yang seharusnya ditolak.
2. Prinsip internalisasi dan individuasi
Suatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk
tingkah laku tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk
menghayatinya melalui suatu peristiwa internalisasi (yakni usaha menerima
nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya) dan individuasi (yakni
menempatkan nilai serasi dengan sifat kepribadiannya). Melalui pengalaman
penghayatan pribadi, ia bergerak menuju satu penjelmaan dan perwujudan
nilai dalam diri manusia secara lebih wajar dan amaliah, dibandingkan
bilamana nilai itu langsung diperkenalkan dalam bentuk utuh, yakni
bilamana nilai tersebut langsung ditanamkan kepada anak didik sebagai suatu
produk akhir semata-mata. Prinsip ini menekankan pentingnya mempelajari
iman sebagai proses (internalisasi dan individuasi).
3. Prinsip sosialisasi
5.
pengertian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya
kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah, atau yang
berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya tempat tumpuan
hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna
adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan praktis
kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan dan
keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan
sehari-hari secara murni dan konsekuen.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal,
konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan
demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan
percaya kepada Allah melalui pikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan
dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru
dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid
dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah
dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Problematika, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern
Di antara problematika dalam kehidupan modern adalah masalah sosialbudaya yang sudah established, sehingga sulit sekali memperbaikinya.
Berbicara tentang masalah sosial budaya berarti berbicara tentang masalah alam
pikiran dan realitas hidup masyarakat. Alam pikiran bangsa Indonesia adalah
majemuk (pluralistik), sehingga pergaulan hidupnya selalu dipenuhi oleh konflik
baik sesama orang Islam maupun orang Islam dengan non-Islam.
Pada millenium ketiga, bangsa Indonesia dideskripsikan sebagai
masyarakat yang antara satu dengan lainnya saling bermusuhan. Hal itu
digambarkan oleh Ali Imran: 103, sebagai kehidupan yang terlibat dalam wujud
saling bermusuhan (idz kuntum adaaan), yaitu suatu wujud kehidupan yang
berada pada ancaman kehancuran.
Adopsi modernisme (werternisme), kendatipun tidak secara total, yang dilakukan
bangsa Indonesia selama ini, telah menempatkan bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang semi naturalis. Di sisi lain, diadopsinya idealisme juga telah
menjadikan bangsa Indonesia menjadi pengkhayal. Adanya tarik menarik antara
kekuatan idealisme dan naturalisme menjadikan bangsa Indonesia bersikap tidak
menentu. Oleh karena itu, kehidupannya selalu terombang-ambing oleh isme-isme
tersebut.
Secara ekonomi bangsa Indonesia semakin tambah terpuruk. Hal ini karena
diadopsinya sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran. Sedangkan
di bidang politik, selalu muncul konflik di antara partai dan semakin jauhnya
anggota parlemen dengan nilai-nilai qurani, karena pragmatis dan oportunis.
Di bidang sosial banyak muncul masalah. Berbagai tindakan kriminal sering
terjadi dan pelanggaran terhadap norma-norma bisa dilakukan oleh anggota
masyarakat.Persoalan itu muncul, karena wawasan ilmunya salah, sedang ilmu
merupakan roh yang menggerakkan dan mewarnai budaya. Hal itu menjadi
tantangan yang amat berat dan dapat menimbulkan tekanan kejiwaan, karena
kalau masuk dalam kehidupan seperti itu, maka akan melahirkan risiko yang
besar.
Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari berbagai persoalan di atas, perlu
diadakan revolusi pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat
berperan menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern
tersebut.
Peran Iman dan Takwa dalam Menjawa Problema dan Tantangan
Kehidupan Modern
Berikut ini beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia:
1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
3. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan .
4. Iman memberikan katentraman jiwa.
5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik.
6. Iman melahirkan sifat ikhlas dan konsekuen.
7. Iman mencegah penyakit.