Abstrak
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tempat
masuk kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada
kulit. Diantara negara-negara di dunia yang mempunyai beban TB terbesar yaitu India, Indonesia, China,
Philipina dan Pakistan. Menurut data Riskesdas tahun 2018 di Provinsi Lampung terdapat jumlah tersangka TB
adalah 32.148 jiwa. Malnutrisi dan anemia merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita TB.
Terjadinya anemia dapat dipantau dengan hasil pemeriksaan hemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, dan
indeks eritrosit, sedangkan keadaan malnutrisi dapat dipantau dengan hasil pemeriksaan kadar albumin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh infeksi Mycobacterium tuberculosis terhadap
parameter hematologi anemia dan malnutrisi pasien TB di puskesmas Bandar Lampung. Jenis penelitian yang
digunakan adalah analitik, dengan desain penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh penderita
TB yang melakukan pengobatan di beberapa puskesmas yang ada di Bandar Lampung, dengan sampel penelitian
diambil dari populasi dengan menggunakan rumus besaran sampel yang bersifat representatif sebanyak 40
sampel. Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan uji One WayAnova. Hasil
penelitian menunjukkan ada pengaruh infeksi Mycobacterium tuberculosis terhadap kadar Hb. Ht, MCV, MCH,
dan tidak ada pengaruh terhadap jumlah eritrosit, MCHC, serta kadar albumin pada pasien TB di Puskesmas
Bandar Lampung
Abstract
Korespondensi: Sri Ujiani, Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang, Jalan Soekarno-
Hatta No. 1 Hajimena Bandar Lampung, mobile 081540822571, e-mail sriujiani123@yahoo.com
tumor necrosis factor (TNF), dan interferon (α- terlalu sedikit atau jumlah hemoglobin dalam
INF, β-INF, γ-INF), Semuanya menekan sel yang terlalu sedikit (Sadikin, 2011).
eritropoesis pada sumsum tulang dan juga dapat Penurunan status gizi atau status nutrisi yang
menurunkan produksi eritropoetin oleh ginjal. buruk karena malnutrisi protein tercermin dari
Biasanya ada sedikit penurunan kelangsungan kadar albumin dalam serum. (Prastowo, 2016).
hidup eritrosit (Kiswari, 2014). Penurunan
produksi eritropoetin disebabkan karena Metode
produksi eritropoetin oleh ginjal terganggu,
selain itu terjadi pula penyumbatan dalam Jenis penelitian ini merupakan penelitian
transfer besi, dan penurunan respons sumsum analitik. Desain penelitian yang digunakan
tulang pun terjadi disebabkan karena sumsum adalah cross sectional. Variabel yang
tulang gagal untuk merespons secara bermakna digunakan dalam penelitian ini meliputi
terhadap terjadinya anemia (Kiswari, 2014). variabel dependent yaitu kadar hemoglobin,
Anemia terjadi dapat disebabkan oleh kadar hematokrit, jumlah eritrosit, indeks
kekurangnya zat besi dalam darah, yang eritrosit (MCV, MCH, MCHC), dan kadar
dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin. albumin, sedangkan variabel independent
Kekurangan besi dalam tubuh akan dapat adalah infeksi Mycobacterium tuberculosis
disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang diamati dari hasil pemeriksaan BTA
kaya besi (Ida Fauziah, 2013). berdasarkan derajat/level BTA.
Pada TB dapat terjadi perubahan Penelitian dilaksanakan di 7 Puskesmas
metabolik, kaheksia dan perubahan leptin dalam yang ada di Bandar Lampung, yaitu Puskesmas
darah sehingga dapat juga menyebabkan Raja Basa Indah, Puskesmas Simpur,
malnutrisi. (Nasution, 2015). Infeksi TB dapat Puskesmas Kemiling, Puskesmas Gedong Air,
menyebabkan atau memperparah malnutrisi Puskesmas Panjang, Puskesmas Sukaraja, dan
karena terjadi peningkatkan kebutuhan energi Puskesmas Kedaton. Waktu penelitian
untuk mempertahankan fungsi normal tubuh, dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan
ini ditandai dengan peningkatan penggunaan November 2019.
energi saat istirahat atau resting energy Populasi dalam penelitian ini adalah
expenditure (REE). Peningkatan ini mencapai seluruh pasien TB yang belum melakukan
10-30% dari kebutuhan energi orang normal. pengobatan di puskesmas Raja Basa Indah,
Proses ini menimbulkan anoreksia akibat Puskesmas Simpur, Puskesmas Kemiling,
peningkatan produksi leptin sehingga terjadi Puskesmas Gedong Air, Puskesmas Panjang,
penurunan asupan makanan (Pratomo dkk, Puskesmas Sukaraja, dan Puskesmas Kedaton.
2012). Prevalensi anemia akan meningkat pada Jumlah sampel yang digunakan dalam
status nutrisi yang buruk karena malnutrisi penelitian ini sebanyak 40 pasien TB.
protein menyebabkan penurunan retikulosit dan Pada penelitian ini peneliti melakukan
eritropoesis di sumsum tulang dan limpa penelitian dengan langkah Peneliti melakukan
(Simbolon, 2016). pengambilan data sekunder dengan melihat
Penelitian yang dilakukan oleh Martina pada rekam medic pasien berdasarkan nama,
(2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan nomor rekam medik, dan data berupa hasil
antara status nutrisi dengan kejadian anemia pemeriksaan BTA.
pada pasien tuberkulosis dan didapatkan nilai Pengambilan data primer dilakukan
p=0,01 dengan rasio prevalensi sebesar 1,3 dan dengan melakukan pengambilan darah pada
rentang interval kepercayaannya aadalah 1,09 pasien TB dan selanjutnya dilakukan
s/d 1,7. Dalam penelitian yang dilakukan oleh pemeriksaan kadar hemoglobin, hitung jumlah
Shiddiqi (2016) menunjukkan adanya efek eritrosit, nilai hematokrit, indeks eritrosit
kadar albumin terhadap perbaikan klinis pasien (MCV, MCH, MCHC), dan kadar albumin
TB dengan (p=0,026). Sehingga disimpulkan dengan alat laboratorium pada Laboratorium
bahwa kadar albumin mempengaruhi perbaikan Patologi Klinik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
klinis pasien TB (Shiddiqi, 2016). Provinsi Lampung.
Anemia adalah keadaan dimana
rendahnya jumlah sel darah merah, kadar hemo- Hasil
globin, dan hitung sel darah merah, kadar he-
moglobin dan nilai hematokrit (Anny Hasil penelitian yang telah dilakukan
Thuraidah, 2017). Anemia berarti kurangnya pada 40 penderita tuberkulosis di beberapa
hemoglobin di dalam darah, yang dapat puskesmas yang ada di Bandar Lampung ini,
disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Parameter Hematologi Anemia dan Malnutrisi Pasien TB di Puskesmas
Bandar Lampung
RBC MCHC Albumin
Nilai Hb (g/dL) Ht (%) MCV (fL) MCH (pg)
(juta/mL) (%) (gr/dL)
Rata-rata 11,9 34 4,4 77 27 35 4,1
Tertinggi 17,7 53 5,7 95 38 38 5,4
Terendah 6,6 18 2,3 52 19 33 3,2
Tabel 1. menunjukkan bahwa rerata dan yang tidak anemia sebanyak 8 sampel
kadar Hb pada 40 sampel pasien TB di (20%). Sampel yang mengalami malnutrisi dari
Puskesmas Bandar Lampung adalah 11,9 gr/dL, 40 sampel sebanyak 3 orang (7,5%) dan yang
dengan kadar Hb tertinggi 17,7 gr/dL dan tidak mengalami malnutrisi sebanyak 37 orang
terendah 6,6 gr/dL, rerata kadar Ht 34%, (92,5%).
dengan kadar tertinggi 53% dan terendah 18%.
Rerata jumlah sel eritrosit 4,4 juta/mL, dengan
jumlah tertinggi 5,7 juta/mL dan terendah 2,3
juta/mL. Untuk indeks eitrosit nilai rerata MCV
77 fL, MCH 27 pg, MCHC 35%, dengan nilai
tertinggi MCV 95 fL, MCH 38 pg, MCHC
38%, dan nilai terendah MCV 52 fL, MCH 19
pg, MCHC 33%. Sedangkan rerata kadar
albumin adalah 4,1 gr/dL, kadar tertinggi 5,4
gr/dL dan terendah 3,2 gr/dL. Gambar 1. Persentase Status Pasien TB di
Puskesmas Bandar Lampung berdasarkan
Tabel 2. Persentase Pasien TB Berdasarkan Status parameter hematologi anemia dan
Anemia dan Malnutrisi di Puskesmas albumin
Bandar Lampung
Jumlah Gambar 1 menunjukkan perbedaan angka
Status Persentase (%) pada jumlah dan persentase kejadian anemia
Sampel
Anemia 32 80 dengan yang tidak anemia pasien TB di
Tidak Anemia 8 20 puskesmas Bandar Lampung yang sangat
Malnutrisi 3 7,5 signifikan. Begitu pula perbedaan angka jumlah
Tidak dan persentase terjadi pada keadaan malnutrisi
37 92,5
malnutrisi dengan yang tidak malnutrisi, dimana yang
tidak mengalami malnutrisi lebih banyak
Tabel 2. menunjukkan pada 40 sampel dibandingkan dengan yang mengalami
pasien TB di Puskesmas Bandar Lampung yang malnutrisi.
