TUBERKULOSIS
Oleh:
Preseptor :
RSUP DR M. DJAMIL
PADANG
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh
pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai sel
dapat mengenai organ lain. Dengan tidak adanya pengobatan yang efektif untuk
penyakit yang aktif, biasa terjadi perjalanan penyakit yang kronik, dan berakhir
dengan kematian.1
masih ada ratusan ribu kematian setiap tahunnya di seluruh dunia. Morbiditas dan
mortalitas yang tinggi pada kasus TB tersebar tinggi di negara berkembang dan
masyarakat di dunia walaupun berbagai upaya telah dilakukan sejak tahun 1995. 2
Data World Health Organization (WHO), pada tahun 2016 terdapat 6,3 juta kasus
TB baru, meningkat dari tahun 2015 yaitu 6,1 juta kasus. Terdapat 476.774 kasus
TB dengan HIV postif. Pada tahun 2016 diperkirakan terdapat 10,4 juta orang di
dunia menderita TB dan 56% nya terdapat di 5 negara yaitu India, Indonesia,
Menurut data WHO tahun 2016, Indonesia saat ini menempati urutan ke-2
negara di dunia untuk jumlah kasus TB terbanyak setelah India dan urutan ke-5 di
2
dunia untuk jumlah kasus TB dengan HIV positif terbanyak setelah Afrika
Selatan, India, Nigeria, dan Mozambik. Insiden TB di Indoensia pada tahun 2016
diperkirakan sekitar 1 juta kasus dan terdapat 110.000 kematian akibat TB dan
kematian nomor tiga setelah jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh
kalangan usia.5
Padang.
b) Menambah pengetahuan mengenai cara mendiagnosis sampai tatalaksana
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
3
Tuberkulosis (TB) merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh
jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai sel (cell-
mengenai organ lain. Dengan tidak adanya pengobatan yang efektif untuk
penyakit yang aktif, akan terjadi perjalanan penyakit yang kronik, dan berakhir
dengan kematian.1
TB paru primer merupakan TB paru yang muncul segera saat infeksi pertama kali.
Pada daerah dengan tingkat transmisi M. Tuberculosis, jenis penyakit ini lebih sering
muncul pada anak-anak. Daerah yang sering terlibat dalam TB paru primer adalah lobus
medial dan lobus bawah paru. Lesi yang terbentuk biasanya terletak di perifer dan disertai
dengan limfadenopati hilar atau paratracheal yang biasanya sulit dideteksi secara
saluran nafas dan menyebabkan kolaps paru segmental atau bahkan lobar. Pada sebagian
besar kasus, lesi biasanya sembuh sendiri dan bermanifestasi sebagai nodul kalsifikasi
(fokus gohn).6
2.2 Epidemiologi
Data World Health Organization (WHO), pada tahun 2016 terdapat 6,3 juta
kasus TB baru, meningkat dari tahun 2015 yaitu 6,1 juta kasus. Terdapat 476.774
kasus TB dengan HIV postif. Pada tahun 2016 diperkirakan terdapat 10,4 juta
orang di dunia menderita TB dan 56% nya terdapat di 5 negara yaitu India,
Menurut data WHO tahun 2016, Indonesia saat ini menempati urutan ke-2
negara di dunia untuk jumlah kasus TB terbanyak setelah India dan urutan ke-5 di
dunia untuk jumlah kasus TB dengan HIV positif terbanyak setelah Afrika
4
Selatan, India, Nigeria, dan Mozambik. Insiden TB di Indoensia pada tahun 2016
diperkirakan sekitar 1 juta kasus dan terdapat 110.000 kematian akibat TB dan
kematian nomor tiga setelah jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh
kalangan usia.5
global pada tahun 1990. Sejak tahun 2004 insiden kasus TB menurun pada 22
sebagai strategi dari WHO yang sangat efektif baik dalam pembiayaan serta dalam
intervensi kesehatan.2
Walaupun begitu, angka insiden kasus TB tetap tinggi dengan 8,7 juta kasus
dan 1,4 juta kematian akibat TB pada tahun 2011, menjadikan TB berada di
peringkat kedua setelah HIV sebagai penyebab utama mortalitas akibat infeksi
dan tingkat kemiskinan. Perumahan yang buruk, turunnya imunitas tubuh terkait
HIV dan kasus resistensi obat untuk TB adalah tantangan untuk mengatasi TB
secara global. Selain itu, faktor-faktor seperti sanitasi air bersih dan tingkat
Indonesia pada tahun 2011 adalah 187 per 100.000 penduduk, dengan total
5
Pasien HIV memiliki risiko untuk juga terinfeksi TB. TB merupakan
HIV/AIDS. Sebagai salah satu faktor risiko HIV turut berperan dalam
Resistensi obat TB selain HIV turut menjadi tantangan dalam mengatasi TB.
