Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOKINETIKA

Uji Bioavailabilitas - Bioekivalensi

Dosen Pengampu:
Siti Maimunah, M.Farm., Apt

Oleh:
Sonia Aulia Rakhmah
14670049

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2017
DISKUSI AWAL

1. Apa yang dimaksud dengan uji bioavailabilitas dan uji bioekuivalensi?


Jelaskan!
Bioavailabilitas adalah persentase dan kecepatan zat aktif dalam suatu produk
obat yang mencapat/tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/aktif
setelah pemberian produk obat tersebut,diukur dari kadarnya dalam darah
terhadap waktu atau dari eskresinya dalam urin.
Bioekuivalensi adalah ekivalensi farmasetik atau alternatif adalah suatu sediaan
yang laju dan jumlah absorbsinya tidak berbeda secara bermakna apabila
diberikan dalam dosis dan kondisi percobaan yang sama.

2. Bagaimana pedoman penelitian bioavailabilitas yang diatur oleh BPOM atau


FDA, meliputi:
A. Protokol
1. Tujuan penelitian
Umum : untuk menjamin efikasi, keamanan dan mutu produk obat yang beredar
Khusus :
- Untuk menjamin produk obat copy yang akan mendapat izin edar bioekivalen
dengan produk obat inovatornya
- Yntuk menetukan bioavailabilitas absolut dan relatif suatu zat kimia baru,serta
bioekuivalensi zat tersebut dalam formulasi untuk uji klinik dan dalam produk
yang akan dipasarkan.
2. Rancangan penelitian
Untuk membandingkan 2 produk obat, dilakukan studi varians residual pada
ANOVA untuk desain menyilang 2-way (2 periode untuk pembeian 2 produk
obat pada setiap subyek).
Validasi metode bioanalitik harus dilakukan sesuai dengan pedoman validasi
metode bioanalitik dari US FDA untuk industri.
3. Kriteria pemilihan subjek
- Sukarelawan sehat ( untuk mengurangi variasi antara subyek);
- sedapat mungkin pria dan wanita (jika wanita pertimbangkan risiko pada wanita
usia subur)
- umur antara 18-55 tahun;
- berat badan dalam kisaran normal :
(IMT = BB (kg) = 18-25)
TB2 (m)
- Kriteria sehat berdasarkan uji laboratorium klinis yang baku (hematologi rutin,
fungsi hati, fungsi ginjal,gula darah dan urianalisis),riwayat penyakit, dan
pemeriksaan fisik;
- Pemeriksaan khusus mungkin harus dilakukan sebelum, selama dan setelah
studi selesai, bergantung pada kelas terapi dan profil keamanan obat yang
diteliti. Misalnya, untuk obat dari kelas fluorokuinolon yang di ketahui dapat
memperpanjang interval QT, harus dilakukan pemeriksaan EKG.
- Sebaiknya bukan perokok . jika perokok sedang (kurang dari 10 batang sehari)
diikutsertakan, harus disebutkan dan efeknya pada hasil studi harus
didiskusikan;
- Tidak mempuyai riwayat ketergantungan pada alkohol atau penyalagunaan
obat.
- Tidak kontra indikasi atau hypersensitive terhadap obat yang diuji.
- Untuk obat yang terlalu toksik untuk diberikan kepada sukarelawan sehat
(misal: sitokstatik, antiaritmia), maka digunakan penderita dengan indikasi
yang sesuai.
- Uji serologis terhadap hepatitis B (HBsAg) Hepatitis C (anti-HCV) dan HIV
(anti-HIV) optinal B.
4. Kriteria pengeluaran subjek
Studi bioekivalensi (BE) adalah studi bioavailabilitas (BA) komparatif yang
dirancang untuk menunjukkan bioekivalensi antara produk uji (suatu produk
obat copy) dengan produk obat innovator/ pembandingnya. Caranya dengan
membandingkan profil kadar obat dalam darah urin antara produk- produk obat
yang dibandingkan pada subyek manusia. Karena itu desain dan pelaksanaan
