OLEH :
ASMYATHY 2030702013
A. LATAR BELAKANG
(WHO, 2018).
morbiditas tinggi dan sangat mudah menyebar di udara ketika seseorang dengan
infeksi TB paru aktif melepaskan bakteri melalui batuk, bersin dan membuang
jumlah kasus baru TB paru sebesar 6,4 juta orang dan telah menyebabkan 1,3 juta
kematian. Jumlah kasus TB paru terbanyak terjadi di Asia (44%), Afrika (25%).
sebagai peringkat ketiga dengan kasus beban TB paru tertinggi didunia setelah
India dan Cina. Diperkirakan jumlah kasus TB paru di Indonesia sebanyak 842.000
Data profil kesehatan Indonesia pada tahun 2017, dilaporkan jumlah kasus
jumlah kasus baru tuberkulosis paru pada laki-laki 1,4 kali lebih besar
kasus tertinggi dilaporkan berada di provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa
Tengah. Kasus tuberkulosis di tiga provinsi tersebut sebesar 43% dari jumlah
tuberkulosis (OAT) secara cuma-cuma, hanya saja terdapat beberapa masalah yang
dijumpai seperti kesulitan penemuan penderita TB paru BTA (+) dan lamanya
Indonesia cenderung mengalami penurunan sejak tahun 2013 sampai 2017. Pada
tahun 2017 angka keberhasilan pengobatan semua kasus tuberkulosis (85,7%), hal
ini masih dibawah target pemerintah yaitu angka keberhasian pengobatan minimal
(97,1%) dan terendah Maluku Utara (64,0%). Sedangkan provinsi Sulawesi Selatan
kasus tuberkulosis paru pada tahun 2015. Jumlah penderita tuberkulosis paru di
Kabupaten setempat.
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Makassar 2018,
menyatakan bahwa jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 4926 kasus di tahun 2017,
jumlah ini meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan
50 pasien sedang menjalani program pengobatan terhitung dari bulan Juni hingga
Pukesmas Sudiang Raya, diperoleh data bahwa tidak semua pasien patuh
tidak nyaman dengan efek samping obat, penderita merasa dirinya sudah sembuh
yang serius karena selain mengakibatkan kuman menjadi resisten, relaps, juga akan
Pengobatan yang tidak sesuai atau tidak tuntas merupakan salah satu faktor
penentu terjadinya TB MDR (Zhang et al., 2016). Selain itu ketidakpatuhan juga
2016).
aktif dua bulan pertama. Ketidakpatuhan ini diakibatkan karena pasien merasa
dipengaruhi oleh berbagai sisi baik dari dalam diri pasien maupun dari pemberi
perilaku pasien dalam kepatuhan minum obat, salah satu faktor yang
mempengaruhi yaitu keyakinan diri (self efficacy). Menurut Bandura, efikasi diri
2018).
Selain itu ia juga menyatakan bahwa individu dengan self efficacy yang tinggi lebih
sangat penting khususnya terkait dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis
(OAT), dengan adanya self efficacy yang tinggi dalam diri penderita tuberkulosis,
maka penderita dapat mencegah dan mengurangi keinginan untuk berhenti minum
tuntas.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “adakah hubungan Self
Efficacy dengan Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Tuberkulosis Paru di Rsud
tarakan”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan self efficacy dengan kepatuhan
2. Tujuan Khusus
Tarakan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
dengan infeksi TB paru aktif melepaskan bakteri melalui batuk, bersin dan
Tuberculosis, yaitu kuman aerob yang dapat hidup terutama diparu atau di
berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen
yang tinggi. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu penularannya
Tuberkulosis (TB) yang terjadi saat belum adanya reaksi khusus dari
1) Kasus kambuh
2) Kasus tuberkulosis ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori.
yaitu:
1) BTA Positif
(+)
dahak SPS pemeriksaan sebelumnya hasil BTA (-) dan tidak ada
2) BTA Negatif
1) Tuberkulosis Paru
kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan
tulang.
1) Kasus baru
2) Kasus kambuh
terakhir.
5) Kasus lain
dengan ukuran panjang 1-4/μm dan tebal 0.3-0.6/μm yang tergolong basil tahan
asam (BTA).
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam basa (asam alkohol) sehingga
disebut bakteri tahan asam (BTA). Kuman ini dapat bertahan hidup dalam
keadaan yang kering maupun dalam keadaan dingin (Wahid & Suprapto, 2013).
oksigennya lebih tinggi dari dari bagian yang lain, sehingga bagian ini
merupakan tempat yang disukai bagi bakteri tuberkulosis (Wahid & Suprapto,
2013).
Masa inkubasi bakteri memakan waktu 2-10 minggu, terhitung mulai saat
masuknya bibit penyakit sampai timbul gejala adanya lesi primer atau reaksi tes
4. Patofisiologi
Pada saat seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara
tidak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat
terkandung dalam droplet nuclei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup
oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkulosis.
Penularan bakteri lewat udara disebut dengan istilah airborne infection. Bakteri
masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi dimana terjadi implantasi bakteri, bakteri
Bakteri tuberkulosis dan fokus ini disebut fokus primer atau lesi primer
atau fokus Ghon. Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama
dengan fokus primer disebut sebagai kompleks primer. Dalam waktu 3-6
minggu, inang yang baru terkena infeksi akan menjadi sensitif terhadap protein
yang dibuat bakteri tuberculosis dan bereaksi positif terhadap tes tuberkulin atau
malah banyak pasien TB paru ditemukan tanpa keluhan sama sekali dalam
paru apabila ditemukan gejala klinis utama diantaranya: Batuk berdahak (lebih
dari 3 minggu),batuk bercampur darah, sesak nafas dan nyeri dada, demam
tinggi, berkeringat pada malam hari serta terjadi penurunan berat badan
Masriadi (2017).
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan banyak ditemukan. Hal ini
2) Batuk darah
3) Sesak nafas
ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada
dan lain-lain.
4) Nyeri dada
1) Demam
ini dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya
Saat penderita batuk, bersin atau berbicara, kuman tuberkulosis yang berbentuk
droplet akan menyebar di udara. Kuman ini dapat bertahan di udara selama
beberapa jam, sehingga cepat atau lambat akan terhirup oleh orang lain
(Masriadi, 2017).
tuberkolosis adalah:
aktif.
kanker, mereka yang dalam terapi kortikosteroid atau orang dengan HIV).
f. Orang yag berimigrasi dari negara dengan insiden TB yang tertinggi (Asia
i. Petugas kesehatan.
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer (1999) dalam Nurarif & Kusuma (2016). Pemeriksaan
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat
didiagnosis.
tuberkulosis.
d. Tes Mantoux/Tuberkulin
g. MYCODOT
pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam
yaitu:
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segmen apikal lobus
bawah
6) Bayangan millie.
8. Pengobatan
beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
kategori pengobatan.
secara tepat dan adekuat, pasien menular BTA (+) dapat menjadi tidak
2) Tahap lanjutan
dengan jangka waktu yang lebih lama. Tahap ini bertujuan untuk
kekambuhan. Biasanya dalam tahap lanjutan ini diberikan obat tiga kali
sebanyak 54 kali.
mg
dalam seminggu
3) Kategori III (2 HRZ/ 4H3R3) untuk pasien baru dengan BTA (-),
rontgen (+).
a) Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan selama 2 bulan setiap hari
INH (H) : 300 mg – 1 tablet
seminggu
samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan
dilanjutkan. Efek samping OAT dapat dilihat pada table dibawah ini.
9. Komplikasi
Menurut Wahid & Suprapto (2013), Komplikasi yang sering terjadi pada
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, ginjal, tulang, persendian dan
sebagainya.
a. Hidup sehat (makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, hindari
b. Saat batuk mulut di tutup dan tidak meludah di sembarang tempat (meludah
1. Pengertian Kepatuhan
patuh atau ketaatan dalam menjalankan perintah atau aturan. Kepatuhan juga
dapat didefinisikan sebagai perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan
untuk menggambarkan perilaku pasien dalam minum obat secara benar tentang
dosis, frekuensi dan waktunya, yang sesuai dengan instruksi atau saran tenaga
(Ayurini, 2015).
b. Faktor Penderita
c. Faktor Kondisi
efektif.
e. Faktor Terapi
tenaga kesehatan.
Bila ketidakpatuhan minum obat terus terjadi maka basil tuberkulosis akan
kemih. Sehingga siapapun yang terpajan dengan galur basil ini, juga dapat
mampu atau tidak mampu melakukan tindakan yang memuaskan (Alwisol, 2018).
bahwa semua usaha yang telah dilakukan tidak ada gunanya dan saat menghadapi
suatu hambatan mereka cepat menyerah. Sedangkan individu dengan self efficacy
yang tinggi mereka percaya dapat menghadapi suatu masalah secara efektif.
efficacy yang tinggi akan mengurangi perasaaan takut akan kegagalan dan
mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Self
tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.
individu untuk melakukan tindakan secara unggul. Perasaan berhasil dan ahli
info:
a. Feed back eksternal yang diberi orang lain. Pencapaian dari hasil perilaku
b. Pengalaman orang lain dan evaluasi diri dan feedback dari mereka.
dapat terbentuk oleh empat sumber yang mempengaruhi. Self efficacy atau
keyakinan diri itu dapat diperoleh, diubah, diturunkan atau ditingkatkan melalui
salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni pengalaman menguasai sesuatu
(Emotional/Physiological states).
a. Pengalaman performansi.
Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah dicapai pada
masa yang telah lalu. Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi
pengubah self efficacy yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi (masa lalu)
b. Pengalaman Vikarius
dengan dirinya ternyata gagal. Bila figur yang diamati berbeda dengan diri
kegagalan figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau
mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu
c. Persuasi sosial
persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, namun rasa percaya
kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan
d. Keadaan emosi
kuat, kecemasan, rasa takut serta stress, dapat mengurangi self efficacy.
(Alwisol, 2018)
Menurut Ghufron 2014 dalam Imron (2018), dimensi efikasi terdiri dari:
a. Level (Tingkat)
keberhasilannya.
b. Strenght (kekuatan)
tugas tertentu. Dimensi ini berfokus pada tingkat bagaimana kekuatan suatu
kegagalan, tetapi seseorang dengan harapan yang kuat dalam dirinya akan
c. Generality (generalisasi)
Dimensi ini berkaitan dengan tugas bidang tingkah laku yang mana
resiprokal antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Self efficacy merupakan
variabel pribadi yang penting, yang jika digabung dengan tujuan-tujuan spesifik
dan pemahaman mengenai prestasi, akan menjadi penentu tingkahlaku
(Alwisol 2018).
mengahasilkan perubahan sosial tertentu. Ini bukan jiwa kelompok tetapi lebih
sebagai efikasi pribadi dari banyak orang yang bekerja bersama. Bandura (1994)
melalui self efficacy individual, tetapi juga melalui efikasi kolektif (collective
efficacy). Misalnya, dalam bidang kesehatan, orang memiliki efikasi diri (self
efficacy) yang tinggi untuk berobat atau melakukan diet, tetapi mungkin
Efikasi diri (self efficacy) dan efikasi kolektif (collective efficacy) saling
gambaran hasil pada masa yang akan datang (yang dapat menimbulkan motivasi
tingkah laku saat ini), dan harapan keberhasilan didasarkan pada pengalaman
untuk bertingkah laku tertentu. Juga dengan menetapkan tujuan atau tingkat
orang termotivasi untuk bertindak pada tingkat tertentu. Anak yang lemah
memungkinkan evaluasi diri segera daripada menetapkan tujuan yang jauh dan
memikirkan, dan menilai tingkah laku diri, akan memberi insentif diri sehingga
bertahan dalam berusaha mencapai standar yang telah ditentukan Alwisol 2018).
BAB III
Rancanga penelitian yang digunakan adalah dekstritif dengan proses pendekatan melalui
observasi studi kasus adakah hubungan self efficacy dengan kepatuhan minum obat pada
Subjek dari penelitian studi kasus ini adalah pasien tuberculosis paru yang berada di RSUD
a). adakah hubungan self efficacy dengan kepatuhan minum obat pada penderita tuberculosis
paru
1.Self Efficacy
Keyakinan diri penderita tuberkulosis paru dalam upaya meningkatkan atau mengatasi
Kriteria obyektif :
Perilaku positif penderita dalam meminum obat sesuai aturan dan dosis obat yang di
Kriteria Objektif :
a). pengkajian
menggunakan fprmat pengkajian yang berisi identitas pasien,Riwayat kesehatan dan pola
kesehatan pasien
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses karakteristik
Prosedur dimulai dari responden yang bersedia menjadi responden diberikan informed
a.Data primer
Data primer diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari responden yang
menjadi objek penelitian. Data ini diperoleh dengan menggunakan alat pengukuraan atau
alat pengambilan data. Pengumpulan data primer dalam penellitian ini yaitu dengan
b.Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpukan dari berbagai sumber yang ada.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data mengenai jumlah pasien Tuberkulosiss paru
di RSUD TARAKAN.
A.Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan juli sampai agustus 2022
A.Analisis univariat
Analisis univariat merupakan suatu analisa yang digunakan untuk menganalisis tiap-tiap
variabel dari hasil penelitian yang menghasilkan suatu distribusi frekuensi dan persentase
dari masing-masing variabel. Analisa univariat dalam penelitian ini adalah distribusi tentang
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, self efficacy dan kepatuhan minum obat
penderita tuberkulosis.
B.Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah analisis dua variabel yang dilakukan untuk menguji ada tidaknya
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Penelitian ini akan
menghubungkan self eficacy sebagai variabel independen dengan kepatuhan minum obat
Menurut Hidayat (2014), masalah etika dalam penelitian keperawatan yang harus
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan informed consent adalah agar subjek
mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
3.Confidentiality (Kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan