OLEH
MAUMERE
2020
2. Jenis-jenis hipertensi
Jenis-jenis hipertensi menurut Asosiasi Heart Amerika (2017) dibagi
berdasarkan penyebab yaitu:
a) Hipertensi primer (esensial) adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang
dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal.
b) Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain
hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10%
dari kasus-kasus hipertensi.
Berdasarkan bentuk hipertensi yaitu hipertensi diastolik, sistolik dan campuran.
a) Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa
diikuti peningkatan tekanan sistolik. Paling sering ditemukan pada anak- anak dan
dewasa muda.
b) Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan
darah pada sistol dan diastol.
c) Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan sistolik
tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Paling umum ditemukan pada usia lanjut.
3. Etiologi hipertensi
Penyebab terjadinya hipertensi menurut Asosiasi Heart Amerika (2017) ada 2
yaitu faktor hereditas dan gaya hidup yang tidak sehat. Menurut Sigarlaki H (2006)
bahwa jenis kelamin, usia, IMT, ras, riwayat penyakit, jumlah anak, pekerjaan,
2) Usia
Semakin tua atau semakin bertambah usia, semakin besar kemungkinan terkena
tekanan darah tinggi. Hal ini dapat terjadi karena pembuluh darah secara bertahap
kehilangan sebagian dari kualitas elastisitas yang dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah.
3) Jenis kelamin
Sampai usia 45, pria lebih cenderung mendapat tekanan darah tinggi dibanding
wanita. Dari usia 45 sampai 64, pria dan wanita mendapatkan tekanan darah tinggi
dengan tingkat yang sama. Pada usia 65 dan lebih tua, wanita lebih cenderung
terkena tekanan darah tinggi.
4) Ras
Orang Afrika-Amerika cenderung tekanan darah tinggi lebih banyak dari pada
orang-orang dari latar belakang ras lain di Amerika Serikat. Bagi orang Afrika-
Amerika, tekanan darah tinggi juga cenderung terjadi pada usia muda dan menjadi
lebih parah.
4) Minum alkohol
Konsumsi alkohol secara teratur dan berat dapat menyebabkan banyak masalah
kesehatan, termasuk gagal jantung, stroke dan detak jantung tidak teratur
(aritmia). Hal ini dapat menyebabkan tekanan darah meningkat secara dramatis.
6) Stres
Terlalu banyak stres dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Selain itu,
terlalu banyak tekanan dapat mendorong perilaku yang meningkatkan tekanan
darah, seperti pola makan yang buruk, aktivitas fisik, dan penggunaan tembakau
atau minum alkohol lebih banyak dari biasanya.
4. Patofisiologi hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah |4
diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
5. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi tekanan darah yang telah direkomendasikan oleh AHA (American
Heart Association) pada usia dewasa > 18 tahun dapat dikelompokkan menjadi 5 yang
didasarkan pada nilai tekanan darah.
Tabel Klasifikasi tekanan darah pada usia dewasa >18 berdasarkan AHA
(American Heart Association) 2017
Kategori tekanan Sistolik (mmHg) Diastolik
darah (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100
Hipertensi krisis >180 >110
Tabel Klasifikasi tujuan penurunan tekanan darah berdasarakan usia menurut European
Sociaty of Hypertension (Battegay et.al (2005) dalam Khotimah 2018)
Kelompok umur Normal Hipertensi
20-45 tahun 120-125/75-80 mmHg >135/90 mmHg
45-65 tahhun 135-140/85 mmHg >140/90-160/95
>65 tahun 150/85 mmHg 160/90 (bordline)
a. Hipertensi derajat 1
Tahanan perifer berkurang sedangkan saraf simpatis meninggi dengan
aktifitas renin plasma yang rendah. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah
yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Kondisi
obesitas berhubungan dengan peningkatan volume intravaskuler dan curah jantung.
Daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi lebih tinggi
b. Hipertensi derajat 2
Berdasarkan Joint National Committee VII (JNC VII), termasuk hipertensi
stage 2 apabila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik
≥100 mmHg. Hipertensi derajat 2 yang terjadi pada lansia disebabkan karena proses
penuaan dimana terjadi perubahan sistem kardiovaskuler, katup mitral dan aorta
mengalami sklerosis dan penebalan, miokard menjadi kaku dan lambat dalam
berkontraktilitas. Kemampuan pompa jantung harus bekerja lebih keras sehingga
terjadi hipertensi.
c. Hipertensi krisis
Hipertensi emergensi adalah pasien dengan adanya kerusakan target organ
yang sedang terjadi atau akut (ensefalopati, perdarahan intra serebral, kegagalan
ventrikel kiri akut dengan edema paru, unstable angina, diseksi aneurisme aorta,
IMA, eklampsia, anemia hemolitik mikro angiopati atau insufisiensi renal) yang
memerlukan intervensi farmakologi yang tepat untuk menurunkan tekana darah
sistemik. Manifestasi klinis hipertensi urgensi antara lain: meningkatnya tekanan
darah, sakit kepala yang parah, kecemasan, sesak napas (Sheps 2009). Sedangkan
manifestasi klinis dari hipertensi emergensi yaitu terdapat kerusakan organ,
misalnya perubahan status mental seperti pada ensefalopati, stroke, gagal jantung,
angina, edema paru, serangan jantung, aneurisma, eklampsi (Bryg 2009 dalam
Khotimah 2018). Patofisiologi hipertensi darurat belum diketahui secara pasti.
Kegagalan autoregulasi normal dan kenaikan resistensi vaskuler sistemik (SVR)
tiba-tiba biasanya awal dalam proses penyakit. Peningkatan SVR diperkirakan
terjadi dari pelepasan vasokonstriktor humoral dari dinding pembuluh darah yang
mengalami stres. Ketika tekanan meningkat dalam pembuluh darah akan memicu
siklus kerusakan endotel mulai dari aktivasi lokal faktor pembekuan intravaskular,
nekrosis fibrinoid pembuluh darah kecil, dan pelepasan lebih banyak
vasokonstriktor. Jika proses ini tidak berhenti, siklus dari cedera vaskular lebih
lanjut, iskemia jaringan, dan disfungsi autoregulatori terjadi kemudian. Presentasi
klinis yang paling umum adalah hipertensi darurat infark serebral (24,5%), edema
b. Gagal jantung : Beban kerja yang meningkat dari tekanan darah tinggi dapat
menyebabkan jantung membesar dan gagal memasok darah ke tubuh.
c. Penyakit ginjal atau gagal ginjal : Tekanan darah tinggi dapat merusak
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah |7
arteri di sekitar ginjal dan mengganggu kemampuan mereka untuk secara
efektif menyaring darah.
d. Kerugian penglihatan : Tekanan darah tinggi bisa menyiksa atau merusak pembuluh
darah di mata.
e. Disfungsi seksual : Ini bisa menjadi disfungsi ereksi pada pria atau libido rendah pada
wanita.
f. Nyeri dada : Seiring waktu, tekanan darah tinggi bisa menyebabkan penyakit jantung
atau penyakit mikrovaskular. Angina, atau nyeri dada, adalah gejala yang umum.
g. Penyakit arteri perifer (PAD) : Artherosclerosis yang disebabkan oleh tekanan darah
tinggi dapat menyebabkan penyempitan arteri pada kaki, lengan, perut dan kepala,
menyebabkan rasa sakit atau kelelahan.
8. Penatalaksana hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi meliputi modifikasi gaya hidup namun terapi
antihipertensi dapat langsung dimulai untuk hipertensi derajat 1 dengan penyerta dan
hipertensi derajat 2. Penggunaan antihipertensi harus tetap disertai dengan modifikasi
gaya hidup. Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
Target tekanan darah <150/90, untuk individu dengan diabetes, gagal ginjal,
dan individu dengan usia > 60 tahun <140/90
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi
penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan
hingga mencaoai target terapi masing-masing kondisi.
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfakmakologis dan farmakologis.
Terpai nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan
tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko penyakit
penyerta lainnya.
Modifikasi gaya hidup berupa penurunan berat badan (target indeks massa
tubuh dalam batas normal untuk Asia-Pasifik yaitu 18,5-22,9 kg/m2), kontrol diet
berdasarkan DASH mencakup konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, serta produk
susu rendah lemak jenuh/lemak total, penurunan asupan garam dimana konsumsi
NaCl yang disarankan adalah < 6 g/hari. Beberapa hal lain yang disarankan adalah
target aktivitas fisik minimal 30 menit/hari dilakukan paling tidak 3 hari dalam
seminggu serta pembatasan konsumsi alkohol. Terapi farmakologi bertujuan untuk
mengontrol tekanan darah hingga mencapai tujuan terapi pengobatan. Berdasarkan
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah |8
JNC VIII pilihan antihipertensi didasarkan pada ada atau tidaknya usia, ras, serta ada
atau tidaknya gagal ginjal kronik. Apabila terapi antihipertensi sudah dimulai, pasien
harus rutin kontrol dan mendapat pengaturan dosis setiap bulan hingga target tekanan
darah tercapai. Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah, LFG dan elektrolit.
Jenis obat antihipertensi:
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa
jantung menjadi lebih ringan dan berefek pada turunnya tekanan darah. Contoh obat-
obatan ini adalah: Bendroflumethiazide, chlorthizlidone, hydrochlorothiazide, dan
indapamide.
b. ACE-Inhibitor
Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang
dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping yang sering timbul adalah batuk
kering, pusing sakit kepala dan lemas. Contoh obat yang tergolong jenis ini adalah
Catopril, enalapril, dan lisinopril.
d. ARB
Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang
termasuk golongan ini adalah eprosartan, candesartan, dan losartan.
e. Beta blocker
Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung.
Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan
pernafasan seperti asma bronchial. Contoh obat yang tergolong ke dalam beta blocker
adalah atenolol, bisoprolol, dan beta metoprolol.
Peningkatan kolesterol /
lemak dalam darah ( Kadar
kolestrol 229 mg/dl)
Masuk ke pembuluh darah
Komplikasi :
Serangan jantung
Gagal jantung
Penyakit ginjal
Kerugian penglihatan
Disfungsi seksual
Nyeri dada
Penyakit arteri perifer
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah |11
Gagal organ
Meninggal dunia
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajiian
Pada pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, bisanya didapat adanya riwayat
peningkatan tekanan darah, adanya riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, dan
riwayat meminum obat antihipertensi
Dasar-dasar pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
2) Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, dan takipnea.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklorosis, penyakit jantung coroner, dan
penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi serta perspirasi.
2) Tanda :Kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dari kenaikan darah)
diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Hipotensi postural mungkin
berhubungan dengan regimen obat.
3) Nadi :Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,Perbedaan denyut femoral
melambat sebagai kompensasi denyutan radialis/brakhialis ; denyut (popliteal,
tibialis posterior,dan pedalis) tidak terba atau lemah
4) Denyut apical : PMI kemungkinan bergeser atau sangat kuat.
5) Frekuensi / irama : Takikardi, berbagai disritmia
6) Bunyi jantung :Terdengar S2 pada dasr, S3 (CHF dini), dan S4 (pengerasan
ventrikel kiri/hipertropi ventrikel kiri)
7) Murmur stenosis valvular
8) Desiran vascular terdengar diatas karotis, vemoralis, atau epigastrum (stenosis
arteri)
9) DVJ (distensi vena jugularis dan kongesti vena).
10) Ekstremitas : Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi periver);
pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokontriksi)
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah |12
11) Kulit pucat, sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia). Bisa juga kulit
berwarna kemerahan (feokromositoma)
c. Integritas Ego
1) Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euporia, atau marakronik (dapat
mengindikasikan kerusakan serebral). Selain itu, juga ada factor-faktor
multiple,,seperti hubungan, keuangan, atau hal-hal yang berkaitan dengan
pekerjaan.
2) Tanda : Letupan suasana hati , gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan
yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata),
gerakan fisik cepat, dan peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
1) Gejala : Adanya gangguan ginjal saat ini atau yang telah lalu, seperti
infeksi/obsturksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
e. Makanan/cairan
1) Gejala
a) Makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang
berwarna hitam, dan kandungan tinggi kalori.
b) Mual dan muntah
c) Perubahan berat badan (meningkat/turun)
d) Riwayat penggunaan obat diuretic
2) Tanda
a) Berat badan normal, bisa juga mengalami obesitas
b) Adanya edema (mungkin umum atau edema tertentu); kongesti vena, DVJ, dan
glikosuria (hamper 10% pasien hipertensi adalah penderita diabetes)
f. Neurosensori
1) Gejala : Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi
saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
g. Status mental : Perubahan keterjagaan, orientasi, pola atau isi bicara, efek, proses
pikIr, atau memori.
h. Respon motoric : Penurunan kekuatan genggaman tangan atau reflex, tendon dalam,
perubahan-perubahan retinal optic (dari penyempitan arteri rinagn sampai berat dan
perubahan sklerotik dengan edema atau pupil edema, eksudat, dan hemoragik
tergantung pada berat atau lamanya hipertensi).
i. Nyeri/ketidaknyamanan
d. Risiko tinggi terhadap injuri atau trauma fisik berhubungan dengan pandangan
kabur, rupture pembuluh darah otak, epistaksis.
Amanda, H., Prastiwi, S., & Sutriningsih, A. (2017). Hubungan Kualitas Tidur dengan Tingkat
Kekambuhan Hipertensi pada Lansia di Kelurahan Tlogomas Kota Malang. Nursing
News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(3).
