Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN PASIEN HIPERTENSI

KEPERAWATAN GERONTIK

KARINA APRILLIANI P
NIM. 5021031049

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG-BANTEN
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Lansia


1. Definisi Lansia
Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri
dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
menyebabkan penyakit degenerative misal, hipertensi, arterioklerosis, diabetes
mellitus dan kanker (Nurrahmani, 2012 dalam Sakinah, 2019).

2. Batasan Lansia
Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia
meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.
c. Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun
d. Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun

3. Kebutuhan Dasar Lansia


a. Kebutuhan Dasar Lansia Primer, yaitu :
1) Kebutuhan fisiologi/biologis seperti makanan yang bergizi, seksual,
pakaian, perumahan/tempat berteduh
2) Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai
3) Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan pengobatan
4) Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya tanggapan dari
orang lain, ketentraman, merasa berguna, memilki jati diri, serta status
yang jelas
5) Kebutuhan sosial berupa peranan dalam hubungan-hubungan dengan
orang lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman dan
organisasi sosial
b. Kebutuhan Dasar Lansia Sekunder, yaitu :
1) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas
2) Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi
3) Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informai dan pengetahuan
4) Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan
hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan di masyarakat dan
Negara atau pemerintah
5) Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami
makna akan keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal
yang tidak diketahui/ diluar kehidupan termasuk kematian.

B. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka bawah (diastolic) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik berupa
cuff air raksa (Spygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Herlambang, 2013
dalam Sakinah, 2019).
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90
mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2017).

2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Herlambang (2013) penyakit darah tinggi atau hipertensi dikenal
dengan 2 jenis klasifikasi, diantaranya hipertensi primary dan hipetensi
secondary.
a. Hipertensi primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah
tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor
lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan
pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula
seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat
mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang
kurang olahraga pun mengalami tekanan darah tinggi.
b. Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan
tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit
lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon
tubuh. Sedangkan pada ibu hamil tekanan darah secara umum meningkat saat
kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya
diatas normal atau gemuk (obesitas). Hipertensi sistolik terisolasi, tekanan
sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari
90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini
sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia,
hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik
terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis.

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII


Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

3. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya
hipertensi :
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016).
4. Patofisiologi

5. Manifestasi klinis
Pada umumnya, penderita hipertensi memiliki keluhan yang dapat muncul
antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur,
nyeri dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala umumnya pada
hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama pada pagi hari.
Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung, penyebab sekunder
hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien (Adrian, 2019).

6. Komplikasi
Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2016):
a. Penyakit jantung : Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan
gagal jantung.
b. Ginjal : Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus,
darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu
sehingga menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membrane glomerulus ,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema.
c. Otak : Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah- daerah
yang diperdarahi berkurang.
d. Mata : Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.
e. Kerusaka pada pembuluh darah arteri : Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat
terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan
aterosklerosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).

7. Penatalaksanaan Medis
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan
terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140
mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor risiko. Hal
ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat
antihipertensi (Aspiani, 2016).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara
non-farmakologis, antara lain:
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang dianjurkan:
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada
klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi
stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai
anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau
setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium , dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat
pada dinding vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur
4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
b. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan
berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi
beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan
bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi
ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah.
c. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja
jantung.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3) Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
5) CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
6) EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
8) Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas, meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat
sebelum tinggal di panti, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan
sebelumnya, pendidikan terakhir, tanggal masuk panti, kamar dan
penanggung jawab.
b. Riwayat keluarga : Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua,
saudara kandung, pasangan, dan anak-anak)
c. Riwayat pekerjaan : Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan
sebelumnya, dan sumber- sumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kebutuhan yang tinggi.
d. Riwayat lingkup hidup, meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah
orang yang tinggal di rumah, derajat privasi, alamat, dan nomor telpon.
e. Riwayat rekreasi, meliputi : hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan liburan
f. Sumber/ sistem pendukung adalah anggota atau staf pelayanan kesehatan
seperti dokter, perawat atau klinik.
g. Deksripsi harian khusus kebiasaan ritual tidur : Menjelaskan kegiatan yang
dilakukan sebelum tidur. Pada pasien lansia dengan hipertensi mengalami
susah tidur sehingga dilakukan ritual ataupun aktivitas sebelum tidur.
h. Status Kesehatan Saat Ini, meliputi : status kesehatan umum selama stahun
yang lalu, status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan-keluhan
kesehatan utama, serta pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah
kesehatan.
i. Obat-Obatan : menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana
mengonsumsinya, atas nama dokter siapa yang menginstruksikan dan tanggal
resep
j. Nutrisi : Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan minum,
pola konsumsi makanan dan riwayat peningkatan berat badan. Biasanya
pasien dengan hipertensi perlu memenuhi kandungan nutrisi seperti
karbohidrat, protein, mineral, air, lemak, dan serat. Tetapi diet rendah garam
juga berfungsi untuk mengontrol tekanan darah pada klien.
k. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari ujung
kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda klinis dari
suatu penyakit dengan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.
1) Pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk kepala,
penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah, warna kulit,
kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata,
konjungtiva dan sclera, pupil dan iris, ketajaman penglihatan, tekanan
bola mata, cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung, dan septum
nasi, menilai ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan lubang
telinga, ketajaman pendengaran, keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan
lidah, palatum dan orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena
jugularis serta denyut nadi karotis.
2) Pemeriksaan payudara meliputi inpeksi terdapat atau tidak kelainan
berupa (warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla mammae
menonjol atau tidak, hiperpigmentasi aerola mammae, apakah ada
pengeluaran cairan pada putting susu), palpasi (menilai apakah ada
benjolan, pembesaran kelenjar getah bening, kemudian disertai dengan
pengkajian nyeri tekan).
3) Pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan
berupa (bentuk dada, penggunaan otot bantu pernafasan, pola nafas),
palpasi (penilaian vocal premitus), perkusi (menilai bunyi perkusi
apakah terdapat kelainan), dan auskultasi (peniaian suara nafas dan
adanya suara nafas tambahan).
4) Pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi (mengamati ada
tidaknya pulsasi serta ictus kordis), perkusi (menentukan batas-batas
jantung untuk mengetahui ukuran jantung), auskultasi (mendengar bunyi
jantung, bunyi jantung tambahan, ada atau tidak bising/murmur)
5) Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan
berupa (bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan pembuluh darah,
warna kulit abdomen, lesi pada abdomen), auskultasi(bising usus atau
peristalik usus dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi (terdapat
nyeri tekan, benjolan/masa, benjolan/massa, pembesaran hepar dan lien)
dan perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeriksaan asites).
6) Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus uretra,
anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak.
7) Pemeriksaan muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan
kelemahan eksremitas, kesimetrisan cara berjalan.
8) Pemeriksaan integument meliputi kebersihan, kehangatan, warna, turgor
kulit, tekstur kulit, kelembaban serta kelainan pada kulit serta terdapat
lesi atau tidak.
9) Pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan tingkatan kesadaran
(GCS), pemeriksaan saraf otak (NI-NXII), fungsi motorik
I. ANALISA DATA
N Data Etiologi Masalah
o
1 Ds : Hipertensi Nyeri Akut

- Klien mengatakan nyeri sakit


kepala Kerusakan pembuluh darah

P : Tn S mengatakan sering sakit Penyumbatan pembuluh


kepala dan pusing darah

Q : Tn S mengatakan sepeti tertusuk-


Gangguan sirkulasi
tusuk
pembuluh darah
R : Tn S mengatakan nyeri terasa pada
kepala terutama bagian belakang, Resistensi Pembuluh darah
menjalar ke leher dan pundak orak meningkat

S : Skala 4
Nyeri Akut
T : Hilang timbul, terutama ketika
beraktivitas dan makan makanan
asin

- klien mengatakan sering


pusing

- Klien mengatakan mata


kabur.

- Klien tampak gelisah

Do :

- Klien tampak meringis

- skala nyeri 4

- nyeri hilang timbul

- lama nyeri sekitar 1 sampai 2


menit

- TD: 150/90 mmHg

Nadi : 90 x /menit

2 DS : Hipertensi Resiko perfusi


- Pasien mengatakan pusing/ sakit serebral tidak
kepala Kerusakan vaskuler efektif
- Pasien mengatakan memiliki pembuluh darah
riwayat hipertensi sejak ±3
tahun yang lalu Penyumbatan pembuluh
- Pasien mengatakan darah
hipertensinya tidak terkontrol
Vasokontriksi
DO :
- Pasien tampak gelisah
Gangguan sirkulasi
- TD : 150/100 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
suplai O2 ke otak menurun
- Suhu : 36,0 0C
- RR : 24 x/menit
resiko perfusi serebral tidak
efektif
3 DS: Hipertensi Deficit
- Pasien mengatakan tidak tahu pengetahuan
penyakit yang dirasakan pasien Perubahan situasi
- Pasien menanyakan tentang
penyakit yang dirasakan Informasi yang minim
- Pasien mengatakan jika
dirasakan sakit hanya meminum Deficit pengetahuan
obat warung saja
- Pasien mengatakan sering
mengkonsumsi makanan asin

