ABSTRAK
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan terjadinya komplikasi seperti stroke,
jantung koroner, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Pengobatan hipertensi bersifat jangka panjang. Kepatuhan minum obat sangat penting
untuk meningkatkan efektifitas pengobatan, mencegah komplikasi, menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian.
Kurangnya pengetahuan dan sikap yang negatif terhadap penyakit hipertensi dapat
mengakibatkan ketidakpatuhan pasien dalam melakukan pengobatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap
penderita hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi di
Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan desain kros
seksional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 4.562 orang dan jumlah sampel
sebanyak 98 orang dengan menggunakan teknik accidental sampling.
Tehnik pengumpulan data untuk variabel pengetahuan dan sikap menggunakan
kuesioner sedangkan untuk variabel kepatuhan dengan wawancara dan observasi.
Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square dengan nilai α = 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa masih banyak penderita hipertensi yang
tidak patuh melakukan pengobatan, karena itu peneliti menyarankan agar Puskesmas
Cimahi Selatan melakukan penyuluhan kesehatan secara rutin dan melakukan strategi
home care untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam melakukan pengobatan.
PENDAHULUAN
Mayoritas penyebab penyakit kardio vaskuler adalah akibat perubahan gaya hidup dan
pola makan masyarakat. Merokok, obesitas serta kurang melakukan aktivitas fisik
merupakan bagian dari perubahan gaya hidup. Sedangkan makanan siap saji merupakan
bentuk perubahan pola makan.
Saat ini masyarakat lebih menyukai makanan siap saji, dimana makanan tersebut banyak
Mengandung lemak, protein, dan tinggi garam dan rendah serat. Hal tersebut membawa
konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes
mellitus,dan hipertensi ( Muhammadun, 2010 ).
Penyakit hipertensi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tidak hanya di
Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang
dewasa menderita penyakit hipertensi. Bahkan diperkirakan jumlah penderita hipertensi
akan meningkat menjadi 1,6 milliar menjelang tahun 2025. Hampir di semua Negara
kurang lebih 10-30% penduduk dewasa mengalami hipertensi.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yaitu Luchyati (2009),
menyatakan bahwa tingkat kemungkinan terkena penyakit hipertensi dan jantung di Jawa
Barat diatas rata-rata nasional. Hal tersebut dikarenakan masih tingginya perokok aktif di
Jawa Barat yang mencapai 26,7%. Sehingga Jawa Barat menempati urutan tertinggi
secara nasional prevalensi penyakit hipertensi. Tingkat prevalensi atau kemungkinan
terkena hipertensi di Jawa Barat mencapai 9,5% sementara rata-rata nasional hanya 7,2%
( Anonim, 2009. Jawa Barat Awas Ancaman Hipertensi dan Jantung, ¶3,
http://www.kesehatan.kompas.org, diperoleh tanggal 21 Januari 2012 )
Penanganan hipertensi tidak hanya tergantung pada obat yang diberikan dokter, tetapi
diperlukan kerjasama dan upaya yang gigih dari penderita untuk melakukan modifikasi
gaya hidup. Contohnya : seperti mengatur pola makan rendah garam, rendah kolesterol,
dan rendah lemak jenuh serta meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, berhenti
merokok dan mengkonsumsi alkohol, menurunkan berat badan bagi yang obesitas,
melakukan olahraga, menghindari stress, dan mengobati penyakit yang dapat
menghindari stress, dan mengobati penyakit yang dapat menyebabkan hipertensi
sekunder ( Sutanto, 2010 ). Namun ketika seseorang didiagnosis mengalami hipertensi
dan harus menggunakan obat untuk mengendalikan tekanan darahnya, maka pengobatan
tersebut bersifat seumur hidup ( Wolff, 2008 )
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Cimahi, kasus hipertensi di
beberapa Puskesmas yang ada di Kota Cimahi menunjukkan peningkatan, dari 12
Puskesmas yang ada di Kota Cimahi, ada 8 Puskesmas yang angka kejadian
hipertensinya meningkat yaitu Puskesmas Cigugur Tengah, Cimahi Selatan, Cipageran,
Padasuka, Cibeureum, Cimahi Utara, Melong Asih, dan Leuwigajah. Dari 8 Puskesmas
tersebut, Puskesmas yang paling tinggi mengalami peningkatan kasus hipertensi dalam
kurun waktu satu tahun adalah Puskesmas Cimahi Selatan. Pada tahun 2010 kasus
hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan sebanyak : 2.396 kasus dan pada tahun 2011
meningkat menjadi 4.562 kasus, dalam kurun waktu kasus hipertensi di Puskesmas
Cimahi Selatan mengalami peningkatan sebanyak : 2.166 kasus.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada 15 orang penderita
hipertensi, didapatkan hasil bahwa 9 orang penderita hipertensi masih kurang patuh
dalam melakukan pengobatan, mereka mengatakan bahwa mereka melakukan kontrol dan
meminum obat jika mereka mengalami gejala hipertensi seperti : pusing, nyeri di tengkuk
dan mengalami sulit tidur, namun jika gejala berkurang mereka menghentikan
pengontrolan dan tidak minum obat lagi, mereka menghentikan pengobatan atas
keinginan sendiri tanpa mengkolsultasikan terlebibih dahulu kepada dokter atau petugas
kesehatan, jika mereka merasa pusing mereka hanya menggunakan obat warung untuk
menghilangkan gejala pusing tersebut.
Dari 9 orang penderita hipertensi yang tidak patuh melaksanakan pengobatan, ada 4
orang yang sudah lebih dari 3 bulan tidak melakukan kontrol dan tidak meminum obat.
Mereka mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui berapa tekanan darah yang
dikatakan dan tidak mengetahui komplikasi yang dapat terjadi akibat hipertensi. Mereka
hanya mengetahui bahwa mereka harus mengurangi makanan yang tinggi garam dan
tidak mengetahui hal apa lagi yang harus dilakukan untuk mengendalikan tekanan
darahnya.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian masalah :
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan
Melaksanakan Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012 “.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode deksriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian
yang dilakukan denngan tujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap
penderita hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi di
Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012.
Waktu penelitian dilakukan dari bulan mei sampai dengan bulan juni 2012.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah kros seksional.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kunjungan kasus hipertensi selama tahun
2011 yaitu berjumlah 4.562 kasus. Sampel yang digunakan adalah 98 orang penderita
hipertensi. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan tehnik wawancara dan
observasi
HASIL PENELITIAN
Hasil Bivariat
Tabel 1
Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan
Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012
Dari tabel diatas ternyata ada sebanyak 21 orang penderita hipertensi (67,7%) yang
pengetahuannya kurang serta tidak patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi dan
sebanyak 17 orang penderita hipertensi (38,6%) yang pengetahuannya baik serta tidak
patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi.
Hasil uji statistik pada α = 0,05 ternyata ada hubungan antara pengetahuan penderita
hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi ( p < 0,05 )
2.Hubungan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan
Pengobatan Hipertensi
Tabel 2
Hubungan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan
Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012
Dari tabel 2 ternyata ada sebanyak 31 orang penderita hipertensi (67,4%) yang memiliki
sikap negative serta tidak patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi, dan ada
sebanyak 21 orang penderita hipertensi (40,4%) yang memiliki sikap positif serta tidak
patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi.
Hasil uji statistik pada α = 0,05 ternyata ada hubungan antara sikap responden dengan
kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi ( P < 0,05 )
PEMBAHASAN
Penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus ( 2006), yang
meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan
pasien dalam melaksanakan pengobatan hipertensi. Berdasarkan hasil penelitiannya pada
44 responden didapatkan sebagian besar responden ( 59,1%) memliki tingkat
pengetahuan tinggi dan sebesar 68,2% responden patuh dalam melaksanakan
pengobatan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan
tentang hipertensi dengan kepatuhan pasien melaksanakan pengobatan hipertensi.
Pemahaman yang menyeluruh mengenai penyakit hipertensi, cara kerja obat ,kebiasaan
hidup dan mengontrol hipertensi secara teratur sangatlah penting diketahui oleh penderita
hipertensi, karena ketidakpatuhan pada program terapi merupakan masalah besar bagi
penderita hipertensi.
Konsep bahwa penyakit hipertensi hanya dapat di kontrol dan tidak dapat disembuhkan
penting untuk diketahui oleh pasien. Bimbingan dan penyuluhan secara terus menerus
diperlukan agar penderita hipertensi patuh melaksanakan pengobatan ( Brunner &
Suddart, 2002 ). Pemahaman yang menyeluruh terhadap penyakit hipertensi diharapkan
mampu meningkatkan kepatuhan pasien dalam melaksanakan pengobatan hipertensi.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum
seseorang mengadopsi perilaku baru, ia harus lebih tahu terlebih dahulu apa arti atau
manfaat perilaku tersebut bagi dirinya ( Notoatmodjo, 2007). Maka kepatuhan penderita
hipertensi dalam melakukan pengobatan akan dapat dipertahankan dalam jangka waktu
lama (bersifat langgeng), jika penderita hipertensi mempunyai pengetahuan yang baik
terhadap hipertensi.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eliana, Khasanah & Pertiwi (2007) menjelaskan
teori yang dikemukakan oleh Wibowo ( 1999) bahwa ketaatan atau kepatuhan dalam
melakukan pengobatan dan kontrol kesehatan pada individu salah satunya disebabkan
karena adanya pemahaman pada diri individu tersebut mengenai resiko penyakit dan
tujuan pengobatan. Hal ini terbukti, bahwa penderita hipertensi di Puskesmas Cimahi
Selatan yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian besar ( 67,7%) tidak patuh
melakukan pengobatan hipertensi dan sebagian besar (61,4%) penderita hipertensi yang
mempunyai pengetahuan baik, patuh melakukan pengobatan hipertensi. Maka dapat
disimpulkan bahwa kepatuhan penderita hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan dalam
melakukan pengobatan hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan mereka
terhadap penyakitnya.
Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar dari responden yang sikapnya negative,
tidak patuh melaksanakan pengobatan hipertensi. Kemudian dari hasil analisis data
dengan menggunakan uji statistik chi square pada α=0,05, didapatkan nilai p = 0,013
artinya bahwa ada hubungan sikap penderita hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan
pengobatan hipertensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin positif sikap
seseorang tentang hipertensi maka kepatuhan dalam melaksanakan pengobatan
hipertensinya akan semakin baik. Sebaliknya jika sikap penderita hipetensi tentang
hipertensi negative, maka kepatuhannya dalam melaksanakan pengobatan hipertensinya
akan semakin kurang atau bahkan tidak patuh.
Penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2011), yang
meneliti tentang pengaruh konseling obat terhadap kepatuhan pasien hipertensi di
poliklinik khusus RSUP DR.M Djamil Padang. Berdasarkan hasil penelitiannya kepada
50 orang responden, didapat hasil bahwa konseling dapat meningkatkan pengetahuan dan
sikap dan akan berpengaruh terhadap kepatuhan pasien hipertensi dalam melaksanakan
pengobatan.
Selain itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi, Sulchan & Salawati
(2005) yang meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan ketaatan
dan derajat hipertensi penderita di Puskesmas Sumberlawang Kabupaten Sragen, didapat
hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan ketaatan ( nilai p = 0,000
). Penelitian ini membuktikan bahwa kepatuhan penderita hipertensi di Puskesmas
Cimahi Selatan dalam melakukan pengobatan salah satunya dipengaruhi oleh sikap.
Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa lebih dari setengahnya ( 59,6%) penderita
hipertensi yang mempunyai sikap positif patuh melakukan pengobatan dan penderita
hipertensi yang mempunyai sikap negatif sebagian besar ( 67,4%) tidak patuh melakukan
pengobatan.
Menurut Rogers ( 1974, dalam Notoatmodjo, 2007) bahwa apabila penerimaan perilaku
baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng ( long lasting ). Sebaliknya apabila perilaku itu
tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut
tidak akan berlangsung lama.