American Heart Association, 2017, 'The facts about high blood pressure'diakses 18 mei 2020,
<https://www.heart.org >.
Anbarasan, S. S. (2015). Gambaran kualitas hidup lansia dengan hipertensi di wilayah kerja
puskesmas rendang pada periode 27 februari sampai 14 maret 2015. Intisari Sains
Medis, 4(1), 113-124.
Iswahyuni, S. (2017). Hubungan Antara Aktifitas Fisik Dan Hipertensi Pada Lansia. Profesi
(Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian, 14(2), 1-4.
Sylvestris, A. (2017). Hipertensi dan Retinopati Hipertensi. Saintika Medika: Jurnal Ilmu
Kesehatan dan Kedokteran Keluarga, 10(1), 1-9.
http://repository.unimus.ac.id/1478/3/BAB%20II.pdf oleh U. Wijayanti 2015 diakses pada : 18
Mei 2020
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/3f252a705ddbef7abf69a6a9ec69b2fd.pdf
diakses pada : 18 Mei 2020
https://www.academia.edu/8931301/Kumpulan_Nanda_NIC-NOC diakses pada : 18 Mei 2020
I. IDENTITAS
1. Nama :Ny. M. H
2. Umur : 73 tahun
3. Jenis kelamin :Perempuan
4. Agama :Katolik
5. Suku / bangsa :Indonesia
6. Pendidikan : SD
7. Pekerjaan :Petani
8. Alamat :Larantuka
9. Penanggung jawab :Ny. K. A
Keterangan
: tinggal serumah
X :Meninggal dunia
: Perempuan
: Laki-laki
: ada hubungan keluarga
: pasien
8. Thorak:
a. Inspeksi: bentuk dada simetris
b. Palpasi: tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: sonor
d. Batas paru: di ICS 4 kanan
Kesimpulan: tidak ada kelainan pada thorak
9. Jantung:
a. Inspeksi: tampak ictus kordis pada ICS ke 5 linea medio clavicilaris kiri selebar 1
cm
b. Palpasi: teraba ictus kordis lebar 1 cm
c. Perkusi: tidak ada pembesaran jantung
d. Auskultasi:
BJ II.A: ICS 2 linea sternalis kanan
BJ II-P : ICS 2 linea sternalis kiri
BJ I-T : ICS 4 linea sternalis kiri
BJ I-M:ICS 5 linea mideo clavicularis kiri
10. Abdomen:
a. Inspeksi: bentuk abdomen simetris
b. Auskultasi: terdengar bising usus 10 kali per menit
c. Palpasi: tidak ada nyesi tekan pada abdomen dan tidak teraba pembesaran hepar
d. Perkusi: terdengar bunyi tympani
11. Ginjal: nyeri ketuk tidak ada
12. Kelenjar linfe, inguinal, genital, anus : tidak ada kelainan
13. Lengan dan tungkai:
Inspeksi: tidak terdapat edema pada tungkai
Rentang gerak: ada keterbatasan gerak pada tangan kanan karena terdapat fraktur
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah |28
pada pergelanngan tangan kanan
Kekuatan otot; kekuatan otot kurang dibandingkan sisi lain karena terdapat fraktur
pada tangan kanan
Refleks fisiologi: terdapat kontraksi otot biceps, triceps, lutut dan archiles
Refleks patologi: tidak di temukan refleks patologis
14. Payudara: tidak terdapat kelainan pada payudara. Kedua payudara tampak simetris, dan
tidak teraba masa pada payudara.
15. Cullumna vertebralis: terdapat kelainan collumna vertebralis yaitu kyposis.
16. Uji saraf cranialis:
a. NI: fungsi penghiduan normal. Klien dapat mengenali rangsangan bau yang
diberikan
b. NII: tidak di kaji( tidak ada snellen card)
c. NIII, IV,VI: klien dapat menggerakan bola mata ke segala arah, pupil isokor
(diameter 3 mm). Pupil bereaksi terhadap cahaya
d. NV:
Sensorik: klien dapat merasakan goresan kapas pada bagian pipi, dahi dan
rahang bawah
Motorik: kemampuan mengigit baik
e. NVII:
Sensorik: klien dapat merasakan mana rasa asin,asam dan manis
Motorik: klien mampu mengangkat alis, mengerutkan dahi, tersenyum,
memperlihatkan gigi depan, bersiul dan mengembungkan pipi.
f. NVIII: keseimbanganklien baik , klien dapat berjalana pada satu garis lurus
g. NIX: uvula berada di tengah
h. NX: kemampuan menelan pasien baik
i. NXI: klien mampu mengangkat bahu kiri dan kanan serta bisa menggerakan kepala
j. NXII : klien mampu menjulurkan lidah serta mampu menggerakan lidah untuk
mendoronng pipi kiri dan kanan dari arah dalam
17. Sistem Reproduksi : klien telah mengalami menopause .
B. KLASIFIKASI DATA :
C. ANALISA DATA :
Hari / Tanggal : Rabu, 20 Mei 2020
Nama Klien/ Usia : Ny. M. H / 73 Tahun
Diagnosa Medis : Hipertensi
(minimal 3 diagnosa)
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah |31
No Data Etiologi Problem (NANDA)
1 DS: Klien mengatakan masih merasa Proses penyakit Nyeri akut
temgkuknya sedikit sakit hipertensi
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
E. PATOFLOWDIAGRAM KASUS :
etiologi
Penyempitan pembuluh
darah
HIPERTENSI
Hari / Tanggal : Rabu, 20 Mei 2020 Nama Mahasiswa : Maria Sesilia Fernandez
Nama Klien/ Usia : Ny. M. H / 73 Tahun
Diagnosa Medis : Hipertensi
No Diagnosa Konfirmasi Data Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
RM Pasien
1. Nyeri akut DS: Klien mengatakan masih Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam di termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
merasa temgkuknya sedikit sakit
proses penyakit harapkan Pasien tidak mengalami dan faktor presipitasi
hipertensi nyeri, dengan kriteria hasil: 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
DO: Klien namapak meringis Mampu mengontrol nyeri (tahu
3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
penyebab nyeri, mampu menemukan dukungan
kesakitan (skala nyeri 3) menggunakan tehnik 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nonfarmakologi untuk nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Tanda-tanda vital :
mengurangi nyeri, mencari 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
Tekanan Darah :
bantuan) 6. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
160/100mmHg
Melaporkan bahwa nyeri dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
Suhu : 36,70C 7. Tingkatkan istirahat
berkurang dengan menggunakan
Nadi : 80x/ menit 8.Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
manajemen nyeri
Pernapasan : frekuensi berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
Mampu mengenali nyeri (skala,
14 x/mnt ketidaknyamanan dari prosedur
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri) 9.Monitor vital sign
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang
normal
Tidak mengalami gangguan
tidur
2 Hambatan mobilitas DS : Klien mengatakan tidak bisa Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan
Hari / Tanggal : Rabu, 20 Mei 2020 Nama Mahasiswa : Maria Sesilia Fernandez
Nama Klien/ Usia : Ny. M. H / 73 Tahun
C. MATERI PENYULUHAN
D. MEDIA PENYULUHAN
1. Materi Pengajaran
2. Leaflet
E. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah dan diskusi / tanya jawab tentang hipertensi
F. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Perserta
1 3 menit Pembukaan Menjawab
Salam perkenalan Salam
Mengingatkan kontrak Mendengarkan
tujuan penyuluhan Mendengarkan
Menyebutkan Materi yang akan Memperhatikan
diberikan
2 15 menit Pelaksanaan
4 2 Menit Terminasi :
Mengucapkan terima Mendengarkan
kasih atas peran serta lansia Menjawab
G. EVALUASI
Evaluasi yang dilakukan dengan tanya jawab adalah :
1. Bagaimana pengertian hipertensi
2. Apa saja penyebab hipertensi
3. Menyebutkan klasifikasi hipertensi
4. Bagaimana tanda dan gejala hipertensi
5. Apa saja komplikasi hipertensi
6. Bagaimana cara mengatasi dan mencegah hipertensi
B. PENYEBAB HIPERTENSI
Penyebab Hipertensi antara lain :
Stres,
Usia,
Diet
Merokok,
C. KLASIFIKASI
Hipertensi
E. KOMPLIKASI
Stroke
Gagal jantung
Kerusakan gagal ginjal
Kerusakan jaringan otot
kebutaan
Budiarto, Eko dan Dewi Anggraini. 2012. Keperawatan Kardiovaskular edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Http://www.google.com/book-6342P_hipertensi_pada _lansia-ed2
Hipertensi
Derajat 1 140 – 159 90 – 99
PENYEBAB HIPERTENSI Derajat 2 160 – 179 100 – 109
Penyebab Hipertensi antara lain :
Derajat 3 > 180 > 110
Stres,
Usia, TANDA DAN GEJALA
KLASIFIKASI Gelisah,
Diet
Oleh :
013190008
MAUMERE
2020