DO:
- Pasien tidak pernah
memeriksakan keluhannya ke
pelayanan kesehatan terdekat

4. DS : Hipertensi Ansietas

- Pasien mengatakan cemas


Perubahan situasi
dengan kondisi kesehatannya
saat ini karena tidak
Informasi yang minim
mengetahui begitu jelas
tentang penyakit yang
Ansietas
dideritanya

DO:
- keadaan umum: sakit sedang
- pasien tampak gelisah
- Pasien bertanya-tanya
tentang penyakitnya
- TTV :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,0 0C
RR : 24 x/menit

II. DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis:

peningkatan tekanan vaskuler serebral

2. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi

3. Deficit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan

kurang terpapar informasi

4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi


III. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosis Perencanaan
No
keperawatan Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


berhubungan keperawatan selama 3x24 Observasi 1. Mengetahui tingkat nyeri yang
dengan agen jam, diharapkan pengalaman 1. Identifikasi kualitas, intensitas nyeri, lokasi, dirasakan pasien
pencidera sensorik atau emosional yang dan frekuensi nyeri 2. Menentukan intervensi selanjutnya
fisiologis : berkaitan dengan kerusakan 2. Identifikasi skala nyeri 3. Mengetahui tingkat nyeri yang
peningkatan jaringan aktual atau 3. Identifikasi respon nyeri non verbal dirasakan pasien
tekanan vaskuler fungsional dengan onset 4. Identifikasi faktor yang dapat memperberat dan 4. Mengetahui faktor yang dapat
serebral mendadak atau lambat dan memperingan nyeri klien memperburuk nyeri pasien
berintensitas ringan hingga Terapeutik 5. Membantu mengurangi nyeri pasien
berat dan konstan (tingkat 5. Berikan terapi non farmakologis (tarik nafas 6. Membantu memenuhi kebutuhan
nyeri) menurun. Dengan dalam) istirahat tidur pasien
kriteria hasil: 6. Fasilitasi istirahat dan tidur 7. Agar klien nyaman
a. Keluhan nyeri 7. Ciptakan lingkungan tenang, tanpa gangguan 8. Meningkatkan mengetahuan pasien
(menurun) pencahayaan dan suhu ruangan yang nyaman tentang persepsi nyeri
b. Meringis (menurun) 9. Agar pasien bisa mengurangi rasa
Edukasi
c. Gelisah (menurun) 8. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri nyeri nya secara mandiri
d. Kesulitan tidur 9. Ajarkan teknik non farmakologis untuk 10. Terapi analgesik dapat membantu
(menurun) mengurangi nyeri melokalisir dan mengurangi nyeri
e. Frekuensi nadi Kolaborasi
(membaik) 80- 10. Kolaborasi pemberian analgesik
100x/menit
f. Pola napas (membaik)
16-20x/menit
g. Tekanan darah
(membaik) 120/70 mmhg
– 130/90 mmhg

2. Risiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi a. Untuk mengontrol sirkulasi perifer
perifer tidak keperawatan selama 3x24 Observasi pasien dalam batas normal
efektif jam, diharapkan keadekuatan 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, b. Untuk mengetahui adakah factor
berhubungan aliran darah pembuluh darah edema, pengisian kapiler, warna, suhu) yang memperburuk penyakit pasien
dengan hipertensi distal untuk menunjang 2. Identifikasi factor risiko gangguan sirkulasi c. Untuk mengetahui gejala lebih lanjut
fungsi jaringan dapat (mis, diabetes, perokok, orang tua, hipertensi d. Untuk mengurangi perburukan
meningkat. Dengan kriteria dan kadar kolestrol tinggi) penyakit pasien
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak e. Untuk memberikan dampak baik
hasil: pada ekstermitas bagi pasien
a. Denyut nadi perifer f. Untuk mengurangi gejala yang
(meningkat) Edukasi dirasakan pasien
b. Warna kulit (menurun) 4. Anjurkan berhenti merokok g. Untuk mengurangi geja;a yang
c. Akral (membaik) 5. Anjurkan berolahraga rutin dirasakan pasien secara bertahap
d. Turgor kulit (membaik) 6. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan h. Untuk mempercepat kesembuhan
darah penyakit yang diderita pasien selain
7. Anjurkan minum obat pengontol tekanan darah pengobatan farmakologis
secara teratur i. Untuk mengantisipasi adanya
8. Anjurkan program diet untuk memperbaik keadaan darurat pada penyakit
sirkulasi (mis. Rendah lemak jenuh, minyak pasien sehingga pasien atau keluarga
ikan omega 3) lebih sigap
9. Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis. Sakit yang tidak hilang
saat beristirahat)

