Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA HIPERTENSI

DENGAN KEPATUHAN MELAKSANAKAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI


PUSKESMAS CIMAHI SELATAN

Oktoruddin Harun, Briefman Tampubolon dan Arti Yuliani *)

ABSTRAK

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan terjadinya komplikasi seperti stroke,
jantung koroner, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Pengobatan hipertensi bersifat jangka panjang. Kepatuhan minum obat sangat penting
untuk meningkatkan efektifitas pengobatan, mencegah komplikasi, menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian.
Kurangnya pengetahuan dan sikap yang negatif terhadap penyakit hipertensi dapat
mengakibatkan ketidakpatuhan pasien dalam melakukan pengobatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap
penderita hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi di
Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan desain kros
seksional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 4.562 orang dan jumlah sampel
sebanyak 98 orang dengan menggunakan teknik accidental sampling.
Tehnik pengumpulan data untuk variabel pengetahuan dan sikap menggunakan
kuesioner sedangkan untuk variabel kepatuhan dengan wawancara dan observasi.
Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square dengan nilai α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 31 orang ( 31,6%) memiliki pengetahuan kurang,


23 oran ( 23,5%) memiliki pengetahuan cukup, dan 44 orang (44,9%) memiliki
pengetahuan baik. Sebanyak 52 orang (53,1%) memiliki sikap positif dan 46 orang
(46,9%) memiliki sikap negatif. Sebanyak 46 orang (46,9%) patuh dan52 orang (53,1)
tidak patuh melaksanakan pengobatan hipertensi.
Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan pengetahuan dan sikap penderita hipertensi
dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi ( p < 0,05 )

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa masih banyak penderita hipertensi yang
tidak patuh melakukan pengobatan, karena itu peneliti menyarankan agar Puskesmas
Cimahi Selatan melakukan penyuluhan kesehatan secara rutin dan melakukan strategi
home care untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam melakukan pengobatan.
PENDAHULUAN

Mayoritas penyebab penyakit kardio vaskuler adalah akibat perubahan gaya hidup dan
pola makan masyarakat. Merokok, obesitas serta kurang melakukan aktivitas fisik
merupakan bagian dari perubahan gaya hidup. Sedangkan makanan siap saji merupakan
bentuk perubahan pola makan.
Saat ini masyarakat lebih menyukai makanan siap saji, dimana makanan tersebut banyak
Mengandung lemak, protein, dan tinggi garam dan rendah serat. Hal tersebut membawa
konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes
mellitus,dan hipertensi ( Muhammadun, 2010 ).

Hipertensi merupakan penyakit yang belum banyak diketahui masyarakat sebagai


penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian. Hal tersebut terjadi karena
hipertensi tidak memiliki gejala khusus, sehingga penderita hipertensi tidak menyadari
bahwa dirinya mengalami hipetensi sampai ia melakukan pemeriksaan ke pelayanan
kesehatan. Seseorang baru merasakan dampak hipertensi ketika terjadi komplikasi seperti
gagal ginjal, stroke, dan gagal ginjal. Oleh sebab itu, hipertensi sering disebut sebagai “
silent killer atau pembunuh diam-diam “ ( Adib, 2009 )

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya


diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg ( Brunner & Suddart, 2002 ).
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua macam yaitu hipertensi primer
dan sekunder.Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak atau belum diketahui
penyebabnya, sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit lain seperti gagal jantung, gagal ginjal , atau kerusakan sistem hormon
tubuh.Faktor resiko yang mendorong terjadinya hipertensi adalah genetik, stress,
obesitas, konsumsi makanan yang tinggi garam, merokok, konsumsi alkohol dan kurang
olahraga ( Muhammadun, 2010 ).

Penyakit hipertensi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tidak hanya di
Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang
dewasa menderita penyakit hipertensi. Bahkan diperkirakan jumlah penderita hipertensi
akan meningkat menjadi 1,6 milliar menjelang tahun 2025. Hampir di semua Negara
kurang lebih 10-30% penduduk dewasa mengalami hipertensi.

Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, diperkirakan 20% penduduknya


menderita hipertensi. Satu diantara empat orang di Amerika terkena hipertensi. Dari 57
juta penduduk Amerika , sebanyak 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak
diketahui dengan pasti ( Purwanti, Salimar & Rahayu, 2004 ). Sedangkan prevalensi
hipertensi di Singapura, Thailand dan Malaysia masing-masing : 27,3%, 22,7% dan 20%
( Hartono, 2011, Hipertensi Pembunuh Diam-Diam,¶ 6, http://www.health.kompas.com,
diperoleh tanggal 21 Januari 2012 )

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas) yang diselenggarakan Kementerian


Kesehatan Tahun 2007, menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai
31,7% pada penduduk umur 18 tahun keatas. Hipertensi menjadi penyebab kematian
nomor tiga setelah stroke dan TBC, yaitu mencapai 6,8% dari proporsi penyebab
kematian pada semua umur di Indonesia ( Riskesdas 2007 , ¶3, http://www.k4health.org,
diperoleh tanggal 29 Januari 2012 )

Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan yaitu Aditama (


2009 ), menyatakan bahwa 31,7% prevalensi hipertensi di Indonesia, 60% penderita
hipertensi mengalami stroke, sedangkan sisanya mengalami penyakit jantung, gagal
ginjal, dan kebutaaan ( Anonim 2009, ¶2, http://www.dinkesbonebolago.org, diperoleh
tanggal 29 Januari 2012 ).

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yaitu Luchyati (2009),
menyatakan bahwa tingkat kemungkinan terkena penyakit hipertensi dan jantung di Jawa
Barat diatas rata-rata nasional. Hal tersebut dikarenakan masih tingginya perokok aktif di
Jawa Barat yang mencapai 26,7%. Sehingga Jawa Barat menempati urutan tertinggi
secara nasional prevalensi penyakit hipertensi. Tingkat prevalensi atau kemungkinan
terkena hipertensi di Jawa Barat mencapai 9,5% sementara rata-rata nasional hanya 7,2%
( Anonim, 2009. Jawa Barat Awas Ancaman Hipertensi dan Jantung, ¶3,
http://www.kesehatan.kompas.org, diperoleh tanggal 21 Januari 2012 )

Di seluruh Negara di dunia, penderita hipertensi yang melakukan pengobatan masih


sangat sedikit. Menurut AHA ( America Heart Association ), di Amerika hanya 61%
yang melakukan pengobatan, dari penderita yang mendapatkan pengobatan hanya satu
pertiga yang mencapai target tekanan darah yang optimal ( Muhammadun, 2010 ).
Sedangkan di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, dari total 31,7% kasus
hipertensi di Indonesia hanya sekitar 0,4% kasus yang meminum obat hipertensi untuk
pengobatan dan diprediksikan terdapat 76% kasus hipertensi di Indonesia yang belum
terdiagnosis (Riskesdas 2007 , ¶3, http://www.k4health.org, diperoleh tanggal 29 Januari
2012 )

Penanganan hipertensi tidak hanya tergantung pada obat yang diberikan dokter, tetapi
diperlukan kerjasama dan upaya yang gigih dari penderita untuk melakukan modifikasi
gaya hidup. Contohnya : seperti mengatur pola makan rendah garam, rendah kolesterol,
dan rendah lemak jenuh serta meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, berhenti
merokok dan mengkonsumsi alkohol, menurunkan berat badan bagi yang obesitas,
melakukan olahraga, menghindari stress, dan mengobati penyakit yang dapat
menghindari stress, dan mengobati penyakit yang dapat menyebabkan hipertensi
sekunder ( Sutanto, 2010 ). Namun ketika seseorang didiagnosis mengalami hipertensi
dan harus menggunakan obat untuk mengendalikan tekanan darahnya, maka pengobatan
tersebut bersifat seumur hidup ( Wolff, 2008 )

Pengobatan hipertensi tidak dapat menyembuhkan penyakit hipetensi, namun tujuan


pengobatan hipertensi adalah untuk mengendalikan atau mengontrol tekanan darah pada
kondisi stabil dan mencegah terjadinya komplikasi akibat hipertensi. Kepatuhan
melakukan pengobatan terhadap hipertensi sangatlah diperlukan, karena hipertensi
merupakan penyakit kronis.Penderita hipertensi tetap harus mengontrol tekanan darahnya
secara berkala dan mengkonsumsi obat untuk mempertahankan agar target tekanan darah
yang optimal tetap tercapai.Penderita hipertensi sering memutuskan berhenti berobat,
karena merasa dirinya sudah sembuh. Padahal untuk penyakit hipertensi, pencegahan
terhadap timbulnya komplikasi merupakan salah satu target utama pengobatan ( Wolff,
2008 ).

Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan hipertensi, maka sangat


diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan
pengobatan hipertensi. Menurut Sackett ( dalam Niven, 2002 ), kepatuhan adalah sejauh
mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan professional kesehatan.
Karena kepatuhan merupakan perilaku kesehatan, maka menurut Green, 1980 ( dalam
Notoatmodjo, 2003 ) menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor. Faktor
pertama, yaitu faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, tingkat
pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Kedua yaitu faktor pendukung yang meliputi
sarana dan prasarana serta jarak pelayanan kesehatan. Ketiga faktor pendorong yang
meliputi dukungan tenaga kesehatan, dukungan keluarga dan dukungan sosial.

Rogers, 1974 ( dalam Notoatmodjo, 2007 ) berdasarkan hasil penelitiannya, menyatakan


bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku ( melakukan perilaku baru), maka ia
harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya dan
keluarganya.Penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku yang didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, akan menghasilkan perilaku yang bersifat
langgeng ( long lasting ), sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang posistif maka perilaku tersebut tidak akan berlangsung lama.
Oleh sebab itu, agar kepatuhan penderita hipertensi dalam melaksanakan pengobatan
dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lama, maka penderita harus memiliki
pengetahuan dan sikap yang positif terhadap penyakitnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Cimahi, kasus hipertensi di
beberapa Puskesmas yang ada di Kota Cimahi menunjukkan peningkatan, dari 12
Puskesmas yang ada di Kota Cimahi, ada 8 Puskesmas yang angka kejadian
hipertensinya meningkat yaitu Puskesmas Cigugur Tengah, Cimahi Selatan, Cipageran,
Padasuka, Cibeureum, Cimahi Utara, Melong Asih, dan Leuwigajah. Dari 8 Puskesmas
tersebut, Puskesmas yang paling tinggi mengalami peningkatan kasus hipertensi dalam
kurun waktu satu tahun adalah Puskesmas Cimahi Selatan. Pada tahun 2010 kasus
hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan sebanyak : 2.396 kasus dan pada tahun 2011
meningkat menjadi 4.562 kasus, dalam kurun waktu kasus hipertensi di Puskesmas
Cimahi Selatan mengalami peningkatan sebanyak : 2.166 kasus.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada 15 orang penderita
hipertensi, didapatkan hasil bahwa 9 orang penderita hipertensi masih kurang patuh
dalam melakukan pengobatan, mereka mengatakan bahwa mereka melakukan kontrol dan
meminum obat jika mereka mengalami gejala hipertensi seperti : pusing, nyeri di tengkuk
dan mengalami sulit tidur, namun jika gejala berkurang mereka menghentikan
pengontrolan dan tidak minum obat lagi, mereka menghentikan pengobatan atas
keinginan sendiri tanpa mengkolsultasikan terlebibih dahulu kepada dokter atau petugas
kesehatan, jika mereka merasa pusing mereka hanya menggunakan obat warung untuk
menghilangkan gejala pusing tersebut.

Dari 9 orang penderita hipertensi yang tidak patuh melaksanakan pengobatan, ada 4
orang yang sudah lebih dari 3 bulan tidak melakukan kontrol dan tidak meminum obat.
Mereka mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui berapa tekanan darah yang
dikatakan dan tidak mengetahui komplikasi yang dapat terjadi akibat hipertensi. Mereka
hanya mengetahui bahwa mereka harus mengurangi makanan yang tinggi garam dan
tidak mengetahui hal apa lagi yang harus dilakukan untuk mengendalikan tekanan
darahnya.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian masalah :
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan
Melaksanakan Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012 “.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode deksriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian
yang dilakukan denngan tujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap
penderita hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi di
Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012.

Waktu penelitian dilakukan dari bulan mei sampai dengan bulan juni 2012.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah kros seksional.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua kunjungan kasus hipertensi selama tahun
2011 yaitu berjumlah 4.562 kasus. Sampel yang digunakan adalah 98 orang penderita
hipertensi. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan tehnik wawancara dan
observasi
HASIL PENELITIAN

Hasil Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen


dengan variabel dependen. Tehnik dalam analisis ini adalah tabulasi silang dengan uji
Chi Square dengan alpha = 0,05

1.Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan


Pengobatan Hipertensi

Tabel 1
Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan
Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012

Kepatuhan Melaksanakan Total Nilai P


Pengetahuan Pengobatan Hipertensi
Patuh Tidak Patuh
n % n % n %
Kurang 10 32,3 21 67,7 31 100

Cukup 9 39,1 14 60,9 23 100


0.031
Baik 27 61,4 17 38,6 44 100

Jumlah 46 46,9 52 53,1 98 100

Dari tabel diatas ternyata ada sebanyak 21 orang penderita hipertensi (67,7%) yang
pengetahuannya kurang serta tidak patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi dan
sebanyak 17 orang penderita hipertensi (38,6%) yang pengetahuannya baik serta tidak
patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi.
Hasil uji statistik pada α = 0,05 ternyata ada hubungan antara pengetahuan penderita
hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi ( p < 0,05 )
2.Hubungan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan
Pengobatan Hipertensi

Tabel 2
Hubungan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan
Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012

Kepatuhan Melaksanakan Total Nilai P


Sikap Pengobatan Hipertensi
Patuh Tidak Patuh
n % n % n %
Positif 31 59,6 21 40,4 52 100
0,013
Negatif 15 32,6 31 67,4 46 100

Jumlah 46 46,9 52 53,1 98 100

Dari tabel 2 ternyata ada sebanyak 31 orang penderita hipertensi (67,4%) yang memiliki
sikap negative serta tidak patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi, dan ada
sebanyak 21 orang penderita hipertensi (40,4%) yang memiliki sikap positif serta tidak
patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi.

Hasil uji statistik pada α = 0,05 ternyata ada hubungan antara sikap responden dengan
kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi ( P < 0,05 )

PEMBAHASAN

1.Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan


Pengobatan Hipertensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang pengetahuannya


kurang, tidak patuh melaksanakan pengobatan hipertensi.Kemudian dari hasil analisis
data dengan menggunakan uji statistik chi square pada α=0,05, didapatkan nilai p =
0,031 artinya bahwa ada hubungan pengetahuan penderita hipertensi dengan kepatuhan
melaksanakan pengobatan hipertensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik
pengetahuan tentang hipertensi maka kepatuhan dalam melaksanakan pengobatan
hipertensinya akan semakin baik. Sebaliknya jika pengetahuan penderita hipertensi
tentang hipertensi kurang,maka kepatuhan dalam melaksanakan pengobatan
hipertensinya akan semakin kurang atau bahkan tidak patuh.

Penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus ( 2006), yang
meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan
pasien dalam melaksanakan pengobatan hipertensi. Berdasarkan hasil penelitiannya pada
44 responden didapatkan sebagian besar responden ( 59,1%) memliki tingkat
pengetahuan tinggi dan sebesar 68,2% responden patuh dalam melaksanakan
pengobatan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan
tentang hipertensi dengan kepatuhan pasien melaksanakan pengobatan hipertensi.

Pemahaman yang menyeluruh mengenai penyakit hipertensi, cara kerja obat ,kebiasaan
hidup dan mengontrol hipertensi secara teratur sangatlah penting diketahui oleh penderita
hipertensi, karena ketidakpatuhan pada program terapi merupakan masalah besar bagi
penderita hipertensi.
Konsep bahwa penyakit hipertensi hanya dapat di kontrol dan tidak dapat disembuhkan
penting untuk diketahui oleh pasien. Bimbingan dan penyuluhan secara terus menerus
diperlukan agar penderita hipertensi patuh melaksanakan pengobatan ( Brunner &
Suddart, 2002 ). Pemahaman yang menyeluruh terhadap penyakit hipertensi diharapkan
mampu meningkatkan kepatuhan pasien dalam melaksanakan pengobatan hipertensi.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum
seseorang mengadopsi perilaku baru, ia harus lebih tahu terlebih dahulu apa arti atau
manfaat perilaku tersebut bagi dirinya ( Notoatmodjo, 2007). Maka kepatuhan penderita
hipertensi dalam melakukan pengobatan akan dapat dipertahankan dalam jangka waktu
lama (bersifat langgeng), jika penderita hipertensi mempunyai pengetahuan yang baik
terhadap hipertensi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eliana, Khasanah & Pertiwi (2007) menjelaskan
teori yang dikemukakan oleh Wibowo ( 1999) bahwa ketaatan atau kepatuhan dalam
melakukan pengobatan dan kontrol kesehatan pada individu salah satunya disebabkan
karena adanya pemahaman pada diri individu tersebut mengenai resiko penyakit dan
tujuan pengobatan. Hal ini terbukti, bahwa penderita hipertensi di Puskesmas Cimahi
Selatan yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian besar ( 67,7%) tidak patuh
melakukan pengobatan hipertensi dan sebagian besar (61,4%) penderita hipertensi yang
mempunyai pengetahuan baik, patuh melakukan pengobatan hipertensi. Maka dapat
disimpulkan bahwa kepatuhan penderita hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan dalam
melakukan pengobatan hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan mereka
terhadap penyakitnya.