Pada tahun 2011, kasus MDR (Multidrug-resistant) TB ada lebih dari 600 ribu
antibiotik lini-pertama yaitu isoniazid dan rifampisin. Ada 3,7% kasus MDR-TB
pada kasus-kasus TB yang baru didiagnosis dan 20% kasus TB relaps di dunia.
sumber daya terbatas. Selain biaya terapi yang lebih mahal dan waktu terapi yang
lebih lama dibandingkan dengan biaya dan lama terapi TB tanpa resistensi obat,
hasil terapi TB MDR juga lebih buruk. Dengan manajemen program TB yang
2.3 Etiologi
suatu bakteri berbentuk basil non spora berukuran 0.5-3 μm. Gram netral dan
6
bersifat tahan asam. Sifat tahan asamnya disebabkan oleh banyaknya kandungan
asam mikolik, asam lemak rantai panjang dan beberapa unsur lemak lainnya.
bakteri yang berperan dalam proses interaksi dan pertahanan diri dalam makrofag.
Oleh sebab itu bakteri ini dapat diwarnai dengan carbol fuchsin dan dipanaskan.
2.4 Patogenesis
Penularan Tuberkulosis paru dari orang ke orang terjadi karena kuman dibatukkan
atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi
ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk, dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap
kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap
oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas, atau jaringan paru. Partikel dapat
masuk ke alveolar bila ukuran parikel < 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali
oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dengan sekretnya.7
makrofag. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang
7
di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang
primer atau efek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di
setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura.
Kuman dapat juga masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan
kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar
ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, dan tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis
sebagai kompleks primer (Ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
1) Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.
2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5
mm dan ±10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang
dormant
3) Berkomplikasi dan menyebar secara :
a) Perkontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya.
Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian
8
b) Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru yang
dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak terdapat imuniti
penyakit maligna, diabetes, AIDS, dan gagal ginjal. Tuberkulosis sekunder ini dimulai
dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apical-posterior lobus
sduperior atau inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10
minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel
Histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-
Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya, dan imunitas pasien, sarang dini ini
dapat menjadi7:
9
2) Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan
perkapuran.
3) Sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan
lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar terjadilah
karena infiltrasi jaringan firbroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas
hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh
Bentuk perkijuan lain yang jarang terjadi adalah cryptic disseminate TB yang
terjadi pada imunodefisiensi dan usia lanjut. Disini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri
a) Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini
masuk dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB milier. Dapat juga
masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk lambung dan selanjutnya ke usus
Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali
menjadi cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas ini adalah kolonisasi
10
yang terbungkus, menciut, dan berbetuk seperti bintang yang disebut stellate
shape.
pada kasus TB adalah kelenjar limfe perifer dan rongga pleura. Gejala klinis
menjadi produktif, atau adanya pembesaran kelenjar getah bening servikal dan
gejala sistemik terkait sengan produksi sitokin pirogenik seperti TNF-α, antara
lain demam, keringat malam, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.
Pada pasien lansia manifestasi demam bisa saja tidak ada. Gejala batuk darah,
penurunan nafsu makan dan berat badan terjadi seiring perjalanan penyakit.2
lebih. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-
terminal didalam kavitas dapat menjadi sumber perdarahan yang hebat (aneurisma
kronik.
2) Sesak Napas
Sesak napas akan dirasakan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya
11
3) Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila insfiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
melepaskan nafasnya.
1) Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas
badan dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya, sehingga pasien tidak
badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam, dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan hilang timbul secara
tidak teratur.
2.6 Diagnosis
12
2.6.1 Pemeriksaan Fisik
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung kelainan struktur paru.
Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks
dan segmen posterior, serta daerah apeks lobus inferior. Dapat ditemukan antara lain
suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda
13
Bunyi ronkhi biasa ditemukan terutama karena peningkatan produksi
bronkus dan bunyi amphoric klasik pada kavitas. Terkadang bunyi pernafasan
terdengar redup yang berarti menunjukkan ada proses abnormalitas yang cukup
parah sebagai komplikasi dari infeksi tuberculosis. Pada keadaan tertentu pasien
atau tulang penting untuk diperiksa, khususnya pada individu yang juga terinfeksi
HIV. Hipoksia dan takipnea jarang ditemukan, kecuali pada pasien TB miliar atau
- Pemeriksaan Bakteriologi
1) Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannya kuman BTA,
diagnosis tuberculosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga
untuk mendapat sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non
produktif. Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien
dianjurkan minum air sebanyak +2 liter dan diajarkan melakukan refles batuk. Dapat juga
dengan memberikan tambahan obat-obat mukolitik selama 20-30 menit. Bila masih sulit,
sputum dapat diperoleh dengan cara bronkoskopi diambil dengan brushing atau
kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5000 kuman dalam 1 mL
sputum. (3) Kuman berbentuk batang yang ramping (diameter kurang dari 0,5 µm),
14
specimen klinis sebagai pasangan atau kelompok beberapa organism yang terletak
bersisian.4
2) Untuk pemeriksaan BTA sediaan mikroskopis biasa dan sediaan biakan, bahan-
sel darah putih juga harus diperoleh. Protein yang tinggi (50% dari konsentrasi
tuberculosis.3
b) Bilasan lambung sering dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit
hari, setelah pasien menjalani puasa selama 8-10 jam, dan lebih baik jika pasien
ditemukanpada infeksituberkulosis.
- Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar adalah foto toraks posterior-anterior. Gambaran yang
15
3) Schwarte atau penebalan pleura.
- Tes Tuberkulin Intradermal (Mantoux)
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai utuk membantu menegakkan diagnosis
tuberkulosis terutama pada anak-anak (balita).10 Teknik standar tes Mantoux adalah
dengan menyuntikkan tuberkulin PPD (Purified Protein Derivative) sebanyak 0,1 ml yang
mengandung 5 T.U. tuberkulin secara intrakutan, pada sepertiga atas permukaan volar
atau dorsal lengan bawah setelah kulit dibersihkan dengan alkohol. Jarum dipegang
menyerupai gigitan nyamuk bila dosis 0,1 ml disuntikkan dengan tepat dan cermat.
Untuk memperoleh reaksi kulit yang maksimum diperlukan waktu antara 48-72 jam
sesudah penyuntikan dan reaksi harus dibaca dalam periode tersebut, yaitu dalam
cahaya yang terang dan posisi lengan bawah sedikit ditekuk. Hanya indurasi
Tes Mantoux hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah
dan Mycobacteria patogen lainnya. Dasar tes tuberkulin ini adalah reaksi alergi tipe
lambat. Biasanya hampir seluruh pasien tuberkulosis memberikan reaksi Mantoux yang
positif (99,8%). Kelemahan tes ini juga terdapat positif palsu yakni pada pemberian BCG
atau terinfeksi Mycobacterium lain. Negatif palsu lebih banyak dijumpai daripada positif
palsu.10
16
2) Penyakit sistemik berat (Sarkoidosi, LE),
3) Penyakit eksantematous dengan panas yang akut: morbili, cacar air,
poliomielitis,
4) Reaksi hipersensitivitas menurun pada penyakit Hodgkin.
5) Pemberian kortikosteroid yang lama,
6) Usia tua, malutrisi, uremia, penyakit keganasan.
- Pemeriksaan Penunjang Lain
1) Pemeriksaan Histopatologi Jaringan
Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
tuberkulosis. Bahan jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau otopsi, yaitu10:
a) Biopsi aspirasi dengan jarum halum (BJH) kelenjar getah bening (KGB),
b) Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum Abram, Cope dan Veen
Silverman),
c) Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung biopsy / TBLB) dengan bronkoskopi,
d) Biopsi atau aspirasi pada lesi organ di luar paru yang dicurigai tuberkulosis.
2) Pemeriksaan Darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifk untuk
tuberkulosis. Pada saat tuberkulosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit
yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih
dibawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah
leukosit kembali normal, dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun
2.7 Penatalaksanaan
17
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri
dari paduan obat utama dan tambahan.
18
Tabel 1. Jenis dan dosis OAT
Sesuai
S* 15-18 15 15 1000 750 1000
BB
* Pasien berusia lebih dari 60 tahun tidak bisa mendapatkan dosis lebih dari
500mg perhari
19
Tabel 2. Dosis OAT kombinasi dosis tetap
30-37 2 2 2
38-54 3 3 3
55-70 4 4 4
>71 5 5 5
2. Panduan OAT
Pengobatan TB standar dibagi menjadi:8
Pasien baru
Paduan obat yang dianjurkan 2RHZE/4RH dengan pemberian
dosis setiap hari. Bila menggunakan OAT program, maka
pemberian dosis setiap hari pada fase intensif dilanjutkan dengan
pemberian dosis 3 kali seminggu dengan DOT 2RHZE/4R3H3.
Pada pasien dengan riwayat pengobatan TB lini pertama,
pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resistensi secara
individual. Selama menunggu hasil uji resistensi, diberikan
paduan obat 2 RHZES/5RHE
Pasien Multi Drug Resistant (MDR).
TB paru dan TB ekstra paru diobati dengan regimen
pengobatan yang sama dan lama pengobatan berbeda:
Meningitis TB, lama pengobatan 9-12 bulan karena berisiko
kecacatan dan mortalitas. Etambutol sebaiknya digantikan dengan
streptomisin.
TB tulang, lama pengobatan 9 bulan karena sulit untuk menilai
respon pengobatan.
Kortikosteroid diberikan pada meningitis TB dan perikarditis TB
20
Limfadenitis TB, lama pengobatan minimal 9 bulan.
3. Efek Samping OAT:
Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikanpengobatan
tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapatmengalami efek
samping, oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek
samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping
yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan
dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat
dilanjutkan.13
21
di tangan dan kaki 100 – 200 mg/hari selama 3
minggu.
22
Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan
pertamapengobatan selanjutnya setiap 1 bulan
Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efeksamping
obat serta ada tidaknya komplikasi penyakit
Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan
fisik2(Alsagaff, 2006).
b. Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9)
Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak
Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik
- Sebelum pengobatan dimulai
- Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
- Pada akhir pengobatan
Bila ada fasiliti biakan : pemeriksaan biakan (0 - 2 – 6/9)
c. Evaluasi radiologik (0 - 2 – 6/9)
Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:
Sebelum pengobatan
Setelah 2 bulan pengobatan
Pada akhir pengobatan
d. Evalusi keteraturan berobat
Yang tidak kalah pentingnya selain dari paduan obat yang
digunakan adalah keteraturan berobat, yaitu diminum/tidaknya
obat tersebut. Dalam hal ini maka sangat pentingpenyuluhan
atau pendidikan mengenai penyakit dan keteraturan berobat
yang diberikan kepada penderita,keluarga dan lingkungan
Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnyamasalah
resistensi.
e. Evaluasi penderita yang telah sembuh
Penderita TB yang telah dinyatakan sembuh tetap
dievaluasiminimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh untuk
mengetahuiterjadinya kekambuhan. Yang dievaluasi adalah
mikroskopikBTA dahak dan foto toraks. Mikroskopik BTA dahak
3,6,12 dan24 bulan setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto
toraks 6, 12,24 bulan setelah dinyatakan sembuh8.
23
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas
1. Nama : Tn. E
2. Umur/tgl lahir : 60 tahun / 08 Juni 1957
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Pekerjaan : Pensiunan
5. Nomor RM : 00.43.86.56
6. Alamat : Pengambiran, Padang
7. Status perkawinan : Menikah
8. Negeri Asal : Indonesia
Anamnesis
Keluhan utama :
Pasien datang untuk kontrol rutin sejak pemakaian OAT 1 bulan yang lalu.
24
Pasien datang untuk kontrol rutin sejak pemakaian OAT 1 bulan yang lalu.
lengket di dahak, sekitar tiga tetes. Saat ini batuk darah sudah tidak ada
lagi.