studi BE harus mengikuti pedoman Cara Uji Klinik yang Baik (CUKB),
termasuk harus lolos kaji etik.
5. Macam cuplikan biologis
Waktu-waktu pengambilan
Pemberian produk obat yang pertama harus dilakukan secara acak agar efek
urutan (order effect) maupun efek waktu (period effect), bila ada dibuat
seimbang.
Kedua perlakuan dipisahkan oleh period washout yang cukup untuk eliminasi
produk obat yang pertama diberikan (biasanya lebih dari 5x waktu paruh
terminal dari obat, atau lebih lama jika mempunyai metabolit aktif dengan
waktu paruh yang lebih panjang. Jika obat mempunyai kecepatan eliminasi
yang sangat bervariasi antar subjek, periode washout yang lebih lama
diperlukan untuk memperhitungkan kecepatan eliminasi yang lebih rendah pada
beberapa subjek. Karena itu, untuk obat dengan waktu paruh eliminasi yang
panjang (> 24 jam ), dapat dipertimbangkan penggunaan desain 2 kelompok
parallel.
Gambaran cara penanganan cuplikan.
Kondisi studi harus dibakukan (untuk mengurangi variabelitas berbagai factor
yang terlibat kecuali produk yang diuji.
- Lama puasa pada malam sebelum pemberian produk, minimal 10 jam. Untuk
studi keadaan tunak, puasa hanya diperlukan pada malam terakhir sebelum
pengambilan darah keesokan harinya.
- Jika obat harus diberikan bersama makanan untuk mengurangi efek samping
saluran cerna, maka studi BE harus dilakukan bersama makanan standar.
- Volume air yang diminum bersama produk harus konstan ( antara 150-200 ml)
karena dapat mempengaruhi pengosongan lambung
- Semua makanan dan minuman yang telah dikomsumsi setelah pemberian
produk harus dibakukan komposisi dan waktu pemberiannya selama periode
pengambilan sampel darah:
Air boleh diminum kapan saja kecuali 1 jam sebelum dan 2 jam sesudah
pemberian produk.
Makanan standar diberikan tidak kurang dari 4 jam setelah pemberian produk.
Subjek tidak boleh makan obat lain apapun (termasuk obat bebas dan obat
tradisioanal) selama beberapa waktu sebelum penilitian (minimal 1 minggu)
dan selama penilitian. Dalam keadaan darurat, pengunaan obat apapun harus
dilaporkan (dosis dan waktu pengunaan)
Subjek tidak mengkomsumsi makanan dan minuman yang dapat berinterksi
dengan fungsi sirkulasi, saluran cerna, hati atau ginjal ( missal merokok, minum
alkohol, kopi, teh, kola, coklat atau jus buah) selama 2.4 jam sebelum penilitian
dan selama periode pengambilan sampel darah.
Posisi tubuh dan aktivitas fisik juga harus distandadisir sepanjang hari penilitian
karena akan mempengaruhi motilitas dan aliran darah saluran cerna.
6. Kriteria pemasukan dan pengeluaran cuplikan
a. Uji disolusi in vitro
Pengambilan sampel darah
- Dalam keadan normal harus digunakan sampel darah, meskipun sampel urin
juga dapat digunakan;
- Biasanya kadar obat atu metabolit diukur dalam serum atau plasma. Dalam
keadaan tertentu, kadar obat di ukur dalam darah (missal sulfa);
- Sampel darah harus diambil pada waktu-waktu tertentu sehinga dapat
menggambarkan fase-fase absorpsi, distribusi, dan elminasi obat;
- Untuk kebanyakan obat diperlukan 12-18 sampel darah yakni:
1 sampel sebelum obat: pada waktu nol (t0)
2-3 sampel sebelum kadar maksimal (Cmax)
4-6 sampel sekitar (Cmax)
5-8 sampel setelah (Cmax), sampai sedikitnya 3 atau lebih waktu paruh
eliminasi obat dalam plasma ( 3x t1/2 )
- Dengan demikian akan diperoleh AUC (luas area dibawah kurva kadar obat
terhadap waktu ) sedikitnya 80% dari AUC yang diekstrapolasi ke tidak
terhingga.
- Estimasi waktu paruh eliminasi harus diperoleh dari sedikitnya 3-4 sampel
selama fase log linear terminal.
- Untuk obat atu metabolit aktifnya yang mempunyai waktu paruh eliminasi (t1/2
) yang panjang (<24 jam), sampel darah harus diambil sampai sedikitnya 72
jam jika variabelitas intra-subyek kecil,atau lebih lama jika variabilitas intra-
subyek besar;
- Pada studi keadaan tunak, untuk obat dengan kronofarmakologi , jika ritme
sirkadian diketahui mempengaruhi bioavabelitas, maka sampel darah harus
diambil selama 1 siklus 24 jam penuh.
Pengambilan sampel urin (untuk kasus-kasus tertentu)
- Sampel urin hanya digunakan jika kadar obat dalam darah terlalu kecil untuk
dapat dideteksi dan eliminasi obat s dalam bentuk utuh melalui ginjal cukup
besar (>40%)
- Urin dikumpulkan di tempat studi secara periodik sampai sedikitnya 3x waktu
paruh eliminasi obat (3x t1/2 ) untuk studi selama 24 jam, waktu sampling
biasanya 0-2, 2-4, 4-8, 8-12 dan 12-24 jam, volume urin setiap interval waktu
tersebut harus diukur dan dilaporkan.
- Dibuat kurva jumlah obat kumulatif yang disekresi dalam urin terhadap waktu.
Kadar yang diukur
- Kadar yang diukur dalam plasma/serum biasanya senyawa induk. Jika hal ini
tidak mungkin (karena kadarnya terlalu rendah, atau tidak stabil dalam biologic,
atau waktu paruhnya terlalu pendek), maka dalam hal ini diukur metabolit
utamanya;
- Pengukuran hasil biotransformasi harus dilakukan jika senyawa induknya
berupa prodrug;
- Jika dihasilkan metabolit aktif yang memberikan kontribusi yang bermakna
terhadap aktivitas obat secara keseluruhan dan farmakokinetiknya tidak linear,
maka kadar keduanya harus diukur, baik senyawa induk maupun metabolit
aktifnya, dan dievaluasi secara terpisah.
- Untuk produk obat berupa zat chiral, pengukuran kadar dengan metode
bioanalitik yang non-stereoselektif saat ini dapat diterima untuk studi BE. Cara
pengukuran yang stereoselektif lebih baik jika ke-2 enansiomer mempunyai
farmakokinetik yang nonlinear. Dalam hal ini diukur enansiomer yang memiliki
aktivitas lebih tinggi.
- Untuk produk obat yang mengandung banyak zat berefikasi, kuantifikasi semua
zat berefikasi tidak diperlukan, cukup beberapazat yang dapat menunjukkan
jumlah dan kecepatan absorpsi. Pemilihan marker ini perlu ditentukan untuk
setiap kasus. Jika pendekatan farmakokinetik in vivo tidak dapat dilakukan,
lakukan cara in vitro, jika inipun tidak dapat, terpaksa dilakukan dengan cara
farmakodinamik atau klinik.
b. Parameter bioavailabilitas
Pada studi bioavailabilitas (BA), bentuk dan luas area dibawah kurva kadar
plasma darah terhadap waktu, serta profil eksresi ginjal kumulatif dan kecepatan
ekskresi digunakan untuk menilai jumlah dan kecepatan absorpsi.
1. Parameter bioavailabilitas dari sampel darah
Untuk studi dosis tunggal
- AUCt = area dibawah kurva kadar obat (atau metabolit) dalam plasma (atau
serum atau darah) terhadap waktu dari waktu 0 sampai waktu terakhir kadar
obat diukur-dihitung secara trapezoidal.
- AUCoo= AUC dari waktu 0 sampai waktu tidak terhingga
- AUCt + Ct / Ke menggambarkan jumlah obat yang bioavailabel.
- Cmax = kadar puncak ( maksimal) obat (atau metabolit) dalam plasma (atau serum
atau darah) yang teramati.
- tmax = waktu sejak pmberian obat sampai dicapai Cmax
- t1/2 = waktu paruh paru obat (atau metabolit) dalam plasma (atau serum atau
darah)

AUCoo dan Cmax merupakan parameter yang paling relevan untuk penilaian BE.
AUCt paling dapat dipercaya untuk menggambarkan besarnya absorpsi (jumlah
obat yang bioavailabel).

Untuk studi kadar tunak


- AUC = AUC selama satu interval dosis () pada keadaan tunak
- Cmin = kadar minimal onat (atau metabolit) dalamplasma (atau serum atau
darah), yakni kadar pada akhir interval dosis
- Cmax = kadar maksimal obat dalam pasma yang teramati
- Cav = kadarrata-rata selama satu interval dosis
- Fluktuasi = (Cmax - Cmin) / Cav
- Swing = (Cmax - Cmin) / Cmin
2. Parameter bioavailabilitas dari sampel urin
Untuk studi dosis tunggal
- Aet = jumlah kumulatif obat utuh (atau metabolit) yang dikeluarkan atau
ditemukan dalam urin dari waktu 0 sampai waktu terakhir kadar diukur
- Aeoo = Ae dari waktu 0 sampai waktu tidak terhingga, diperoleh dengan cara
ekstrapolasi
- jumlah obat maksimal yang dieksresi dalam urin sebanding dengan jumlah
obat yang bioavailabel
- dAe / dt = kecepatan ekskresi obat dalam urin
- (dAe / dt) max = kecepatan maksimal ekskresi obat dalam urin terjadi
padawaktu tmax (plasma) dan besarnya sebanding dengan Cmax (plasma),
sehingga besarnya bergantung pada jumlah dan kecepatan absorpsi.
Aeoo dan (dAe / dt) max merupakan parameter yang paling relevan untuk penilaian
BE. Aet paling dapat dipercaya untuk menggambarkan besarnya absorpsi
(jumlah obat yang bioavailabel).
Untuk studi kadar tunak
- Aet = Ae selama satu interval dosis () pada keadaan tunak.
7. Pertimbangan etik
Oleh karena studi BA/BE dilakukan pada subyek manusia (suatu uji klinik)
maka protokol studi harus lolos kaji etik. Terlebih dahulu sebelum studi dapat
dimulai.
B. Data

Sumber Variasi Degrees of Sum of Mean F

Freedom squares square

(df) (SS) (MS)


= SS/df

Inter- Subyek n-1


- Urutan (Sequence) (2-1)=1 SSseq MSseq MSseq/MSResid
(suby)

- Residual (Suby) n-2 SSResid (suby) MSResid(suby)MSResid


(suby)/MSResid

Intra- Subyek
- Produk obat (2-1)=1 SSProd MSProd
MSProd/MSResid
- Periode (2-1)=1 SSPeriod MSPeriod
MSPeriod/MSResid
- Residual n-2 SSResid MSResid

Total 2n-1 SStotal

CV Intra- Subyek = MSResid x 100%

Hasil berikut juga harus dipersentasikan :


Perbedaan (different) = rata-rata In T- rata-rata In R
SEdiff = Msresid x 2/n
C. Analisis hasil
Tujuan utama penilaian biokivalensi adalah untuk menghitung perbedaan
biovailabilitas antara produk uji dan produk pembanding, dan untuk
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan ayng bermakna secara klinik.
Jika pada t0 ditemukanobat dengan kadar 5% Cmax maka data dari
subyek ini dapat dimasukkan dalam analisis tanpa penyesuaian. Tetapi jika C0
ini 5% Cmax, maka subyek ini harus dikeluarkan dari analisis.
Jika subyek muntah pada atau sebelum 2x median tmax pada studi BE
untuk produk lepas cepat, maka data subyek ini harus dikeluarkan dari analisis.
Padastudi BE untuk produk lepas lambat, data subyek yang muntah kapan saja
harus dikeluarkan.
Observasi yang merupakan outliers tidak boleh dibuan jika tidak ada alas
an yang kuat bahwa telah terjadi kesalahan teknis. Analisis data harus dilakukan
dengan dan tanpa nilai-nilai tersebut dan harus dikaji dampaknya terhadap
kesimpulan studi. Harus dicari penjelasan medis atau farmakokinetik untuk
observasi demikian.
Analisis statistik
a. Dari data darah
- Parameter bioavailabilitas yang dibandingkan untuk penilaian bioekivalensi
adalah AUC, Cmax dan tmax
- Cara menghitung AUC0 ->t ; AUCo -> oo ; ke, t1/2
- Data yang bergantung pada kadar, yakni AUC dan Cmax, harus ditransformasi
logaritmik (In) terlebih dulu sebelum dilakukan analisis statistic karena kinetic
obat mengikuti kinatik first order sehingga dalam skala logaritmik akan
diperoleh distribusi yang normal dan varians yang ho,ogen. Selanjutnya nilai
rasio rata-rata geometric T/R = anti In difference x 100%
(90% CI) = difference t0.10 (n-2) x SEdiff
(90% CI) = anti In (90% CI)diff x 100%
- Untuk tmax biasanya hanya dilakukan statistic deskriptif. Jika perlu
dibandingkan, digunakan statistic non-parametik pada data yang asli (tidak
ditransformasi), dengan = 5% ;
- Untuk ke-3 parameter tersebut di atas, selain dihitung 90% confidence intervals
(90% CI) untuk perbandingan ke-2 produk, juga dihitung statistic ringkasan
seperti nilai rata-rata (arithmetic & geometric, untuk AUC dan Cmax) atau
median (untu tmax), serta nilai-nilai minimum dan maksimun ;
- Untuk parameter-parameter lainnya seperti Cmin, fluktuasi, t1/2, dsb., berlaku
pertimbangan-pertimbangan yang sama untuk menggunakkan data yang
ditransformasi logaritmik (In) atau yang ditransformasi.
b. Dari data urin
- Parameter yang dibandingkan adalah Ae dan (dAe/dt)max.

D. Ringkasan dan kesimpulan

3. Apa definisi bioavailabilitas relatif dan absolute?


Bioavailabilitas relatif adalah ketersediaan dalam sistemik suatu produk obat
dibandingkan terhadap suatu standart yang diketahui.
Bioavailabilitas absolut adalah bila dibandingkan dengan sediaan intravena
yang bioavailabilitasnya 100%.

4. Jelaskan kriteria standar pembanding produk obat!


Produk obat yang inovator yang telah diberi izin pemasaran di indonesia
berdasarkan penilaian dossier lengkap yang membuktikan efikasi,keamanan
dan mutu. Produk obat pembanding yang akan digunakan harus disetujui oleh
Badan POM. Hanya saja jika produk obat inovator tidak dipasarkan di indonesia
atau tidak lagi dikenali yang mana karena sudah terlalu lama beredar
dipasar,maka dapat digunkan produk obat inovator dari primary market.

5. Apa saja parameter bioavailabilitas? Jelaskan!


a. Data plasma
- Waktu konsentrasi plasma (darah) mencapai puncak (tmax)
- Konsentrasi plasma puncak (Cp max)
- Area dibawah kurva kadar obat dalam plasma-waktu (AUC)
b. Data urin
- Jumlah kumulatif obat yang diekskresi dalam urin (Du)
- Laju ekskresi obat dalam urin (dDu/dt)
- Waktu untuk terjadi ekskresi obat maksimum dalam urin (t)
c. Efek farmakologik akut
d. Pengamatan klinik

6. Apa kriteria produk obat yang memerlukan uji bioekuivalensi in vivo dan tidak
perlu uji bioekuivalensi in vivo?
Yang memerlukan uji in vivo :
a. Produk obat lepas cepat yang bekerja sistemik,jika memenuhi satu atau lebih
kriteria berikut ini :
- obat-obat untuk kondisi yang serius yang memerlukan respons terapi yang pasti
(critical use drugs), misal : antituberkulosis, antiretroviral, antimalaria,
antibakteri, antihipertensi, antiangina,obat gagal jantung, antiepilepsi, antiasma.
- batas keamanan/indeks terapi yang sempit; kurva dosis-respons yang curam,
misaldigoksin,antiaritmia,antikoagulan,obat-obat
sitostatik,litium,fenitoin,siklosporin, sulfonilurea, teofilin.
- terbukti ada masalah bioavailabilitas atau bioinekivalensi dengan obat yang
bersangkutan atau obat-obat dengan struktur kimia atau formulasi yang mirip
(tidak berhubungan dengan masalah disolusi), misal :
absorpsi bervariasi atau tidak lengkap;
eliminasi presistemik yang tinggi;
farmakokinetik nonlinear;
sifat-sifat fisiokimia yang tidak menguntungkan (misal : kelarutan
rendah, permeabilitas rendah, tidak stabil, dsb.).
eksipien dan proses pembuatannya diketahui mempengaruhi bioekivalensi
b. Produk obat non oral dan non parenteral yang didesain untuk bekerja sistemik,
misal: sediaan transdermal,supositoria,permen karet nikotin,gel testosteron dan
kontraseptif bawah kulit.
c. Produk obat lepas lambat atau termodifikasi yang bekerja sistemik.
d. Produk kombinasi tetap untuk bekerja sistemik, yang paling sedikit salah satu
zat aktifnya memerlukan studi in vivo.
e. Produk obat bukan larutan untuk penggunaan non-sistemik (oral, nasal, okular,
dermal, rektal, vaginal,dsb.) dan dimaksudkan untuk bekerja lokal (tidak untuk
diabsorpsi sistemik). Untuk produk demikian, bioekivalensi harus ditunjukkan
dengan studi klinik atau farmakodinamik, dermatofarmakokinetik komparatif
dan/atau studi in vitro.Pada kasus-kasus tertentu, pengukuran kadar obat dalam
darah masih diperlukan dengan alasan keamanan untuk melihat adanya absorpsi
yang tidak diinginkan.

Yang tidak memerlukan uji in vivo

a. Produk obat (a) merupakan larutan yang ditujukan hanya untuk pemakaian
intravena dan (b) mengandung bahan aktif atau bagian terapetik yang dicampur
dengan pelarut yang sama dan dalam konsentrasi yang sama sebagaimana
dalam suatu larutan intravena yang merupakan sediaan baru yang telah disetujui
pemakaiannya.
b. Produk obat merupakan preparat yang dipakai secara topikal misal suatu
krem,salep atau gel yang ditunjukkan untuk pengobatan setempat(lokal).
c. Produk obat bentuk sediaan oral yang tidak ditujukan untuk diabsorbsi,misal
antasid atau media radiopaque.
d. Produk obat yang memenuhi kedua kondisi berikut:
- Diberikan secara inhalasi sebagai gas atau uap,misal suatu anastesi medicinal
atau anastesi inhalasi.
- Mengandung bahan obat aktif atau bagian terapeutik dalam bentuk sediaan yang
sama seperti produk obat yang telah disetujui pemakaiannya.
e. Produk obat memenuhi semua kriteria berikut:
- Merupakan larutan oral,eliksir,sirup,tingtur atau bentuk terlarut yang lain.
- Mengandung bahan obat aktif atau bagian yang berkhasiat dalam konsentrasi
yang sama seperti produk obat yang telah disetujui pemakaiannya.
- Tidak mengandung bahan inaktif yang diketahui mempengaruhi absorbsi bahan
obat aktif atau bagian terapetik secara bermakna.
7. Apa kriteria produk obat yang hanya memerlukan uji bioekuivalensi in vitro?
a. Produk obat yang tidak memerlukan studi in vivo
b. Produk obat copy yang hanya berbeda kekuatan uji disolusi terbanding dapat
diterima untuk kekuatan yang lebih rendah berdasarkan perbandingan profil
disolusi.
- Tablet lepas cepat
- Produk obat copy dengan kekuatan berbeda, yang dibuat oleh pabrik obat
yang sama di tempat produksi yang sama, jika :
semua kekuatan mempunyai proporsi zat aktif dan inaktif yang persis
sama atau untuk zat aktif yang sangat poten ( sampai 10 mg per satuan
dosis), zat inaktifnya sama banyak untuk semua kekuatan;
studi ekivalensi telah dilakukan sedikitnya pada salah satu kekuatan
(biasanya kekuatan yang tertinggi, kecuali untuk alasan keamanan dipilh
kekuatan yang lebih rendah);
profil disolusinya mirip antar kekuatan, f2 > 50
- Kapsul berisi butir-butir lepas lambat
Jika kekuatannya berbeda hanya dalam jumlah butir yang mengandung zat aktif,
maka perbandingan profil disolusi (f2 > 50) dengan satu kondisi uji yang
direkomendasi sudah cukup.
- Tablet lepas lambat
Jika produk uji dalam bentuk sediaan yang sama tetapi berbeda kekuatan, dan
mempunyai proporsi zat aktif dan inaktif yang persis sama atau untuk zat aktif
yang sangat poten (sampai 10 mg per satuan dosis) zat inaktifnya sama banyak,
dan mempunyai mekanisme pelepasan obat yang sama,kekuatan yang lebih
rendah tidak memerlukan studi in vivo jika menunjukkan profil disolusi yang
mirip, f2 > 50, dalam 3 pH yang berbeda (antara pH 1.2 dan 7.5) dengan
metode uji yang direkomendasi.
c. Berdasarkan sistem klasifikasi biofarmaseutik (Biopharmaceutic Classification
System = BCS) dari zat aktif* serta karakteristik disolusi** dan profil disolusi
*** dari produk obat.
Berlaku untuk produk obat oral lepas cepat, tetapi tidak berlaku untuk produk
obat oral lepas cepat yang disebutkan dalam butir diatas.
8. Apa yang dimaksud dengan uji disolusi terbanding? Apa tujuan dilakukan uji
tersebut?
Uji disolusi terbanding (terkait dengan bioekivalensi).
Uji ekivalensi in vitro dilakukan dengan uji disolusi terbanding, sebagai uji
pendahuluan untuk memprediksi bioavailabilitas dan bioekivalensi produk obat
(BPOM, 2004).
Uji disolusi terbanding (IN VITRO) dalam uji bioekivalensi dapat dilakukan
secara komparatif terhadap produk pembanding. Penilaian berdasarkan
kemiripan (similarity), produk pembanding umumnya adalah produk innovator.
Uji disolusi terbanding sebagai data pelengkap uji bioekivalensi yaitu
pengawasan mutu produksi rutin. Uji disolusi terbanding yang diharuskan
sebagai pengganti uji bioekivalensi (biowaiver), uji disolusi terbanding sebagai
pendekatan/pengembangan formulasi untuk mendapatkan produk copy yang
bioekivalen.
DAFTAR PUSTAKA

Shargel, L. dan Yu, A.B.C., 1999, applied biopharmaceutics and


pharmacokinetics, 4 thEd, Appleton-Century-Croftsm Norwalk.

BPOM, 2000, Pedoman bioekivalensi

Bushra, and Aslam, 2010, Clinical Pharmacology of Ibuprofen, Oman Medical


Journal, 25(3):155-161.

Health-Canada. 1992. Guidance for industry : conduct and analysis of


bioavailability and bioequivalence studies part A : oral dosage
formulations used for systemic effects. Ottawa, Ontario; Canada. Health
procucts and food branch, Miniastry of Health,

Anda mungkin juga menyukai