Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.

Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160

mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab

utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.disebut sebagai “pembunuh

diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan

gejala. Institut Nasional Jantung, Paru dan Darah memperkirakan separuh

orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit

ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena

hipertensi merupakan kondisi seumur hidup ( Brunner & Suddarth, 2002).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan

darah seseorang berada di atas angka normal yaitu 120/80 mmHg. Hipertensi

dapat terjadi pada siapa pun, baik lelaki maupun perempuan pada segala umur.

Hampir 90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebab sebenarnya, bahkan

pada sebagian besar kasus hipertensi tidak memberikan gejala (asistomatis)

(Susilo dan Wulandari, 2011).

World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 menemukan satu

dari lima orang dewasa di seluruh dunia mengalami peningkatan tekanan

darah dan menyebabkan 9,4 juta kematian di seluruh dunia setiap tahunnya.

1
Dari laporan National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES)

tahun 1999-2000 insidensi hipertensi orang dewasa mencapai 29-31% di

Amerika. Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika

yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka

hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui

penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat

bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala

penyakit lainnya (Kemenkes RI, 2015). Penyakit terbanyak pada usia lanjut

berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi dengan

prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65-74 tahun dan

63,8% pada usia ≥75 tahun (Infodatin Kemenkes RI, 2016).

Sedangkan untuk Provinsi Jambi pada tahun 2015 penyakit hipertensi

menduduki urutan ke tiga dalam 10 penyakit terbanyak yaitu 13,89% kasus

setelah penyakit Infeksi saluran pernafasan atas dan Gastritis (Dinkes Jambi,

2016). Adapun dari data dinas kesehatan Kota Sungai Penuh pada tahun 2017

Hipertensi jumlah kejadian hipertensi di kota sungai penuh cukup tinggi yaitu

sebanyak 6966 kejadian, dengan urutan ke-1 ditempati Puskesmas sungai

penuh dengan 1363 kasus. Puskesmas kumun sendiri menduduki peringkat ke-

5 dengan jumlah kejadian sebanyak 766 kasus. Walaupun berada diurutan ke-

5 tapi puskesmas kumun sudah termasuk kedalam urutan 5 besar untuk

penderita hipertensi terbanyak di Kota Sungai Penuh yang berarti juga

memerlukan perhatian yang serius (Dinkes Kota Sungai Penuh).

2
Berdasarkan data dari Puskesmas Kumun tahun 2015 Hipertensi

menempati urutan ke-5 dalam 10 penyakit terbanyak dengan 305 kasus,

sedangkan pada tahun 2016 Hipertensi menduduki urutan ke-8 dari 10

penyakit terbanyak dengan jumlah kasus sebanyak 186 kasus, pada tahun

2017 sendiri Hipertensi menempati urutan ke-7 dari 10 penyakit terbanyak

dengan 263 kasus (Puskesmas Kumun). Adapun data 3 bulan terkahir (Januari,

Februari, Maret) 2018 jumlah penderita hipertensi sebanyak 71 kasus. Hal itu

menunjukkan bahwa Hipertensi masih menjadi permasalahan yang serius di

Puskesmas Kumun. Selama ini sudah banyak usaha yang dilakukan oleh

Puskesmas Kumun untuk mengurangi angka kejadian Hipertensi dengan

memberikan pendidikan kesehatan dan juga obat antihipertensi kepada

penderita hipertensi. Namun sejauh ini hipertensi masih termasuk dalam 10

penyakit terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas Kumun.

Tekanan darah tinggi (Hipertensi) apabila tidak diobati dan

ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan

arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri

tersebut. Seperti pada organ jantung, otak, ginjal dan mata. Pada jantung dapat

menyebabkan terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung koroner, pada

otak dapat menimbulkan resiko stroke, dan juga dapat menyebabkan

kerusakan ginjal dan system penyaringan didalam ginjal. Sedangkan pada

mata hipertensi dapat menyebabkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat

menimbulkan kebutaan (Yahya, 2005 dalam Wijaya dan Putri, 2013).

