PENDAHULUAN
TBC, maka
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penyakit TBC dengan cara
memutuskan rantai penularan, sehingga penyakit TBC tidak lagi merupakan
masalah kesehatan masyarakat Indonesia (Fahrudda, 2005).
Pengobatan pada penderita TBC dapat dilakukan dengan beberapa
kombinasi obat yang memang ditujukan untuk membasmi kuman. WHO
merekomendasikan strategi pengobatan DOTS, yaitu penderita minum obat
dengan diawasi pengawas menelan obat. Pengawas ini bisa anggota keluarga,
kader, petugas kesehatan atau relawan. Umumnya penderita minum obat
selama 6 bulan untuk memastikan kesembuhannya, namun pada beberapa
keadaan dapat berbeda dapat lebih lama (Rachmawati, 2007).
Kasus penyakit TBC sangat terkait dengan faktor perilaku dan
lingkungan. Faktor lingkungan, sanitasi dan higiene terutama sangat terkait
dengan keberadaan kuman, dan proses timbul serta penularannya. Faktor
perilaku sangat berpengaruh pada kesembuhan dan bagaimana mencegah
untuk tidak terinfeksi kuman TBC. Dimulai dari perilaku hidup sehat (makan
makanan yang bergizi dan seimbang, istirahat cukup, olahraga teratur, hindari
rokok, alkohol, hindari stress), memberikan vaksinasi dan imunisasi baik pada
bayi, balita maupun orang dewasa. Penderita dengan berperilaku tidak
meludah sembarangan, menutup mulut apabila batuk atau bersin, dan terutama
kepatuhan untuk minum obat dan pemeriksaan rutin untuk memantau
perkembangan pengobatan serta efek samping (Hendrawati, 2008).
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu Kedokteran
Dapat digunakan sebagai bahan atau masalah yang dapat diangkat dalam
penyuluhan kesehatan bagi pasien, keluarga, komunitas yang menderita
tuberkulosis agar dapat meningkatkan keberhasilan penderita TBC.
2. Bagi dokter
Dapat
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan
dokter
dalam
kebijakan
puskesmas
dalam
mengevaluasi
program
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tuberkulosis Paru
Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis (TBC). Meskipun dapat menyerang
hampir semua organ tubuh,
namun
bakteri
TBC
lebih
sering
Cara penularan
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada
waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan
terjadi dalam ruangan di mana percikan dahak berada dalam waktu
yang lama. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam
keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang penderita
9
Risiko penularan
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan
dahak. Penderita TB paru dengan BTA positif memberikan
kemungkinan risiko penularan lebih besar dari penderita TB paru
dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan
dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi
penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI di
Indonesia bervariasi antara 1 - 3%. Pada daerah dengan ARTI sebesar
1%, berarti 10 orang di antara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.
Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita
TB paru, hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.
Faktor yang memengaruhi kemungkinan seseorang menjadi
penderita TB Paru adalah daya tahan tubuh yang rendah, di antaranya
infeksi HIV/AIDS dan gizi buruk. HIV merupakan faktor risiko yang
paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV
mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh sel uler
(cellular
immunity),
sehingga
jika
terjadi
infeksi
penyerta
Permulaan sakit
Pertumbuhan TB paru sangat menahun sifatnya, tidak
berangsur-angsur memburuk secara teratur, tetapi terjadi secara
melompat-lompat. Serangan pertama menyerupai influenzae
akan
segera
Berbulan-bulan
mereda
dan
kemudian
keadaan
akan
akan
timbul
pulih kembali.
kembali
serangan
penderita
TB
paru
adalah
terjadi
12
masing-masing
gejala
juga
sangat bervariasi
(Aditama, 2002).
Gejala-gejala
tersebut
diatas
di
jumpai
pula
pada
penyakit paru selain TB paru. Oleh karena itu setiap orang yang
datang ke Unit Pelayanan
gejala
13
14
6. Diagnosis
Bahwa seseorang ditetapkan sebagai penderita TB Paru apabila
melakukan serangkain pemeriksaan menurut Depkes RI (2002)
sebagai berikut:
15
16
2)
3)
4)
b. Kebijakan operasional
1) Penanggulangan TB paru di Indonesia dilaksanakan dengan
desentralisasi sesuai dengan kebijakan Departemen Kesehatan.
2) Penggulangan TB paru dilaksanakan oleh seluruh unit pelayanan
kesehatan, meliputi Puskesmas, Rumah Sakit, Pemerintah dan
swasta, BP4 serta praktik dokter swasta, politeknik umum,
politeknik perusahaan dengan melibatkan peran serta masyarakat
secara paripurna dan terpadu.
3) Peningkatan mutu pelayanan, penanggulangan obat rasional dan
kombinasi obat sesuai dengan strategi directly observed treatment
shortcourse (DOTS).
17
TB
paru
nasional
diberikan
Obat
Anti
18
semua
Tuberkulosis),
terutama
mencegah
kematian,
mencegah
kekambuhan
dan
(limfadenitis),
pleuritis
eksudtiva
unilateral,
21
c. Hasil Pengobatan
Hasil pengobatan menurut Harun (2002) diklasifikasikan antara lain:
1) Sembuh
Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan
pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow up) paling sedikit 2 (dua) berturut-turut hasilnya negatif (yaitu pada
AP sebulan sebelum AP dan pada satu pemeriksaan Follow up
sebelumnya.
