NPM : 210102090
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
Jatuh adalah keluhan yang sering dialami lansia yang menyebabkan cedera
ringan hingga berat. Prevalensi jatuh setiap tahun pada lansia berumur 65 tahun
sebesar 28-35% dan meningkat menjadi 32-42% pada umur diatas 70 tahun.Kejadian
jatuh dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko seperti umur, jenis kelamin, komorbid,
indeks masa tubuh, gangguan penglihatan, lingkungan, aktivitas sehari-hari, dan
penggunaan obat-obatan. Salah satu golongan obat yang berpotensi untuk terjadinya
jatuh adalah obat golongan antihipertensi. Penggunaan antihipertensi pada pasien
hipertensi dapat menyebabkan terjadinya hipotensi ortostatik. Hipotensi ortostatik
dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh sehingga berdampak pusing, pingsan,
kesulitan untuk berdiri dan berjalan. Kondisi ini menyebabkan risiko untuk terjadinya
jatuh pada lansia.Sebuah penelitian menyatakan bahwa penggunaan terapi
antihipertensi pada lansia dapat meningkatkan risiko jatuh sebesar 69%.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi yaitu, factor yang dapat
dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Salah satu factor yang dapat dikontrol
yaitu pola makan yang tidak dikontrol seringnya mengkonsumsi garam yang
berlebihan, minum-minuman keras, serta kurangnya olahraga. Hipertensi yang tidak
dapat dikontrol, salah satunya adalah keturunan 70-80% penderita hipertensi esensial
ditemukan riwayat hipertensi pada keluarga, jenis kelamin, kaum laki-laki yang sering
beresiko hipertensi, karena memiliki factor pendorong seperti stress, kelelahan dan
pola makan tidak terkontrol, serta umur pada umumnya hipertensi menyerang laki-
laki pada usia 31 tahun, sedangkan pada wanita usia 45 tahun (menopause)
(Setiawan,2008).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Hipertensi
Tekanan darah adalah kekuatan yang digunaan darah untuk melawan dinding
pembuluh darah arteri. Tekanan darah dinyatakan dalam dua pengukuran meliputi
tekanan darah sistolik dan diastolik. Sistolik ialah tekanan darah saat jantung
berkontraksi. Diastolik merupakan tekanan darah saat jantung mengalami fase
relaksasi (Prasetyaningrum, 2014). Tekanan darah sistole adalah tekanan darah
maksimal melawan dinding pembuluh darah saat kontraksi jantung terjadi. Tekanan
diastole yaitu kekuatan darah melawan dinding arteri saat jantung berelaksasi (fase 7
pengisian). Pembacaan tekanan darah yaitu tekanan sistolik/tekanan darah diastolik
dengan satuan mmHg (Syidiq, 2013). Hampir semua konsensus / pedoman utama baik
dari dalam walaupun luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan
hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik
merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi.
Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu
dasar penentuan tatalaksana hipertensi (Soenarta dkk, 2015).
Cara pengukuran tekanan darah adalah hal yang paling penting karena cara
yang salah akan memberikan hasil yang keliru. Prosedur pengukuran tekanan darah
yang baik yaitu : pasien tidak boleh baru makan kenyang atau sedang cemas, 30 menit
sebelum pengukuran tidak boleh minum kopi, teh atau merokok, dan minum obat-
obat simpatomimetik atau yang sejenis. Pasien sebaiknya berbaring terlentang.
Apabila dalam posisi duduk, lengan yang akan diukur diletakkan setinggi jantung,
manset harus melingkari sekurang-kurangnya 80% dari lingkaran lengan atas dan
menutupi 2/3 lengan atas. Sphygmomanometer merkuri harus sudah dikalibrasi baik,
diletakkan setinggi jantung dan kolom merkuri dalam posisi vertikal. Bell stetoskop
diletakkan tepat diatas arteri brakhialis 8 pada fossa antekubiti. Manset dipompa
secara cepat sampai melampaui 20-30 mmHg diatas saat hilangnya denyut arteri
brakhialis dengan palpasi. Tekanan manset kemudian diturunkan pelan-pelan dengan
kecepatan 2-3 mmHg/detik, Tekanan sistolik ditentukan dengan terdengarnya suara
pertama (korotkoff I), sedangkan tekanan diastolik ditentukan pada waktu hilangnya
denyut arteri brakhialis ( Kabo, 2011 ).
2. Klasifikasi Hipertensi
a. Klasifikasi Berdasarkan Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial adalah hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah
penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB)(Kemenkes, 2014a).