3
Penatalaksanaan hipertensi terdiri atas penatalaksanaan nonfarmakolgi

dan farmakologi. Penatalaksanaan farmakologi menggunakan obat-obat anti

hipertensi seperti diuretik (hidroklorotiazid) yang mengeluarkan caian tubuh

sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa

jantung menjadi lebih ringan,penghambatsimpatetik (Metildopa, Klonidin dan

Reserpin) yang menghambat aktivitas saraf simpatis, Betabloker (Metoprolol,

Proponol dan Atenolol) yang menurunkan daya pompa jantung, Vasodilator

(Prasosin, Hidralasin) yang bekerja langsung pada pembuluh darah dengan

relaksasi otot polos pembuluh darah, ACE inhibitor (Captopril) yang

menghambat zat Angiotensin II, penghambat Reseptor Angiotensin II

(Valsartan) bekerja menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptor

sehingga memperingan daya pompa jantung, dan antagonis kalsium

(Diltiasem dan Verapamil) yang menghambat kontraksi jantung (Wijaya dan

Putri, 2013).

Sedangkan penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologis terdiri

dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan

darah seperti mempertahankan berat badan ideal, kurangi asupan natrium

(sodium), batasi konsumsi alkohol, makan K dan Ca yang cukup dari diet,

menghindari merokok, penurunan stress dan terapi masase (pijat) (Wijaya dan

Putri, 2013). Pengobatan alternatif menjadi pilihan untuk mengatasi

hipertensi, salah satunya dengan terapi herbal dengan manfaat yang tidak

kalah dengan obat kimia bahkan dengan keuntungannya yang tidak memiliki

efek samping bagi penderita (Nurrahmani, 2012).

4
Penggunaan obat-obatan memang sering dibutuhkan untuk

mengendalikan tekanan darah. Jika tekanan darah tinggi dapat diturunkan

maka komplikasi seperti infark jantung dan stroke dapat dikurangi. Ada

berbagai jenis obat-obatan untuk mengontrol tekanan darah tinggi. Terdapat

lima kelompok utama obat antihipertensi, yaitu thiazide, beta-blocker, ACE

inhibitor, calcium chanel blocker, dan alfa-blocker. Pada setengah dari kasus-

kasus hipertensi ringan dan sedang, salah satu dari kelima jenis obat tersebut

sudah mampu mengontrol tekanan darah pasien. Namun dalam beberapa kasus

lain, penderita hipertensi harus mengkonsumsi kombinasi lebih dari satu jenis

obat penurunan tekanan darah. Strategi dasarnya dalah memilih dosis kecil

yang efektif untuk menghindari efek samping yang merugikan. Halitu penting,

karena obat antihipertensi, seperti semua obat lain, juga dapat menimbulkan

efek samping. Karena sebagian besar hipertensi tidak dapat disembuhkan total

maka penderita hipertensi harus mengkonsumsi obat seumur hidup

untukmengontrol tekanan darahnya agar tetap dalam keadaan normal.

Penghentian konsumsi obat penurun tekanan darah selama beberapa hari saja

dapat kembali menaikkan tekanan darah penderita. Obat tekanan darah tinggi

tidak menghilangkan penyakit melainkan hanya mengontrolnya

(Sutanto,2010).

Pengobatan tradisional yang berasal dari tanaman merupakan

manifestasi dari partisipasi aktif masyarakat dalam menyelesaikan problema

kesehatan dan telah diakui perannya oleh berbagai bangsa dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. World Health Organization

5
(WHO) merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk obat herbal

dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan

penyakit, terutama untuk kronis, penyakit degeneratif dan kanker (Agustina,

2016 dalam Dwisatyadini, 2017 ). Masyarakat Indonesia secara turun temurun

telah memanfaatkan keunggulan tanaman obat untuk mengobati penyakit

degeneratif. Saat ini masyarakat perkotaan telah menyadari pemanfaatan

tanaman obat untuk mengobati penyakit degeneratif yang diderita baik oleh

dirinya sendiri dan keluarga. Terdapat beberapa jenis tanaman obat yang dapat

bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan penyakit degeneratif, seperti

kayu manis yang mengandung senyawa antioksidan yang dapat mencegah

penyakit degeneratif seperti kanker, jantung koroner, hipertensi dan diabetes

(Biofarmaka IPB, 2015 dalam Dwisatyadini, 2017).

Kayu manis merupakan tanaman herbal berupa pohon dengan tinggi

mencapai 15 m. Batangnya berkayu dan bercabang-cabang. Daun tunggal

berbentuk lanset, warna daun muda merah pucat, dan setelah tua bewarna

hijau. Sebenarnya, bagian yang paling sering kita gunakan merupakan bagian

kulit kayu manis. Kulit kayu manisadalah tanaman herbal dengan ciri khas

beraroma tajam, manis dan pedas (Utami dan Puspaningtyas, 2013). Kayu

manis atau Cinamomum venum adalah salah satu rempah Indonesia yang

dapat dimanfaatkan sebagai obat. Sejak 5000 tahun lalu, kayu manis banyak

digunakan sebagai bumbu dapuroleh masyarakat Mesir Kuno. Selain sebagai

pelengkap bumbu masakan, hasiat kayu manis kini dikembangkan sebagai

bahan dari produk kecantikan dan obat tradisional (Wibowo, 2015).

6
Kayu manis tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia yaitu di

Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Kalimantan. Namun, sentra produksi kayu

manis Indonesia terdapat di Kabupaten Kerinci, Jambi karena merupakan

pemasok 80% dari total ekspor kayu manis Indonesia (Diperindag Kabupaten

Kerinci 2009). Kerinci dikenal sebagai penghasil kayu manis (kulit manis)

kualitas terbaik di Indonesia, bahkan juga di dunia.kayu manis menjadi

sangatdisukai oleh konsumen luar negeri adalah karena kayu manis di Kerinci

sudah memiliki “Organic Sertificated Cassia”, kualitas volatil oil dan aroma

yang sangat spesifik.demikian terkenalnya kabupaten kerinci sebagai

penghasil kayu manis,sampai-sampai nama “Kerinci” pun menjadi standar

produk kayu manis di pasar dunia (Hidayani, 2012). Tanaman kayu manis

banyak dijumpai pada skala perkebunan rakyat. Hampir sebagian besar

masyarakat di Kerinci adalah petani kayu manis. Jumlah petani kayu manis

adalah sekitar 12.830 kepala keluarga untuk luas lahan 40.972 Ha (BPS

Kabupaten Kerinci, 2011).

Didalam kayu manis terdapat senyawa yang berperan sebagai

antioksidan, seperti sinamaldehida dan eugenol. Antioksidan pada kayu manis

berperan menangkal radikal bebas sehingga melindungi tubuh dari penyakit

degeneratif, seperti kanker, penyakit jantung dan pembuluhan darah, serta

diabetes. Selain sebagai antimikroba dan antijamur, minyak asiri digunakan

sebagai antivirus. Selain itu, kandungan antioksidannya dapat digunakan pada

terapi penyakit hipertensi dan asam urat (Utami dan Puspaningtyas, 2013).

7
Komposisi kayu manis terdri dari: abu (2,4%), protein (3,5%), lemak

(4%), serat (33,0%), karbohidrat (52,0%), dan menghasilkan 285 Kcal/100g.

Sedangkan komposisi mineralnya terdiri atas zat besi (7,0 mg/g), kalsium

(83,8 mg/g), chromium (0,4 mg/g), mangan (20,1 mg/g), magnesium (85,5

mg/g), natrium (0,0 mg/g), kalium (134,7 mg/g) dan fosfor 42,2 mg/g).

(Ravindran, 2004 dalam Hermansyah, 2014).

Peranan mineral natrium dan kalium berfungsi menjaga keseimbangan

tekanan darah tubuh. Kedua mineral ini bekerja secara berlawanan, natrium

menaikkan tekanan darah sedangkan kalium menurunkannya. Oleh karena itu,

asupan natrium dan kalium haruslah seimbang supaya tubuh tetap sehat

(Martin, 2010). Mekanisme kerja kalium dalam menurunkan tekanan darah

yaitu kalium dapat mengurangi sekresi renin yang menyebabkan penurunan

angiotensin II sehingga vasokonstriksi pembuluh darah berkurang dan

menurunnya aldesteron sehingga reabsorpsi natrium dan air ke dalam

berkurang. Kalium juga mempunyai efek dalam pompa Na-K yaitu kalium

dipompa dari cairan ekstra selular ke dalam sel, dan natrium dipompa keluar.

Sehingga kalium dapat menurunkan tekanan darah (Guyton, 2008).

Berdasarkan penelitian Tickle (2013) yang berjudul Short-Term Effect

Of Cinnamon On Blood pressure In Middle-Aged Obese Adults disimpulkan

bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam tekanan darah sistolik tanpa kayu

manis dan dengan kayu manis (p> 0,05). Untuk semua interval waktu tekanan

darah sistolik tidak berbeda secara signifikan pada pria dan wanita, p> 0,05.

Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tekanan darah diastolik pada

8
setiap titik waktu antara tanpa penggunaan kayu manis dan dengan kayu manis

(p> 0,05). Untuk semua interval waktu tekanan darah diastolik tidak berbeda

secara signifikan pada pria dan wanita, p> 0,05. Kayu manis yang digunakan

sebanyak 6 g dengan memberikan perlakuan selama 5 hari. Sampel pada

penelitian ini sebanyak 26 responden.

