Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Gerontik

Oleh :

Qisthi Aulia Khoirunnisa


J2214901070

PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2023
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Hipertensi sering sekali tidak menimbulkan gejala sehingga sering
disebut silent killer, sedangkat kejadian tekanan darah tinggi terus daja
meningkat dalam jangka waktu lama akan menimbulkan komplikasi
(Wahyudi, Ratnawati, Made. 2018).
Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016),
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin
tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.
Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011), Hipertensi
adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah
arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi
dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti
usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang bersifat eksogen
seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi.
Maka dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan kenaikan
tekanan darah terhadap dinding arteri yang terlalu tinggi melebihi
batas normal yaitu tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik
> 90 mmHg.
2. Epidemiologi
Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi 34,43% dibandingkan
dengan perdesaan 33,72% (Riskesdas, 2018). Riskesdas 2018 menyatakan
prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia
≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%),
sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus
hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka
kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian
(Riskesdas, 2018). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun
(31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari
prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8%
terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak
minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa
dirinya hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan (Kemenkes RI,
2018).
3. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Hipertensi primer/ essensial Merupakan 90% dari seluruh kasus
hipertensi adalah hipertensi essensial/primer yang didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya
(idiopatik). Beberapa faktor yang diduga berakitan dengan
berkembangnya hipertensi essensial yaitu :
1) Genetik : individu yang mempunyai riwayat keliarga dengan
hipertensi beresiko tinggi untuk terkena penyakit ini.
2) Jenis kelamin dan usia : laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
pasca menopause beresiko tinggi terkena hipertensi.
3) Diet : konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
4) Berat badan : obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
5) Gaya hidup : merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah.
b. Hipertensi sekunder Hipertensi jenis ini dapat diketahui penyebabnya.
Prevalensi hipertensi sekunder ini kurang dari 10%. Penyebab umum
dari hipertensi sekunder adalah karena adanya penyakit lain yang
mendasarinya ataupun akibat dari penggunaan obat-obatan tertentu.
Faktor pencetus terjadinnya hipertensi sekunder yaitu penggunaan
kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis,
gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskular,
luka bakar dan stress. Karena kejadian terbanyak dari penyakit
hipertensi merupakan hipertensi primer maka penatalakasanaan dan
pengobatan lebih diarahkan ke hipertensi primer/essensial. Adapun
penyebab hipertensi sekunder meliputi :
1) Akibat penyakit lain : penyakit ginjal, tumor adrenal, penyakit
tiroid, gangguan pmbuluh darah kongenital, penggunaan alkohol.
2) Penggunaan obat-obatan : obat golongan NSAID’s (Nonsteroid
Anti Inflamatory Drugs : seperti ibuprofen maproxen), penggunaan
pil KB, obat golongan dekongestan (pseudoefedrin, phenylephrine),
kokain, amfetamin, obat-obatan kortikostiroid (prednisolone,
metylprednisolon, dexamethasone, hydrokortison), makanan tinggi
sodium, alkohol.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016),
tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala yang sering menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan tidak hanya itu ada juga beberapa
pasien yang menderita hipertensi yaitu :
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Epistaksis
7) Kesadaran menurun
5. Faktor Risiko
Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu :
a. Faktor yang tidak dapat diubah adalah :
1) Riwayat Keluarga
Seseorang yang di dalam anggota keluarganya ada yang mengalami
hipertensi seperti ayah, ibu, kakak, nenek, dan kakek maka akan
lebih beresiko terkena hipertensi.
2) Usia
Dengan bertambahnya usia maka akan cenderung meningkantnya
tekanan darah, untuk laki-laki usia > 45 tahun sedangkan pada
perempuan > 55 tahun.
3) Jenis Kelamin
Kebanyakan hipertensi terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
4) Ras/etnik
Hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika dari pada
Kaukasia atau Amerika Hispanik, tetapi hipertensi sendiri dapat
menyerang segala ras dan etnik.
b. Faktor yang dapat diubah
Kebiasaan gaya/pola hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi
antara lain yaitu :
1) Merokok
Didalam rokok terdapat kandungan nikotin yang bisa menyempitkan
pembuluh darah sehingga jantung bekerja lebih berat karena tekanan
darah yang lebih tinggi. (Murni dalam Andrea, G.Y., 2019).
2) Kurang aktifitas fisik
Peyakit kronis bisa terjadi karena kurangnya aktivitas fisik dan
secara grlobal bisa menyebabkan kematian. (Iswahyuni. S. 2017).
3) Konsumsi Alkohol
Alkohol dapat meningkatkan keasaaman darah, darah akan menjadi
kental dan jantung dipaksa untuk memompa darah secara kuat
supaya darah bisa sampai ke jaringan (Komaling. J.K. Suba, B.
Wongkar. D. 2013).
4) Kebiasaan minum kopi
Kopi mempunyai kandungan kafein dimana kafein tersebut dapat
meningkatkan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi kafein dapat
dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam (Indriyani
dalam Bistara D.N., & Kartini Y., 2018).
5) Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam
Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk
memasak. Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan
tekanan darah. Menurut Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D.,
Kiha, R.R. (2018), natrium merupakan kation utama dalam cairan
ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan.
Natrium yang berlebih dapat mengganggu keseimbangan cairan
tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.
6) Kebiasaan konsumsi makanan lemak
Makanan yang mengandung banyak lemak dapat meningkatkan
kolestrol dalam darah terutama lemak hewani karena mengandung
lemak jenuh. Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A,. Rattu A.J.J.
Punuh M.I 2016).
6. Klasifikasi
Seseorang dapat didiagnosis mengalami hipertensi berdasarkan
pada pengukuran tekanan darah atau kunjungan minimal dua kali atau
lebih. Berdasarkan Join National Comunitte 8 (JNC 8), klasifikasi tekanan
darah terbagi menjadi normal, prehipertensim hipertensi tahap 1 dan
hipertensi tahap 2 (Riza, 2018).
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VIII
Kategori Sistolik Diastolik
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Tahap 1 140-159 90-99
Hipertensi Tahap 2 > 160 > 100
Sumber : (Riza, 2018)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan hipertensi mencakup dua hal
yaitu nonfarmakologi melalui perubahan gaya hidup dan terapi
farmakologi untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah terjadinya
komlikasi (Riza, 2018).
a. Penatalaksanaan non farmakologi
Semua pasien dengan hipertensi harus melakukan perubahan gaya
hidup untuk menurunkan atau mengontrol tekanan darah pada dirinya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
1) Membatasi konsumsi garam
2) Membatasi konsumsi lemak
3) Menghindari konsumsi rokok
4) Menghindari konsumsi alkohol
5) Olahraga
6) Meditasi
7) Penatalaksanaan farmakologi
b. Penatalaksanaan farmakologi
Jika penatalaksanaan non farmakologi tidak efektif menurunkan
tekanan darah, maka pemberian terapi farmakologi dapat diberikan
antara lain (Riza, 2018) :
1) Thiazide diuretic
2) Long acting calcium chanel blockers (CCB)
3) Angiotesin-converting enzyme (ACE) inhibithor
4) Angioestin II receptor blockers (ARBs)
Pemberian terapi farmakologi tersebut bertujuan untuk
memeprtahankan tekanan darah sesuai yang diharapkan. Pada pasien
hipertensi usia < 60 tahun tekanan darah yang diharapkan adalah <
140/90 mmHg, usia > 60 tahun tekanan darah yang diharapkan <
150/90 mmHg, pasien hipertensi gagal ginjal kronik tekanan darah
yang diharapkan < 140/90 mmHg dan pasien hipertensi dengan
diabetes tekanan darah yang diharapkan < 140/90 mmHg.
8. Komplikasi
Hipertensi yang tidak diobati dalam jangka panjang akan
mempengaruhi semua sistem organ tubuh dan akhirnya memperpendek
harapan sebesar 10-20 tahun. Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat
apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke
beberapa organ vital (Nuraini, 2015).
Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko
terjadinya komplikasi seperti :
a. Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan
oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial
yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non
otak yang terpajan tekanan tinggi.
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami
arteriosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran
darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium
tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen
miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya iskemia
jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.
c. Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan
glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia
dan kematian ginjal.
d. Mata dimana tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin
lama hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan
yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat
tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau
kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri
dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena
retina.
B. Data Fokus
1. Pengkajian
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /
katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda: 1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan
darah diperlukan untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin
(vasokonstriksi perifer), pengisian kapiler mungkin
lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti,
hipoksemia), kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, atau marah kronik (dapat mengindikasikan
kerusakan serebral)

2) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang


berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda: 1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu
perhatian tangisan yang meledak
2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor
mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti
infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang
lalu).

e. Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti
makanan yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah,
3) Perubahan berat badan (meningkat/menurun)
4) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda: 1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala: 1) Keluhan pening/pusing
2) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun
dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
3) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh
4) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
5) Episode epistaksis
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: 1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah)
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya
4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)
h. Pernafasan
Gejala: 1) dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja
2) takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
3) batuk dengan atau tanpa sputum
4) riwayat merokok
Tanda: 1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan
2) bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)
3) Sianosis
i. Keamanan
Gejala: 1) gangguan koordinasi atau cara berjalan
2) episode parestesia unilateral transion
3) hipotensi postural
j. Pembelajaran/penyuluhan

Gejala: 1) faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis,


penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit
serebrovaskuler/ginjal.
2) Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat
atau alkohol (Doenges, 2000; Ruhyanudin, 2007).
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan umum yang muncul pada lansia dengan masalah
hipertensi sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
diantaranya :
1. Nyeri akut b.d agen pencederaan fisiologis (D.0077)
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
b. Penyebab dan Tanda Mayor
- Agen pencedera fisiologis (iskemia)
Subjektif
- Mengeluh nyeri
Objektif
- Tampak meringis
- Gelisah
- Bersikap protektif
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
c. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
-
Objektif
- Tekanan darah meningkat
- Pola napass berubah
- Berpokus pada diri sendiri
d. Kondisi klinis terkait
- Sindrom koroner akut
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara supalai dan kebutuhan
oksigen (D.0056)
a. Definisi
- Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Penyebab dan Tanda Mayor
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Subjektif
- Mengeluh lelah
Objektif
- Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat
c. Gejala dan Tanda Minor
subjektif
- Merasa lemah
Objektif
- Tekanan berubah > 20% dari kondisi istirahat
- sianosis
d. Kondisi klinis terkait
- Penyakit jantung koroner
3. Risiko jatuh b.d perubahan fungsi kognitif (D.0143)
a. Definisi
- Beresiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan
akibat terjatuh
b. Faktor risiko
- Usia >65 tahun
- Perubahan fungsi kognitif
- Lingkungan tidak aman
c. Kondisi klinis terkait
- Demensia
D. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses penyusunan
berbagai intervensi keperawatan yang berguna untuk untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah lansia.
No DX Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1. Nyeri Luaran Utama Intervensi Utama
akut Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)
(D.0077) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
tingkat nyeri dalam ekspektasi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
membaik dengan kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri menurun (5) - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Meringis menurun (5) memperingan nyeri
- Kesulitan tidur menurun (5) Terapeutik
- Ketegangan otot menurun (5) - Berikan teknik nonfarmakologi untuk
- Frekuensi nadi membaik (5) menggurangi rasa nyeri
- Tekanan darah membaik (5) - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pola tidur membaik (5) Edukasi
Luaran Tambahan - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Kontrol nyeri (L.08063) - Jelaskan strategi meredakan nyeri
Dalam ekspektasi membaik dengan - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
kriteria hasil : - Anjurkan menggunakan teknik
- Melaporkan nyeri terkontrol nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyari
meningkat(5) Kolaborasi
- Kemampuan menggunakan teknik - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
non-farmakologis meningkat (5)
- Keluhan nyeri menurun (5) Intervensi Pendukung
Edukasi teknik napas (I. 12452)
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media
penkes
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan manfaat
teknik napas
- Anjurkan memposisikan tubuh
senyaman mungkin
- Demonstrasikan menarik napas
selama 4 detik, menahan napas
selama 2 detik dan
menghembuskan napas selama 8
detik
2. Intoleran Toleransi aktivitas (L.05047) Terapi aktivitas (I.05186)
si Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
aktivitas selama 3x24 jam diharapkan toleransi - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
(D.0056) aktivitas alam ekspektasi meningkat - Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
dengan kriteria hasil : diinginkan
- Kemudan dalam melakukan aktivitas Terapeutik
sehari-hari meningkat (5) - Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
- Jarak berjalan meningkat (5) - Fasilitasi aktivitas rutin
- Keluhan lelah menurun (5) - Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
- Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-
hari
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
jika perlu
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
3. Risiko Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Jatuh (I.14540)
jatuh keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
(D.0143) diharapkan tingkat jatuh menurun, - Identifikasi faktor risiko jatuh (penurunan
dengan kriteria hasil :
tingkat kesadaran)
Tingkat jatuh (L.14138)
- Identifikasi faktor lingkungan yang
- Jatuh dari tempat tidur menurun (5)
meningkatkan risiko jatuh (mis. Lantai licin,
- Jatuh saat duduk menurun (5)
- Jatuh saat berdiri menurun (5)
kurangnya penerangan)

- Jatuh saat dipindahkan menurun (5) - Hitung risiko jatuh dengan menggunakan
- Jatuh saat dikamar mandi menurun skala
(5) - Monitor kemampuan berpindah dari tempat
tidur ke kursi roda dan sebaliknya
Terapeutik
- Orientasikan ruangan pada pasien dan
keluarga
- Pasang handrail tempat tidur
- Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh dekat
dengan pemantaun perawat dari nurse station
- Gunakan alat bantu berjalan (mis. Kursi roda,
walker)
- Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan
pasien
Edukasi
- Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah
- Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil
untuk memanggil perawat
E. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tanggal Jam No Dx Tindakan Keperawatan Tt
1 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, Qisthi
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
- Memberikan teknik nonfarmakologi
untuk menggurangi rasa nyeri
- Memfasilitasi istirahat dan tidur
- Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Menganjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Menganjurkan menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
nyari
- Berkolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
- Menjelaskan tujuan dan manfaat
teknik napas
- Menganjurkan memposisikan tubuh
senyaman mungkin
- Mendemonstrasikan menarik napas
selama 4 detik, menahan napas
selama 2 detik dan menghembuskan
napas selama 8 detik
2 - Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas Qisthi
- Mengidentifikasi sumber daya untuk
aktivitas yang diinginkan
- Mengkoordinasikan pemilihan aktivitas
sesuai usia
- Memfasilitasi aktivitas rutin
- Melibatkan keluarga dalam aktivitas, jika
perlu
- Menjadwalkan aktivitas dalam rutinitas
sehari-hari
- Menjelaskan metode aktivitas fisik
sehari-hari jika perlu
- Mengajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
3 - Menidentifikasi faktor risiko jatuh Qisthi
(penurunan tingkat kesadaran)
- Mengidentifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan risiko jatuh (mis. Lantai
licin, kurangnya penerangan)
- Mengitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala
- Memonitor kemampuan berpindah dari
tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya
- Mengorientasikan ruangan pada pasien
dan keluarga
- Memasang handrail tempat tidur
- Menempatkan pasien beresiko tinggi
jatuh dekat dengan pemantaun perawat
dari nurse station
- Menggunakan alat bantu berjalan (mis.
Kursi roda, walker)
- Mendekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan pasien
- Menganjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah
- Mengajarkan cara menggunakan bel
pemanggil untuk memanggil perawat

F. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan
gerontik. Penilaian yang dilakukan dengan membandingkan kondisi lansia
dengan tujuan yang ditetapkan pada rencana. Evaluasi dilaksanakan
berkesinambungan dengan melibatkan lansia dan tenaga kesehatan lainnya.
1. Formatif yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan,
berorientasi pada etiologi, dilakukan secara terus menerus sampai tujuan
yang telah ditentukan tercapai.
a. Nyeri akut
- Tingkat nyeri dalam ekspektasi membaik :
- Keluhan nyeri menurun (5)
- Meringis menurun (5)
- Kesulitan tidur menurun (5)
- Ketegangan otot menurun (5)
- Frekuensi nadi membaik (5)
- Tekanan darah membaik (5)
- Pola tidur membaik (5)
b. Intoleransi aktivitas
- Toleransi aktivitas meningkat:
- Kemudan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat (5)
- Jarak berjalan meningkat (5)
- Keluhan lelah menurun (5)
c. Risiko jatuh
- Tingkat jatuh menurun :
- Jatuh dari tempat tidur menurun (5)
- Jatuh saat duduk menurun (5)
- Jatuh saat berdiri menurun (5)
- Jatuh saat dipindahkan menurun (5)
- Jatuh saat dikamar mandi menurun (5)
2. Sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan secara paripurna, berorientasi pada masalah keperawatan,
menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan, rekapitulasi dan kesimpulan
status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.
a. Nyeri akut teratasi
b. Intoleransi aktivitas teratasi
c. Risiko jatuh tidak ada
G. Referensi
Akbar, F., Nur, H., & Humaerah, U. I. (2020). Karakteristik Hipertensi Pada
Lanjut Usia Di Desa Buku (Characteristics Of Hypertension In The
Elderly). Wawasan Kesehatan, 5(2), 35-42.
Bistara, D. N., & Kartini, Y. (2018). Hubungan kebiasaan mengkonsumsi kopi
dengan tekanan darah pada dewasa muda. Jurnal Kesehatan
Vokasional (JKESVO), 3(1), 23-28.
Cholifah, N. (2021). Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Purwosari Kudus. Jurnal
Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 12(2), 404-410.
Dafriani, P. (2021). Pengaruh Rebusan Daun Salam (Syzigium Polyanthum
Wight Walp) Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Sungai
Bungkal, Kerinci 2016. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 7(2).
DEWI, A. B. (2019). Gambaran Sikap Keluarga Terhadap Lansia Dengan
Hipertesi Di Desa Tirtonirmolo Kasihan Bantul (Doctoral dissertation,
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
Hananta, I. P. Y. (2011). Freitag H. Deteksi dini dan pencegahan hipertensi
dan stroke. Yogyakarta: MedPress.
Hidayat, S., Hasanah, L., & Susantin, D. H. (2018). Pengaruh rebusan daun
salam terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi. Wiraraja Medika: Jurnal Kesehatan, 8(2), 14-21.
Iswahyuni, S. (2017). Hubungan antara aktifitas fisik dan hipertensi pada
lansia. Profesi (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian, 14(2),
1-4.
Kiha, R. R., Palimbong, S., & Kurniasari, M. D. (2018). Keefektifan Diet
Rendah Garam I Pada Makanan Biasa Dan Lunak Terhadap Lama
Kesembuhan Pasien Hipertensi. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah,
3(1).
Komaling, J. K., Suba, B., & Wongkar, D. (2013). Hubungan mengonsumsi
alkohol dengan kejadian hipertensi pada laki-laki di desa Tompasobaru
II kecamatan Tompasobaru kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal
Keperawatan, 1(1).
Lubis, R. M., Suliani, N. W., & Anestiya, A. (2019). Penerapan Jus Tomat
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Rt
001 Rw 007 Kelurahan Papanggo Jakarta Utara Tahun 2019. Jurnal
Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, 5(2).
PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta.
PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan , Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta.
PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta.
PRATAMA, I. A. L. (2019). Hubungan Tekanan Darah Dengan Pola
Konsumsi Jajanan Gorengan, Asupan Lemak, Status Gizi Dan Sistem
Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
RisKesDas.Hasil utama RISKESDAS 2018. Kementrian Kesehatan RI. 2018
SUCI, R. (2017). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Tahun 2016
(Doctoral Dissertation, Universitas Andalas).
Wahyudi, C. T., Ratnawati, D., & Made, S. A. (2018). Pengaruh Demografi,
Psikososial, dan Lama Menderita Hipertensi Primer terhadap
Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi. Jurnal Jkft, 2(2), 14-28.
Widiana, I. M. R., & Ani, S. L. (2017). Prevalensi dan karakteristik hipertensi
pada pralansia dan lansia di Dusun Tengah, Desa Ulakan, Kecamatan
Manggis. E-Jurnal Medika, 5
Widyarani, L. (2019). Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Solanum
Lycopersicum) terhadap Tekanan Darah pada Lansia Penderita
Hipertensi Stadium I. Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, 7(1), 1-8.
H. Lampiran
Judul Pengaruh Pemberian Jus Tomat Pengaruh Pemberian Jus Tomat Penerapan Jus Tomat Terhadap
(Solanum Lycopersicum) Terhadap Terhadap Tekanan Darah Pada Penurunan Tekanan Darah Pada
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Puskesmas Penderita Hipertensi Di Rt 001 Rw 007
Penderita Hipertensi Stadium I Purwosari Kudus Kelurahan Papanggo Jakarta Utara
Tahun 2019
P 30 responden Populasi sebanyak 62 orang, dengan 2 responden
sampel penelitian sebanyak 38 orang
I Penelitian ini dilakukan selama 7 Instrumen dalam penelitian ini adalah Terapi jus tomat sebagai penurun tekanan
(tujuh) hari. Tomat yang digunakan lembar checklist untuk instrument darah
adalah tomat buah warna merah pemberian jus tomat, untuk tekanan darah
matang, sebanyak 150 gram, tanpa menggunakan Spigmomano-meter dan
ditambahkan gula maupun air, stetoskop.
kemudian dihancurkan dengan
menggunakan blender.
C Tidak ada perbandingan dalam jurnal Tidak ada perbandingan dalam jurnal ini Tidak ada perbandingan dalam jurnal ini
ini
O Sebelum intervensi, rerata tekanan Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai p Kedua pasien tersebut di hari ke 3
darah sistolik 157,23±2,738 mmHg value 0,003 < 0,05 artinya ada pengaruh penelitian setelah dilakukan pemberian jus
dan rerata tekanan darah diastolik pemberian jus tomat terhadap tekanan tomat. Respon dari ny h yaitu terlihat
adalah 96,33±1,398 mmHg, darah pada penderita hipertensi di rileks, crt 2 detik, td: 120/80 mmhg s:
sedangkan sesudah intervensi, rerata Puskesmas Purwosari Kudus. 36,6oc, warna kulit kemerahan, kulit
tekanan darah sistolik adalah lembab, udem (-). Sedangkan respon yang
142,47±1,634 mmHg dan rerata di dapatkan dari ny r pada hari ke 3 yaitu
tekanan darah diastolik adalah pasien terlihat rileks, td 137/84 mmhg, s:
92,60±1,163 mmHg. Terdapat 36oc , warna kulit kemerahan, kulit
perbedaan yang signifikan antara lembab, crt 2 detik, udem (-). Maka dari itu
tekanan darah sistolik dan diastolik jus tomat efektif untuk menurunkan
sebelum dan sesudah pemberian tekanan darah.
intervensi, besarnya nilai signifikan
0,000 (p<0,05).
T 2019 2021 2019

Anda mungkin juga menyukai