Anda di halaman 1dari 8

Vol. 5 No.

1 (2023) Hal 521-528

Analisis Hubungan Self Efficacy dengan Kejadian Tb Paru di Puskesmas


Tamalanrea

Suarnianti1*, Yusran Haskas1, Fitri A Sabil1


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan VIII, Kota Makassar,
Indonesia, 90245

Article Information ABSTRACT


Received: October 2022 Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit menular yang
Revised: Desember 2022 infeksinya dapat disebabkan oleh bakteri mycobacterium
Available online: Januari 2023 tuberculosis dan sering ditemukan menyerang paru-paru
namun dapat juga menyerang organ lainnya. Hal tersebut
Keywords menjadikan Tuberculosis paru sebagai penyebab kematian
Efikasi diri, Penyakit Infeksi, TB tertinggi ke-3 di dunia setelah penyakit arteri koroner
(jantung iskemik) dan stroke. Self efficacy sangat dibutuhkan
Paru
oleh penderita TBC karena merupakan kekuatan positif
dalam diri pasien berupa keyakinan melewati proses
Correspondence pengobatan sampai sembuh. Tujuan penelitian adalah untuk
Phone: (+62)823-4378-8102 menganalisis hubungan self efficacy dengan kejadian TB Paru
E-mail: suarnianti@stikesnh.ac.id di Puskesmas Tamalanrea. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional study. Pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 47
pasien. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan
dianalisa menggunakan uji Fisher Exact. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden yang memiliki self efficacy
tinggi berjumlah 37 responden, dimana terdapat 43,2% yang
mengalami suspek TB paru dan 56,8% yang mengalami TB
paru BTA (+), sedangkan responden yang memiliki self
efficacy rendah berjumlah 10 responden, dimana terdapat
0,0% yang mengalami suspek TB paru dan 100,0% yang
mengalami TB paru BTA (+). Hasil uji statistik dengan Fisher
Exact Test diperoleh nilai ρ=0,009. Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah ada hubungan self efficacy dengan
kejadian TB Paru di Puskesmas Tamalanrea.

