Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

DIPLOMA III

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan

penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan.

Padahal, setiap orang dapat mengidap diabetes, baik tua maupun mudah.

Menurut data WHO Indonesia menempati urutan ke – 4 tersebar dalam jumlah

penderita diabetes mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat

sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun , pada

tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat

tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengudapnya

dan diantara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur.

Sangat disayangkan bahwa banyak penderita diabetes yang tidak menyadari

dirinya mengidap penyakit yang lebih sering disebut penyakit gula atau kencing

manis. Hal ini mungkin disebabkan minimumnya informasi di masyarakat

tentang diabetes terutama gejala – gejalanya.

Tingkat prevalensi dari diabetes mellitus sangat tinggi, diperkirakan saat ini

pada tahun 2012 China telah menggeser posisi India sebagai “Ibukota Diabetes

Dunia” dengan jumlah penderita diabetes tercatat mencapai 90 juta orang. Posisi

ketiga diduduki oleh Amerika Serikat dengan jumlah penderita lebih dari 23

juta orang. Dari jumlah ini 10% - 20% sebagai tipe I dan 80% - 90% sebagai tipe

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 1


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

II, dimana penderita merasa sehat, tetapi berisiko untuk mengalami interaksi

glukosa yang lebih berat ( (WHO,2012).

Menurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di

Indonesia, prevalensi diabetes di Indonesia pada tahun 2010 yaitu 8,4 juta dari

230 juta jiwa, dan jumlahnya melebihi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030

mendatang. Jumlah tersebut menjadikan angka diabetes di Indonesia sebagai

angka peringkat keempat penderita diabetes terbesar setelah china,india,dan

amerika(www. depkes.co.id).

Di Kalimantan Timur, penyakit DM telah menduduki urutan kelima dari

10 penyakit terbanyak di provinsi tersebut prevalensi DM di Kalimantan Timur

adalah sebesar 1,3% dengan prevalensi tertinggi di Bulungan 1,7% dan

Samarinda 1,6%, menurut karakteristik responden prevalensi DM terbesar pada

Usia > 65 tahun 10,8%. bahwa meningkatnya penyakit Diabetes Mellitus,

diantaranya disebabkan karena faktor genetik dan gaya hidup moderen. Seperti

mengkomsumsi makanan berlemak (Junk Food), kurangnya istrahat, jarang

melakukan aktivitas olahraga dan strees yang tinggi ikut meningkatkan resiko

tinggi DM. (Riskesda Kaltim,2008). Bahkan pada tahun 2012,15% dari pasien

penyakit dalam yang dirawat di Rumah Sakit di Kaltim adalah penderita

penyakit DM dan khususnya Rumah Sakit Islam Samarinda. Data statistik diatas

sejalan dengan data yang diperoleh pada bagian Rekam Medik Rumah Sakit

Islam Samarinda, data pada tahun 2012 (periode Januari – Juni) didapatkan 150

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 2


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

kasus Diabetes Melitus dari 300 penyakit bedah dan syaraf yang terdiri dari DM

ganggren laki-laki 18 dan perempuan 12, DM yang tidak tergantung insulin laki-

laki 35 dan perempuan 42 kasus, DM yang tergantung insulin tidak ada. DM

tidak spesifik laki-laki 18 dan perempuan 31 (Rekam Medik Rumah Sakit Isalam

Samarinda). .

Angka kejadian penyakit Diabetes Melitus di Rumah Sakit Islam Samarinda

tahun 2012 menepati urutan ke 8 dari sepuluh besar penyakit di Rumah Sakit

Islam Samarinda, yaitu 150 kasus dari bulan januari-juni 2012.

Dengan penjelasan diatas maka dilakukan percobaan obat antidiabetes yang

efektif untuk mengobati penyakit diabetes mellitus pada hewan uji kelinci

(Oryctolagus cuniculus).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 3


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

B. Maksud dan Tujuan Percobaan

Adapun maksud dan tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui

perbandingan efektifitas atau daya kerja obat antidiabetes terhadap hewan uji

kelinci (Oryctolagus cuniculus).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 4


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan

kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau meningkat) dan

khususnya menyangkut metabolism hidratarang (glukosa) di dalam tubuh.

