Anda di halaman 1dari 79

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit Tuberculosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang

masih menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat kita. Penyakit

tuberculosis paru dimulai dari tuberculosis, yang berarti suatu penyakit

infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk basil yang dikenal dengan nama

Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan menyebarkan kuman ke

udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei/percik renik). Infeksi akan

terjadi apabila seseorang menghirup udara yang mengandung percikan dahak

yang infeksius. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak

yang mengandung kuman sebanyak 0-3500 M.tuberculosis. yang kemudian

menyebabkan penyakit tuberculosis paru. Pada penyakit tuberculosis,

jaringan yang paling sering diserang adalah paru-paru dan bisa juga

menyerang organ lain selain paru-paru. (Sholeh S.Naga,2014)

Menurut laporan word health organization (WHO) tahun 2015 di

tingkat global diperkirakan 9,6 juta kasus TB paru dengan 3,2 juta kasus

diantaranya adalah perempuan. Dengan 1,5 juta kematian karena TB dimana

480.000 kasus adalah perempuan. Dari kasus TB tersebut ditemukan 1,1

juta(12%) HIV positif dengan kematian 320.000 orang (140.000 orang adalah

perempuan) dan 480.000 TB Resistant Obat (TB-RO) dengan kematian

190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB paru, diperkirakan 1 juta kasus TB

anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000 kematian/tahun (Kemenkes RI

Direktorat Jendral Pencegahan dan pengendalian penyakit,Jakarta,2016).


2

Di Indonesia setiap tahunnya kasus tuberkulosis paru bertambah

seperempat juta kasus baru dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap

tahunnya. Indonesia termasuk 10 negara tertinggi penderita kasus

tuberkulosis paru di dunia. Menurut WHO dalam laporan Global Report

prevalensi TB di Indonesia pada 2015 ialah 297 per 100.000 penduduk

dengan kasus baru setiap tahun mencapai 460.000 kasus. Dengan demikian,

total kasus hingga 2016 mencapai sekitar 800.000-900.000 kasus dan angka

kematian sebesar 27 kasus per 100.000 penduduk. (Kemenkes RI.2016). Jika

seorang telah terjangkit bakteri penyebab tuberculosis, akan berakibat buruk,

seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada

orang lain terutama pada keluarga yang tinggal serumah, dan dapat

menyebabkan kematian.

Diprovinsi Riau tahun 2016 jumlah pasien dengan penyakit

tuberkolosis paru sebanyak 4.022 orang. Sementara kabupaten Siak

menduduki urutan ke-5 dari 12 kabupaten/kota seprovinsi Riau dengan

jumlah penderita tuberkolosis paru sebanyak 429 orang atau sebesar 12,99 %

dari jumlah penderita tuberkolosis paru di Propinsi Riau dan di wilayah kerja

puskesmas kandis penderita tuberkolosis paru sebanyak 105 orang atau

sebayak 24,47 % dari jumlah penderita tuberkolosis paru di kabupaten Siak. (

Dinkes prov.Riau 2017 ).

Pada tahun 2014 angka keberhasilan pengobatan menurun

dibandingkan enam tahun yang sebelumnya. Angka keberhasilan pengobatan

tahun 2015 sebesar 81,3%. WHO menetapkan standar angka keberhasilan

pengobatan sebesar 85% dengan demikian Indonesia tidak mencapai standar


3

tersebut. Sementara Kementerian Kesehatan menetapkan target 88% untuk

angka keberhasilan pengobatan tahun 2015 (Kemenkes RI,2016).

Sementara di Provinsi Riau angka keberhasilan pengobatan sebesar

83,74 % pada tahun 2016, dan di kabupaten Siak angka keberhasilan

pengobatan sebesar 81,62%. Dengan hasil cakupan keberhasilan pengobatan

maka Propinsi Riau khususnya Kabupaten Siak dan lebih spesifiknya

Kecamatan Kandis belum memenuhi standar dari WHO sebesar 85 % dan

kemenkes sebesar 88%. (Dinkes Prov.Riau 2017).

Pada umumnya penyakit TBC menular melalui udara, dan biasanya

bakteri micobakterium tuberkulosa terbawa pada saat seseorang batuk lalu

mengeluarkan dahak. Bahayanya jika bakteri selalu masuk dan terkumpul

dalam paru-paru, maka bakteri ini akan berkembang biak dengan cepat

apalagi yang mempunyai daya tahan tubuh yang rendah. Apabila sudah

terjadi infeksi maka dengan mudahnya akan menyebar melalui pembuluh

darah atau kelenjar getah bening. Terjadinya infeksi TBC dapat

mempengaruhi organ tubuh lainnya seperti otak, ginjal, saluran pencernaan,

tulang, kelenjar getah bening, dan biasanya yang paling sering terserang yaitu

paru-paru.

Bakteri micobakterium tuberkulosa mempunyai bentuk seperti

batang dan bersifat seperti tahan asam sehingga dikenal sebagai BTA (Basil

Tahan Asam) yang merupakan faktor utama penyakit TBC. Selain dari

bakteri tersebut, faktor yang lain yang menjadi penyebab penyakit TBC

adalah lingkungan yang lembab, kurangnya sirkulasi udara, dan kurangnya

sinar matahari dalam ruang sangat berperan terjadinya penyebaran bakteri


4

mikobakterium tuberkulosis ini. Dengan demikian sangat mudah menyerang

orang-orang di sekitar dalam kondisi lingkungan yang kurang sehat.

Tingginya jumlah penderita TB hingga saat ini dapat dikorelasikan dengan

regimen pengobatan yang kompleks, dimana waktu terapi yang lama menjadi

permasalahan utama bagi pasien. Selain itu, kurangnya informasi dan

penjelasan yang tidak berkelanjutan mengenai pengobatan juga menjadi

kendala pasien untuk dapat menjalankan regimen terapinya. Ketiga hal

tersebut akan berpengaruh terhadap kepatuhan pasien (Depkes RI 2012).

Meskipun TB dapat disembuhkan dengan pengobatan menggunakan

beberapa antibiotik paten selama kurang lebih 6 bulan, namun beberapa

pasien gagal untuk menyelesaikan pengobatannya karena mengalami efek

samping yang tidak menyenangkan. Selain itu, pasien seringkali merasa

kondisi tubuhnya telah membaik tidak lama setelah pengobatan dimulai

sehingga mereka memutuskan untuk berhenti minum obat sebelum bakteri

yang menginfeksi tereliminasi. Rendahnya kepatuhan terhadap pengobatan

mengakibatkan pasien terinfeksi TB lebih lama dan meningkatkan risiko

kekambuhan bahkan kematian. Kepatuhan yang rendah juga berkontribusi

dalam terjadinya kasus resistensi obat atau disebut MDR-TB (Munro et al.,

2007). Guna menciptakan kepatuhan pasien dalam menjalankan

pengobatannya, diperlukan kerjasama yang baik antara pasien dengan tenaga

kesehatan. Selain itu penyedia layanan kesehatan dan keluarga maupun

lingkungan masyarakat di sekitar pasien juga mempunyai peran yang penting

dalam upaya meningkatkan kepatuhan pasien. Menurut Case Management

Adherence Guidelines (CMAG) 200), terdapat 4 faktor yang mempengaruhi


5

kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatannya, yaitu faktor terkait

pengobatan, faktor terkait pasien, faktor terkait tenaga medis, dan faktor

terkait PMO (Pengawasan minum obat).

Sistem penyedia layanan kesehatan. Apabila keempat faktor tersebut

secara sinergis mendukung kepatuhan pasien dalam menjalankan

pengobatannya, maka target terapi berupa kesembuhan dapat tercapai.

Dalam pelayanan kesehatan khususnya TB paru tidak terlepas dari

keterlibatan keluarga sebagai orang terdekat dengan pasien terutama pasien

TB paru. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Apabila setiap keluarga sehat akan

tercipta keluarga yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu

anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain

(Kemenkes RI. 2017). Peran keluarga sangat diperlukan dalam pelayanan

kesehatan khususnya pada pasien dengan penyakit TB paru terhadap

keberhasilan pengobatan dan pencegahan penularan penyakit TB paru

tersebut (Wahid,I dalam Leo,R.2016). Berdasarkan survey awal didapati

kasus TB MDR sebanyak 8 orang . dari 8 orang tersebut 3 orang sudah

meninggal dunia, dan 5 orang yang tersisa 4 orang diantaranya sembuh dan 1

gagal pengobatan. Dari masalah di atas maka penulis tertarik mengambil

kasus “Asuhan Keperawatan keluarga dengan penyakit Tuberkulosis (TB)

Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kandis Kecamatan Kandis Kabupaten

Siak”
6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah

studi kasus ini adalah bagaimana “ Asuhan Keperawatan keluarga dengan

penyakit Tuberkulosis (TB) Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kandis

Kecamatan Kandis Kabupaten Siak tahun 2019 ?”

1.3 Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam studi kasus ini adalah

mendapatkan gambaran dalam penerapan Asuhan Keperawatan secara

komprehensif pada keluarga dengan penyakit Tuberculosis Paru di

Puskesmas Kandis Kecematan Kandis Kabupaten Siak.

2. Tujuan khusus:

1) Mendapatkan gambaran tentang pengkajian Asuhan keperawatan

keluarga dengan penyakit TB paru di wilayah Kerja Puskesmas Kandis

Kabupaten Siak Tahun 2019.

2) Mendapatkan gambaran tentang diagnosa keperawatan pada keluarga

dengan penyakit TB paru di wilayah Kerja Puskesmas Kandis

Kabupaten Siak Tahun 2019.

3) Mendapatkan gambaran tentang rencana intervensi Asuhan

keperawatan keluarga dengan penyakit TB paru di wilayah Kerja

Puskesmas Kandis Kabupaten Siak Tahun 2019.

4) Mendapatkan gambaran tentang implementasi Asuhan keperawatan

keluarga dengan penyakit TB paru di wilayah Kerja Puskesmas Kandis

Kabupaten Siak Tahun 2019.


7

5) Mendapatkan gambaran tentang evaluasi Asuhan keperawatan keluarga

dengan penyakit TB paru di wilayah Kerja Puskesmas Kandis

Kabupaten Siak Tahun 2019.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis khususnya

tentang penerapan Asuhan keperawatan dengan masalah penyakit

tuberkulosis paru.

2. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Kandis untuk mengambil

langkah-langkah dan kebijakan dalam upaya peningkatan mutu

pelayanan pada pasien dengan masalah tuberkulosis paru.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan informasi dalam merencanakan program pembelajaran

khususnya tentang Asuhan keperawatan keluarga dengan masalah

tuberkulosis paru.
8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Penyakit Tuberkulosis Paru

1. Pengertian

Tuberculosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh

mikrobakterium tuberculosis. Suatu basil aerob tahan asam, yang ditularkan

melalui udara (Niluh Gede Yasmin Asih .2004. Choerudin. 2011). Dimana

tuberculosis merupakan penyakit infeksi kronik yang sudah lama dikenal pada

manusia (Nia Kurniasih. 2010). Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang

menyerang paru-paru, disebabkan oleh microbacterium tubercolosis (Irman

Somantri. 2009).

2. Etiologi

Tuberculosis paru disebabkan oleh bakteri mycobacterium

tuberculosis. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lipid. Lipid inilah yang

membuat kuman menjadi tahan terhadap asam dan lebih tanan terhadap

gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara

kering/dingin. Atau dapat bertahan bertahun-tahun dalam lemari es. Hal ini

terjadi karena kuman berada dalam sifat dorman, dari sifat dorman ini

kuman dapat bangkit kembali dan menjadi tuberculosis aktif lagi. Sifat lain

kuman adalah aerob, sifat ini menunjukan bahwa kuman ini lebih

menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, dalam hal ini

tekanan apical paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian

apical ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis. Penularan

penyakit ini melalui inhalasi (droplet atau luka dikulit dan saluran
9

pencernaan). Faktor

predisposisi penyakit tuberculosis antara lain usia, immunosupresi, infeksi

HIV, malnutrisi, alkoholisme dan penyalahgunaan obat, adanya keadaan

penyakit lain (DM).

3. Patofisiologi

Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah

dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam

dahak dan ludah ada basil TBC-nya, sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan

angin kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ke tanah maupun lantai

rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta

berkembangbiak di paru-paru. (Hendrawan.N,2007).

Ketika seorang pasien dengan tuberkulosis paru batuk, bersin atau berbicara

maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah, lantai

atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang

panas, droplet nuclei tadi menguap. Menguap droplet bakteri ke udara

dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang

terkandung dalam droplet nuclei terbang keudara. Apabila bakteri ini

terhirup orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri

tuberkulosis dan focus ini disebut fokus primer atau lesi primer atau fokus

Ghon. Reaksi ini juga terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama

dengan fokus primer disebut sebagai kompleks primer. Dalam waktu 3-6

minggu, orang yang baru terkena infeksi akan menjadi sensitive terhadap

protein yang dibuat bakteri tuberkulosis dan bereaksi positif terhadap tes

tuberculin atau tes Mantoux (Muttaqin, 2012).

Berpangkal dari kompleks primer infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh


10

melalui berbagai jalan, yaitu :

1). Percabangan bronkus

Penyebaran infeksi lewat percabangan brongkus dapat mengenai area paru

atau melalaui sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi laring),

maupun saluran pencernaan.

2). Sistem saluran limfe

Penyebaran lewat saluran limfe menyebabkan adanya regional

limfadenopati atau akhirnya secara tak langsung mengakibatkan

penyebaran lewat darah melalui duktus limfatikus dan menimbulkan

Tuberkulosis milier.

3). Aliran darah

Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa atau

mengangkat material yang mengandung bakteri Tuberkulosis dan bakteri

ini dapat mencapai berbagai organ melalui aliran darah yaitu tulang,

ginjal, kelenjer adrenal, otak dan meningen.

4). Reaktivasi infeksi primer (infeksi pasca primer)

Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak dapat

berkembang lebih jauh dan bakteri Tuberkulosis tidak dapat berkembang

biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu saat kondisi

inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat yang

melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri Tuberkulosis

yang dorman dapat aktif kembali. Inilah yang disebut reaktivasi infeksi

primer atau infeksi pasca primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun

setelah infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pasca primer juga dapat
11

diakibatkanoleh bakteri Tuberkulosis yang baru masuk ketubuh (infeksi

baru), bukan bakteri dorman yang aktif kembali. Biasanya organ paru

tempat timbulnya infeksi pasca primer.

4. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang umum terdapat keletihan, penurunan berat

badan, anoreksia (kehilangan napsu makan), demam ringan yang biasanya

terjadi pada siang hari, berkeringat pada waktu malam dan ansietas umum

sering tampak, dyspnea, nyeri dada dan Hemoptisis juga temuan yang

umum. Gejala demam biasanya menyerupai demam, influenza. Keadaan ini

sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat ringannya

infeksi kuman TBC yang masuk. Batuk terjadi karena adanya infeksi pada

pada bronkus, sifat batuk dimulai dari batuk kering, kemudian setelah timbul

peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan

lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.

Kebanyakan batuk darah pada dinding bronkus. Sesak napas akan

ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah

setengah bagian paru. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai

ke pleura (menimbulkan pleuritis). Malaise dapat berupa anoreksia, tidak

ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot,

keringat malam.

Komplikasi basil mycobacterium juga menyebar melalui saluran getah

bening, menyebabkan limfadenitis regional yang dikenal dengan kompleks

primer, selain itu juga bisa menyebar melalui hematogen ke jaringan tubuh

yang lain seperti ginjal, usus dan jantug.


12

5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang pada pasien

tuberkulosis adalah:

a. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik tuberkulosis

paru, dengan cara pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung,

terduga pasien TB diperiksa uji dahak SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu),

ditetapkan sebagai pasien TB apabila minimal 1 (satu) dari pemeriksaan

contoh uji dahak SPS hasilnya BTA positif.

b. Laboratorium darah rutin : LED normal/meningkat, limfositosis

c. Tes mantoux/tuberkulin

Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen

staining untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil

tuberkulosis.

d. Pemeriksaan radiology : Rontgen Thorax PA dan lateral

Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis tuberkulosis, yaitu :

1) Bayangan lesi terletak dilapangan paru atas atau segment apikal lobus

bawah

2) Bayangan bewarna (patchy) atau bercak (nodular)

3) Adanya kavitas, tunggal atau ganda

4) Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru

5) Adanya klasifikasi

6) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

7) Bayangan millie
13

6. Penatalaksanaan medis

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3

bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan.

1. Tujuan Pengobatan TB adalah :

a. Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas

hidup

b. Mencegah terjadinya kematian oleh kuman TB atau dampak buruk

selanjutnya

c. Mencagah terjadinya kekambuhan TB

d. Menurunkan penularan TB

e. Mencegah terjadinya dan penularan TB resisten obat.

2. Prinsip Pengobatan TB

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam

pengobatan TB. Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya

paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB.

Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:

 Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat

mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya

resistensi.

 Diberikan dalam dosis yang tepat

 Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO

(Pengawas Menelan Obat) sampai selesai pengobatan

 Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam

tahap awal serta tahap lanjutan untuk mecegah kekambuhan.


14

3. Tahapan Pengobatan TB :

Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap

lanjutan dengan maksud :

 Tahap Awal : Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan

pada tahap ini adalah dimaksudkan secara efektiv menurunkan jumlah

kuman yang ada dalam tubuh pasien dan menimalisir pengaruh dari

sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum

pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua

pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan

pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya

penularannya sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2

minggu.

 Tahap Lanjutan : Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang

penting untuk membunuh sisa sisa kuman yang masih ada dalam

tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan

mencegah terjadinya kekambuhan.

4. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

a. Kategori-1: 2(HRZE) / 4(HR)3

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

 Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis;

 Pasien TB paru terdiagnosis klinis;

 Pasien TB exstra paru


15

Tabel. 1

Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3

Tahap Intensif Tahap Lanjutan


Berat Badan tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama 16
RHZE ( 150/75/400/275) minggu RH (150/150)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Tabel. 2

Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3

Dosis per hari / kali


Tablet Jumlah
Tahap Lama Taplet
Tablet Kaplet Etambu hari/kali
Pengobat Pengobat Pirazinami
Isoniasid Rifampisin tol menelan
an an d
@300 mgr @450 mgr @ 250 obat
@500 mgr
mgr
Intensif 2 Bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48

b. Kategori-2: 2(HRZE) / (HRZE) / 5(HR)3E3

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah

diobati sebelumnya (pengobatan ulang):

 Pasien kambuh;

 Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1

sebelumnya;

 Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat ( lost to follow-

up )
16

Tabel. 3

Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 2: 2(HRZE) / 4(HR)3

Tahap Intensif Tahap Lanjutan


Tiap hari 3kali seminggu
RHZE (150/75/400/275) + S RH (150/150) +
Berat Badan E(400)
Selama 28
Selama 56 hari Selama 20 minggu
hari
30-37 kg 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT
+ 500 mg Streptomisin inj + 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT
+ 750 mg Streptomisin inj + 3 tab Etambutol
55-70kg 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT
+ 1000 mg Streptomisin inj + 4 tab Etambutol
≥ 71 kg 5 tab 4KDT 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT
+ 1000 mg Streptomisin inj ( > do maks ) + 5 tab Etambutol

Tabel. 4

Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 2: 2HRZES/HRZE/5H3R3E3

Etambutol Jumla
Kablet h
Tablet
Rifampisin Tablet Tablet Tablet Streptom hari/k
Tahap Lama Isoniazid
Pirazinamid @ 250 @ isin ali
Pengobatan Pengobatan @ 300
@ 450 mgr @ 500 mgr Injeksi menel
mgr mgr 400
an
mgr obat
Tahap
awal
(dosis 2 bulan 1 1 3 3 - 0,75 gr 56
harian) 1 bulan 1 1 3 3 - - 28

Tahap
Lanjutan
5 bulan 2 1 - 1 2 - 60
(dosis 3x
seminggu)
17

7. Pathway

Udara Tercemar
Mycrobacterium dihirup induvidu rentan kurang informasi
Tuberculose
masuk paru Kurang pengetahuan

reaksi inflamasi / peradangan Hipertermia

penumpukan eksudat dalam elveoli

Tuberkel produksi sekret berlebih

meluas mengalami perkejuan sekret susah dikeluarkan Bersin

penyebaran klasifikasi
hematogen
limfogen Ketidakefektisan
bersihan jalan napas

Peritoneum mengganggu perfusi

Resti penyebaran infeksi


& difusi O2 pada orang lain
As. Lambung
Gangguan

Mual, anoreksia pertukaran gas

Resti penyebaran
infeksi pada diri
Perubahan nutrisi Sendiri
kurang dari
kebutuhan tubuh

Sumber : NANDA (2013) dan Soemantri (2008)


18

2.2. Asuhan Keperawatan

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran

masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. (Friedman 1998).

Keluarga adalah suatu ikatan / persekutuan hidup atas dasar perkawinan

antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang

laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa

anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah

tangga.(Sayekti 1994).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap

dalam keadaan saling ketergantungan.(Effendy,1998).

2. Bentuk / Type Keluarga

a) Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dananak yang diperoleh dari

keturunannya, adopsi atau keduanya.

b) Keluarga besar (extended family)

Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan

darah (kakek-nenek, paman bibi).

c) Keluarga bentukan kembali (dyadic family)

Keluarga baru yang bentuk terbentuk dari pasangan yang bercerai atau

kehilangan pasangannya.

d) Orang tua tunggal (single parent family)

Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat
19

perceraian atau ditinggal pasangannya.

e) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)

f) Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa

pernah menikah (the single adult living alone)

g) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital

heterosexsual cobabiting family)

h) Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay

and lesbian family).

i) Keluarga Indonesia menganut keluarga besar (extended family),

Karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu

kominiti dengan adat istiadat yang sangat kuat (Depkes RI. 2002)

3. Peranan dan Struktur keluarga

1). Struktur peran keluarga

Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya

dengan baik akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari

terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat.

2). Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan

orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung

kesehatan. Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan secara

musyawarah akan dapat menciptakan suasana kekeluargaan. Akan timbul

perasaan dihargai dalam keluarga.

4).Nilai atau norma keluarga

Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang ditampakan


20

merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam

keluarga.(Suprajitno, 2004. Dalam teks Choerudin. 2011).

4. Fungsi Keluarga (Friedman, 1998).

1) Fungsi Afektif

Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang

sakit TBC akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi

dari anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

2) Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi

Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial

sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. Tidak ada

batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan

mempengaruhi kesembuhan penderita asalkan penderita tetap memperhatikan

kondisinya. Sosialisasi sangat diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi

penderita.

3) Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan

keluarga.Dan juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal,

diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat

penting.

4) Fungsi Ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan

makan, pakaian dan tempat untuk berlindung (rumah).Dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuks

memenuhi kebutuhan keluarga.


21

5) Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan

Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar

tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas

keluarga di bidang kesehatan.

5. Tugas keluarga di bidang Kesehatan

Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga di

bidang kesehatan yaitu :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena

tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah

kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.

Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga

salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Kurangnya

pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan

pencegahan TBC

2) .Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan

yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangkan siapa

diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan

tindakan.keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga

diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi.

Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan

yang tepat, disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat

dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.

3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi


22

keluarga memiliki keterbatasan.Ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara

perawatan pada penyakitnya.Jika demikian, anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan

atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.

4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga

Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga

dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi

lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga

diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan

membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat

perawatan segera agar masalah teratasi.

6) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga

Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga

dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi

lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga

diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat

7) .Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga

Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan

membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat

perawatan segera agar masalah teratasi.


23

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien TB Paru

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang komplek dengan

mengunakan pendekatan yang sistimatis untuk bekerja sama dengan

keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses

keperawatan keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa

keperawatan, penyusunan rencana, perencanaan asuhan dan evaluasi

(Padila, 2012)

1. Pengkajian

Menurut Suprajitno (2004) pengkajian adalah suatu tahapan ketika

seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang

keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan

asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat

dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan

bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana

(Suprajitno: 2004). Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi

pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu

alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman,1998)

a. Pengumpulan data

Sumber informasi dari tahapan pengumpulan data dapat mengunakan

metode wawancara obeservasi misalnya tentang keadaan/fasilitas

rumah, pemeriksaan fisik terhadap seluruh anggota keluarga secara

head to too dan telaahan data sekunder seperti hasil laboratorium, hasil

X-ray, papmear dan lain-lain. Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya

dalam pengkajian keluarga adalah:


24

1) Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

a) Nama kepala keluarga

b) Alamat dan telepon

c) Pekerjaan dan penghasilan

Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap

keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada

anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena TB

Paru. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidak

mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit

salah satunya disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-

sumber yang ada pada keluarga

d) .Pendidikan

e) Komposisi keluarga dan genogram

Komposisi keluarga, menjelaskan anggota keluarga yang

diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Komposisi

tdak hanya mencantumkan penghuni rumah tangga, tetapi juga

anggota keluarga lain yang menjadi bagian dari keluarga tersebut

(Padila,2012)

f) Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang

menggambarkan konstelasi keluarga (pohon keluarga). Genogram

merupakan alat pengkajian informatif yang digunakan untuk

mengetahui keluarga, riwayat dan sumber-sumber

keluarga(Padila,2012)
25

g) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau

mesalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga tersebut

h) Suku bangsa

i) Agama

j) Status sosial ekonomi keluarga

k) Aktivitas rekreasi keluarga

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga saat ini.

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari

keluarga inti.

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum

tepenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas

perkembangan tersebut belum terpenuhi (Padila,2012)

c) Riwayat kelurga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing anggota keluarga. Perhatian keluarga terhadap pencegahan

penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan

yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadap pelayanan

kesehatan (Padila, 2012)

d) Riwayat keluarga sebelumnya


26

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga daro pihak

suami dan istri.

3) Pengkajian Lingkungan

a) Karakteristik rumah

Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai

rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangi factor

penyebab terjadinya cedera pada penderita stroke faserehabilitasi

b) Karakteristik Lingkungan dan tetangga

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau

kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang

mempengaruhi kesehatan.

c) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

4) Struktur Keluarga

a) Sistim pendukung keluarga

Termasuk sistim pendukung keluarga adalah jumlah anggota

keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk

menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis

atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial dukungan

dari masyarakat setempat.

b) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

c) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota mengendalikan dan mempengaruhi orang lain


27

untuk mengubah prilaku.

d) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik

secara formal maupun informal.

e) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga

yang berhunbungan dengan kesehatan.

5) Fungsi Keluarga

a) Fungsi afektif

Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan

basis dari kekuatan dari keluarga, yang tidak menghargai anggota

keluarganya yang menderita TB Paru, maka akan menimbulkan stressor

tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu keadaan yang

dapat menambah seringnya terjadi serangan TB Paru karena kurangnya

partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit

(Friedman, 1998).

b) Fungsi sosialisasi

Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita

tuberkulosis dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila

keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan

mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam

status emosi menjadi labil dan mudah stress.

c) Fungsi perawatan keluarga

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana

pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Hal yang perlu dikaji sejauh
28

mana keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan kesehatan

keluarga adalah :

(1) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan, maka perlu dikaji sejauh mana keluarga mengetahui

fakta-fakta dari masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda

dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhi serta

persepsi keluarga terhadap masalah.

(2) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan

mengenai tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji :

(a) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat

masalah dan luasnya masalah?

(b)Apakah masalah kesehatan yang dirasakan keluarga?

(c) Apakah keluarga merasa mnyerah terhadap masalah

kesehatan yang dialami?

(d)Apakah keluarga merasa takut akan penyakit?

(e) Apakah keluarga mempunyai sikap negativ terhadap

masalah keseahatan?

(f) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas yang ada?

(g)Apakah keluarga kurang percaya terhadap kesehatan yang

ada?

(h)Apakah keluarga dapat informasi yang salah terhadap

tindakan dalam mengatasi masalah.

(3) Untuk mengetahui sejauhmana kemapuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit termasuk kemampuan memelihara

lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas kesehatan yang


29

ada di masyarakat, maka perlu dikaji :

(a) Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangan

perawatan yang dibutuhkan untuk mengulangi masalah

kesehatan atau penyakit?

(b)Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas

yang diperlukan untuk perawatan?

(c) Apakah keterampilan keluarga mengenai macam perawatan

yang diperlukan?

(d)Apakah keluarga mempunyai pandangan negativ terhadap

perawatan yang diperlukan?

(e) Apakah keluarga dapat keuntungan dalam pemeliharaan

lingkungan di masa mendatang?

(f) Apakah keluarga mengetahui upaya peningkatan kesehatan

dan pencegahan penyakit?

(g)Apakah keluarga merasa takut akan akibat tindakan

(diagnostik, pengobatan dan rehabilitasi)

(h)Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya

perawatan dan pencegahan.

(4) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga

memelihara lingkungan rumah yang sehat, maka perlu dikaji :

(a) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga

yang dimiliki?

(b)Sejauhmana keluarga melihat keuntungan atau manfaat

pemeliharaan lingkungan?
30

(c) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygiene dan

sanitasi?

(d)Sejauh mana keluarga mengetahui mengetahui upaya

pencegahan penyakit?

(e) Bagaimana sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene

dan sanitasi?

(f) Sejauhmana kekompakan antar anggota kelurga?

(5) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat,

maka perlu dikaji :

(a) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas

kesehatan?

(b)Sejauhmana keluarga memahami keuntungan yang dapat

diperoleh dari fasilitas kesehatan?

(c) Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas

dan fasilitas keseahatan?

(d)Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik

terhadap petugas kesehatan?

(e) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh

keluarga?

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga

adalah :
31

(a) Berapa jumlah anak?

(b)Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota

keluarga?

(c) Metode yang digunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga

5) Fungsi Ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga

adalah :

(a) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,

pangan dan papan?

(b)Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan

keluarga?

6) Stress dan koping keluarga

(a) Stressor jangka pendek dan panjang

Stressor jangka pendek yaitu stressor yang diamlami

keluarga yang memperlakukan penyelesaian dalam waktu

kurang dari enam bulan.