2) Pengobatan lengkap
Penderita yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap tapi
tidak ada hasil pemeriksaan ulang dahak 2 kali berturut-turut
negatif. Tindak lanjut : Penderita diberi tahu apabila muncul
kembali supaya memeriksakan diri dengan mengikuti prosedur
tetap.
3) Pindah
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu
Kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke Kabupaten ini dan
penderita harus membawa surat pindah / rujukan (TB 09)
4)
22
pengobatan
penderita
dilaksanakan
pada
saat
23
B.
25
1.
Mefasilitasi
penderita
TB
untuk
memenuhi
jadwal
3.
Tingkatkan
semangat
penderita
TB
untuk
melanjutkan
pengobatannya
4.
5.
6.
TB
Paru
bukan
27
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Variabel bebas
Peran PMO
1.
2.
3.
4.
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
Mengawasi
Mendorong
Mengingatkan
penyuluhan
Keterangan :
: Variabel terikat yang diteliti
: Variabel bebas yang diteliti
: Variabel bebas yang tidak diteliti
Gambar III.1 Kerangka Konsep
28
Variabel terikat
Keberhasilan
pengobatan TB Paru
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya diukur
dan yang nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi
(Sabri, 2008). Besar sampel ditentukan dengan rumus Lemesaow (1997)
sebagai berikut:
n = Z2 x p x q
d2
(0,15)2
n = 43
Keterangan:
n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan
sampel
dilakukan
dengan
menggunanakan
teknik
b.
c.
d.
Kriteria eksklusi:
a. Pasien TB yang menjalani pengobatan ulang TB (kasus kambuh).
b. Pasien TB yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik.
c. Tidak bersedia menjadi responden.
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah peran Pengawas Menelan Obat
(PMO). Sedangkan variabel terikatnya adalah keberhasilan pengobatan TB
paru.
32
E. Definisi Operasional
Tabel IV.1 Definisi Operasional
Variabel
Peran PMO
Keberhasilan
pengobatan
TB paru
Definisi
Operasional
Kategori
Kriteria
Peran
Pengawas
menelan obat
peran yang
dijalankan oleh
orang yang
bertugas
mengawasi
pasien TB
dalam
melaksanakan
kepastian obat
TB dapat
diminum secara
tepat oleh
pasien.
Dengan
menggunakan
15 butir
pertanyaan
tentang peran
pengawas
menelan obat:
Peran PMO
mendukung
skor
76%-100%
Adalah hasil
pengobatan TB
Paru dari uji
bakteriologik
dan klinik pada
penderita TB
paru BTA (+)
yang menjalani
pengobatan
OAT jangka
pendek yang
telah menjadi
BTA (-) pada
akhir fase
lanjutan bulan
ke 5
Menggunakan
lembar
observasi
tentang
keberhasilan
pengobatan TB
setelah
menjalani
pengobatan
selama 5 bulan
dari data
Puskesmas
Sukodono
Alat
Ukur
Skala
Kuesioner
Ordinal
Catatan
medis
Puskesmas
Nominal
Cukup
Mendukung
56%-75%
1: jika penderita
Tidak
menjawab
mendukung
ya pada
pertanyaan <56%
0: jika penderita (Arikunto
2006)
menjawab
tidak pada
pertanyaan
33
Berhasil
jika BTA
(-)
Tidak
berhasil jika
BTA (+)
F. Prosedur Penelitian
Identifikasi subyek
penelitian
Penjelasan tentang
tujuan penelitian
Persetujuan Informed
consent
Bersedia
Tidak bersedia
Mengisi kuisioner
Menyusun data-data
Melakukan Pengolahan
data-data
Menyajikan Hasil
Gambar IV.1 Prosedur Penelitian Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) Dengan
Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Puskesmas Sukodono
34
b)
Peran
PMO
cukup
mendukung,
jika
PMO
2)
c. Tabulating (tabulasi)
Memasukan data hasil survai tingkat keberhasilan pengobatan
TB Paru dengan peran PMO kedalam tabel-tabel sesuai dengan kriteria
kegiatan memasukan data (entry data) dilakukan melalui bantuan
komputer terhadap semua data pada kuesioner.
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat sebagai
berikut:
c. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk menggambarkan masing-masing
variabel dengan membuat tabel distribusi frekuensi dan persentase.
36
f
x 100%
N
Keterangan:
P: Proporsi
f: frekuensi kejadian
N: jumlah sampel
d. Analisis Bivariat.
Analisa bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo,
2010). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas (peran PMO) dengan variabel terikat (keberhasilan
pengobatan TB paru)denganuji korelasi pearson. Sebelum analisis
diuji normalitas distribusi data dengan uji kolmogorov-smirnov.
Apabila distribusi data tidak normal maka akan digunakan uji korelasi
Spearman.
dependen, dan bila p > 0,05 berarti secara statistik tidak ada perbedaan
yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen
(Sabri & Hastono, 2010).
