Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyakit Tuberculosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang masih

menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat kita. Penyakit tuberculosis paru

dimulai dari tuberculosis, yang berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan

bakteri berbentuk basil yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis.

Sumber penularan menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak

(droplet nuclei/percik renik). Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup

udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius. Sekali batuk dapat

menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang mengandung kuman sebanyak 0-

3500 M.tuberculosis. yang kemudian menyebabkan penyakit tuberculosis paru.

Pada penyakit tuberculosis, jaringan yang paling sering diserang adalah paru-paru

dan bisa juga menyerang organ lain selain paru-paru. (Sholeh S.Naga,2014)

Menurut laporan word health organization (WHO) tahun 2015 di tingkat

global diperkirakan 9,6 juta kasus TB paru dengan 3,2 juta kasus diantaranya

adalah perempuan. Dengan 1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus

adalah perempuan. Dari kasus TB tersebut ditemukan 1,1 juta(12%) HIV positif

dengan kematian 320.000 orang (140.000 orang adalah perempuan) dan 480.000

TB Resistant Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus

TB paru, diperkirakan 1 juta kasus TB anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000

kematian/tahun (Kemenkes RI Direktorat Jendral Pencegahan dan pengendalian

penyakit,Jakarta,2016).
Di Indonesia setiap tahunnya kasus tuberkulosis paru bertambah seperempat

juta kasus baru dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya. Indonesia

termasuk 10 negara tertinggi penderita kasus tuberkulosis paru di dunia. Menurut

WHO dalam laporan Global Report prevalensi TB di Indonesia pada 2015 ialah

297 per 100.000 penduduk dengan kasus baru setiap tahun mencapai 460.000

kasus. Dengan demikian, total kasus hingga 2016 mencapai sekitar 800.000-

900.000 kasus dan angka kematian sebesar 27 kasus per 100.000 penduduk.

(Kemenkes RI.2016). Jika seorang telah terjangkit bakteri penyebab tuberculosis,

akan berakibat buruk, seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja,

menularkan kepada orang lain terutama pada keluarga yang tinggal serumah, dan

dapat menyebabkan kematian.

Diprovinsi Riau tahun 2016 jumlah pasien dengan penyakit tuberkolosis

paru sebanyak 4.022 orang. Sementara kabupaten Siak menduduki urutan ke-5

dari 12 kabupaten/kota seprovinsi Riau dengan jumlah penderita tuberkolosis paru

sebanyak 429 orang atau sebesar 12,99 % dari jumlah penderita tuberkolosis paru

di Propinsi Riau dan di wilayah kerja Puskesmas Kandis penderita tuberkolosis

paru sebanyak 105 orang atau sebayak 24,47 % dari jumlah penderita tuberkolosis

paru di kabupaten Siak. ( Dinkes prov.Riau 2017 ).

Pada tahun 2014 angka keberhasilan pengobatan menurun dibandingkan

enam tahun yang sebelumnya. Angka keberhasilan pengobatan tahun 2015

sebesar 81,3%. WHO menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan

sebesar 85% dengan demikian Indonesia tidak mencapai standar tersebut.

Sementara Kementerian Kesehatan menetapkan target 88% untuk angka

keberhasilan pengobatan tahun 2015 (Kemenkes RI,2016).


Sementara di Provinsi Riau angka keberhasilan pengobatan sebesar 83,74 %

pada tahun 2016, dan di kabupaten Siak angka keberhasilan pengobatan sebesar

81,62%. Dengan hasil cakupan keberhasilan pengobatan maka Propinsi Riau

khususnya Kabupaten Siak dan lebih spesifiknya Kecamatan Kandis belum

memenuhi standar dari WHO sebesar 85 % dan kemenkes sebesar 88%. (Dinkes

Prov.Riau 2017).

Pada umumnya penyakit TBC menular melalui udara, dan biasanya bakteri

micobakterium tuberkulosa terbawa pada saat seseorang batuk lalu mengeluarkan

dahak. Bahayanya jika bakteri selalu masuk dan terkumpul dalam paru-paru,

maka bakteri ini akan berkembang biak dengan cepat apalagi yang mempunyai

daya tahan tubuh yang rendah. Apabila sudah terjadi infeksi maka dengan

mudahnya akan menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.

Terjadinya infeksi TBC dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya seperti otak,

ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan biasanya yang

paling sering terserang yaitu paru-paru.

Bakteri micobakterium tuberkulosa mempunyai bentuk seperti batang dan

bersifat seperti tahan asam sehingga dikenal sebagai BTA (Basil Tahan Asam)

yang merupakan faktor utama penyakit TBC. Selain dari bakteri tersebut, faktor

yang lain yang menjadi penyebab penyakit TBC adalah lingkungan yang lembab,

kurangnya sirkulasi udara, dan kurangnya sinar matahari dalam ruang sangat

berperan terjadinya penyebaran bakteri mikobakterium tuberkulosis ini. Dengan

demikian sangat mudah menyerang orang-orang di sekitar dalam kondisi

lingkungan yang kurang sehat. Tingginya jumlah penderita TB hingga saat ini

dapat dikorelasikan dengan regimen pengobatan yang kompleks, dimana waktu


terapi yang lama menjadi permasalahan utama bagi pasien. Selain itu, kurangnya

informasi dan penjelasan yang tidak berkelanjutan mengenai pengobatan juga

menjadi kendala pasien untuk dapat menjalankan regimen terapinya. Ketiga hal

tersebut akan berpengaruh terhadap kepatuhan pasien (Depkes RI 2012).

Meskipun TB dapat disembuhkan dengan pengobatan menggunakan

beberapa antibiotik paten selama kurang lebih 6 bulan, namun beberapa pasien

gagal untuk menyelesaikan pengobatannya karena mengalami efek samping yang

tidak menyenangkan. Selain itu, pasien seringkali merasa kondisi tubuhnya telah

membaik tidak lama setelah pengobatan dimulai sehingga mereka memutuskan

untuk berhenti minum obat sebelum bakteri yang menginfeksi tereliminasi.

Rendahnya kepatuhan terhadap pengobatan mengakibatkan pasien terinfeksi TB

lebih lama dan meningkatkan risiko kekambuhan bahkan kematian. Kepatuhan

yang rendah juga berkontribusi dalam terjadinya kasus resistensi obat atau disebut

MDR-TB (Munro et al., 2007). Guna menciptakan kepatuhan pasien dalam

menjalankan pengobatannya, diperlukan kerjasama yang baik antara pasien

dengan tenaga kesehatan. Selain itu penyedia layanan kesehatan dan keluarga

maupun lingkungan masyarakat di sekitar pasien juga mempunyai peran yang

penting dalam upaya meningkatkan kepatuhan pasien. Menurut Case

Management Adherence Guidelines (CMAG) 200), terdapat 4 faktor yang

mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatannya, yaitu faktor

terkait pengobatan, faktor terkait pasien, faktor terkait tenaga medis, dan faktor

terkait PMO (Pengawasan minum obat).

Sistem penyedia layanan kesehatan. Apabila keempat faktor tersebut

secara sinergis mendukung kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatannya,


maka target terapi berupa kesembuhan dapat tercapai.

Dalam pelayanan kesehatan khususnya TB paru tidak terlepas dari

keterlibatan keluarga sebagai orang terdekat dengan pasien terutama pasien TB

paru. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Apabila setiap keluarga sehat akan

tercipta keluarga yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu

anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain (Kemenkes RI.

2017).Peran keluarga sangat diperlukan dalam pelayanan kesehatan khususnya

pada pasien dengan penyakit TB paru terhadap keberhasilan pengobatan dan

pencegahan penularan penyakit TB paru tersebut (Wahid,I dalam Leo,R.2016).

Berdasarkan survey awal didapati kasus TB MDR sebanyak 8 orang . dari 8 orang

tersebut 3 orang sudah meninggal dunia, dan 5 orang yang tersisa 4 orang

diantaranya sembuh dan 1 gagal pengobatan. Dari masalah di atas maka penulis

tertarik mengambil kasus TB paru pada keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas

Kandis Kabupaten Siak Tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah

“Bagaimanakah Asuhan Keperawatan keluarga dengan penyakit Tuberkulosis

(TB) Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kandis Kecamatan Kandis Kabupaten

Siak tahun 2019 ?”


1.3 Tujuan penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam studi kasus ini adalah

mendapatkan gambaran dalam penerapan Asuhan Keperawatan secara

komprehensif pada keluarga dengan penyakit Tuberculosis Paru di Puskesmas

Kandis Kecematan Kandis Kabupaten Siak.

1.3.2. Tujuan khusus

1) Mendapatkan gambaran tentang pengkajian Asuhan keperawatan keluarga

dengan penyakit TB paru di wilayah Kerja Puskesmas Kandis Kabupaten

Siak Tahun 2019.

