FORENSIK
LUKA TUSUK
Oleh:
Nadira Muthi Tsania
NIM. 012023143169
Pembimbing :
Saliyah, dr., Sp.FM
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah karena anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat dengan judul “Luka Tusuk” dengan baik dan tepat waktu. Referat ini merupakan
salah satu tugas wajib untuk pendidikan dokter muda di Departemen Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
Dengan terselesaikannya referat ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala
bimbingan, dukungan, dan bantuan dalam proses pembuatan referat kepada:
1. Dr. H. Ahmad Yudianto. dr., Sp.F(K), S.H., M.Kes selaku Ketua Departemen
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
2. Saliyah, dr., Sp.FM selaku Koordinator Pendidikan Dokter Muda Departemen
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan selaku dosen pembimbing dari
referat ini.
3. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Semoga referat ini dapat menjadi tulisan yang bermanfaat dan menambah wawasan pada
bidang ilmu kedokteran forensik dan medikolegal bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat………………………………………………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi……………………………………………………….…………………. 3
2.2 Klasifikasi……………………………………………….………………………. 3
2.3 Ciri Luka………………………………….………………………..……………. 4
2.4 Cara Kematian………………………………….……………………………….. 7
2.5 Identifikasi Senjata ……………………………………………………………… 8
2.6 Pemeriksaan Luka…………………………………….…………………………. 10
2.7 Deskripsi Luka…………………………………………………………………... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….………... 12
3.2 Saran………………………………………………………………...................... 12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir tahun 2012 disebutkan oleh wakil kepada Badan Reserse Kriminal Polri bahwa di
Indonesia setiap 91 detik terjadi kejahatan sepanjang tahun 2012 (Karwur, 2019). Di
dunia mekanisme pembunuhan dengan senjata tajam sebanyak 24%. Di Asia Tenggara,
kekerasan benda tajam adalah mekanisme paling banyak dengan persentase 38%.
Berdasarkan data pada tahun 2014-2017 di Instalasi Kedokteran Forensik dan
Medikolegal RSUD dr. Soetomo Surabaya terdapat 34 kasus kematian akibat kekerasan
benda tajam baik luka tusuk, bacok, maupun iris. Kebanyakan kasus kematian tersebut
merupakan kasus pembunuhan dengan luka tusuk (Syarifah, 2017)
Luka tusuk merupakan luka yang diakibatkan oleh kekerasan benda tajam dengan ciri
khas memiliki karakteristik lebih dalam dibandingkan panjang maupun lebarnya. Luka
tusuk disebabkan oleh kekuatan dorongan senjata panjang dengan ujung yang runcing ke
dalam tubuh (Reddy, 2014). Senjata yang paling sering digunakan adalah pisau. Senjata
lain yang lebih jarang digunakan adalah seperti gunting, pecahan kaca, obeng, pulpen,
dan garpu (Prahlow, 2012)
Terdapat 3 kemungkinan kematian akibat benda tajam yaitu bunuh diri, pembunuhan,
atau kecelakaan (Reddy, 2014). Pada penelitian di Amerika Serikat dikatakan bahwa dari
630 kasus kematian akibat benda tajam, 90% adalah kasus pembunuhan, 7.5% bunuh diri,
dan 3.5% kecelakaan.
Seperti yang kita tahu bahwa pada kasus pembunuhan kemungkinan besar pelaku kabur
dan dibutuhkan petunjuk untuk mencari pelaku. Identifikasi luka bisa menghasilkan
identifikasi dari dimensi senjata yang digunakan, tipe senjata, ujung bilah senjata, gerakan
dari senjata dalam luka, kedalaman dorongan penusukan, arah dorongan penusukan, dan
seberapa besar kekuatan yang digunakan oleh pelaku (Saukko, 2016). Semua informasi
tersebut akan membantu penyidik menangkap pelaku sehingga identifikasi luka sangatlah
penting.
Oleh karena pentingnya kemampuan identifikasi luka dan cukup tingginya prevalensi
terjadinya kematian akibat benda tajam terutama karena luka tusuk, maka dibuatlah
referat ini dengan tujuan memberi pengetahuan dan pemahaman kepada pembaca
sehingga bisa bermanfaat pada praktek klinis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu luka tusuk?
2. Bagaimana klasifikasi dari luka tusuk?
3. Bagaimana karakteristik dari luka tusuk dan apa saja yang mempengaruhi?
4. Bagaimana cara kematian pada luka tusuk?
1
5. Bagaimana karakteristik tiap senjata yang menyebabkan luka tusuk?
6. Bagaimana cara pemeriksaan luka?
7. Bagaimana cara mendeskripsikan luka?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu luka tusuk
2. Mengetahui bagaimana ciri dari luka tusuk
3. Mengatahui cara-cara kematian pada luka tusuk
4. Mengetahui karakteristik senjata pada ciri luka tusuk
5. Mengetahui cara pemeriksaan luka
6. Mengetahii cara pelaporan deskripsi luka
1.4 Manfaat
1. Bagi dokter muda, referat ini bertujuan menambah informasi dan pemahaman
mengenai luka tusuk
2. Bagi dosen pembimbing, referat ini bisa dijadikan bahan evaluasi pemahaman dan
pengetahuan dokter muda
3. Bagi departemen, referat ini menjadi tambahan referensi karya tulis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Definisi dari luka itu sendiri adalah adanya kerusakan pada anggota tubuh karena adanya
kekuatan mekanik. Luka tusuk merupakan bagian dari luka karena benda tajam. Luka
tusuk lebih dalam dibandingkan dengan lebarnya. Pada luka tusuk, luka tidak hanya di
kulit maupun jaringan subkutan, tetapi bisa masuk sampai struktur dalam organ vital
(Saukko, 2016). Terdapat definisi lain yang mengartikan luka tusuk adalah luka yang
disebabkan kekuatan dorongan senjata panjang dengan ujung yang lancip dan tajam ke
dalam tubuh. Karakteristik dari luka tusuk adalah luka lebih dalam dibandingkan dengan
lebar dan panjang di permukaan tubuhnya. (Reddy, 2014)
2.2 Klasifikasi
Luka tusuk termasuk kedalam luka akibat benda tajam. Beberapa hal yang membedakan
dengan luka akibat benda tumpul adalah laserasi dan abrasinya. Secara umum luka akibat
benda tajam memiliki potongan yang lebih bersih (tidak ada jembatan jaringan), tepi luka
yang rata, dan luka bisa penetrasi kedalam jaringan. Jenis luka yang termasuk kedalam
luka akibat benda tajam selain luka tusuk adalah luka iris dan luka bacok (Payne-James,
2011).
Perbedaan antara luka tusuk dengan luka iris adalah pada luka iris memiliki karakteristik
lebih panjang dibandingkan dalam. Pada luka bacok perbedaan dengan luka tusuk adalah
biasanya luka bacok disebabkan oleh suatu senjata yang berat, tidak terlalu tajam,
biasanya luka lebih lebar (Payne-James, 2011).
Terdapat 3 tipe luka tusuk: (Reddy, 2014)
1. Puncture
Saat melibatkan jaringan soft tissue
2. Penetrating
Saat luka memasuki kavitas tubuh
3
3. Perforating
Luka menembuh dari 1 sisi ke sisi lain
4
− Luka pada daerah kulit yang relaksasi akan menghasilkan luka yang pendek
dan lebih lebar
− Gerakan maju, mundur, kiri, kanan dari senjata akan membuat luka lebih
lebar
4. Kedalaman
− Kedalaman luka paling besar dibandingkan dengan panjang dan lebar luka
− Kedalaman biasanya hampir sama atau kurang dari panjang senjata yang
dipakai
− Pada daerah seperti dinding anterior abdomen, kedalaman akan menjadi lebih
besar karena ada dorongan yang menekan jaringan dibawahnya
− Pada orang yang lebih muda, dada masih mobile sehingga bisa tertekan saat
penusukan
− Daerah payudara, pantat, dan paha biasanya ditusuk dengan kekuatan penuh
sehingga kedalaman luka bisa melebihi panjang dari senjata
− Ekspansi dan retraksi pada rongga dada bisa mempengaruhi kedalaman
− Beberapa organ dalam tidak dalam posisi yang tetap, perlu dipertimbangkan
dalam menentukan kedalaman
− Luka tusuk di dinding anterior rongga dada pada postmortem akan lebih
dalam dibandingan saat hidup karena adanya kolaps dari paru.
− Luka tusuk pada dinding posterior rongga dada, kedalaman akan lebih sedikit
karena paru-paru akan kolaps kearah posterior.
5. Bentuk
− Luka tusuk yang sejajar dengan garis cleavage atau Langer’s lines akan
menghasilkan luka yang tetap pipih dan sempit
− Luka tusuk yang memotong garis cleavage akan menghasilkan luka dengan
jarak yang lebar/menganga
− Luka tusuk dengan arah oblique akan menghasilkan luka lebih lebar dan jarak
asimetris membentuk semisirkular atau crescentik
6. Arah
− Saat pisau penetrasi maka akan satu sisi miring dan satu sisi lagi terkoyak,
sehingga akan terlihat jaringan subkutan
− Apabila senjata ditarik sedikit kemudian didorong lagi dengan arah berbeda,
maka akan terlihat 1 luka eksternal dengan 2 luka tusuk di dalam jaringan
dalam.
5
Gambar 3. Kedalaman luka (Saukko, 2016)
6
5. Kecepatan dorongan
6. Keregangan kulit
Kulit yang regang lebih mudah terpenetrasi
7. Sudut penusukan
Luka akan lebih dalam dari sudut yang tepat dibanding dari sudut yang akut
2.4 Cara Kematian
Pada cara kematian pembunuhan ciri-ciri luka tusuk: (Reddy, 2014)
− Luka tusuk bisa terjadi di area manapun, paling sering adalah daerah dada dan
jantung. Luka tusuk di tengkorak, spine, abdomen, leher, dan ekstremitas jarang
ditemukan.
− Kedalaman bervariasi, ada yang hanya superfisial, ada yang bisa menembus
perikardium.
− Terkadang 1 tusukan tidak terlalu fatal,
− Bisanyaa senjata ditemukan masih tertancap.
− Biasanya pakaian tidak terpotong, karena saat bunuh diri pelaku sudah
mengekspos permukaan tubuhnya
− Tidak ditemukan luka pertahanan
− Ditemukan luka percobaan
− Darah banyak ditemukan pada tangan pelaku
Cara kematian dengan kecelakaan sangat jarang, biasanya berupa kecelakaan jatuh ke
benda tajam seperti paku, kaca, dll (Prahlow, 2012)
7
Terdapat beberapa faktor yang bisa membantu menentukan kemungkinan cara kematian
yaitu: (Reddy, 2014)
1. Melihat tempat kejadian perkara,
2. Identifikasi kecurigaan senjata
3. Ada tidaknya benda asing pada luka atau yang menempel disekitar tepi luka
4. Identifikasi karakteristik, arah, perluasan, dan kondisi luka
− Pada senjata dengan mata pisau 1, permukaan luka akan berbentuk triangular atau
wedge
− Apabila bermata dua, luka akan berbentuk elliptical atau slit-like dan kedua ujung
tajam
8
Senjata Gunting
Gunting sering dijadikan senjata oleh perempuan dalam melawan pasangannya pada
kejadian kekerasan rumah tangga. Karakteristik luka akan berbeda tergantung apakah
gunting terbuka atau tertutup. Apabila terbuka dan hanya 1 bilah yang menusuk, maka
tampilannya akan sulit dibedakan dengan tusukan karena pisau. Terdapat beberapa jenis
gunting lain juga yang memiliki ciri tersendiri sehingga akan menampilkan karakteristik
luka yang berbeda. Gunting yang tertutup biasanya terdapat bagian yang lebih tumpul,
sehingga membutuhkan kekuatan yang lebih besar untuk menusuk. Sebagian besar
karakter luka akibat gunting yang tertutup berbentuk Z atau zigzag. Jenis gunting yang
sangat panjang dan kedua bilah benar-benar tertumpuk, tidak akan menampilkan
gambaran Z tetapi biasanya seperti gambaran karena pisau yang sangat tebal. Selain itu
biasanya terdapat belahan kecil di lateral tengah luka yang menandakan adanya sekrup
engsel (Saukko, 2016).
