1. Dampak Hipertensi
Hipertensi berkonstribusi hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit
kardiovaskuler setiap tahunnya. Batas tekanan darah yang dapat digunakan
sebagai acuan untuk menentukan normal atau tidaknya tekanan darah adalah
tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan
arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh
darah. Hipertensi merupakan satu masalah kesehatan utama setiap negeri karena
bisa menimbulkan penyakit jantung dan stroke otak yang mematikan (Kemenkes
RI, 2014).
Kejadian - kejadian sindrom koroner akut seperti serangan jantung masih
tetap menjadi akibat dari hipertensi yang paling umum. Hipertensi juga
berhubungan dengan keparahan aterosklerosis, stroke, nefropati, penyakit
vaskular periferal, aneurisma aorta, dan gagal jantung. Hampir semua orang
dengan gagal jantung telah didahului oleh hipertensi. Jika hipertensi dibiarkan
tanpa pengobatan, hampir separuh penderita hipertensi akan meninggal karena
penyakit jantung, dan sisa 10 – 15 % akan meninggal karena gagal ginjal
(Simatupang, 2018).
2. Gejala Hipertensi
Gejala yang dialami pada hipertensi adalah dengan adanya peningkatan
tekanan darah atau tergantung pada tinggi rendahnya tekanan darah. Gejala
hipertensi yang timbul bisa berbeda, bahkan terkadang penderita hipertensi tidak
memiliki keluhan. Namun karena sering kali penderita hipertensi tidak menyadari
adanya gejala, hal tersebut dapat timbulnya keluhan pada saat sudah terjadinya
komplikasi yang spesifik pada organ seperti otak, mata, ginjal, jantung, pembuluh
darah, atau organ vital lainnya (Simatupang, 2018).
Untuk beberapa orang, gejala hipertensi tidak ditunjukkan pada beberapa
tahun. Jika adanya gejala hanya pusing atau sakit kepala. Namun jika pada
penderita hipertensi berat, gejala yang muncul dapat berupa sakit kepala, mual dan
muntah, gelisah, mata berkunang, mudah lelah, sesak nafas, penglihatan yang
kabur telinga berdengung, susah tidur, nyeri dada, rasa berat pada tengkuk,
ataupun denyut jantung yang semakin kuat atau tidak teratur (Simatupang, 2018).
Cara menghindari dan mencegah terjadinya hipertensi baik yang telah
berulang sebaiknya merubah pola hidup baik dengan mengatur pola makan seperti
menghidari makanan belemak tinggi sehingga menimbulkan arteriosklerosis dan
mematuhi diet yang telah ditentukan dan melakukan olahraga rutin dan
pemeriksaan tekanan darah secara rutin. Hipertensi dapat diatasi salah satunya
dengan cara mengendalikan faktor resiko hipertensi seperti obesitas, stres dan
aktivitas fisik dan juga dapat dicegah dan ditangani dengan cara menjaga pola
makan sehat, yaitu dengan diet sehat dan gizi seimbang (Asrina, et al., 2020).
Modifikasi pola asupan makanan sehari-hari merupakan salah satu
komponen perubahan gaya hidup yang mempunyai peran paling besar dalam
menurunkan tekanan darah. Modifikasi pola asupan makanan dimaksud adalah
mengikuti pedoman umum gizi seimbang juga sesuai dengan Dietary Approach to
Stop Hypertension (DASH), yaitu tinggi sayuran dan buah, bahan makanan tinggi
serat, susu rendah lemak, daging, dan kacang-kacangan dan yang menjadi
perhatian juga adalah asupan energi, jumlah dan jenis protein, serta komponen
lemak dan karbohidrat. Bahan makanan kaya akan mineral dan vitamin, serta
nutrien spesifik, seperti asam lemak tak jenuh omega 3 mempunyai peran dalam
pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi. Pengaturan pola maka dengan
metode DASH, merupakan diet sayuran serta buah yang banyak mengandung
serat pangan (30 gram/ hari) dan mineral (kalium, magnesium serta kalsium)
sementara asupan garamnya di batasi. Diet DASH ini didesain mengikuti panduan
pemeliharaan kesehatan jantung untuk membatasi lemak jenuh dan kolesterol, dan
membatasi natrium yang dapat meningkatkan tekanan darah (Asrina, et al., 2020).
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachim, R., Hariyawti, I., & Suryani, N. (2018). Asupan Natrium, Frekuensi
Dan Durasi Aktivitas Fisik Berdampak Terhadap Tekanan Darah Lansia Di
Panti Sosial Kota Banjarbaru. Jurnal Riset Pangan dan Gizi, 1(1).
Asrina N, Andriani D, Anisa D. (2020). Hubungan Pengetahuan Dengan
Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia Hipertensi di Puskesmas Lawe Dua
Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara. J Ners Nurul
Hasanah ;8(2):1–7.
Harsismanto, J., Andri, J., Payana, T. D., Andrianto, M. B., & Sartika, A. (2020).
Kualitas Tidur Berhubungan dengan Perubahan Tekanan Darah pada
Lansia. Jurnal Kesmas Asclepius, 2(1), 1-11.
Kementerian Kesehatan RI, Riset Kesehatan Daser, (2013). Jakarta, Badan
Penelitan dan Pengembangan Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta: Kementerian Kesehatan, 2018.
Simatupang A. (2018). Fakultas kedokteran universitas kristen indonesia 2020.
Tirtasari, S., & Kodim, N. (2019). Prevalensi dan karakteristik hipertensi pada
usia dewasa muda di Indonesia. Tarumanagara Medical Journal, 1(2), 395-
402.