Anda di halaman 1dari 40

Case Report Seassion

LAPORAN KASUS LUKA TEMBAK

Oleh :

1. Berliyana Islami Hidra 1740312052


2. Uci Rama Saputri 1740312103
3. Sintia Widiawati 1740312054
4. Okta Rahmanda 1740312262
5. Sylvia Restu Mayestika 1740312267
6. Suci Ramadhani P 1410312046
7. Dwi Fitria Nova 1410312051
8. Ulfah Lathifah 1410312058
9. Khairunnisa Salsabila 1410311097
10.M. Zakwan Qalbi 1410311096
11. Rahmad Nopriyadi 1110313016

Preseptor
dr. Citra Manella, Sp.F

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

BAGIAN KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

2018

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil’aalamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT


penulis ucapkan atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan ilmu, akal,
pikiran, dan waktu, sehingga penulis dapat menyelesaikan case report
session yang berjudul “Laporan Kasus Luka Tembak “. Case report ini
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tahap kepaniteraan
klinik ilmu kesehatan Forensik di Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas atau Rumah Sakit DR. M. Djamil Padang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Citra Manella, Sp.F


selaku preseptor yang telah membimbing kami dalam penulisan case
report ini. Tentunya penulisan laporan case report ini sangat jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Padang. Agustus
2018

Penulis

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


DAFTAR ISI

Sampul Depan 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Batasan Masalah 5
1.3 Tujuan Penulisan 5
1.4 Metode Penulisan 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6


BAB 3 LAPORAN KASUS 28

BAB 4 PENUTUP
3.1 Kesimpulan 31

DAFTAR PUSTAKA 38

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diperkirakan terdapat lebih dari 500.000 kasus luka tembak dalam setahun.
Menurut WHO pada tahun 2001, jumlah tersebut mewakili seperempat dari total
perkiraan 2,3 juta kematian akibat kekerasan. Dari 500.000 kasus luka tembak, 42%
merupakan kasus bunuh diri, 38% merupakan kasus pembunuhan dan 20%
merupakan kasus perang dan konflik senjata. Luka tembak merupakan salah satu
penyebab kematian di Amerika Serikat dan diperkirakan tiap tahun terdapat kurang
lebih 70.000 korban luka tembak dengan 30.000 diantaranya mengalami kematian. 1
Laporan dari Inggris dan Wales pada tahun 2001 angka kejadian luka tembak adalah
0,4/100.000 kasus dan ada laporan dari Kanada mengenai angka kejadian luka
tembak yaitu 2,6/100.000 kasus.1,2,3
Luka tembak merupakan suatu cedera pada tubuh yang diakibatkan oleh
senjata api. Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil
peledakan mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi
melalui larasnya.4
Luka tembak merupakan penyebab kematian akibat kejahatan yang paling
umum di Amerika Serikat. Luka tembak paling umum dijumpai sebagai penyebab
kematian adalah akibat pembunuhan dan di beberapa daerah bagiannya adalah akibat
bunuh diri. Di Amerika Serikat pertahunnya diperkirakan terdapat sekitar 70.000 jiwa
korban luka tembak dengan kasus kematian sekitar 30.000 jiwa. Biaya medis, legal,
dan emosional akibat kejahatan tersebut menjadi suatu beban berat bagi rumah sakit,
sistem peradilan, keluarga, dan masyarakat pada umumnya. Evaluasi mengenai luka
tersebut memerlukan latihan khusus dan keahlian baik oleh seorang dokter yang
menangani bagian kegawatdaruratan korban luka tembak maupun para ahli patologi
dan forensik.
Untuk dapat menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter
harus menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka
tembak, jenis luka tembak masuk atau keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4
tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali
korban ditembak dan luka tembak mana yang menyebabkan kematian. Interpretasi
yang benar mengenai luka tembak oleh para ahli patologi tidak hanya memberikan
informasi berharga yang dapat menunjang pelaksanaan hukum selama investigasi,
tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.
1.2 Batasan Masalah
Case report session (CRS) ini membahas luka tembak
1.3 Tujuan Penulisan
Case report session ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman mengenai luka tembak.
1.4 Metode penulisan
Metode penulisan dari CRS ini berupa hasil anamnesis kepada kepolisian,
pemeriksaan luka, dan tinjauan kepustakaan yang mengacu pada berbagai literatur
termasuk buku teks dan artikel ilmiah.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru kedalam
tubuh yang diproyeksikan ewat senjata api atau persentuhan peluru dengan tubuh.
Yang termasuk dalam luka tembak adalah luka tembak masuk maupun luka tembak
keluar. Luka tembak masuk terjadi apabila anak peluru memasuki suatu objek dan
tidak keluar lagi, sedangkan pada luka tembak keluar, anak peluru menembus objek
secara keseluruhan. Umumnya luka tembak ditandai dengan luka masuk yang kecil
dan luka keluar yang lebih besar. Luka ini biasanya juga disertai dengan kerusakan
pada pembuluh darah, tulang, dan jaringan sekitar. Luka tembak terjadi karena
energi dari peluru saat menembus tubuh. Semakin besar energi yang dihasilkan
peluru, semakin parah luka yang dapat terjadi. Energi akan meningkat seiring besar,
berat dan kecepatan pelurunya. Secara umum, peluru berukuran besar yang
ditembakkan dari senapaan menyebabkan luka yang lebih besar dibandingkan dengan
peluru berukuran kecil yang ditembakkan dari pistol.5
2.2 Jenis Senjata Api

Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan mesiu,
dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui larasnya.
Berikut adalah jenis-jenis senjata api:

Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil perledakan mesiu, dapat
melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui larasnya. Berikut adalah jenis-
jenis senjata api:

a. Berdasarkan Panjang Laras:


1. Laras pendek
 Revolver: mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang
berputar (revolve) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru
pada posisi siap untuk di tembakkan. Revolver terdapat dua jenis, single action

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6


dan double action. Pada tipe single action pelatuk harus dikokang setiap kali
akan menembak. Sedangkan pada double action revolver penekanan picu
secara berulang untuk langsung memutar silinder, mensejajarkan laras dan
tempat peluru, mengokang dan selanjutnya melepaskan pelatuk untuk
menembak.
 Pistol : peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan
menarik picunya. Pistol otomatis dan semi otomatis, peluru disimpan dalam
sebuah magasin, putaran pertama harus dimasukkan secara manual ke dalam
ruang ledaknya.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7


Gambar 1. Senjata api laras pendek

2. Laras panjang
Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m, mempergunakan
peluru yang lebih panjang. Senjata laras panjang dibagi menjadi dua yaitu:
 Senapan tabur: Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-butir
tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang untuk memuntahkan
peluru tunggal lewat larasnya, moncong senapan halus dan tidak terdapat
rifling.
 Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri, mampu
melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas magasin
yang besar dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan dengan kekuatan
sedang (peluru dengan kekuatan sedang antara peluru senapan standard dan
peluru pistol)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8