3. Deficit Tingkat pengetahuan Observasi a. Untuk mengetahui kesediaan pasien


pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
tentang keperawatan selama 1x20 menerima informasi b. Untuk mengetahui pengetahuan
pengobatan menit, diharapkan kecukupan 2. Identifikasi faktor faktor yang dapat pasien terhadap pemahaman
berhubungan informasi kognitif yang meningkatkan dan menurunkan motivasi peningkatkan motivasi hidup bersih
dengan kurang berkaitan dengan topic perilaku hidup bersih dan sehat dan sehat
terpapar informasi tertentu dapat meningkat. c. Agar adanya kesiapan untuk
Dengan kriteria hasil: Terapeutik melakukan pendidikan kesehatan
a.Perilaku sesuai anjuran 3. Sediakan materi dan media pendidikan d. Untuk mnecari waktu yang tepat dan
(meningkat) kesehatan sesuai kesepakatan pasien
b. Perilaku sesuai 4. Jadwalkan pendidikan kesehtan sesuai e. Untuk memberikan penjelasan dari
dengan pengetahuan kesepakatan materi yang masih dibingungkan oleh
(meningkat) 5. Berikan kesempatan untuk bertanya pasien
c.Pertanyaan tentang f. Agar pasien dapat memahami dan
Edukasi
masalah yang dihadapi menghindari akan terjadinya masalah
6. Jelaskan faktor resiko yang dapat
(menurun) kesehatan
mempengaruhi kesehatan
d. Persepsi yang keliru g. Agar pasien paham pentingnya dan
7. Ajarkan perilku hidup bersih dan sehat
terhadap masalah cara perilaku hidup bersih dan sehat
(menurun) secara benar

4. Ansietas Setelah dilakukan 1. Observasi - Mengetahui keadaan umum pasien


berhubungan tindakan keperawatan - Observasi tanda-tanda vital - Menengetahui tingkat ansietas
dengan kurang diharapkan selama 3 x 24 - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah yang dialami pasien
terpapar informasi jam diharapkan kondisi 2. Terapeutik - Mendukung penurunan ansietas
emosi dan pengalaman - Ciptakan suasana terapeutik (tenang dan - Untuk membina hubungan saling
subyektif terhadap objek tanpa gangguan) untuk menumbuhkan percaya dengan pasien
yang tidak jelas dan kepercayaan - Untuk mengetahui perasaan yang
spesifik akibat antisipasi - Lakukan pendekatan terapeutik dialami pasien
bahaya yang - Dengarkan dengan penuh perhatian - Agar pengetahuan pasien tentang
memungkinkan individu 3. Edukasi penyakit dan program
melakukan tindakan - Informasikan secara faktual mengenai pengobatannya meningkat
untuk menghadapi dignosis, pengobatan dan prognosis - Untuk memberikan dukungan
ancaman, dengan kriteria - Anjurkan keluarga tetap berada disisi kepada pasien
hasil: pasien, jika perlu - Mengetahuiperasaan dan persepsi
- Verbalisasi khawatir - Anjurkan mengungkapkan perasaan dan yang dialami pasien
akibat kondisi yang presepsi - Distraksi untuk mengurangi
dihadapi menurun - Latih kegiatan pengalihan untuk kecemasan

- Perilaku gelisah mengurangi ketegangan - Relaksasi untukmengurangi

menurun - Latih teknik relaksaksi kecemasan

- Perilaku tegang
menurun
- Tekanan darah
menurun
- Frekuensi nadi
menurun
- Frekuensi nafas
menurun
DAFTAR PUSTAKA

Trianto, 2014. Pelayanan Peperawatan Pagi Penderita Hipertensi.Jakarta: Bumi Aksara.

Triyanto, E. 2017. Pelayanan keperawatan bagi penderita Hipertensi Secara

Terpadu.Yokyakarta: Graha Ilmu.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik, Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Perasatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:

Anda mungkin juga menyukai