Anda di halaman 1dari 35

REFERAT

Pola Perlukaan pada Kekerasan Tumpul Dugaan Aniaya yang


Menyebabkan Kematian pada Pasien di Rumah Sakit
Bhayangkara Tk.I R. Said Sukanto Tahun 2018

DISUSUN OLEH :

M. Faisal Alvianto (1102013179)

M. Tanwirul Qulubi Raharjo (1102013176)

Rian Nurdiansyah (1102013249)

PEMBIMBING:

Dr. Asri Sp.F

KEPANITERAAN KLINIK ILMU FORENSIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

RS BHAYANGKARA TK.I R.SAID SUKANTO

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat untuk tugas Kepaniteraan Klinik
Forensik.

Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW yang telah membimbing kita ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini.

Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Asri, Sp.F, selaku dosen
pendamping, yang telah mendukung dan membimbing kami sehingga referat dapat
diselesaikan. Terima kasih kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa Program
Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas YARSI yang
selalu memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan referat ini.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam menyelesaikan


referat ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar referat ini dapat menjadi lebih baik lagi. Penulis mengharapkan semoga referat
ini dapat memberikan manfaat demi kemashlahatan umat dan memberikan
sumbangsih bagi perkembangan dunia kedokteran. Amin ya robbal ‘alamin.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Jakarta, Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................

2.1 Definisi Luka ........................................................................................ 5

2.2 Deskripsi Luka ..................................................................................... 5

2.3 Klasifikasi Luka ................................................................................... 7

2.4 Trauma Benda Tumpul......................................................................... 7

2.5 Jenis-jenis Luka Akibat Trauma Benda Tumpul.................................. 9

2.6 Aspek Medikolegal Luka Trauma Benda Tumpul ............................. 19

2.7 Data Kekerasan Tumpul pada Tahun 2018 ........................................ 21

BAB 3 PEMBAHASAN ..........................................................................................

4.1 Deskripsi Luka Akibat Trauma Benda Tumpul ................................. 24

4.2 Sebab Kematian Akibat Trauma Benda Tumpul ............................... 24

4.3 Aspek Medikolegal Korban Mati Trauma Benda Tumpul ................ 26

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 31

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekerasan merupakan perlakuan menyimpang yang mengakibatkan luka
dan menyakiti orang lain. Menurut definisinya, tindak kekerasan sama dengan
penganiayaan, yaitu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan
rasa sakit atau luka pada tubuh orang lain.
Kekerasan adalah kontributor utama terhadap kematian, penyakit, dan
disabilitas di seluruh dunia.1 Ini menyumbangkan sekitar 5 juta kematian setiap
tahun di seluruh dunia dan menyebabkan jutaan lebih kecacatan.2 Menurut data
World Health Organization tentang laporan kekerasan fatal dan non-fatal, pola dan
konsekuensi dari kekerasan yang terjadi, disribusinya tidak sama rata menurut
negara, daerah, jenis kelamin, dan umur. Menurut insidensinya, laki-laki lebih
banyak menjadi korban kematian akibat kekerasan fisik di bagian emergensi,
sedangkan wanita dan anak-anak lebih sering menjadi korban kekerasan seksual
dan psikologis, di seluruh dunia.Kekerasan yang paling banyak terjadi disebabkan
oleh pembunuhan dan bunuh diri. Pada tahun 2012, diperkirakan 475.000 orang di
seluruh dunia adalah korban pembunuhan, dengan rasio 6.7 per 100.000 populasi.
Di Asia Tenggara, jumlah korban pembunuhan pada tahun 2012 diperkirakan
mencapai 78.331 dengan rasio 4.3 per 100.000 populasi. Di Indonesia, dengan
bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan tindak kekerasan semakin
meningkat. Hal ini disebabkan oleh perdapatan rata-rata penduduk yang terbilang
rendah bersamaan dengan persaingan hidup yang terus meningkat.
Luka akibat trauma benda tumpul adalah kerusakan jaringan yang
disebabkan oleh benda atau alat yang tidak bermata tajam, konsistensi keras atau
kenyal, dan permukaan halus atau kasar. Cara kejadian trauma benda tumpul lebih
sering disebabkan karena kecelakaan atau penganiayaan, jarang karena bunuh diri.3
Berdasarkan data otopsi di Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit
Bhayangkara Tk.I R. Said Sukanto dari bulan Januari 2018 hingga Desember 2018
menunjukkan data korban mati akibat trauma benda tumpul sebagian besar

3
disebabkan karena luka pada daerah kepala. Dari total 68 kasus kematian yang
diotopsi, sebanyak 45 kasus merupakan korban luka daerah kepala.
Jenis luka yang ditimbulkan akibat trauma benda tumpul yang sering
dijumpai antara lain luka memar, luka babras, luka robek dengan tepi tidak rata,
serta patah tulang. Bagian tubuh yang paling banyak terkena adalah kepala dan
anggota gerak atas dan bawah. Luka-luka tersebut dapat menyebabkan dampak
kerusakan jaringan maupun organ bervariasi mulai dari ringan hingga berat, bahkan
lebih parah yaitu kematian. Sebab kematian terjadi karena kerusakan organ vital
atau perdarahan yang banyak.4
Dari uraian diatas, sangat penting untuk dilakukan penelitian tentang
gambaran lokasi perlukaan akibat kekerasan tumpul di RS.Bhayangkaea TK.I
R.Said Sukanto belum ada data pasti mengenai gambaran pola perlukaan yang
disebabkan oleh kekerasan tajam pada tahun 2018.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Luka


Luka merupakan gangguan dari kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh
suatu energi mekanik eksterna. Terminologi cedera digunakan sebagai sinonim dari
kata luka, bahkan dapat memberikan maksud yang lebih luas dan tidak hanya
membahas kerusakan yang diakibatkan oleh energi fisik tapi juga kerusakan lain
yang diakibatkan oleh panas, dingin, bahan kimiawi, listrik dan radiasi. Sedangkan
terminology lesi awalnya bermaksud cedera namun digunakan untuk
mendeskripsikan suatu cedera, penyakit maupun degenerasi lokal pada jaringan
yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi atau struktur. Oleh karena itu,
penggunaan kata cedera atau luka merujuk kepada kerusakan akibat dari penyebab
bukan alami, sementara kata lesi merujuk kepada suatu yang tidak dapat dipastikan
apakah disebabkan oleh penyebab alami atau tidak.1
Traumatologi berasal dari bahasa Yunani, yang berarti luka, adalah cabang
ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma, perlukaan, cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa), yang kelainannya terjadi
pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang
menimbulkan jejas. Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang
menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat
memberikan kejelasan dari permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan
yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka.5