Senjata Lainnya
Senjata lain yang bisa digunakan bisa pedang, pemahat, pisau cukur, obeng yang diasah,
kapak, parang, pecahan kaca, dan lain sebagainya. (Saukko, 2016). Berikut ini beberapa
karakteristik khas dari setiap senjata: (Reddy, 2014)
9
− Senjata obeng akan menghasilkan luka slit like dengan ujung kotak dan tepi
terkelupas
10
2.7 Deskripsi Luka
Pada pemeriksaan terdapat beberapa poin yang perlu dicatat: (Reddy, 2014)
1. Identifikasi dan beri label kerusakan dan bagian yang terpotong dari pakaian
2. Distribusi dari bercak darah
3. Singkirkan pakaian satu demi satu
4. Identifikasi dan beri label luka
5. Luka
− Posisi
− Lokasi
− Deskripsi: tepi, ukuran, bentuk, ujung, ekstensi
− Arah: masuk, jejak, dan keluar
− Kedalaman
− Trauma pada viseral
− Perkiraan kekuatan yang digunakan
− Benda asing
Contoh: Luka tusuk, berbentuk baji di kanan atas rongga dada, oblique dengan bagian
ujung dalam lebih rendah dibandingkan ujung atas luar. Panjang luka 4 cm. Lebar
maksimal di tengah 5 mm. Pusat luka dibawah garis khayal antar putting, 5 cm dari garis
tengah tubuh, 6 cm dari putting kanan, dan 18 cm dibawah tulang klavicula kanan. Ujung
dalam luka tajam dan luar tumpuk. Tepi bawah rusak. Jejak ada di dinding anterior rongga
dada kanan, melewati antarcotsa 5, melalui lobus atas paru kanan dengan kedalaman 7
cm. Didapatkan hematothoraks 400 ml dan terdapat gumpalan darah (Reddy, 2014).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka tusuk merupakan salah satu jenis luka yang diakibatkan oleh benda tajam. Luka
tusuk memiliki karakteristik khas berupa luka yang dalam dibandingkan dengan
panjangnya. Berbagai alat dengan ujung seperti pisau, gunting, obeng, kunci, garpu, dll
bisa menjadi senjata yang mengakibatkan luka tusuk. Cara kematian pada luka tusuk
terbanyak adalah pembunuhan, selain itu juga bisa cara kematian bunuh diri dan
kecelakaan.
Identifikasi luka harus dilakukan secara cermat mulai dari lebar, panjang, kedalaman,
tepi, dan tepinya. Karakteristik dari luka akan menentukan kemungkinan jenis senjata
yang digunakan. Terdapat beberapa faktor juga yang perlu diperhatikan yang
berpengaruh terhadap karakteristik luka.
Identifikasi luka sangat penting karena dengan identifikasi luka maka bisa menentukan
kemungkinan senjata yang akan membantu pihak berwajib mencari pelaku.
3.2 Saran
Referat ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai luka tusuk dimana
diharapkan akan membantu pembaca dalam praktek identifikasi luka pada mayat.
Informasi pada referat ini harus dipraktekan agar mendapat manfaat yang sebaik-baiknya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Catanese, C. 2016. Color Atlas Of Forensic Medicine And Pathology Second Edition.
CRC Press Taylor & Francis Group
Karwur B. Siwu J. & Mallo J. 2019. Pola Luka pada Korban Meninggal akibat Kekerasan
Tajam yang Diautopsi di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Tahun 2014. Medical Scope
Journal
Payne-James J., Jones R., Karch S., Manlove J. 2011. Simpson’s Forensic Medicine 13
edition. CRC Press.
Prahlow J. A. & Aggrawal A. 2012, Review of Forensic Medicine and Toxicology second
edition, Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd, New Delhi.
Reddy, N, & Murty, OP. 2014. The Essentials Of Forensic Medicine And Toxicology
33rd Edition. Jaypee Brothers Medical Publishers.
Safitry, O. 2013. Mudah Membuat Visum Et Repertum Kasus Luka. Jakarta: Dep. Ilmu
Kedokteran Forensik & Medikolegal FKUI
Saukko P. & Knight B. 2016. Knight’s forensic pathology 4th ed. CRC Press.
Syarifah M. C. & Yudianto H. A. 2017. Temuan Otopsi pada Kasus Kekerasan Tajam.
The Indonesian Association of Forensic Medicine.
13