PENDAHULUAN tuberkulosis). Pasien yang terinfeksi


Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) Tuberkulosis akan memproduksi droplet
Tuberkulosis (TB paru) merupakan penyakit yang mangandung sejumlah basil kuman TB
infeksi bakteri menahun yang disebabkan ketika mereka batuk, bersin, atau berbicara.
oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular
basil tahan asam yang ditularkan melalui yang merupakan penyebab utama
udara. Tuberkulosis dapat menyebar dari kesehatan yang buruk, salah satu dari 10
satu orang ke orang lain melalui transmisi penyebab utama kematian di seluruh dunia
udara (droplet dahak pasien penderita dan penyebab utama (Suarnianti et al., 2021).
521
Tuberkulosis adalah penyakit Banyak faktor resiko yang mampu
menular yang di sebabkan oleh kuman yang memicu timbulnya kejadian tuberkulosis,
bernama Mycobacterium Tuberculosa. beberapa diantaranya adalah faktor
Sumber penularan adalah pasien yang pada lingkungan, agen, dan pejamu. Faktor
pemeriksaan dahaknya di bawah microskop lingkungan merupakan salah satu yang
di temukan adanya kuman tuberkulosis. memengaruhi seperti kepadatan hunian,
Pasien itu dapat menyebarkan kuman ke luas ventilasi, suhu, kelembaban, jenis lantai
udara dalam bentuk percikan dahak. Sekali dan kondisi dinding. Selain faktor
batuk dapat menghasilkan 3000 percikan lingkungan, didapat juga dari faktor pejamu
dahak (Dewi et al., 2020). berupa umur, jenis kelamin, pendidikan,
Berdasarkan data World Health pengetahuan, pekerjaan, kebiasaan
Organization (WHO), menunjukkan bahwa merokok, dan status gizi yang dapat
pada tahun 2020, diperkirakan 10 juta orang memengaruhi terjadinya penyakit
jatuh sakit tuberkulosis (TB) di seluruh dunia. tuberkulosis. Orang yang merokok
5,6 juta pria, 3,3 juta wanita dan 1,1 juta anak- merupakan faktor pejamu yang memiliki
anak. TB terdapat di semua negara dan risiko 2,01 kali menderita TB Paru
kelompok umur. Tetapi TB dapat dibandingkan dengan orang yang tidak
disembuhkan dan dicegah. Pada tahun 2020, merokok (Gulo et al., 2021).
30 negara dengan beban TB tinggi Self efficacy sangat dibutuhkan oleh
menyumbang 86% kasus TB baru. Delapan penderita TBC karena merupakan kekuatan
negara menyumbang dua pertiga dari total, positif dalam diri pasienberupa keyakinan
dengan India memimpin penghitungan, melewati proses pengobatan sampai
diikuti oleh China, Indonesia, Filipina, sembuh. Self efficacy berkaitan dengan
Pakistan, Nigeria, Bangladesh dan Afrika keyakinan-keyakinan individu dalam
Selatan (WHO, 2021). menyelesaikan masalah yang dihadapinya
Di Indonesia sendiri, pada tahun 2019 sehingga mempengaruhi kognisi dan
jumlah kasus tuberkulosis yang ditemukan perilaku (Harfika et al., 2020). Strategi Self
sebanyak 543.874 kasus, menurun bila efficacy dapat ditingkatkan dalam bidang
dibandingkan semua kasus tuberkulosis keperawatan dengan menjunjung prinsip-
yang ditemukan pada tahun 2018 yang prinsip kewaspadaan universal dan
sebesar 566.623 kasus. Jumlah kasus mengharuskan untuk menganggap bahwa
tertinggi dilaporkan dari provinsi dengan semua pasien terkena atau terinfeksi
jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa mikroorganisme, dengan atau tanpa tanda
Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus dan gejala, sehingga tingkat seragam
tuberkulosis di ketiga provinsi tersebut pencegahan dapat digunakan saat merawat
hampir mencapai setengah dari jumlah semua pasien (Suarnianti et al., 2016).
seluruh kasus tuberkulosis di Indonesia (45%) Self efficacy tinggi pada pasien TB
(Kementerian Kesehatan RI, 2020). Paru, maka dengan adanya Self efficacy akan
Data dari Dinas Kesehatan Sulawesi membantu meningkatkan rasa yakin dan
Selatan, menunjukkan jumlah penderita TB mampu melakukan perawatan diri seperti
Paru perkabupaten/Kota tahun 2019 personal hygiene, perilaku hidup sehat, taat
sebanyak 19.071 kasus, dengan rincian laki- melakukan pengobatan dan mampu
laki sebanyak 11.226 orang dan perempuan memahami informasi yang diberikan
7.845 orang. Jumlah BTA+ sebesar 11.476 petugas kesehatan. Sebaliknya, jika pasien
orang (60,17%) yang terdaftar dan diobati, TB Paru memiliki self efficacy rendah maka
dengan kesembuhan pada tahun 2019 pasien tidak akan mampu melakukan
berjalan sebanyak 5.366 orang (46.75%) perawatan diri karena tidak yakin dengan
(Dinkes Prov. Sulawesi Selatan, 2020). kemampuan yang dimilikinya, sehingga
individu perlu untuk beradaptasi dengan

522
perubahan status kesehatannya untuk rutin dependen serta akan diamati pada periode
berobat, memperbaiki pola pikir yang (waktu) yang sama. Tujuan menggunakan
semula maladaptif menjadi adaptif. Hal ini rancangan deskriptif ini adalah untuk
dikarenakan self efficacy mampu melihat hubungan self efficacy dengan
menentukan tindakan yang dilakukan kejadian TB paru di Puskesmas Tamalanrea.
individu untuk mencapai suatu tujuan dan Sampling dalam penelitian ini menggunakan
berbagai rintangan yang akan dihadapi non probability sampling “Total Sampling”
sehinga mampu membantu pasien TB Paru adalah teknik penentuan sampel bila semua
dalam menignkatkan keyakinan dan percaya anggota populasi digunakan sebagai
dirinya terhadap kesembuhan khususnya sampel. Sampel dalam penelitian ini
pasien TB Paru (Harfika et al., 2020). berjumalh 47 responden.
Perilaku seseorang yang Pengumpulan data pada penelitian
berhubungan dengan penyakit TB adalah ini menggunakan data primer yaitu
perilaku yang mempengaruhi atau pengumpulan data yang dilakukan secara
menjadikan seseorang untuk mudah langsung dengan memberikan kuesioner
terinfeksi atau tertular kuman TB misalnya sesuai dengan kriteria sampel. Analisa data
kebiasaan membuka jendela setiap hari, yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menutup mulut bila batuk atau bersin, univariat dan bivariat.
meludah sembarangan, merokok, dan Penelitian ini telah mendapatkan
kebiasaan menjemur kasur ataupun bantal persetujuan etik yang disahkan oleh komite
(Helda, 2009). etik penelitian kesehatan Sekolah Tinggi
Berdasarkan data dari buku registrasi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar
Puskesmas Tamalanrea tahun 2021, Nomor: 0354/STIKES-NH/KEPK/XII/2021.
menunjukkan bahwa jumlah pasien TB paru
pada tahun 2019 sebanyak 96 pasien HASIL
meningkat, pada tahun 2020 sebanyak 52 1. Analisis Univariat
pasien, sedangkan pada bulan Januari Tabel 1 distribusi frekuensi
sampai September 2021 sebanyak 47 pasien. responden berdasarkan usia, jenis kelamin,
Berdasarkan hasil wawancara dengan pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan
perawat pelaksana pada saat pengambilan (n=65)
data awal didapatkan bahwa sebagian besar Kriteria F (n) %)
penderita TB paru hanya memberikan obat Umur
pada pasien. 26-35 tahun 18 38,3
Dari beberapa pernyataan di atas, 36-45 tahun 14 29,8
jelas bahwa penyakit TB paru merupakan 46-55 tahun 15 31,9
salah satu penyakit berbasis wilayah yang Jenis kelamin
Laki-laki 23 48,9
menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Perempuan 24 51,1
Oleh karena itu, peneliti tertarik mengambil
Pendidikan
judul “Analisis Hubungan Self Efficacy
SD 11 23,4
dengan Kejadian TB Paru di Puskesmas SMP 11 23,4
Tamalanrea”. SMA 16 34,0
DIII 3 6,4
METODE S1 6 12,8
Penelitian ini merupakan sebuah Pekerjaan
penelitian kuantitatif, peneliti ingin PNS 6 12,8
menggunakan desain deskriptif dengan Pegawai swasta 3 6,4
menggunakan metode cross sectional. Wiraswasta 13 27,7
Karena pada penelitian ini akan Buruh harian 8 17,0
menggunakan variabel independen dan IRT 17 36,2
Sumber Data Primer,2021
523
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa PEMBAHASAN
karakteristik responden berdasarkan Self Efficacy
kelompok umur responden mayoritas Self-efficacy didefinisikan sebagai
berada pada rentang usia 26-35 tahun keyakinan individu pada kemampuannya
sebanyak 18 orang (38,3%) dan sebagian kecil untuk melakukan tindakan yang dibutuhkan
berada pada rentang usia 36-45 sebanyak 14 untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
orang (29,8%). Sebagian besar responden Self-efficacy berkaitan dengan pengendalian
berjenis kelamin perempuan sebanyak 24 lingkungan yang menggambarkan individu
orang (51,1%) dan sebagian kecil responden dapat mengatasi berbagai tantangan
yaitu laki-laki sebanyak 23 orang (48,9%). dengan tindakan adaptif dan memperkuat
Pendidikan terakhir responden sebagian individu untuk mengembangkan tujuan
besar SMA sebanyak 16 orang (34,4%) dan hidup yang lebih aktif (Novrianto et al.,
sebagian kecil berpendidikan terakhir S1 2019). Berdasarkan penelitian dilakukan di
yaitu sebanyak 6 orang (12,8%). Mayoritas Puskesmas Tamalanrea menunjukkan
responden berstatus sebagai wiraswasta bahwa sebagian besar responden memiliki
yaitu sebanyak 13 orang (27,7%) dan self efficacy tinggi sebanyak 37 responden
Sebagian kecil pegawai swasta sebanyak 3 (78,7%). Hal ini disebabkan karena pasien
orang (6,4%). yakin mampu meminum obat dengan cara
yang benar, yakin dapat berobat teratur,
2. Analisis Bivariat yakin mampu mengambil obat ke puskesmas
Tabel 2 Hubungan Self Efficacy dengan tepat waktu, yakin mampu untuk
Kejadian TB Paru di Puskesmas Tamalanrea memeriksakan diri ke layanan
Kejadian TB Paru kesehatan/puskesmas jika terjadi gejala efek
Self Suspek TB TB Paru Total ρ samping yang berlebihan karena obat dan
Efficacy Paru BTA (+)
yakin mampu melaporkan pada petugas
n % n % n %
Tinggi 16 43,2 21 56,8 37 100,0 kesehatan jika obat rusak.
Rendah 0 0,0 10 100,0 10 100,0 0,009 Hasil penelitian Harfika et al., (2020)
Total 16 34,0 31 66,0 47 100,0 mengemukakan bahwa self efficacy pada
Berdasarkan Tabel 2 di atas, dari total 47 pasien TB Paru di Wilayah Surabaya Utara
responden (100%) memberikan hubungan sebagian besar pada kategori self efficacy
self efficacy tinggi dan rendah terhadap tinggi. Self efficacy sangat dibutuhkan oleh
kejadian TB Paru Dari data diatas diperoleh penderita TBC karena merupakan kekuatan
responden yang memiliki self efficacy suspek positif dalam diri pasienberupa keyakinan
TB Paru dengan tinggi kejadian TB Paru melewati proses pengobatan sampai
sebanyak 16 responden (43,2%) dan self sembuh. Self efficacy berkaitan dengan
efficacy suspek TB Paru dengan rendah keyakinan-keyakinan individu dalam
kejadian TB Paru sebanyak 0 responden, menyelesaikan masalah yang dihadapinya
sedangkan responden dengan self efficacy sehingga mempengaruhi kognisi dan
TB Paru BTA (+) yang memilik kejadian TB perilaku
Paru tinggi sebanyak 21 responden (54,8%)
dan responden yang memiliki kejadian TB Kejadian TB Paru
Paru rendah sebanyak 10 responden. TB paru merupakan penyakit menular
Hasil uji statistik dengan Fisher Exact Test yang disebabkan oleh Mycobacterium
diperoleh nilai ρ=0,009, yang artinya nilai tuberkulosis. Penyakit ini umumnya
ρ<α (0,05), maka hipotesis alternatif menyerang pada paru, tetapi juga dapat
diterima. Interpretasi bahwa ada hubungan menyerang bagian tubuh yang lain seperti
self efficacy dengan kejadian TB paru di kelenjar, selaput otak, kulit, tulang, dan
Puskesmas Tamalanrea. persendian. Penyakit TB merupakan
penyakit yang sangat berbahaya karena

524
penularannya mudah dan cepat, juga pendidikan seseorang, semakin besar risiko
membutuhkan waktu yang lama dalam untuk menderita TB paru. Hal ini disebabkan
pengobatannya. Lamanya pengobatan bisa karena tingkat pendidikan ini
mengakibatkan penderita putus obat atau memungkinkan menjadi salah satu faktor
malas untuk meminum obat TB, sehingga yang berpengaruh pada tingkat
menyebabkan sulitnya penanganan penyakit pengetahuan dalam melakukan pencegahan
TB (Setiawan et al., 2019). TB paru. Sesuai dengan penelitian
Berdasarkan penelitian dilakukan di Muhammad (2019), yang mengemukakan
Puskesmas Tamalanrea menunjukkan bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu
bahwa data yang diambil dari buku registrasi faktor yang mempengaruhi kejadian
sebagian besar responden mengalami TB tuberkulosis itu sendiri. Semakin tinggi
paru BTA (+) sebanyak 31 responden (66,0%). tingkat pendidikan seseorang, semakin
Hal ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor berkembang pula potensi keterampilan
agen, penjamu dan lingkungan. Seperti yang yang ada, serta mempengaruhi pola pikir
dijelaskan Pangaribuan et al., (2020), seseorang untuk terus berkembang dan
mengemukakan bahwa kejadian TB di belajar mengenai penyakit tuberkulosis.
Indonesia yang berumur 15 tahun ke atas Hasil penelitian ini sejalan dengan
dipengaruhi beberapa faktor seperti; faktor penelitian Nurhayati et al., (2015), ditemukan
umur, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, adanya hubungan bermakna antara
pendidikan, dan kawasan, selain itu juga perceived beneft, cues to action, dan self
dipengaruhi faktor lain, seperti; pernah effcacy dengan perilaku pencegahan
tinggal dengan penderita TB, dan merokok. penularan TB. Hal ini dapat dijelaskan,
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi semakin positif persepsi pasien TB tentang
terjadinya TB, yang paling dominan kemanfaatan (beneft), kecenderungan
mempengaruhi terjadinya TB adalah pernah mengambil tindakan (cues to action) dan
tinggal dengan penderita TB. kepercayaan diri (self effcacy) dalam
menjalankan pencegahan penularan TB akan
Hubungan Self Efficacy dengan Kejadian TB semakin baik perilaku pencegahanya dan
Paru sebaliknya.
Berdasarkan penelitian dilakukan di Penelitian Rachma et al., (2021),
Puskesmas Tamalanrea diperoleh nilai mengemukakan bahwa perilaku
ρ=0,009, yang artinya nilai ρ<α (0,05), maka pencegahan TB Paru yaitu efikasi diri
ada hubungan self efficacy dengan kejadian berpengaruh pada perilaku pencegahan
TB paru di Puskesmas Tamalanrea. Hal ini penularan tuberkulosis. Efikasi diri menjadi
disebabkan karena responden yang memiliki salah satu faktor perilaku pencegahan TB
self efficacy tinggi lebih cenderung paru. Self-efficacy merupakan salah satu
mengalami suspek TB paru, sedangkan konsep utama dalam Health Promotion
responden yang memiliki self efficacy rendah Model, yaitu kesadaran menyelenggarakan
lebih cenderung mengalami TB paru BTA (+). perilaku perbaikan kesehatan. Penderita TB
Meskipun terdapat hubungan antara memiliki keyakinan dan pikiran positif masa
self efficacy dengan kejadian TB paru namun pengobatan dengan usaha sering
dalam penelitian ini terdapat pula 21 berkonsultasi kepada tenaga kesehatan
responden yang memiliki self efficacy tinggi (perawat, dokter, apoteker) untuk
tetapi mengalami TB paru BTA (+). Hal ini menumbuhkan keyakinan positif.
disebabkan karena faktor pendidikan Self-efficacy penderita tuberkulosis
responden yang masih tergolong rendah merupakan keyakinan penderita akan
dimana responden yang mengalami TB paru kemampuannya untuk menjalani
BTA (+) hanya berpendidikan SD sampai pengobatan tuberkulosis dalam jangka
SMA, dimana semakin rendah tingkat waktu yang ditentukan. Pengalaman baik

