LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN PASIEN HIPERTENSI
KEPERAWATAN GERONTIK
KARINA APRILLIANI P
NIM. 5021031049
2. Batasan Lansia
Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia
meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.
c. Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun
d. Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun
B. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka bawah (diastolic) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik berupa
cuff air raksa (Spygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Herlambang, 2013
dalam Sakinah, 2019).
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90
mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2017).
2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Herlambang (2013) penyakit darah tinggi atau hipertensi dikenal
dengan 2 jenis klasifikasi, diantaranya hipertensi primary dan hipetensi
secondary.
a. Hipertensi primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah
tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor
lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan
pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula
seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat
mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang
kurang olahraga pun mengalami tekanan darah tinggi.
b. Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan
tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit
lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon
tubuh. Sedangkan pada ibu hamil tekanan darah secara umum meningkat saat
kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya
diatas normal atau gemuk (obesitas). Hipertensi sistolik terisolasi, tekanan
sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari
90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini
sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia,
hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik
terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis.
3. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya
hipertensi :
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016).
4. Patofisiologi
5. Manifestasi klinis
Pada umumnya, penderita hipertensi memiliki keluhan yang dapat muncul
antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur,
nyeri dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala umumnya pada
hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama pada pagi hari.
Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung, penyebab sekunder
hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien (Adrian, 2019).
6. Komplikasi
Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2016):
a. Penyakit jantung : Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan
gagal jantung.
b. Ginjal : Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus,
darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu
sehingga menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membrane glomerulus ,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema.
c. Otak : Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah- daerah
yang diperdarahi berkurang.
d. Mata : Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.
e. Kerusaka pada pembuluh darah arteri : Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat
terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan
aterosklerosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).
7. Penatalaksanaan Medis
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan
terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140
mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor risiko. Hal
ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat
antihipertensi (Aspiani, 2016).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara
non-farmakologis, antara lain:
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang dianjurkan:
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada
klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi
stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai
anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau
setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium , dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat
pada dinding vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur
4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
b. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan
berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi
beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan
bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi
ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah.
c. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja
jantung.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3) Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
5) CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
6) EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
8) Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
S : Skala 4
Nyeri Akut
T : Hilang timbul, terutama ketika
beraktivitas dan makan makanan
asin
Do :
- skala nyeri 4
Nadi : 90 x /menit
DO:
- Pasien tidak pernah
memeriksakan keluhannya ke
pelayanan kesehatan terdekat
4. DS : Hipertensi Ansietas
DO:
- keadaan umum: sakit sedang
- pasien tampak gelisah
- Pasien bertanya-tanya
tentang penyakitnya
- TTV :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,0 0C
RR : 24 x/menit
Diagnosis Perencanaan
No
keperawatan Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
2. Risiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi a. Untuk mengontrol sirkulasi perifer
perifer tidak keperawatan selama 3x24 Observasi pasien dalam batas normal
efektif jam, diharapkan keadekuatan 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, b. Untuk mengetahui adakah factor
berhubungan aliran darah pembuluh darah edema, pengisian kapiler, warna, suhu) yang memperburuk penyakit pasien
dengan hipertensi distal untuk menunjang 2. Identifikasi factor risiko gangguan sirkulasi c. Untuk mengetahui gejala lebih lanjut
fungsi jaringan dapat (mis, diabetes, perokok, orang tua, hipertensi d. Untuk mengurangi perburukan
meningkat. Dengan kriteria dan kadar kolestrol tinggi) penyakit pasien
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak e. Untuk memberikan dampak baik
hasil: pada ekstermitas bagi pasien
a. Denyut nadi perifer f. Untuk mengurangi gejala yang
(meningkat) Edukasi dirasakan pasien
b. Warna kulit (menurun) 4. Anjurkan berhenti merokok g. Untuk mengurangi geja;a yang
c. Akral (membaik) 5. Anjurkan berolahraga rutin dirasakan pasien secara bertahap
d. Turgor kulit (membaik) 6. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan h. Untuk mempercepat kesembuhan
darah penyakit yang diderita pasien selain
7. Anjurkan minum obat pengontol tekanan darah pengobatan farmakologis
secara teratur i. Untuk mengantisipasi adanya
8. Anjurkan program diet untuk memperbaik keadaan darurat pada penyakit
sirkulasi (mis. Rendah lemak jenuh, minyak pasien sehingga pasien atau keluarga
ikan omega 3) lebih sigap
9. Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis. Sakit yang tidak hilang
saat beristirahat)
- Perilaku tegang
menurun
- Tekanan darah
menurun
- Frekuensi nadi
menurun
- Frekuensi nafas
menurun
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik, Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Perasatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia