Anda di halaman 1dari 11

OUTLINE PROPOSAL

A. Latar Belakang

Ujian Akhir Program merupakan alat ukur penguasaan ilmu dan pemahaman ilmu
serta kemampuan penerapan mahasiswa dibidang profesinya juga sebagai umpan balik
terhadap penyelenggaraan Pendidikan Tenaga Kesehatan. Sehubungan dengan hal tersebut
dalam penyelenggaraan Ujian Akhir Program dilaksanakan dengan cara penulisan KTI/Skripsi
yang merupakan salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1
Keperawatan, DIII Keperawatan dan DIII Kebidanan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
Sebelum memasuki tahap bimbingan proposal KTI maupun Skripsi perlu adanya seminar
Outline Proposal.

B. Tujuan
1. Untuk menyamakan persepsi antar pembimbing dan dosen pengajar metode penelitian
2. Untuk mendapatkan judul/permasalahan penelitian bagi mahasiswa
PANDUAN/KERANGKA OUTLINE PROPOSAL PENELITIAN PRODI S1 NERS

Topik 1. Keperawatan Medikal Bedah

Masalah Pada saat melakukan praktik pra klinik keperawatan II saya


menemukan bahwa kebanyakan pasien mengatakan bahwa
pengobatannya terputus-putus karena masih belum terlalu
paham tentang pengobatan TB Paru
Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu
tentang” Bagaimana Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Tentang TB MDR Terhadap Kepatuhan Berobat Pada
Pasien Tb Paru Di Ruang Gardenia RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya

Judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang TB MDR


Terhadap Kepatuhan Berobat Pada Pasien Tb Paru Di
Ruang Gardenia RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Bab 1 1.1 Latar Belakang
1. Alinea Pertama (Introduksi): Gambaran Umum dan
Fenomena yang terjadi
Tuberkulosis masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di dunia hingga saat ini. Salah satu
upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan.
Pengobatan tuberkulosis merupakan upaya paling efisien
untuk mencegah penularan kuman TB. Strategi pengendalian
TB yaitu strategi DOTS yang terdiri dari lima komponen
kunci yaitu komitmen politis, penemuan kasus melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya,
pengobatan yang standar dengan supervisi dan dukungan bagi
pasien, sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang
efektif, sistem monitoring, pencatatan dan pelaporan yang
mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan
pasien dan kinerja program. Terdapat berbagai tantangan
selama masa pengobatan pasien tuberkulosis yang
membutuhkan waktu yang lama, yaitu lama pengobatan 6-8
bulan , kemiskinan, kegagalan menjalani program TB,
perubahan demografi, pasien tidak memahami pentingnya
aturan pengobatan penyakit TB, pekerjaan, biaya transportasi
menuju tempat layanan kesehatan, dan lain sebagainya. Di
samping itu, munculnya resistensi OAT, kurangnya
pengawasan pemerintah terhadap program pengobatan dan
budaya masyarakat yang menganggap TB merupakan
penyakit keturunan atau penyakit kutukan. Masalah-masalah
tersebut dapat menjadi alasan bagi seorang penderita
tuberkulosis tidak patuh dalam menjalankan pengobatan
bahkan menghentikan pengobatannya. Untuk mengatasi
masalah selama masa pengobatan, ada beberapa solusi yang
dapat dilakukan untuk mencegah maupun mengatasi
ketidakpatuhan pasien tuberkulosis, antara lain menjaga
komitmen pengobatan, adanya dukungan keluarga,
pendekatan ‘peer educator’ atau teman sebaya dan
penggunaan alat bantu demi peningkatan kepatuhan berobat.
Masalah ketidakpatuhan sepatutnya menjadi perhatian
seluruh pihak untuk memutuskan mata rantai penularan,
mencegah terjadinya TB resisten obat maupun
kematian.Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh infeksi kuman Mycrobacterium
tuberculosisTuberkulosis dapat dalam Millenium
Development Goals (MDG’s) (Kemenkes RI, 2011).