525
langsung maupun tidak langsung dalam Saran
menjalani pengobatan tuberkulosis dapat 1. Bagi Pasien
menjadi pendorong tingginya efikasi diri Diharapkan pasien lebih memperbaiki
penderita. Pengalaman tersebut health belief model khusus persepsi
mengajarkan penderita langkah tepat yang dengan meningkatkan kepercayaan diri
mampu memotivasi diri sehingga dapat pasien sehingga lebih mudah dalam
menjadikan kebiasaan penderita untuk melakukan pengobatan dan
menjadi semakin mudah menjalani mengurangi penularan TB Paru di
pengobatan tersebut (Heri et al., 2020). lingkungan, Sedangkan untuk pasien
Menurut asumsi peneliti, self efficacy non Tb paru lebih memperbaiki perilaku
merupakan faktor yang beruhubungan pencegahannya dengan menerapkan
dengan kejadian TB paru, karena responden perilaku hidup bersih dan sehat agar
yang memiliki self efficacy tinggi lebih tidak mudah tertular.
cenderung tidak mengalami TB paru, 2. Bagi Perawat
sedangkan responden yang memiliki self Diharapkan perawat bekerjasama
efficacy rendah lebih cenderung mengalami dengan pasien dan keluarga melalui
TB paru. Jadi semakin tinggi self efficacy pendekatan, motivasi serta peningkatan
seseorang, maka semakin kecil pula self efficacy yang kuat kepada pasien
terjadinya TB paru. Self efficacy sangat agar perilaku pencegahan penularan
dibutuhkan oleh pasien dalam strategi pada penderita TB Paru dapat
penularan penyakit, tetapi tanpa self efficacy terealisasikan dengan baik.
maka akan sulit bagi pasien dalam 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
menetapkan strategi yang baik dalam Diharapkan peneliti selanjutnya dapat
pencegahan penularan TB paru. melakukan penelitian lanjut terkait
variabel lain yang berhubungan dengan
SIMPULAN DAN SARAN perilaku pencegahan penularan pada
Simpulan penderita TB Paru dengan
Berdasarkan hasil penelitian dan menggunakan jumlah sampel yang lebih
pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan banyak sehingga didapatkan hasil yang
bahwa ada hubungan self efficacy dengan lebih variatif.
kejadian TB paru di Puskesmas Tamalanrea.
Diharapkan pasien lebih memperbaiki health DAFTAR PUSTAKA
belief model khusus persepsi dengan Dewi, M. P., Suarnianti, & Syaipuddin. (2020).
meningkatkan kepercayaan diri pasien Self care penderita Tb dalam
sehingga lebih mudah dalam melakukan mengurangi resiko penularan
pengobatan dan mengurangi penularan TB penyakit di Puskesmas Barabaraya
Paru di lingkungan, Sedangkan untuk pasien Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
non Tb paru lebih memperbaiki perilaku Diagnosis, 15(1), 64–68.
pencegahannya dengan menerapkan https://doi.org/10.35892/jikd.v15i1.3
perilaku hidup bersih dan sehat agar tidak 27
mudah tertular. Perawat juga bekerjasama Dinkes Prov. Sulawesi Selatan. (2020). Profil
dengan pasien dan keluarga melalui kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
pendekatan, motivasi serta peningkatan self tahun 2019. Dinas Kesehatan
efficacy yang kuat kepada pasien agar Sulawesi Selatan.
perilaku pencegahan penularan pada http://dinkes.sulselprov.go.id
penderita TB Paru dapat terealisasikan Gulo, A., Warouw, S. P., & Brahmana, N. E. B.
dengan baik. (2021). Analisis faktor risiko kejadian
penyakit tuberkulosis paru di
wilayah kerja UPT Puskesmas

526
Padang Bulan Kota Medan tahun 15(1), 1–9.
2020. Journal of Healthcare https://doi.org/10.24014/jp.v15i1.694
Technology and Medicine, 7(1), 128– 3
137. Nurhayati, I., Kurniawan, T., & Mardiah, W.
https://doi.org/10.33143/jhtm.v7i1.13 (2015). Perilaku pencegahan
67 penularan dan faktor-faktor yang
Harfika, M., Liestyaningrum, W., Nurlela, L., melatarbelakanginya pada pasien
& Watiningrum, L. (2020). tuberculosis multidrugs resistance
Gambaran self efficacy dalam (TB MDR). Jurnal Keperawatan
keberhasilan kesembuhan pada Padjadjaran, 3(3), 166–175.
pasien tuberculosis paru di https://doi.org/10.24198/jkp.v3n3.5
Surabaya Utara. Jurnal Untuk Pangaribuan, L., Kristina, K., Perwitasari, D.,
Masyarakat Sehat, 4(1), 41–46. Tejayanti, T., & Lolong, D. B. (2020).
https://doi.org/10.52643/jukmas.v4i Faktor-faktor yang mempengaruhi
1.791 kejadian tuberkulosis pada umur 15
Helda, S. (2009). Faktor risiko yang tahun ke atas di Indonesia (analisis
berhubungan dengan kejadian data survei prevalensi tuberkulosis
penderita TB paru BTA positif di (SPTB) di Indonesia 2013-2014).
Kecamatan Pancoran Mas Kota Buletin Penelitian Sistem Kesehatan,
Depok bulan Oktober tahun 2018- 23(1), 10–17.
April tahun 2019 [Universitas https://doi.org/10.22435/hsr.v23i1.25
Indonesia]. 94
http://lib.fkm.ui.ac.id/file?file=digital Rachma, W. U., Makhfudli, & Wahyuni, S. D.
/71048-S5761-Helda Suarni.pdf (2021). Analisis faktor yang
Heri, M., Dewi, P. K., Widiarta, G. B., & mempengaruhi perilaku
Martini, M. (2020). Peningkatan self pencegahan penularan pada pasien
efficacy pada keluarga dengan tuberkulosis paru. Jurnal
penyakit TB paru melalui terapi Keperawatan Muhammadiyah, 6(3),
psikoedukasi. Jurnal Keperawatan 137–149.
Silampari, 3(2), 436–445. http://journal.umsurabaya.ac.id/ind
https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.105 ex.php/JKM/article/view/7441
3 Setiawan, G., Juniarti, N., & Yani, D. I. (2019).
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Profil Hubungan gaya hidup dengan
kesehatan Indonesia tahun 2019. kejadian Tb paru pada remaja: kajian
Kementerian Kesehatan RI. literatur sistematis. Jurnal
https://pusdatin.kemkes.go.id Keperawatan Komprehensif, 5(1),
Muhammad, E. Y. (2019). Hubungan tingkat 10–17.
pendidikan terhadap kejadian https://doi.org/10.33755/jkk.v5i1.118
tuberkulosis paru. Jurnal Ilmiah Suarnianti, Martiana, T., & Damayanti, N. A.
Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 288– (2016). Effects of self-justification
291. on and nurses’ commitment to
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.1 reducing the risk of disease
73 transmission in hospitals. Pakistan
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Journal of Nutrition, 15(4), 324–327.
penelitian kesehatan. Rineka Cipta. https://doi.org/10.3923/pjn.2016.324
Novrianto, R., Marettih, A. K. E., & Wahyudi, .327
H. (2019). Validitas konstruk Suarnianti, Selan, C. H., & Sumi, S. S. (2021).
instrumen general self efficacy scale Evaluasi peer group support dan
versi Indonesia. Jurnal Psikologi, family support terhadap kepatuhan

527
pengobatan pada pasien
tuberkulosis paru: literature review.
2-Trik: Tunas-Tunas Riset Kesehatan,
11(1), 51–58.
https://doi.org/10.33846/2trik11111
Sugiyono. (2017). Metode penelitian
kombinasi (mixed methods).
Alfabeta.
WHO. (2021). Tuberculosis. World Health
Organization.
https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/tuberculosis

528

Anda mungkin juga menyukai