Anda di halaman 1dari 20

ACC TUTOR

PENGGUNAAN BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)


UNTUK MENCEGAH HIPERTENSI

MUHAMMAD AFIF FADHILA

G1A018051
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara


global. Salah satu penyakit degeneratif yang perlu diwaspadai adalah hipertensi.
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan karena merupakan penyakit the
silent killer karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat
(Siringoringo Dkk,2013). Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah
di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena
jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi tubuh. . Kriteria hipertensi yang digunakan merujuk pada kriteria
diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140
mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Kasper et al, 2015).

Menurut WHO (2011) bahwa satu miliar orang di dunia menderita hipertensi.
Hipertensi penyebab kematian hampir 8 juta orang setiap tahun di seluruh dunia
dan hampir 1,5 juta orang setiap tahun di Asia Tenggara. Sekitar sepertiga dari
populasi orang dewasa di daerah Asia Tenggara memiliki tekanan darah tinggi.
Prevalensi hipertensi di Indonesia, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).
Prevalensi hipertensi yang didapat melalui jawaban pernah didiagnosis tenaga
kesehatan sebesar 9,4%, sedangkan yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan
atau sedang minum obat hipertensi sendiri sebesar 9,5%. Jadi, terdapat 0,1%
penduduk yang minum obat sendiri, meskipun tidak pernah didiagnosis hipertensi
oleh tenaga kesehatan (Kemenkes RI, 2013).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa


30,4% rumah tangga di Indonesia memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional,
diantaranya 49% rumah tangga memanfaatkan ramuan obat tradisional.
Sementara itu, Riskesdas tahun 2010 menunjukkan 60% penduduk Indonesia

1
diatas usia 15 tahun menyatakan pernah minum jamu, dan 90% diantaranya
menyatakan adanya manfaat minum jamu (Aditama, 2014).

Keseriusan pemerintah mendukung pemanfaatan obat tradisional terlihat


dari berbagai peraturan yang ada, terutama sejak dikeluarkannya Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Saintifikasi Jamu pada tahun 2010 (Delima et al,
2012). Salah satu obat tradisional yang banyak digunakan untuk pengobatan
hipertensi adalah buah mengkudu (Morinda citrifolia). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa M.citrifolia dapat menurunkan kadar kolesterol darah, Low
Density Lipoprotein (LDL), trigliserida dan peningkatan High Density
Lipoprotein (HDL) serta dapat memperbaiki struktur histologi pembuluh
(penebalan tunika media) pada aorta mencit yang diberikan diet tinggi lemak (
Indriawati dan Hartono, 2011)

Penggunaan buah mengkudu sebagai bagian dari pengobatan herbal


hipertensi semakin meningkat dalam dekade terakhir. Hal ini disebabkan adanya
beberapa faktor, terutama harganya yang dianggap lebih murah dengan efek
samping yang dianggap lebih sedikit (Hussaana et al, 2016). Berdasarkan hal
tersebut diatas, maka penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pola
penggunaan buah Mengkudu (Morinda citrifolia ) sebagai terapi untuk mencegah
terjadinya hipertensi.

B. Tujuan

1. Mengetahui Definisi, Jenis-jenis, dan Faktor Resiko Hipertensi


2. Mengetahui Manfaat Buah Mengkudu
3. Mengetahui Hubungan Buah Mengkudu dengan Tekanan Darah
4. Mengetahui Toksisitas dari Buah Mengkudu

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. HIPERTENSI
1. Definisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI,
2013).

Hipertensi juga dapat didefinisikan sebagai kondisi ketika seseorang


mengalami kenaikan tekanan darah secara lambat ataupun mendadak (akut).
Diagnosa hipertensi ditegakkan jika tekanan darah sistolik seseorang menetap
pada 140 mmHg atau lebih, dan tekanan darah diastol menetap pada 90 mmHg
atau lebih (Agoes, 2011)

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan


pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan
(Hafid, 2017)

2. Jenis-Jenis Hipertensi

3
a. Berdasarkan penyebab

1. Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun


dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi
( Kemenkes RI, 2013). Hipertensi esensial lebih sering terjadi pada remaja
dibanding pada anak. Remaja dengan hipertensi esensial kebanyakan tanpa
gejala (asimtomatik) dan sering terdeteksi hanya pada saat pemeriksaan rutin
(Saing, 2016).

2. Hipertensi Non Esensial

Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita


hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. (Kemenkes RI, 2013).
Gangguan ginjal yang paling banyak menyebabkan tekanan darah tinggi
karena adanya penyempitan pada arteri ginjal, yang merupakan pembuluh
darah utama penyuplai darah ke kedua organ ginjal. Bila pasokan darah
menurun maka ginjal akan memproduksi berbagai zat yang meningkatkan
tekanan darah serta gangguan yang terjadi pada tiroid juga merangsang
aktivitas jantung, meningkatkan produksi darah yang mengakibatkan
meningkatnya resistensi pembuluh darah sehingga mengakibatkan hipertensi
(Noorhidayah, 2016).

b. Berdasarkan bentuk hipertensi

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension), hipertensi campuran (sistol


dan diastol yang meninggi), dan Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension) (Anggraini Dkk, 2009).

4
3. Faktor resiko Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat menyerang siapa saja tanpa
memberikan gejala khusus yang bahkan tidak diketahui orang tersebut. Namun
ada faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang mengalami tekanan darah
tinggi, yaitu:

a. Genetik

Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi


sebesar empat kali lipat. Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki
riwayat salah satu orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka
dimungkinkan sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang 25%
terserang penyakit tersebut (Franklin, 2010). Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai
risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. (Nuraini, 2015)

b. Obesitas

Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada


kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for
Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32%
untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk
wanita bagi yang memiliki IMT normal menurut standar internasional).
Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara
kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin
dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin angiotensin, dan
perubahan fisik pada ginjal (Nuraini,2015).

c. Jenis kelamin

5
Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk hormon estrogen
yang melindungi wanita dari hipertensi dan komplikasinya termasuk
penebalan dinding pembuluh darah atau aterosklerosis. Wanita usia produktif
sekitar 30-40 tahun, kasus serangan jantung jarang terjadi, tetapi meningkat
pada pria (Suhardjono, 2012). Wanita yang belum mengalami menopause
dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar
High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis..
Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai
terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Nuraini, 2015)

d. Stres

Stres juga sangat erat hubungannya dengan hipertensi. Stres merupakan


masalah yang memicu terjadinya hipertensi di mana hubungan antara stres
dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf
dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu) (Andria,
2013). Hormon adrenalin akan meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa
mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah
pun meningkat (Nuraini, 2015).

e. Kurang olahraga

Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur memiliki


efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada
penderita hipertensi. Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan
hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan
peran obesitas pada hipertensi (Fitriana, 2010). Kurangnya aktivitas fisik
menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk
menjadi gemuk. Orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung

6
lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar
pula kekuaan yang mendesak arteri (Nuraini, 2015).

f. Kebiasaan Merokok

Rokok mengandung beberapa zat kimia yang berbahaya, salah satunya adalah
nikotin. Otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini
akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih
berat karena tekanan yang lebih tinggi (Sartik et al, 2017). Karbon monoksida
dalam asap rokok juga akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal
tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa
memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan
tubuh lainnya (Sagala, 2011).

B. BUAH MENGKUDU

1. Definisi

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan tanaman tropis yang telah


digunakan sebagai makanan dan pengobatan herbal. Mengkudu (Morinda
citrifolia L.) mulai dikenal secara luas sejak bangsa Polynesia bermigrasi ke
Asia Tenggara 2000 tahun yang lalu (Yuliana, 2015)

Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.) diklasifikasikan ke dalam


Filum Angiospermae, subfilum Dycotiledones, divisi Lignosae,famili
Rubiaceae, genus Morinda, dan spesies Morinda citrifolia L. (Amrianto,
2017)

Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.) memiliki ciri umum yaitu


pohon dengan tinggi 4-6 meter. Batang berkelok-kelok, dahan kaku, kulit
berwarna coklat keabu-abuan dan tidak berbulu.Daun tebal berwarna hijau,

7
berbentuk jorong lanset dengan ukuran 15-50 x 5-17 cm, tepi daun rata, serat
daun menyirip dan tidak berbulu.Akar tanaman mengkudu berwarna coklat
kehitaman dan merupakan akar tunggang. Bunga tanaman mengkudu yang
masih kuncup berwarna hijau, saat mengembang akanberubah menjadi
berwarna putih dan harum ( Djauhariya, 2018). Buah mengkudu berbentuk
bulat lonjong dengan diameter mencapai 7,5-10 cm, permukaan terbagi
dalam sel-sel polygonal berbintik-bintik. Buah mengkudu muda berwarna
hijau, saat tua warna akan berubah menjadi kuning. Buah yang matang akan
berwarna putih transparan dan lunak. Aroma buah mengkudu (Morinda
citrifolia L.)seperti keju busuk karena percampuran asam kaprik dan asam
kaproat (Indriawati, 2016).

2. Manfaat

Buah mengkudu dikenal karena beragam atas manfaat kesehatan yang


bisa diperoleh dengan mengkonsumsinya. Buahnya memiliki rasa yang
hambar dan memiliki bau yang khas, oleh karena itu, sering kali buah
mengkudu dikonsumsi dengan cara dibuat jus buah untuk mendapatkan
berbagai manfaat kesehatan, berikut beberapa manfaat dari mengonsumsi
buah mengkudu menurut Syarif dkk (2015).

a. Meningkatkan daya tahan tubuh

Ekstrak buah mengkudu, di antaranya adalah merangsang produksi sel T


dalam sistem kekebalan tubuh (sel T berperan penting dalam melawan
penyakit), memperkuat sistem kekebalan tubuh, terutama makrofaset dan
limfosit dari sel darah putih, menunjukkan efek anti bakteri, mempunyai
efek anti rasa sakit/nyeri (analgesik) menghambat pertumbuhan sel-sel pra
kanker/tumor yaitu dengan kemampuannya menormalkan fungsi sel-sel
yang abnormal. Mengkudu dapat meningkatkan fungsi kelenjar tiroid dan
kelenjar timus, melawan infeksi dan masalah-masalah yang berhubungan
dengan sistem kekebalan tubuh

8
b. Menormalkan tekanan darah

Mengkudu mengandung sejenis fitonutrien, yaitu skopoletin yang


berfungsi untuk memperlebar saluran pembuluh darah yang mengalami
penyempitan. Hal ini menyebabkan jantung tidak perlu bekerja terlalu keras
untuk memompa darah, sehingga tekanan darah menjadi normal.

c. Menghilangkan rasa sakit

Teori Dr. Ralph Heinicke (ahli biokimia AS) yang menyatakan bahwa
xeronin yang berperan dalam menghilangkan rasa sakit. Hal ini dikaitkan
dengan kemampuan xeronin menormalkan protein pada sel-sel yang
abnormal, termasuk selsel jaringan otak, tempat berasalnya rasa sakit.

c. Sebagai antibakteri

Zat antibakteri pada mengkudu adalah antrakuinon, akubin, dan alizarin.


Zat ini dapat mematikan bakteri penyebab infeksi. Ekstrak buah mengkudu
sangat berguna untuk mendukung perawatan dan penyembuhan penyakit
infeksi yang disebabkan bakteri. Senyawa skopoletin juga bersifat antibakteri,
membunuh jamur serta bersifat anti peradangan.

d. Membantu pemulihan sel-sel tubuh

Terpenoid terdapat pada minyak atau lemak esensial yang berfungsi


untuk membantu tubuh dalam proses sintesis organik pemulihan sel sel
tubuh.

e. Seronin

Seronin juga turut berperan dalam proses siklus energi tubuh.


Mekanisme sebagai berikut, seronin akan diserap pada tempat yang
berdekatan dengan tempat penyerapan endorfin dan bertindak sebagai
prekursor hormon untuk mengaktifkan protein reseptor yang memberikan

9
perasaan enak/nyaman. Akibatnya orang akan merasa enak dan memiliki
banyak energi setelah mengkonsumsi sari buah mengkudu. g. Zat antikanker
Damnacantal yang terkandung didalam buah mengkudu merupakan zat
yang berkhasiat sebagai zat antikanker. Para peneliti menemukan zat
antikanker pada ekstrak mengkudu.

3. Zat Aktif Mengkudu dalam menurunkan tekanan darah

Zat aktif dalam mengkudu yaitu scopoletin dan xeronin dapat


menurunkan tekanan darah. Scopoletin bekerja dengan cara menurunkan
tahanan atau resistensi perifer (Indriawati, 2016). Besarnya tahan perifer
sangat bergantung pada kontraktilitas otot polos pembuluh darah. Otot polos
pembuluh darah diatur oleh sistem saraf simpatis melalui pengeluaran
neurotransmiter noradrenalin di ujung saraf simpatis pada dinding pembuluh
darah. Kontraktilitas otot polos pembuluh darah juga dipengaruhi oleh fungsi
endotel pembuluh darah, karena pada endotel disintesis dan disekresi berbagai
bahan vasokonstriktor dan vasodilator (Yuliana, 2015)

Sebagian besar penderita hipertensi adalah hipertensi esensial. Hipertensi


esensial ditandai adanya peningkatan resistensi perifer dengan curah jantung
normal. Sehingga perlu pengobatan yang berfungsi untuk dapat menurunkan
resistensi perifer (Indriawati, 2016) Kandungan bahan aktif scopeletin dalam
mengkudu memiliki fungsi untuk menormalkan tekanan darah dengan adanya
efek spasmolitik .Efek spasmolitik ditandai dengan terjadi pelebaran
pembuluh darah (vasodilatasi) akibat relaksasi otot polos,efek tersebut serupa
dengan cara kerja obat antihipertensi. Efek sebagai antihipotensi ditunjukkan
dengan menghambat inducible nitric oxide synthase (iNOS), yang akan
menghambat pembentukan nitric oxide(NO) karena NO memiliki efek
vasodilatasi (Yuliana, 2015)

Dalam ekstrak buah mengkudu terdapat substansi analog nitric oxide


(NO). NO menstimulasi guanililsiklase menjadi guanilat siklase sehingga

10
terjadi peningkatan cGMP yang selanjutnya mengaktivasi protein kinase G
(PKG). PKG menyebabkan defosforilasi myosin light chain (MLC) dan
penurunan kadar Ca2+ intrasel sehingga kontraksi tidak terjadi. Mekanisme
relaksasi pada otot polos dapat pula melalui mekanisme penghambatan kanal
Ca seperti pada Ca2+channel blocker atau bisa saja melalui aktivasi kanal ion
K+ (Aditama, 2015).

4. Toksisitas Buah Mengkudu

Terpenoid adalah salah satu zat yang terkandung pada buah dan daun
mengkudu. Terpenoid merupakan senyawa kimia, berfungsi sebagai
pertahanan tumbuhan dalam bentuk metabolit sekunder (Russo, 2011). Zat
aktif dari metabolit sekunder terpenoid memiliki efek farmakologis dengan
membantu proses sintesis organik tubuh dan pemulihan sel-sel tubuh manusia.
Sebagai fungsinya dalam pertahanan tubuh, terpenoid memiliki efek
farmakologis dan efek toksik (Abnaz, 2018).