Tetapi metabolism lemak dan protein juga (Tjay , 2007)

Diabetes melistus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai

dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormlitas metabolism

karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin

atau penurunan sensitifitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi

kronis mikrovaskular, makrofaskular, dan neuropati (Sukandar, 2009)

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai oleh

poliuria, polidipsi, pilofagi, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau

hiperglikemia(glukosa puasa ≥ 126 mg/dL atau postprandial ≥200 mg/dL atau

glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dL). Bila DM tidak segera diatasi akan terjadi

gangguan metabolisme lemak dan protein, dan resiko timbulnya gangguan

mikrovaskular atau makrovaskular meningkat (Gunawan, 2009)

Harapan hidup penderita diabetes rata-rata 5-10 tahun lebih rendah dan

risikonya akan PJP adalah 2-4 kali lebih besar (Tjay 2007)

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 5


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

B. Penyebab Diabetes Mellitus

Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi

memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel untuk dimetabolisir (dibakar) dan

demikian dimanfaatkan sebagai sumber energi. Akibatnya ialah glukosa

bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya diekskresikan lewat

kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu, produksi kemih sangat

meningkat dan penderita sering berkemih, merasa amat haus, berat badan

menurun dan merasa lelah. Penyebab lain adalah menurunnya kepekaan reseptor

sel bagi insulin (resistensi insulin) yang diakibatkan oleh makan terlalu banyak

dan kegemukan (overweight). Rata-rata 1,5-2% dari seluruh penduduk dunia

menderita diabetes yang bersifat menurun (familia) (Tjay , 2007)

C. Diagnosa Diabetes

Dengan adanya gejala klinis atau komplikasi diabetes yang khas (misalnya

retinopati), diagnose dapat dipastikan dengan penentuan kadar glukosa darah.

Nilai di atas 7,8 mmol/l (pada lambung kosong) pada dua hari berlainan

dianggap positif (WHO). Begitu pula “post-load” di atas 11,0 mmol/l yaitu 2

jam setelah pembebanan glukosa 75 mg.

Kriteria baru (1997) dari ADA (American Diabetes Association)

menurunkan nilai batas (perut kosong) > 6,9 mmol/l. Kriterium post-load

ditiadakan karena tes toleransi glukosa dalam praktek adakalanya tidak dapat

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 6


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

dilakukan. Nilai antara 6,1-7 mmol/l menunjukkan toleransi glukosa yang

terganggu (Tjay, 2007)

D. Gejala Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes mellitus ditandai gejala 3P , yaitu poliuria (banyak

berkemih), polidipsia (banyak minum), dan polifagia (banyak makan), yang

dapat dijelaskan sebagai berikut.

Disamping naiknya kadar gula darah, diabetes bercirikan adanya gula

dalam kemih (glycosuria) dan banyak berkemih karena glukosa yang

diekskresikan mengikat banyak air. Akibatnya timbul rasa sangat haus,

kehilangan energi, turunnya berat badan, serta rasa letih. Tubuh mulai

membakar lemak untuk memenuhi kebutuhan energinya, yang desertai

pembentukan zat-zat perombakan, antara lain aseton, asam hidroksibutirat dan

diasetat, yang membuat darah menjadi asam. Keadaan ini, yang disebut

ketoacidosis dan terutama timbul pada tipe 1, amat berbahaya karena akhirnya

dapat menyebabkan pingsan (coma diabeticum). Napas penderita yang sudah

menjadi sangat kurus sering kali juga berbau aseton (Tjay, 2007)

E. Klasifikasi Diabetes Melistus

1. Diabetes Mellitus Tipe 1:

Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya,

diperkirakan kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi penderita

diabetes.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 7


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

2. Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak

penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe 1. Penderita DM Tipe 2

mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes, umumnya

berusia di atas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini penderita DM Tipe 2 di

kalangan remaja dan anak-anak populasinya meningkat (Guyton, 1996)

F. Uraian Kelinci

1. Klasifikasi Kelinci

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Class : Mamalia

Subclass : Leporinae

Ordo : Iagomarpha

Genus : Oryctolagus

Spesies : Oryctolagus cuniculus

2. Morfologi Kelinci

Kelinci berpunggung melengkung dan berekor pendek. Kepalanya kecil

dengan daun telinga yang tegak ke atas, akan tetapi ada beberapa jenis

kelinci yang telinganya terkulai ke bawah.

Kelinci memiliki bibir yang bagian atasnya terbelah dan tersambung

hingga hidung di sekitar mata yang panjang. Telinga kelinci besar dan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 8


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

banyak terdapat berbagai helai bulu mata yang panjang dan lebih kuat

dibandingkan kaki depannya. Kaki depan berjari dan berkuku lima,

sedangkan kaki belakangnya berkuku empat.

