G1A018051
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (2011) bahwa satu miliar orang di dunia menderita hipertensi.
Hipertensi penyebab kematian hampir 8 juta orang setiap tahun di seluruh dunia
dan hampir 1,5 juta orang setiap tahun di Asia Tenggara. Sekitar sepertiga dari
populasi orang dewasa di daerah Asia Tenggara memiliki tekanan darah tinggi.
Prevalensi hipertensi di Indonesia, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).
Prevalensi hipertensi yang didapat melalui jawaban pernah didiagnosis tenaga
kesehatan sebesar 9,4%, sedangkan yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan
atau sedang minum obat hipertensi sendiri sebesar 9,5%. Jadi, terdapat 0,1%
penduduk yang minum obat sendiri, meskipun tidak pernah didiagnosis hipertensi
oleh tenaga kesehatan (Kemenkes RI, 2013).
1
diatas usia 15 tahun menyatakan pernah minum jamu, dan 90% diantaranya
menyatakan adanya manfaat minum jamu (Aditama, 2014).
B. Tujuan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI,
2013).
2. Jenis-Jenis Hipertensi
3
a. Berdasarkan penyebab
1. Hipertensi Esensial
4
3. Faktor resiko Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat menyerang siapa saja tanpa
memberikan gejala khusus yang bahkan tidak diketahui orang tersebut. Namun
ada faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang mengalami tekanan darah
tinggi, yaitu:
a. Genetik
b. Obesitas
c. Jenis kelamin
5
Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk hormon estrogen
yang melindungi wanita dari hipertensi dan komplikasinya termasuk
penebalan dinding pembuluh darah atau aterosklerosis. Wanita usia produktif
sekitar 30-40 tahun, kasus serangan jantung jarang terjadi, tetapi meningkat
pada pria (Suhardjono, 2012). Wanita yang belum mengalami menopause
dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar
High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis..
Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai
terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Nuraini, 2015)
d. Stres
e. Kurang olahraga
6
lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar
pula kekuaan yang mendesak arteri (Nuraini, 2015).
f. Kebiasaan Merokok
Rokok mengandung beberapa zat kimia yang berbahaya, salah satunya adalah
nikotin. Otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini
akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih
berat karena tekanan yang lebih tinggi (Sartik et al, 2017). Karbon monoksida
dalam asap rokok juga akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal
tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa
memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan
tubuh lainnya (Sagala, 2011).
B. BUAH MENGKUDU
1. Definisi
7
berbentuk jorong lanset dengan ukuran 15-50 x 5-17 cm, tepi daun rata, serat
daun menyirip dan tidak berbulu.Akar tanaman mengkudu berwarna coklat
kehitaman dan merupakan akar tunggang. Bunga tanaman mengkudu yang
masih kuncup berwarna hijau, saat mengembang akanberubah menjadi
berwarna putih dan harum ( Djauhariya, 2018). Buah mengkudu berbentuk
bulat lonjong dengan diameter mencapai 7,5-10 cm, permukaan terbagi
dalam sel-sel polygonal berbintik-bintik. Buah mengkudu muda berwarna
hijau, saat tua warna akan berubah menjadi kuning. Buah yang matang akan
berwarna putih transparan dan lunak. Aroma buah mengkudu (Morinda
citrifolia L.)seperti keju busuk karena percampuran asam kaprik dan asam
kaproat (Indriawati, 2016).
2. Manfaat
8
b. Menormalkan tekanan darah
Teori Dr. Ralph Heinicke (ahli biokimia AS) yang menyatakan bahwa
xeronin yang berperan dalam menghilangkan rasa sakit. Hal ini dikaitkan
dengan kemampuan xeronin menormalkan protein pada sel-sel yang
abnormal, termasuk selsel jaringan otak, tempat berasalnya rasa sakit.
c. Sebagai antibakteri
e. Seronin
9
perasaan enak/nyaman. Akibatnya orang akan merasa enak dan memiliki
banyak energi setelah mengkonsumsi sari buah mengkudu. g. Zat antikanker
Damnacantal yang terkandung didalam buah mengkudu merupakan zat
yang berkhasiat sebagai zat antikanker. Para peneliti menemukan zat
antikanker pada ekstrak mengkudu.
10
terjadi peningkatan cGMP yang selanjutnya mengaktivasi protein kinase G
(PKG). PKG menyebabkan defosforilasi myosin light chain (MLC) dan
penurunan kadar Ca2+ intrasel sehingga kontraksi tidak terjadi. Mekanisme
relaksasi pada otot polos dapat pula melalui mekanisme penghambatan kanal
Ca seperti pada Ca2+channel blocker atau bisa saja melalui aktivasi kanal ion
K+ (Aditama, 2015).
Terpenoid adalah salah satu zat yang terkandung pada buah dan daun
mengkudu. Terpenoid merupakan senyawa kimia, berfungsi sebagai
pertahanan tumbuhan dalam bentuk metabolit sekunder (Russo, 2011). Zat
aktif dari metabolit sekunder terpenoid memiliki efek farmakologis dengan
membantu proses sintesis organik tubuh dan pemulihan sel-sel tubuh manusia.
