Anda di halaman 1dari 38

TRAUMATOLOGI

1.1 Latar Belakang

Kasus tindak pidana perlukaan sangatlah tinggi, bahkan sering menimbulkan

kematian. Agar kita sebagai mahasiswa kedokteran kelak dapat menjadi seorang

dokter yang mampu mengungkap apakah peristiwa tersebut terjadi karena peristiwa

yang alamiah atau peristiwa yang dianggap memiliki unsur pidana, maka dibutuhkan

pemeriksaan pada tubuh pasien tersebut dan hasilnya dilaporkan dalam surat

keterangan visum et repertum yang dibuat oleh dokter.

Pada hasil penelitian di bagian ilmu kedokteran forensik dan medikolegal

RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam FK UMSU 2017 diperoleh jumlah data dari 33

provinsi di Indonesia dengan responden sebanyak 972.317. Responden yang pernah

mengalami cedera selama kurun waktu 12 bulan terakhir sebanyak 77.248 orang,

dengan jawaban lebih dari satu penyebab. Kemudian dari tiga provinsi penyebab

cedera terbesar yaitu jatuh sebanyak 45.987 orang (59,6%), kecelakaan lalu lintas

sekitar 20.829 orang (27%), dan terluka benda tajam atau tumpul sebesar 144.127

orang (18,3%) (Parinduri, 2017). Berdasarkan data di instalansi forensik RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2016 bahwasannya proporsi jenis cidera di

Provinsi Lampung yang mengalami luka lecet atau memar sebanyak 76,3%. Dan

proporsi tempat kejadian cedera lebih banyak di rumah 44%, jalan raya 33,4%.

Prevalensi cedera karena benda tajam atau tumpul 7,9%, terbakar 0,4%, jatuh 43%,

kejatuhan 2% (Possible F.J, et all., 2016).

Maka sangat penting bagi setiap mahasiswa kedokteran mempelajari tentang

materi Traumatologi sebagai salah satu materi keilmuan kedokteran yang memiliki

kompetensi tinggi (4A) yang berstandar SKDI terutama tentang peristiwa trauma
tumpul dan trauma tajam. Untuk itu materi ini akan kami presentasikan setelah kami

berdikusi kelompok dengan mengumpulkan data keilmuan terkait di bidang keilmuan

Traumatologi.

1.2 Tujuan

Supaya kita sebagai mahasiswa kedokteran dan dokter mampu memahami

lebih lanjut terkait keilmuan traumatologi di bidang kedokteran forensik. Terutama

memiliki pengetahuan kemampuan (secara perkataan maupun perbuatan) dari setiap

pokok pembahasan pada materi traumatologi di bidang kedokteran forensik, yang

meliputi adalah :

1. Definisi Traumatologi

2. Definisi luka, kekerasan

3. Klasifikasi trauma

4. Mekanisme dan ciri trauma

5. Definisi deskripsi luka dan tata cara membuat deskripsi luka.

1.3 Manfaat

1. Bagi Dokter dan Mahasiswa Kedokteran

Dapat membantu didalam penanganan kasus gawat darurat perlukaan berdasarkan

jenis kekerasan dan dapat yang ditimbulkan bagi Kesehatan tubuh Manusia (di bidang

kedokteran dan Kesehatan), serta membantu untuk membuat visum et repertum

perlukaaan (di bidang keilmuan forensic dan Medikolegal).

2. Bagi Lembaga Hukum dan Penegak Hukum

Dapat menjadi sarana atau media komunikasi antara Lembaga medis dan

Lembaga penegak hukum atau antara para petugas medis dan para petugas penegak
hukum didalam Bersama-sama mengungkap kasus pidana yang berhubungan dengan

tindak pidana perlukaan.

3. Bagi Masyarakat

Melalui keilmuan ini dapat memberikan edukasi dan kepastian hukum serta

memberikan penjelasan terhadap kondisi pasien untuk melakukan rencana atau

tahapan selanutnya.

4. Bagi Akademis atau Lembaga Pendidikan

Melalui keilmuan Traumatologi dapat meningkatkan mutu mahasiswa

kedokteran serta para sarjana kedokteran dan alumnus mahasiswa kedokteran dalam

kemampuan atau kompetensinya, sehingga meningkatkan menghasilkan peningkatan

kualitas akademik Lembaga Pendidikan.

5. Bagi Lembaga Kesehatan atau Rumah Sakit

Keilmuan tersebut dapat membantu para petugas Kesehatan didalam

melaksanakan tugas penanganan kasus yang berhubungan dengan perlukaan, serta

pelayanan visum perlukaan yang diinginkan pihak kepolisian kepada Rumah Sakit.

Agar dapat meningkatkan mutu pelayanan dan akreditasi Rumah Sakit.


1. Definisi Traumatologi

 Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta

hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa). (Budiyanto, A.,

Widiatmaka, W., Sudiono, S., dkk., 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta :

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia).

 Traumatologi di artikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang trauma. (Handbook

of Forensic Medicine, First edition. Edited by Burkhard Madea. 2014 John Wiley

& Sons, Ltd. Published 2014 by. John Wiley & Sons, Ltd. Downloaded on 2021).

2. Definisi Luka dan Definisi Kekerasan

 Luka adalah suatu keadaan ke-tidak-sinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.

(Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., dkk., 1997. Ilmu Kedokteran

Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia).
 Luka adalah Suatu keadaan yang tidak sinambungan jaringan tubuh akibat

kekerasan. (Parinduri. 2020.Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal.

Medan : UMSUpress).

 Menurut WHO (1999), kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman

atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang

mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma atau perampasan hak.

 Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik dengan

cara pasif (tidak berbuat) dan ada akibat yang merugikan korban. (Pajraman.

Catatan Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik. Bandung: FK Universitas Padjajaran,

1990).

Dalam jurnal (Zari enma P.S , Erwin Kristanto, James F. Siwu . Pola luka pada

korban akibat kekerasan tumpul yang diautopsidi RSUP Prof. Dr. R. D Kandou

Manado 2014)

3. Klasifikasi Trauma

3.1 Berdasarkan Etiologic

A. Trauma Mekanik

 Kekerasan oleh benda tajam

 Kekerasan oleh benda tumpul

 Tembakan Senjata api

B. Trauma Fisika

 Suhu

 Listrik dan petir

 Perubahan tekanan udara

 Akustik
 Radiasi

C. Trauma Kimia

 Asam atau basa kuat

(Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., dkk., 1997 Ilmu Kedokteran Forensik.

Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)

A. Trauma Mekanik

 Kekerasan oleh benda tajam.

 Kekerasan oleh benda tumpul.

 Tembakan sejata api.

B. Trauma Fisik

 Suhu

 Listrik

 Petir

 Auditorik

 Radiasi

C. Trauma Kimiawi

 Asam

 Basa

 Intoksikasi

(Dr. Nila Nirmalasari, M.Sc, Sp.FM Forensik bicara tentang luka atau traumatology

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 2020).

3.2. Berdasarkan Teknik

A. Mekanik : Benda tajam, benda tumpul, tembakan senjata api


B. Fisika : Suhu, listrik dan petir, perubahan tekanan udara, akustik, radiasi

C. Kimia : Asam atau kuat basa (Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., dkk.,

1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia)

 Mekanik : Kekerasan benda mekanik adalah suatu jenis kekerasan akibat persentuhan

dengan benda mekanik antara lain :

 Benda Tumpul

 benda Tajam

 benda mudah pecah

 Fisika : kekerasan fisik adalah kekerasan yang disebabkan oleh benda-benda fisikal

anatara lain :

 Benda bersuhu tinggi

 Benda bersuhu rendah

 Sengatan listrik

 Tekanan (barotrauma)

 Kimia : Zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai tubuh

manusia, golongan zat kimia tersebut yaitu :

 Golongan asam

 Golongan basa

 Kombinasi benda mekanik dan fisikal : gabungan trauma benda mekanik (tumpul)

dan benda fisik (panas) yaitu anak peluru dari logam yang panas karena dibakar oleh

mesiu. Jalannya anak peluru tersebut berputar (giroskopik)

(dr. Dahlan Sofwan, Sp.F (K) dan Dr.dr. Trisnadi Setyo, S.H., Sp. KF Ilmu

kedokteran forensik pedoman bagi dokter dan penegak hukum, unisulla 2019)
3.3 Berdasarkan Jenis luka/bentuk luka/ciri luka

A. Trauma Mekanik

 Trauma Tumpul

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini,

adalah benda yang memiliki permukaan tumpul

o Luka memar

o Luka lecet

o Luka terbuka atau robek

 Trauma Tajam

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti

ini adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing,

yang bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok, dan sebagainya hinnga

keping kaca, gelas, logam, sembilu bahkan tepi kertas atau rumput.

Gambaran : tepi dan dinding luka rata, berbentuk garis, tidak terdapat

jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik.

o Luka iris atau sayat

o Luka tusuk

o Luka bacok

 Luka Tembak

Tembakan yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka tembak.

o LTM (Luka tembak masuk)

o LTK (Luka tembak keluar)


(Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., dkk., 1997. Ilmu Kedokteran

Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia).

1. Tumpul

Suatu ruda paksa yang diakibatkan oleh benda tumpul pada permukaan tubuh

dan mengakibatkan luka.

 Luka Memar

 Luka Lecet

 Luka Robek

2. Tajam

Luka yang disebabkan oleh objek yang tajam, baik berupa garis maupun

runcing dan biasanya mencakup seluruh luka akibat benda-benda seperti pisau,

pedang, silet, kaca, kampak tajam dan lain-lain.

 Luka Sayat

 Luka Tusuk, Tikam

 Luka Bacok

3. Tembak

Luka yang disebabkan adanya penetrasi anak peluru atau persentuhan anak

peluru dengan tubuh akibat adanya faktor kecepatan, sehingga menembus kulit

dan masuk ke dalam tubuh serta merusak jaringan tubuh di dalamnya.

 Luka tembak masuk

 Luka tembak keluar.

(Parinduri. 2020.Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal. Medan :

UMSUpress)
B. Trauma Fisik

 Trauma suhu

o Suhu tinggi

o Suhu rendah

 Trauma Listrik Dan Petir

 Perubahan Tekanan Udara

 Akustik

 Radiasi

(Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., dkk., 1997. Ilmu Kedokteran

Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia)

1. Trauma Termis/Suhu

a. Hipotermis

Keadaan saat vasokontriksi pembuluh darah superfisial sehingga terlihat

pucat. Selanjutnya akan terjadi paralise dari vasomotor control yang

mengakibatkan daerah tersebut menjadi kemerahan. Pada keadaan berat dapat

terjadi gangrene. (Alfanie, I., Nirmalasari, N., et al., 2020. Ilmu Kedokteran

Forensik & Medikolegal. Depok :Rajawali Pers)

b. Hipertermis

Kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber

panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.

(Parinduri. 2020.Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal. Medan :

UMSUpress)

2. Trauma Listrik
Jenis trauma atau kekerasan yang disebabkan oleh adanya persentuhan

dengan benda yang memiliki arus listrik sehingga dapat menimbulkan luka

bakar sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas.

(Parinduri. 2020. Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal. Medan :

UMSUpress)

3. Barotraumatik

Trauma tekanan atau barotrauma adalah kerusakan jaringan yang terjadi

akibat kegagalan untuk menyamakan tekanan udara antara ruang berudara pada

tubuh seperti (Telinga tengah) dan tekanan pada lingkungan sewaktu melakukan

perjalanan dengan pesawat terbang atau pada saat menyelam (Dr. Nila

Nirmalasari, M.Sc, Sp.FM Forensik bicara tentang luka atau traumatology

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 2020)

4. Trauma Radiasi

Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk

panas partikel atau gelombang elektromagnetik atau cahaya dari sumber radiasi.

Menimbulkan beberapa efek negatif bagi kesehatan manusia.

Radiasi jangka pendek mungkin kita tidak bisa merasakan efek negatif dari

radisi, Dampak radiasi muncul setelah hal ini berlangsung lama, dapat menyerang

beberapa organ tubuh manusia. Salah satunya otak dan ada beberapa hal lain yang

dapat mengganggu kehidupan Manusia (Dr. Nila Nirmalasari, M.Sc, Sp.FM

Forensik bicara tentang luka atau traumatology Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 2020)

Luka akibat radiasi dan trauma akustik sangat jarang terjadi dan umumnya

tidak berkaitan dengan ilmu kedokteran forensik (Budiyanto, A., Widiatmaka,


W., Sudiono, S., dkk., 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)

C. Trauma Kimiawi

 Trauma kimia merupakan efek korosif dari asam kuat dan basa kuat

(Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., dkk., 1997. Ilmu

Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia)

 Trauma akibat bahan kimia yang bersifat asam dan basa yang terpapar

pada tubuh (Parinduri. 2020. Buku Ajar Kedokteran Forensik &

Medikolegal. Medan : UMSUpress)

1. Asam kuat

Gambar 1 : Asam kuat (Sumber : SCRIBD)

Ciri-ciri :

1. Luka korosi yang kering

2. Keras seperti kertas perkamen

(Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., dkk., 1997. Ilmu

Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia)


Ciri-ciri luka :

1. Terlihat kering.

2. Berwarna cokelat kehitaman kecuali yang disebabkan nitrit acid berwarna

kuning kehijauan.

3. Perabaan keras dan kasar

(Parinduri. 2020. Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal. Medan :

UMSUpress)

2. Basa kuat

Gambar 2 : Basa kuat (Sumber :SCRIBD)

Ciri-ciri :

1. Luka yang basah

2. Licin

3. Kerusakan akan terus berlanjut sampai dalam

(Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., dkk., 1997. Ilmu Kedokteran

Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia)

Ciri-ciri :

1. Terlihat basah dan edemateous


2. Berwarna merah kecokletan

3. Perabaan lunak dan licin.

(Parinduri. 2020. Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal. Medan :

UMSUpress)

2.4. Cara Terjadi Luka Dan Ciri Luka berdasarkan Jenis Trauma

2.4.1 Trauma Mekanik

Semua luka yang diderita akibat kekerasan fisik pada tubuh merupakanntrauma

mekanik atau cedera mekanis. Biasanya ada dua mekanisme yang menghadapi, yaitu

benturan terhadap benda yang bergerak dan benda yang hampir tidak bergerak

berbenturan terhadap korban yang bergerak secara aktif (Rao, N. G. 2010, Textbook of

Forensic Medicine and Toxicology, 2nd edn, Jaypee Brothers Medical Publishers (P)

Ltd, New Delhi)

Trauma mekanik adalah cedera yang disebabkan oleh serangan benda-benda mekanik,

yang dapat di klasifikasikan sebagai, yaitu trauma benda tumpul, trauma benda tajam dan

trauma tembak (Situmorang, 2021)

A. Mekanisme Trauma Tumpul

Suatu ruda paksa yang diakibatkan oleh benda tumpul pada permukaan tubuh

dan mengakibatkan luka

(Parinduri. 2020. Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal. Medan :

UMSUpress)

Ciri:

- Bentuk luka tidak teratur

- Tepi luka tidak rata

- Terdapat jembatan jaringan

- Rambut tidak ikut terpotong


- Besar luka tidak teratur

- Sekitar luka terdapat luka lecet atau memar (Dr. Nila Nirmalasari, M.Sc,

Sp.FM Forensik bicara tentang luka atau traumatology Fakultas

Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 2020)

a. Luka Lecet

 Suatu kerusakan yang mengenai lapisan atas dari epidermis akibat

kekerasan dengan benda yang mempunyai permukaan yang kasar,

sehingga epidermis menjadi tipis, sebagian atau seluruh lapisannya

hilang.

(Prof. Mas Soetedjo Mertodidjojo, 2010. Buku Ajar Kedokteran

Forensik dan Medikolegal. edisi ke 7 Hal 37)

 Akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang

memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian

kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya

benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit.

(Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., dkk., 1997. Ilmu

Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia).

Gambar 3 : Luka lecet (Sumber :SCRIBD)

Ciri-ciri luka lecet :


 Sebagian atau seluruh epitel hilang

 Kemudian permukaan tertutup oleh exudasi yang akan mongering (crusta)

 Timbul reaksi radang berupa penimbunan sel-sel PMN

 Biasanya tidak menimbulkan jaringan parut.

(Prof. Mas Soetedjo Mertodidjojo, 2010. Buku Ajar Kedokteran Forensik

dan Medikolegal. edisi ke 7 Hal 37)

Ciri-ciri luka lecet :

 Kerusakan hanya sebatas epidermis

 Warna coklat kemerahan

 Permukaan tidak rata

 Sebagian atau seluruh epidermis hilang

(Dr. Nila Nirmalasari, M.Sc, Sp.FM Forensik bicara tentang luka atau

traumatology Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin, 2020)

b. Luka Memar

 Adanya kerusakan pada jaringan subkutan sehingga pembuluh pembuluh

darah (kapiler) rusak dan pecah sehingga darah meresap ke jaringan

sekitarnya. Disini permukaan kulit tidak selalu mengalami kerusakan.

(Prof. Mas Soetedjo Mertodidjojo, 2010. Buku Ajar Kedokteran Forensik

dan Medikolegal. edisi ke 7 Hal 38)

 Cedera yang debabkan benturan dengan benda tumpul yang

mengakibatkan pembengkakan pada bagian tubuh tertentu karena

keluarnya darah dari kapiler yang rusak ke jaringan sekitarnya tanpa ada

kerusakan kulit.
(Dr. Nila Nirmalasari, M.Sc, Sp.FM Forensik bicara tentang luka atau

traumatology Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin, 2020)

Gambar 4 : Luka memar (Sumber :

SCRIBD)

(Shetty, B. S. K., Rastogi, P., Padubidri, J. R., Kanchan, T., Babu, Y. P. R.

2014, Atlas of Forensic Pathology, Jaypee Brothers Medical Publishers (P)

Ltd, New Delhi).

Ciri-ciri :

- Kulit kelihatan merah kebiru-biruan, lama-kelamaan menjadi

kecoklaant dan akhirnya kuning lalu hilang setelah sembuh.

- Pembengkakan jaringan

- Permukaan lebih tinggi dari kulit

- Terjadi diluar kapiler dan didalam jaringan

- Lokasi luka tidak tertentu

- Darahnya tidak bisa dicuci

- Batas jelas

(Dr. Nila Nirmalasari, M.Sc, Sp.FM Forensik bicara tentang luka atau

traumatology Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin, 2020)
Ciri-ciri :

- Mula-mula terlihat pembengkakan

- Berwarna merah kebiruan

- Sesudah 4 sampai 5 hari berubah menjadi kuning kehijauan

- Sesudah lebih dari seminggu menjadi kekuningan

- Lokasinya dimana saja

- Adanya pembengkakan

- Bila ditekan warnanya tetap

- Mikroskopik adanya reaksi jaringan

(dr. Dahlan Sofwan, Sp.F (K) dan Dr.dr. Trisnadi Setyo, S.H., Sp.

KF Ilmu kedokteran forensik pedoman bagi dokter dan penegak

hukum, unisulla 2019)

c. Luka Robek

 Seluruh tebal kulit mengalami kerusakan dan juga jaringan bawah kulit.

Sehingga epidermis terkoyak, folikel rambut, kelenjar keringat dan sebacea

juga mengalami kerusakan. Pada umumnya kalau sembuh akan menimbulkan

jaringan parut (sikatrik).

(Prof. Mas Soetedjo Mertodidjojo, 2010. Buku Ajar Kedokteran Forensik

dan Medikolegal. edisi ke 7 Hal 38)

 Luka yang disebabkan karena persentuhan dengan benda tumpul dengan

kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan kulit dan jaringan

dibawahnya.

(Yudiyanto, A. 2020 Ilmu Kedokteran Forensik hal 75)


Gambar 5 : Luka robek (sumber : SCRIBD)

(Paul, G. & Verma, S. K. 2015, Review of Forensic Medicine and

Toxicology, Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd, New Delhi).

Cara terjadinya luka robek :

 Persentuhan langsung dengan benda keras pada kulit diatas tulang.

 Persentuhan dengan arah miring atau tangensial dengan benda kasar sehingga

akan merobek kulit. Sering terjadi di daerah kepala, wajah dan ekstremitas.

 Persentuhan dengan benda yang berputar, misalnya roda, menyebabkan luka

robek yang silkuler.

 Patah tulang yang menembus kulit diatasnya.

Ciri - ciri :

 Adanya memar dan lecet

 Rambut masih utuh

 Adanya jembatan jaringan

 Sudut atau tepi luka tumpul

(Prof. Mas Soetedjo Mertodidjojo, 2010. Buku Ajar Kedokteran Forensik

dan Medikolegal. edisi ke 7 Hal 39)

Ciri – ciri :
 Bentuknya tidak teratur

 Pinggirnya tidak rata

 Bengkok

 Sering kotor (sesuai dengan benda penyebab)

 Perdarahan tidak banyak (disbanding luka sayat)

 Terdapat jembatan jaringan diantara kedua tepi luka

 Rambut terbenam dalam luka

 Sering disertai luka memar dan lecet.

(Dr. Nila Nirmalasari, M.Sc, Sp.FM Forensik bicara tentang luka atau

traumatology Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin, 2020)

B. Mekanisme Trauma Tajam

Putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan karena trauma/kekerasan akibat

alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing. (Dr. Nila Nirmalasari,

M.Sc, Sp.FM Forensik bicara tentang luka atau traumatology Fakultas

Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 2020)

Ciri :

- tepi luka rata

- sudut luka lancip

- rambut terpotong

- tidak di temukan jembatan jaringan

- tidak di temukan memar atau lecet di sekitarnya

(Prof. Mas Soetedjo Mertodidjojo, 2010. Buku Ajar Kedokteran Forensik dan

Medikolegal.)

- garis batas luka teratur, tepi luka rata dan sudutnya runcing
- bila di tautkan akan menjadi rapat

- tidak ada jembatan jaringan

- rambut ikut terpotong

- daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar (Dr. Nila Nirmalasari, M.Sc,

Sp.FM Forensik bicara tentang luka atau traumatology Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 2020)

a. Luka Sayat

 Luka akibat benda atau alat yang bermata tajam yang terjadi dengan suatu

tekanan ringan dan goresan pada permukaan tubuh.

(Prof. Mas Soetedjo Mertodidjojo, 2010. Buku Ajar Kedokteran Forensik dan

Medikolegal. edisi ke 7 Hal 31)

 Luka yang disebabkan oleh objek tajam, biasanya mencakup seluruh luka akibat

benda-benda seperti pisau, pedang, silet, kaca, kampak tajam dll. dengan arah

kekerasan kurang lebih sejajar dengan kulit , berbentuk seperti garis dengan ukuran

dalam luka lebih kecil dari panjang luka.

(Parinduri. 2020.Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal. Medan :

UMSUpress)
Gambar 6 : Luka sayat (Sumber : SCRIBD dan Parinduri. 2020).

Ciri -ciri :

 Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudut luka tajam

 Jembatan jaringan tidak ada

 Permukaan luka rata dan rambut dapat terpotong dengan potongan yang

tegas

 Pada sekitar luka tidak didapatkan luka memar

 Luka tidak mengenai tulang

 Panjang luka lebih besar daripada dalam luka

(Parinduri. 2020.Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal. Medan :

UMSUpress)

Ciri-ciri :

 Panjang luka lebih besar daripada dalamnya luka.

 Tepi luka tajam dan rata, pada lipatan kulit, pada lipatan kulit tepi lipatan

tajam berliku-liku.

 Ujung luka runcing.

 Rambut ikut teriris.

 Tidak ada jembatan jaringan.


(Dr. Nila Nirmalasari, M.Sc, Sp.FM Forensik bicara tentang luka atau

traumatology Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin, 2020)

b. Luka Tusuk

 Luka akibat benda atau alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau

tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong dengan

permukaan tubuh. (Prof. Mas Soetedjo Mertodidjojo, 2010. Buku Ajar

Kedokteran Forensik dan Medikolegal. edisi ke 7 Hal 32)

 Luka tusuk (Stab Wound) adalah luka dengan kedalaman luka yang melebihi

panjang luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau bermata

tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada

permukaan tubuh.

(Parinduri. 2020.Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal. Medan :

UMSUpress)

Gambar 7 : Luka tusuk (Sumber : SCRIBD)

Ciri - ciri :
 Tepi luka tajam atau rata

 Sudut luka tajam namun kurang tajam pada sisi tumpul

 Rambut terpotong pada sisi tajam

 Sekitar luka kadang terdapat luka memar (contusion). Ekimosis karena

tusukan sampai mengenai tangkai pisau.

 Kedalaman luka melebihi Panjang luka.

 Kebanyakan luka tusuk akan menganga – bukan karena sifat instrument

yang menyisip tetapi sebagai akibat kekenyalan yang alami dari kulit.

(Parinduri. 2020.Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal. Medan :

UMSUpress)

Ciri – ciri :

 Kedalaman luka lebih besar dibandingkan panjang antara lebarnya

 Tepi luka tajam atau rata

 Rambut terpotong paada sisi tajam

 Sekitar luka terkadang ada luka memar (contission), ekimosis karena

tusukan sampai mengenai tangkai pisau

 Sudut luka tajam namun kurang tajam pada sisi tumpul

(Dr. Nila Nirmalasari, M.Sc, Sp.FM Forensik bicara tentang luka atau

traumatology Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin, 2020)

c. Luka Bacok

 Luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak tumpul yang

terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga agak besar.

(Prof. Mas Soetedjo Mertodidjojo, 2010. Buku Ajar Kedokteran Forensik dan

Medikolegal. edisi ke 7 Hal 34).


 Luka yang disebabkan karena senjata tajam yang ukurannya relatif besar dan

diayunkan dengan tenaga yang kuat sehingga mata tajam dari senjata tersebut

mengenai suatu bagian dari tubuh. Tulang dibawahnya biasanya berfungsi

sebagai bantalan sehingga ikut menderita luka.

(Parinduri. 2020.Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal. Medan :

UMSUpress)

Gambar 8 : Luka Bacok (Sumber : SCRIBD dan Parinduri, 2020).


Ciri dari luka bacok

 Sesuai ciri-ciri umum luka akibat benda tajam.

 Ukuran luka besar dan menganga.

 Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka.

 Biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka.

 Tepi luka bacok tergantung pada mata senjata.

 Sudut luka bacok tergantung pada mata senjata.

 Kadang-kadang memutuskan bagian tubuh yang terkena bacokan.

 Di sekitar luka dapat kita temukan luka memar (contussion) atau luka

lecet (abrasion) atau aberasi.

(Parinduri. 2020.Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal.

Medan : UMSUpress)

Ciri-ciri :

 Kedalaman bacok biasanya besar

 Luka bacok tergantung pada mata senjata

 Hampir selalu mengakibatkan kerusakan pada tulang

 Kadang-kadang memutuskan tubuh yang terkena bacokan

 Disekitar luka dapat ditemukan luka memar (contusio) atau luka lecet

(abrasio)

(Dr. Nila Nirmalasari, M.Sc, Sp.FM Forensik bicara tentang luka atau

traumatology Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin, 2020)

D. Mekanisme Trauma Tembak

Luka yang disebabkan adanya penetrasi anak peluru atau persentuhan anak

peluru dengan tubuh akibat adanya faktor kecepatan, sehingga menembus kulit dan
masuk ke dalam tubuh serta merusak jaringan tubuh di dalamnya.(Parinduri.

2020.Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal. Medan: UMSUpress)

Luka Tembak ialah luka yang disebabkan adanya penetrasi anak peluru

dengan tubuh. (Dahlan S, Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman bagi Dokter dan

Penegak Hukum, Cetakan Ke 3, Universitas Diponegoro Semarang 2000, Hal 93-

106.)

a. Luka Tembak Masuk

 Luka tembak masuk terjadi apabila anak peluru masuk suatu

objek dan tidak dapat keluar lagi. (Dr. Nila Nirmalasari, M.Sc, Sp.FM

Forensik bicara tentang luka atau traumatology Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 2020)

Gambar 12 : Luka tembak masuk (Sumber : SCRIBD)

Luka tembak masuk dikulit didasarkan pada jarak tembakan.


Diklasifikasikan menjadi 3 :

 Luka tembak masuk kontak (hard contact dan soft contact), terjadi apabila

moncong laras senjata api ditekankan pada kulit dan ditembakan. Bentuk

luka biasa circular, kecuali bila arah tembakan membentuk sudut. Pada

tepinya terdapat gelang kontusi dan apabila ada rambut akan hangus.

Disamping ada gelang kontusi, tepi luka menunjukkan tanda luka terdapat

sisa-sisa mesiu, tattoage minimal atau tidak ada. Seringkali tepi luka

berwarna “pinkish-red” karena terbentuknya carboxyhemoglobin akibat

gas CO yang masuk.

 Luka tembak jarak dekat

Terjadi pada jarak tembakan mulai jarak dari kontak longgar hingga jarak

kurang dari 60 cm, mempunyai ciri-ciri yang khas yang disebabkan karena

efek dari asap, nyala api dan tattooage. Kadang-kadang ditemukan metal

fouling. Pada tepi luka terdapat gelang kontusi selebar 1-1,5 mm.

 Luka tembak masuk jarak jauh

Berbentuk bulat atau oval, tanpa adanya kekotoran atau noda-noda yang

disebabkan nyala api, asap atau sisa-sisa mesiu atau tattoage. Luka

desebabkan tembakan jarak lebih dari 60-75 cm.

(Prof. Mas Soetedjo Mertodidjojo, 2010. Buku Ajar Kedokteran Forensik

dan Medikolegal. edisi ke 7 Hal 106-107)

Ciri :

 Pinggiran luka mengalami abrasi


 Bisa tampak kelim lemak

 Pada luka bisa tampak terbakar, kelim tatto atau jelaga

 Sekitar luka tambak kelim ekimosis

 Perdarahannya lebih sedikit.

 Pinggiran luka melekuk kearah dalam karena peluru menembus kulit dari

luar

 Ukurannya lebih kecil karena peluru menembus kulit seperti bor dengan

kecepatan tinggi

 Pada tulang tengkorak pinggiran luka bagus bentuknya

(Parinduri. 2020.Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal.

Medan

: UMSUpress)

b. Luka Tembak Keluar

Luka tembak keluar ialah setelah peluru membuat luka tembak

masuk

dan saluran luka tembakan maka akhirnya peluru akan mengenai kulit lagi

dari sebelah dalam dan kulit terdorong keluar.

(Parinduri. 2020.Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal.

Medan : UMSUpress)

Luka tembak keluar dikulit terjadinya sama dengan luka tembak

masuk, hanya saja kekuatan yang meregangkan kulit, arahnya dari

dalam keluar.

(Prof. Mas Soetedjo Mertodidjojo, 2010. Buku Ajar Kedokteran

Forensik dan Medikolegal. edisi ke 7 Hal 109-110)


Gambar 11 : Luka tembak keluar (Sumber : SCRIBD)

Ciri dari luka tembak keluar :

 Ukurannya lebih besar dan lebih tidak teratur dibandingkan luka tembak

masuk

 Pinggiran luka melekuk keluar karena pleuru menuju keluar

 Pinggiran luka tidak mengalami abrasi

 Tidak terdapat kelim lemak

 Tampak seperti gambaran mirip kerucut

(Parinduri. 2020.Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal.

Medan : UMSUpress).

Ciri-ciri luka tembak masuk dan luka tembak keluar :

No. Luka Tembak Masuk Trauma Tembak Keluar

1. Ukuran kecil, karena peluru menembus seperti bor Kulit lebih besar dan tidak teratur disbanding luka
dengan kecepatan tinggi tembak masuk karena kecepatan peluru berkurang
sehingga menyebabkan robekan jaringan
2. Pinggiran luka melekuk kearah dalam peluru Pinggiran luka melekuk keluar karena peluru
menembus kulit dari luar menuju keluar
3. Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami abarsi
4. Bisa tampak kelim minyak Tidak tampak kelim minyak
5. Pakaian masuk ke dalam luka dibawah peluru yang Tidak ada
masuk
6. Pada luka bisa tampak hitam terbakar seperti tatto Tidak ada
atau jelaga
7. Pada tulang tengkorak pinggiran luka bagus Luka seperti keadaan mirip kerucut
bentuknya
8. Bisa tampak berwarna merah terang karena adanya Tidak ada
zat monoksida
9. Disekitar luka tampak kelim ekimosis Tidak ada
10. Perdarahan hanya sedikit Perdarahan lebih banyak
11. Pemeriksaan radiologi dan Analisa netron dapat Tidak ada
mengungkapkan adanya lingkaran timah atau zat
besi disekitar luka

(Dr. Nila Nirmalasari, M.Sc, Sp.FM Forensik bicara tentang luka atau

traumatology Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin, 2020)

4.2 Kekerasan Fisika

Kekerasan fisika/ trauma fisika adalah kekerasan yang disebabkan oleh benda-benda

fisikal berupa benda-benda bersuhu tinggi, benda bersuhu rendah, sengatan listrik petir,

dan tekanan (barotrauma) (dr. Sofwan Dahlan, 2019).

A. Termis/Suhu

1. Benda Bersuhu Tinggi

Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka bakar

yang cirinya sangat bergantung dari jenis benda penyebabnya, ketinggian serta

lamanya kontak dengan kulit. Api dan benda panas atau membara dapat

menyebabkan luka bakar derajat I,II,III,dan IV. Tetapi zat cair yang panas hanya

dapat mengakibatkan luka bakar I,II,dan III. (dr. Dahlan Sofwan, Sp.F (K) dan

Dr.dr. Trisnadi Setyo, S.H., Sp. KF Ilmu kedokteran forensik pedoman bagi

dokter dan penegak hukum, unisulla 2019)

Kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber

panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. (Parinduri. 2020.Buku

Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal. Medan : UMSUpress)

2. Benda Bersuhu Rendah

Kekerasan oleh benda yang bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagian tubuh

yang terbuka : Seperti tangan, kaki, telinga atau hidung.


Mula-mula terjadi vasokontriksi dari pembuluh darah superfisial sehingga terlihat

pucat. Selanjutnya akan menjadi paralise vasomotor control yang mengakibatkan

daerah tersebut menjadi kemerahan. Pada keadaan yang berat dapat terjadi gangrene.

(dr. Dahlan Sofwan, Sp.F (K) dan Dr.dr. Trisnadi Setyo, S.H., Sp. KF Ilmu

kedokteran forensik pedoman bagi dokter dan penegak hukum, unisulla 2019)

B. Trauma Listrik

Jenis trauma atau kekerasan yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan

benda yang memiliki arus listrik sehingga dapat menimbulkan luka bakar sebagai

akibat berubahnya energi listrik menjadi panas

Gambar 12 : (Sumber : Parinduri, 2020)

Ciri-ciri :

1. Electric Mark.

Tempat dimana arus listrik masuk ke dalam tubuh, Electric mark

berupa kerusakan lapisan tanduk kulit berupa luka bakar dengan tepi yang

menonjol, di sekitarnya terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit yang

hiperemi.

2. Joule Burn

Kontak antara tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik

yang cukup lama. Gambaran jejas berupa elektric mark dengan bagian tengah

yang menjadi hitam hangus terbakar


3. Exogenous Burn

Tubuh manusia terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan

tinggi dan benda tersebut memang sudah mengandung panas. Tubuh korban

akan hangus terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang

disertai dengan patahnya tulang-tulang.

(Parinduri. 2020.Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal. Medan :

UMSUpress)

Ciri-ciri Trauma Listrik :


1. Kerusakan lapisan tanduk kulit sebagai luka bakar dengan tepi yang menonjol
2. Terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit yang hiperemik
3. Bentuknya sering sesuai dengan benda penyebabnya
4. Metalisasi dapat juga ditemukan pada jejas listrik
(Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., dkk., 2004. Ilmu Kedokteran
Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia)

4.3 Trauma Kimia

Trauma kimia merupakan efek korosif dari asam kuat dan basa kuat

Ciri:

karena biasanya berbentuk cair, maka bentuk luka biasanya sesuai dengan

mengalirnya bahan cair tersebut (Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., dkk.,

1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia)

A. Trauma Asam Kuat

Asam kuat sifatnya mengkoagulasi protein sehingga menimbilkan luka koroi

yang kering, keras seperti kertas perkamen.

Ciri-ciri :
1. Luka korosi yang kering

2. Keras seperti perkamen (Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., dkk.,2004.

Ilmu Kedoktera Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia)

Ciri-ciri luka :

1. Terlihat kering.

2. Berwarna cokelat kehitaman kecuali yang disebabkan nitrit acid berwarna kuning

kehijauan.

3. Perabaan keras dan kasar (Parinduri. 2020. Buku Ajar Kedokteran Forensik &

Medikolegal. Medan : UMSUpress)

B. Trauma Basa Kuat

Basa kuat bersifat membentuk penyabunan intra sel sehingga menimbulkan luka

yang basah, licin dan kerusakan akan terus berlanjut sampai dalam. (Budiyanto, A.,

Widiatmaka, W., Sudiono, S., dkk., 2004. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)

Ciri-ciri :
1. Terlihat basah dan edemateous
2. Berwarna merah kecokletan
3. Perabaan lunak dan licin. (Parinduri. 2020. Buku Ajar Kedokteran Forensik &
Medikolegal. Medan : UMSUpress)
Ciri-ciri :
1. Luka yang basah
2. Perabaan licin
3. Kerusakan akan terus berlanjut sampai dalam (Budiyanto, A., Widiatmaka, W.,
Sudiono, S., dkk., 2004. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
5. Definisi deskripsi luka dan tatacara membuat deskripsi luka

 Definisi Deskripsi Luka adalah menggambarkan luka dengan kata-kata seobjektif

mungkin terhadap kondisi luka yang ditemukan

(Parinduri. 2020.Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal. Medan :

UMSUpress)

 Menggambarkan luka dengan jelas, lengkap, dan baik untuk mengetahui jenis

kekerasan yang telah dialami oleh korban.

(Dedi Afandi Buku Visum et repertum Tatalaksana dan Teknik Pembuatan Edisi ke

2 UNRI).

a) Regio

b) Kordinat

c) Jenis Luka

d) Dasar luka

e) keadaan sekitar luka

f) Ukuran Luka

g) Jembatan Jaringan

h) Benda asing dsb (Afandi,D., 2017. Buku Visum Et Repertum Tata Laksana dan

Teknik Pembuatan. Pekanbaru : Fakultas Kedokteran Universitas Riau)

 Perlu dijelaskan bahwa diskripsi luka harus seobjektif mungkin, meliputi :

1. Jumlah luka

2. Lokasi luka, meliputi :

o Lokasi berdasarkan regio anatomiknya.

o Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian tertentu dari

tubuh.

3. Bentuk luka, meliputi :


o Bentuk sebelum dirapatkan.

o Bentuk sesudah dirapatkan.

4. Ukuran luka, meliputi :

o Ukuran sebelum dirapatkan.

o Ukuran sesudah dirapatkan.

5. Sifat-sifat luka, yaitu :

a. Garis batas luka, meliputi :

o Bentuk (teratur atau tidak teratur).

o Tepi (rata atau tidak).

o Sudut luka (ada atau tidak, jumlahnya berapa dan bentuknya runcing

atau tidak).

b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi :

o Tebing luka (rata atau tidak serta terdiri dari jaringan apa saja).

o Antara kedua tebing ada jembatan jaringan atau tidak.

o Dasar luka (terdiri atas jaringan apa, warnanya, perabaannya, ada apa

diatasnya).

c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :

o Memar (ada atau tidak).

o Tatose (ada atau tidak).

o Jelaga (ada atau tidak).

o Bekuan darah (ada atau tidak).

o Lain-lain ada atau tidak.

6. Dalamnya luka diukur dengan benda yang ujungnya tumpul seperti sonde.

Karena diskripsi luka bersifat obyektif maka tidak boleh

dikemukakan hal-hal yang bersifat interpretatif. Jika misalnya ditemukan


luka tusuk atau luka tembak maka kata-kata luka tusuk atau luka tembak

tidak boleh diutarakan

(Parinduri. 2020. Buku Ajar Kedokteran Forensik & Medikolegal. Medan :

UMSUpress)

 Deskripsi Luka

 Jumlah luka

 Lokasi luka

 Bentuk luka

- Bentuk sbelum ditemukan

- Bentuk setelah ditemukan

 Ukuran luka

- Daerah pada garis batas luka

- Daerah didalam garis batas luka

- Daerah disekitar garis batas luka

(Dr. Nila Nirmalasari, M.Sc, Sp.FM Forensik bicara tentang luka atau traumatology

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 2020).

 Penentuan luka secara medicolegal seperti Tindakan bunuh diri, kecelakaan atau
pembunuhan dapat ditentukan dengan mengumpulkan semua data pemeriksaan
korban.

Beberapa faktor yang dapat menunjang adalah :

 Jenis luka
 Luas daerah luka
 Arah luka
 Letak dan posisi senjata
 Adanya darah atau benda asing pada senjata
 Letak dan posisi senjata
 Adanya darah atau benda asing pada senjata
 Letak dan sifat darah pada korban dan pada pakaian serta situasi disekitar kejadian
 Ada tidaknya robekan pada pakaian dan hubungannya dengan luka ditubuh
 Tanda perlawanan yang dapat dilihat dari pakaian ataupun tubuh dan situasi tempat
kejadian
(Prof. Dr Amri Amir Sp.F(K), Ilmu kedokteran forensik).

DAFTAR PUSTAKA

1. (Possible F.J, et all., 2016).

2.

Anda mungkin juga menyukai