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
38
a. Peran PMO
Tabel V.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan peran PMO di
Puskesmas Sukodono I, n= 43.
Peran PMO
Tidak mendukung
Frekuensi
16
Persentase (%)
37,2%
Cukup Mendukung
Mendukung
Jumlah
7
20
43
16,2 %
46,6%
100,0
b. Keberhasilan Pengobatan
Tabel V.II Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keberhasilan
Pengobatan Di Puskesmas Sukodono, n= 43.
Keberhasilan
Frekuensi
Persentase (%)
30
13
70%
30%
pengobatan
Berhasil
Tidak berhasil
39
Jumlah
43
100,0
c.
Peran PMO
Tidak Mendukung
Cukup Mendukung
Mendukung
Jumlah
P
Keberhasilan pengobatan
Tidak
Berhasil
berhasil
F
%
f
%
7
43,75
9
56,25
5
71,5
2
28,5
17
85
3
15
29
67,4
14
32,6
value:
Jumlah
f
16
7
20
43
%
100,0
100,0
100,0
100,0
0,008
40
B. Pembahasan
1. Peran PMO
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar
peran
PMO
adalah
mendukung
yaitu
sebanyak
20
responden
atau
kutukan,
menyampaikan
41
dalam menyembuhkan
71,5%
(5
responden)
sedangkan
ketidak
berhasilan
yaitu
untuk
menjamin
43
ketekunan,
keteraturan
pengobatan,
menghindari
putus
pengobatan
sebelum
obat
habis,
mencegah
44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sebagian besar peran PMO adalah mendukung yaitu sebanyak
(46,6%),Cukup mendukung (16,2%) dan yang tidak mendukung sebanyak
(37,2%).
2. Sebagian besar responden berhasil dalam pengobatan TB yaitu sebanyak
(70%) dan yang tidak berhasil dalam pengobatan TB sebanyak (30%).
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara peran PMO terhadap
keberhasilan pengobatan TB di Puskesmas Sukodono p value: 0,008 (p <
0,05)
B. Saran
1. Bagi PMO
a. PMO perlu meningkatkan kinerja terutama dalam hal memberikan
informasi (penyuluhan) pada anggota keluarga dengan TB karena jika
informasi tidak diberikan dikhawatirkan akan terjadi penularan
penyakit TB lebih banyak.
2. Bagi Dokter
a. Dokter agar meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan pada
penderita TB, dengan selalu memotivasi pasien dan PMO agar
menjalan pengobatannya dengan baik sampai akhir pengobatan.
b. Dokter dapat mengoptimalkan perannya sebagai edukator dengan
melakukan edukasi tentang pentingnya keberhasilan pengobatan dan
konsekwensi pengobatan TB yang tidak berhasil
3. Ilmu kedokteran
45
sehingga
dapat
mengetahui
faktor-faktor
yang
46
DAFTAR PUSTAKA
47
Widya Medika..
terapi
dan
Zulkifli Amin., Asril Bahar. 2006. Tuberkulosis paru. Ilmu Penyakit Dalam . Edisi
4. Jakarta: Pusat Penerbit IPD FKUI
49
KUESIONER
HUBUNGAN ANTARA PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO)
DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA TUBERKULOSIS
PARU DI PUSKESMAS SUKODONO
B.
:
:
:
:
:
1.500.000
1.600.000 - 2.500.000
2.600.000
SMP
>SMP
Lebih muda dari pasien
Lebih tua dari pasien
d. Hubungan pasien dengan PMO :
Keluarga,Sebutkan..........
Bukan Keluarga, Sebutkan........
Ya
Tidak
Apakah setiap kali minum obat saudara diawasi oleh PMO ?
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Apakah PMO memberikan dorongan untuk berobat secara teratur ?
Ya
Tidak
6.
10.
Ya
Tidak
Apakah PMO menginformasikan kepada saudara tentang efek
Tidak
D. Keberhasilan Pengobatan
51
Kepada Yth.
Calon Responden Peneliti
Di Tempat.
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
NIM
: 09700050
52
Peneliti
53
Alamat
(Inisial)
Responden
(Tanpa Nama)
54
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=PMO BTA
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
55
Notes
Output Created
12-Jun-2015 12:35:19
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
Definition of Missing
43
User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used
Syntax
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=PMO BTA
/MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.000
Elapsed Time
00:00:00.015
[DataSet0]
56
157286
BTA
43
43
Mean
1.91
1.33
Std. Deviation
.921
.474
Absolute
.303
.428
Positive
.303
.428
Negative
-.254
-.248
1.985
2.808
.001
.000
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
CORRELATIONS
/VARIABLES=PMO BTA
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
57
Notes
Output Created
12-Jun-2015 12:37:03
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
Definition of Missing
43
User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used
Syntax
CORRELATIONS
/VARIABLES=PMO BTA
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources
Processor Time
00:00:00.031
Elapsed Time
00:00:00.031
[DataSet0]
58
Correlations
PMO
PMO
Pearson Correlation
BTA
1
Sig. (2-tailed)
N
BTA
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
.398**
.008
43
43
.398**
.008
43
59
43