Anda di halaman 1dari 20

I.

Konsep Dasar Medis


A. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. (Smeltzer, suzanna, 2002).
uka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu
tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi. Juga
disebabkan oleh kontak dengan suhu rendah (ferosbite). Luka bakar ini
dapat mengakibatkan kematian atau akibat lain yang berkaitan dengan
problem fungsi maupun estetik.
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi
dan perawatan, luka bakar di klasifikasikan berdasarkan penyebab,
kedalaman luka, dan keseriusan luka yakni, yakni :
1. Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan komia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (Frost Bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
b. Luka bakar derajat II
1) Derajat II dangkal (Superficial)
2) Derajat II dalam (deep)
c. Luka bakar derajat III
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Assocation menggolongkan luka bakar menjadi 3
kategori :
a. Luka bakar mayor
b. Luka bakar moderat
c. Luka bakar minor
4. Ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan
beberapa metode yaitu :
a. Rule of nine
1) Kepala - leher : 9%
2) Dada : 9 %
3) Perut : 9 %
4) Tangan kanan : 9 %
5) Tangan kiri : 9 %
6) Paha kaki kiri bagian depan : 9 %
7) Paha kaki kanan bagian depan : 9 %
8) Paha kaki kiri belakang : 9 %
9) Paha kaki kanan belakang : 9 %
10) Punggung : 9 %
11) Bokong : 9 %
12) Genetalia/perineum: 1 %
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaankaki
lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil
berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.
Metode Lund dan Browder :
1) Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa
tubuh di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi
besarnya luas permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel
tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat
menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan usia:
2) Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%.
Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.
3) Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap
tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai
nilai dewasa.
B. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh
melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik berdasarkan perjalanan
penyakitnya luka bakar di bagi menjadi 3 fase yaitu :
1. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran
napas karena adanya inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini
terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat
cedera termis bersifat sistemik
2. Fase subakut
Fase ini berlangsung setelah sub berakhir. Luka terbuka akibat
kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) akan menimbulkan
masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas /
energy.
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi
maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka
bakar berupa parut hipertrofi, kontraktur, dan deformitas lainnya.
C. Manifestasi Klinik
1. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar
menjadi merah,nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan
lembab, atau membengkak.Jika ditekan , daerah yang terbakar
akan memutih, belum terbentuk lepuhan.
1) Kerusakan terjadi pada lapiran epidermis
2) Kulit kering, hiperemi berupa eritema
3) Tidak di jumpai bullae
4) Nyeri karena ujung-ujung sarafsensorik teriritasi
5) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari

b. Luka bakar derajat II


Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Terjadi kerusakan
epidermis dan dermis. Kulit melepuh, dasarnya tampak merah, atau
keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh
warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri.
1) Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi inflamasi disertai eksudasi
2) di jumpai bullae
3) Nyeri pada ujung saraf teriritasi
4) Dasar luka berwarma merah, pucat, sering terletak lebih
tinggi di atas kulit normal
Luka bakar derajat II dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Derajat II Dangkal (Superficial)
a) Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebaseasebagian besar masih utuh.
c) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14
hari
2) Derajat II Dalam (deep)
a) Kerusakan mengenai hampir seluruh lapisan bagian
dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih
utuh.
c) Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel
yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih
dari sebulan
c. Luka bakar derajat III
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Seluruh epidermis
dan dermis telah rusak dan telah pula merusak jaringan di
bawahnya (lemak atau otot). Permukaannya bisa berwarna putih
dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel
darah merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka
bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar
melepuh dan rambut/ bulu ditempat tersebut mudah dicabut dari
akarnya.
Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit
telah mengalami kerusakan.Jaringan yang terbakar bisa mati. Jika
jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar, maka cairan akan
merembes dan pembuluh darah dan menyebabkan pembengkakan.
Pada luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar cairan
karena perembesan tersebut bisa menyebabkan terjadinya syok.
Tekanan darah sangat rendah sehingga darah yang mengalir ke
otak sangat sedikit.
1) Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang
lebih dalam
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea mengalami kerusakan
3) Tidak dijumpai bullae
4) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena
letaknya lebih rendah di banding kulit sekitar
5) Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses
epitelisasi spontan dari dasar luka.

2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka


a. Luka bakar mayor
1) Luka bakar dengan luas lebih dari 25 % pada orang dewasa dan
lebih dari 20 % pada anak-anak
2) Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan
perineum
3) Terdapat trauma inhalasidan multiple injury tanpa
memperhitungkan derajat dan luas luka.
4) Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi
b. Luka bakar moderat
1) Luka bakar dengan luas 15-25 % pada orang dewasa dan 10-
20% pada anak-anak
2) Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga,
kaki dan perineum
c. Luka bakar minor
1) Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa
dan kurang dari 10 % pada anak-anak
2) Luka bakar fullthicknes kurang dari 2%
3) Luka tidak sirkumfer
4) Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur
D. Patofisiologi
Luka bakar (Combustion) disebabkan oleh pengalihan energi dari
suatu sumber panas kepada tubuh.Panas dapat dipindahkan lewat hantaran
atau radiasi elektromagnetik.Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi,
denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas
merupakan lokasi destruksi jaringan.Jaringan yang dalam termasuk organ
visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau
kontak yang lama dengan burning agent.Nekrosis dan keganasan organ
dapat terjadi.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar
dan lamanya kontak dengan agen tersebut.Pajanan selama 15 menit
dengan air panas dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full
thickness yang serupa.Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka
bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup
hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat
penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta
hipermetabolik.Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat
adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler
dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada
volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan
cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus
turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf
simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi
dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah
perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24
hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya
dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler,
syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema
akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap
pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan
obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.Komplikasi ini dinamakan
sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat
terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24
jam sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka
bakar respon kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi.
Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar,
hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif.
Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan
tidak memadainya asupan cairan.Selain itu juga terjadi anemia akibat
kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi
karena kehilangan plasma.Abnormalitas koagulasi yang mencakup
trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang
juga ditemui pada kasus luka bakar.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan factor-
faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta
komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia.
Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk
mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan
pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya
menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme
E. Penyembuhan Luka Bakar
Proses yang kemudian pada jaringan rusak ini adalah penyembuhan
luka yang dapat dibagi dalam 3 fase:
1. Fase inflamasi
Fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari
pasca luka bakar.Dalam fase ini terjadi perubahan vaskuler dan
proliferasi seluler.Daerah luka mengalami agregasi trombosit dan
mengeluarkan serotonin, mulai timbul epitelisasi.
2. Fase proliferasi
Fase proliferasi disebut fase fibroplasia karena yang terjadi proses
proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung sampai minggu ketiga.Pada
fase proliferasi luka dipenuhi sel radang, fibroplasia dan kolagen,
membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan
berbenjol halus yang disebut granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri
dari sel basal terlepas dari dasar dan mengisi permukaan luka,
tempatnya diisi sel baru dari proses mitosis, proses migrasi terjadi ke
arah yang lebih rendah atau datar
3. Fase maturasi
Terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula
penurunan aktivitas seluler dan vaskuler, berlangsung hingga 8 bulan
sampai lebih dari 1 tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda
radang.Bentuk akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna
pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat
terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas
terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya
infeksi atau inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan
cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan
tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon
monoksida.
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada
awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat
terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai
diuresis.
5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon
stress.
8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada
edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap
efek atau luasnya cedera.
11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar
G. Komplikasi
1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan
integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan
mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan
meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang
melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi
iskemia.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan
pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda
ileus paralitik akibat luka bakar. Perdarahan lambung yang terjadi
sekunder akibat stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam
lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces, regurgitasi
muntahan atau vomitus yang berdarh
5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan
hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang
adekuat. Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental berubah,
perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine.
6. Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi
cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin
terdektis dalam urine.
H. Perhitunganluas Luka Bakan Dan Tetesan Cairan
Makro : 20
Mikro : 60
Dewasa: 4 cc x Luas Luka Bakar X BB dibagi 2 ( 8 jam )
24 jm
Hasil dari 4ccx LLBxBB dibagi dengan hasil dari 8 jam pertama dikali 60
dan hitung berapa tetes permenit. Begitupun 16 jam kedua.
Kebutuhan faal :
< 4 tahun :BB x 100
5-15 tahun : BB x 75
>15 TAHUN : BB x 50
Anak: 2 cc x BB x Luas Luka bakar + Kebutuhan faal dibagi 2
24 Jam
Hasil dari 2ccx LLBxBB + Keb Faal ditambah dengan hasil dari BB
dikali kebetuhan faal kemudain hasilnya dibagi 2, setelah dpt hasil dikalikan 60
kemudian dibagi dgn 8 pertama dikali 60 dan hitung berapa tetes permenit.

II. Konsep Dasar Keperawatan


A. Pengkajian
1. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat,
tnggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita
perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya
mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2
tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap
jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). data pekerjaan perlu
karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar
agama dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam
pendekatan
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka
bakar (Combustio) adalah nyeri, sesak nafas.Nyeri dapat disebabakna
kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus
diperhatikan paliatif, severe, time, quality (P,Q,R,S,T). sesak nafas
yang timbul beberapa jam/hari setelah klien mengalami luka bakardan
disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul
penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat
sampai pada penurunan ekspansi paru.
3. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb
lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan
klien selama menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian.
Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam
pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama
beberapa hari/bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien
sebelum mengalami luka bakar.
5. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
6. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
7. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
8. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada;
khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
9. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik);
laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan
(syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis
(cedera listrik pada aliran saraf).
10. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri;
B. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif (Efaporasi
akibat luka bakar)
2. Nyeri akut b/d saraf yang terbuka, kesembuham luka dan penanganan
luka bakar
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
hipermetabolisme, dan kebutuhan bagi kesembuhan luka
4. Kerusakan integritas kulit b/d luka bakar terbuka
5. Gangguan citra tubuh b/d perubahan pada penampilan tubuh
6. Resiko Infeksi b/d peradangan dan rusaknya struktur kulit
C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Kekurangan volume NOC : NIC :
cairan b/d - Fluid balance 1. Monitor vital sign
kehilangan cairan - Hydration 2. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung
aktif (Efaporasi - Nutritional status (food & fluid) intake kalori harian
akibat luka bakar) - intake 3. Monitor status nutrisi
Kriteria hasil : 4. Anjurkan makan makanan yang berserat (jus
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia buah/buah segar)
b. Vital sign dalam batas normal 5. Monitor status cairan termasuk intake dan output
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
d. Elastilitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab
2. Nyeri Akut b/dsaraf NOC : NIC :
yang terbuka, - Pain Level 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
kesembuhan luka dan - Pain control termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
penanganan luka - Comfort level kualitas dan faktor presipitasi
bakar Kriteria Hasil : 2. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
a. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang. nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
b. Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol kebisingan
nyeri 3. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
c. Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi intervensi
d. Klien dapat menerapkan metode non farmakologik 4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
untuk mengontrol nyeri dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
5. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
3. Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari Nutritional status : food and fluid, nutrient intake, weight 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b/d control 2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
hipermetabolisme, Kriteria hasil : vitamin C
dan kebutuhan bagi a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 3. Monitor kulit kering dan adanya pigmentasi
kesembuhan luka b. Mampu mnegidentifikasi kebutuhan nutrisi 4. Monitor turgor kulit
c. Tidak ada tanda-tanda malnitrisi 5. Monitor mual dan muntah
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti 6. Kolaborasikan dengan ahli giziuntuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhkan klien
4. Kerusakan integritas Mencegah terjadinya cedera berulang / luka lebih lanjut NIC :
kulit b/d luka bakar pada kulit Pressure Management
terbuka NOC : 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
Tissue integrity : Skin and mucous longgar
- Membranes 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Hemodyalis akses 3. Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali
Kriteria Hasil : 4. Monitar aktifitas dan mobilisasi pasien
a. Dapat mempertahankan integritas kulit yang baik. 5. Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
b. Perfusi jaringan baik.
c. Dapat melindungi dan mempertahankan kelembapan
kulit
5. Gangguan citra tubuh NOC : NIC :
b/d perubahan pada Kriteria hasil : 1. Berikan kesempatan pada klien untuk
penampilan tubuh a. Klien dapat mengungkapkan perasaan dan perhatian mengungkapkan perasaan.
perhatian 2. Dengarkan dengan penuh perhatian
b. Menggunakan keterampilan kopingyang positif dalam 3. Bersama-sama klien mencari alternatif koping
mengatasi perubahan citra. yang positif.
4. Kembangkan komunikasi dan bina hubungan
antara klien keluarga dan teman serta berikan
aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi
perubahanbody image
6. Resiko Infeksi NOC : NIC :
1. immune status 1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
2. knowledge: infection control seperti demam,dan adanya pus
3. risk control 2. Pemberian dressing sesuai dengan petunjuk
Kriteria Hasil 3. Monitoring WBC
1. klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 4. Tingkatkan intake nutrisi
2. menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya Kolaborasi dengan perawat melakukan perawatan luka
infeksi bakar/ganti verban.
jumlah leukosit dalam batas normal
D. Implementasi
Implementasi harus sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya
dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam
pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan :
1. Tindakan observasi
2. Tindakan mandiri
3. Tindakan Health Education
4. Tindakan kolaborasi

E. Evaluasi
Tahapan evaluasi merupakan proses menetukan dimana tujuan dapat
dicapai, sehingga dalam mengevaluasi tindakan keperawatan, perawat
perlu mengetahui kriteria keberhasilan, dimana kriteria ini harus dapat
diukur dan diamati agar kemajuan perkembangan keperawatan kesehatan
yang menetukan keperawatan selanjutnya :
a. Masalah klien dapat terpecahkan
b. Sebahagian masalah klien dapat terpecahkan
c. Masalah klien tidak dapat dipecahkan
d. Dapat muncul masalah baru
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Ah,Dkk, 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & Nanda Nic-Noc, Edisi Revisi Jilid 2. Mediaction.

Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC

Carpenito-Moyet, Linda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10.
Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC

Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC

Santosa Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika

Smeltzer, 2002 .Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3.ECG : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai