TRAUMA TAJAM
DISUSUN OLEH
Jonathan Christianto Sutadji 012023143025
KELOMPOK DOKTER MUDA UNAIR KBK I
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
Periode 19 April - 2 Mei
Pembimbing
Saliyah, dr., Sp.FM
Puji syukur kepada Tuhan karena anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat dengan judul “Trauma Tajam” dengan baik dan tepat waktu. Referat ini merupakan salah
satu tugas wajib untuk pendidikan dokter muda di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Dengan
terselesaikannya referat ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala bimbingan,
dukungan, dan bantuan dalam proses pembuatan referat kepada:
1. Dr. H. Ahmad Yudianto. dr., Sp.F(K), S.H., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga –
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
2. Saliyah, dr., Sp.FM selaku Koordinator Pendidikan Dokter Muda Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga –
RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan selaku dosen pembimbing dari referat ini.
3. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Semoga referat ini dapat menjadi tulisan yang bermanfaat dan menambah wawasan pada
bidang ilmu kedokteran forensik dan medikolegal bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan laporan Center for Disease Control di Amerika Serikat yang melibatkan
kematian akibat kekerasan yang terjadi di 16 negara bagian selama tahun 2006, kekerasan tajam
menyumbang 1,7% dari total 8.599 kasus bunuh diri dibandingkan dengan 3 kasus bunuh diri
teratas, antara lain akibat senjata api (51,3%), hanging/strangulation/suffocation (22,1%), dan
keracunan (18,4%). Selain itu pada 4.343 kasus pembunuhan, kekerasan tajam menyumbang
12,1% dibandingkan dengan 65,8% untuk senjata api dan 4,6% untuk kekerasan tumpul (Karch et
al., 2009).
Hal ini membuat semakin pentingnya Ilmu kedokteran Forensik, yaitu salah satu cabang
ilmu Kedokteran yang memberikan bantuan pada penyidik untuk mendapatkan salah satu alat
bukti baik untuk perkara pidana maupun perkara perdata. Pada beberapa kasus kematian akibat
benda tajam di lakukan otopsi untuk mengidentifikasi jenazah forensic (Karwur et al., 2019).
Berdasarkan data di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD dr. Soetomo selama
tahun 2016 (Januari - Desember 2016) didapatkan bahwa sebanyak 5% dari total semua kasus yang
dilakukan otopsi jenazah adalah kasus dengan kekerasan tajam (Putri & Kusuma, 2017).
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui ciri luka akibat trauma tajam
2. Mengetahui macam-macam luka akibat benda tajam
3. Mengetahui cara kematian dari truma tajam
4. Dapat menulis deskripsi luka akibat trauma tajam
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kekerasan tajam adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh
yang disebabkan oleh benda-benda tajam, seperti pisau, kapak, silet, dll (Karwur et al., 2019).
Sedangkan luka atau cedera adalah putusnya kontinuitas alami jaringan tubuh yang hidup (Reddy
& Murty, 2014).
3
Luka iris memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tepi luka: bersih, rata dan berbatas tegas. Tepinya bebas dari luka memar dan lecet. Memar
dan tepi yang tidak teratur dapat muncul jika menggunakan senjata yang berat dan tidak
terlalu tajam. Kedalaman luka tidak akan menunjukkan adanya jembatan jaringan.
2. Lebar: lebih besar dari ketebalan tepi senjata yang menyebabkannya karena retraksi
jaringan yang terbagi.
3. Panjang: lebih besar dari lebar dan kedalamannya, dan tidak ada hubungannya dengan
ujung tajam senjata, karena dapat ditarik ke jarak berapa pun.
4. Bentuk: berbentuk fusiform atau gelondong karena retraksi tepi yang relatif lebih banyak
di bagian tengah.
5. Pendarahan: perdarahan yang banyak sering menjadi ciri luka iris. Arteri yang 'robek' atau
'terputus total' akan mengeluarkan darah lebih bebas daripada yang terpotong, karena
ketidakmampuannya untuk berkontraksi atau menarik kembali.
6. Arah: lebih dalam di awal karena lebih banyak tekanan diberikan pada pisau pada titik ini.
Menjelang akhir sayatan luka menjadi semakin dangkal hingga akhirnya kulitnya saja yang
dipotong.
(Vij, 2011; Reddy & Murty, 2014)
1. Tepi luka: pinggiran tajam dan mungkin menunjukkan sedikit abrasi dan memar dengan
kerusakan organ di bawahnya. Jika tepinya tumpul, tepi luka tidak rata dan ada memar.
2. Dimensi luka: sesuai dengan penampang bagian tembus pisau
3. Arah: biasanya ujung bawah kapak menyerang permukaan terlebih dahulu yang
menghasilkan luka yang lebih dalam daripada ujung atas. Ujung yang lebih dalam
menunjukkan posisi penyerang.
(Reddy & Murty, 2014)
4
Gambar 1. Luka tajam tipe pemotongan yang dihasilkan oleh kapak (Catanese, 2016)
Gambar 2. Luka tusuk. Luka di sebelah kiri memiliki satu sudut tumpul dan satu sudut lancip pada
panah yang lebih gelap (Dix, 2000)
5
Luka tusuk memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tepi luka: terpotong bersih, tidak ada luka memar, dan terinversi/terbalik. Tepi luka
mungkin terkelupas dan compang-camping jika ujung potong benda tumpul. Lecet dan
memar (tanda gagang) dapat dihasilkan oleh pelindung gagang yang mengenai kulit jika
mata pisau menembus penuh. Senjata yang dicurigai harus diperiksa untuk mengamati
kesesuaian bentuk lecet atau memar di sekitar luka dengan gagang senjata yang
bersangkutan.
2. Lebar: biasanya tidak mendekati ketebalan bilah senjata, sekali lagi karena celah tepi luka.
Lebar maksimum yang mungkin dari bilah pisau dapat ditentukan dengan perkiraan jika
tepi luka yang menganga disatukan.
Gambar 3. (A) Fenomena luka tusuk menganga; (B) Kebutuhan untuk mengukur panjang
luka tusuk setelah perkiraan tepi yang sesuai (Vij, 2011)
3. Panjang: sedikit lebih kecil dari lebar senjata yang dituju karena peregangan kulit, kecuali
jika senjata diguncang atau digerakkan ke lateral oleh korban atau penyerang sehingga
memperbesarnya. Untuk mengukur panjang luka tusuk, ujung-ujung luka harus disatukan.
4. Kedalaman: lebih besar dari lebar dan panjang luka luar. Kedalaman luka tusuk biasanya
sama dengan, atau kurang dari panjang pisau yang digunakan. Akan tetapi pada permukaan
yang lentur seperti dinding anterior abdomen, kedalaman luka mungkin lebih besar karena
kekuatan dari dorongan dapat menekan jaringan di bawahnya.
6
Gambar 4. Penilaian kedalaman penetrasi luka tusuk pada dinding anterior abdomen
(Reddy & Murty, 2014)
5. Bentuk: elips adalah bentuk yang paling umum, tetaoi bentuk lain dapat diamati seperti 'A'
atau 'V' atau 'Λ' atau beberapa mungkin berbentuk persegi atau berlian. Ukuran, bentuk dan
konfigurasi luka-luka ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti faktor senjata, korban
dan penyerang, dan jumlah kekuatan yang diperlukan untuk menimbulkan luka tusuk
tertentu.
6. Arah: Jika pisau menembus pada suatu sudut, luka akan memiliki tepi miring di satu sisi
dengan memotong)di sisi lainnya sehingga jaringan subkutan terlihat, yang menunjukkan
arah masuknya pisau.
(Vij, 2011; Reddy & Murty, 2014)
7
mungkin membuka kerahnya sebelum memotong tenggorokannya. Sedangkan luka iris akibat
pembunuhan biasanya multipel dan dapat terjadi di bagian tubuh mana pun, seperti terletak di
punggung atau pada posisi yang tidak mudah dijangkau. Luka iris yang tidak disengaja dapat
terjadi dan biasanya tidak terlalu parah yang biasanya terjadi di rumah, khususnya dapur, atau
tempat kerja (Vij, 2011; Reddy & Murty, 2014).
Gambar 5. Beberapa luka percobaan dan luka yang dalam pada bunuh diri ini. Penyebab
kematiannya karena pemotongan leher (Dix, 2000)
8
dengan luka pertahanan di tangan. Luka yang tidak disengaja jarang terjadi, bisa disebabkan oleh
terjatuhnya benda tajam yang menonjol seperti kaca, paku, dll (Reddy & Murty, 2014).
Gambar 6. Beberapa contoh luka tipe pertahanan dari individu yang mencoba menangkal serangan
dari penyerang yang menggunakan pisau (Catanese, 2016)
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kekerasan tajam adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh
yang disebabkan oleh benda-benda tajam. Gambaran umum luka yang diakibatkan oleh trauma
benda-benda tajam adalah tepi dan dinding luka yang rata, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan
jaringan, dan dasar luka berbentuk garis atau titik. Luka akibat kekerasan tajam dapat berupa luka
iris, luka tusuk, dan luka bacok yang memiliki ciri-ciri luka tersendiri. Sedangkan cara kematian
trauma tajam dapat disebabkan karena bunuh diri, pembunuhan, dan kecelakaan yang dapat
dibedakan berdasarkan temuan-temuan yang telah dijelaskan sebelumnya.
3.2 Saran
Referat ini dapat memberikan informasi mengenai trauma akibat benda tajam dan dapat
digunakan sebagai bahan referensi untuk studi selanjutnya. Selain itu, dokter umum juga perlu
mengetahui ciri-ciri luka trauma tajam, macam-macamnya, cara kematian, dan deskripsi luka
trauma tajam sehingga bisa melakukan pemeriksaan dan menuliskan visum et repertum dengan
benar.
10
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto A, et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama, cetakan kedua. Jakarta :
Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia.
Catanese, C. 2016. Color Atlas Of Forensic Medicine And Pathology Second Edition. CRC Press
Taylor & Francis Group
Karch, DL, Dahlberg, LL, Patel, N, Davis, TW, Logan, JE, Hill, HA, Ortega, LV. 2009.
Surveillance for Violent Deaths --- National Violent Death Reporting System, 16 States, 2006.
Morbidity and Mortality Weekly Report Centers for Disease Control and Prevention.
Karwur, B, Siwu, J, Mallo, J. 2019. Pola Luka pada Korban Meninggal akibat Kekerasan Tajam
yang Diautopsi di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Tahun 2014. Medical Scope Journal (MSJ)
1(1):39-43.
Nerchan, E, Mallo, JF, Mallo, NTS. 2015. Pola Luka Pada Kematian Akibat Kekerasan Tajam Di
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode
2013. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 2.
Putri, DFA, & Kusuma, SE. 2017. Kekerasan Tajam Pada Abdomen Yang Mengakibatkan
Kematian. Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia.
Reddy, N, & Murty, OP. 2014. The Essentials Of Forensic Medicine And Toxicology 33rd Edition.
Jaypee Brothers Medical Publishers.
Safitry, O. 2013. Mudah Membuat Visum Et Repertum Kasus Luka. Jakarta: Dep. Ilmu
Kedokteran Forensik & Medikolegal FKUI
Vij, K. 2011. Textbook of Forensic Medicine and Toxicology Principles and Practice Fifth Edition.
Elsevier.
11