Sedangkan hewan herbivora, kelinci menyukai makanan berupa rumput-

rumputan dan hijau segar dan gigi kelinci tergolong unik dan akan terus

tumbuh sepanjang usianya.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 9


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

G. Uraian Bahan

1. Aquadest ( FI Edisi III, Hal : 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILATA

Nama Sinonim : Aquadest, Air suling, Air murni.

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

K/P : Zat tambahan atau pelarut.

2. Glukosa (FI Edisi III, Hal : 268-269)

Nama Resmi : GLUCOSUM

Nama Sinonim : Glukosa

Rumus Bangun : OH

OH CH2OH

OH O

OH

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau

butiran putih, tidak berbau, rasa manis.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah

larutdalam air mendidih, agak sukar larut

dalam etanol (95%) P mendidih, sukar larut

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 10


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

dalam etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

K/P : Kalorigenikum, yaitu penghasil energi dalam

tubuh yang dibakar oleh tubuh untuk

memperoleh kalori.

3. Glibenclamide (FI Edisi IV, hal 410 dan Farmakologi dan Terapi)

Nama Resmi : GLIBENCLAMIDUM

Nama Sinonim : Glibenclamida

Berat Molekul : 494,0

Rumus Molekul : C23 H28 CINO3 O5S

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih tidak

berbau atau hamper tidak berbau.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan dalam eter,

sukar larut dalam etanol, larut dalam kloroform.

K/P : Antidiabetikum adalah obat untuk menurunkan

kadar gula darah.

Farmakokinetik : Pada penggunaan per oral glibenklamida

diabsorpsi sebagian secara cepat dan tersebar ke

seluruh cairan ekstrasel, sebagian besar terikat

dengan protein plasma. Pemberian

glibenklamida dosis tunggal akan menurunkan

kadar gula darah dalam 3 jam dan kadar ini

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 11


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

dapat bertahan selama 15 jam. Glibenclamid

diekskresikan bersama feses dan sebagai

metabolit bersama urin.

Farmakodinamik : Glibenklamid adalah hipoglikemik oral derivat

sulfonil urea yang bekerja aktif menurunkan

kadar gula darah. Glibenklamida bekerja

dengan merangsang sekresi insulin dari

pankreas. Oleh karena itu glibenklamida hanya

bermanfaat pada penderita diabetes dewasa

yang pankreasnya masih mampu memproduksi

insulin.

4. Metformin (FI Edisi IV hal 534)

Nama Resmi : METFORMINI HYDROCHLORIDUM

Nama Lain : Metformin Hidroklorida

Pemerian : Serbuk hablur putih , tidak berbau atau hampir

tidak berbau, higroskopik, kristal putih dengan

suhu lebur 230oC.

Kelarutan : Larut dalam air atau alkohol, praktis tidak larut

dalam eter dan kloroform.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

K/P : Sebagai Antidiabetik

Indikasi : NIDDM yang gagal dikendalikan dengan diet

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 12


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

dan sulfonilurea, terutama pada pasien yang

gemuk.

Kontraindikasi : Gangguan fungsi ginjal atau hati, predisposisi

asidosis laktat, gagal jantung, infeksi atau

trauma berat, dehidrasi, alkoholisme, wanita

hamil, wanita menyusui.

Peringatan : Penggunaan harus hati-hati pada pasien usia

lanjut, gangguan fungsi hati dan ginjal.

Efek Samping : Mual, muntah, anoreksia, dan diare yang

selintas, asidosis laktat, gangguan penyerapan

vitamin B12

5. Na CMC (FI Edisi III Hal. 401)

Nama Resmi : NATRII KARBOKSIMETILSELULOSUM

Nama Lain : Natrium karboksil metil selulosa

Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau putih kuning

gading tidak berbau, hamper tidak berbau,

higroskopik.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspensi koleidal, tidak larut dalam etanol P,

dalam eter P dan dalam pelarut organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

K/P : Pelarut, kontrol negatif.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 13


