Disusun Oleh:
ADITYA BAGUS FIRMANSYAH (A1R19001)
ALFINA DAMAYANTI (A1R19002)
ALIFIA PRASTIWI INDAHYANI (A1R19004)
ANDHY RENO PRAKOSO (A1R19005)
BRISMA SETA KUSUMA ANJAYA (A1R19007)
CANTIKA PUTRI RAHAYU (A1R19008)
CINDY APRILIESTA (A1R19009)
DEVA WIDI OKTA (A1R19010)
DWI BAGUS PRASETYO (A1R19011)
TAHUN AJARAN
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat
fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari
mata kuliah KEPERAWATAN ANAK.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis,
2
PEMBAHASAN
A. Definisi
Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring.(Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000). Faringitis
adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus dan bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri
tenggrokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan malaise. (Vincent,
2004). Faringitis ( pharyngitis) adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau
faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang
tenggorok.Pendapat lain di kemukakan oleh Ikatan Dokter AnakIndonesia (2008) Faringitis merupakan
peradangan akut membrane mukosa faringdan struktur lain di sekitarnya. Karena letaknya yang sangat
dekat dengan hidung dantonsil, jarang terjadi hanya infeksi local faring atau tonsil. Oleh karena itu,
pengertianfaringitis secara luas mencakup tonsillitis, nasofaringitis, dan tonsilofaringitis.
B. Klasifikasi
C. Etiologi
Faringitis disebabkan oleh virus dan bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab:
a. Common cold/flu
b. Adenovirus
c. Virus influenza (A dan B).
d. Parainfluenza (tipe 1-4).
e. Adenovirus.
f. ECHO.
a. Streptokokus grup A.
b. Korinebakterium.
c. Arkanobakterium.
d. Streptococcus β hemolitikus.
e. Streptococcus viridians.
f. Streptococcus piyogenes.
g. Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.
D. Manifestasi Klinis
3
Manifestasi klinis akut:
1. Membran faring tampak merah
2. Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
3. Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
4. Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan
5. Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
6. Kesulitan menelan.
E. Pathway
F. Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian epitel terkikis
maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat.
Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada
dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang
berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel
limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang
dan membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.
G. Pemeriksaan Penunjang
a) Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak, hiperemis,
terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar submandibula
membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.
b) Pemeriksaan Biopsi. Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan
(sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan
mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
c) Pemeriksaan Sputum. Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting
dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.
H. Pencegahan
4
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain:
a) Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranyadengan cara menberikan
makanan kepada anak yang mengandungcukup gizi.
b) Meberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahantubuh terhadap penyakit baik.
c) Menjga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
d) Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA, salah satu caraadalah memakai penutup hidung
dan mulut bila kontak langsungdengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderitapenyakit
ISPA
I. Penatalaksanaan
a) Antibiotika golongan penisilin atau sulfonamida selama lima hari
b) Antipiretik
c) Obat kumur atau obat hisap dengan desinfektan
d) Bila alergi dengan penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamisi
e) Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat
f) pemberian kompres panas atau dingin pada leher untuk meringankan nyeri.
a) Antimikroba.
b) Antibiotik (dalam dosis terapeutik).
c) Dapat pula dilakukan dengan cara irigasi hangat pada tenggorokan.
d) Pemberian cairan yang adekuat.
e) Menghindari makanan pedas, berminyak, mengandung vetsin, es juga disarankan.
J. Komplikasi
1. Otitis media purulenta bakterialis
Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube eustacius akibat
kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
2. Abses Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus
kapsul tonsil.
3. Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis maksilaris / frontalis.
Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya
faringitis), dibantu oleh adanya faktor predisposisi.
Hipoventilasi yaitu penurunan pergerakan udara masuk dan keluar dari paru.Dengan hipoventilasi,
CO₂ sering kali menumpuk dalam darah, sebuah kondisiyang disebut hiperkarbia (hiperkapnia)
(Kozier, 2010).
Hipoksia
Hipoksia adalah suatu kondisi ketidakcukupan oksigen di tempat manapun didalam tubuh, dari gas
yang diinspirasi ke jaringan. Hipoksia dapat dihubungkandengan setiap bagian dalam
pernapasan – ventilasi, difusi gas, atau transport gasoleh darah – dan dapat disebabkan oleh
setiap kondisi yang mengubah satu atausemua bagian dalam proses tersebut (Kozier, 2010).
6
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor :
113/D/O/2009
Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax:0355-
322738
Tulungagung 66224
Alamat E-mail : stikeshahta@yahoo.co.id
I. IdentitasKlien
Keluarga Inti : keluarga terdiri dari Ny. Y sebagai ibu, Tn. P s ebagai ayah danAn. S adalah sebagai
anak dan keluarga tidak pernah ada keturunan yang menderita Faringitis.
7.2. Lingkungan rumah dan Komunitas :An. S tinggal di lingkungan rumah yang
tenang dan aman dimana terdapat pepohonan yang rindang.
8. Kultur dan kepercayaan : klien dan keluarganya beragama islam dan percaya
dengan agamanya.
9. Fungsi dan hubungan keluarga : hubungan keluarga baik, klien adalah anak kedua.
10. Pola perilaku yang mempengaruhi kesehatan :sering terpapar asap rokok tanpa disadari.
11. Persepsi keluarga terhadap anak : keluarga meganggap faringitis adalah penyakit
peradangan tenggorokan biasa.
III. PemeriksaanFisik
1. Keadaanumum : Baik
Kesadaran : Compos mentis (4-5-6)
BB : 28 kg
TB : 65 cm
LL :-
2. Tanda – tanda vital :
- Tensi :95/65 mmHg Nadi : 106 x/menit Suhu : 39oC
- Pernafasan : 24x/menit
8
3. Kepaladanwajah
- Rambut kepala : kotor, berwarna hitam
- Bentuk kepala : bulat, simetris
- Ukuran – ukuran kepala : simetris
- UUB : normal
- UUK : normal tidak ada benjolan
4. Mata : Sklera : normal, bersih dengan warna putih
Konjungtiva : berwarna merah muda
5. Telinga : kanan kiri simetris, tidak ada cairan yang keluar,tidak ada peradangan dan tidak
ada nyeri tekan.
6. Hidung : bentuksimetris, terdapatcairan / lendirberwarnajernih,
hidungbagianluartampakkemerahan.
7. Mulut : bibir kering, lidah tampak kotor
8. Tenggorokan : terdapat peradangan
9. Leher : terdapat nyeri tekan
10. Dada : tidak ada tarikan dinding dada waktu bernapas, bentuk ada simetris, pernapasan
terdengar mengorok.
11. Paru – paru :
I : Bentuk simetris, pergerakan dinding dada simetris, tidak ada retraksi
otot pernafasan
P : Tidak ada benjolan mencurigakan
P:-
A : Irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada bunyi nafas
tambahan
12. Jantung :
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis tidak teraba, denyut nadi cepat dan melemah
P : Bunyi pekak
A:-
13. Abdoment :
I : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada
P :Turgor kulit langsung kembali dalam 1 detik
P : Perut kembung
A:-
9
4. Aktivitasdanlatihan:
Orang tua klien mengatakan anaknya sangat aktif bermain dengan teman-teman sebayanya.
V. Pemeriksaan Penunjang:
( Hasil Laboratorium dan Hasil Pemeriksaan Lain )
Hasil dari pemeriksaan laboratorium pada An S salah satunya terjadi peningkatan leukosit diatas normal yaitu
22,4 103/µL (normal 4-10 103/µL). hemoglobin 12,0 g/Dl (11,5-13,00 g/dl). Hematocrit 37,6%. Kadar trombosit
227
Pendapat lain dikemukakan oleh Natalia (2003) jika diduga faringitis streptokokus (biasanya pada anak usia 3
tahun atau lebih), berikan Benzatin penisilin (suntikan tunggal) 600.000 unit untuk anak usia di bawah 5 tahun,
1.200.000 unit untuk usia 5 tahun atau lebih. Ampisilin atau amoksisilin selama 10 hari atau penisilin V
(fenoksimetilpenisilin) 2-4 kali sehari selama 10 hari. Kortrimolsasol tidak direkomendasikan untuk nyeri
tenggorok yang disebabkan oleh streptokokus karena 0tidak efektif, jika penisilin V digunakan berikan 125mg dua
kali sehari selama 10 hari.sefalosporin seperti sefdinir (omnicef) dan amoksisilin.Pendapat lain dikemukakan oleh
Natalia (2003) jika diduga faringitis streptokokus (biasanya pada anak usia 3 tahun atau lebih), berikan Benzatin
penisilin (suntikan tunggal) 600.000 unit untuk anak usia di bawah 5 tahun, 1.200.000 unit untuk usia 5 tahun atau
lebih. Ampisilin atau amoksisilin selama 10 hari atau penisilin V (fenoksimetilpenisilin) 2-4 kali sehari selama 10
hari. Kortrimolsasol tidak direkomendasikan untuk nyeri tenggorok yang disebabkan oleh streptokokus karena
tidak efektif, jika penisilin V digunakan berikan 125mg dua kali sehari selama 10 hari.
Terapi yang diberikan pada An S antara lain IVFD NaCL 15 tetes/menit macro, diazepam 3mg (jika
klienkejang), tramenza syrup 60 ML dosis 3×5 ml (1× sendok takaran) apabila suhu meningkat 38,5ºC, dan
parasetamol 500 mg setiap 4 jam (ketika suhu tubuh panas)
Mahasiswa
( _____________)
10
11
ANALISA DATA
Sputum mengental
Terjadi inflamasi
Respon inflamasi
Merangsang
termoregulasi
hipotalamus
Peningkatan suhu
tubuh
Hipertermia
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL
1. 28 April 2021 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d sekresi yang tertahan d.d. batuk tidak
efektif, sputum berlebih, frekuensi napas berubah
2. 28 April 2021 Hipertermia b.d proses penyakit (inflamasi faring) d.d suhu tubuh diatas nilai
normal, kulit terasa hangat
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Setelah dilakukan tindakan Latian batuk efektif I.01006
Efektif b.d sekresi yang tertahan keperawatan 2×24 jam, maka
d.d. batuk tidak efektif, sputum bersihan jalan napas membaik, Observasi
berlebih, frekuensi napas berubah dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kemampuan
L.01001 batuk
- produksi sputum menurun (5) 2. Monitor adanya retensi
sputum
- mengi menurun (5) Terapeutik
8. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu
9
10
2. Hipertermia b.d proses penyakit Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia I.15506
(inflamasi faring) d.d suhu tubuh keperawatan 2×24 jam, maka
diatas nilai normal, kulit terasa termoregulasi suhu tubuh Observasi
hangat membaik, dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi penyebaran
L.14134 hipertermia
- menggigil membaik (5) 2. monitor suhu tubuh
3. monitor kadar elektrolit
- kulit merah menurun (5) 4. monitor haluaran urine
5. monitor komplikasi akibat
- kejang menurun (5) hipertermia
Terapeutik
11
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATANPERKEMBANGAN
2. D-0130 28 April 2021 1. Identifikasi penyebaran hipertermia S : klien mengatakan badannya masih terasa
11.00-14.00 2. monitor suhu tubuh 28 April 2021 panas
3. monitor kadar elektrolit O:
4. monitor haluaran urine 14.30
- Suhu tubuh : 39° C
5. monitor komplikasi akibat - TD : 120/90 mmHg
hipertermia A : masalah teratasi sebagian
6. sediakan lingkungan yang dingin
7. longgarkan atau lepaskan pakaian P : intervensi 1, 2, 11, dan 14 dilanjutkan
8. basahi dan kipasi permukaan tubuh
9. berikan cairan oral
2. 10. ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami hyperhidrosis
11. lakukan perbandingan eksternal
12. hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
13. berikan oksigen, jika perlu
14. anjurkan tirah baring
15. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
3. D-0001 29 April 2021 1. Monitor adanya retensi sputum 29 April 2021 S : klien mengatakan sesak napas berkurang
07.00-10.30 2. Atur posisi semi fowler 14.30 O:
3. Anjurkan tarik nafas dalam melalui - Tidak terdengar suara ronkhi basah
hidung selama 4 detik, ditahan - Masih terdapat sputum
selama 2 detik, kemudian keluarkan - RR : 20 x/menit
dengan mulut dengan bibir mencucu A : masalah teratasi
(dibulatkan) selama 8 detik P : intervensi dihentikan
4. D-0130 29 April 2021 1. Identifikasi penyebaran hipertermia 29 April 2021 S : klien mengatakan bahwa badannya sudah
11.00-14.00 2. monitor suhu tubuh 14.30 tidak panas
3. lakukan perbandingan eksternal O:
4. anjurkan tirah baring - Suhu : 34C
- TD : 110/80 mmHg
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
FORMAT PENYULUHANKESEHATAN
Ruang : Flamboyan
TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS POKOK BAHASAN MATERI METODE MEDIA EVALUASI
Setelah dilakukan Setelah dilakukan Pencegahan dan a) pengertian Ceramah, diskusi, PPT Keluarga mampu
penyuluhan tentang penyuluhan tentang penanganan penyakit faringitis tanya jawab, mengulang informasi
Farigitis keluarga An. faringitis keluarga An. faringtis pada bayi b) etiologi faringitis atau pendidikan
S mampu memahami S diharapkan mampu : dan anak c) tanda dan gejala kesehatan yang
tentang penyakit a) Menjelaskan dari faringitis diberikan terkait
faringitis pengertian d) patofisiologi dari dengan faringitis
faringitis faringitis
b) Menjelaskan e) pemeriksaan
etiologi diagnostik yang
faringitis dapat dilakukan
c) Menjelaskan untuk faringitis
tanda dan gejala f) Menjelaskan
faringitis penatalaksanaan
d) Menjelaskan medis dari
patofisiologi dari faringitis
faringitis
e) Menjelaskan
pemeriksaan
diagnostik yang
dapat dilakukan
untuk faringitis
f) Menjelaskan
penatalaksanaan
medis dari
faringitis