2.2 Deskripsi Luka


Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi,
bentuk, ukuran, dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak perlu
dicantumkan dalam pendeskripsian luka. Untuk penulisan deskripsi luka jumlah,
lokasi, bentuk, ukuran tidak harus urut tetapi penulisan harus selalu ditulis diakhir
kalimat.
Deskripsi luka meliputi:
1. Jumlah luka

5
2. Lokasi luka, meliputi:
a. Lokasi berdasarkan region anatomi nya
b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian tertentu
dari tubuh
c. Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka pada
regio yang luas seperti di dada, perut, punggung. Koordinat tubuh dibagi
dengan menggunakan garis khayal yang membagi tubuh menjadi dua yaitu
kanan dan kiri, garis khayal mendatar yang melewati puting susu, garis khayal
mendatar yang melewati pusat, dan garis khayal mendatar yang melewati
ujung tumit. Pada kasus luka tembak harus selalu diukur jarak luka dari garis
khayal mendatar yang melewati kedua ujung tumit untuk kepentingan
rekonstruksi. Untuk luka di bagian punggung dapat dideskripsikan lokasinya
berdasarkan garis khayal yang menghubungkan ujung bawah tulang belikat
kanan dan kiri.
3. Bentuk luka, meliputi :
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk
panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.
5. Sifat-sifat luka, meliputi :
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi :
- Batas (tegas atau tidak tegas)
- Tepi (rata atau tidak rata)
- Sudut luka (runcing atau tumpul)
b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:
- Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)
- Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)
- Dasar luka
c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :
- Memar (ada atau tidak)
d. Lecet (ada atau tidak)
e. Tatoase (ada atau tidak).1

6
2.3 Klasifikasi Luka
Secara umum, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut
penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam dan luka tembak.4
a. Trauma Benda Tumpul
Luka trauma benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu alat atau
senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain
orang bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak. Luka akibat trauma
benda tumpul dibagi menjadi beberapa kategori yaitu luka lecet (abrasi), luka
memar (kontusio), dan luka robek (laserasi).
b. Trauma Benda Tajam
Luka trauma benda tajam merupakan putusnya atau rusaknya kontinuitas
jaringan karena trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung
runcing. Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus
dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan; tetapi pada umumnya karena
suatu peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri. Luka yang disebabkan oleh
beda yang berujung runjing dan bermata tajam dibagi menjadi beberapa kategori,
yaitu luka tusuk (stab wound), luka Iris (incised wound), luka bacok (chop wound).
c. Luka Tembak
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru atau
persentuhan peluru dengan tubuh. Termasuk dalam luka tembak adalah luka
penetrasi dan perforasi. Luka penetrasi terjadi bila anak peluru memasuki suatu
objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada luka perforasi anak peluru menembus
objek secara keseluruhan.

2.4 Trauma Benda Tumpul


Trauma beda tumpul adalah luka yang disebabkan karena persentuhan tubuh
dengan benda yang permukaannya tumpul. Benda tumpul yang sering
mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-
lain. Adapun definisi dari benda tumpul itu sendiri adalah :
- Tidak bermata tajam
- Konsistensi keras / kenyal
- Permukaan halus / kasar.1

7
Luka akibat trauma benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu benda
yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan orang bergerak
ke arah benda yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal kadang-kadang hal
ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang sulit dipastikan. Sekilas nampak sama
dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil
pada kedua mekanisme itu.4
Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat
dikenali, yang mengarah kepada kepentingan medikolegal. Pola trauma banyak
macamnya dan dapat bercerita pada pemeriksa medikolegal. Kadangkala sukar
dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa, namun karena pemeriksa cenderung
memeriksa area per area, dan gagal mengenali polanya. Foto korban dari depan
maupun belakang cukup berguna untuk menetukan pola trauma. Persiapan diagram
tubuh yang memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab trauma adalah latihan yang
yang baik untuk mengungkapkan pola trauma. 5
Contoh pola trauma:
a. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat terjadi
kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan menjadi fragmen-
fagmen kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi, kontusio, dan laserasi yang
berbentuk segiempat atau sudut.
b. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan fraktur
tulang panjang kaki. Hal ini disebut ‘bumper fractures’. Adanya fraktur tersebut
yang disertai luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di pinggir jalan,
memperlihatkan bahwa korban adalah pejalan kaki yang ditabrak oleh kendaraan
bermotor dan dapat diketahui tinggi bempernya. Karena hampir seluruh
kendaraan bermotor ‘nose dive’ ketika mengerem mendadak, pengukuran
ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak kaki, dapat mengindikasikan
usaha pengendara kendaraan bermotor untuk mengerem pada saat kecelakaan
terjadi.
c. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola
luka pada dan di bawah area ‘hat band’ dan biasanya terbatas pada satu sisi
wajah. Dengan adanya pola tersebut mengindikasikan jatuh sebagai penyebab,
bukan karena dipukul.

8
d. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang kepalan
tangan, luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari luar, namun
menimbulkan edem jaringan pada bagian dalam, tepat di depan gigi geligi.
Frenum pada bibir atas kadang rusak, terutama bila korban adalah bayi yang
sering mendapat pukulan pada kepala.
e. Kekerasan benda tumpul pada leher dapat berakibat patah tulang leher, robek
pembuluh darah, otot, oesophagus, trachea/larynx, dan kerusakan syaraf
f. Kekerasan benda tumpul pada dada dapat berakibat patah os costae, sternum,
scapula, clavicula, robek organ jantung, paru, pericardium
g. Kekerasan benda tumpul pada perut dapat berakibat patah os pubis, os sacrum,
symphysiolysis, luxatio sendi sacro iliaca, robek organ hepar, lien, ginjal.
Pankreas, adrenal, lambung, usus,v.urinari
h. Kekerasan benda tumpul pada vertebra dapat berakibat fraktura, dislokasi os
vertebrae
i. Kekerasan benda tumpul pada anggota gerak dapat berakibat patah tulang,
dislokasi sendi, robek otot, pembuluh darah, dan kerusakan saraf

2.5 Jenis Luka Akibat Trauma Benda Tumpul


Luka akibat trauma benda tumpul dapat berupa salah satu atau kombinasi
dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.
Derajat luka, perluasan luka, serta penampakan dari luka yang disebabkan oleh
trauma benda tumpul bergantung kepada:
- Kekuatan dari benda yang mengenai tubuh
- Waktu dari benda yang mengenai tubuh
- Bagian tubuh yang terkena
- Perluasan terhadap bagian tubuh yang terkena
- Jenis benda yang mengenai tubuh
Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan
kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan
berbagai tipe luka. Luka akibat trauma benda tumpul dibagi menurut beberapa
kategori. 4

9
a Luka Lecet (Abrasi)
Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya
pada lapisan kulit epidermis. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis
pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan
dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda
yang pertama adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah
hubungan kedalaman pada luka yang menandakan ketidakteraturan benda yang
mengenainya. 4
Karakteristik luka lecet :
- Sebagian/seluruh epitel hilang terbatas pada lapisan epidermis
- Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan permukaan kasar dan
tumpul
- Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta)
- Timbul reaksi radang (Sel PMN)
- Sembuh dalam 1-2 minggu dan biasanya pada penyembuhan tidak
meninggalkan jaringan parut
Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang
mengenainya. Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang.
Perkiraan kasar usia luka dapat ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang
digunakan untuk menentukan usia luka adalah saat ini (beberapa jam sebelum),
baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa hari), beberapa hari lau, lebih
dari benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi
pada abrasi yang luas. 1
Memperkirakan umur luka lecet:
- Hari ke 1 – 3 : warna coklat kemerahan
- Hari ke 4 – 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram
- Hari ke 7 – 14 : pembentukan epidermis baru
- Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap
Luka lecet juga harus dibedakan terjadinya, apakah ante mortem atau post
mortem. Berikut ini tabel yang menunjukkan perbedaan dari keduanya:

10
Tabel 1. Perbedaan Luka Lecet Ante Motem dan Post Mortem
ANTE MORTEM POST MORTEM
Coklat kemerahan Kekuningan
Terdapat sisa sisa-sisa epitel Epidermis terpisah sempurna dari dermis
Tanda intravital (+) Tanda intravital (-)
Sembarang tempat Pada daerah yang ada penonjolan tulang

Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan


sebagai luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (scrape), luka lecet tekan (impact
abrasion) dan luka lecet berbekas (patterned abrasion).
- Luka lecet gores (Scratch)
Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang menggores kulit)
yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya dan
mengakibatkan lapisan tersebut terangkat, sehingga dapat menunjukan arah
kekerasan yang terjadi.
- Luka lecet serut (Scraping)
Adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan
permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan di tentukan dengan melihat letak
tumpukan epitel.

Gambar 2.1 Bentuk dari abrasi dapat menandakan jenis permukaan yang
kontak dengan kulit.

11
- Luka lecet tekan (Impact abrasion)
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah
jaringan yang lentur maka, bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan
bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan
identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk yang khas, misalnya kisi-
kisi radiator mobil, jejas gigitan dan sebagainya. Gambaran luka lecet tekan yang
di temukan pada mayat adalah daerah kulit yang kaku dengan warna yang lebih
gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta
terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca kematian.

Gambar 2.2 Impact abrasion pada sisi kanan wajah.

b. Kontusio (Luka Memar)


Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat.
Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat
menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya.
Kontusio adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan
yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya pembuluh darah
kapiler akibat kekerasan benda tumpul. 4
Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada
daerah dimana jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada orang yang
lanjut usia, maka luka memar yang tampak seringkali tidaka sebanding dengan
kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas; dan adanya jaringan longgar tersebut

12
memungkinkan berpindahnya “memar” ke daerah yang lebih rendah, berdasarkan
gravitasi.
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai
bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah “perdarahan tepi”
(marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan,
dimana pada tempat yang terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan,
kendaraan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai
dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang berdekatan.Perubahan warna
pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun waktu tersebut
bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standar pasti
untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.
Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka memar superficial
(Superficial), Luka memar dalam (Deep), dan luka memar berbekas (Patterned/
imprint).
a. Luka memar superfisial
Luka memar superficial dapat terjadi secara segera, disebabkan oleh
akumulasi darah secara subkutan.
b. Luka memar dalam
Luka memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih dalam
dari lapisan kulit subkutan. Biasanya jenis luka ini memerlukan 1 sampai 2 hari
untuk dapat terlihat di permukaan kulit.
c. Luka memar berbekas
Luka memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada tubuh, biasanya
objek yang menekan tubuh meninggalkan bekas pada permukaan kulit. Pada mayat
waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan menentukan juga
karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan
pemeriksaan luka akan semakin membuat luka memar menjadi gelap. Pemeriksaan
mikroskopik adalah sarana yang dapat digunakan untuk menentukan waktu
terjadinya luka sebelum kematian. Namun sulit menentukan secara pasti karena hal
tersebut pun bergantung pada keahlian pemeriksa.

13
Gambar 2.3 Luka memar pada bagian dada kiri

Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya
penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif
sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang
kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang akan mengganggu
aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat menyebabkan ganggren
dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat media
berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan
aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga
kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang
dapat memproduksi gas gangrene. 1
Memperkirakan umur luka memar :
- Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan
- Hari ke 2 – 3 : warna biru kehitaman
- Hari ke 4 – 6 : biru kehijauan–coklat
- > 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuh
Lebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan luka
memar. Livor mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan pada area
mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh akumulasi darah oleh pembuluh darah kecil
secara gravitasi. Berikut ini perbedaan luka memar dengan lebam mayat: 4

Tabel 2. Perbedaan Luka Memar dan Lebam Mayat


LUKA MEMAR LEBAM MAYAT
Di sembarang tempat Bagian tubuh yang terendah

14
Pembengkakan (+) Pembengkakan (-)
Tanda Intravital (+) Tanda Intravital (-)
Ditekan tidak menghilang Ditekan Menghilang
Diiris : tidak menghilang Diiris : dibersihkan dengan kapas menjadi bersih

Luka memar atau kontusio juga dapar terjadi pada organ dan jaringan
dalam. Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang berbeda. Pada organ
vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan
fungsi dan bahkan kematian.
Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan
terjadi peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat
menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat
menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian. Kontusio dan perangan
yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi organ lain yang luas dan
kematian jika terkena pada bagian vital yang mengontrol pernapasan dan peredaran
darah.
Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu.
Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian
superfisial atau daerah abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya
pembuluh darah dengan terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan
adanya pembengkakan dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lingkaran
kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk cukup besar, edema otak
dapat menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak, koma, dan
kematian total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan
kontusio tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan menyebabkan
adanya fokus epilepsi.
Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan sempit
pada daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls dapat
menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti jantung. Kontusio luas yang
mengenai kerja otot jantung dapat menghambat pengosongan jantung dan
menyebabkan gagal jantung. Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur
organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.

15
Perlu dipertimbangkan lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan
dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan
dalam pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada trauma sepeti pada
kulit kepala, kranium, dan otak. Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan
berat seperti palu atau botol bir, hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu
abrasi, kontusio, dan laserasi dari kulit kepala. Kranium dapat patah atau tidak. Jika
jaringan dibawahnya terkena, hal ini disebut coup. Hal ini terjadi saat kepala relatif
tidak bergerak. Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala
yang bergerak mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan
pada kulit kepala dan pada kranium dapat serupa dengan apa yang ditemukan pada
benda yang bergerak-kepala yang diam. Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada
tempat trauma melainkan pada sisi yang berlawanan. Hal ini disebut kontusio
contra-coup.
Pada pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena
foto dari semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat
sesuai dengan demontrasi yang ada, diagram dapat menjelaskan hubungan trauma
yang terjadi. Kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja
kepala yang diam dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau
mengenai benda keras lainnya, sehingga gambaran yang ada akan tercampur,
membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan mendetail.
Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai
daerah putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan
kecil atau besar. Perdarahan kecil dinamakan “ball haemorrhages” sesuai dengan
bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang
disebabkan hipertensi. Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk
ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke. Anamnesis
yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma
kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus
lain yang menyebabkan perdarahan.
Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma
biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam. Tempat predileksinya
adalah ganglia basal, pons, dan serebelum. Perdahan tersebut berhubungan dengan

16
malformasi arteri vena. Biasanya mengenai orang yang lebih muda dan tidak
mempunyai riwayat hipertensi. Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai
trauma kepala. Manifestasi eksternal yang dapat ditemui adalah “ foam cone” busa
berwarna putih atau merah muda pada mulut dan hidung. Hal tersebut dapat ditemui
pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang didahului
dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya trauma
kepala.

c. Laserasi (Luka robek)


Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan
kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa,
permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit
yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya
runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit
dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi
ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian
yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi. 4
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan
dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan, tepi
luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh
benda tajam. 5

Gambar . Luka robek dengan terdapatnya jembatan jaringan

17
Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang
paling rusak dan tepi laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi
laserasi yang terdapat memar juga menunjukkan arah awal kekerasan.
Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab
kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang
berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi
karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau laserasi yang berbentuk
semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya berbeda
dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan “swallow tails”. Beberapa benda
dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.
Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut,
perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu
pembekuan dari darah, yang berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke
sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah yang bercampur dengan bekuan
dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar atau krusta. Jaringan parut
pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi saluran luka.
Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan
selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat,
rambut dan struktur lain.
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak
seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari,
dan lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan
ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa
adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi
terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis
dapat menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan
kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan
kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka
masuk ke dalam jaringan. Port d entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya
penyembuhan luka yang sempurna.

18
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada
saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat
menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan
bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada
paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari
tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan
limpa. Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit
yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat
menyebabkan perdarahan hebat. 1

d. Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi


Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama
dapat menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan
selanjutnya dan lecet pada pukulan selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka tersebut
dapat terjadi bersamaan pada satu pukulan.
Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat
dibedakan dengan luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari sifat-
sifatnya serta hubungan dengan jaringan sekitar luka. Luka robek mempunyai tepi
yang tidak teratur, terdapat jembatan-jembatan jaringan yang menghubungkan
kedua tepi luka, akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di
daerah yang berambut, di sekitar luka robek sering tampak adanya luka lecet atau
luka memar. Oleh karena luka pada umumnya mendatangkan rasa nyeri yang hebat
dan lambat mendatangkan kematian, maka jarang dijumpai kasus bunuh diri dengan
membuat luka terbuka dengan benda tumpul mengenai tubuh korban. 4

2.6 Aspek Medikolegal Luka

Luka Dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana


Dalam KUHP dikenal luka akibat kelalaian atau karena yang disengaja.
Luka yang terjadi ini disebut Kejahatan Terhadap Tubuh atau Misdrijven Tegen
Het Lijf. Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu kejahatan doleuse
(yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose (yang dilakukan karena
kelalaian atau kejahatan). Jenis kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur

19
dalam Bab XX, pasal 351 sampai dengan 358. Jenis kejahatan yang disebabkan
karena kelalaina diatur dalam pasal 359, 360, dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal
tersebut dijumpai kata-kata “mati, menjadi sakit sementar, atau tidak dapat
menjalankan pekerjaan sementara” yang tidak disebabkan secara langsung oleh
terdakwa, akan tetapi karena ‘salahnya’ diartikan sebagai kurang hati-hati, lalai,
lupa, dan amat kurang perhatian. 3
Pasal 361 KUHP menambah hukuman nya sepertiga lagi jika kejahatan ini
dilakukan dalam suatu jabatan atau pekerjaan. Pasal ini dapat dikenakan pada
dokter, bidan, apoteker, supir, masinis kereta api dan lain-lain. Dalam pasal-pasal
tersebut tercantum istilah penganiayaan dan merampas dengan sengaja jiwa orang
lain, suatu istilah hukum semata-mata dan tidak dikenal dalam istilah medis. 3
Yang dikatakan luka berat pada tubuh pada pasal 90 KUHP adalah penyakit
atau luka yang tidak bisa diharapkan akan sembuh lagi dengan sempurna atau yang
dapat mendatangkan bahaya maut, terus-menerus tidak cakap lagi dalam memakai
salah satu panca indera, lumpuh, berubah pikiran atau akal lebih dari empat minggu
lamanya, menggugurkan atau memnbunuh anak dari kandungan ibu. 3
Disinilah dokter berperan bear sebagai saksi ahli di depan pengadilan.
Hakim akan mendengarkan keterangan spesialis kedokteran forensik maupun ahli
lain nya (setiap dokter) dalam tiap kejadian secara kasus demi kasus.

VeR Dalam KUHP


Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak hukum
dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban perlukaan. Dokter
sebaiknya dapat menyelesaikan permasalahan mengenai :
- Jenis luka apa yang ditemui
- Jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka dan
- Bagaimana kualifikasi dari luka itu
Sebagai seorang dokter, ia tidak mengenal istilah penganiayaan. Jadi istilah
penganiayaan tidak boleh dimunculkan dalam Visum et Repertum. Akan tetapi
sebaiknya dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apapun. Sebagai misalnya
luka lecet yang satu-dua hari akan sembuh sendiri secara sempurna dan tidak
mempunyai arti medis, tetapi sebaliknya dari kaca mata hukum.

20
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana tidak dijumpai istilah
Visum et Repertum. Pasal 133 KUHAP memakai istilah “surat keterangan ahli”
yang dibuat oleh spesialis kedokteran forensik atau “surat keterangan” bila dibuat
oleh dokter umum atau dokter spesialis lainnya, adalah identik dengan Visum et
Repertum.
Profesionalisme seorang dokter dapat dimunculkan pada kesimpulan Visum
et Repertum yang dapat menjadi pertimbangan pihak penegak hukum.
Ada empat kualifikasi (derajat) yang dapat dipilih dokter :
1. Orang yang bersangkutan tidak menjadi saksi atau mendapat halangan dalam
melakukan pekerjaan atau jabatan.
2. Orang yang bersangkutan menjadi sakit tetapi tidak ada halangan untuk
melakukan pekerjaan atau jabatan.
3. Orang yang bersangkutan menjadi sakit dan berhalangan untuk melakukan
pekerjaan atau jabatannya.
4. Orang yang bersangkutan mengalami :
a. Penyakit atau luka yang tidak dapat diharapkan akan sembuh.
b. Dapat mendatangkan bahaya maut.
c. Tidak dapat menjalankan pekerjaan.
d. Tidak dapat memakai salah satu panca indera.
e. Terganggu pikiran lebih dari empat minggu.

2.7 Data Kekerasan Tumpul Pada Tahun 2018

Dari hasil penelitian terhadap rekam medis bagian Ilmu Kedokteran


Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I R.Said Sukanto pada tahun 2018
diketehaui bahwa selama periode antara bulan Januari 2018- Desember 2018
didapatkan 68 kasus kekerasan tumpul dengan pemeriksaan luar dan atau dalam.

Tabel. 1 Gambaran Distribusi Karakteristik Korban Berdasarkan Jenis Kelamin

Variable Jumlah Presentasi (%)

Jenis Kelamin

Laki-Laki 43 63%

21
Perempuan 25 37%

Jumlah 68 100%

Dari keseluruhan jumlah kasus kekerasan tumpul di bagian Ilmu


Kedokteran Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I R.Said Sukanto pada tahun
2018 di dapatkan 39 kasus dilakukan pemeriksaan luar dan 29 kasus di lakukan
pemeriksaan dalam.

Tabel. 2 Gambaran Distribusi Pemeriksaan Luar dan Dalam Berdasarkan Jenis


Kelamin

Laki-Laki Perempuan Jumlah

PL 30 9 39

PLPD 13 16 29

Jumlah 43 25 68

Pada pemeriksaan yang dilakukan di bagian Ilmu Kedokteran Forensik


Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I R.Said Sukanto pada tahun 2018 didapatkan bahwa
lokasi penyebab kematian terbanyak adalah luka daerah kepala.

Tabel 3. Gambaran Distribusi Lokasi Penyebab Kematian Berdasarkan Jenis


Kelamin

Lokasi Penyebab Kematian Laki-Laki Perempuan Jumlah

Kepala 29 16 45

Leher 1 6 7

Bahu 1 0 1

Dada 3 0 3

Punggung 2 0 2

Tidak Diketahui 7 3 10

22
Jumlah 43 25 68

23
BAB 3
PEMBAHASAN

4.1 Deskripisi Luka Akibat Benda Tumpul

Trauma benda tumpul adalah luka yang disebabkan karena persentuhan


tubuh dengan benda atau alat yang tidak bermata tajam, konsistensi keras atau
kenyal, dan permukaan halus atau kasar. Luka trauma benda tumpul dapat terjadi
karena dua sebab yaitu benda yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak
bergerak dan orang bergerak ke arah benda yang tidak bergerak. Luka akibat trauma
benda tumpul dibagi menjadi beberapa kategori yaitu luka lecet (abrasi), luka
memar (kontusio), dan luka robek (laserasi). 4
Cara mendeskripsikan luka akibat benda tumpul sama dengan desktipsi luka
secara umum. Dalam mendeskripsikan luka harus mencakup jumlah, lokasi, bentuk,
ukuran, dan sifat luka. Jumlah luka tunggal atau multipel; lokasi luka yang meliputi
lokasi berdasarkan regio anatomi, garis koordinat atau bagian-bagian tertentu dari
tubuh; bentuk luka yang meliputi bentuk sebelum dan sesudah dirapatkan; ukuran
luka ditulis dalam bentuk panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau
millimeter; sifat-sifat luka yang meliputi batas (tegas atau tidak tegas), tepi (rata
atau tidak rata), sudut luka (runcing atau tumpul), ada atau tidak nya jembatan
jaringan, dasar luka, dan daerah di sekitar garis batas luka. Untuk luka tertutup tidak
perlu dideskripsikan sifat nya. 1
Cara kejadian trauma benda tumpul lebih sering disebabkan karena
kecelakaan atau penganiayaan, jarang karena bunuh diri. Jenis luka yang
ditimbulkan akibat trauma benda tumpul yang sering dijumpai dalam kasus
kecelakaan lalu lintas antara lain luka memar, luka babras, luka robek dengan tepi
tidak rata, serta patah tulang. Bagian tubuh yang paling banyak terkena adalah
kepala dan anggota gerak atas dan bawah.

4.2 Sebab Kematian Akibat Trauma Benda Tumpul

Luka akibat trauma benda tumpul dapat berupa salah satu atau kombinasi
dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan. Derajat luka,
perluasan luka, serta penampakan dari luka yang disebabkan oleh trauma benda

24
tumpul bergantung kepada kekuatan dari benda yang mengenai tubuh, waktu dari
benda yang mengenai tubuh, bagian tubuh yang terkena, perluasan terhadap bagian
tubuh yang terkena, jenis benda yang mengenai tubuh. Organ atau jaringan pada
tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek atau
alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka. Luka-luka tersebut dapat
menyebabkan dampak kerusakan jaringan maupun organ bervariasi mulai dari
ringan hingga berat, bahkan lebih parah yaitu kematian. 4
Sebab kematian akibat trauma benda tumpul terjadi karena kerusakan organ
vital atau perdarahan yang banyak. Pada organ vital seperti jantung dan otak jika
terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan kematian.
Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan
terjadi peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat
menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat
menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian. Kontusio dan perangan
yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi organ lain yang luas dan
kematian jika terkena pada bagian vital yang mengontrol pernapasan dan peredaran
darah.
Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan sempit
pada daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls dapat
menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti jantung. Kontusio luas yang
mengenai kerja otot jantung dapat menghambat pengosongan jantung dan
menyebabkan gagal jantung. Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur
organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.
Selain kontusio, sebab kematian lain nya adalah luka laserasi yang dapat
menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya robekan arteri
dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus.
Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat
menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan
kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan
kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka
masuk ke dalam jaringan. Port d entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya
penyembuhan luka yang sempurna. Bila luka terjadi dekat persendian maka akan

25
terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi
tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang
terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan
emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada
organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung,
aorta, hati dan limpa. Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan
yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang
dapat menyebabkan perdarahan hebat. 1

4.3 Aspek Medikolegal Korban Mati Akibat Tauma Benda Tumpul

Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak hukum


dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban perlukaan. Dokter
sebaiknya dapat menyelesaikan permasalahan mengenai :
- Jenis luka apa yang ditemui
- Jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka dan
- Bagaimana kualifikasi dari luka itu 1
Sebaiknya dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apapun karena akan
berarti dalam proses hukum. Berikut ini beberapa contoh kepentingan luka akibat
trauma benda tumpul dalam aspek medikolegal:
Luka Lecet
Meskipun kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet
mempunyai arti penting di dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman, oleh karena dari
luka tersebut dapat memberikan banyak hal, misalnya:
1. Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam tubuh,
seperti hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa, yang dari pemeriksaan luar
hanya tampak adanya luka lecet di daerah yang sesuai dengan alat-alat dalam
tersebut.
2. Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul yang
menyebabkan:
a. Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan, akan tampak
sebagai suatu luka lecet yang berwarna merah-coklat, perabaan seperti
perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat penjerat dan memberikan

26
gambaran/cetakan yang sesuai dengan bentuk permukaan dari alat penjerat,
seperti jalianan tambang atau jalinan ikat pinggang. Luka lecet tekan dalam
kasus penjeratan sering juga dinamakan “jejas jerat”, khususnya bila alat
penjerat masih tetap berada pada leher korban.
b. Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh ban
kendaraan, maka luka lecet tekan yang terdapat pada tubuh korban seringkali
merupakan cetakan dari ban kendaraan tersebut, khususnya bila ban masih
dalam keadaan yang cukup baik, dimana “kembang” dari ban tersebut masih
tampak jelas, misalnya berbentuk zig-zag yang sejajar. Dengan demikian di
dalam kasus tabrak lari, informasi dari sifat-sifat luka yang terdapat pada
tubuh korban sangat bermanfaat di dalam penyidikan.
c. Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata menempel pada tubuh
korban, akan memberikan gambaran kelainan yang khas yaitu dengan adanya
“jejas laras”, yang tidak lain merupakan luka lecet tekan. Bentuk dari jejas
laras tersebut dapat memberikan informasi perkiraan dari bentuk moncong
senjata yang dipakai untuk menewaskan korban.
d. Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual strangulation), atau yang
lebih dikenal dengan istilah pencekikan, maka kuku jari pembunuh dapat
menimbulkan luka lecet yang berbentuk garis lengkung atau bulan sabit;
dimana dari arah serta lokasi luka tersebut dapat diperkirakan apakah
pencekikan tersebut dilakukan dengan tangan kanan, tangan kiri atau
keduanya. Di dalam penafsiran perlu hati-hati khususnya bila pada leher
korban selain didapatkan luka lecet seperti tadi dijumpai pula alat penjerat;
dalam kasus seperti ini pemeriksaan arah lengkungan serta ada tidaknya
kuku-kuku yang panjang pada jari-jari korban dapat memberikan kejelasan
apakah kasus yang dihadapi itu merupakan kasus bunuh.
e. Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban bersentuhan dengan
radiator, maka dapat ditemukan luka lecet tekan yang merupakan cetakan dari
bentuk radiator penabrak.
3. Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat dimana kulit ari
yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi luka; bila pengumpulan tersebut
terdapat di sebelah kanan maka arah kekerasan yang mengenai tubuh korban

27
adalah dari arah kiri ke kanan. Di dalam kasus-kasus pembunuhan dimana tubuh
korban diseret maka akan dijumpai pengumpulan kulit ari yang terlepas yang
mendekati ke arah tangan, bila tangan korban dipegang; dan akan mendekati ke
arah kaki bila kaki korban yang dipegang sewaktu korban diseret.

Luka Memar
Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada
daerah dimana jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada orang yang
lanjut usia, maka luka memar yang tampak seringkali tidak sebanding dengan
kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas; dan adanya jaringan longgar tersebut
memungkinkan berpindahnya “memar” ke daerah yang lebih rendah, berdasarkan
gravitasi.
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai
bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah “perdarahan tepi”
(marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan,
dimana pada tempat yang terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan,
kendaraan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai
dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang berdekatan. Perubahan warna
pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun waktu tersebut
bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standar pasti
untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.
Perlu dipertimbangkan lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan
dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan
dalam pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada trauma sepeti pada
kulit kepala, kranium, dan otak. Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan
berat seperti palu atau botol bir, hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu
abrasi, kontusio, dan laserasi dari kulit kepala. Kranium dapat patah atau tidak. Jika
jaringan dibawahnya terkena, hal ini disebut coup. Hal ini terjadi saat kepala relatif
tidak bergerak. Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala
yang bergerak mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan
pada kulit kepala dan pada kranium dapat serupa dengan apa yang ditemukan pada
benda yang bergerak-kepala yang diam. Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada

28
tempat trauma melainkan pada sisi yang berlawanan. Hal ini disebut kontusio
contra-coup.
Pada pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena
foto dari semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat
sesuai dengan demontrasi yang ada, diagram dapat menjelaskan hubungan trauma
yang terjadi. Kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja
kepala yang diam dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau
mengenai benda keras lainnya, sehingga gambaran yang ada akan tercampur,
membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan mendetail.
Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai
daerah putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan
kecil atau besar. Perdarahan kecil dinamakan “ball haemorrhages” sesuai dengan
bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang
disebabkan hipertensi. Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk
ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke. Anamnesis
yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma
kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus
lain yang menyebabkan perdarahan.

Luka Robek
Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak
begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan
kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi dapat menunjukkan
arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi laserasi yang landai
menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar juga
menunjukkan arah awal kekerasan.
Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab
kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang
berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi
karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau laserasi yang berbentuk
semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya berbeda
dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan “swallow tails”. Beberapa benda
dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.

29
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak
seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari,
dan lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan
dengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan (Idries, 2008).

30
Daftar Pustaka

1. Idries, A. M. 2008. Sistematik Pemeriksaan Ilmu Kedokteran Forensik Khusus


Pada Korban Perlukaan. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses
Penyidikan, Bab 7, hal. 133-143. Jakarta: Sagung Seto
2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et
al. Teknik autopsi forensik. Jakarta. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2004.
3. Satyo, A. C. 2006. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah
Kedokteran Nusantara, vol. 39, no. 4, pp. 430-433
4. Vincent J. D. dan Dominick, D. 2001. Blunt Trauma Wounds. Forensic
Pathology Second Edition, Chapter 4, pp. 1-26
5. Shkrum, M. J. dan Ramsay, D. A. 2007. Blunt Trauma. Forensic Pathology of
Trauma, Chapter 8, pp. 405-518

31
Data Korban Kekerasan Tumpul Dugaan Aniaya yang Menyebabkan Kematian pada Pasien di Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I
R. Said Sukanto Tahun 2018

No Nama Usia JK Nomer Registrasi Nomer VER Tanggal PL/PD Sebab Mati
1 Sulaeman Ohorella 38 tahun L 377/I/2018/ML R/173/VER/II/2018/Rs. Bhay. TK I 30 Januari 2018 PL Kepala
2 Erlangga 13 tahun L 161/I/2018/EKHSUM R/72/VER/I/2018/Rs. Bhay. TK I 17 Januari 2018 EKHSUM Kepala
3 Kartini Pangemanan 70 tahun P 332/I/2018/MD R/160/VER/II/2018/ Rs. Bhay. TK I 27 Januari 2018 PLPD Kepala
4 Rian Ananda 24 tahun L 244/I/2018/ML R/141/VER/I/2018/Rs. Bhay. TK I 19 Januari 2018 PLPD Kepala
5 Ibrahim alias Boim 31 tahun L 142/I/2018/MD R/186/VER/II/2018/Rs. Bhay. TK I 10 Januari 2018 PL Kepala
6 Desta Juwingga 24 tahun L 121/I/2018/ML R/424/VER/IV/2018/Rs. Bhay. TK I 8 Januari 2018 PL -
7 Denny Alamsyah 21 tahun L 168/II/2018/ML R/221/VER/II/2018/Rs. Bhay. TK I 13 Februari PLPD Kepala
8 Sahrun 23 tahun L 361/II/2018/ML R/872/VER/VII/2018/Rs. Bhay. TK I 28 Februari PL -
9 Yeni 37 tahun P 342/II/2018/ML R/402/VER/VI/2018/Rs. Bhay. TK I 26 Februari PL -
10 Winda Wulansari 2 tahun P 049/II/2018/ML R/219/VER/II/2018/Rs. Bhay. TK I 4 Februari PLPD Kepala
11 Yun Siska Rochani 29 tahun P 211/III/2018/ML R/445/VER/IV/2018/Rs. Bhay. TK I 18 Maret PLPD Leher
12 Daffa 10 tahun L 122/III/2018/ML R/460/VER/IV/2018/Rs. Bhay. TK I 10 Maret PL -
13 Lely Lismawati 38 tahun P 003/III/2018/ML R/421/VER/IV/2018/Rs. Bhay. TK I 1 Maret PLPD Kepala
14 Fujiwara Takeyuki 33 tahun P 338/III/2018/ML R/536/VER/V/2018/Rs. Bhay. TK I 27 Maret PL -
15 Hasan Basrie 32 tahun L 033/IV/2018/ML R/469/VER/IV/2018/Rs. Bhay. TK I 02-Apr PL -
16 Wahyu 31 tahun P 099/IV/2018/ML R/479/VER/IV/2018/Rs. Bhay. TK I 06-Apr PLPD Kepala
17 Budhi Heryadi 54 tahun P 109/IV/2018/ML R/537/VER/V/2018/Rs. Bhay. TK I 07-Apr PL -
18 Nancy Viviane 48 tahun P 123/IV/2018/MD R/525/VER/IV/2018/Rs. Bhay. TK I 08-Apr PL Kepala