2) Mendapatkan gambaran tentang diagnosa keperawatan pada keluarga

dengan penyakit TB paru di wilayah Kerja Puskesmas Kandis Kabupaten

Siak Tahun 2019.

3) Mendapatkan gambaran tentang rencana intervensi Asuhan keperawatan

keluarga dengan penyakit TB paru di wilayah Kerja Puskesmas Kandis

Kabupaten Siak Tahun 2019.

4) Mendapatkan gambaran tentang implementasi Asuhan keperawatan

keluarga dengan penyakit TB paru di wilayah Kerja Puskesmas Kandis

Kabupaten Siak Tahun 2019.

5) Mendapatkan gambaran tentang evaluasi Asuhan keperawatan keluarga

dengan penyakit TB paru di wilayah Kerja Puskesmas Kandis Kabupaten

Siak Tahun 2019.


1.4. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis.

Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis khususnya tentang

penerapan Asuhan keperawatan dengan masalah penyakit tuberkulosis

paru.

2. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Kandis untuk mengambil

langkah-langkah dan kebijakan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan

pada pasien dengan masalah tuberkulosis paru.

3. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan informasi dalam merencanakan program pembelajaran

khususnya tentang Asuhan keperawatan keluarga dengan masalah

tuberkulosis paru.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teoritis Penyakit Tuberkulosis Paru

2.1.1 Pengertian

Tuberculosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh

mikrobakterium tuberculosis. Suatu basil aerob tahan asam, yang ditularkan

melalui udara (Niluh Gede Yasmin Asih .2004. Choerudin. 2011).

Dimana tuberculosis merupakan penyakit infeksi kronik yang sudah lama

dikenal pada manusia (Nia Kurniasih. 2010)

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru,

disebabkan oleh microbacterium tubercolosis (Irman Somantri. 2009).

2.1.2. Etiologi

Tuberculosis paru disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis.

Sebagian besar kuman terdiri dari asam lipid. Lipid inilah yang membuat kuman

menjadi tahan terhadap asam dan lebih tanan terhadap gangguan kimia dan fisik.

Kuman dapat tahan hidup pada udara kering/dingin. Atau dapat bertahan

bertahun-tahun dalam lemari es. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat

dorman, dari sifat dorman ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadi

tuberculosis aktif lagi. Sifat lain kuman adalah aerob, sifat ini menunjukan bahwa

kuman ini lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, dalam

hal ini tekanan apical paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian

apical ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis. Penularan penyakit

ini melalui inhalasi (droplet atau luka dikulit dan saluran pencernaan). Faktor

predisposisi penyakit tuberculosis antara lain usia, immunosupresi, infeksi HIV,


malnutrisi, alkoholisme dan penyalahgunaan obat, adanya keadaan penyakit lain

(DM).

2.1.3 Patofisiologi

Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah

dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar.

Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya, sehingga basil ini mengering lalu

diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ke tanah

maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan

bersarang serta berkembangbiak di paru-paru. (Hendrawan.N,2007).

Ketika seorang pasien dengan tuberkulosis paru batuk, bersin atau berbicara

maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah, lantai atau

tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet

nuclei tadi menguap. Menguap droplet bakteri ke udara dibantu dengan

pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam

droplet nuclei terbang keudara. Apabila bakteri ini terhirup orang sehat, maka

orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkulosis dan focus ini disebut

fokus primer atau lesi primer atau fokus Ghon. Reaksi ini juga terjadi pada

jaringan limfe regional, yang bersama dengan fokus primer disebut sebagai

kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, orang yang baru terkena infeksi akan

menjadi sensitive terhadap protein yang dibuat bakteri tuberkulosis dan bereaksi

positif terhadap tes tuberculin atau tes Mantoux (Muttaqin, 2012).

Berpangkal dari kompleks primer infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh

melalui berbagai jalan, yaitu :


1). Percabangan bronkus

Penyebaran infeksi lewat percabangan brongkus dapat mengenai area paru

atau melalaui sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi laring),

maupun saluran pencernaan.

2). Sistem saluran limfe

Penyebaran lewat saluran limfe menyebabkan adanya regional

limfadenopati atau akhirnya secara tak langsung mengakibatkan

penyebaran lewat darah melalui duktus limfatikus dan menimbulkan

Tuberkulosis milier.

3). Aliran darah

Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa atau

mengangkat material yang mengandung bakteri Tuberkulosis dan bakteri

ini dapat mencapai berbagai organ melalui aliran darah yaitu tulang,

ginjal, kelenjer adrenal, otak dan meningen.

4). Reaktivasi infeksi primer (infeksi pasca primer)

Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak dapat

berkembang lebih jauh dan bakteri Tuberkulosis tidak dapat berkembang

biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu saat kondisi

inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat yang

melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri Tuberkulosis

yang dorman dapat aktif kembali. Inilah yang disebut reaktivasi infeksi

primer atau infeksi pasca primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun

setelah infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pasca primer juga dapat

diakibatkanoleh bakteri Tuberkulosis yang baru masuk ketubuh (infeksi


baru), bukan bakteri dorman yang aktif kembali. Biasanya organ paru

tempat timbulnya infeksi pasca primer.

2.1.4. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang umum terdapat keletihan, penurunan berat badan,

anoreksia (kehilangan napsu makan), demam ringan yang biasanya terjadi pada

siang hari, berkeringat pada waktu malam dan ansietas umum sering tampak,

dyspnea, nyeri dada dan Hemoptisis juga temuan yang umum. Gejala demam

biasanya menyerupai demam, influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh

daya tahan tubuh penderita dengan berat ringannya infeksi kuman TBC yang

masuk. Batuk terjadi karena adanya infeksi pada pada bronkus, sifat batuk dimulai

dari batuk kering, kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif

(menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat

pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada dinding bronkus.

Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya

sudah setengah bagian paru. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai

ke pleura (menimbulkan pleuritis). Malaise dapat berupa anoreksia, tidak ada

nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

Komplikasi basil mycobacterium juga menyebar melalui saluran getah

bening, menyebabkan limfadenitis regional yang dikenal dengan kompleks

primer, selain itu juga bisa menyebar melalui hematogen ke jaringan tubuh yang

lain seperti ginjal, usus dan jantug.

2.1.5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang pada pasien


tuberkulosis adalah:

a. Sputum Culture

b. Ziehl neelsen: Positif untuk BTA

c. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer, patch)

d. Chest X-ray

e. Histologi atau kultur jaringan: positif untuk Mycobacterium tuberculosis

f. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel

besar yang mengindikasikan nekrosis

g. Elektrolit

h. Bronkografi

i. Test fungsi paru-paru dan pemeriksaan darah

2.1.6. Penatalaksanaan medis

Panduan obat anti tuberkulosis paru (OAT) jangka pendek, program

nasional penanggulangan tuberkulosis.

Kategori I paket FDC (2HRZE/H3R3)

1). Fasse awal minum selama dua bulan (56 dosis),dosis obat sesuaikan

berat badan (BB 30-37 kg 2 tablet, 38-54 kg 3 tablet, 55-70 kg 4 tablet,

> 71 kg 5 tablet).

- Isoniazid 300 mg ( 1 tablet 300 mg)

- Rifampisin 450 mg (kaplet salut selaput 450 mg)

- Pirazinamid 1500 mg (3 tablet 500 mg)

- Etambutal 750 mg ( 3 tablet salut selaput 250 mg)

2). Fase lanjut diminum 3 kali satu minggu selama empat bulan (48 dosis)

Komposisi :
- Isiniazid 600 mg (2 tablet 300 mg)

- Rifampisin 450 mg (1 kaplet salut selaput 450 mg)

2.1.7. Pathway

Udara Tercemar
Mycrobacterium dihirup induvidu rentan kurang informasi
Tuberculose
masuk paru Kurang pengetahuan

reaksi inflamasi / peradangan Hipertermia

penumpukan eksudat dalam elveoli

Tuberkel produksi sekret berlebih

meluas mengalami perkejuan sekret susah dikeluarkan Bersin

penyebaran klasifikasi
hematogen
limfogen Ketidakefektisan
bersihan jalan napas

Peritoneum mengganggu perfusi

Resti penyebaran infeksi


& difusi O2 pada orang lain
As. Lambung
Gangguan

Mual, anoreksia pertukaran gas

Resti penyebaran
infeksi pada diri
Perubahan nutrisi Sendiri
kurang dari
kebutuhan tubuh

Sumber : NANDA (2013) dan Soemantri (2008)


14

2.2. Konsep Keluarga

2.2.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-

masing yang merupakan bagian dari keluarga. (Friedman 1998).

Keluarga adalah suatu ikatan / persekutuan hidup atas dasar perkawinan

antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-

laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik

anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.(Sayekti

1994).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.(Effendy,1998).

2.2.2. Bentuk / Type Keluarga

1). Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dananak yang diperoleh dari

keturunannya, adopsi atau keduanya.

2). Keluarga besar (extended family)

Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai

hubungan darah (kakek-nenek, paman bibi).

3). Keluarga bentukan kembali (dyadic family)

Keluarga baru yang bentuk terbentuk dari pasangan yang bercerai atau

kehilangan pasangannya.
15

4). Orang tua tunggal (single parent family)

Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat

perceraian atauditinggal pasangannya.

5). Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)

6). Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa

pernah menikah (the single adult living alone)

7). Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital

heterosexsual cobabiting family)

8). Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay

and lesbian family).

9). Keluarga Indonesia menganut keluarga besar (extended family),

10). Karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu

kominiti dengan adat istiadat yang sangat kuat (Depkes RI. 2002)

2.2.3. Peranan dan Struktur keluarga

1). Struktur peran keluarga

Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya

dengan baik akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari

terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat.

2). Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan

mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang

mendukung kesehatan. Penyelesaian masalah dan pengambilan

keputusan secara musyawarah akan dapat menciptakan suasana

kekeluargaan. Akan timbul perasaan dihargai dalam keluarga.


16

4). Nilai atau norma keluarga

Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang ditampakan

merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam

keluarga.(Suprajitno, 2004. Dalam teks Choerudin. 2011).

2.2.4 Fungsi Keluarga (Friedman, 1998).

1). Fungsi Afektif

Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga

yang sakit TBC akan mempercepat proses penyembuhan. Karena

adanya partisipasi dari anggota keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang sakit.

2). Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi

Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan

sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang

lain.Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan

lingkungan akan mempengaruhi kesembuhan penderita asalkan

penderita tetap memperhatikan kondisinya .Sosialisasi sangat

diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi penderita.

3). Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga

kelangsungan keluarga.Dan juga tempat mengembangkan fungsi

reproduksi secara universal, diantaranya : seks yang sehat dan

berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat penting.

4).Fungsi Ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti


17

kebutuhan makan, pakaian dan tempat untuk berlindung (rumah).Dan

tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan

penghasilan untuks memenuhi kebutuhan keluarga.

5). Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan

Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga

agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan

menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

2.2.5 Tugas keluarga di bidang Kesehatan

Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas

keluarga di bidang kesehatan yaitu :

1). Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan

karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena

kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga

habis. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan

pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan.

Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala,

perawatan dan pencegahan TBC.

2). Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan menentukan tindakan.keluarga. Tindakan kesehatan yang

dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat


18

dikurangi bahkan teratasi. Ketidaksanggupan keluarga mengambil

keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena

keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah

serta tidak merasakan menonjolnya masalah.

3). Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi

keluarga memiliki keterbatasan.Ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara

perawatan pada penyakitnya.Jika demikian, anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan

atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.

4). Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga

Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan

keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga

dalam memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya

sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah

yang tidak memenuhi syarat.

5). Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi

keluarga

Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh

pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.

6).Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga

Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan


19

keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga

dalam memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya

sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah

yang tidak memenuhi syarat.

7).Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga

Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh

pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien TB Paru

2.3.1 Pengkajian

Menurut Suprajitno (2004) pengkajian adalah suatu tahapan ketika

seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang

keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal

pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian

yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan

menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan

sederhana (Suprajitno: 2004).

Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan

informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat

pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman,1998)

2.3.1.1. Pengumpulan data

1). Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal,

dan tipe keluarga.

2). Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga


20

3). Status Sosial Ekonomi

4). Pendidikan

5). Pekerjaan dan Penghasilan

Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga

dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada anggota keluarga

yang sakit salah satunya disebabkan karena TB Paru. Menurut

(Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidak mampuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan

karena tidak seimbangnya sumber- sumber yang ada pada keluarga.

2.3.1.2.Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga

Menurut friedmen (1998), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat

ini. Termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman

kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi

dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap

psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan.

a. Aktiftas

Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan

tekanan darah. Serangan TB Paru dapat timbul sesudah atau waktu

melakukan kegiatan fisik, seperti olahraga (Friedman, 1998).

b. Data Lingkungan

1). Karakteristik rumah


Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai

rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangi factor

penyebab terjadinya cedera pada penderita stroke faserehabilitasi.


21

2). Karakteristik Lingkungan

Menurut (friedman,1998) derajad kesehatan di pengaruhi oleh

lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat

kesehatan tidak terkecuali pada TB Paru

2.3.1.3.Struktur Keluarga

1). StrukturKekuasaan

Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan,

kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang

mempengaruhi dalam tekanan darah pasien stroke.

2). Struktur peran

Menurut Friedman (1998), anggota keluarga menerima dan konsisten

terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota

keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan

2.3.1.4. Fungsi Keluarga

1). Fungsi afektif

Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita

TB Paru, makaakan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita.

Hal ini akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah

seringnya terjadi serangan TB Paru karena kurangnya partisipasi

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman,

1998).

2). Fungsi sosialisasi .

Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang


22

menderita stroke dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila

keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan

mengakibatkan anggota keluarga menja disepi. Keadaan ini

mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.

3). Fungsi kesehatan

Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak

untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain diluar rumah.

2.3.1.5.Pola istirahat dan tidur

Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami

masalah yang belum terselesaikan.

2.3.1.6.Pemeriksaan fisik anggota keluarga

Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik

juga dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua

anggota keluarga. Setelah ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan

fisik lebih terfokuskan.

2.3.1.7.Koping keluarga

` Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga

tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang

berkepanjangan.

2.3.2. Diagnosa keperawatan


Menurut APD Salvari, (2013) Diagnosa keperawatan adalah pernyataan

yang menggambarkan respon manusia atas perubahan polainteraksi

potensial atau actual individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi


23

dan menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaborasi dan koordinasi

dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari

kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan.

Dalam diagnosa keperawatan meliputi sebagai berikut :

2.3.2.1.Problem atau masalah

Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang

dialami oleh keluargaa atau anggota keluarg.

2.3.2.2.Etiologi

Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu

kepada lima tugas keluarga yaitu :

1). Mengenal masalah kesehatan keluarga

2). Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

3). Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4). Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

5). Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan dengan etiologi dari

diagnosis keperawatan keluarga adalah :

1). Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalaha persepsi).

2). Ketidakmauan (sikap dan motivasi).

3). Dan ketidak mampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur

atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik finansial, fasilitas,

system pendukung, lingkungan fisik dan psikologis).

2.3.2.3. Symptom

Sekumpulan data subyektif dan objektif yang diperoleh perawatan dari


24

keluarga secara langsung atau tidak langsung.Tipologi diagnosis

keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Diagnosis actual adalah masalah keperwatan yang sedang dialami oleh

keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.

2) Diagnosis resiko / resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum

terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat

terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.

3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika

keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan

mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat

ditingkatkan.

2.3.3. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Proses scoring menggunakanskala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan

Maglaya, 1978.

Tabel 1. Prioritas diagnosa keperawatan


No Kriteria Skor Bobot
1 Sifatmasalah : 1
 Tidak/kurangsehat. 3
 Ancamankesehatan. 2
 Krisis atau keadaan sejahtera. 1
2 Kemungkinanmasalahdapatdiubah : 2
 Denganmudah. 2
 Hanyasebagian. 1
 Tidak dapat 0
3 Potensial Masalah untuk dicegah : 1
 Tinggi 3
 Cukup 2
 Rendah 1
4 Menonjolnya masalah : 1
 Masalah berat harus segera ditangani 2
 Ada masalah, tetapi tidak perlu harus
segera ditangani. 1
 Masalah tidak dirasaka 0
25

Keterangan :

Total Skor didapatkan dengan: Skor (total nilai kriteria) x Bobot


Angka tertinggi dalam skor

Cara melakukan Skoring adalah :

1). Tentukan skor untuk setiap Kriteria

2). Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

3). Jumlah skor untuk semua criteria

4). Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa

keperawatan keluarga.

2.3.4. Perencanaan Keperawatan keluarga

Rencana keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis

keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan

merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan

sumber, serta menentukan keluarga tertentu dengan siapa perawat

keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan

keperawatan keluarga diantaranya.

1. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisa yang menyeluruh

tentang masalah atau situasi keluarga.

2. Rencana yang baik harus realitis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat

menghasilkan apa yang diharapkan.

3. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi

kesehatan.

4. Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga.


26

5. Rencana asuhan keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis hal ini selain

berguna untuk perawatan juga akan berguna bagi anggota tim kesehatan

lainnya.

2.3.5. Pelaksanaan keperawatan

Menurut Harmoko (2012), pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari

proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan

untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan

kearah perilaku hidup sehat. Adanya kesulitan,kebingungan,serta ketidak

mampuan yang dihadapi keluarga harus menjadi perhatian. Oleh karena

itu, diharapkan perawat dapat memberikan kekuatan dan membantu

mengembangkan potensi-potensi yang ada, sehingga keluarga dapat :

1. Menstimuluskan kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan

kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasikan

kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi

yang sehat terhadap masalah.

2. Menstimuluskan keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasikan konsekuensi untuk tidak melakukan

tindakan,mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga,dan

mendiskusikan konsekuensi setiap malam.

3. Memberikan kepercayaan diri dalam masyarakat anggota keluarga yang

sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat

dan fasilitas yang ada dirumah, dan mengawasi keluarga melakukan

perawatan.
27

4. Membantu keluarga untuk menentukan cara membuat lingkunggan

menjadi sehat dengan menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan

keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal

mungkin.

Faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat keluarga

untuk berkerja sama melakukan tindakan kesehatan antara lain :

1).Keluarga kurang memperoleh informasi yang jelas atau mendapatkan

informasi,tetap keliru.

2).Keluarga mendapatkan informasi tidak lengkap,sehingga mereka melihat

masalah hanya sebagian.

3).Keluarga tidak dapat mengkaitkan antara informasi yang diterima dengan

situasi yang dihadapi.

4). Keluarga tidak mampu menghadapi situasi

5). Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau sosial

6). Keluarga ingin mempertahankan satu pola tingkah laku.

7).Keluarga gagal mengkaitkan tindakan dengan sasaran atau tujuan upaya

keperawatan.

8). Kurang percaya dengan tindakan yang diusulkan perawat.

2.3.5. Evaluasi

Menurut Harmoko (2012) langkah dalam meevaluasi pelayanan

keperawatan yang diberikan, baik kepada individu maupun keluarga

adalah sebagai berikut :

1).Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana

keluarga mengatasi masalah tersebut.


28

2). Tentukan bagaimana rumusan tujuan keperawatan yang akan dicapai.

3). Tentukan keriteria dan standar untuk evaluasi.

4).Tentukan metode atau tekhnik evaluasi yang sesuai serta sumber data yang

diperlukan.

5).Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan dengan kriteria dan

standar untuk evaluasi).

6).Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal atau

pelaksanaan yang kurang memuaskan perbaiki tujuan berikutnya.

2.3.6. Macam-macam Evaluasi

Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu :

1. Evaluasi kuantitatif.

Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas,jumlah pelayanan,atau

kegiatan yang telah dikerjakan. Misalnya jumlah keluarga yang dibina atau

jumlah imunisasi yang telah diberikan. Evaluasi kuantatif sering

digunakan dengan evaluasi kualitatif. Pada evaluasi kualitatif jumlah

kegiatan dianggap dapat memberikan hasil yang memuaskan.

2. Evaluasi kualitatif

Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada

salah satu dari tiga dimensi yang terkait.

1). Struktur atau sumber

Evaluasi atau struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia atau

bahan- bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. Upaya

keperawatan yang terkait antara lain :


29

(1). Kecakapan atau kualifikasi perawat

(2). Minat atau dorongan

(3). Waktu atau tenaga yang digunakan

(4). Macam dan banyaknya peralatan yang digunakan

(5). Dana yang tersedia

2). Proses

Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan

untuk mencapai tujuan. Misalnya mutu penyuluhan kesehatan yang

diberikan kepada keluarga lansia dengan masalah nutrisi.

3). Hasil

Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan keluarga

dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.


30

BAB III

TINJAUAN STUDI KASUS

3.1. Pengkajian

A. Data Umum

1. Nama kepala keluarga : Tn. J

2. Alamat : Jl. Dahlia RT 002/RW 006

3. Pekerjaan Kepala keluarga : Wiraswasta

4. Pendidikan kepala keluarga : SLTP

5. Umur kepala keluarga : 48 Tahun

6. Komposisi keluarga :

Tabel.1
Komposisi Keluarga

No Nama JK Hubungan dengan Umur Pekerjaan Pendidikan


keluarga

1. Tn. J L Kepala Keluarga 48 Tahun Wiraswasta SLTP

2 Ny. L P Istri 46 Tahun IRT SLTP

3 Nn. EL P Anak 26 Tahun Anak SLTP

4 Nn. H P Anak 24 Tahun Anak Tidak


Sekolah
5 Nn. D P Anak 22 Tahun Anak Tidak
Sekolah
6 Nn. ES P Anak 21 Tahun Anak Tidak
Sekolah
7 An. R L Anak 16 Tahun Anak Tidak
Sekolah
31

7. Genogram

Keterangan :

Laki- laki

Meninggal

Perempuan

Pasien

Tinggal Serumah
32

8. Tipe keluarga

Keluarga Tn. J merupakan keluarga dengan tipe (The Nuclear Family)

keluarga inti, keluarga yang terdiri dari suami,istri dan anak.

9. Suku bangsa

Tn. J dan Ny.L berasal dari suku Batak. Bahasa yang digunakan sehari-

hari adalah bahasa batak.

10. Agama

Keluarga Tn. J beragama Kristen dan menjalankan ibadah sesuai ajaran

agama kristen.

11. Status Sosial ekonomi keluarga

Tn. J, mengatakan pendapatannya dari buruh kebun tidak menentu, sehari

bisa 150.000, dan setiap hari minggu Tn. J libur karena beribadah ke

Gereja, berarti satu bulan penghasilan Rp. 3.900.000. sedangkan

pengeluaran sebulannya Rp. 3.000.000.

12. Aktifitas Rekreasi Keluarga

Aktifitas yang biasa dilakukan oleh Tn. J yaitu menonton TV bersama

istri dan biasa berkunjung kerumah keluarganya.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah tahap 6.yaitu tahap keluarga

dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center families), dimana

tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya

tahap ini tergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang

belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.


33

2. Riwayat keluarga inti

Tn. J mengatakan selama ini mengalami penyakit TB Paru, dan dalam

tahap pengobatan.Tn. J sering mengeluh batuk berdahak terutama pada

malam hari, kadang merasa sesak dan nyeri pada daerah dada, nafsu

makan kurang dan badan sering terasa lemas.

3. Riwayat keluarga sebelumnya

Tn. J mengatakan dikeluarganya tidak memiliki penyakit keturunan baik

dari ibu maupun ayahnya, begitu juga istrinya.

C. Lingkungan Karakteristik Rumah

1. Karakteristik rumah

Rumah keluarga Tn. J adalah rumah semi permanen yang diantaranya

tidak terlalu tinggi,luasnya lebih kuarang 6 M X 12 M, lantai semen,terdiri

dari 3 kamar , 1 kamar mandi, 1 ruang tamu dan 1 dapur, ada ventilasi

setiap ruangan, sumber air sumur bor.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas

Rumah Tn. J berada diwilayah penduduk dengan mayoritas suku batak,

interaksi sosial berjalan rukun dan baik. Jika terjadi masalah diselesaikan

dengan musyawarah.

3. Mobilitas Geografis Keluarga

Tn. J dan Ny. L merupakan asli sumatra utara, sejak menikah Tn. J dan

Ny. L sudah tinggal di Kandis.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Tn. J mengatakan sebagian keluarga nya tinggal dikandis dan mereka

sering berkumpul apabila ada acara keluarga. Keluarga Tn. J tidak


34

mempunyai masalah dalam berinteraksi dengan masyarakat.

5. Sistem pendukung keluarga

Keluarga Tn. J dan Ny. L mempunyai sanak keluarga yang dapat saling

membantu keluarga. Keluarga Tn. J berobat mengunakan Jamkesda.

D. Struktur keluarga

1. Pola komunikasi

Komunikasi keluarga Tn. J menggunakan bahasa Batak, komunikasi

berlangsung dua arah. Komunikasi berlangsung setiap hari karena

mereka selalu ada dirumah.

2. Struktur Kekuatan Keluarga

Tn. J sebelum mengambil keputusan ia selalu berdiskusi dulu terlebih

dahulu dengan istri dan keluarga untuk meminta pendapat dan masukan

3. Struktur Peran

a. Tn. J berperan sebagai kepala keluarga dan yang mencari nafkah.

b. Ny. L berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga yang selalu

memberikan yang terbaik buat suami dan anak-anaknya.

4. Nilai dan Norma Keluarga

Keluarga percaya bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur yaitu

Tuhan yang maha kuasa, demikian juga dengan sehat dan sakit.

Keluarga juga percaya setiap sakit pasti ada obatnya,jika ada keluarga

yang sakit dibawa ke Puskesmas.


35

E. Fungsi Keluagaga

1. Fungsi Afektif

Tn. J mengatakan hubungan antar keluarga baik, selalu memberi

dukungan satu sama lain dan juga saling menghormati satiap pendapat

orang lain.

2. Fungsi Sosial

Tn. J mengatakan hubungan sosial dengan lingkungan sekitar rumah

baik, keluarga selalu mengikuti aturan-aturan, norma-norma budaya

yang ditetapkan oleh perangkat desa sekitar.

3. Fungsi Reproduksi

Tn.J tidak ada keinginan lagi untuk mempunyai anak, selain usia istri

Tn.J yang sudah menginjak menopause.

4. Fungsi Ekonomi

Kebutuhan ekonomi keluarga Tn.J terpenuhi dengan baik. Keluarga

Tn. J selalu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

5. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga

1). Kemampuan keluarga mengenal masalah Keluarga Tn. J mengatakan

tidak tau apa pengertian dari Tuberculosis, penyebab pastinya

Tuberculosis

2). Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang

tepat sehingga memutuskan untuk melakukan perawatan pada Tn. J.

3). Tn.J mengatakan sudah berobat ke puskesmas sekitar untuk

mengatasi penyakitnya

4). Kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit.


36

Istri dan anak sangat mendukung dalam perawatan Tn. J dapat dilihat

dari pemberian nutrisi.

5). Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan/memelihara

lingkungan yang sehat untuk perawatan anggota keluarga yang sakit.

Keluarga Tn. J mengatakan tidak tahu cara memodifikasi/

memelihara lingkungan yang sehat

6). Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di

masyarakat.

Tn. J mengatakan selalu menggunakan fasilitas kesehatan yang

tersedia dan selalu memeriksakan ke puskesmas atau tenaga

kesehatan jika penyakit timbul.

F. Stres Dan Koping Keluarga

a. Stres jangka pendek (< 6 bulan)

Tn. J mengatakan merasa jenuh dengan makan obat setiap hari selama 6

bulan. Tn. J mengatakan kalau makan obat TB Paru tidak sesuai anjuran

maka penyakitnya tidak akan sembuh.

b. Stres jangka panjang (> 6 bln)

Keluarga Tn. J mengatakan takut penyakitnya akan menular ke anggota

keluarga lainnya.

c. Kemampuan keluarga merespon terhadap masalah

Untuk mengatasi kekurangan ekonomi Tn. J dengan berjualan keliling

kampung.

d. Strategi koping yang digunakan

Jika ada masalah yang tidak bisa diselesaikan Tn. J dan keluarga akan
37

mencari jalan keluar dengan musyawarah .

e. Strategi adaptasi disfungsional

Apabila banyak permasalahan yang dihadapi keluarga Tn. J akan minta

bantuan keluarga terdekat. Jika merasa lelah dan sakit Tn. J akan

istirahat dan berobat ke Puskesmas.


38

G. Pemeriksaan Fisik

Tablet 2
Pemeriksaan Fisik

No Nama anggota keluarga


Head To Tn. J Ny.L Nn. L Nn.H Nn.D Nn.Es An. R
Toe

1. Tanda- TD: 110/80 TD:120/90 TD:120/80 TD: 110/70 TD: 110/80 TD: 100/60 TD: 120/80
tanda vital
N:80x/menit N:80x/menit N:82x/menit N:82x/menit N:86x/menit N:80x/menit N:80x/menit
S: 37ºC S: 36,4ºC S: 36ºC S: 36ºC S: 37ºC S: 37ºC S: 36,4ºC
P: 28 x/menit P:20x/menit P:18x/menit P: 18 x/menit P: 18x/menit P:20x/menit P: 20 x/men
39

Distribusi Distribusi Distribusi Distribusi Distribusi Distribusi


2. Kepala Distribusi
rambut tidak rambut tidak rambut tidak rambut tidak rambut rambut tidak
rambut
mudah mudah mudah mudah tidak mudah mudah
mudah
rontok, rontok, rontok, rontok, rontok, rontok,
rontok,
rambut rambut ikal rambut rambut rambut ikal rambut
warna
keriting dan dan panjang keriting dan keriting dan dan panjang berwarna
rambut
panjang panjang panjang hitam
putih hitam
(uban), Tn.J
mengatakan
sakit kepala
bagian
belakang

3. Mata Simetris Simetris antara Simetris antara Simetris antara Simetris antara Simetris antara Simetris antara
antara kiri kiri dan kiri dan kiri dan kiri dan kiri dan kiri dan
dan kanan. kanan.Konjungti kanan.Konjungti kanan.Konjungti kanan.Konjungti kanan.Konjung kanan.Konjungti
Konjungtiv va berwarna va berwarna va berwarna va berwarna tiva berwarna va berwarna
a anemis , merah muda merah muda merah muda merah muda merah muda merah muda
sklera tidak ,sklera tidak ,sklera tidak ,sklera tidak ,sklera tidak ,sklera tidak ,sklera tidak
ikterik, ikterik,penglihat ikterik,penglihat ikterik,penglihat ikterik,penglihat ikterik,pengliha ikterik,penglihat
penglihatan an mulai an normal an normal an normal tan normal an normal
kabur menurun
40

4. Hidung penciuman Penciuman Penciuman Penciuman Penciuman Penciuman Penciuman


baik normal normal normal normal normal normal

Mulut Mulut bersih, Mulut bersih, Mulut bersih, Mulut bersih, Mulut bersih, Mulut bersih,
5. Mulut
bersih, mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir
mukosa lembab lidah lembab lidah lembab lidah lembab lidah lembab lidah lembab lidah
bibir lembab bersih bersih bersih bersih bersih bersih
lidah kotor,
gigi
berlubang

6. Telinga Pendengaran Pendengaran Pendengaran Pendengaran Pendengaran Pendengaran Pendengaran


normal normal normal normal normal normal normal

Tidak ada Tidak ada


7. Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran
pembesaran vena pembesaran vena pembesaran vena pembesaran pembesaran vena
vena vena jugularis
jugularis jugularis jugularis vena jugularis jugularis
jugularis
41

Tn.J Warna normal, Warna normal, Warna normal, Warna normal, Warna Warna normal,
8. Abdomen
mengatak tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada normal, tidak tidak ada
an leher pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran ada pembesaran
belekang diperut, tidak diperut, tidak diperut, tidak diperut, tidak pembesaran diperut, tidak
tersa kaku ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan diperut, tidak ada nyeri tekan
Warna dan tidak ada dan tidak ada dan tidak ada dan tidak ada ada nyeri dan tidak ada
normal, tidak benjolan benjolan benjolan benjolan tekan dan benjolan
ada tidak ada
pembesaran benjolan
diperut,
terdapat nyeri
tekan dan
tidak ada
benjolan

9. Ekstermit Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi


as atas dengan baik, dengan dengan dengan dengan dengan dengan
dan nampak baik,tidak ada baik,tidak ada baik,tidak ada baik,tidak ada baik,tidak ada baik,tidak ada
bawah masalah masalah semua masalah semua masalah semua masalah semua masalah semua
Tn. J lemah
terhadap normal normal normal normal normal
gerakan-gerakan
tetapi kadang
merasa lelah saat
berjalan
42

H. Harapan keluarga.

Keluarga berharap petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan

kesehatan terutama yang menyangkut tentang penyakit Tn. J yaitu

Tuberkulosis paru.

I. Analisa data

Table 3
Analisa Data

No Analisa Data Masalah Penyebab


1 Data Subjektif : Ketidak efektifan
manajemen
 Tn.J, mengatakatan bahwa kesehatan keluarga
batuknya berdahak dan
kadang merasa sesak dan
nyeri pada daerah dada

 Tn. J dan keluarga


sebelumnya tidak tahu apa itu
penyakit TB paru

 Tn. J mengatakan tidak nafsu


makan

 Keluarga Tn.J mengatakan


tidak mampu merawat
anggota keluarga yang sakit

Data objektif :

Keadaan umum Tn. J lemah dan


tampak kurus, BB 50 kg, ronchi

(+),TD 110/80 mmHg, N 80


x/menit, P 28 x/menit dan S 37

2 Data Subjektif : Kurangnya


pengetahuan
Tn.J, mengataan sering keluarga tentang
berkeringat dimalam hari, batuk cara pencegahan,
43

berdahak dan kadang merasa penularan


sesak dan nyeri pada daerah dada Tuberkulosis Paru
terutama sebelum berobat di
Puskesmas. Saat sekarang hal itu
sudah mulai berkurang sejak
mengikuti program pengobatan
Tuberkulosis paru.

Data objektif :

Keadaan umum Tn. J lemah dan


tampak kurus, BB 50 kg, ronchi

(+),TD 110/80 mmHg, N 80


x/menit, P 28 x/menit dan S 37 C

TB 171, BB 50 kg.

a. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidak efektifan manajemen kesehatan keluarga

2. Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan

Tuberkulosis paru
44

b. Skoring Diagnosa Keperawatan

Tabel 3.5
Skoring Diagnosa 1. Ketidak efektifan manajemen kesehatan keluarga

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1 Sifat masalah : 3/3x1 1 Masalah bersifat aktual
Aktual karena Tn. J dalam
keadaan kurang sehat
dan memerlukan
pengobatan.

2 Kemungkinan 2/2x1 1 Masalah kesehatan yang


masalah dapat dialami Tn.J mudah
diubah : untuk dilakukan
Sebagian pengobatan

3 Potensi masalah 2/3x1 2/3 Keluarga Tn.J tidak


untuk mengerti banyak tentang
dicegah : masalah kesehatan, hal
Cukup tersebut dikarenakan
kurang pengetahuan
yang di miliki keluarga.

4 Masalah yang 2/2x1 1 Penyakit Tn. J harus


menonjol : segera di tangani karena
Segera ditangani dapat mengakibatkan
kematian.

Total skore 3 2/3


45

Tabel 3.6
Skoring 2. Diagnosa keperawatan Kurangnya pengetahuan keluarga
terhadap pencegahan penularan Tuberkulosis paru

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1 Sifat masalah : 2/3x1 2/3 Keluarga tidak tahu
Ancaman penyakit Tn.J mudah
kesehatan menular
2 Kemungkinan 1/2x2 1 Pengetahuan klien dan
masalah dapat keluarga terhadap TB
diubah : paru kurang baik
Mudah sehingga mempengaruhi
penyapain informasi

3 Potensi masalah 3/3x1 1 Keluarga kooperatif.


untuk
dicegah :
Tinggi

4 Masalah yang 2x1/2 1 Bila tidak ditangani


menonjol : memungkinkan
Segera ditangani penyembuhan lama dan
terjadi penularan pada
anggota keluarga
Total skore 3 2/3
46

c. Intervensi keperawatan keluarga

Tabel 3.7
Perencanaan keperawatan keluarga

Dx Tujuan Jangka Tujuan Jangka Manajemen


Pendek Panjang Nyeri

Ketidak Setelah dilakukan  Keluarga dapat pengajaran proses penyakit


efektifan implementasi mengenal
manajemen selama 3 hari masalah TBC
kesehatan manajemen  Pengetahuan
keluarga kesehatan keluarga proses penyakit
menjadi efektif

 Keluarga Dukungan dalam membuat k


mampu
mengambil
keputusan
-partisipasi
keluarga
dalam
pengambilan
Keputusan

 Keluarga  Pengajaran
mampu Individu
merawat  Pengajaran
Anggota keluarga kelompok
 Peningkatan
keterlibatan
keluarga
47

 penampilan  monitor
caregiver: pernapasan
perawatan  Fisioterapi dada
keluarga  Manajemen
 Partisipasi pengobatan
keluarga dalam
perawatan
 Status respirasi:
kepatenan jalan
nafas
 Pegetahuan:
manjemen
penyakit kronis
Perilaku
kepatuhan:
penggunaan
obat
 Keluarga  Identifikasi faktor resiko
mampu  Pencegahan
memodifikasi Infeksi
lingkungan  Manajem
 Pengendalian lingkungan:
factor resiko keamanan
 Lingkungan  mengunjungi
rumah yang fasilitas
aman pelayanan
 Keluarga kesehatan
mampu  panduan system kesehatan
mengguanka  konsultasi
n pelayanan  rujukan
kesehatan
 Pengetahuan:
sumber
pelayanan
kesehatan
 Kepuasan
klien: askes
ke sumber
pelayanan
48

d. Implementasi dan Evaluasi keperawatan keluarga

Tabel 3.8
Implementasi dan evaluasi keperawatan keluarga

Hari/Waktu Dx. Kep Implementasi Evaluasi Paraf

Senin, Ketidak 1. Melakukan S:


efektifan 1. Keluarga
pengkajian pada
manajemen mengatakan
tingkat
kesehatan belum mampu
keluarga pengetahuan mengenal tanda
dan gejala TBC
keluarga

tentang TBC

2. Mengkaji 2. Keluarga
mengatakan
kemampuan
belum mampu
keluarga
mengambil
dalam mengambil keputusan
terhadap anggota
keputusan
keluarga yang
sakit.

3. Mengkaji
3. Keluarga
kemampuan mengatakan
belum tahu
keluarga
merawat anggota
dalam merawat
keluarga yang
anggota keluarga sakit

yang sakit.
49

4. keluarga
4. Melihat
mengatakan
kemampuan dalam
belum
memodifikasi memodifikasi
lingkungan yang
lingkungan.
sesuai dengan
kondisi keluarga
yang sakit

5. keluarga
5. Melihat
mengatakan
kemampuan sudah membawa
angota keluarga
keluarga dalam
yang sakit
mengunakan
kepuskesmas
fasilitas pelayanan

kesehatan O:
1. tingkat
pengetahuan
keluarga tentang
penyakit TBC
baru mencapai
20%
2. tingkat
partisipasi
keluarga baru 20
%
3. tingkat
kemampuan
merawat baru
0%
50

4. tingkat
modifikasi
lingkungan baru
20%
5. tingkat
kemampuan
menggunakan
fasyankes 10%
A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan
Implementasi 1-5
Senin , 29 Ketidakefektifan 1. Melakukan S:
April 2019
Manajemen pengkajian pada
09.00 1. Keluarga
Kesehatan tingkat pengetahuan
mengatakan
Keluarga keluarga tentang
09.30
TBC sedikit mengenal

tanda dan gejala

TBC

2. Keluarga
2. Mengkaji
kemampuan dalam mengatakan
mengambil
mulai mampu
keputusan
mengambil

keputusan

3. Mampu dalam
3. Mengkaji
merawat
kemampuan keluarga
anggota
51

dalam merawat
keluarga yang
anggota keluarga
sakit.
yang sakit.
4. kemampuan

dalam
4. Melihat kemampuan
memodifikasi
dalam memodifikasi
lingkungan.
lingkungan.

5. Kemampuan

5. Melihat kemampuan keluarga dalam

keluarga dalam menggunakan

menggunakan fasilitas

fasilitas pelayanan pelayanan

kesehatan keluarga kesehatan

dalam mengambil

keputusan

6. keputusan

6. Mengkaji terhadap

kemampuan keluarga anggota

dalam merawat keluarga yang

anggota keluarga sakit.

yang sakit.

7. Keluarga

7. Melihat kemampuan mengatakan

mulai paham
52

dalam memodifikasi
merawat
lingkungan.
anggota

keluarga yang

sakit.

8. keluarga

8. Melihat kemampuan mengatakan

keluarga dalam mulai mampu

menggunakan memodifikasi

fasilitas pelayanan lingkungan

kesehatan yang sesuai

dengan kondisi

keluarga yang

sakit.

9. keluarga

mengatakan

sudah

membawa

anggota

keluarga yang

sakit ke

puskesmas
53

O:

1. tingkat

pengetahuan

keluarga tentang

penyakit TBC

sudah mencapai

20%

2. tingkat partisipasi

keluarga sudah

mencapai 20%

3. tingkat

kemampuan

merawat sudah

mencapai 20%

4. tingkat

modifikasi

lingkungan sudah

mencapai 20%

5. tingkat

kemampuan

menggunakan

fasyankes 30%

A:masalah

teratasi sebagian
54

P :lanjutkan
implementasi 1-5

Senin, 6 Ketidakefektifan 1.Melakukan S:


Mei 1. Keluarga
Manajemen
pengkajian pada
mengatakan sudah
2019 Kesehatan
tingka1.Melakukan
mengenal tanda
Keluarga
pengkajian pada
dan gejala TBC
tingkat pengetahuan
keluarga tentang TBC
2.Mengkaji
2. Keluarga
kemampuan keluarga
mengatakan sudah
dalam mengambil
mampu
keputusan
mengambil
keputusan
terhadap anggota
keluarga yang
sakit.
3. Keluarga
3.Mengkaji
mengatakan sudah
kemampuan keluarga
paham merawat
dalam merawat
anggota keluarga
anggota
yang sakit.
keluarga yang sakit.

4. Keluarga
4.Melihat kemampuan mengatakan sudah
dalam memodifikasi mampu
lingkungan. memodifikasi
lingkungan yang
sesuai dengan
kondisi keluarga
yang sakit.
55

5. Keluarga
5.Melihat kemampuan mengatakan sudah
keluarga dalam membawa
menggunakan anggotakeluarga
fasilitas yang sakit ke
pelayanan kesehatan puskesmas
O:
1. Tingkat
pengetahuan
keluarga tentang
penyakit TBC
sudah mencapai
60%
2. Tingkat
partisipasi
keluarga sudah
mencapai 50%
3. Tingkat
kemampuan
merawat sudah
mencapai 50%
4. Tingkat
modifikasi
lingkungan sudah
mencapai 50
5. Tingkat
kemampuan
menggunakan
fasyankes 50%
A : Masalah teratasi
P : Hentikan
Implementasi
56

3.9. Pre Evaluasi keperawatan keluarga

Tabel 3.9
Pengetahuan tentang proses penyakit TBC

No. Pernyataan B S

1 Penyakit TBC adalah penyakit yang √

menular.

2 Penyakit TBC suatu penyakit infeksi yang √

disebabkan bakteri yang dikenal dengan

nama Mycobakterium tuberculosis.

3 Gejala-gejala penyakit TBC adalah batuk √

lama kurang lebih 2 minggu,demam,berat badan

menurun.

4 Penyakit TBC bila tidak diobati √

mengakibatkan kematian.

5 Penyakit TBC menular melalui percikan √

dahak yang keluar pada saat penderita batuk.

6 Penykit TBC penyakit yang bisa √

disembuhkan.

20 % 40%

Kesimpulan : Keluarga belum paham tentang pengetahuan dari penyakit TBC.

Pengetahuanya baru Mencapai 20 %

Ket: Baik : Jika >50% Kurang : Jika <50%


57

Tabel 3.10
Partisipasi keluarga dalam pengambilan keputusan

No. Pengetahuan Ya Tidak

1 Mencari informasi yang terpercaya √

2 Menentukan pilihan yang diharapkan √

terkait outcome kesehatan

3 Menyampaikan niat untuk bertindak √

terkait dengan keputusan

4 Mencari yankes untuk mencapai √

outcome yang diinginkan

5 Mengevaluasi kepuasan terhadap √

outcome perawatan kesehatan

20% 30%

Kesimpulan : Keluarga belum mampu berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan baru mampu Mencapai 20%

Ket:Baik : Jika Nilai >50% Kurang: Jika Nilai<50%

Tabel 3. 11
Partisipasi keluarga dalam perawatan

No. Pengetahuan Ya Tidak

1 Berpartisipasi dalam perencanaan perawatan √

2 Berpartisipasi dalam menyebabkan perawatan √

3 Mengidentifikasi factor-faktor yang √

mempengaruhi perawatan
58

4 Berpartisipasi dalam keputusan bersama √

dengan peran

5 Mengevaluasi efektifitas perawatan √

0% 50%
Kesimpulan : Keluarga belum mampu berpartisipasi dalam perawatan baru

mencapai 0%

1. Status respirasi : Kepatenan jalan napas

a. Frekuensi pernapasan

- Normal : 16-20 x/m

- Deriasi Ringan : 21-25 X/M

- Deriasi sedang :26-30X/M

- Deriasi Berat : >30 X/M

b. Irama pernapasan

- Teratur

c. Kemampuan mengeluarkan sekret

Tabel 12
Kemampuan mengeluarkan sekret

No. Prosedur Ya Tidak

1. Kumur dengan air bersih sebelum √

mengeluarkan dahak.

2. Bila memakai gigi palsu lepaskan sebelum √

berkumur .
59

3. Tarik nafas dalam (2-3)kali tahan nafas √

selama beberapa detik dan setiap kali nafas

hembuskan dengan kuat.

4. Dekatkan pot yang sudah dibuka kemulut √

dan batukkan dengan keras langsung

kedalam pot dahak.

5. Tutup pot yang berisi dahak dengan rapat. √

6. Setelah selesai,anjurkan penderita √

membersihkan mulut dengan tissue

bersih dan mencuci tangan

60%

Kesimpulan : Pasien sudah mampu mengeluarkan dahak dengan baik mencapai

60%

Keterangan :

- Mampu : Jika nilai diperoleh >50%

- Kurang mampu : Jika Nilai diperoleh <50%

2. Perilaku patuh : pengobatan

Tabel 3.13
Perilaku patuh pengobatan pasien

No. Prosedur Ya Tidak

1. Membuat daftar semua obat- obatan √

dengan dosis dan frekuensi pemberian

2. Memperoleh obat yang dibutuhkan √


60

3. Minum obat sesuai dosis √

4. Memantau efek samping obat √

5. Memantau kadaluarsa obat √

6. Menyimpan obat dengan tepat √

Kesimpulan : pasien sudah melaksanakan kepatuhan minum obat

3. Rumah yang aman

Tabel 3.14
Keadaan Rumah Pasien

No Prosedur Ya Tidak

1. Ketersediaan air bersih √

2. Kebersihan rumah √

3. Tempat penyimpanan obat yang aman √

4. Penyimpanan dan pembuangan yang √

aman untuk bahan sputum berbahaya

5. Menghilangkan asap tembakau √

20% 30%

Kesimpulan : Keluarga belum mampu melaksanakan perilaku hidup sehat baru

mencapai 20%
61

4. Perilaku mencari pelayanan kesehatan

Tabel 3.15
Perilaku mencari pelayanan kesehatan

No Prosedur Ya Tidak

1. Melakukan skrining diri √

2. Melakukan perilaku kekuatan dengan √

inisiatif sendiri

3. Menghilangkan perilaku yang tidak sehat √

4. Melakukan perilaku kesehatan yang √

Disarankan

5. Mencari bantuan jika diperlukan √

10% 40%

Kesimpulan : Keluarga blm mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

baru mencapai 10%


62

Post Evaluasi keperawatan keluarga

1. Pengetahuan tentang proses penyakit TBC

Tabel 3.16
Pengetahuan tentang proses penyakit TBC

No. Pernyataan B S

1 Penyakit TBC adalah penyakit yang √


menular.
2 Gejala-gejala penyakit TBC adalah √

batuk lama kurang lebih 2

minggu,demam,berat

badan menurun.
3 Penyakit TBC bila tidak diobati √

mengakibatkan kematian.

4 Penyakit TBC menular melalui percikan √

dahak yang keluar pada saat penderita


batuk.

5 Penykit TBC penyakit yang bisa √

disembuhkan.

60%

Kesimpulan : Keluarga sudah paham tentang pengetahuan dari penyakit

TBC.pengetahuanya sudah Mencapai 60%

Ket: Baik : Jika >50% Kurang : Jika <50%


63

2. Partisipasi keluarga dalam pengambilan keputusan

Tabel 3.17
Partisipasi keluarga dalam pengambilan keputusan

No. Pengetahuan Ya Tidak

1 Mencari informasi yang terpercaya √

2 Menentukan pilihan yang diharapkan √

terkait outcome kesehatan

3 Menyampaikan niat untuk bertindak √

terkait dengan keputusan

4 Mencari yankes untuk mencapai √

outcome yang diinginkan

5 Mengevaluasi kepuasan terhadap √

outcome perawatan kesehatan


50%

Kesimpulan : Keluarga sudah mampu berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan sudah Mencapai 50 %

Keterangan : Baik : Jika Nilai >50%

Kurang : Jika Nilai<50%


64

3. Partisipasi keluarga dalam perawatan

Tabel 3.18
Partisipasi keluarga dalam perawatan pasien

No. Pengetahuan Ya Tidak

1 Berpartisipasi dalam perencanaan perawatan √

2 Berpartisipasi dalam menyebabkan √

Perawatan

3 Mengidentifikasi factor-faktor yang √

mempengaruhi perawatan

4 Berpartisipasi dalam keputusan bersama √

dengan peran

5 Mengevaluasi efektifitas perawatan √

50%

Kesimpulan : Keluarga sudah mampu berpartisipasi dalam perawatan.sudah

mencapai 50%

4. Status respirasi : Kepatenan jalan napas

a. Frekuensi pernapasan

- Normal : 16-20 x/m

- Deriasi Ringan : 21-25 X/M

- Deriasi sedang :26-30X/M

- Deriasi Berat : >30 X/M


65

b. Irama pernapasan

- Teratur

c. Kemampuan mengeluarkan sekret

Tabel 3.19
Kemampuan mengeluarkan sekret

No. Prosedur Ya Tidak

1. Kumur dengan air bersih sebelum √

mengeluarkan dahak.

2. Bila memakai gigi palsu lepaskan sebelum √

berkumur .

3. Tarik nafas dalam (2-3)kali tahan nafas √

selama beberapa detik dan setiap kali nafas

hembuskan dengan kuat.

4. Dekatkan pot yang sudah dibuka kemulut √

dan batukkan dengan keras langsung

kedalam pot dahak.

Kesimpulan : keluarga sudah mampu berpartisipasi dalam perawatan sudah

mencapai 50%

5. Status respirasi : Kepatenan jalan napas

d. Frekuensi pernapasan

a. Normal : 16-20 x/m

b. Deriasi Ringan : 21-25 X/M


66

c. Deriasi sedang :26-30X/M

d. Deriasi Berat : >30 X/M

e. Irama pernapasan

a. Teratur

f. Kemampuan mengeluarkan sekret

Tabel 3.19
Kemampuan mengeluarkan sekret

No. Prosedur Ya Tidak

1. Kumur dengan air bersih sebelum √

mengeluarkan dahak.

2. Bila memakai gigi palsu lepaskan sebelum √

berkumur .

3. Tarik nafas dalam (2-3)kali tahan nafas √

selama beberapa detik dan setiap kali nafas

hembuskan dengan kuat.

4. Dekatkan pot yang sudah dibuka kemulut √

dan batukkan dengan keras langsung kedalam pot

dahak.

5. Tutup pot yang berisi dahak dengan rapat. √

6. Setelah selesai,anjurkan penderita membersihkan √


mulut dengan tissue bersih
dan mencuci tangan
60%
67

Kesimpulan : Pasien sudah mampu mengeluarkan dahak dengan baik. Mencapai

60%

Keterangan :

- Mampu :Jika nilai diperoleh >50%

- Kurang mampu : Jika Nilai diperoleh <50%

6. Perilaku patuh : pengobatan

Tabel 3.20
Perilaku patuh pengobatan pasien

No. Prosedur Ya Tidak

1. Membuat daftar semua obat- obatan √

dengan dosis dan frekuensi pemberian

2. Memperoleh obat yang dibutuhkan √

3. Minum obat sesuai dosis √

4. Memantau efek samping obat √

5. Memantau kadaluarsa obat √

6. Menyimpan obat dengan tepat √

Kesimpulan : Pasien sudah melaksanakan kepatuhan minum obat


68

7. Rumah yang aman

Tabel 3. 21
Rumah yang aman untuk pasien

No Prosedur Ya Tidak
1. Ketersediaan air bersih √

2. Kebersihan rumah √

3. Tempat penyimpanan obat yang aman √

4. Penyimpanan dan pembuangan yang √

aman untuk bahan sputum berbahaya

5. Menghilangkan asap tembakau √

50%
Kesimpulan : Keluarga sudahmampu melaksanakan perilaku hidup sehat. Sudah

mencapai 50%

8. Perilaku mencari pelayanan kesehatan

Tabel 3.22
Perilaku mencari pelayanan kesehatan

No Prosedur Ya Tidak
1. Melakukan skrining diri √

2. Melakukan perilaku kekuatan dengan inisiatif √


sendiri
3. Menghilangkan perilaku yang tidak sehat √

4. Melakukan perilaku kesehatan yang disarankan √

5. Mencari bantuan jika diperlukan √

50%

Kesimpulan : Keluarga sudah mampu memanfaatkan fasilitas pelayana kesehatan

sudah mencapai 50%


69

BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Pada tahap ini penulis membandingkan antara teori dan hasil yang

didapatkan dikeluarga Tn. J diwilayah kerja Puskesmas KANDIS Kabupaten

Siak. Beberapa hal yang ditemui selama pengkajian ,diagnosa keperawatan

,perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengkajian

Dari hasil pengkajian data yang diperoleh yaitu data yang berhubungan

dengan keluarga yang mengalami penyakit TBC ,Tn.J Mengatakan sakit uluhati

.dan Ny.L Mengatakan belum paham tentang penyakit TBC,Penyebab,tanda

gejala dari penyakit TBC,Dan belum mampu merawat anggota keluarga yang

sakit.

Menurut teori faktor-faktor yang terkait dengan kurangnya pengetahuan

(Deficient Knowledge )terdiri dari :kurang terpapar informasi ,kurang daya ingat

/hapalan ,salah menafsirkan informasi,keterbatasan kognitipf,kurang minat untuk

belajar dan tidak familiar terhadap sumber informasi .Dari hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan atau knowledge seseoarang ditentukan oleh

factor –factor sebagai berikut:Keterpaparan terhadap informasi ,Daya ingat

interpretasi informasi,kognitipf,Minat belajar dan kefamiliaran terhadap sumber

informasi penulis berpendapat antara pengkajian dilapangan dan teori tidak

terdapat kesenjangan karena pengetahuan seseorang ditentukan oleh factor- faktor

sebaigai berikut : Keterpaparan terhadap informasi, daya ingat


70

Interpretasi informasi,kognitif,Minat belajar dan kefamiliaran terhadap sumber

informasi ,hal tersebut dikarenakan daya ingat Tn. J Sudah menurun sehingga Tn.

J tidak ingat lagi tentang penyuluhan yang dilakukan kepadanya.

4.2.2. Diagnosa

Dalam pengkajian ditemukan masalah keperawatan yang muncul

yaitu:Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga. Ketidakefektifan

manajemen kesehatan keluarga adalah pola pengaturan dan pengintegrasian

kebiasaan terapeutik hidup sehari-hari untuk pengobatan penyakit yang tidak

memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan spesifik.

Batasan karakteritisnya diantaranya : Kegagalan untuk mencakupkan

kebiasaan pengobatan kedalam sehari-hari ,kegagalan untuk melakukan tindakan

untuk mengurangi factor resiko,mengungkapkan keinginan untuk mengatasi

penyakit ( NANDA 2011)

4.2.3. Intervensi

Menurut hasil intervensi dilapangan pada diagnosa ketidakefektifan

manajemen kesehatan keluarga adalah beri pengajaran tentang proses

penyakit,pendidikan dan pengetahuan tentang TBC ,Penjelasan tentang dukungan

keluarga dalam membuat keputusan,pengendalian factor resiko,lingkungan rumah

yang aman ,dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan .

4.2.4. Implementasi

Implementasi di lapangan pada diagnosa ketidakefektifan manajemen

kesehatan keluarga adalah memberikan penyuluhan tentang penyakit TBC


71

,kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan ,mampu merawat anggota

keluarga yang sakit,memelihara lingkungan yang sehat,mampu menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan .

4.2.4. Evaluasi

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan

keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehingga memiliki

produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga sebagai

komponen kelima dalam proses keperawatan evaluasi adalah tahap yang

menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan mudah atau

sulitnya dalam melaksanakan evaluasi.


72

Tabel 4.1
Evaluasi keperawatan keluarga

NO NOC Hari I Hari II Hari III

1. Keluarga mampu 20%(kurang) 20%(kurang) 60%(baik)

mengenal masalah

penyakit TBC

2. Keluarga mampu 20%(kurang) 20%(kurang) 50%(baik)

mengambil keputusan

3. Keluarga mampu

merawat anggota
0%(kurang) 20%(kurang) 50%(baik)
keluarga yang sedang

sakit .

4 Keluarga mampu
20%(kurang) 20%(kurang) 50%(baik)
memodifikasi

lingkungan.

5 Keluarga 10%(kurang) 20%(kurang) 50%(baik)

mampu

menggunakan

fasilitas

pelayanan

kesehatan
73

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil studi kasus penerapan asuhan keperawatan keluarga

dengan kasus Tuberculosis diwilayah kerja puskesmas KANDIS kec.KANDIS

Kab.Siak tahun 2019 ,penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian keluarga dengan kasus

Tuberculosis,didapatkan data Tn .J belum paham tentang pengertian dari penyakit

Tuberculosis,belum mampu mengambil keputusan ,belum mampu merawat

keluarga yang sakit,belum mampu memodifikasi lingkungan,dan belum

mampu,menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

5.1.2. Diagnosa keperawatan

Dalam merumuskan diagnosa keperawatan harus melihat kondisi pasien

dan keluarga pasien .pada kasus ini prioritas diagnosa keperawatan yang menonjol

adalah ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga .

5.1.3. Intervensi

Dalam perencanaan keluarga dengan ketidakefektifan manajemern

kesehatan keluarga yaitu memberikan penyuluhan tentang penyakit

Tuberculosis,dukungan dalam mengambil keputusan,pengajaran ke keluarga agar

mampu merawat anggota keluarga yang sakit,mampu memelihara


74

lingkungan yang sehat untuk mencegah terjadinya penularan penyakit,dan mampu

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan .

5.1.4. Implementasi

Penatalaksanaan dalam kasus ini dapat dilaksanakan sesuai dengan

rencana yang telah disusun dengan melibatkan pasien,keluarga,yaitu melakukan

penyuluhan mengenai penyakit Tuberculosis,mampu mengambil

keputusan,mampu merawat anggota keluarga yang sakit,mampu memodifikasikan

lingkungan,dan mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

5.1.4. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk memonitor keberhasilan yang tercapai selama

tahap pengkajian ,analisa ,perencanaan,dan tindakan keperawatan.dari diagnosa

yang muncul adalah ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga.

5.2. SARAN

5.2.4. Bagi puskesmas

Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan kerja sama baik tim kesehatan maupun dengan pasien dan

keluarga sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat mendukung

kesembuhan klien.

5.2.5. Bagi penulis

Diharapkan hasil laporan kasus ini dapat menambah pengetahuan dan

dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam


75

menerapkan asuhan keperawatan keluarga khususnya pada pasien Tuberculosis

,serta sebagai perbandingan dalam mengembangkan kasus asuhan keperawatan

keluarga dengan Tuberculosis.

5.2.6. Bagi institusi

Diharapkan dapat menambah buku literatur /buku panduan untuk asuhan

keperawatan keluarga yang menderita Tuberculosis agar dapat digunakan oleh

mahasiswa lainnya untuk melakukan asuhan keperawatan secara maksimal.

5.2.7. Bagi klien /keluarga

Bagi penderita yang mengalami penyakit Tuberculosis agar melakukan

pengobatan secara rutin,dan bagi keluarga agar mengawasi anggota keluarga yang

sedang sakit untuk minum obat secara teratur tidak boleh putus dalam minum

obat.dan dengan adanya studi kasus ini dapat menambah ilmu pengetahuan

khususnya pada penyakit Tuberculosis


76

Anda mungkin juga menyukai