2 Alinea Kedua (Justifikasi): Data Umum dan Khusus


Tahun 2015 merupakan tahap yang menentukan dalam
melawan TB. Pada tahun 2015 merupakan tahun kedua
dekade sejak WHO menetapkan sistem monitoring TB secara
global, di mana dimulai dari tahun 2015, 20 putaran tahunan
pengumpulan data telah selesai dilakukan. Pada tahun ini
merupakan batas waktu untuk target TB global yang diatur
dalam MDGs dan pada tahun 2015 merupakan tahun transisi
dari MDGs menuju Sustainable Development Goals (SDGs),
serta dari Strategi Stop TB menuju Strategi EndTB (WHO,
2015). Berdasarkan Global Report 2015 dari 9,6 juta kasus-
kasus TB baru pada tahun 2014, terdapat 58% berada di
daerah AsiaTenggara dan Pasifik Barat. Lebih dari separuh
kasus TB di dunia (54%) terjadi di China, India, Indonesia,
Nigeria dan Pakistan. Di antara kasus baru, diperkirakan
3,3% adalah multidrug-resistant tuberculosis (MDR TB),
merupakan tingkat yang tetap tidak berubah dalam beberapa
tahun terakhir (WHO, 2015). Pada tingkat Nasional, Provinsi
Jawa Timur merupakan salah satu penyumbang jumlah
penemuan penderita tuberkulosis terbanyak kedua setelah
provinsi Jawa Barat (Kemenkes RI, 2011). Tuberkulosis
merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan
berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insidens dan
kematian akibat tuberkulosis telah menurun, namun
tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang
dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India,
Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita
tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10% dan
10% dari seluruh penderita di dunia (WHO, Global
Tuberculosis Report, 2015).Tuberkulosis (TB) merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan yaitu pasien
TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik renik
dahak yang dikeluarkannya. TB dengan BTA negatif juga
masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB
meskipun dengan tingkat penularan yang kecil. Beban
penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur
dengan . Case Notification Rate (CNR), prevalensi, dan
mortalitas/kematian.Pada tahun 2016 ditemukan jumlah kasus
baru tuberkulosis sebanyak 1580 kasus, lebih banyak bila
dibandingkan dengan jumlah penemuan kasus pada tahun
2015 sebanyak 1.423 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang
dilaporkan terdapat di Kabupaten Kotawaringin Timur
sebanyak 309 kasus, diikuti oleh Kabupaten Kotawaringin
Barat sebanyak 253 kasus dan Kabupaten Kapuas dengan
jumlah kasus sebanyak 219 kasus. Sedangkan kabupaten
yang paling sedikit jumlah kasus BTA + yang ditemukan
adalah di Kabupaten Pulang Pisau sebanyak 40 kasus,
kemudian Kabupaten Sukamara dan Gunung Mas dengan
jumlah kasus masing masing 41 kasus. Menurut jenis
kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan yaitu pada laki-laki sebanyak 1007 kasus
sedangkan pada perempuan sebanyak 573 kasus. Pada
masing-masing Kabupaten/Kota hampir di seluruh Provinsi
Kalimantan Tengah kasus lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan, kecuali Kabupaten Sukamara dan
Kabupaten Pulang Pisau. Persentase pasien tuberkulosis paru
terkonfirmasi bakteriologis di antara semua pasien
tuberkulosis paru tercatat (bakteriologis dan klinis),
merupakan indikator yang menggambarkan prioritas
penemuan pasien tuberkulosis yang menular di antara seluruh
pasien tuberkulosis yang diobati. Angka ini minimal 70%,
bila jauh lebih rendah, berarti diagnosis kurang memberikan
prioritas untuk menemukan pasien yang menular. Di Provinsi
Kalimantan Tengah proporsi pasien baru BTA (+) diantara
semua kasus pada tahun 2016 adalah 53.3% lebih rendah bila
dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015 dengan
capaian sebesar 72,1%. Hal ini menunjukan bahwa secara
nasional target masih belum terpenuhi. Namun ada beberapa
kabupaten yang telah mencapai target adalah Kabupaten
Murung Raya (146.6%), Sukamara (82%) Kotawaringin
Timur (73,6%).

3 Alinea Ketiga (Kronologis): Penyebab dan Dampak


Hingga saat ini usaha penanggulangan TB paru di
seluruh Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Salah
satu penyebab utamanya adalah ketidakteraturan berobat atau
ketidak patuhan berobat pasien masih cukup tinggi.
Ketidakpatuhan merupakan salah satu penyebab
ketidaklengkapan pengobatan. Pengobatan yang tidak teratur
dan kombinasi obat yang tidak lengkap di masa lalu, diduga
dapat menimbulkan kekebalan ganda kuman TB terhadap
OAT atau MDR. Keteraturan menelan obat sehari-hari
seyogyanya diawasi oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)
yang ditunjuk dari petugas kesehatan.

4 Alinea Keempat (Solusi): Kaitkan dengan penelitian yang


akan di ambil oleh peneliti.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai “pengaroh pendidikan
kesehatan tentang TB MDR terhadap tingkat kepatuhan
berobat dengan sikap pada pasien TB Paru di Ruang Gardenia
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang TB
MDR kepatuhan berobat dan sikap pada pasien TB
Paru.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) mengidentifikasi tingkat kepatuhan berobat pasien
tentang penyakit Tuberkulosis Multi Drug Resistant (TB-
MDR) sebelum diberikan pendidikan kesehatan.
2) mengidentifikasi tingkat kepatuhan pasien tentang
penyakit Tuberkulosis Multi Drug Resistant (TB-MDR)
sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
3) Menganalisi pengaroh pendidikan kesehatan tentang TB
MDR terhadap tingkat kepatuhan berobat dengan sikap
padan pasien TB Paru di ruang gardenia RDUD Dr.
Doris Sylvanus Palangka raya.

1.3 Manfaat
Diharapkan dapat bermanfaat dan menabah wawasan
bagi perawat sehingga dapat mengaflikasikan dalam
bentuk memberikan pendidikan kesehatan pada klien
dengan Tuberculosis Paru.
1) Teoritis
Sebagai bahan masukan dan tambahan pengetahuan,
serta informasi khususnya bagi penderita Tuberculosis
Paru dan Tuberkulosis Multi Drug Resistant (TB-MDR)
2) Praktis
1. Bagi responden
Dengan adanya pendidikan kesehatan tentang
kepatuhan berobat terhadap penyakit Tubercolosis
Paru, diharapkan dapat menambah informasi dan
kepatuhan berobat klien agar lebih teratur lagi dalam
melakukan pengobatan yang sudah ditentukan.
2. Bagi tempat peneliti
Diharapkan dapat menambah wawasan dan
meningkatkan ilmu pengetahuan sebagai sarana dalam
menerapkan teori yang diperoleh selama mengikuti
perkulihan dan dapat melaksanakan dilapangan.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai
sumber referensi dan informasi tentang tingkat
kepatuhan berobat dan sikap pada pasien Tuberculosis
Paru.

Bab 2 2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan
2.1.2 Konsep Dasar Sikap
2.1.3 Konsep Dasar TB Paru
2.1.4 Konsep Dasar TB MDR
2.2 kerangka Teori
1) Variabel independen
2) Variabel depanden

Bab 3 3.1 Desain Penelitian


Menurut Nursalam (2014:158) Desain penelitian adalah
rancangan penelitian yang merupakan suatu strategi untuk
mencapai tujuan dan berperan sebagai pedoman atau
penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian.

3.2 Kerangka Kerja

3.3 Definisi Operasional : Variabel Independen dan Variabel


Dependen
3.4 Populasi, Sampel
. Populasi
Menurut Nursalam (2014:169) Populasi merupakan
seluruh subjek atau objek dengan karekteristik tertentu
yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang
diteliti dan dipelajari tetapi seluruh karakteristik atau
sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut.
Populasi dalam penelitian adalah subjek yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan
anaknya di Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
2. Sampel
Menurut Nursalam (2014:171) Sampel merupakan
bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam
penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria itu
menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut
digunakan. Sampel terdiri atas bagian populasi
terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling. Sampel penelitian ini
adalah ibu yang melahirkan anak pertamannya di
Puskemas Pahandut Palangka Raya.

3.5 Uji Statistik (Sumber Pustaka: Nursalam)


Uji statistik digunakan untuk mengukur tingkat atau
eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala
ordinal. Uji statistik yang digunakan adalah Spearman
Rank.
PANDUAN/KERANGKA OUTLINE PROPOSAL PENELITIAN PRODI D3
KEBIDANAN

Topik 1. Kehamilan
2. Persalinan
3. Nifas
4. Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah
5. KB
6. Kesehatan Reproduksi
7. Kebidanan Komunitas

Masalah Yang dimaksud masalah adalah masalah ilmiah penelitian


(scientific research problems). Pada bagian ini, masalah
penelitian merupakan rumusan atau identifikasi permasalahan
yang akan dipecahkan atau dicarikan solusinya melalui suatu
proses penelitian.
Rumusan Masalah Setiap rumusan masalah minimal memuat minimum dua
variabel yang dihubungkan atau dibedakan, dan variabel-
variabel tersebut harus dapat diukur dan dimanage
(measurable and manageable)
Judul Judul penelitian yang didasari oleh permasalahan yang
didapatkan
Bab 1 1.4 Latar Belakang
1. Alinea Pertama (Introduksi): Gambaran Umum dan
Fenomena
2. Alinea Kedua (Justifikasi): Data Umum dan Khusus
3. Alinea Ketiga (Kronologis): Penyebab dan Dampak
4. Alinea Keempat (Solusi): Kaitkan dengan penelitian
yang akan di ambil oleh peneliti.
1.5 Tujuan
1.5.1 Tujuan Umum
1.5.2 Tujuan Khusus
1.6 Manfaat
Bab 2 2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definisi
2.1.2 .......
2.2 Kerangka Konsep (Kerangka konseptual menggambarkan
alur pemikiran penelitian dan memberikan penjelasan
alasan dugaan yang dibuat oleh penelitian. Kerangka
konsep umumya disajikan dalam bentuk bagan, sehingga
jelas hubungan antar variabel)
Bab 3 3.1 Desain Penelitian
3.2 Kerangka Kerja
3.3 Definisi Operasional
3.4 Populasi, Sampel

Anda mungkin juga menyukai