Untuk mengukur efektivitas terapi, hal hal berikut yang harus dimonitor:
a. Tekanan darah
b. Kerusakan target organ: jantung, ginjal, mata, dan otak
c. Interaksi obat dan efek samping
d. Kepatuhan (adherence)
(Depkes, 2006).
Respon terhadap tekanan darah harus dimonitor selama 2 4 minggu setelah terapi
dimulai. Ketika tekanan darah mencapai batas yang diinginkan dilakukan monitoring
tekanan darah selama 3 6 bulan, dengan asumsi tidak adanya perubahan tanda atau
tidak ada indikasi komplikasi (Dipiro et al, 2015). Pada kebanyakan pasien target
tekanan darah <140/90 mmHg, dan pada pasien diabetes dan pasien dengan gagal
ginjal kronik <130/80 mmHg (Depkes, 2006).
Pasien harus selalu dimonitor bagi yang memiliki tanda atau gejala kerusakan pada
organ. Pasien yang memiliki sejarah sakit pada dada, palpitasi, pusing, dyspnea,
orthopnea, sakit kepala, penglihatan tiba-tiba berubah, lemah sebalah bicara terbata
bata, dan hilang keseimbangan harus diamati dengan seksama untuk menilai
kemungkinan komplikasi kardiovaskular dan serebovaskular. Parameter klinis lainnya
yang harus dimonitor untuk menilai penyakit target organ termasuk perubahan pada
funduskopik, regresi LVH pada elektrokardiogram atau ekokardiogram, proteinuria
dan perubahan fungsi ginjal (Dipiro, 2015).
Diperlukan usaha yang cukup besar untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap
terapi obat demi mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Tanyakan ke pasien
adanya perubahan pada energy fisik atau kepuasaan terhadap pengobatan yang
diberikan (Dipiro et al, 2015). Paling sedikit 50% pasien yang diresepkan obat
antihipertensi tidak meminumnya sesuai dengan yang direkomendasikan. Strategi
yang paling efektif adalah dengan kombinasi beberapa strategi edukasi, modifikasi
sikap, dan sistem yang mendukung (Depkes, 2006).
Setiap pasien dengan hipertensi, baik jinak ataupun ganas, primer maupun sekunder,
hendaknya dilakukan evaluasi hasil laboratorium. Evaluasi ini dikerjakan untuk
tujuan sebagai berikut :
1. Untuk memberikan data dasar untuk digunakan pada terapi obat selanjutnya.
2. Untuk mencari faktor- faktor resiko lain
3. Untuk mencari kerusakan organ sasaran dan penyakit kardiovaskular yang
lain atau penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut
menentukan pengobatan.
4. Untuk menemukan sebab yang spesifik (Dorland, 1998).
Departemen Kesehatan RI, 2006, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi,
Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal, Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan, Jakarta.
Dorland, W.A. Newman. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.
Muchid, Abdul, dkk. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung
Koroner: Fokus Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Departemen Kesehatan.