Pengetahuan akan membuat seseorang berpikir dan berusaha untuk menjaga kesehatan
nya. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja. Misalnya seorang
penderita hipertensi telah mendengar tentang penyakit hipertensi ( penyebab, gejala,
dampak, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa pasien untuk
berpikir dan berusaha agar penyakit hipertensi yang dialaminya tidak bertambah parah.
Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga pasien tersebut
berniat untuk melakukan pengobatan hipertensi secara teratur dan menjalankan program
pengobatan yang disarankan oleh petugas kesehatan,sehingga pasien tersebut mempunyai
sikap positif terhadap objek yang berupa penyakit hipertensi ( Notoatmodjo, 2007).
Disamping itu, penelitian ini menunjukkan bahwa ada sebanyak 21 responden (40,4%),
yang sikapnya positif namun tidak patuh melaksanakan pengobatan hipertensi, dan ada
sebanyak 15 responden (32,6%) yang sikapnya negatif namun patuh melaksanakan
pengobatan. Hal ini menunjukkan bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau
perilaku, akan tetapi merupakan predisposisi suatu perilaku. Sikap masih merupakan
suatu reaksi tertutup atau tingkah laku yang tertutup. Sikap merupakan suatu reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek ( Notoatmodjo,
2007 ). Dengan adanya hubungan sikap dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan,
maka penderita hipertensi seharusnya menumbuhkan sikap positif terhadap penyakit
hipertensi.
Sikap dapat berubah sesuai dengan perubahan aspek kognitif atau aspek afektif. Namun
faktor eksternal sangat berpengaruh dalam mengarahkan sikap seseorang, dengan sadar
atau tidak sadar individu yang bersangkutan akan mengadopsi sikap tertentu. Faktor
eksternal pada dasarnya berpijak pada suatu proses yang disebut strategi persuasi.
Persuasi merupakan usaha pengubahan sikap seseorang dengan memasukkan ide, pikiran,
pendapat dan bahkan fakta baru lewat pesan-pesan komunikatif. Pesan yang disampaikan
dengan sengaja dimaksudkan untuk menimbulkan kontraindikasi dan inkonsistensi
diantaran komponen sikap seseorang dan perilakunya, sehingga menganggu kestabilan
sikap dan membuka peluang terjadinya perubahan yang diinginkan ( Azwar, 2009 ).
Memasukkan ide, pikiran, pendapat dan fakta baru dapat dilakukan melalui pendidikan
kesehatan, sehingga diharapkan penderita hipertensi yang pada awalnya mempunyai
sikap yang negatif akan mengubah sikapnya menjadi lebih positif terhadap penyakitnya
setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
KESIMPULAN
SARAN
2. Penderita Hipertensi
Bagi penderita hipertensi diharapkan agar lebih meningkatkan pengetahuan
tentang hipertensi dan penyakit lain yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi
melalui berbagai media agar dapat mengendalikan berbagai dampak negative
yang dapat terjadi, sehingga lebih patuh melakukan pengobatan hipertensi. Selain
itu mereka harus untuk dilakukan kunjungan rumah oleh petugas kesehatan,
karena dengan adanya kunjunngan ke rumah kondisi pasien akan terpantau dan
menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam melakukan
pengobatan. Sehingga diharapkan adanya peningkatan kesehatan pada pasien
hipertensi serta mencegah terjadinya komplikasi akibat hipertensi.
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan
Stroke. Yogyakarta. Dianloka Pustaka.
Brunner & Suddarth 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta Buku
Kedokteran EGC.
Eliana, Arifa, Khasanah, Uswatun & Pertiwi, Ratna. 2007. Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Stroke Dengan
Perilaku Mencegah Stroke Pada Klien Hipertensi di RSU PKU
Muhammadiyah Yogjakarta, 3(2), 92-93
Purwati, Susi,Salimar, & Rahayu, Sri 2004,Perencanaan Menu Untuk Penderita Tekanan
Darah Tinggi. Jakarta ; PT.Penebar Swadaya.