Sebagai fungsinya dalam pertahanan tubuh, terpenoid memiliki efek
farmakologis dan efek toksik (Abnaz, 2018).
11
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadibrata (2009) mengenai efek
toksisitas akut daun mengkudu menggunakan air sebagai pelarut simplisia
(bahan alami yang digunakan sebagai obat). Dalam penelitian ini simplisia
yang digunakan adalah daun mengkudu yang telah dikeringkan dan
dihaluskan. Daun mengkudu mempunyai kandungan terpenoid seperti yang
terkandung dalam buah mengkudu. Penggunaan air sebagai pelarut adalah
karena air merupakan pelarut yang biasa digunakan oleh masyarakat dalam
meramu obat tradisional . Didapatkan hasil LD50sebesar 16.177,86 mg/kgBB.
Nilai LD50 diklasifikasikan berdasarkan derajat toksisitasnya dimana kategori
supertoksik dengan nilai LD50 nilai LD50 5-50 mg/kgBB, sangat toksik
dengan nilai LD50 50-500 mg/kgBB, toksik sedang dengan nilai LD50
0,5-5gr/kgBB, toksik ringan dengan nilai LD50 5-15 gr/kgBB dan tidak toksik
dengan nilai LD50>15 gr/kgBB. Dalam penelitian ini daun mengkudu
dikategorikan sebagai zat yang tidak toksik karena LD50> 15gr/kgBB
(Nihawati, 2011).
12
C. KERANGKA TEORI
Hipertensi
Obeitas
Jenis Kelamin
Konvensional Non Konvensional
ll Stress
Kurang Olahraga
Komplementer
Tradisional Kebiasaan Merokok
Alternatif
Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia)
13
Khasiat Kandungan Zat yang Toksisitas
menurunkan
tekanan darah
III. KESIMPULAN
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Faktor genetik,
obesitas, jenis kelamin, stress, kurang olahraga, dan kebiasaan merokok
mempengaruhi hipertensi terhadap setiap individu.
14
IV. DAFTAR PUSTAKA
Abnaz, Z. D., & Levita, J.2018. Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Biji
Jinten Hitam (Nigella sativa L.) dan Teori Uji Toksisitas. Farmaka. 16(1):
295-303.
15
Anggraini, A. D., Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., & Siahaan, S. S. 2009.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien
yang berobat di poliklinik dewasa puskesmas Bangkinang periode januari
sampai juni 2008. Fakultas Kesehatan Universitas Riau Files of
DrsMed-FK UNRI. Vol 1:41.
Djauhariya, E. 2018. Karakterisasi Morfologi dan Mutu Buah Mengkudu.
Franklin W. Lusby, David Zieve. Hypertensive Retinopathy . 2010 [cited 2011
Dec 27]. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/
Hafid, M. A. (2017). Hubungan Gaya Hidup dengan Prevalensi Hipertensi di
Puskesmas Kassi-Kassi Kabupaten Bantaeng Tahun 2014. Jurnal Farmasi
UIN Alauddin Makassar. Vol 3(1):27-36.
Hussaana A, Sarosa H, Indrayani UD, Chodidjah C, Widiyanto B, Pertiwi D.
2016. Formula Jamu Antihipertensi and captopril are equally effective in
patients with hypertension. Universa Medicina. 35(2): 81-88.
Indriawati, R., & Hartono, I. S. E. 2016. Pengaruh Mengkudu (Morinda
citrifolia) terhadap Hipertensi pada Kelompok Usia Lanjut. Mutiara
Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 11(3): 167-174.
Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. 2015.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. Nineteenth Edition.
1669-1680.McGraw Hill Education. New York
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 72-77. Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta.
Nuraini, B. 2015. Risk factors of hypertension. Jurnal Majority. Vol 4(5): 45-49.
Paramita, S., Isnuwardana, R., Nuryanto, M. K., Djalung, R.,
Rachmawatiningtyas, D. G., & Jayastri, P. 2017. Pola penggunaan obat
bahan alam sebagai terapi komplementer pada Pasien Hipertensi di
Puskesmas. Jurnal Sains dan Kesehatan, Vol 1(7): 367-376.
Russo, E. B. 2011. Taming THC: potential cannabis synergy and
phytocannabinoid‐terpenoid entourage effects. British journal of
pharmacology, 163(7), 1344-1364.
16
Saing, J. H. 2016. Hipertensi pada remaja. Sari Pediatri, 6(4), 159-65.
Sari, C. Y. 2015. Penggunaan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Untuk
Menurunkan Tekanan Darah Tinggi. Jurnal Majority. Vol 4(3).
Sartik, S., Tjekyan, R. S., & Zulkarnain, M. 2017. Faktor–Faktor Risiko Dan
Angka Kejadian Hipertensi Pada Penduduk Palembang. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat,. vol 8(3) : 180-191
Syarif, P., Suryotomo, B., & Soeprapto, H. 2015. Diskripsi dan manfaat tanaman
obat di pedesaan sebagai upaya pemberdayaan apotik hidup (studi kasus di
Kecamatan Wonokerto). Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi. vol
21(1).
17
18