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

6. Renabetic 5 mg

Indikasi : NIDDM

Kontraindikasi : IDDM, koma diabetik, dekompensasi metabolik

DM, gangguan ginjal berat

Efek Samping : Gangguan GI dan reaksi hipersensitif

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 14


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

a. Batang pengaduk f. Spoit 1 cc, 10 cc, 3 cc

b. Gelas kimia g. Stop watch

c. Glukometer h. Strip gula

d. Kateter No.20 i. Timbangan hewan

e. Lumpang dan stamper j. Timbangan digital

B. Bahan yang digunakan

a. Aquadest

b. Benofomin

c. Glibenclamida 5 mg

d. Glucophage 500 mg

e. Kelinci (Oryctolangus cuniculus)

f. Metformin 500 mg

g. Na. CMC

h. Renabetik 5 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 15


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

C. Cara kerja

1. Penyiapan Bahan :

a. Pembuatan Na. CMC 1 %, 700 mL

- Ditimbang Na. CMC 7 gram

- Dilarutkan dengan 700 ml air mendidih sampai terbentuk agregat

kemudian tambahkan sedikit demi sedikit air mendidih sambil

diaduk hingga terbentuk mucilago Na. CMC.

b. Pembuatan suspensi Glibenclamide 5 mg dengan Na. CMC 1 %

- Digerus 10 tablet Glibenclamide 5 mg dalam lumpang sampai halus

- Ditimbang 0,0741 gram serbuk Glibenclamide 5 mg di atas kertas

perkamen

- Dimasukkan dalam gelas kimia dan disuspensikan dengan mucilago

Na. CMC 1 % sampai 100 mL .

c. Pembuatan suspensi Metformin 500 mg dengan Na. CMC 1 %

- Digerus 10 tablet Metformin 500 mg dalam lumpang sampai halus

- Ditimbang 0,01195 gram serbuk Metformin 500 mg di atas kertas

perkamen

- Dimasukkan dalam gelas kimia dan disuspensikan dengan mucilago

Na. CMC 1 % sampai 100 mL .

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 16


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

d. Sari Buah Pare 20 mL

- Dibersihkan dan diiris kecil-kecil buah pare.

- Kemudian diambil sarinya dengan cara dihaluskan dengan

menggunakan lumpang, kemudian diambil air perasannya sebanyak

20 mL

e. Pembuatan suspensi Glucophage 500 mg dengan Na. CMC 1 %

- Digerus 10 tablet Glucophage 500 mg dalam lumpang sampai halus.

- Ditimbang 0,1659 gram serbuk Glucophage 500 mg di atas kertas

perkamen.

- Dimasukkan dalam gelas kimia dan disuspensikan dengan mucilago

Na. CMC 1 % sampai 100 mL .

f. Pembuatan suspensi Renabetik 5 mg dengan Na. CMC 1 %

- Digerus 10 tablet Renabetik 5 mg dalam lumpang sampai halus.

- Ditimbang 0,0024 gram serbuk Renabetik 5 mg di atas kertas

perkamen.

- Dimasukkan dalam gelas kimia dan disuspensikan dengan mucilago

Na. CMC 1 % sampai 100 mL .

2. Pemberian obat

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Ditimbang hewan coba kelinci (Oryctolagus cuniculus).

c. Diukur kadar glukosa darah awal dengan Glukometer.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 17


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

d. Diberi larutan glukosa 50% sebanyak 20 mL, didiamkan selama 30

menit.

e. Kemudian diukur kembali kadar glukosa darah kelinci.

f. Diberi perlakuan masing-masing kelompok, yaitu

 Kelompok I, diberi obat Glibenclamide sebanyak 11,2 mL.

 Kelompok II, diberi obat Metformin sebanyak 0,7 mL.

 Kelompok III, diberi Sari Buah Pare sebanyak 11,2mL.

 Kelompok IV, Na. CMC sebanyak 14,4mL.

 Kelompok V, Glucophage sebanyak 11,2 mL.

 Kelompok VI, diberi obat Renabetik sebanyak 0,9 mL.

g. Kemudian diukur kadar glukosa darah kelinci pada menit ke-30, 60,

dan 90.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 18


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

BAB IV

DATA PENGAMATAN

A. Tabel Data Pengamatan

BB Kadar glukosa
Kadar Kadar glukosa darah pada menit ke
Kelinci Vol setelah
No Obat glukosa
(kg) atau Pemberian pemberian
darah awal 30 60 90
Mencit (g) glukosa

Glibenclamide
1 1,4 kg 11,2 mL 131 mg/dL 229 mg/dL 192 mg/dL 136 mg/dL 87 mg/dL
5 mg

Metformin 500
2 21,87 g 0,7 mL 104 mg/dL 198 mg/dL 138 mg/dL 130 mg/dL 155 mg/dL
mg

3 Sari Buah Pare 1,4 kg 11,2 mL 118 mg/dL 166 mg/dL 162 mg/dL 97 mg/dL 105 mg/dL

Na. CMC
4 1,8 kg 14,4 mL 103 mg/dL 157 mg/dL 90 mg/dL 110 mg/dL 114 mg/dL

Glucophage 500
5 1,4 kg 11,2 mL 111 mg/dL 160 mg/dL 221 mg/dL 221 mg/dL 196 mg/dL
mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 19


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

6 Rinabetik 5 mg 25,67 g 0,9 mL 95 mg/dL 79 mg/dL 79 mg/dL 52 mg/dL 65 mg/dL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 20


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

B. Grafik Hasil Pengamatan


250

200

150

100

50

0
Awal Setelah 30 Menit 60 Menit 90 Menit
Pemberian setelah setelah setelah
glukosa pemberian pemberian pemberian
Obat Obat Obat

Glibenclamide Metformin Sari Buah Pare


Na. CMC Glucophage Renabetik

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 21


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

BAB V
PEMBAHASAN

Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan

kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau meningkat) dan

khususnya menyangkut metabolism hidratarang (glukosa) di dalam tubuh. Tetapi

metabolism lemak dan protein juga terganggu (Lat. diabetes = penerusan, mellitus =

manis madu).

Pengobatan DM dibagi menjadi dua cara yaitu pemberian insulin dan oral.

Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1. Pada DM Tipe

I, sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak lagi dapat

memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe I harus

mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam

tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar penderita DM Tipe 2

tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan terapi

insulin disamping terapi hipoglikemik oral.

Obat-obat DM oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien DM

Tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan

keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan

kondisi pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan

menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan dan

penentuan rejimen hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 22


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

keparahan diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada.

Pada praktikum ini dilakukan pemberian obat secara oral meliputi pemberian

Glibenclamida 5 mg, Metformin 500 mg, Glucophage 5 mg, Renabetik 5 mg,dan

Sari Buah Pare, serta Na. CMC sebagai kontrol negatif. Cara perhitungan kadar

glukosa darah adalah dengan cara pengambilan sampel darah dengan mengambil

sampel darah pada hewan coba dengan cara pada kelinci, pengambilan sampel darah

dilakukan pada bagian telinga kelinci yaitu dengan cara pertama bagian telinga

kelinci dicukur bersih, kemudian dipilih pembuluh darah yang kecil kemudian

disuntik agar darah keluar kemudian diaambil darah dengan strip yang telah

terpasang pada alat glukometer.

Pada pengukuran kadar glukosa darah, sebelumnya harus diketahui kadar

glukosa normal yaitu kadar glukosa darah normal pada saat puasa (8-10 jam tidak

mengkonsumsi makanan adalah < 100 mg/dL dan kadar glukosa darah normal pada

saat setelah makan yaitu < 140 mg/dL.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa dari pemberian obat diatas

yang memberikan efek yang paling baik sebagai antidiabetik adalah Sari Buah Pare.

Karena hasil akhir pengukuran kadar glukosa darah pada hewan coba yang diberi

Sari Buah Pare adalah 105 mg/dL dimana seperti yang diketahui kadar glukosa darah

normal adalah < 140 mg/dL. Sedangkan pada pemberian obat Glibenclamide yang

juga memberikan hasil yang baik sebagai obat penurun kadar glukosa darah, tetapi

efeknya sangat besar karena kadar glukosa darah setelah pemberian obat ini menjadi

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 23


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

terlalu rendah, begitu pula pada pemberian Renabetik. Sedangkan pada pemberian

obat Rnabetik dan Glucophage setelah menit ke 90, masih menunjukkan kadar

glukosa darah hewan uji masih diatas kadar glukosa darah normal.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 24


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan berdasarkan perbandingan kadar

glukosa darah setelah pemberian obat, Sari Buah Pare lebih efektif karena kadar

glukosa darah pada hewan coba setelah pemberian tidak terlalu rendah

dibandingkan dengan Glibenclamide yang setelah pemberian, kadar glukosa

darah hewan coba menjadi sangat rendah.

B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah pada saat pengukuran kadar

glukosa darah sebaiknya darah yang diambil agak banyak agar dapat dideteksi

pada alat glukometer.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 25


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
DIPLOMA III

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI

Gunawan, Sulistia Gan, dkk. 2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI

Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC

Sukandar, Elin Yulina, dkk. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI
Penerbitan

Tjay, Tan Hoan, dkk. 2007. Obat – Obat Penting. Jakarta : Gramedia

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 26

Anda mungkin juga menyukai