(b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor dikaji

sejauhmana keluarga merspon terhadap stressor.

(c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan/stress.

(d) Strategi adaptasi disfungsional

Dijlaskan mengenai strategi keluarga bila menghadapi


32

permasalahan/stress.

7) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga dari

ujung rambut sampai kuku. Setelah ditemukan masalah

kesehatan, pemeriksaan fisik lebih terfokuskan.

8) Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Diagnosa keperawatan
Menurut APD Salvari, (2013) Diagnosa keperawatan adalah

pernyataan yang menggambarkan respon manusia atas perubahan

polainteraksi potensial atau actual individu. Perawat secara legal dapat

mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan.

Kolaburasi dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan

untuk menghindari kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan

kesehatan.

Diagnosa keperawatan mengacu pada runusan PES (Problem, Etiologi

dan Simtom) dimana untuk problem menggunakan rumusan masalah dari

NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan pendekatan lima

tugas keluarga atau dengan menggambarkan pohon masalah (Padila,2012)

Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari diagnosa

keperawatan keluarga actual (terjadi defisit/gangguan kesehatan), resiko

(ancaman kesehatan dan keadaan sejahtera (wellness). Penulisan diagnosa

keperawatan keluarga :
33

a. Diagnosa keperawatan keluarga : actual

b. Diagnosa keperawatan keluarga : resiko (ancaman)

Diagnosa keperawatan keluarga resiko dirumuskan apabila sudah ada

data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, mislanya

lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak

adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat dan lain

sebagainya.

c. Diagnosa keperawatan keluarga : sejahtera (potensial)

Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera merupakan suatu keadaan

dimana keluarga didalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan

keluarga dapat di tingkatkan. Rumusan diagnosanya boleh tidak

menggunakan etiologi.

d. Diagnosa keperawatan untuk klien tuberkulosis paru.

Sesuai dengan tinjauan tiori diatas diagnosa keperawatan Tuberkulosis

paru dalam NANDA NIC-NOC 2015 : memunclkan 5 diagnosa

keperawatan :

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d bronkospasme

2) Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, hipertensi pulmonal,

penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan

penurunan curah jantung.

3) Hipertemia b.d reaksi inflamasi

4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

ketidak adekuatan intake nutrisi.

5) Resiko infeksi b.d organisme purulen


34

3. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Proses scoring menggunakanskala yang telah dirumuskan oleh Baylon

dan Maglaya, 1978.

Tabel, 5
Prioritas diagnosa keperawatan

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah :
 Aktual (tidak/kurang sehat) 3 1
 Ancaman kesehatan. 2
 Krisis atau keadaan sejahtera. 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah :
 Dengan mudah 2 2
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat 0
3 Potensial Masalah untuk dicegah :
 Tinggi 3 1
 Cukup 2
 Rendah 1
4 Menonjolnya masalah :
 Masalah berat harus segera ditangani 2 1
 Ada masalah, tetapi tidak perlu harus 1
segera ditangani.
 Masalah tidak dirasakan 0

Keterangan :

Total Skor didapatkan dengan: Skor (total nilai kriteria) x Bobot


Angka tertinggi dalam skor

Cara melakukan Skoring adalah :

1). Tentukan skor untuk setiap kriteria

2). Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

3). Jumlah skor untuk semua kriteria

4). Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa

keperawatan keluarga.
35

4. Perencanaan Keperawatan keluarga

Rencana keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,

diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga,

dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative

dan sumber, serta menentukan keluarga tertentu dengan siapa perawat

keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan

keluarga diantaranya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan

keluarga diantaranya:

1) Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis yang menyeluruh

tentang masalah atau situasi keluarga.

2) Rencana yang baik harus realitis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat

menghasilkan apa yang diharapkan.

3) Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi

kesehatan. Misalnya bila instansi kesehatan pada daerah tersebut tidak

memungkinkan memberikan pelayanan cuma-cuma, maka perawat

harus mempertimbangkan hal tersebut dalam menyusun perencanaan.

4) Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga. Hal ini sesuai

dengan prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga bukan untuk

keluarga.

5) Rencana keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis hal ini selain

berguna untuk perawatan juga akan berguna bagi anggota tim kesehatan

lainnya, khususnya perencanaan yang telah disusun untuk kelurga


36

tersebut. Selain itu, dengan membuat rencana asuhan keperawatan

secara tertulis akan membentuk mengevaluasi perkembangan masalah

keluarga.

Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan

keluarga:

a) Menentukan sasaran atau goal, yang paling penting adalah bahwa

sasaran harus ditentukan bersama keluarga jika keluarga mengerti

dan menerima sasaran sasaran yang telah ditentukan, mereka

diaharapkan dapat berpartisipasi dalam mencapai secara aktif

tersebut. Misalnya setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga

mampu merawat anggota keluarga yang menderita sakit tuberkulosis

paru.

b) Menentukan tujuan dan objektif.

c) Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih

terperinci, berisi tentang hasil yang diaharapkan dari tindakan

keperawatan yang akan dilakukan. Ciri tujuan atau objektif yang

baik adalah spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistis, dan ada

batasan waktu. Misalnya setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapakan anggota keluarga yang sakit tuberkulosis paru mengerti

tentang cara pencegahan dan pengobatan tuberkulosis paru.

d) Menetukan pendekatan atau tindakan keperawatan yang akan

dilakukan. Tindakan keperawatan yang dipilih sangat bergantung

kepada sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk

memecahkan masalah. Dalam perawatan kesehatan keluarga


37

tindakan keperawatan yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi

atau menghilangkan sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya

ketidak sanggupan keluarga dalam melaksakan tugas-tugas

kesehatan.

*) Perawat dapat melakukan tindakan keperawatan dengan

menstimulasi kesadaran dan penerimaan terhadap masalah atau

kebutuhan kesehatan keluarga dengan jalan:

a) Memperluas inforamsi atau pengetahuan keluarga

b) Membantu keluarga melihat dampak atai akibat dari situasi yang

ada.

c) Menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran

yang telah ditentukan

d) .Mununjang sikap atau emosi yang sehat dalam menghadapi

masalah.

*) Tindakan perawat untuk menolong keluarga agar dapat menentukan

keputusan yang tepat dalam menyelesaikan masalahnya dapat

dilakukan dengan:

a) Mendiskusikan konsekuensi yang akan timbul jika tidak

melakukan tindakan.

b) Memperkenalkan pada keluarga alternativ kemungkinan yang

akan diambil serta sumber-sumber yang diperlukan untuk

melaksanakan alternativ tersebut.

c) Mendiskusikan dengan keluarga manfaat dari masing-masing

alternativ atau tindakan.


38

*) Untuk meningkatkan kepercayakan diri keluarga dalam memberikan

keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat

melakukan tindakan sebagai berikut :

a) Mendemontrasikan tindakan yang diperlukan

b) Memanfaatkan fasilitas atau sarana yang ada dirumah keluarga.

c) Menghindarkan hal-hal yang mengganggu keberhasilan

keluarga dalam merujuk klien/mencari pertolongan kepada tim

kesehatan yang ada.

*) Perawat dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam

menciptakan lingkungan yang menunjang kesehatan keluarga

antara lain dengan cara:

a) Membantu mencari cara untuk menghindari adanya ancaman

kesehatan dan perkembangan keperibadian anggota keluarga.

b) Membantu keluarga memperbaiki fasiltas fisik yang sudah ada

c) Menghindari ancaman psikologis dalam keluarga dengan

memperbaiki pola komunikasi keluarga, memperjelas masing-

masing anggota dan lain-lain.

d) Mengembangkan kesanggupan keluarga menemukan kebutuhan

psikososial.

Agar perawat dapat membantu keluarga memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada, maka perawat harus mempunyai

pengetahuan yang luas dan tepat tentang sumber daya yang ada

di masyarakat dan cara memanfaatkan sumber daya tersebut


39

1) Menentukan kriteria dan standar kriteria

2) Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan

untuk mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standar

menunjukan tingkat penampilan yang diinginkan untuk

membandingkan bahwa prilaku yang menjadi tujuan

tindakan perawat telah dicapai. Pernyataan tujuan yang

tepat akan menentukan kejelasan kriteria dan standar

evaluasi:

a) Tujuan, sesudah perawat kesehatan masyarakat

melakukan kunjungan rumah , keluarga akan

memanfaatkan Puskesmas atau Poliklinik.

b) Kriteria, kunjungan ke Puskesmas atau Poliklinik

c) Standar, ibu memeriksakan kehamilannya kepuskesmas

atau poliklinik, keluarga membawa berobat anaknya

yang sakit kepuskesmas.

5. Pelaksanaan keperawatan
Menurut Harmoko (2012), pelaksanaan merupakan salah satu

tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan

kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan

perbaikan kearah perilaku hidup sehat. Adanya

kesulitan,kebingungan,serta ketidak mampuan yang dihadapi keluarga

harus menjadi perhatian. Oleh karena itu, diharapkan perawat dapat

memberikan kekuatan dan membantu mengembangkan potensi-potensi

yang ada, sehingga keluarga dapat :


40

1) Menstimuluskan kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai

kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,

mengidentifikasikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta

mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

2) Menstimuluskan keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasikan konsekuensi untuk tidak melakukan

tindakan,mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga,dan

mendiskusikan konsekuensi setiap malam.

3) Memberikan kepercayaan diri dalam masyarakat anggota keluarga yang

sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan

alat dan fasilitas yang ada dirumah, dan mengawasi keluarga

melakukan perawatan.

4) Membantu keluarga untuk menentukan cara membuat lingkunggan

menjadi sehat dengan menentukan sumber-sumber yang dapat

digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga

seoptimal mungkin.

Faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat keluarga

untuk berkerja sama melakukan tindakan kesehatan antara lain :

1) Keluarga kurang memperoleh informasi yang jelas atau mendapatkan

informasi,tetap keliru.

2) Keluarga mendapatkan informasi tidak lengkap,sehingga mereka

melihat masalah hanya sebagian.

3) Keluarga tidak dapat mengkaitkan antara informasi yang diterima

dengan situasi yang dihadapi.


41

4) Keluarga tidak mampu menghadapi situasi

5) Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau social

6) Keluarga ingin mempertahankan satu pola tingkah laku.

7) Keluarga gagal mengkaitkan tindakan dengan sasaran atau tujuan

upaya keperawatan.

8) Kurang percaya dengan tindakan yang diusulkan perawat.

6. Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu

disusun rencana keperawatan yang baru.Tentukan garis besar masalah

kesehatan yang dihadapi dan bagaimana keluarga mengatasi masalah

tersebut

Metode evaluasi keperawatan, yaitu :

a. Evaluasi formatif (proses)

Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan

bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai

dengan kegiatan yang dilakukan, sistem penulisan evaluasi formatif ini

biasanya ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan system

SOAP.

b. Evaluasi sumatif (hasil)

Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan,

sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau

laporan ringkasan.
42

BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

1. Data Umum

a. Nama Kepala Keluarga : Tn. J

b. Alamat : Jl.Dahlia Rt.002 Rw.006 Kandis Kota

c. Pekerjaan : Wiraswasta

d. Pendidikan : SLTP

e. Umur : 48 Tahun

f. Komposisi keluarga :

Tabel. 3.1
Komposisi Keluarga

No Nama JK Hubungan dengan Umur Pekerjaan Pendidikan


keluarga

1. Tn. J L Kepala Keluarga 48 Tahun Wiraswasta SLTP

2. Ny. L P Istri 46 Tahun IRT SLTP


3. Nn. EL P Anak kandung 26 Tahun Anak Tidak
Sekolah
4. Nn. H P Anak kandung 24 Tahun Anak Tidak
Sekolah
5. Nn. D P Anak kandung 22 Tahun Anak Tidak
Sekolah
6. Nn. Es P Anak kandung 21 Tahun Anak Tidak
Sekolah
7. An. R L Anak kandung 16 Tahun Anak Tidak
Sekolah
43

a. Genogram

Keterangan :

: Laki- laki

: Meninggal

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal Serumah

b. Tipe keluarga

Keluarga Tn. J merupakan keluarga dengan tipe The Nuclear Family

(keluarga inti), keluarga yang terdiri dari suami,istri,anak.

c. Suku dan Bangsa

Tn. J dan Ny.L berasal dari suku Batak. Bahasa yang digunakan sehari-

hari adalah bahasa batak.


44

d. Agama

Keluarga Tn. J beragama Kristen dan menjalankan ibadah sesuai ajaran

agama kristen.

e. Pendapatan keluarga.

f. Tn. J, mengatakan pendapatannya dari buruh kebun tidak menentu, sehari

bisa 150.000, dan setiap hari minggu Tn. J libur karena beribadah ke

Gereja, berarti satu bulan penghasilan Rp. 3.900.000. sedangkan

pengeluaran sebulannya Rp. 3.000.000.

g. Aktifitas Rekreasi Keluarga

Aktifitas yang biasa dilakukan oleh Tn. J yaitu menonton Tv bersama istri

dan biasa berkunjung kerumah keluarganya.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga saat ini yaitu tahap 6 Tahapa keluarga

dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center families) dimana

tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya

tahap ini tergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang

belum berkeluarga dan tetep tinggal bersama orang tua.

b. Riwayat keluarga inti

Kelurga Tn.J mengatakan Tn.J sering mengeluh batuk berdahak warna

dahak hijau dan kadang bercampur darah, batuk sering timbul terutama

pada malam hari, kadang merasa sesak dan nyeri pada daerah dada, nafsu

makan kurang dan badan sering terasa lemas, sering berkeringat ditengah

malam.
45

c. Riwayat keluarga sebelumnya

Tn. J mengatakan dikeluarganya tidak memiliki penyakit keturunan baik

itu dari ibu maupun ayahnya, begitu juga dari istrinya.

3. Pengajian Lingkungan

a. Karakteristik rumah

Rumah keluarga Tn. J adalah tipe rumah semi permanen tidak terlalu

tinggi, ukuran rumah dengan luas ± 6 m x 12 m², lantai semen, terdiri dari

ruang tamu, 3 kamar tidur ,ruang dapur, kamar mandi dan WC. Rumah Tn.

J terdapat ventilasi tapi tidak memenuhi syarat kesehatan dan jendela

jarang dibuka, kondisi ruangan sangat pengap. Keluarga Tn. J

menggunakan air sumur bor untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi,

mencuci dan memasak.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Rumah Tn. J berada diwilayah penduduk dengan mayoritas suku batak,

interaksi sosial berjalan rukun dan baik. Jika terjadi masalah diselesaikan

dengan musyawarah.

c. Mobilitas Geografis Keluarga

Rumah Tn. J merupakan daerah perkampungan tidak jauh dari jalan raya

mudah dijangkau dengan sepeda motor dan mobil, Ny. L kalau membeli

perlengkapan dapur membelinya kepasar minggu yang berjarak ± 500

meter dari rumahnya.

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Di masyarakat Tn. J selalu mengikuti arisan dan perkumpulan bersama

masyarakat, dan keluarga Tn.J sebagiannya tinggal di kandis dan


46

pekanbaru mereka sering berkumpul apabila ada acara keluarga.

e. Sistem pendukung keluarga

Anggota keluarga Tn. J biasanya kalau sakit diperiksakan ke Puskesmas

dan TN. J sering tolong menolong begitu juga dengan lingkungan

sekitanya.

4. Struktur keluarga

a. Pola komunikasi

Pola komunikasi yang digunakan keluarga Tn. J adalah komunikasi

terbuka, menggunakan bahasa Batak, komunikasi berlangsung dua arah.

b. Struktur Kekuatan Keluarga

Keluarga Tn. J kalau ada masalah, sebelum mengambil keputusan selalu

berdiskusi terlebih dahulu dengan istri dan keluarga untuk meminta

pendapat dan masukan, keputusan diambil dengan cara musyawarah.

c. Struktur Peran

Tn. J berperan sebagai kepala keluarga dan sudah bisa melaksanakan

perannya dengan baik. Ny. L berperan sebagai ibu rumah tangga yang

selalu memberikan yang terbaik buat suami dan anak-anaknya.

d. Nilai atau Norma keluarga

Keluarga Tn. J percaya bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur yaitu

Tuhan yang maha kuasa, demikian juga dengan sehat dan sakit. Keluarga

juga percaya setiap sakit pasti ada obatnya, jika ada keluarga yang sakit

diperiksakan ke Puskesmas atau klinik terdekat.


47

5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Keluraga Tn. J kurang mengetahui tentang penyakit tuberkulosis paru yang

dideritanya, keluarga Tn. J selalu memberi dukungan satu sama lain dan

jika ada anggota keluarga yang sakit memeriksakan ke Puskesmas

b. Fungsi Sosialisasi

Tn. J mengatakan hubungan sosial dengan lingkungan sekitar rumah baik,

keluarga selalu mengikuti aturan-aturan, norma-norma budaya yang

ditetapkan oleh perangkat desa sekitar.

c. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi Tn. J mempunyai anak 5 orang dan tidak ingin

menambah anak lagi karena istri sudah berumur 48 tahun dan memakai

alat kontrasepsi pil.

d. Fungsi Ekonomi

Keluarga Tn. J menggunakan pengahsilannya utuk memenuhi kebutuhan

ekonomi keluarga setiap hari dan Ny. L mengatakan pengahsilanya untuk

untuk kebutuhan keluarga setiap hari dan sebaliknya kadang masih

kekurangan.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

a) Keluarga tidak mampu mengenal masalah keseahatan yaitu tentang

penyakit tuberkulosis paru. Hal ini ditunjukan dengan keluarga belum

mengetahui pengertian, penyebab sarta tanda dan gejala dari penyakit

tuberculosis paru.

b) Kemampuan keluarga Tn. J dalam mengambil keputusan juga masih


48

terbatas karena kurang pengetahuan mengenai tindakan yang tepat

tentang perawatan penyakit tuberkulosis paru.

c) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap

anggota keluarga

d) Keluarga sudah mampu menggunakan/memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan yang ada.

6. Stres dan Koping Keluarga

a. Stresor jangka pendek

Tn. J mengatakan merasa jenuh dengan makan obat setiap hari selama 6

bulan.

b. Stresor jangka panjang

Tn. J merasakan ketakutan kalau makan obat tuberkulosis paru tidak sesuai

anjuran maka penyakitnya tidak akan sembuh dan harus mengulang

pengobatan dari awal.

c. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor

Keluarga menganggap masalah kesehatan yang dialami Tn. J harus

mendapatkan penanganan segera agar tidak terjadi kondisi yang lebih

buruk lagi.

d. Strategi koping yang digunakan

Keluarga berusaha agar tidak larut dalam menghadapi masalah yang ada

sehingga bisa dipikirkan secara baik tindakan apa yang dilakukan.

e. Strategi Adaptasi Disfungsional

f. Keluarga Tn. J tidak pernah melakukan perilaku kasar atau kejam terhadap

istrinya dan tidak pernah melakukan ancaman dalam menjelaskan masalah.


49

7. Pemeriksaan Fisik
Tabel. 3.2
Pemeriksaan Fisik
Nama Anggota Keluarga
No Head To Toe
Tn. J Ny.L Nn. L Nn.H Nn.D Nn.Es An. R
1. Keadaan Compos Compos Compos Compos Compos Compos Compos
Umum mentis mentis mentis mentis mentis mentis mentis
2. Tanda-tanda TD: 110/80 TD:120/90 TD:120/80 TD: 110/70 TD: 110/80 TD: 100/60 TD: 120/80
vital N:80x/menit N:80x/menit N:82x/menit N:82x/menit N:86x/menit N:80x/menit N:80x/menit
S: 37ºC S: 36,4ºC S: 36ºC S: 36ºC S: 37ºC S: 37ºC S: 36,4ºC
P: 28 P:20x/menit P:18x/menit P: 18 x/menit P: 18x/menit P:20x/menit P: 20 x/menit
x/menit

Distribusi Distribusi Distribusi Distribusi Distribusi Distribusi


3. Kepala Distribusi
rambut rambut rambut rambut rambut rambut
rambut
tidak tidak tidak tidak tidak tidak
mudah
mudah mudah mudah mudah mudah mudah
rontok,
rontok, rontok, rontok, rontok, rontok, rontok,
warna
rambut rambut rambut rambut rambut rambut
rambut putih
keriting ikal dan keriting keriting ikal dan berwarna
hitam
dan panjang dan dan panjang hitam
(uban),Tn.J
panjang panjang panjang
mengatakan
sakit kepala
bagian
belakang
50

4. Mata Simetris Simetris Simetris Simetris antara Simetris Simetris Simetris


antara kiri antara kiri antara kiri kiri dan antara kiri dan antara kiri antara kiri dan
dan kanan. dan dan kanan.Konjun kanan.Konjun dan kanan.Konjun
Konjungtiva kanan.Konju kanan.Konju gtiva berwarna gtiva kanan.Konj gtiva
anemis , ngtiva ngtiva merah muda berwarna ungtiva berwarna
sklera tidak berwarna berwarna ,sklera tidak merah muda berwarna merah muda
ikterik, merah muda merah muda ikterik,penglih ,sklera tidak merah ,sklera tidak
penglihatan ,sklera tidak ,sklera tidak atan normal ikterik,pengli muda ikterik,pengli
kabur ikterik,pengli ikterik,pengli hatan normal ,sklera hatan normal
hatan mulai hatan normal tidak
menurun ikterik,peng
lihatan
normal
5. Hidung penciuman Penciuman Penciuman Penciuman Penciuman Penciuman Penciuman
baik normal normal normal normal normal normal

6.. Telinga Pendengaran Pendengaran Pendengaran Pendengaran Pendengaran Pendengara Pendengaran


normal normal normal normal normal n normal normal

7. Mulut Mulut bersih, Mulut bersih, Mulut bersih, Mulut bersih, Mulut bersih, Mulut Mulut bersih,
mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir bersih, mukosa bibir
lembab, lidah lembab, lidah lembab, lidah lembab, lidah lembab, lidah mukosa lembab, lidah
kotor, gigi bersih bersih bersih bersih bibir bersih
berlobang lembab,
lidah bersih
51

Tidak ada Tidak ada


8. Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesan pembesaran
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
vena vena
vena jugularis vena jugularis vena jugularis vena vena jugularis
jugularis jugularis
jugularis
Tn.J
mengatakan
leher
belekang
tersa kaku

Pengerakan Pengerakan Pengerakan Pengerakan Pengerakan Pengerakan Pengerakan


9. Paru-paru
dinding dada dinding dada dinding dada dinding dada dinding dada dinding dinding dada
 Bentuk simetris kiri simetris kiri simetris kiri simetris kiri simetris kiri dada simetris kiri
dada dan kanan, dan kanan, dan kanan, dan kanan, dan kanan, simetris kiri dan kanan,
 Bunyi tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada dan kanan, tidak ada
nafas penggunaan penggunaan penggunaan penggunaan penggunaan tidak ada penggunaan
otot bantu otot bantu otot bantu otot bantu otot bantu penggunaan otot bantu
pernafasan, pernafasan, pernafasan, pernafasan, pernafasan, otot bantu pernafasan,
suara nafas tidak ada tidak ada tidak ada suara tidak ada pernafasan, tidak ada suara
vasikuler, ada suara nafas suara nafas nafas suara nafas tidak ada nafas
suara nafas tambahan. tambahan. tambahan. tambahan. suara nafas tambahan.
tambahan tambahan.
(ronchi)
52

Warna normal, Warna Warna Warna Warna Warna Warna


10. Abdomen
tidak ada normal, normal, normal, normal, tidak normal, normal,
tidak ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
diperut, diperut, diperut, diperut, diperut, tidak diperut, diperut,
terdapat nyeri tidak ada tidak ada tidak ada ada nyeri tidak ada tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan tekan dan nyeri tekan nyeri tekan
tekan dan tidak
dan tidak dan tidak dan tidak tidak ada dan tidak dan tidak
ada benjolan ada benjolan ada benjolan ada benjolan benjolan ada ada
benjolan benjolan

Berfungsi
11. Ekstermitas Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi
dengan
atas dan dengan baik, dengan dengan dengan dengan dengan
baik,tidak
bawah nampak baik,tidak ada baik,tidak baik,tidak baik,tidak baik,tidak
ada masalah
masalah ada masalah ada masalah ada masalah ada masalah
Tn. J lemah semua normal
terhadap semua normal semua normal semua semua
gerakan- normal normal
gerakan tetapi
kadang
merasa lelah
saat berjalan

8. Harapan Keluarga

Diharapakan petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang kesehatan menyangkut penyakit yang diderita Tn. J
53

Analisa Data

Tabel.3.3
Analisa Data

No Data Penyebab Masalah


1. Data Subjektif :
Keluarga mengatakan kalau Tn. J Kurangnya Ketidak efektifan
batuknya berdahak ,dahak berwarna pengetahuan bersihan jalan
hijau dan kadang merasa sesak dan keluarga tentang napas

nyeri pada daerah dada. merawat penyakit


Data Objektif : Tuberkulosis
Keadaan Umum Tn. J lemah dan
agak kurus, BB 45 kg , saat
dilakukan auskultasi terdengar
suara tambahan ronkhi (+), TD
110/80 mmhg, RR 24 x/menit dan
Suhu : 37 °C

2. Data Subjektif :
Tn. J mengatakan bahwa sering Kurangnya Resiko terjadinya
berkeringat malam hari, batuk pengetahuan penularan
berdahak dan kadang merasa sesak keluarga tentang penyakit pada
dan nyeri pada daerah dada merawat penyakit anggota keluarga
sebelum berobat ke Puskesmas, Tuberkulosis
saat ini hal tersebut sudah mulai paru.
berkurang sejak mengikuti program
pengobatan Tuberkulosis paru.
Data Objektif
Keadaan Umum Tn. J lemah dan
agak kurus,BB 45 kg , saat
dilakukan auskultasi terdengar
suara tambahan ronkhi (+), TD
110/80 mmhg, RR 24 x/menit dan
Suhu : 37 °C
54

No Data Penyebab Masalah


3. Data Subjektif
Tn. J mengatakan bahwa sering Ketidakmampuan Kurangnya
berkeringat malam hari, batuk keluarga pengetahuan
berdahak dan kadang merasa mengambil keluarga tentang
sesak dan nyeri pada daerah dada. keputusan dalam cara perawatan
merawat anggota penyakit
Data Objektif
keluarga sakit tuberkulosis paru
Keadaan Umum Tn. J lemah dan
.
agak kurus,BB 45 kg , saat
dilakukan auskultasi terdengar
suara tambahan ronkhi (+), TD
110/80 mmhg, RR 24 x/menit dan
Suhu : 37 °C, alasan keluarga
membawa berobat karena batuk.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas yang tidak efektif berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan keluarga terhadap perawatan Tuberkulosis paru.

2. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan

Tuberkulosis paru.

3. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota

keluarga yang sakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

perawatan Tuberkulosis paru.


55

Perioritas Masalah Keperawatan

Diagnosa 1: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan keluarga terhadap perawatan Tuberkulosis paru

Tabel 3.4
Perioritas Masalah

No Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran


1 Sifat masalah : 2 1 3/3x1=1 Masalah bersifat aktual

Aktual karena Tn.J dalam

keadaan kurang sehat dan

memerlukan pengobatan.

2 Kemungkinan 1 2 2/2x2=2 Masalah kesehatan yang

masalah dapat dialami Tn.J mudah untuk

diubah : dilakukan pengobatan

Mudah

3 Potensi masalah 3 1 3/3x1=1 Keluarga Tn.J tidak

untuk dicegah : mengerti tentang masalah

Tinggi kesehatan, hal tersebut

dikarenakan kurang

pengetahuan yang dimiliki

keluarga.

4 Masalah yang 2 1 2/2x1=1 Penyakit Tn. J harus

menonjol : segera di tangani karena

Segera ditangani dapat mengakibatkan

kematian.

Total skore 5
56

Diagnosa 2. Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia,

penurunan kemampuan finansial

Tabel 3.5

Perioritas Masalah

No Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran


1 Sifat masalah : 2 1 2/3x1=2/3 Keluarga tidak tahu

Ancaman penyakit Tn.J mudah

kesehatan menular.

2 Kemungkinan 1 2 1/2x2=1 Tn.J usia pertemgahan

masalah dapat mudah dan mau

diubah : mengikuti petunjuk

Mudah pengobatan.

3 Potensi masalah 3 1 3/3x1=1 Keluarga kooperatif

untuk dicegah :

Tinggi

4 Masalah yang 2 1 2/2x1=1 Bila tidak ditangani

menonjol : memungkinkan

Segera ditangani penyembuhan lama dan

terjadi penularan pada

anggota keluarga.

Total skore 3 2/3


57

Diagnosa 3. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan

Tuberkulosis paru.

Tabel 3.6
Perioritas Masalah

No Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran


1 Sifat masalah : 2 1 2/3x1=2/3 Tuberkulosis paru adalah

Ancaman penyakit menular

kesehatan sehingga memungkinkan

penularan pada anggota

keluarga lain dalam

serumah.

2 Kemungkinan 1 2 1/2x2=1 Tn.J tidak tahu jika

masalah dapat penyakitnya butuh

diubah : pengobatan rutin.

Mudah

3 Potensi masalah 3 1 3/3x1=1 Keluarga kooperatif

untuk dicegah : dalam penatalaksanaan

Tinggi dan penyuluhan

kesehatan.

4 Masalah yang 2 1 2/2x1=1 Bila tidak ditangani


menonjol : memungkinkan
Segera ditangani penyembuhan lama dan
terjadi penularan pada
anggota keluarga.
Total skore 2 2/3
58

3.2 Perencanaan perawatan

Tabel 3.7
Perencanaan keperawatan

Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi


Keperawatan

Bersihan jalan Setelah diberikan a. Penurunan bunyi a. Kaji ulang


nafas yang tidak tindakan fungsi
napas indikasi
efektif keperawatan pernapasan :
atelektasis,
berhubungan kebersihan jalan bunyi napas,
dengandengan napas efektif, ronkhi indikasi kecepatan,
sekret dengan kriteria irama,
akumulasi
kental atau sekret hasil: kelemahan dan
secret/ketidakma
dengan kriteria • Mempertahankan penggunaan
darah, jalan napas mampuan otot aksesori
kelemahan, upaya pasien b. Catat
membersihkan
batuk • Mengeluarkan kemampuan
jalan napas
buruk, edema sekret tanpa untuk
napas bantuan sehingga otot mengeluakan
trakeal/faringeal. • Menunjukan secret atau
aksesori
prilaku untuk batuk efektif,
digunakan dan
memperbaiki catat karakter,
bersihan jalan kerja pernapasan jumlah sputum,
napas adanya
meningkat.
• Berpartisiapsi hemoptisis.
b. Pengeluaran sulit
dalam program c. Berikan pasien
pengobatan bila sekret kental, posisi semi atau
sesuai kondisi fowler. Bantu
sputum berdarah
• Mengidentifikasi ajarkan batuk
akibat kerusakan
potensial efektif dan
komplikasi dan paru atau luka latihan napas
59

melakukan bronkhial yang dalam.


tindakan tepat. d. Bersihkan
memerlukan
secret dari
evaluasi/interven
mulut dan
si lanjut. trakea, suction
bila perlu.
c. Meningkatkan
e. Pertahankan
ekspansi paru,
intake cairan
ventilasi 2500 ml/hari
kecuali
maksimal
kontraindikasi.
membuka area
f. Lembabkan
atelektasis dan udara/oksigen
inspirasi.
peningkatan
Kalaborasi :
gerakan sekret
g. Berikan obat
agar mudah agen mukolitik,
bronkodolator,
dikeluarkan.
kortikostiroid
d. Mencegah
sesuai indikasi.
obstruksi

/aspirasi suction

dilakukan bila

pasien tak

mampu

mengeluarkan

sekret.

e. Membantu

mengencerkan
60

sekret sehingga

mudah

dikeluarkan.

f. Mencegah

pengeringan

membran

mukosa.

g. Menurunkan

kekentalan

sekret, lingkaran

ukuran lumen

trakeabronkial,

berguna jika

terjadi hipersimia

pada kavitas yang

luas.

Gangguan Setelah diberikan a. Berguna dalam a. Catat status


keseimbangan tindakan mendefinisikan nutrisi pasien:
nutrisi, kurang keperawatan derajat turgor
dari kebutuhan diharapkan masalah dan kulit, timbang
berhubungan kebutuhan nutrisi intervensi berat badan,
dengan kelelahan, adekuat, dengan yang tepat. integritas mukosa
batuk kriteria hasil: b. Membantu mulut,
yang sering, • Menunjukkan intervensi kemampuan
adanya produksi berat badan kebutuhan menelan, adanya
sputum, dispnea, meningkat yang spesifik, bising usus,
anoreksia, mencapai tujuan meningkatkan riwayat
61

penurunan dengan nilai intake diet mual/rnuntah


kemampuan laboratoriurn pasien. atau diare.
finansial normal dan bebas c. Mengukur b. Kaji ulang pola
tanda malnutrisi. keefektifan diet pasien yang
• Melakukan nutrisi dan cairan. disukai/tidak
perubahan pola d. Dapat menentukan disukai.
hidup untuk jenis diet dan c. Monitor intake
meningkatkan dan mengidentifikasi dan output secara
mempertahankan pemecahan periodik.
berat badan yang masalah d. Catat adanya
tepat. untuk anoreksia, mual,
meningkatkan muntah, dan
intake nutrisi. tetapkan
e. Membantu jika ada
menghemat hubungannya
energi khusus saat dengan
demam terjadi medikasi.
peningkatan Awasi
metabolik. frekuensi,
f. Mengurangi rasa volume,
tidak enak dari konsistensi
sputum atau Buang Air
obat-obat yang Besar (BAB)
digunakan yang e. Anjurkan
dapat erangsang bedrest
muntah. f. Lakukan
g. Memaksimalkan perawatan mulut
intake nutrisi dan sebelum dan
menurunkan sesudah tindakan
iritasi gaster pernapasan
h. .Memberikan a. Anjurkan makan
bantuan dalarn sedikit dan sering
62

perencaaan diet dengan makanan


dengan nutrisi tinggi protein dan
adekuat unruk karbohidrat.
kebutuhan Kalaborasi:
metabolik dan b. Rujuk ke ahli
diet. gizi untuk
i. Nilai rendah menentukan
menunjukkan komposisi diet
malnutrisi dan c. Awasi
perubahan peemeriksaan
program laboratorium.
terapi. (BUN,
protein serum,
dan albumen.
Resiko penularan Setelah diberikan a. Membantu pasien a. Review
Tindakan agar mau mengerti patologi
pada anggota
keperawatan tidak dan menerima penyakit fase
keluarga yang
terjadi penyebaran/ terapi yang aktif/tidak aktif,
lain berhubungan aktivitas ulang diberikan untuk penyebaran
infeksi, dengan mencegah infeksi
dengan kurangnya
kriteria hasil: komplikasi. melalui
pengetahuan
• Mengidentifikasi b. Orang-orang yang bronkus pada
keluarga terhadap intervensi untuk beresiko perlu jaringan
mencegah/ program terapi sekitarnya atau
pencegahan
menurunkan risiko obat untuk aliran darah
penularan
penyebaran mencegah atau sistem
Tuberkulosis paru. infeksi. penyebaran limfe dan
• Menunjukkan infeksi. resiko infeksi
/melakukan c. Kebiasaan ini melalui batuk,
perubahan pola untuk bersin,
hidup untuk mencegah meludah,
meningkatkan terjadinya tertawa.,ciuman
63

lingkungan yang penularan infeksi. atau


aman. d. Mengurangi risiko menyanyi.
penyebaran infeksi b. Identifikasi
e. Febris merupakan orang-orang
indikasi terjadinya yang
infeksi beresiko
f. Pengetahuan terkena
tentang faktor- infeksi seperti
faktor ini anggota
membantu pasien keluarga teman,
untuk mengubah orang dalam
gaya hidup dan satu
menghindari/meng perkumpulan.
urangi keadaan c. Anjurkan
yang lebih buruk pasien
g. Periode menular menutup mulut
dapat terjadi hanya dan
2-3 hari setelah membuang
permulaan dahak di
kemoterapi jika tempat
sudah terjadi penampungan
kavitas, resiko, yang tertutup
penyebaran infeksi jika
dapat berlanjut batuk.
sampai 3 bulan d. Gunakan
h. Obat-obat masker setiap
sekunder melakukan
diberikan jika tindakan.
obat-obat primer e. Monitor
sudah resisten. temperatur
i. Untuk mengawasi f. Identifikasi
keefektifan obat individu yang
64

dan efeknya serta berisiko tinggi


respon untuk
pasien terhadap terinfeksi ulang
terapi. Tuberkulosis
paru,
seperti:
alkoholisme,
malnutrisi,
operasi
bypass
intestinal,
menggunakan
obat
penekan imun/
kortikosteroid,
adanya diabetes
melitus, kanker.
g. Tekankan untuk
tidak
menghentikan
terapi yang
dijalani.
Kolaborasi:
h. Pemberian
terapi
INH,
Etambutol,
Rifampisin.
i. Pemberian
terapi
Pyrazinamid
(PZA)/Aldinamide
65

para-amino
salisik (PAS),
sikloserin,
streptomisin.
j. Monitor
sputum
BTA
66

3.4 Pelaksanaan keperawatan

Tabel. 3.8
Pelaksanaan keperawatan

Hari/Waktu Dx. Kep Implementasi Evaluasi Paraf

Senin, Bersihan jalan 1. Memberi S:


6 Mei 2019 nafas yang tidak penyuluhan 1. Keluarga Tn.J,
efektif tentang bersihan khususnya Tn. J
mengtakan
berhubungan jalan nafas yang
bahwa penyakit
dengan tidak efektif dan Tuberkulosis
kurangnya memberi paru adalah
pengetahuan penyuluhan penyakit yang
keluarga tentang disebabkan oleh
terhadap pencegahan TBC infeksi kuman.
perawatan 2. Keluarga Tn.J
2. Memberi khususnya Tn. J
Tuberkulosis
mengatakan
paru penyuluhan
bahwa penyebab
tentang bersihan Tuberkulosis
jalan nafas yang paru adalah
tidak efektif dan kuman.
memberi
penyuluhan O:
tentang upaya 1. Keluarga
tampak
untuk mencegah
mengemukakan
terjadinya pendapat
penularan tentang penyakit
TBC Tuberkulosis
paru
3. Memberi onseling 2. Tn.J
mengatakan
kesehatan tentang tanda dan gejala
pencegahan dan yang dialaminya
dalah batuk
penularan TBC di berdahak dan
rumah. bercampur
darah kental
3. Keluarga Tn. J
belum bisa
menjawab
tentang tanda
67

dan gejala,cara
penularan
penyakit
tuberkulosis
paru.
A:
Pemeliharaaan
tidak efektif
berhubungan
dengan ketidak
tahuan keluarga
mengenal
masalah
kesehatan
Tuberkulosis
paru teratasi
sebagian.

P:
Memberikan
pendidikan
kesehatan
kepada keluarga
tentang penyakit
Tuberkulosis
paru
Selasa Resiko 1. Memberi konseling S:
7 Mei 2019 kesehatan tentang 1. Keluarga Tn.J
penularan pada
pencegahan dan khususnya Tn.J
anggota mengatakan
penularan TBC di
bahwa penyakit
keluarga yang rumah. Tuberkulosis
lain paru adalah
2. Memotivasi penyakit yang
berhubungan keluarga agar tetap disebabkan oleh
dengan mempertahankan infeksi kuman
pengetahuan yang Tuberkulosis
kurangnya didapat dan yang terjadi
pengetahuan berusaha agar diparu.
mengetahui lebih 2. Keluarga Tn.J
keluarga dalam tentang khususnya Tn.J
terhadap penyakit mengatakan
Tuberkulosis paru bahwa tanda dan
pencegahan dari petugas gejala penyakit
penularan kesehatan maupun Tuberkulosis
media informasi paru adalah batuk
Tuberkulosis lain. berdahak,berdara
paru. 3. Melakukan h kadang-kadang,
68

kontrak waktu nyeri dada,sesak


untuk penyuluhan nafas, demam
berikutnya tengah malam
tentang penyakit keringat
Tuberkulosis paru dingin,nafsu
makan kurang,
berat badan
turun.
3. Keluarga Tn. J
khususnya Tn.J
mengatakan
bahwa cara
penularan
penyakit
Tuberkulosis
paru adalah lewat
batuk,dahak yang
dibuang
sembarangan
makan makanan
bekas penderita
dan pemakain
kasur dan batal
bekas penderita.