mengalami anemia sebanyak 32 sampel (80%),
Tabel 3. Rerata Kadar Hb, Ht, Eritrosit, MCV, MCH, MCHC, Albumin berdasarkan derajat BTA (+)
Jumlah Hb Ht Eritrosit MCV MCH MCHC Albumin
Derajat BTA
Sampel (gr/dL) (%) (juta/mL) (fL) (pg) (%) (gr/dL)
+ 8 13,6 39 4,7 82,4 28,9 34,8 4, 1
++ 14 11,6 33 4,2 79, 1 28,6 35,2 4,2
+++ 18 11,4 32 4,5 72,6 25,5 35,2 4,0
Gambar 3. Grafik Rerata Kadar Hb, Ht, Dan Jumlah Gambar 5. Grafik Rerata Kadar Albumin Pasien TB
Eritrosit Berdasarkan Derajat BTA Pasien di Puskesmas Bandar Lampung
TB di Puskesmas Bandar Lampung
Pada gambar 5. nampak bahwa rerata
Pada tabel 3 dan gambar 3 nampak kadar albumin tertinggi terdapat pada kelompok
bahwa rerata kadar Hb tertinggi yaitu 13,6 pasien TB dengan BTA (++), sedangkan kadar
gr/dL terdapat pada kelompok sampel dengan terendah terdapat pada kelompok pasien TB
keadaan BTA (+), sedangkan yang terendah dengan BTA (+++).
terdapat pada kelompok sampel dengan Analisa bivariat pada hasil penelitian
keadaan BTA (+++) yaitu dengan rerata kadar menggunakan uji One Way Anova digunakan
Hb 11 ,4 gr/dL. Nampak juga bahwa rerata Ht untuk melihat ada tidaknya pengaruh tingkat
tertinggi terletak pada kelompok pasien dengan infeksi Mycobacterium tuberculosis terhadap
keadaan BTA (+) dengan kadar 39% dan rerata parameter hematologi anemia dan malnutrisi.
terendah pada kelompok dengan keadaan BTA Pada uji One WayAnova tahapan yang
(+++) yaitu 32%. Sedangkan untuk rerata dilakukan adalah melihat distribusi data dan
jumlah sel eritrosit (RBC) tertinggi ada pada homogenitas data . Uji Normalitas Data
kelompok sampel dengan BTA (+) yaitu 4,7 menggunakan Uji Shapiro Wilk dengan hasil
juta/mL dan rerata terendah pada kelompok menunjukan data berdistribusi normal. Uji
(++) yaitu 4,2 juta/mL. Homogenitas Data Menggunakan Uji Levene's.
Hasil uji Levene's menunjukan nilai sig. (p
value) > 0,05 pada seluruh variabel yang
diteliti, sehingga dapat disimpulkan bahwa
semua variabel memiliki varian yang
sama/homogen. Oleh karena itu, uji Anova
pada seluruh variabel di atas dapat dilanjutkan.
kolom yang sama menandakan adanya perbedaan mengetahui kelompok mana yang memiliki
yang signifikan berdasarkan uji LSD pada α 5%. perbedaan. Seperti halnya kadar Hb, hasil uji
Post Hoc LSD menunjukan rerata nilai Ht pada
Pembahasan kelompok penderita BTA + lebih tinggi secara
signifikan bila dibandingkan dengan pada
Berdasarkan hasil uji deskriptif di atas, kelompok BTA ++ dan BTA +++. Hasil uji
diketahui bahwa penderita BTA + berjumlah 8 juga menunjukan bahwa rerata kadar Ht pada
orang, ++ berjumlah 14 orang dan +++ penderita BTA ++ dan BTA +++ tidak berbeda
berjumlah 18 orang. Rerata jumlah eritrosit secara signifikan.
tertinggi dimiliki oleh penderita BTA + (4,7 Hasil uji One Way Anova pada MCV
juta sel), sedangkan yang terendah dimiliki oleh menunjukan nilai sig. sebesar 0,010 (p<0,05),
penderita BTA ++ (4,2 juta sel). Hasil tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
juga menunjukan bahwa bertambahnya derajat perbedaan rerata nilai MCV yang bermakna
BTA, tidak diikuti oleh menurunnya jumlah paling tidak antara 2 kelompok penderita BTA
eritrosit. Rerata kadar Hb terendah ditemukan +, ++, +++. Uji kemudian dilanjutkan dengan
kelompok +++ (11,4 g/dL), sedangkan kadar uji Post Hoc LSD untuk mengetahui kelompok
Hb tertinggi ditemukan pada kelompok +. mana yang memiliki perbedaan. Hasil uji Post
Seperti kadar Hb, kadar Ht, nilai MCV dan Hoc LSD menunjukan tidak adanya perbedaan
MCH terendah juga ditemukan pada kelompok rerata nilai MCV yang bermakna antara
+++, dan kadar tertinggi ditemukan pada penderita BTA + dan BTA ++, namun nilai
kelompok +. Pada kadar Hb, Ht, MCV dan MCV penderita BTA + lebih tinggi secara
MCH, penurunan kadar yang terjadi, signifikan bila dibandingkan dengan penderita
tampaknya seiring dengan peningkatan derajat BTA +++. Nilai MCV pada penderita BTA ++
BTA, semakin tinggi derajat BTA maka kadar juga lebih tinggi secara signifikan bila
nya akan semakin rendah. Hasil uji deskriptif dibandingkan dengan penderita BTA +++.
juga menunjukan bahwa nilai MCHC tertinggi Hasil uji One Way Anova pada MCH
ditemukan pada penderita dengan BTA +++, menunjukan nilai p value sebesar 0,019
dan yang terendah ditemukan pada penderita (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
dengan BTA +. terdapat perbedaan rerata nilai MCH yang
Hasil uji One way Anova pada jumlah bermakna paling tidak antara 2 kelompok
eritrosit menunjukan nilai sig. sebesar 0,180 penderita BTA +, ++, +++. Selanjutnya
(p>0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dilakukan uji Post Hoc LSD untuk mengetahui
tidak terdapat perbedaan rerata jumlah eritrosit kelompok mana yang memiliki perbedaan nilai
yang bermakna antara penderita BTA +, ++ dan MCH. Seperti pada nilai MCV, hasil uji Post
+++. Hoc LSD juga tidak menunjukan adanya
Hasil uji One way Anova pada perbedaan rerata nilai MCH yang bermakna
hemoglobin (Hb) menunjukan nilai sig. sebesar antara penderita BTA + dan ++, namun nilai
0,026 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan MCH penderita BTA + lebih tinggi secara
bahwa terdapat perbedaan rerata kadar Hb yang signifikan bila dibandingkan dengan penderita
bermakna paling tidak antara 2 kelompok BTA +++. Nilai MCH pada penderita BTA ++
penderita BTA +, ++ dan +++. Uji kemudian juga diketahui lebih tinggi secara signifikan bila
dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD untuk dibandingkan dengan penderita BTA +++.
mengetahui kelompok mana yang memiliki Hasil uji One Way Anova pada MCHC
perbedaan. Hasil uji Post Hoc LSD menunjukan didapatkan nilai sig. sebesar 0,604 (p>0,05),
rerata kadar Hb pada kelompok penderita BTA sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
+ lebih tinggi secara signifikan bila terdapat perbedaan rerata nilai MCHC yang
dibandingkan dengan pada kelompok BTA bermakna pada penderita BTA +, ++ dan +++.
positif ++ dan +++. Hasil uji juga menunjukan Hasil uji One Way Anova pada albumin
bahwa rerata kadar Hb pada penderita BTA ++ didapatkan nilai sig. sebesar 0,389 (p>0,05),
dan +++ tidak berbeda secara signifikan. sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
Hasil uji One way Anova pada terdapat perbedaan rerata kadar albumin serum
hematokrit (Ht) menunjukan nilai sig. sebesar yang bermakna pada penderita BTA +, ++ dan
0,019 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan +++.
bahwa terdapat perbedaan rerata nilai Ht yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bermakna paling tidak antara 2 kelompok terdapat kejadian anemia sebesar 80% pada
penderita BTA +, ++ dan +++. Uji kemudian pasien TB di puskesmas Bandar Lampung. Data
dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD untuk hasil penelitian juga menunjukkan kejadian