Pada penelitian Pasaribu (2003) terhadap serangga, didapatkan hasil


bahwa metabolit sekunder terpenoid dapat menghambat penyerapan makanan,
menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan bersifat toksik bagi tubuh. Pada
manusia efek toksik dari terpenoid dapat menimbulkan gejala seperti muntah,
kejang, tidak sadar, edema paru dan takikardi (Yuliana, 2015)

Penelitian yang dilakukan oleh Mathivanan (2005) menggunakan jus buah


mengkudu dengan dosis 15.000mg/kgBB pada hewan percobaan tidak
ditemukan tanda efek toksik. Untuk mengetahui efek toksik,juga dilakukan
pembedahan pada hewan percobaan namun tetap tidak ditemukan adanya
tanda-tanda toksisitas pada organ hewan percoban (Yuliana, 2015)

11
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadibrata (2009) mengenai efek
toksisitas akut daun mengkudu menggunakan air sebagai pelarut simplisia
(bahan alami yang digunakan sebagai obat). Dalam penelitian ini simplisia
yang digunakan adalah daun mengkudu yang telah dikeringkan dan
dihaluskan. Daun mengkudu mempunyai kandungan terpenoid seperti yang
terkandung dalam buah mengkudu. Penggunaan air sebagai pelarut adalah
karena air merupakan pelarut yang biasa digunakan oleh masyarakat dalam
meramu obat tradisional . Didapatkan hasil LD50sebesar 16.177,86 mg/kgBB.
Nilai LD50 diklasifikasikan berdasarkan derajat toksisitasnya dimana kategori
supertoksik dengan nilai LD50 nilai LD50 5-50 mg/kgBB, sangat toksik
dengan nilai LD50 50-500 mg/kgBB, toksik sedang dengan nilai LD50
0,5-5gr/kgBB, toksik ringan dengan nilai LD50 5-15 gr/kgBB dan tidak toksik
dengan nilai LD50>15 gr/kgBB. Dalam penelitian ini daun mengkudu
dikategorikan sebagai zat yang tidak toksik karena LD50> 15gr/kgBB
(Nihawati, 2011).

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan pada buah dandaun


mengkudu didapatkan bahwa mengkudu dikategorikan dalam zat yang tidak
toksik.Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) aman digunakan untuk
pengobatan hipertensi (Yuliana, 2015).

12
C. KERANGKA TEORI

Hipertensi

Definisi Jenis-Jenis Pengobatan Faktor resiko

Hipertensi Esensial Hipertensi Non Esensial Genetik

Obeitas

Jenis Kelamin
Konvensional Non Konvensional
ll Stress

Kurang Olahraga
Komplementer
Tradisional Kebiasaan Merokok
Alternatif

Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia)

13
Khasiat Kandungan Zat yang Toksisitas
menurunkan
tekanan darah

III. KESIMPULAN

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Faktor genetik,
obesitas, jenis kelamin, stress, kurang olahraga, dan kebiasaan merokok
mempengaruhi hipertensi terhadap setiap individu.

Salah satu pengobatan tradisional hipertensi adalah buah Mengkudu.


Kandungan zat scopoletin dan xeronin dalam mengkudu bekerja menurunkan
tekanan darah dengan cara menurunkan tahanan perifer pembuluh darah dan
menghambat Nitrit Oxid ( NO) sebagai vasodilator. Uji toksisitas dilakukan pada
buah mengkudu untuk mrnguji tingkat toksisitasnya. Pada beberapa penelitian,
diantaranya menyatakan bahwa tidak ada tanda-tanda toksisitas pada hewan uji
sehingga buah mengkudu dikategorikan sebagai zat tidak toksik dan aman
digunakan

14
IV. DAFTAR PUSTAKA

Abnaz, Z. D., & Levita, J.2018. Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Biji
Jinten Hitam (Nigella sativa L.) dan Teori Uji Toksisitas. Farmaka. 16(1):
295-303.

Aditama, L.2015. Penggunaan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) untuk


Menurunkan Tekanan Darah Tinggi. Jurnal Agromedicine. 2(4):475-480.

Aditama TY.2014. Jamu dan Kesehatan.Jakarta:Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Agoes, H. A, 2011. Penyakit Diusia Tua. Jakarta. EGC.
Amrianto, A., Mukarramah, M., Sukmana, D. D., Nahda, N., & Permana, A. D.
2017. Formulasi ekstrak buah mengkudu (morinda citrifolia) dalam bentuk
sediaan transdermal liposome cream. Prosiding Seminar Biologi. Vol
3(2):22-23.
Andria, K. M. 2013. Hubungan antara perilaku olahraga, stres dan pola makan
dengan tingkat hipertensi pada lanjut usia di Posyandu Lansia Kelurahan
Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal Promkes. Vol 1(2):
111-117.

15
Anggraini, A. D., Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., & Siahaan, S. S. 2009.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien
yang berobat di poliklinik dewasa puskesmas Bangkinang periode januari
sampai juni 2008. Fakultas Kesehatan Universitas Riau Files of
DrsMed-FK UNRI. Vol 1:41.
Djauhariya, E. 2018. Karakterisasi Morfologi dan Mutu Buah Mengkudu.
Franklin W. Lusby, David Zieve. Hypertensive Retinopathy . 2010 [cited 2011
Dec 27]. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/
Hafid, M. A. (2017). Hubungan Gaya Hidup dengan Prevalensi Hipertensi di
Puskesmas Kassi-Kassi Kabupaten Bantaeng Tahun 2014. Jurnal Farmasi
UIN Alauddin Makassar. Vol 3(1):27-36.
Hussaana A, Sarosa H, Indrayani UD, Chodidjah C, Widiyanto B, Pertiwi D.
2016. Formula Jamu Antihipertensi and captopril are equally effective in
patients with hypertension. Universa Medicina. 35(2): 81-88.
Indriawati, R., & Hartono, I. S. E. 2016. Pengaruh Mengkudu (Morinda
citrifolia) terhadap Hipertensi pada Kelompok Usia Lanjut. Mutiara
Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 11(3): 167-174.
Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. 2015.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. Nineteenth Edition.
1669-1680.McGraw Hill Education. New York
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 72-77. Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta.
Nuraini, B. 2015. Risk factors of hypertension. Jurnal Majority. Vol 4(5): 45-49.
Paramita, S., Isnuwardana, R., Nuryanto, M. K., Djalung, R.,
Rachmawatiningtyas, D. G., & Jayastri, P. 2017. Pola penggunaan obat
bahan alam sebagai terapi komplementer pada Pasien Hipertensi di
Puskesmas. Jurnal Sains dan Kesehatan, Vol 1(7): 367-376.
Russo, E. B. 2011. Taming THC: potential cannabis synergy and
phytocannabinoid‐terpenoid entourage effects. British journal of
pharmacology, 163(7), 1344-1364.

16
Saing, J. H. 2016. Hipertensi pada remaja. Sari Pediatri, 6(4), 159-65.
Sari, C. Y. 2015. Penggunaan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Untuk
Menurunkan Tekanan Darah Tinggi. Jurnal Majority. Vol 4(3).
Sartik, S., Tjekyan, R. S., & Zulkarnain, M. 2017. Faktor–Faktor Risiko Dan
Angka Kejadian Hipertensi Pada Penduduk Palembang. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat,. vol 8(3) : 180-191
Syarif, P., Suryotomo, B., & Soeprapto, H. 2015. Diskripsi dan manfaat tanaman
obat di pedesaan sebagai upaya pemberdayaan apotik hidup (studi kasus di
Kecamatan Wonokerto). Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi. vol
21(1).

Siringoringo, M., & Jemadi, M. K. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten
Samosir Tahun 2013. Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi. Vol
2(6).

17
18

Anda mungkin juga menyukai