O:
1. Keluarga
tampak
mengemukaka
n pendapat
tentang
penyakit
Tuberkulosis
paru
2. Keluarga
tampak
menjawab
pertanyaan
tentang
penyakit
Tuberkulosis
paru yang
dialami Tn.J
dengan
jawaban yang
tepat.
A:
1. Pemeliharaan
69

tidak efektif
berhubungan
dengan
ketidak
tahuan
keluarga
mengenal
masalah
kesehatan
tuberkulosis
paru teratasi
sebagian.
2. Ketidakefetifa
n bersihan
jalan nafas
pada Tn. J
berhubungan
dengan
ketidakmamp
uan keluarga
mengenal
masalah
kesehatan
Tuberkulosis
paru teratasi.
P:
1. Memberikan
pendidikan
kesehatan
kepada keluarga
tentang cara
mengambil
keputusan yang
tepat terhadap
penyakit
Tuberkulosis
paru.
2. Memberikan
pendidikan
kesehatan
keluarga tentang
cara merawat
anggota
keluarga yang
sakit
Tuberkulosis
paru
3. Memberikan
70

pendidikan
kesehatan
keluarga tentang
cara pencegahan
terhadap
penularan
penyakit
Tuberkulosis
paru dab cara
memodifikasi
lingkungan
yang sehat bagi
anggota
keluarga yang
sakit
Tuberkulosis
paru.
Rabu Ketidakmampua
8 Mei 2019
n keluarga
mengambil
keputusan
dalam merawat
anggota
keluarga yang
sakit
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
tentang
perawatan
Tuberkulosis
paru.
71
72

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Asuhan keperawatan pada keluarga Tn.J dengan masalah Tuberkulosis paru

diwilayah kerja Puskesmas Kandis. Dilaksanakan pada tanggal 29 April 2019.

Pengkajian pada keluarga Tn.J, kegiatan asuhan keperawatan keluarga dilakukan

diwilayah kerja Puskesmas Kandis dengan keluarga binaan yang ditentukan oleh

Puskesmas beserta penulis. Keluarga binaan yang dianggap layak dan tentu bisa

berpartisipasi pada asuhan keperawatan ini adalah keluarga Tn.J dengan

Tuberkulosis paru.

B. PEMBAHASAN

1. Pengkajian

Pengkajian pada keluarga Tn.J dilakukan dan ditemukan tipe keluarga

adalah The nucler family (keluarga inti) terdari dari suami,istri,dan anak.

Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah tahap keluarga dengan anak

dewasa atau pelepasan (launching center family). Keluarga berperan

dengan perannya masing-masing.

Asuhan keperawatan keluarga Tn.J dilakukan sesuai dengan tiap

langkah asuhan keperawatan keluarga seperti yang telah ditentukan

sebelumnya. Pengaplikasian teori keperawatan keluarga dilakukan oleh

penulis mulai pengkajian,perumusan,diagnosa,intervensi,implementasi dan

evaluasi dengan tujuan agar keluarga mampu melakukan tugas kesehatan

keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan keluarga, mampu memutuskan


73

tindakan kesehatan keluarga yang tepat, mampu merawat anggota keluarga

yang menderita Tuberkulosis paru, mampu memodifikasi lingkungan yang

sehat, mampu memanfaatkan faskes yang ada di masyarakat.

Masalah TB paru yang diderita oleh Tn.J semuanya sudah sesuai

dengan konsep dasar penyakit TB paru.tanda dan gejala yang ditemukan

pada Tn.J adalah batuk berdahak kadang-kadang bercampur darah.

Menurut Rab (2010) penyebab penyakit TB paru adalah bakteri

tuberkulosis, lingkungan kotor,pola hidup, perokok aktif. Sedangkan

menurut Rab (2010) untuk tanda dan gejala TB paru adalah, batuk,sputum

mukoid atau purulent, nyeri dada, hemaptomisis.

e) Faktor pendukung

Selama melakukan pengkajian pada Tn.J keluarga sangat terbuka dan

kooperatif dalam memberikan informasi yang dibutuhkan

f) Faktor penghambat

Selama melakukan pengkajian pada keluarga Tn.J tidak ada hambatan

berarti.

2. Diagnosa

Dalam pengkajian ditemukan masalah keperawatan yang muncul

yaitu: ‘pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan Tuberkolosis

paru”. Menurut harmoko (2012) diagnosa keperawatan keluarga adalah

keputusan klinis mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang

diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data,analisa data secara

cermat dan dapat memberikan dasar untuk menetapkan tindakan


74

keperawatan. Komponen diagnosa keperawatan keluarga meliputi problem

atau masalah, etiologi atau penyebab, tanda dan gejala. Untuk menentukan

problem atau masah mengacu pada buku diagnosa keperawatan NANDA.

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosa

keperawatan keluarga adalah:

1. Ketidaktahuan (kurang pengetahuan,pemahaman dan kesalahan

persepsi).

2. Ketidakmampuan (sikap dan motivasi)

3. Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur atau

tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik itu finansial, sistem

pendukung, lingkungan fisik dan psikologis).

3. Intervensi keperawatan keluarga

Menurut hasil intervensi dilapangan pada diagnosa ”Pemeliharaan

kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan Tuberkolosis paru adalah beri pengajaran

tentang proses penyakit,pendidikan dan pengetahuan tentang TBC

,Penjelasan tentang dukungan keluarga dalam membuat

keputusan,pengendalian factor resiko,lingkungan rumah yang aman ,dan

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan .

4. Implementasi

Implementasi di lapangan pada diagnosa pemeliharaan kesehatan tidak

efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan tuberkolosis paru adalah memberikan penyuluhan tentang

penyakit tuberkulosis, cara pencegahan penularan penyakit tuberkulosis,


75

kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan, mampu merawat

anggota keluarga yang sakit, memilihara lingkungan yang sehat, mampu

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat.

5. Evaluasi keperawatan keluarga

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai

keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehingga

memiliki produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota

keluarga sebagai komponen kelima dalam proses keperawatan. Evaluasi

adalah tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan akan

menentukan mudah atau sulitnya dalam melaksanakan evaluasi.

Evaluasi dilakukan dengan cara tanya jawab dengan keluarga. Tindakan

keperawatan keluarga pada Tn.J dapat dikatakan mencapai tujuan dan

kriteria yang ditetapkan.


76

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil studi kasus penerapan asuhan keperawatan keluarga

dengan kasus Tuberculosis diwilayah kerja Puskesmas Kandis Kabupaten

Siak tahun 2019 ,penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian keluarga dengan kasus

Tuberculosis,didapatkan data Tn .J belum paham tentang pengertian dari

penyakit Tuberculosis,belum mampu mengambil keputusan ,belum

mampu merawat keluarga yang sakit,belum mampu memodifikasi

lingkungan,dan belum mampu,menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan.

5.1.2. Diagnosa keperawatan

Dalam merumuskan diagnosa keperawatan harus melihat kondisi

pasien dan keluarga pasien .pada kasus ini prioritas diagnosa keperawatan

yang menonjol adalah “Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

Tuberkolosis paru”.

5.1.3. Intervensi

Dalam perencanaan keluarga dengan Pemeliharaan kesehatan tidak

efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah


77

kesehatan Tuberkolosis paru yaitu memberikan penyuluhan tentang

penyakit Tuberculosis,dukungan dalam mengambil keputusan, pengajaran

ke keluarga agar mampu merawat anggota keluarga yang sakit,mampu

memelihara kesehatan lingkungan yang sehat untuk mencegah terjadinya

penularan penyakit,dan mampu menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan .

5.1.4. Implementasi

Penatalaksanaan dalam kasus ini dapat dilaksanakan sesuai dengan

rencana yang telah disusun dengan melibatkan pasien,keluarga,yaitu

melakukan penyuluhan mengenai penyakit Tuberculosis,mampu

mengambil keputusan,mampu merawat anggota keluarga yang

sakit,mampu memodifikasikan lingkungan,dan mampu menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan.

5.1.5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk memonitor keberhasilan yang tercapai

selama tahap pengkajian ,analisa ,perencanaan,dan tindakan

keperawatan.dari diagnosa yang muncul adalah Pemeliharaan kesehatan

tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah kesehatan Tuberkolosis paru.

5.2. SARAN

5.2.1. Bagi Puskesmas

Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan kerja sama baik tim kesehatan maupun dengan pasien

dan keluarga sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat


78

mendukung kesembuhan klien.

5.2.2. Bagi Penulis

Diharapkan hasil laporan kasus ini dapat menambah pengetahuan

dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi penulis selanjutnya dalam

menerapkan asuhan keperawatan keluarga khususnya pada pasien

Tuberculosis ,serta sebagai perbandingan dalam mengembangkan kasus

asuhan keperawatan keluarga dengan Tuberculosis.

5.2.3. Bagi Institusi

Diharapkan dapat menambah buku literatur /buku panduan untuk

asuhan keperawatan keluarga yang menderita Tuberculosis agar dapat

digunakan oleh mahasiswa lainnya untuk melakukan asuhan keperawatan

secara maksimal.

5.2.4. Bagi klien /keluarga

Bagi penderita yang mengalami penyakit Tuberculosis agar

melakukan pengobatan secara rutin,dan bagi keluarga agar mengawasi

anggota keluarga yang sedang sakit untuk minum obat secara teratur tidak

boleh putus dalam minum obat.dan dengan adanya studi kasus ini dapat

menambah ilmu pengetahuan khususnya pada penyakit Tuberculosis


79

Anda mungkin juga menyukai