Berdasarkan penelitian Akilen et al (2010) yang berjudul Effect

ofshort-term administration of cinnamon on blood pressure in patiens with

prediabetes and type 2 diabetes disimpulkan bahwa terjadi penurunan tekanan

darah sistoli secara signifikan sebesar 3,8% (P<0,001) dibandingkan dengan

subjek dalam kelompok plasebo. Berarti tekanan darah sistoli dan diastolik

dalam kelompok eksperimen secara signifikan berkurang dibandingkan

dengan kelompok plasebo (SBP:129 mmHg vs 135 mmHg, DBP: 81 mmHg

vs 86 mmHg). Kayu manis yang digunakan sebanyak 2 g dengan memberikan

perlakuan selama 12 minggu. Sampel pada penelitian ini sebanyak 58

responden.

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan melalui wawancara

dengan 10 orang penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kumun

pada tanggal 9 April 2018 didapatkan informasi bahwa semuanya mengobati

hipertensi dengan meminum obat antihipertensi dan juga obat herbal. Dimana

5 orang pasien mengobati dengan obat herbal daun alpukat, 3 orang pasien

mengobati hipertensi dengan obat herbal daun salam, dan 2 orang pasien

mengobati hipertensi dengan obat herbal labu siam. Berdasarkan hasil

wawancara yang didapatkan pasien mengatakan penggunaan terapi herbal

9
yang digunakan sejauh ini dapat menurunkan tekanan darah tetapi masih

terjadi peningkatan tekanan darah pada pasien. Namun terapi herbal dengan

menggunakan kulit kayu manis belum pernah mereka gunakan untuk

mengatasi hipertensi padahal kulit kayu manis mudah didapat. Saat survey

pun dilakukan pengukuran tekanan darah pada penderita hipertensi diperoleh

rata-rata tekanan darah penderita yaitu diatas 140/90 mmHg.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang pengaruh pemberian kulit kayu manis terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kumun Kota

Sungai Penuh tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang di atas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada pengaruh pemberian kulit

kayu manis terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Kumun Kota Sungai Penuh tahun 2018?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh pemberian kulit kayu manis terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Kumun Kota Sungai Penuh Tahun 2018.

10
2. Tujuan Khusus

a. Diketahui rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan

sesudah pemberian kulit kayu manis kelompok kontrol pada penderita

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kumun Tahun 2018.

b. Diketahui rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan

sesudah pemberian kulit kayu manis kelompok perlakuan di Wilayah

Kerja Puskesmas Kumun Tahun 2018.

c. Diketahui pengaruh tekanan darah sistolik dan diastolik pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan penderita hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Kumun Tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian

selanjutnya dengan metode yang berbeda tentang hipertensi.

2. Bagi Pelayanan Keperawatan dan Puskesmas

Sebagai masukan dan acuan bagi bidang keperawatan dalam memberikan

terapi non farmakologi yang bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah

pada penderita hipertensi salah satunya dengan pemberian kulit kayu

manis.

3. Bagi STIKES Syedza Saintika

Memberikan informasi dan menambah literatur tentang terapi non

farmakologi yang dapat menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi.

11
E. Ruang Lingkup Penilitian

Penilitian dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian kulit kayu

manis terhadap penurunan tekanan darah pada penderita Hipertensi. Variabel

independen pada penelitian ini adalah pengaruh kayu manis dengan variabel

dependen adalah tekanan darah pada penderita Hipertensi. Penelitian

dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kumun. Penelitian ini menggunakan

jenis penelitian Quasy eksperiment dengan rancangan penelitian Non

Equivalent Control Group yaitu pengelompokan dua kelompok yang dianggap

sama sebelum dilakukan perlakuan. Peneliti mengukur pengaruh perlakuan

eksperimen dengan cara membandingkan kelompok eksperimen dengan

kelompok kontrol yang tidak menerima perlakuan. Populasi penelitian ini

adalah semua pasien yang menderita penyakit hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Kumun pada bulan Januari-Maret berjumlah 71 orang dengan

rencana jumlah sampel yang diambil peneliti sebanyak 20 orang yaitu 10

orang diberikan perlakuan dan 10 orang lagi tidak diberikan perlakuan.

Penelitian ini dari penulisan proposal sampai penelitian direncanakan

dilaksanakan pada bulan April - Juli 2018. Data yang dikumpulkan berupa

data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan secara univariat dan

bivariat dengan menggunakan uji T independen.

12

Anda mungkin juga menyukai