Oleh sebab itu , diperlukan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan


penderita hipertensi dalam melakukan pengobatan hipertensi. Pendidikan kesehatan
merupakan suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang
kondusif terhadap kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan pada akhirnya bukan hanya
untuk mencapai “ melek kesehatan ( health literacy ) “ pada masyarakat saja. Namun
lebih penting ialah mencapai perilaku kesehatan ( healthy behavior ). Kesehatan bukan
hanya untuk diketahui ( knowledge) dan disikapi ( attitude ), melainkan harus dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari (practice). Berarti tujuan pendidikan kesehatan adalah
mengubah perilaku individu atau masyarakat sehingga sesuai dengan norma-norma hidup
sehat ( Notoatmodjo, 2007).
2.Hubungan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan
Pengobatan Hipertensi

Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar dari responden yang sikapnya negative,
tidak patuh melaksanakan pengobatan hipertensi. Kemudian dari hasil analisis data
dengan menggunakan uji statistik chi square pada α=0,05, didapatkan nilai p = 0,013
artinya bahwa ada hubungan sikap penderita hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan
pengobatan hipertensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin positif sikap
seseorang tentang hipertensi maka kepatuhan dalam melaksanakan pengobatan
hipertensinya akan semakin baik. Sebaliknya jika sikap penderita hipetensi tentang
hipertensi negative, maka kepatuhannya dalam melaksanakan pengobatan hipertensinya
akan semakin kurang atau bahkan tidak patuh.

Penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2011), yang
meneliti tentang pengaruh konseling obat terhadap kepatuhan pasien hipertensi di
poliklinik khusus RSUP DR.M Djamil Padang. Berdasarkan hasil penelitiannya kepada
50 orang responden, didapat hasil bahwa konseling dapat meningkatkan pengetahuan dan
sikap dan akan berpengaruh terhadap kepatuhan pasien hipertensi dalam melaksanakan
pengobatan.

Selain itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi, Sulchan & Salawati
(2005) yang meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan ketaatan
dan derajat hipertensi penderita di Puskesmas Sumberlawang Kabupaten Sragen, didapat
hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan ketaatan ( nilai p = 0,000
). Penelitian ini membuktikan bahwa kepatuhan penderita hipertensi di Puskesmas
Cimahi Selatan dalam melakukan pengobatan salah satunya dipengaruhi oleh sikap.
Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa lebih dari setengahnya ( 59,6%) penderita
hipertensi yang mempunyai sikap positif patuh melakukan pengobatan dan penderita
hipertensi yang mempunyai sikap negatif sebagian besar ( 67,4%) tidak patuh melakukan
pengobatan.

Menurut Rogers ( 1974, dalam Notoatmodjo, 2007) bahwa apabila penerimaan perilaku
baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng ( long lasting ). Sebaliknya apabila perilaku itu
tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut
tidak akan berlangsung lama.

Pengetahuan akan membuat seseorang berpikir dan berusaha untuk menjaga kesehatan
nya. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja. Misalnya seorang
penderita hipertensi telah mendengar tentang penyakit hipertensi ( penyebab, gejala,
dampak, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa pasien untuk
berpikir dan berusaha agar penyakit hipertensi yang dialaminya tidak bertambah parah.
Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga pasien tersebut
berniat untuk melakukan pengobatan hipertensi secara teratur dan menjalankan program
pengobatan yang disarankan oleh petugas kesehatan,sehingga pasien tersebut mempunyai
sikap positif terhadap objek yang berupa penyakit hipertensi ( Notoatmodjo, 2007).
Disamping itu, penelitian ini menunjukkan bahwa ada sebanyak 21 responden (40,4%),
yang sikapnya positif namun tidak patuh melaksanakan pengobatan hipertensi, dan ada
sebanyak 15 responden (32,6%) yang sikapnya negatif namun patuh melaksanakan
pengobatan. Hal ini menunjukkan bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau
perilaku, akan tetapi merupakan predisposisi suatu perilaku. Sikap masih merupakan
suatu reaksi tertutup atau tingkah laku yang tertutup. Sikap merupakan suatu reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek ( Notoatmodjo,
2007 ). Dengan adanya hubungan sikap dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan,
maka penderita hipertensi seharusnya menumbuhkan sikap positif terhadap penyakit
hipertensi.

Sikap dapat berubah sesuai dengan perubahan aspek kognitif atau aspek afektif. Namun
faktor eksternal sangat berpengaruh dalam mengarahkan sikap seseorang, dengan sadar
atau tidak sadar individu yang bersangkutan akan mengadopsi sikap tertentu. Faktor
eksternal pada dasarnya berpijak pada suatu proses yang disebut strategi persuasi.

Persuasi merupakan usaha pengubahan sikap seseorang dengan memasukkan ide, pikiran,
pendapat dan bahkan fakta baru lewat pesan-pesan komunikatif. Pesan yang disampaikan
dengan sengaja dimaksudkan untuk menimbulkan kontraindikasi dan inkonsistensi
diantaran komponen sikap seseorang dan perilakunya, sehingga menganggu kestabilan
sikap dan membuka peluang terjadinya perubahan yang diinginkan ( Azwar, 2009 ).
Memasukkan ide, pikiran, pendapat dan fakta baru dapat dilakukan melalui pendidikan
kesehatan, sehingga diharapkan penderita hipertensi yang pada awalnya mempunyai
sikap yang negatif akan mengubah sikapnya menjadi lebih positif terhadap penyakitnya
setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah

1. Ada hubungan antara pengetahuan penderita hipertensi dengan kepatuhan


melaksanakan pengobatan hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan ( p < 0,05 )
2. Ada hubungan antara sikap penderita hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan
pengobatan hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan ( p < 0,05 )

SARAN

1. Puskesmas Cimahi Selatan


Peneliti menyarankan kepada Puskesmas Cimahi Selatan untuk lebih
meningkatkan lagi kepatuhan penderita hipertensi dalam melakukan pengobatan
dengan melakukan penyuluhan kesehatan secara rutin. Saat pasien melakukan
pengobatan ke puskesmas, penyuluhan dapat dilakukan dengan cara memberikan
penjelasan/informasi selengkap-lengkapnya mengenai hipertensi dan rencana
pengobatan yang akan dilakukan dengan memberikan leaflet atau informasi
secara tertulis. Selain itu penyuluhan dapat juga dilakukan pada saat kegiatan
posbindu.Disamping itu dapat juga melakukan strategi home care pada pasien
hipertensi, karena ketika dilakukan observasi kerumah, pasien mengatakan bahwa
dengan adanya kunjungan ini pasien merasa diperhatikan oleh petugas kesehatan,
sehingga timbul keinginan untuk melakukan control kembali ke puskesmas.

2. Penderita Hipertensi
Bagi penderita hipertensi diharapkan agar lebih meningkatkan pengetahuan
tentang hipertensi dan penyakit lain yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi
melalui berbagai media agar dapat mengendalikan berbagai dampak negative
yang dapat terjadi, sehingga lebih patuh melakukan pengobatan hipertensi. Selain
itu mereka harus untuk dilakukan kunjungan rumah oleh petugas kesehatan,
karena dengan adanya kunjunngan ke rumah kondisi pasien akan terpantau dan
menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam melakukan
pengobatan. Sehingga diharapkan adanya peningkatan kesehatan pada pasien
hipertensi serta mencegah terjadinya komplikasi akibat hipertensi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber
informasi dan sebagai bahan perbandingan pada penelitian yang sama atau untuk
melakukan melakukan penelitian lebih lanjut.
KEPUSTAKAAN

Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan
Stroke. Yogyakarta. Dianloka Pustaka.

Alamatsier, Sunita.2005. Penuntun Diet . Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama

Anonim. Hindari Hipertensi Konsumsi Garam 1 Sendok Teh Perhari.2009. tersedia di


http://www.dinkesbonebolango.org.diperoleh tanggal 29 Januari 2012.

