Anda di halaman 1dari 14

REFERAT DOKTER MUDA

TRAUMA TAJAM

DISUSUN OLEH
Jonathan Christianto Sutadji 012023143025
KELOMPOK DOKTER MUDA UNAIR KBK I
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
Periode 19 April - 2 Mei

Pembimbing
Saliyah, dr., Sp.FM

DEPARTEMEN / INSTALASI ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN


MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA / RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan karena anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat dengan judul “Trauma Tajam” dengan baik dan tepat waktu. Referat ini merupakan salah
satu tugas wajib untuk pendidikan dokter muda di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Dengan
terselesaikannya referat ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala bimbingan,
dukungan, dan bantuan dalam proses pembuatan referat kepada:

1. Dr. H. Ahmad Yudianto. dr., Sp.F(K), S.H., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga –
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
2. Saliyah, dr., Sp.FM selaku Koordinator Pendidikan Dokter Muda Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga –
RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan selaku dosen pembimbing dari referat ini.
3. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Semoga referat ini dapat menjadi tulisan yang bermanfaat dan menambah wawasan pada
bidang ilmu kedokteran forensik dan medikolegal bagi pembaca.

Surabaya, 25 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ...................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................3
2.1 Definisi .................................................................................................................................3
2.2 Ciri Luka ...............................................................................................................................3
2.3 Macam-macam Luka .............................................................................................................3
2.3.1 Luka Iris .............................................................................................................................3
2.3.2 Luka Bacok ........................................................................................................................4
2.3.3 Luka Tusuk ........................................................................................................................5
2.4 Cara Kematian Trauma Tajam ...............................................................................................7
2.4.1 Luka Iris .............................................................................................................................7
2.4.2 Luka Bacok ........................................................................................................................8
2.4.3 Luka Tusuk ........................................................................................................................8
2.5 Deskripsi Luka Terbuka Akibat Trauma Tajam .....................................................................9
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian akibat kekerasan tajam tidak umum terjadi dibandingkan dengan kematian akibat
kekerasan tumpul dan luka tembak. Cara kematian yang sering terjadi terkait dengan kekerasan
tajam adalah pembunuhan, diikuti dengan bunuh diri. Kejadian kecelakaan yang tidak disengaja
bisa terjadi walaupun relatif jarang (Putri & Kusuma, 2017).

Berdasarkan laporan Center for Disease Control di Amerika Serikat yang melibatkan
kematian akibat kekerasan yang terjadi di 16 negara bagian selama tahun 2006, kekerasan tajam
menyumbang 1,7% dari total 8.599 kasus bunuh diri dibandingkan dengan 3 kasus bunuh diri
teratas, antara lain akibat senjata api (51,3%), hanging/strangulation/suffocation (22,1%), dan
keracunan (18,4%). Selain itu pada 4.343 kasus pembunuhan, kekerasan tajam menyumbang
12,1% dibandingkan dengan 65,8% untuk senjata api dan 4,6% untuk kekerasan tumpul (Karch et
al., 2009).

Hal ini membuat semakin pentingnya Ilmu kedokteran Forensik, yaitu salah satu cabang
ilmu Kedokteran yang memberikan bantuan pada penyidik untuk mendapatkan salah satu alat
bukti baik untuk perkara pidana maupun perkara perdata. Pada beberapa kasus kematian akibat
benda tajam di lakukan otopsi untuk mengidentifikasi jenazah forensic (Karwur et al., 2019).
Berdasarkan data di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD dr. Soetomo selama
tahun 2016 (Januari - Desember 2016) didapatkan bahwa sebanyak 5% dari total semua kasus yang
dilakukan otopsi jenazah adalah kasus dengan kekerasan tajam (Putri & Kusuma, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari trauma tajam?
2. Bagaimana ciri luka akibat trauma benda tajam?
3. Apa saja macam-macam luka akibat benda tajam?
4. Bagaimana cara kematian dari trauma tajam?
5. Bagaimana cara menulis deskripsi luka akibat trauma tajam?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui ciri luka akibat trauma tajam
2. Mengetahui macam-macam luka akibat benda tajam
3. Mengetahui cara kematian dari truma tajam
4. Dapat menulis deskripsi luka akibat trauma tajam

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi dokter muda, referat ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman
terkait trauma tajam dalam dunia kedokteran forensik dan medikolegal.
2. Bagi dosen pembimbing, referat ini bermanfaat untuk mengevaluasi pemahaman dan
pengetahuan dokter muda terkait materi yang telah diajarkan.
3. Bagi departemen/instalasi, referat ini bermanfaat untuk menambah referensi karya tulis
mengenai trauma tajam dalam dunia kedokteran forensik dan medikolegal

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kekerasan tajam adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh
yang disebabkan oleh benda-benda tajam, seperti pisau, kapak, silet, dll (Karwur et al., 2019).
Sedangkan luka atau cedera adalah putusnya kontinuitas alami jaringan tubuh yang hidup (Reddy
& Murty, 2014).

2.2 Ciri Luka


Benda-benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, dapat
mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini. Gambaran umum luka yang diakibatkan oleh
trauma benda-benda tajam adalah:
1. Tepi dan dinding luka yang rata
2. Berbentuk garis
3. Tidak terdapat jembatan jaringan
4. Dasar luka berbentuk garis atau titik
(Budiyanto, 1997)

2.3 Macam-macam Luka


Luka akibat kekerasan tajam dapat berupa luka iris, luka tusuk, dan luka bacok. Jika
ditinjau dari aspek medikolegal pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat
kekerasan, dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan seperti jenis
luka yang terjadi, jenis kekerasan atau senjata yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka
(Nerchan et al., 2015).

2.3.1 Luka Iris


Luka iris adalah sayatan bersih melalui jaringan, biasanya kulit dan jaringan subkutan,
yang disebabkan oleh alat bertepi tajam. Lebar luka lebih besar daripada dalam lukanya.
Mekanisme terjadinya luka dihasilkan oleh tekanan dan gesekan terhadap jaringan oleh suatu
benda yang memiliki tepi tajam, seperti pisau, silet, pisau bedah, gunting, sabit, golok, pedang, dll.
Gaya disalurkan melalui area sempit sesuai dengan tepi potong pisau (Reddy & Murty, 2014).

3
Luka iris memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tepi luka: bersih, rata dan berbatas tegas. Tepinya bebas dari luka memar dan lecet. Memar
dan tepi yang tidak teratur dapat muncul jika menggunakan senjata yang berat dan tidak
terlalu tajam. Kedalaman luka tidak akan menunjukkan adanya jembatan jaringan.
2. Lebar: lebih besar dari ketebalan tepi senjata yang menyebabkannya karena retraksi
jaringan yang terbagi.
3. Panjang: lebih besar dari lebar dan kedalamannya, dan tidak ada hubungannya dengan
ujung tajam senjata, karena dapat ditarik ke jarak berapa pun.
4. Bentuk: berbentuk fusiform atau gelondong karena retraksi tepi yang relatif lebih banyak
di bagian tengah.
5. Pendarahan: perdarahan yang banyak sering menjadi ciri luka iris. Arteri yang 'robek' atau
'terputus total' akan mengeluarkan darah lebih bebas daripada yang terpotong, karena
ketidakmampuannya untuk berkontraksi atau menarik kembali.
6. Arah: lebih dalam di awal karena lebih banyak tekanan diberikan pada pisau pada titik ini.
Menjelang akhir sayatan luka menjadi semakin dangkal hingga akhirnya kulitnya saja yang
dipotong.
(Vij, 2011; Reddy & Murty, 2014)

2.3.2 Luka Bacok


Luka bacok merupakan luka dalam yang menganga yang disebabkan oleh ayunan dengan
tepi tajam dari senjata yang cukup berat, seperti kapak dan pedang. (Reddy & Murty, 2014). Luka
bacok memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tepi luka: pinggiran tajam dan mungkin menunjukkan sedikit abrasi dan memar dengan
kerusakan organ di bawahnya. Jika tepinya tumpul, tepi luka tidak rata dan ada memar.
2. Dimensi luka: sesuai dengan penampang bagian tembus pisau
3. Arah: biasanya ujung bawah kapak menyerang permukaan terlebih dahulu yang
menghasilkan luka yang lebih dalam daripada ujung atas. Ujung yang lebih dalam
menunjukkan posisi penyerang.
(Reddy & Murty, 2014)

4
Gambar 1. Luka tajam tipe pemotongan yang dihasilkan oleh kapak (Catanese, 2016)

2.3.3 Luka Tusuk


Luka tusuk adalah luka akibat gaya yang dihantarkan sepanjang sumbu panjang dari benda
berujung runcing ke kedalaman tubuh. Contoh benda berujung runcing tersebut adalah pisau,
belati, pedang, gunting, paku, jarum. tombak, dll. Alat penusuk yang paling umum adalah pisau
dapur, pisau sarung atau pisau lipat. Luka tusuk dapat terjadi dengan mendorong benda runcing
tersebut ke dalam tubuh, atau dari tubuh yang menekan atau jatuh terhadap benda tersebut (Reddy
& Murty, 2014).

Gambar 2. Luka tusuk. Luka di sebelah kiri memiliki satu sudut tumpul dan satu sudut lancip pada
panah yang lebih gelap (Dix, 2000)

5
Luka tusuk memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tepi luka: terpotong bersih, tidak ada luka memar, dan terinversi/terbalik. Tepi luka
mungkin terkelupas dan compang-camping jika ujung potong benda tumpul. Lecet dan
memar (tanda gagang) dapat dihasilkan oleh pelindung gagang yang mengenai kulit jika
mata pisau menembus penuh. Senjata yang dicurigai harus diperiksa untuk mengamati
kesesuaian bentuk lecet atau memar di sekitar luka dengan gagang senjata yang
bersangkutan.
2. Lebar: biasanya tidak mendekati ketebalan bilah senjata, sekali lagi karena celah tepi luka.
Lebar maksimum yang mungkin dari bilah pisau dapat ditentukan dengan perkiraan jika
tepi luka yang menganga disatukan.

Gambar 3. (A) Fenomena luka tusuk menganga; (B) Kebutuhan untuk mengukur panjang
luka tusuk setelah perkiraan tepi yang sesuai (Vij, 2011)
3. Panjang: sedikit lebih kecil dari lebar senjata yang dituju karena peregangan kulit, kecuali
jika senjata diguncang atau digerakkan ke lateral oleh korban atau penyerang sehingga
memperbesarnya. Untuk mengukur panjang luka tusuk, ujung-ujung luka harus disatukan.
4. Kedalaman: lebih besar dari lebar dan panjang luka luar. Kedalaman luka tusuk biasanya
sama dengan, atau kurang dari panjang pisau yang digunakan. Akan tetapi pada permukaan
yang lentur seperti dinding anterior abdomen, kedalaman luka mungkin lebih besar karena
kekuatan dari dorongan dapat menekan jaringan di bawahnya.

6
Gambar 4. Penilaian kedalaman penetrasi luka tusuk pada dinding anterior abdomen
(Reddy & Murty, 2014)
5. Bentuk: elips adalah bentuk yang paling umum, tetaoi bentuk lain dapat diamati seperti 'A'
atau 'V' atau 'Λ' atau beberapa mungkin berbentuk persegi atau berlian. Ukuran, bentuk dan
konfigurasi luka-luka ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti faktor senjata, korban
dan penyerang, dan jumlah kekuatan yang diperlukan untuk menimbulkan luka tusuk
tertentu.
6. Arah: Jika pisau menembus pada suatu sudut, luka akan memiliki tepi miring di satu sisi
dengan memotong)di sisi lainnya sehingga jaringan subkutan terlihat, yang menunjukkan
arah masuknya pisau.
(Vij, 2011; Reddy & Murty, 2014)

2.4 Cara Kematian Trauma Tajam

2.4.1 Luka Iris


Cara kematian dapat disebabkan karena bunuh diri, pembunuhan, dan kecelakaan. Luka
iris akibat bunuh diri biasanya ditemukan pada ekstremitas seperti pada permukaan fleksor
pergelangan tangan, sisi luar lengan kiri, dan lengan bawah, sisi depan dan luar paha, serta bagian
depan perut dan dada. Seseorang yang melakukan bunuh diri biasanya mengekspos bagian tubuh
yang akan diinsisi, misal dia menarik kemejanya sebelum memotong dada atau perutnya atau

7
mungkin membuka kerahnya sebelum memotong tenggorokannya. Sedangkan luka iris akibat
pembunuhan biasanya multipel dan dapat terjadi di bagian tubuh mana pun, seperti terletak di
punggung atau pada posisi yang tidak mudah dijangkau. Luka iris yang tidak disengaja dapat
terjadi dan biasanya tidak terlalu parah yang biasanya terjadi di rumah, khususnya dapur, atau
tempat kerja (Vij, 2011; Reddy & Murty, 2014).

Gambar 5. Beberapa luka percobaan dan luka yang dalam pada bunuh diri ini. Penyebab
kematiannya karena pemotongan leher (Dix, 2000)

2.4.2 Luka Bacok


Sebagian besar luka ini diakibatkan pembunuhan. Luka bacok biasanya terjadi pada bagian
tubuh yang terlihat seperti kepala, wajah, leher, bahu, dan ekstremitas. Selain itu, luka yang
diakibatkan karena ketidaksengajaan juga bisa terjadi seperti oleh kipas angin, baling-baling kapal
atau pesawat yang dapat mengoyak jaringan lunak secara ekstensif atau mengamputasi bagian
tubuh. Luka akibat bunuh diri sangat jarang terjadi (Reddy & Murty, 2014).

2.4.3 Luka Tusuk


Cara kematian dapat disebabkan karena bunuh diri, pembunuhan, dan kecelakaan. Luka
tusuk yang disebabkan bunuh diri ditemukan di area tubuh yang dapat dijangkau, umumnya pada
dada di atas daerah jantung. Dalam bunuh diri, tidak ada potongan yang sesuai pada pakaian di
bagian tubuh yang biasanya ditutupi oleh pakaian karena orang yang melakukan bunuh diri
membuka pakaiannya terlebih dahulu. Sedangkan luka tusuk akibat pembunuhan terutama
ditemukan di area yang tidak dapat diakses. Lukanya banyak, tersebar luas dan menembus dalam,
melibatkan dada dan perut. Jika ada pergulatan, mungkin ada sejumlah luka, terkadang dikaitkan

8
dengan luka pertahanan di tangan. Luka yang tidak disengaja jarang terjadi, bisa disebabkan oleh
terjatuhnya benda tajam yang menonjol seperti kaca, paku, dll (Reddy & Murty, 2014).

Gambar 6. Beberapa contoh luka tipe pertahanan dari individu yang mencoba menangkal serangan
dari penyerang yang menggunakan pisau (Catanese, 2016)

2.5 Deskripsi Luka Terbuka Akibat Trauma Tajam


 Memeriksa tepi luka
 Memeriksa dasar luka, dan menyebutkan apakah sampai jaringan bawah kulit, otot, tulang,
atau menembus rongga tubuh
 Memeriksa kedua ujung luka apakah lancip atau tumpul
 Pada daerah yang berambut dapat dilihat adanya akar rambut yang terpotong
 Menentukan ukuran luka terbuka tepi tidak rata dengan merapatkan kedua tepinya dan
mengukur panjang luka
 Contoh: “Pada … terdapat luka terbuka tepi rata, kedua sudut lancip, dasar otot, yang bila
dirapatkan membentuk garis sepanjang lima sentimeter” (Safitry, 2013).

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kekerasan tajam adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh
yang disebabkan oleh benda-benda tajam. Gambaran umum luka yang diakibatkan oleh trauma
benda-benda tajam adalah tepi dan dinding luka yang rata, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan
jaringan, dan dasar luka berbentuk garis atau titik. Luka akibat kekerasan tajam dapat berupa luka
iris, luka tusuk, dan luka bacok yang memiliki ciri-ciri luka tersendiri. Sedangkan cara kematian
trauma tajam dapat disebabkan karena bunuh diri, pembunuhan, dan kecelakaan yang dapat
dibedakan berdasarkan temuan-temuan yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.2 Saran
Referat ini dapat memberikan informasi mengenai trauma akibat benda tajam dan dapat
digunakan sebagai bahan referensi untuk studi selanjutnya. Selain itu, dokter umum juga perlu
mengetahui ciri-ciri luka trauma tajam, macam-macamnya, cara kematian, dan deskripsi luka
trauma tajam sehingga bisa melakukan pemeriksaan dan menuliskan visum et repertum dengan
benar.

10
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto A, et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama, cetakan kedua. Jakarta :
Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia.

Catanese, C. 2016. Color Atlas Of Forensic Medicine And Pathology Second Edition. CRC Press
Taylor & Francis Group

Dix, J. 2000. Color Atlas of Forensic Pathology. CRC Press LLC

Karch, DL, Dahlberg, LL, Patel, N, Davis, TW, Logan, JE, Hill, HA, Ortega, LV. 2009.
Surveillance for Violent Deaths --- National Violent Death Reporting System, 16 States, 2006.
Morbidity and Mortality Weekly Report Centers for Disease Control and Prevention.

Karwur, B, Siwu, J, Mallo, J. 2019. Pola Luka pada Korban Meninggal akibat Kekerasan Tajam
yang Diautopsi di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Tahun 2014. Medical Scope Journal (MSJ)
1(1):39-43.

Nerchan, E, Mallo, JF, Mallo, NTS. 2015. Pola Luka Pada Kematian Akibat Kekerasan Tajam Di
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode
2013. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 2.

Putri, DFA, & Kusuma, SE. 2017. Kekerasan Tajam Pada Abdomen Yang Mengakibatkan
Kematian. Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia.

Reddy, N, & Murty, OP. 2014. The Essentials Of Forensic Medicine And Toxicology 33rd Edition.
Jaypee Brothers Medical Publishers.

Safitry, O. 2013. Mudah Membuat Visum Et Repertum Kasus Luka. Jakarta: Dep. Ilmu
Kedokteran Forensik & Medikolegal FKUI

Vij, K. 2011. Textbook of Forensic Medicine and Toxicology Principles and Practice Fifth Edition.
Elsevier.

11

Anda mungkin juga menyukai