32
19 Suwaji 46 tahun P 162/IV/2018/ML R/935/VER/VII/2018/Rs. Bhay. TK I 11-Apr PL Kepala
20 Solihin 36 tahun L 200/IV/2018/MD R/552/VER/V/2018/Rs. Bhay. TK I 13-Apr PL -
21 Fajar Indra Wiyarto 20 tahun L 186/IV/2018/ML R/571/VER/V/2018/Rs. Bhay. TK I 12-Apr PL Kepala
22 Dheky Parnarindha 31 tahun L 283/IV/2018/ML R/555/VER/V/2018/Rs. Bhay. TK I 19-Apr PLPD Kepala
23 Surya Bin Saan 38 tahun L 382/IV/2018/ML R/686/VER/VI/2018/Rs. Bhay. TK I 27-Apr PL Kepala
24 Gustia Wulandari 20 tahun P 357/IV/2018/ML R/611/VER/V/2018/Rs. Bhay. TK I 24-Apr PLPD Kepala
25 Dedih 29 tahun L 024/V/2018/ML R/751/VER/VI2018/Rs. Bhay. TK I 3 Mei 2018 PL Kepala
26 Jeanne Setyadi 78 tahun P 441/V/18/ML R/793/VER/VII/2018/Rs. Bhay. TK I 27 Mei 2018 PLPD Kepala
27 Bani 37 tahun L 460/V/2018/ML R/766/VER/VI/2018/Rs. Bhay. TK I 29 Mei 2018 PLPD Kepala
28 Metriyana 22 tahun P 463/V/2018/ML R/963/VER/VII/2018/Rs. Bhay. TK I 29 Mei 2018 PL Kepala
29 Sadam 70 tahun L 483/V/2018/ML R/794/VER/VII/2018/Rs. Bhay. TK I 31 Mei 2018 PLPD Leher
30 Hanati 65 tahun P 484/V/2018/ML R/484/Sk.B/V/2018/IKF 31 Mei 2018 PLPD Leher
31 Fatimah Azzahra 3 tahun P 230/V/2018/ML R/809/VER/VII/2018/Rs. Bhay. TK I 13 Mei 2018 PLPD Kepala
32 Bayi Mrs. X 3 hari P 104/V/2018/ML R/699/VER/VI/2018/Rs. Bhay. TK I 7 Mei 2018 PLPD Kepala
33 Idris 45 tahun L 280/V/2018/ML R/770/VER/VI/2018/Rs. Bhay. TK I 16 Mei 2018 PL
34 Oky Prasetyo 16 tahun L 114/VI/2018/ML R/760/VER/VI/2018/Rs. Bhay. TK I 10 Juni 2018 PL Kepala
35 Tomi 45 tahun L 113/VI/2018/ML R/868/VER/VII/2018/Rs. Bhay. TK I 10 Juni 2018 PL Bahu
36 Kosim 39 tahun L 054/VI/2018/ML R/800/VER/VII/2018/Rs. Bhay. TK I 5 Juni 2018 PL Kepala
37 Raka Jari Yanto 21 tahun L 048/VI/2018/ML R/797/VER/VII/2018/Rs. Bhay. TK I 5 Juni 2018 PL Punggung
38 Asih Sukarsih 32 tahun P 326/VI/2018/ML R/863/VER/VII/2018/Rs. Bhay. TK I 7 Juni 2018 PLPD Kepala
39 Feni Anissa 30 tahun P 045/VI/2018/ML R/795/VER/VII/2018/Rs. Bhay. TK I 5 Juni 2018 PL Kepala
40 Ucub 28 tahun L 035/VI/2018/ML R/498/VER/VII/2018/Rs. Bhay. TK I 4 Juni 2018 PL Kepala
41 Casrina 21 tahun P 006/VII/2018/ML R/897/VER/VII/2018/Rs. Bhay. TK I 1 Juli 2018 PLPD Leher
42 Muhammad Husni Sugandi 22 tahun L 288/VII/2018/ML R/1029/VER/VIII/2018/Rs. Bhay. TK I 21 Juli 2018 PL Dada
43 Samuel Hasudungan 17 tahun L 113/VII/2018/ML R/985/VER/VIII/2018/Rs. Bhay. TK I 8 Juli 2018 PL Dada

33
44 Robi Setiawan Bin Minggu 31 tahun L 016/VII/2018/ML R/895/VER/VII/2018/Rs. Bhay. TK I 2 Juli 2018 PL Punggung
45 Nurcahyanto Budiman 41 tahun L 289/VII/2018/ML R/10094/VER/VIII/2018/Rs. Bhay. TK I 21 Juli 2018 PL Kepala
46 Saripah 34 tahun P 387/VII/2018/ML R/1109/VER/IX/2018/Rs. Bhay. TK I 26 Juli 2018 PLPD Leher
47 Dedi Mulyana 35 tahun L 365/VII/2018/ML R/1139/VER/IX/2018Rs. Bhay. TK I 24 Juli 2018 PL Kepala
48 Rizky Irwansyah 21 tahun L 421/VII/2018/ML R/1041/VER/VIII/2018/Rs. Bhay. TK I 29 Juli 2018 PLPD Kepala
49 Kiwang 51 tahun L 446/VII/2018/ML R/1023/VER/VIII/2018/Rs. Bhay. TK I 30 Juli 2018 PL Dada
50 Aqila Gustina Pratiwi 2 tahun P 366/VIII/2018/ML R/296/SK.B/VIII/2018/IKF 26 Agustus 2018 PLPD Kepala
51 Rani Salfia 47 tahun P 146/VIII/2018/ML R/146/VER/VIII/2018/Rs. Bhay. TK I 11 Agustus 2018 PL Kepala
52 Risma Sitinjak 30 tahun P 160/VIII/2018/ML R/1088/VER/VIII/2018/Rs. Bhay. TK I 12 Agustus 2018 PLPD Leher
53 Fredy hidayat 44 tahun L 099/IX/2018/MD R/1306/VER/IX/2018/Rs. Bhay. TK I 08-Sep-18 PL Kepala
54 Lukman Hakim 24 tahun L 386/IX/2018/ML R/1289/VER/X/2018/Rs. Bhay. TK I 29-Sep-18 PLPD Kepala
55 Nasion andi 56 tahun L 134/IX/2018/ML R/1214/VER/IX/2018/Rs. Bhay. TK I 24-Sep-18 PLPD Kepala
56 Urip kusnadi 30 tahun L 314/IX/2018/ML R/1243/VER/X/2018/Rs. Bhay. TK I 23-Sep-18 PLPD Kepala
57 Ricky 15 tahun L 278/IX/2018/ML R/1298/VER/X/2018/Rs. Bhay. TK I 21-Sep-18 PLPD Kepala
58 Hamzah ramadhan lubis 31 tahun L SF204/X/2018/ML R/1319/VER/X/2018/Rs. Bhay. TK I 14 oktober 18 PL
59 Nur Hidayat 56 tahun L 380/X/2018/ML R/1451/VER/XII/2018/Rs. Bhay. TK I 26 oktober 18 PL Kepala
60 Hamdani 29 tahun L 358/X/2018/ML R/1449/VER/XII/2018/Rs. Bhay. TK I 24 oktober 18 PL Kepala
61 Asep 27 tahun L 055/X/2018/ML R/1280/VER/X/2018/Rs. Bhay. TK I 4 oktober 18 PLPD Kepala
62 Geovani rixel 16 tahun L 336/X/2018/MD R/1488/VER/XII/2018/Rs. Bhay. TK I 22 oktober 2018 PL Kepala
63 Dida hayuningtri 26 tahun P 320/XI/2018/ML R/1507/VER/XII/2018/Rs. Bhay. TK I 10-Nov PL Kepala
64 David riyanto 15 tahun L 469/XI/2018/ML R/1406/VER/XI/2018/Rs. Bhay. TK I 19-Nov PLPD Kepala
65 Sarah marisa p.n 8 tahun P 365/XI/2018/ML R/1469/VER/XII/2018/Rs. Bhay. TK I 13-Nov PLPD Leher
66 Sarbini - L 054/XI/2018/ML R/1454/VER/XII/2018/Rs. Bhay. TK I 03-Nov PL Kepala
67 Sandika prasetya 14 tahun L 049/XI/2018/ML - 02-Nov PL Kepala
68 TSP sitompul 65 tahun L 066/XII/2018/ML R/1490/VER/XII/2018/Rs. Bhay. TK I 5 desember PL Kepala

34

Anda mungkin juga menyukai