________ . Hipertensi,2011. Tersedia di http://fsifkunila.blogspot.com diperoleh


Tanggal 24 Februari 2012

________ . Jawa Barat Awas Ancaman Hipertensi dan Jantung.2009 Tersedia di


http://www.kesehatan.kompas.com. Diperoleh tgl 21 Januari 2012.

Agus, Era 2006,Hubungan Tingkat Pengtahuan Tentang Hipertensi Dengan Kepatuhan


Pasien Dalam Melaksanakan Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas
Gubug. Tersedia di http://digilib.unimus.ac.id, diperoleh tanggal
2 Februari

Azwar, Saifuddin,2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogjakarta Pustaka


Pelajar.

Brunner & Suddarth 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta Buku
Kedokteran EGC.

Budiman .2011. Penelitian Kesehatan.Bandung. PT.Refika Aditama.

Dewi, Arum Tunggal,Sulchan,Salawati, Trixie.2005.Hubungan Tingkat Pengetahuan dan


Sikap Dengan Ketaatan dan Derajat Hipertensi Penderita di Puskesmas
Sumberlawang Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen,terdapat di
http://digilib.unimus.ac.id. Diperoleh tanggal 22 Januari 2012

Eliana, Arifa, Khasanah, Uswatun & Pertiwi, Ratna. 2007. Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Stroke Dengan
Perilaku Mencegah Stroke Pada Klien Hipertensi di RSU PKU
Muhammadiyah Yogjakarta, 3(2), 92-93

Hartono, Bambang. Hipertensi Pembunuh Diam-Diam, 2011. Tersedia di http://www.


Health.kompas.com. diperoleh tanggal 21 Januari 2012.

Hidayat, A, Azis Alimul.20027. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah.


Jakarta; Salemba Medika.
Lumbantobing.2008.Tekanan Darah Tinggi.Jakarta.Fakultas Kedokteran Univ.Indonesia.

Muhammadun.2010. Hidup Bersama Hipertensi. Yogjakarta; In Books

Niven , Neil . 2002. Psikologi Kesehatan. Jakarta; Buku Kedokteran EGC.

Notoatmodjo,Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta Rineka Cipta

_______. 2005.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta

_______. 2007.Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta. Rineka Cipta

Nursalam,2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


Jakarta; Salemba Medika.

Purwati, Susi,Salimar, & Rahayu, Sri 2004,Perencanaan Menu Untuk Penderita Tekanan
Darah Tinggi. Jakarta ; PT.Penebar Swadaya.

Pratiwi, Denia. 2011.Pengaruh Konseling Obat Terhadap Kepatuhan Pasien Hipertensi


Di Poliklinik KhususRSUP.DR.M.Djamil Padang. Tersedia di http://pasca.
Unand.ac.id, diperoleh tanggal 22 Maret 2012

Riskesdas, 2007. Tersedia http://www.k4health.org. diperoleh tanggal 29 Januari 2012

Riyanto , Agus. 2007.Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta.Nuha Medika

_______,2009.Pengolahan Dan Analisis Data Kesehatan.Yogyakarta. Nuha Medika.

Sugiyono.2010.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & R. Bandung ; IKAPI

Sutanto. 2010. Cekal Penyakit Modern Hipertensi,Stroke, Jantung, Kolesterol dan


Diabetes. Yogjakarta; C.V. Andi Offset.

Sutedjo, AY.2008. Mengenal Obat-Obatan Secara Mudah dan Aplikasinya Dalam


Perawatan. Yogjakarta; Amara Books

Udjianti, Juni Wajan.2010.Keperawatan Kardiovascular. Jakarta; Salemba Medika

Wolff, Hanns Peter.2008.Hipertensi Cara Mendeteksi dan Mencegah Tekanan Darah


Tinggi Sejak Dini. Jakarta; Bhuana Ilmu Populer

Wulandari, Shanty, Komariah, Maria & Ermiaty.2009. Majalah Keperawatan.Nursing


Journal of Pajajaran Universsity.Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Dengan Pemberian ASI Ekslusif Oleh Ibu-IbuYang Bekerja Sebagai
Perawat di RS. Al-Ihsan Kota Bandung, 10(15), 91-95.

Anda mungkin juga menyukai