Anda di halaman 1dari 7

114

9. KETUMBAR
(Coriandrum sativum)

Gambar Tanaman Ketumbar (Coriandrum sativum)(1)

Nama Daerah
Sumatera : Keutumba (Aceh), Ketumbar (Gayo),
Hatumbar (Balak Toba), Penyelang
(Kerinci), Katumba (Minangkabau),
Ketumbar (Melayu)
Jawa : Katuancar (Sunda), Ketumbar (Jawa
Tengah), Katombar (Madura)
Bali : Katumbah
Nusa Tenggara : Katumba (Bima)
Sulawesi : Katumbaii (Gorontalo), Katumbare
(Makasar), Katumbare (Bugis)(2)
Nama Indonesia : Ketumbar (3)
Nama Dagang Internasional : Coriander (4)
Nama Ilmiah : Coriandrum sativum (3)
Nama Usada : Ketumbar, Katumbah (5)
Taksonomi Tanaman
Divisi : Spermatophyte
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Umbellales
Suku : Umbelliferae
Marga : Coriandrum
Jenis : Coriandrum sativum L. (3)
115

Deskripsi
Habitus : Semak, semusim, tinggi 1 m.
Batang : Berkayu, lunak, beralur, berlubang, hijau.
Daun : Majemuk, menyirip, daun berwarna hijau
keputih-putihan, tepi daun berwarna putih.
Bunga : Majemuk, bentuk payung, tangkai panjang 5-10
cm,putih, kelopak bunga berwarna hijau teridiri
dari 5 lembar yang lepas satu sama lain, panjang
2-3 mm, mahkota terdiri dari 5 daun mahkota
berwarna putih.
Buah : Kotak, bulat, masih muda hijau setelah tua
kuning kecoklatan.
Biji : Bulat, coklat.
Akar : Tunggang, bulat, bercabang, putih (3)
Kandungan Kimia
Biji mengandung saponin, flavonoida, tanin, sedangkan minyak atsiri
mengandung d-linalool, geraniol, borneol.(2,3)
Kegunaan
Kegunaan dalam Usada Rare
Dalam Usada Rare, ketumbar digunakan sebagai obat batuk, bayi
sesak napas, anak muntah-muntah, anak sering mencret, dan perut anak
terasa panas.(5)
Kegunaan dalam Masyarakat
Dalam masyarakat, biji ketumbar digunakan sebagai obat masuk
angin, obat sariawan, obat radang lambung, pencernaan kurang baik, obat
pening, obat mual dan haid tidak teratur.(3)

Cara Penggunaan dalam Usada Rare


a. Obat batuk
Untuk mengobati batuk, daun belimbing buluh, dicampur rimpang temutis,
daging kelapa dibakar, dan biji ketumbar kemudian digunakan sebagai obat
sembur pada bagian dada.
b. Bayi sesak napas
116

Pada bayi yang sesak napas digunakan daun kalak yang kuning, yang
dicampur bersama daun nyingla, biji ketumbar, dan sedikit air kemudian
diperas, disaring, dan diminum.
c. Anak muntah-muntah
Untuk anak muntah-muntah, digunakan rimpang kencur, rimpang kunir,
majakeling, biji ketumbar, dan garam, semua ditambus, diperas, kemudian
disaring dan diminum.
d. Anak sering mencret
Untuk mengobati mencret digunakan kulit pohon dapdap, kulit pohon suren
dipanggang sebentar, ditambah biji ketumbar, air asahan cendana, kemudian
digunakan sebagai bedak pada kaki.
e. Perut anak terasa panas
Apabila perut anak terasa panas, digunakan daun menuh, dicampur bersama
rimpang kunir warangan, dan biji ketumbar kemudian digunakan sebagai obat
sembur pada bagian perut.(5)
Efek Farmakologi
Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Sesuai
Khasiat pada Usada Rare
Belum ditemukan adanya hasil penelitian yang berkaitan dengan
efek farmakologis yang ditimbulkan akibat pemakaian ketumbar sebagai
obat batuk, bayi sesak napas, anak muntah-muntah, anak sering mencret,
dan perut anak terasa panas.

Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Lain


a. Antikolesterol
Pemberian bubuk buah ketumbar dengan dosis 8% selama sebulan
pada hewan coba tikus wistar albino, mampu menurunkan total
kolesterol, kolesterol LDL, trigliserida dan total lipid secara signifikan
dibandingkan dengan kelompok hewan uji dengan pemberian 4%
bubuk buah ketumbar dan 2% kolesterol, namun penurunan tersebut
tidak signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.(6)
117

Pemberian bubuk biji ketumbar juga mampu meningkatkan asam


empedu dalam hati sehingga mampu menurunkan konsentrasi
kolesterol LDL (low density lipoprotein) dan VLDL (very low density
lipoprotein) dan meningkatkan konsentrasi HDL (high density
lipoprotein) kolesterol dan aktivitas LCAT plasma, dimana
peningkatan aktivitas LCAT (lecithin cholesterol acyl transferase)
plasma akan meningkatkan degradasi kolesterol dari asam empedu
kedalam feses dan sterol yang bersifat netral sehingga memiliki efek
hipokolesterolmia.(7)
b. Antiinflamasi
Pemberian ekstrak etanol buah ketumbar dengan dosis 200 mg/kg
pada hewan uji tikus albino yang mengalami edema terinduksi
karagenan, mampu menunjukkan aktivitas anti inflamasi akut dengan
menghambat terjadinya edema yang terinduksi karagenan dimana fase
awal edema dikaitkan dengan pelepasan histamin dan serotonin.
Sehingga, kemampuan penghambatan edema oleh esktrak etanol buah
ketumbar dapat dikaitkan dengan kemampuan menghambat pelepasan
mediator sel mast (8)
c. Sedative-hypnotic
Telah dilakukan penelitian terhadap efek sedative-hypnotic ekstrak
air, ekstrak hydro-alcoholic, dan essential oil dari Coriandrum sativum
dengan hewan uji tikus dimana aktivitas sedative-hypnotic dilihat dari
kemampuan ekstrak dan essential oil dalam meningkatkan durasi tidur
(sleep duration) dan menurunkan waktu laten tidur (latency time to
sleep) dengan menggunakan diazepam sebagai kontrol positif. Dari
penelitian, diperoleh bahwa ekstrak air dengan dosis 200, 400, dan 600
mg/kg, ekstrak hydro-alcoholic dengan dosis 400 dan 600 mg/kg, dan
essential oil dengan dosis 600 mg/kg, secara signifikan mampu
meningkatkan durasi tidur. Sedangkan untuk pengukuran waktu laten,
hanya ekstrak air dengan dosis 400 dan 600 mg/kg yang mampu
menurunkan waktu laten tidur. (9)
d. Anti konvulsi
118

Telah dilakukan penelitian terhadap efek anti konvulsi dari ekstrak


air dan ekstrak etanol biji ketumbar dengan menggunakan hewan uji
tikus albino jantan dan betina, dengan 2 jenis uji yaitu
Pentylenetetrazole (PTZ) seizure test dan Maximal electroshock test.
Pada uji Pentylenetetrazole (PTZ) seizure test, injeksi intraperitoneal
ekstrak air (0,5 g/kg) dan ekstrak etanol (3,5 dan 5 g/kg) mampu
meningkatkan latency dari kejang yang diinduksi oleh PTZ, tapi gagal
untuk menghasilkan proteksi yang lengkap terhadap kematian.
Aktivitas antikonvulsi kedua ekstrak pada dosis tinggi mirip dengan
fenobarbital pada dosis 20 mg/kg. Sehingga kemungkinan kedua
ekstrak mampu menghambat kejang petit-mal.(10)
Pada Maximal electroshock test, ekstrak air (0,5 g/kg) dan ekstrak
etanol (3,5 dan 5 g/kg) mampu menurunkan waktu dari kejang tonik
berturut-turut sebesar 22,30%, 30,43%, dan 36,96%. Hasil ini
menunjukkan kedua ekstrak biji ketumbar ampuh dalam kejang grand-
mal.(10)
e. Antidiabetes
Pemberian ekstrak etanol biji ketumbar dengan dosis 200 dan 250
mg/kg secara intra peritoneal pada hewan uji tikus mampu
menurunkan serum glukosa pada tikus diabetes terinduksi
streptozotosin dan mampu meningkatkan pengeluaran insulin dari sel
pankreas.(4)
f. Ansiolitik
Pemberian ekstrak air buah ketumbar dosis 50, 100 dan 500 mg/kg
bb secara intraperitoneal pada mencit albino menunjukkan bahwa
ekstrak tersebut mampu menurunkan pergerakan spontan dan
menurunkan ketegangan sel saraf.(11)
Efek Samping
Sampai saat ini belum dilaporkan adanya efek samping yang ditimbulkan
akibat pemakaian ketumbar sebagai obat batuk, bayi sesak napas, anak muntah-
muntah, anak sering mencret, dan perut anak terasa panas.
Toksisitas
119

Pada uji toksisitas akut yang dilakukan yakni dengan pemberian ekstrak
etanol buah ketumbar dengan dosis 50-1500 mg/kg, dan dilakukan pengamatan
terhadap hiperaktivitas, grooming, konvulsi, sedasi, hipotermia, dan kematian
dilaporkan tidak terjadi kematian hewan coba sampai dengan dosis tertinggi yakni
1500 mg/kg.(7) Uji toksisitas akut juga telah dilakukan terhadap ekstrak air dan
ekstrak etanol biji ketumbar, dimana setelah 24 jam pemberian kedua ekstrak
tersebut diperoleh dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi yakni untuk
ekstrak air adalah 0,5 g/kg dan untuk ekstrak etanol adalah 5 g/kg. Sedangkan
untuk LD50 yang diperoleh setelah pemberian ekstrak selama 48 jam yaitu untuk
masing-masing ekstrak berturut-turut adalah 0,78 g/kg dan 8,11 g/kg.(9)
Gambar Bagian Tanaman

(A) (B)
Gambar Bunga Ketumbar (A); Daun dan Buah Ketumbar (B)
Pustaka
1. Mus, Cak. tt. Ketumbar. (serial online), (cited 2010 Mar, 10). Available from:
http://www.plantamor.com/index.php?plant=388
2. Anonim. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan: Jakarta
3. Hutapea, J.R. 1994. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia 1 Jilid 2. Departemen
Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
4. Eidi, M., A. Eidi, A. Saeidi, S. Molanaei, A. Sadeghipour, M. Bahar, dan K. Bahar. 2006.
Effect of Coriander Seed (Coriandum sativum L.) Ethanol Extract on Insulin Release
from Pancreatic Beta Cells in Streptozotocin-induced Diabetic Rats. Phytotherapi
Research Vol 23 issues 3: pp. 404-406
5. Suwidja, K. 1991. Berbagai Cara Pengobatan Menurut Lontar Usada Pengobatan
Tradisional Bali. Singaraja. Indra Jaya
6. SH, Suliman, B., Elmahdi dan Afaf I. Abuelgasim. 2008. The Effect of Feeding
Coriandrum sativum Fruits Powder on the Plasma Lipids Profile in Cholesterol Fed Rats.
Research Journal of Animal and Veterinary Sciences, 3 : 24-28.
120

7. Dhanapakiam, P., J. Mini Joseph, V.K. Ramaswamy, M. Moorthi and A. Senthil Kumar.
2008. The cholesterol lowering property of coriander seeds (Coriandrum sativum):
Mechanism of action. Journal Enviromental Biology 29 (1) 53-56.
8. Sonika, G., R. Manubala dan J. Deepak. 2010. Comparative Studies on Anti-
Inflammatory Activity of Coriandrum Sativum, Datura Stramonium and Azadirachta
Indica. Asian J. Exp. Biol. Sci., Vol 1 (1) 151-154, 2010.
9. Emamghoreishi, M dan G. Heidari-Hamedani. Sedative-Hypnotic Activity of Extracts
and Essential Oil of Coriander Seeds. Iran J Med Sci, 31 (1) : 22-27, 2006.
10. Hosseinzadeh, Hossein dan Moh. Madanifard. Tt. Anticonvulsant Effects of Coriandrum
Sativum L. Seed Extracts in Mice. (serial online), (cited 2010 May, 4). Available from :
http://www.ams.ac.ir/aim/0034/hosseinzadeh0034.html
11. Emamghoreishi M, Khasaki M and Aazam MF. 2005. Coriandrum sativum: Evaluation
of Its Anxiolytic Effect in The Elevated Plus-Maze. J Ethnopharmacol. 96(3): 365-70.

Anda mungkin juga menyukai