Sesak napas meningkat sejak 3 bulan yang lalu sebelum masuk rumah
sakit. Sesak tidak menciut, sesak dirasakan meningkat terutama jika batuk
rumah sakit.
Mual muntah (-)
BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Riwayat TB (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat keganasan (-)
25
Pasien merokok 12 batang perhari selama ± 44 tahun dan berhenti sejak 1
Alcohol (-)
Tatto (-)
Pemeriksaan umum
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 120/70
Nadi : 89x/menit
Suhu : 36,2ºC
Pernapasan : 20x/menit
Sianosis : (-)
Keadaan umum : sedang
Keadaan gizi : sedang
Tinggi badan : 163 cm
Berat badan : 60 kg
Edema : (-)
Anemis : (-)
Ikterus : (-)
Kepala : Normocephal
Leher
JVP : 5 - 2 cmH2O
26
Deviasi trakea : (-)
Paru depan
Paru belakang
Abdomen
finger -/-
Pemeriksaan penunjang
Foto toraks
27
Pasien laki-laki usia 60 tahun foto thorax diambil di RSU Aisyiyah Padang
tanggal 23 Juli 2018 dan 08 Agustus 2018. Foto sentris, tidak simetris, densitas
Kesan:
TB Paru.
Pemeriksaan SPS
Sewaktu: negatif
Pagi: negatif
Sewaktu: negatif
Pemeriksaan TCM
Laboratorium
-
Hb : 12,8 g/dl
-
Leukosit : 9.350/mm3
-
Trombosit : 386.000/mm3
-
Ht : 40%
28
-
GDS : 117
-
Ureum : 29
-
Kreatinin : 0,6
-
Tot. Protein : 7,0
-
Albumin : 4,0
-
Globulin : 3,0
-
Bilirubin total : 0,2
-
Bilirubin direk : 0,1
-
Bilirubin indirek : 0,1
-
SGOT : 75
-
SGPT : 37
Kesan:
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
Tatalaksana
-
OAT Kategori 1 (R600 / H300 / Z1250 / E1000) (mulai tanggal 22/8/2018)
o INH 4-6 x 60 = 240 - 360 = 300
o Rifampisin 8-12 x 60 = 450 - 720 = 600
o Etambutol 15-20 x 60 = 900 – 1200 = 1000
o Pirazinamid 20-30 x 60 = 1200 – 1800 = 1250
-
B6 tab 1 x 10
-
N-asetilsistein tab 2 x 1
-
Lansoprazole tab 1 x 1
BAB 4
DISKUSI
mengalami batuk selama sebulan. Batuklebih dari dua minggu merupakan gejala
29
akibat iritasi percabangan trakeobronkial. Kemampuan untuk batuk merupakan
kimia, dan peradangan. Proses peradangan batuk ini dicetuskan oleh adanya benda
asing oleh tubuh. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien
mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus,
dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar. Batuk darah
penting sesak napas diantaranya berasal dari obstruksi jalan napas atas, penyakit
di apeks paru kanan dan juga dijumpai kavitas. Berdasarkan teori, gambaran
segmen apikal dan kavitas yang dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
pneumonia yaitu dijumpai adanya infiltrat sampai dengan konsolidasi dengan air
bronchogram.
negatif. Sesuai teori, berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru dibagi atas
TB paru BTA (+) dan TB paru BTA (-). Dikatakan TB paru BTA (-) apabila hasil
30
kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif atau hasil pemeriksaan dahak 3
(+) atau hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukkan BTA (+) dan kelainan
adanya resistensi Rifampisin. Oleh karena itu, pasien masih dapat diberikan OAT
disebutkan dengan kasus baru karena pertama kali pasien mengonsumsi OAT
adalah pada tanggal 22 Agustus 2018. Kasus baru adalah penderita yang belum
pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
DAFTAR PUSTAKA
McGraw-Hill. 2008
2. Grippi MA, Elias JA, Fishman JA, Kotloff RM, Pack AI, Senior RM.
Kemenkes. 2014
31
4. World Health Organization. Global Tuberculosis Report. 2017
2008.
7. Amin Z dan Asril B. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid II. Edisi IV. Hal 988-992. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
11. Amin Z dan Asril B. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
II. Edisi IV. Hal 988-992. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
32