SKS-45

Chinese AKS-47 semi-automatic rifle

Gambar 2. Senjata api laras panjang

b. Berdasarkan Alur Laras


1. Laras beralur (Rifled bore)
Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan dalam laras dibuat
beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru,
sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui laras, dipaksa
bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan memperoleh gaya
sentripetal sehingga anak peluru tetap dalam posisi ujung depannya di depan dalam
lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran. Alur laras ini dibagi menjadi dua yaitu,
arah putaran ke kiri (COLT) dan arah putaran ke kanan (Smith and Wesson).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9


 Senjata api dengan alur ke kiri
- Dikenal sebagai senjata tipe COLT
- Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.36; 0.38; dan 0.45
- Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu
adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila dilihat dari basis
anak peluru.

gambar 3. Senjata api beralur

 Senjata api dengan alur ke kanan


- Dikenal sebagai senjata api tipe SMITH & WESSON (tipe SW)
- Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.22;0.36;0.38;0.45; dan 0.46
- Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu
adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kanan bila dilihat dari
bagian basis anak peluru.
 Laras tak beralur atau laras licin (Smooth bore)
Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak pada
satu kali tembakan. Contohnya adalah shot gun.6,7,8

2.3 Identifikasi Luka Tembak6

Berdasarkan ciri-ciri yang khas pada setiap tembakan yang dilepaskan dari
berbagai jarak, maka perkiraan jarak tembak dapat diketahui, dengan demikian dapat
dibuat klasifikasinya

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


Gambar 4. Gambaran luka tembak

Klasifikasi yang dimaksud antara lain :

2.3.1. LUKA TEMBAK MASUK


Ciri luka tembak masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan
dengan abrasi tepi yang melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan oleh
peluru. Abrasi tepi tersebut berupa goresan atau lecet pada kulit yang
disebabkan oleh peluru ketika menekan masuk kedalam tubuh. Ketika ujung
peluru melakukan penetrasi ke dalam kulit, maka hal tersebut akan
menghasilkan abrasi tepi yang konsentris, yaitu goresan pada kulit berbentuk
cincin dengan ketebalan yang sama, oleh karena peluru masuk secara tegak
lurus terhadap kulit. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi pada kulit
dengan membentuk sudut, maka hal ini akan menghasilkan tepi yang
eksentris, yaitu bentuk cincin yang lebih tebal pada satu area. Area yang tebal
dari abrasi tepi yang eksentris mengindikasikan arah datangnya peluru.
Sebagai tambahan, semakin tebal abrasi tepi, semakin kecil sudut peluru pada
saat mengenai sudut kulit.
Luka tembak masuk yang tidak khas berbentuk ireguler dan mungkin
memiliki sobekan pada tepi luka. Jenis luka masuk seperti ini biasanya terjadi
ketika peluru kehilangan putaran oleh karena menembak di dalam laras
senjata. Bahkan dalam perjalanannya dengan terpilin, peluru bergerak secara
terhuyung ketika menabrak kulit sehingga sering memberikan gambaran
bentuk D pada luka. Luka tembak masuk yang tidak khas dapat disebabkan
oleh senjata yang tidak berfungsi baik atau oleh karena amunisis yang rusak,
tetapi lebih sering dihasilkan dari peluru jenis Ricochets atau peluru yang
mengenai benda lain terlebih dahulu, seperti jendela yang bergerak otomatis,
sebelum mengenai tubuh. Jenis lain dari luka tembak masuk yang tidak khas
terjadi ketika mulut senjata apu mengalami kontak langsung dengan kulit
diatas permukaan tulang, seperti padan tulang tengkorak atau sternum. Ketika
senjata ditembakkan, maka hal ini akan menghentikan gas secara langsung

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


dari mulut senjata ke dalam luka di sekitar peluru. Gas akan mengalami
penetrasi ke dalam jaringan subkutan, dimana gas tersebut meluas sehingga
menyebabkan kulit disekitar luka tembak masuk menjadi meregang dan
robek. Luka robek atau laserasi menyebar dari bagian tengah dengan
memberikan defek berbentuk stellata atau penampak seperti bintang.
Luka tembak masuk dapat dibedakan menjadi :
1. Luka tembak tempel (contact wounds)
- Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan
ditembakkan. Bila tekanan pada tubuh erat disebut “hard contact”,
sedangkan yang tidak erat disebut “soft contact”.
- Umumnya luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet yang
sama lebarnya pada setiap bagian.
- Jaringan subkutan 5-7,5 cm di sekitar luka tembak masuk mengalami
laserasi.
- Di sekeliling luka tampak daerah yang berwarna merah atau merah
cokelat, yang menggambarkan bentuk dari moncong senjata, ini
disebut jejas laras.
- Rambut dan kulit sekitar luka dapat hangus terbakar.
- Saluran luka akan berwarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir
mesiu, jelaga dan minyak pelumas.
- Tepi luka dapat berwarna merah, oleh karena terbentuknya COHb.
- Bentuk luka tembak temple sangat dipengaruhi oleh keadaan / densitas
jaringan yang berada dibawahnya, dengan demikian dapat dibedakan :
a. Luka tembak tempel di daerah dahi
b. Luka tembak tempel di daerah pelipis
c. Luka tembak tempel di daerah perut
- Luka tembak temple di daerah dahi mempunyai ciri :
a. Luka berbentuk bintang
b. Terdapat jejas laras
- Luka tembak temple di daerah pelipis mempunyai ciri :

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


a. Luka berbentuk bendar
b. Terdapat jejas laras
- Luka tembak temple di daerah perut mempunyai ciri :
a. Luka berbentuk bundar
b. Kemungkinan besar tidak terdapat jejas laras
2. Luka tembak jarak dekat (close range wounds)
- Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban masih
dalam jangkauan butir-butir mesiu (luka tembak jarak dekat) atau
jangkauan jelaga dan api (luka tembak jarak sangat dekat).
- Luka berbentuk bundar atau oval tergantung sudut masuknya peluru,
dengan di sekitarnya terdapat bintik-bintik hitam (kelin tato) dan atau
jelaga (kelim jelaga).
- Ukuran luka lebih kecil dibanding peluru.
- Di sekitar luka dapat ditemukan daerah yang berwarna merah atau
hangus terbakar.
- Bila terdapat kelim tato, berarti jarak antar moncong senjata dengan
korban sekitar 60 cm (50-60 cm), yaitu untuk senjata genggam.
- Bila terdapat pula kelim jelaga, jaraknya sekitar 30 cm (25-30 cm)
- Bila terdapat juga kelim api, maka jarak antara moncong senjata
dengan korban sekitar 15 cm.
3. Luka tembak jarak jauh ( long range wound)
- Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban diluar
jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau
terbakar sebagian.
- Jarak diatas 45 cm
- Ukuran luka jauh lebih kecil dibandingkan peluru.
- Warna kehitaman atau kelim tattoo tidak ada.
- Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


- Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet
dapat dilihat pengotoran berwarna hitam berminyak, jadi ada kelim
kesat atau kelim lemak.5,8

2.3.2. LUKA TEMBAK KELUAR


Jika peluru yang ditembakkan dari senjata api mengenai tubuh korban dan kekuatannya masih
cukup untuk menembus dan keluar pada bagian tubuh lainnya, maka luka tembak dimana peluru
meninggalkan tubuh itu disebut luka tembak keluar.
Luka tembak keluar mempunyai ciri khusus yang sekaligus sebagai perbedaan pokok dengan
luka tembak masuk. Ciri tersebut adalah tidak adanya kelim lecet pada luka tembak keluar, dengan
tidak adanya kelim lecet, kelim-kelim lainnya juga tertentu tidak ditemukan.
Disekitar luka tembak keluar mungkin pula dijumpai daerah lecet bila pada tempat keluar
tersebut terdapat benda yang keras, misalnya ikat pinggang, atau korban sedang bersandar pada
dinding.
Luka tembak keluar umumnya lebih besar dari luka tembak masuk akibat terjadi deformitas
anak peluru, bergoyangnya anak peluru dan terikutnya jaringan tulang yang pecah keluar dari luka
tembak keluar. Pada anak peluru yang menembus tulang pipih, seperti tulang atap tengkorak, akan
terbentuk corong yang membuka searah dengan gerak anak peluru. Adapun faktor-faktor yang
menybabkan luka tembak keluar lebih besar dari luka tembak masuk adalah:
- Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada dalam tubuh dan
membentur tulang
- Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya karena terbentur
bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung ke ujung (end to end), keadaan
ini disebut “tumbling”
- Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan , disebut “yawning”
- Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan luka tembak
keluar menjadi lebih besar.
- Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar, maka fragmen
tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan memperbesar luka tembak
keluarnya.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14


Luka tembak keluar mungkin lebih kecil dari luka tembak masuk bila terjadi pada luka
tembak tempel/kontak, atau pada anak peluru yang telah kehabisan tenaga pada saat keluar
meninggalkan tubuh, bentuk luka tembak keluar tidak khas dan sering tidak beraturan. Pada beberapa
keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk, hal ini disebabkan:
- Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang, sehingga
kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu diketahui bahwa
kemampuang peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan berhubungan langsung dengan
ukuran peluru dan velocity
- Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan keluar yang
berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembakkeluar akan lebih kecil bila dibandingkan
dengan luka tembak masuk
Bentuk dan jumlah luka tembak keluar tidak dapat diprediksi. Luka tembak keluar sebagian
(parsial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh karena tenaga peluru tersebut hampir habis atau ada
penghalang yang menekan pada tempat dimana peluru akan keluar, dengan demikian luka dapat
hanya berbentuk celah dan tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit pada celah tersebut. Jumlah
luka tembak keluar bisa lebih banyak dari pada luka tembak masuk, hal ini dimungjkinkan karena:
1. Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak keluar n
2. Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong keluar pada
tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.
3. Dua pelurunya masuk kedalam tubuh melalui satu luka tembak masuk (“tandem bullet
injury”) dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah dan keluar melalu tempat
yang berbeda.
Peluru jarang dapat dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis
seperti scapula dan ileum atau bagian tipis dari tengkorak. Anak peluru yang mengenai lokasi
yang tidak biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak masuk akan sangat sulit
untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina, dan rektum.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15


Gambar 5. Luka tembak masuk di sebelah kiri dan luka tembak keluar di sebelah kanan
2.4 Mekanisme Kerja Senjata
Mekanisme kerja senjata, baik senjata angin atau senajata api pada prinsipnya
sama yaitu memanfaatkan tekanan tinggi dari udara atau gas untuk melontarkan anak
proyektil atau anak peluru keluar dari laras dengan kecepatan tinggi.
Pada senjata angin, tekanan yang tinggi itu diperoleh dengan cara
memanfaatkan udara atau dengan merubah CO2 cair menjadi gas dalam ruangan yang
volumenya tetap. Sedang pada senjata api, tekanan yang tinggi diperoleh dari
pembakaran mesiu sehingga dalam waktu sekejap berubah menjadi gas dengan
volume yang besar didalam ruangan yang volumenya tetap. Dari saru gram mesiu
dapat dihasilkan gas (CO2,CO,hydrogen sulfanida, dan methane) antara 200-900
mililiter dengan suhu yang sangat panas.9
Fungsi picu itu sendiri pada senjata angin sebetulnya untuk melepaskan udara
yang tekanannya telah dibuat tinggi guna melontarkan proyektil, sedang pada senjata
api untuk membuatnya, pin atau pemukul penggalak melakukan tugasnya sehingga
menimbulkan percikan api pada penggalak (primer) guna membakar mesiu.
Selanjutnya, anak peluru atau proyektil yang telah memiliki gaya kinetic itu, sesudah
meninggalkan laras jalannya amat dipengaruhi oleh banyak hal; seperti misalnya
berat massa, bentuk dan diameternya, gravitasi serta tahanan (resistensi) udara yang
dilaluinya. Akibat dari gravitasi itu maka arah anak oeluru atau proyektil akan
membentuk kurva. Semakin jauh moncong, pengaruh gravitasi semakin dominan
sehinggga bentuk kurvanya semakin tampak nyata.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16


Menembak seseorang dari depan dan dari belakang penting untuk membedakan
lukatembak masuk dengan luka tembak ke]\luar. Luka tembak masuk khusus
biasanya berbentuk bulat dengan tepi abrasi melingkar yang mengelingi cacat yang
disebabkan oleh senjata. Garis tepi abrasi merupakan lecet atau kikisan kulit yang
disebabkan oleh peluru saat ia mendorong ke dalam. Garis tepi mungkin konsetntrik
atau eksentrik. Ketika peluru masuk ke dalam kulit, ia akan menyebabkan abrasi
tepikonsentrik, karena ia masuk perpendikuler kulit. Ketika ujung peluru
memfenetrasi kulit pada suatu sudut, ia akan menyebabkan garis tepi abrasi yang
eksentrik. Daerah marginabrasi eksentrik yang tebal mengindikasikan sudut peluru
yang lebih dangkal saat ia peluru menembus kulit.
Luka tembak keluar dari senjata berkekuatan tinggi sangat mungkin
dikarenakan olehkecepatan dan energi kinetic yang tinggi amunisi yang ditembakkan.
Stellate-shaped exit wounds, sering ditemukan dan mungkin menyerupai luka tembak
masuk kontak.
Walaupun luka tembak keluar dari senjata bisa lebih besar dan mungkin
menyebabkan banyak kerusakan dibandingkan luka tembak keluar dari senjata
genggam.Dengan memperkirakan tepi luka, ada atau tidak adanya tepi abrasi bisa
dikonfirmasi.
Normalnya, suatu peluru saat ditembakkan akan mengikuti suatu lengkung
arah atau jalur tertentu. Namun, semakin cepat peluru melesat maka semakin lurus
arah dan jalur peluru tersebut. Disipasi energi adalah bagaimana energi kinetis peluru
yang disalurkan ke tubuhdari suatu kekuatan yang menahannya. Pada kasus proyektil
velositas medium dan tinggi,disipasi energi dipengaruhi oleh Drag (‘hambatan’),
Profile (‘profil’) dan Cavitation(‘kavitasi’).
Drag – Faktor-faktor yang memperlambat suatu peluru, termasuk tahanan
angin, hambatan oleh jaringan, dll.
Profile – Titik tumbuk peluru merupakan profil dari peluru tersebut. Semakin
besar ukuran titik tumbuk semakin besar energi yang disalurkan.
Cavitation – Sering disebut sebagi perluasan alur masuk peluru. Merupakan
lubang di jaringan tubuh yang dihasilkan oleh energi kinetis peluru. Lubang ini lebih

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17


besar daripadalubang masuk peluru. Karenanya,luka yang dihasilkan lebih besar dari
diameter peluru tersebut. Kadang kala, karenaenergi kinetis peluru sedemikian besar,
peluru dapat menembus jaringan di sebaliknya. Oleh karena itu selalu kaji adanya
lubang keluar peluru (‘exit wound’).
Jika luka tembak masuk dan hubungannya dengan luka tembak keluar telah
ditentukan,langkah selanjutnya adalah menentukan arah tembakan. Arah tembakan
adalah jaras jalannya peluru memasuki tubuh melalui luka tembak masuk menuju
luka tembak keluar.
Untuk alasan klaritas dan konsistensi, ahli forensik selalu menggambarkan
arah tembakan sebagaimana tubuh korban dalam posisi anatomis standar saat ia
ditembak. Tubuh korban berdiri penuh dengan tangan ekstensi pada sisi tubuhnya
dengan bagian palmar ke depan. Sebagai contoh luka tembak yang menembus dada
kiri dan keluar pada punggung kanan bawah, arah tembakan digambarkan dari depan
ke belakang, kiri ke kanan dan atas dan ke bawah. Biasanya ahli forensik hanya bisa
membuat opini dimana posisi tubuh korban bisa atau tidak konsisten dengan arah
tembakan, dan hanya bisa disesuaikan dengan saksi mata.9,10
Kepala
Ketika energi proyektil memasuki tengkorak dan mulai mengalami disipasi,
jaringan otak secara alamiah akan tertekan secara berat (ingat kepala adalah ruang
tertutup yang dibatasi jaringan tulang tengkorak yang kuat).Bila peluru mengenai
wajah maka jalan napas akan rusak atau hancur tergantung pada velositas peluru.
Dada
Jaringan paru relative tahan terhadap kavitasi proyektil. Alveoli membentuk
massa berongga yang mudah bergerak. Sedangkan jantung tidak tahan terhadap
kavitasi sebagaimana paru. Namun lapisan terluar yang meliputi pembuluh pulmoner,
aorta dan jantung merupakan jaringan yang kuat dan elastic. Jaringan ini mungkin
mampu menutupi luka akibat luka tembus velositas rendah,namun tidak mampu
mengatasi kavitasi akibat luka tembus velositas medium dan tinggi.
Bila terjadi cedera di antara garis puting dada dan pinggang, maka selalu
curigai kemungkinan adanya cedera abdominal juga.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18


Abdomen
Abdomen sering mengalami cedera sekunder saat dada mengalami cedera.
Ruang abdominal merupakan ruang yang besar yang berisi jaringan yang berisi
cairan, udara, jaring padat dan jaringan tulang. Jaringan yang berisi udara dan cairan
lebih tahan terhadap kavitasi daripada jaringan padat.
Ekstremitas
Ekstremitas terdiri dari tulang, otot, pembuluh darah dan jaringan saraf. Luka
tembak sering menyebabkan tulang pecah dan pecahan ini dapat mengakibatkan luka
sekunder.Pecahan ini dapat bersifat seperti misil atau proyektil yang merusak jaringan
lain disekitarnya. Akibatnya jaringan di sekitar akan rusak sehingga fungsi sensorik,
motorik dan bahkan aliran sirkulasi akan terhambat atau bahkan hancur.
- Luka ledakan terbagi dalam 4 kategori yaitu : primer, sekunder, tertier dan
tambahan. Korban mungkin mengalami luka lebih dari hanya satu mekanisme
tersebut.
- Luka ledakan primer disebabkan oleh efek langsung ledakan bertekanan tinggi
terhadap jaringan tubuh. Udara mudah menekan, tidak seperti air. Hasilnya,
luka ledakan primer hampir selalu mengenai struktur yang mengandung udara
seperti paru, telinga dan saluran cerna.
- Luka ledakan sekunder disebabkan oleh objek melayang yang menyerang orang
disekitarnya.
- Luka ledakan tertier adalah gambaran ledakan energi tinggi. Jenis ini terjadi
ketikaorang-orang terlempar dan menabrak objek lainnya.11
2.5 Deskripsi Luka Tembak
Hal-hal yang penting dalam deskripsi luka tembak:
1. Lokasi
a. Jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis
tengah tubuh
b. Lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
a. Ukuran dan bentuk

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19


b. Lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. Luka bakar
d. Lipatan kulit utuh atau tidak
e. Tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
a. Grains powder
b. Deposit bubuk hitam, termasuk korona
c. Tattoo
d. Metal stippling
4. Perubahan
a. Oleh tenaga medis
b. Oleh bagian pemakaman
5. Track
a. Penetrasi organ
b. Arah
 Depan ke belakang (belakang ke depan)
 Kanan ke kiri (kiri ke kanan)
 Atas ke bawah
c. Kerusakan sekunder
 Perdarahan
 Daerah sekitar luka
d. Kerusakan organ individu
6. Penyembuhan luka tembakan
a. Titik penyembuhan
b. Tipe misil
c. Tanda identifikasi
d. Susunan
7. Luka keluar
a. Lokasi
b. Karakteristik

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20


8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu 5,8
2.6 Proses Terjadinya Tembakan

a. Senjata yang digunakan, meliputi:


- Jenisnya
Dengan melihat ciri-ciri luka akan dapat ditentukan apakah disebabkan
oleh senjata api, senjata angin, atau shotgun.
- Kalibernya
Kaliber senjata dapat diperkirakan dengan melihat diameter cincin lecet.
Kaliber tersebut ditentukan berdasarkan diameter lumen dari laras, yang
tidak selalu sama dengan diameter peluru.
Akibat adanya elastisitas kulit maka biasanya diameter anak peluru sedikit
lebih besar dari diameter cincin lecet. Pada bagian tubuh yang bagian
kulitnya terlihat sangat dekat dengan tulang maka diameter anak peluru
hampir sama besar dengan diameter cincin lecet sebab tulang dapat
menjadi penahan terhadap elastisitas kulit diatasnya ketika mendapat
dorongan anak peluru.
b. Cara melakukan tembakan, meliputi:
- Arah tembakan
Secara teori arah tembakan dapat ditentukan dengan pasti dengan
menghubungkan luka tembak masuk dengan luka tembak keluar. Hanya
saja luka tembak keluar selalu tidak ditemukan. Kalaupun ditemukan
kadang-kadang luka tersebut terjadi sesudah arah anak peluru berubah
setelah membentur tulang. Selain itu kadang-kadang jumlah luka tembak
banyak sehingga sulit menentukan luka tembak masuk dan luka tembak
keluar dari anak peluru yang sama. Dalam keadaan demikian maka
perkiraan arah tembakan dapat didasarkan pada posisi lubang luka
terhadap cincin lecet.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21


Bila letaknya terpusat berarti arah tembakan tegak lurus terhadap
permukaan sasaran dan bila episentris berarti arahnya miring.

- Jarak tembak
Kecuali pada jarak tempel, jarak tembak hanya dapat ditentukan secara
kasar dengan melihat bentuk lukanya serta ada tidaknya produk-produk
dari ledakan mesiu.
Selain itu ada tidaknya luka tembak keluar juga dapat dijadikan dasar
perhitungan secara kasar. Namun harus diingat bahwa banyak senapan
modern sekarang ini yang memiliki kemampuan tinggi, sehingga dapat
menimbulkan luka tembak keluar meskipun ditembakkan dari jarak yang
sangat jauh.

Mengenai daya tembusnya baik pada manusia atau binatang, dipengaruhi oleh
kecepatan (velocity) ketika menyentuh tubuh, berat massa, resistensi jaringan, serta
jarak tembakan.9,10
2.7 Cara Pengutaraan Jarak Tembak Dalam Visum et Repertum

Bila pada tubuh korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas laras,
kelim api, kelim jelaga atau tato; maka perkiraan atau penentuan jarak tembak tidak
sulit. Kesulitan baru timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim lecet.
 Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30 sentimeter.
 Bila ada kelim tato, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 sentimeter, dan
seterusnya.
 Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: “Berdasarkan
sifat lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak jarak jauh“, ini
mengandung arti:
- Korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak
tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar.
- Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban
dengan moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22


 Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak yang sangat dekat sekali, yaitu
maksimal 15 sentimeter.
Menurut Hadikusumo (1998), luka tembak tempel bentuknya seperti bintang, dengan
gambaran bundaran laras senjata api dengan tambahan gambaran vizierkorrel (pejera, foresight)
akibat panasnya mulut laras. Bila larasnya menempel pada kulit, gas peluru ikut masuk ke dalam
luka, dan berusaha menjebol keluar lagi lewat jaringan disekitar luka.
Sementara luka tembak jarak dekat ada sisa mesiu yang menempel pada daerah sekitar luka.
Gambaran mesiu ini tergantung jenis senjata dan panjang laras. Mesiu hitam lebih jauh
jangkauannya dari pada mesiu tanpa asap. Sedangkan luka tembak jarak jauh, luka bersih dengan
cincin kontusio, pada arah tembakan tegak lurus permukaan sasaran bentuk cincin kontusionya
konsentris dan bundar.11,12
2.8 Perbedaan Antara Luka Tembak Masuk Dengan Luka Tembak Keluar
No Luka Tembak Masuk Luka Tembak Keluar
1. Ukurannya kecil, karena peluru Ukurannya lebih besar dan lebih tidak teratur
menembus kulit seperti bor dengan dibandingkan luka tembak masuk, karena
kecepatan tinggi kecepatan peluru berkurang sehingga
menyebabkan robekan jaringan
2. Pinggiran luka melekuk ke arah dalam Pinggiran luka melekuk keluar karena peluru
karena peluru menembus kulit dari luar menuju keluar
3. Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami abrasi
4. Pakaian masuk ke dalam luka, dibawa Tidak ada
oleh peluru yang masuk
5. Pada luka bisa tampak hitam, terbakar, Tidak ada
kelim tattoo, atau jelaga
6. Pada tulang tengkorak, pinggiran luka Tampak seperti gambaran mirip kerucut
teratur bentuknya
7. Bisa tampak berwarna merah terang Tidak ada
akibat adanya zat karbon monoksida
8. Di sekitar luka tampak kelim ekimosis Tidak ada
Tabel 1. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar. 5,8

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 23


2.9.Pemeriksaan Mikroskopik

Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu: trauma mekanis
dan termis.

Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat;

1. Kompresi epitel disekitar luka tembak tampak epitel yang normal dan yang
mengalami kompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta
elongasi dari inti sel,

2. Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dari butir-butir
mesiu.

3. Epitel mengalami nekrose, koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel-sel basal,

4. Akibat panas jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE akan lebih banyak
mengambil warna biru (basofilic steining)

5. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling
dominan) dan adanya butir-butir mesiu.

6. Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi, dan piknotik

7. Butir-butir mesiu tampak sebagai benda-benda tidak beraturan, bewarna hitam atau
hitam kecokelatan,

8. Pada luka tembak tempel “hard contact” permukaan kulit sekitar luka tidak
terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir mesiu akan tampak
banyak dilapisan bawahnya, khususnya disepanjang tepi saluran luka.

9. Pada luka tempel “soft contact” butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan jaringan
dibawah kulit

10.Pada luka tembak jarak dekat butir-butir mesiu terutama terdapat pada permukaan
kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 24


Perubahan progresif epitel akibat panas dan mekanik adalah perubahan yang dapat
dijumpai. Demikian pula kemungkina didapatkannya butir-butir mesiu dalam saluran
luka dan dalam perubahan epitel.

Secara umum didalam saluran luka pada luka tembak tempel akan
mengandung lebih banyak butir-butir mesiu bila dibandingkan dengan luka tembak
dimana moncong sejata tidak menempel pada kulit.4

2.10. Pemeriksaan penunjang 11,13

1. X-ray

X-ray penting dilakukan pada pemeriksaan luka tembak. Semua luka tembak
harus dilakukan pemeriksaan rontgen, terutama pada luka tembak keluar.

Kegunaan x-ray antara lain:

1. Untuk melihat apakah peluru atau bagian-bagian dari peliru masih ada didalam
tubuh

2. Untuk mementukan letak peluru

3. Untuk menentukan letak dari fragmen-fragmen kecil dari peluru yang ditinggalkan
didalam tubuh sehingga dapat dikeluarkan

4. Untuk mengidentifikasi jenis amunisi dan senjata yang digunakan

5. Untuk mendokumentasikan arah peluru

Untuk menggunakan X-ray dalam menentukan letak peluru akan menyingkat


waktu otopsi. X-ray harus dilakukan tanpa seluruh luka tembak keluar, karena
walaupun ada luka keluar bukan berati kalau perulu memang keluar. Mungkin saja
peluru tersebut mempunyai cukup energi untuk menimbulkan defek di kulit tetapi
memantul kembali ke dalam tubuh. Luka keluar tersebut juga mungkin disebabkan
oleh fragmen tulang yang didorong keluar oleh peluru.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 25


X-ray juga berguna pada kasus dimana selubung peluru dan inti terpisah pada
saat memasuki tubuh, inti bisa saja keluar namun selubungnya terperangkap didalam.
Pada otopsi jika tidak disadari maka pemeriksa akan menarik kesimpulan yang salah
bahwa seluruh peluru telah keluar. Ataupun sebaliknya dimana selubung keluar
namun inti terperangkap. Kesalahan-kesalahan tersebut dapan dihindari dengan x-ray
yang akan menunjukan apakah terjadi pemisahan inti dan selubung.

Pada luka tembus, pecahan-pecahan kecil dari peluru dapat tertinggal


disepanjang luka atau pada tulang yang terperforasi oleh peluru. Pecahan tersebut
biasanya terlewatkan pada otopsi, maka dengan itu perlu dilakukan X-ray sehingga
dapat diampbil untuk pemeriksaan scanning electron microscope. Pemeriksaan ini
gunanya adalah untuk mengetahui asal metal. X-ray juga bisa memperlihatkan luka
dari luka tembak lama atau pecahan-pecahan peluru yang tidak berhubungan dengan
kematian. Pada luka lama sudah terjadi fibrosis dan peluru sudah berwarna hitam
karena terjadi oksidasi.

Pada gambaran radiologi juga bisa dilihat apakah terjadi pemantulan dalam.
Terdapat gambaran jejak pecahan-pecahan yang terlihat bolak-balik. Namun X-ray
juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain kaliber dari peluru tidsak dapat
ditentukan dengan tepat.

Ini karena pembesaran dari gambaran peluru yang tergantung dari jarak
dengan sinar X-ray. Peluru yang dekat dengan sinar terlihat lebih besar dan batas
terlihat kabur daripada gambaran yang lebih dekat ke film. Namun estimasi kaliber
bisa didapatkan. X-ray sebaiknya diambil pada saat jenazah masih berpakaian agar
dapat mendeteksi peluru yang keluar dari tubuh dan tetinggal di pakaian.

CT-scan adalah alat yang lebih akurat untuk mengevaluasi letak peluru dan
pecahan – pecahan tulang. Dapat diketahui sejauh mana peluru menemus organ atau
jaringan. Pada luka tembak kepala, dapat dilihat apa terjadi perdarahan otak, fraktur
tulang vertebrae dan lain – lain.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 26


- Tes paraffin merupakan tes yang tak spesifik, sebab hanya dapat mendeteksi
adanya nitrate dan nitrite saja. Sehingga tes ini juga dapat memberikan hasil
positif jik tangan tercemar tembakau, kacang-kacangan, pupuk atau obat-
obatan.

- Tes Harrison dan Gilroy, menggunakan kassa yang telah dibasahi dengan
asam klorida. Bedanya dengan tes paraffin adalah bahwa tes yang terakhir ini
untuk mendeteksi adanya unsur logam, merkuri, antimony, barium, atau timah
hitam. Tentu harus diperhitugkan apakah pekerjaannya berkaitan dengan
logam-logam tersebut.

- Tes berikutnya adalah metode Neutron Activation Analysis (NAA), tes ini
lebih sensitif sebab masih dapat mendeteksi antimony, barium, dan copper
walaupun tangan yang digunakan untuk menembak sudah dibersihkan. Dan
tes lain yang juga sensitif adalah tes yang

- menggunakan metode Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS) atau


Flameless Atomic Absorbtion Spectroscopy (FAAS).14,15

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 27


BAB 3
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS MAYAT

Nama : Vera Susanti

Jenis Kelamin : perempuan

Umur : 45 tahun

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jalan Jati V No.24

Korban dibawa ke IGD RSUP M. Djamil Padang 14 Agustus 2018 pukul 09.30
Waktu Indonesia Barat. Menurut keterangan keluarga korban, korban sedang berada
di dalam rumah, kemudian korban mendengar suara tembakan, tiba-tiba peluru
menembus atap rumah korban dan mengenai punggung kaki korban.

2.2 PEMERIKSAAN
Korban datang ke IGD dengan keadaan sadar, keadaan umum adalah sakit
sedang. Terhadap korban dilakukan pembersihan dan perawatan luka, pemberian
obat-obatan, operasi pengeluaran peluru, dan pemasangan semen putih pada kaki
kanan. Korban di konsulkan ke bagian bedah dan didiagnosis luka tembak pada kaki
+ benda asing + patah tulang telapak kaki.
Pemeriksaan perlukaan pada korban ditemukan pada punggung kaki kanan,
lima koma lima sentimeter dari pergelangan kaki, empat sentimeter dari tumit,
terdapat luka yang berbentuk lubang dasar tulang, dengan garis tengah tiga koma
lima milimeter disekitarnya terdapat luka lecet dengan lebar sebagai berikut:
a. Pada arah atas dengan lebar satu millimeter
b. Pada arah bawah dengan lebar satu millimeter
c. Pada arah kanan dengan lebar satu sentimeter,
d. Pada arah kiri dengan lebar satu sentimeter

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 28


Gambar 2.1
Diameter kaliber adalah 7 milimeter dan sepanjang 20 milimeter

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 29


Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan foto polos kaki kanan
didapatkan hasil luka tembak pada kaki kanan patah tulang telapak kaki. Korban
dirawat di bangsal bedah Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang selama 6
hari. Korban dipulangkan pada tanggal 20 Agustus 2018.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 30


BAB 4
DISKUSI
Di Indonesia menurut laporan hak asasi manusia triwulan ke 2 tahun 1998
yang dikeluarkan oleh ELSAM (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat) tercatat
102 warga negara yang menjadi korban senjata api. Dengan meningkatnya jumlah
penduduk di Indonesia meningkat pula tindak kejahatan. Dalam tindak kejahatan
kasus luka tembak yang tidak sedikit menyebabkan kematian, maka diperlukan data
penelitian yang dapat memberikan informasi gambaran kasus luka tembak yang
terjadi. Data frekuensi, distribusi variasi kasus di Kedokteran forensik Indonesia
masih sangat sedikit jumlahnya. Pendeskripsian luka tembak dilakukan demi
kepentingan medikolegal. Untuk mengungkap kebenaran dari suatu kasus tindak
kriminal, khususnya luka tembak diperlukan alat bukti yang dapat dibuktikan
kebenarannya dalam sidang peradilan. Keterbatasan alat dan pengetahuan yang
dimiliki oleh pihak penyidik, maka dalam perkara pidana yang menyangkut tubuh,
kesehatan, dan nyawa diperlukan pengetahuan khusus, yaitu ilmu kedokteran forensik
yang untuk menyelidiki apa yang menjadi penyebab kematian korban.
Terdapat tiga mekanisme tersering luka tembak yang dapat mengakibatkan
kematian, yaitu:
1. Kehilangan darah masif (perdarahan) adalah penyebab tersering kematian
akibat senjata api adalah kehilangan darah yang banyak. Peluru menembus
pembuluh darah arteri besar yang mengakibatkan pembuluh darah lubang,
terjadi perdarahan. Jika sebuah peluru atau fragmennya masuk ke organ dalam
seperti hati, cederanya itu sendiri tidak mengancam jiwa, tetapi perdarahan
yang masif dapat membuat cedera itu mengancam jiwa.
2. Trauma juga dapat menyebabkan kematian. Saat sebuah peluru masuk
menembus tubuh, peluru itu akan membuat lubang. Tergantung pada jenis
peluru dan bagian tubuh mana yang terkena, pelurunya akan membuat luka
utama. Jika pelurunya banyak dapat mengakibatkan luka dalam sekunder. Jika
peluru masuk ke organ penting seperti, otak, sistem saraf, paru-paru, trauma
tersebut dapat langsung menyebabkan kematian.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 31


3. Infeksi merupakan penyebab kematian pada luka tembak. Penetrasi peluru
akan menghasilkan luka tembak. Peluru yang masuk dapat membawa kuman.
Jika tidak diobati dengan baik apalagi luka yang dihasilkan luas dapat
memudahkan terjadinya infeksi. Infeksi yang berat dapat terjadi syok sepsis,
yang seringkali berakhir dengan kematian.
Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung
pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih hidup, deskripsi
luka singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tanggung jawab yang utama
untuk memberikan penatalaksanaan gawat darurat. Penggam-baran luka secara detail
akan dilakukan setelah semua kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Dokter sering
merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mendeskripsi-kan luka secara rinci oleh
karena singkatnya waktu
Pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering dipersulit oleh adanya pengotoran
oleh darah sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan dengan baik akibat penafsiran
atau kesimpulan mungkin sekali tidak tepat. Untuk menghadapi penyulit pada
pemeriksaan tersebut dapat dilakukan sesuai prosedur. Luka tembak dibersihkan dengan
hidrogen peroksida. Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air untuk
membersihkan busa yang terjadi dan membersihkan darah. Dengan pemberian hidrogen
peroksida tadi, luka tembak akan bersih dan tampak jelas sehingga deskripsi luka dapat
dilakukan dengan akurat. Selain secara makroskopik, yaitu dengan karakteristik pada
luka tembak masuk, tidak jarang diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan
secara pasti bahwa luka tersebut luka tembak masuk ini disebabkan oleh karena tidak
selamanya luka tembak masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun pemeriksaan
khusus yang dimaksud, yaitu:
1. Pemeriksaan mikroskopik
2. Pemeriksaan kimiawi
3. Pemeriksaan dengan sinar X
4. Pemeriksaan baju pada korban luka tembak

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 32


Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa penembakan
akan menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai berikut:
1) Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
 Kecepatan
 Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
 Bentuk dan ukuran peluru
 Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan
luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya
lebih rendah (low velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru
mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar.
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing, bila
terkena tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam
fase diastole), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan
dengan jantung dalam fase sistole dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut
disebabkan karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian.
Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru:
a. Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang
b. Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan
c. Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur atau
rifle bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan sehingga
terjadi kelim lecet (abrasion ring)
d. Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan ke
segala arah, maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh akan
terbentuk lubang yang lebih besar dari diameter peluru
e. Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan yang
terjadi akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya elastisitas
dari jaringan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 33


f. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang
terbentuk akan sama lebarnya pada setiap arah
g. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat diketahui
dari bentuk kelim lecet
h. Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari arah
tersebut
i. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan dijumpai pewarnaan
kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat atau kelim lemak
(grease ring/ grease mark)
j. Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka bentuk luka
yang terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di bawahnya mempunyai
densitas besar seperti tulang, maka sebagian tenaga dari peluru disertai pula
dengan gas yang terbentuk akan memantul dan mengangkat kulit di atasnya,
sehingga robekan yang tejadi menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang
k. Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter lubang
luka ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan arah masuknya
peluru
l. Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan robekan
dangkal, disebut bullet slap atau bullet graze
m. Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk bersatu
dengan luka tembak keluar, luka yang terbentuk disebut gutter wound

2) Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stipling


a. Butir – butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk ke
dalam kulit
b. Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik-bintik
hitam dan bercampur dengan perdarahan
c. Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik hitam
tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar
d. Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 cm

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 34


e. Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit, tiosianat,
tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida, sedangkan smoke less
powder terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang dicampur dengan karbon dan
gravid

3) Akibat asap (smoke effect): jelaga


a. Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka terbentuk asap
atau jelaga
b. Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya CO2 (50%) nitrogen 35%,
CO 10%, hydrogen sulfide 3%, hydrogen 2 % serta sedikit oksigen dan
methane
c. Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit
d. Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 cm
e. Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulit,
sehingga bila dihapus akan menghilang.

4) Akibat api (flame effect): luka bakar


a. Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang akan
mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching, charring)
b. Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan terbakar
c. Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 cm,
sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7,5 cm

5) Akibat partikel logam (metal effect): fouling


a. Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu
peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam
sebagai akibat pergesekan tersebut
b. Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka
terbuka dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban
c. Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian korban.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 35


6) Akibat moncong senjata (muzzle effect): jejas laras
a. Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak tempel
yang erat (hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel (soft contact)
b. Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian tubuh,
dimana di bawahnya ada bagian yang keras (tulang)
c. Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan
mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit dan
moncong senjata
d. Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong
senjatanya dengan cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang
terjadi
e. Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka, sedangkan
pada soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan tersebut akan tampak
sebagian sebagai garis lengkung
f. Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato, oleh
karena tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft contact jelaga dan butir
mesiu ada yang keluar melalui celah antara moncong senjata dan kulit, sehingga
terdapat adanya kelim jelaga dan kelim tato.

7) Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk


Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan pakaiannya
cukup tebal, maka dapat terjadi:
 Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian
 Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian
 Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam lubang luka
tembak
Pengutaraan Jarak Tembak dalam Visum et Repertum
Bila pada tubuh korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya
jejas laras, kelim api, kelim jelaga atau tato; maka perkiraan atau penentuan jarak
tembak tidak sulit. Kesulitan baru timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 36


kelim lecet. Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal
30 cm. Bila ada kelim tato, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60
cm, dan seterusnya. Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai
berikut: “Berdasarkan sifat lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak
jarak jauh“, ini mengandung arti :
 Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau
jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar.
 Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban
dengan moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya
Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak yang sangat dekat
sekali, yaitu maksimal 15 cm (Idris, 1997). Menurut hadikusumo (1998), luka
tembak tempel bentuknya seperti bintang, dengan gambaran bundaran laras
senjata api dengan tambahan gambaran vizierkorrel (pejera, foresight) akibat
panasnya mulut laras. Bila larasnya menempel pada kulit, gas peluru ikut masuk
ke dalam luka, dan berusaha menjebol keluar lagi lewat jaringan disekitar luka.
Sementara luka tembak jarak dekat ada sisa mesiu yang menempel pada daerah
sekitar luka. Gambaran mesiu ini tergantung jenis senjata dan panjang laras.
Mesiu hitam lebih jauh jangkauannya dari pada mesiu tanpa asap. Sedangkan luka
tembak jarak jauh, luka bersih dengan cincin kontusio, pada arah tembakan tegak
lurus permukaan sasaran bentuk cincin kontusionya konsentris dan bundar1.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 37


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Luka tembak merupakan suatu cedera pada tubuh yang diakibatkan oleh senjata
api. Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan
mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui
larasnya. Berdasarkan panjang larasnya, senjata api ini dikelompokan menjadi senjata
api laras pendak dan senjata api laras panjang, sedangkan berdasarkan alur pada laras,
senjata api dikelompokan menjadi senjata api baralur dan senjata api tanpa alur.
Pada luka tembak terjadi robekan dan kerusakan jaringan yang diakibatkan
daya dorong peluru dalam menembus jaringan. Luka tembak dikelompokan menjadi
luka tembak masuk dan luka tembak keluar, namun pada klasifikasi ini yang tidak
kalah penting adalah jarak tembakan yaitu luka tembus masuk tempel, luka tembus
masuk jarak dekat maupun luka tembus masuk jarak jauh. Penentuan jarak ini juga
dapat menentukan efek dari tembakan. Efek dari tembakan ini diakibatkan oleh
komponen peluru yang mengenai tubuh yaitu anak peluru, mesiu, asap jelaga, api dan
partikel logam
Pendeskripsian luka tembak dilakukan demi kepentingan medikolegal.
Deskripsi luka ini mencakup lokasi luka, ukuran dan bentuk luka, lingkaran abrasi,
lipatan kulit yang utuh dan robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada), dan bagian
tubuh yang ditembus. Selain dekripsi luka, kita juga harus menentukan jarak
tembakan dan arah tembakan. Penentuan jarak tembakan ini dapat dilihat dari adanya
jejas laras, kelim api, kelim jelaga, atau kelim tato. Pemeriksaan khusus pada luka
tembak masuk seperti pemeriksaa nmikroskopik, kimiawi, sinar x mungkin
diperlukan.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 38


DAFTAR PUSTAKA
1. Cook P, Lawrence B, Ludwig J. The medical cost of gunshot injuries in the United
States. JAMA; 1999. p. 282, 447-54
2. 2. Small arms and global health. Geneva: World Health Organization; 2011
3. Shkrum MJ, Ramsay DA. Forensic science and medicine: Forensic pathology of
trauma. New Jersey: Human Press Inc; 2007.
4. Algozi Agus M. 2011. Luka Tembak. (online). (www.fk.uwks.ac.id/elib/
Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf, diakses tanggal 18 Agustus
2018).
5. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa
Aksara; p.131-168.
6. Donoghue ER, Kalelkar MB, Richmond JM, Teas SS. Atypical gunshot wounds
of entrance:an empirical study. J Forensic Sci1984;29:379–388
7. Hueske E. 2006. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks,
Practice and Resource.
8. Di Maio, V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms,
Ballistics, and Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press.
9. Chadha P.V. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V.
Jakarta : Widya Medika. Hal. 75-81
10. Knight, Bernard. 1996. Forensic pathology.Second Edition.
London;Arnold:231-241
11. Tsokos, Michael. 2008. Forensic Pathology Reviews. Volume 5.
Berlin,Germany;Humana Press:139-149
12. Di Maio, V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms,
Ballistics, and Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press.
(http://id.scribd.com/doc/69391916/Terjemahan-Di-Maio-Forensik)
13. Dahlan, Sofwan. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Pedoman Bagi Dokter dan
Penegak Hukum. Cetakan V.Semarang:Badan Penerbit Universitas
Diponegoro:93-106

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 39


14. Arnold JL, Halpern P, Tsai MC, Smithline H: Mass casualty terrorist bombings:
acomparison of outcomes by bombing type. Ann Emerg Med 2004 Feb; 43(2):
263-73[Medline] (http://id.scribd.com/doc/71559341/LUKA-TEMBAK)
15. Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S. 2011. Gunshot wound. (online).
(http://www.freewebs.com/ gunshot_wound/luka tembak pada tulang.htm,, diakses
tanggal 18 Agustus 2018).
16. Laporan hak asasi manusia [Internet]. 1998 [cited 2014 Sep 05].Available
from: http:/www.elsam.or.id/pdf/paper/1998/Tri2_98.pdf
17. Hueske E.Firearms and tool mark the forensic laboratory handbooks, practice
and resource. 2006.
18. Tiarasari P, Qinta B, Saputro ED, Faulinza E, Mustika RR, Monalisa R.Luka
tembak [Internet].2011 [cited 2014 Sep 08]. Available from:
www.academia.edu/4200262/76125289_luka_tembak

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 40

Anda mungkin juga menyukai