Anda di halaman 1dari 43

EVALUASI PROGRAM DETEKSI DINI HEPATITIS B (DD-HB)

PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KAMPUNG SAWAH


BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019

Kelompok 21
Uda Prayoga 16310306 Wahyu Wijaya 16310314
Utari Silvia Putri 16310307 Wahyuri Wisesa 16310315
Vianita Nurendah H 16310309 Wawan Setiawan K 16310316
Vikko Rachmat Yulian 16310310 Winendy Deo H 16310317
Vincentius Manggala Putra 16310311 Wiwin Anggela Sari 16310318
Vini Nugraheni 16310312 Yosa Dhika Utami 16310319
Wahyu Apriyani Eka Putri 16310313 Yudhitya Azhra P 16310320

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh bakteri, virus,

autoimmune, alkohol. Dari keseluruhan penyebab tersebut yang menjadi masalah

kesehatan masyarakat adalah virus hepatitis. Hepatitis virus terdapat beberapa

jenis yaitu; hepatitis A dan E, yang ditularkan secara fecal oral , bersifat akut.

Hepatitis B C dan D ditularkan secara parenteral dapat menjadi kronis, sirosis,

lalu menjadi kanker hati.

Dengan diketahuinya besaran masalah hepatitis secara global dan

dampaknya terhadap kesehatan masyarakat, maka pada tanggal 20 mei 2010

WHA (World Health Assembly) dalam sidang di Geneva telah menyetujui

mengadopsi resolusi hepatitis (resolusi WHA 63.18 tahun 2010 tentang hepatitis),

yaitu semua negera didunia sudah saatnya melakukan pengendalian hepatitis.

Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat

dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat

melalui program dan kegiatan, puskesmas berperan serta mewujudkan

keberhasilan pembangunan Indonesia khususnya diwilayah kerja dalam bentuk


kegiatan pokok. Pemeriksaan deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil dilakukan di

semua desa / kelurahan diwilayah kerja, yaitu di 5 (lima) kelurahan.

Oleh karena itu diharapkannya kerja sama dari lintas program, diantaranya

program promkes (promosi kesehatan) yaitu dapat membantu dalam memberikan

penyuluhan tentang bahaya hepatitis pada ibu hamil .

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum terlaksananya kegiatan deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil

di Puskesmas Kampung Sawah

1.2.2 Tujuan khusus petugas fasilitas kesehatan mampu melakukan :

a. Deteksi dini Hepatitis B pada masyarakat.

b. Melakukan rujukan kasus pada mereka yang menunjukkan hasil

pemeriksaan laboratorium Hepatitis B (+).

c. Penyuluhan atau KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) tentang Heptitis

B.

d. Melakukan upaya pencegahan.

1.3 Manfaat

a. Untuk mendeteksi secara dini Hepatitis B pada masyarakat.

b. Untuk melakukan rujukan kasus pada mereka yang menunjukkan hasil

pemeriksaan laboratorium Hepatitis B (+).

c. Untuk melakukan penyuluhan atau KIE (Komunikasi Informasi

Edukasi) tentang Heptitis B.

d. Untuk melakukan upaya pencegahan.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PERENCANAAN

Perencanaan yang disusun melalui pengenalan permasalahan secara

tepat berdasarkan data yang akurat, serta diperoleh dengan cara dan dalam

waktu yang tepat, maka akan dapat mengarahkan upaya kesehatan yang

dilaksanakan Puskesmas dalam mencapai sasaran dan tujuannya. Dalam

upaya mencakup seluas mungkin sasaran masyarakat yang harus dilayani,

serta mengingat ketersediaan sumber daya yang terbatas, maka pelayanan

kesehatan harus dapat dilaksanakan secara terintegrasi baik lintas program

maupun lintas sektor. Kepala Puskesmas harus mampu membangun kerjasama

dan mengkoordinasikan program di internal Puskesmas dan di eksternal

dengan mitra lintas sektor. Koordinasi dengan lintas sektor sangat diperlukan,

karena faktor penyebab dan latar belakang masalah kesehatan tertentu

kemungkinan hanya dapat diselesaikan oleh mitra lintas sektor.

Peran pemerintah daerah sangat besar dalam menyelesaikan

permasalahan kesehatan di masyarakat, oleh karenanya Puskesmas perlu

mencari dukungan dari pemerintah daerah yang dimulai dari tingkat

desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten/kota. Proses perencanaan

Puskesmas harus terintegrasi kedalam sistem perencanaan daerah melalui


forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang disusun

secara top down dan bottom-up.

Proses perencanaan Puskesmas akan mengikuti siklus perencanaan

pembangunan daerah, dimulai dari tingkat desa/kelurahan, selanjutnya

disusun pada tingkat kecamatan dan kemudian diusulkan ke dinas kesehatan

kabupaten/kota. Perencanaan Puskesmas yang diperlukan terintegrasi dengan

lintas sektor kecamatan, akan diusulkan melalui kecamatan ke pemerintah

daerah kabupaten/kota.

Puskesmas akan menyusun rencana 5 (lima) tahunan dan rincian

rencana tahunannya berdasarkan pada hasil evaluasi tahun sebelumnya dan

mengacu pada kebijakan kesehatan dari tingkat administrasi diatasnya, baik

kabupaten/kota, provinsi, dan pusat. Untuk kepentingan penyusunan

perencanaan Puskesmas, perlu diselaraskan dengan Program Indonesia Sehat

dengan Pendekatan Keluarga dan program kesehatan nasional lainnya

2.1.1 PENYUSUNAN RENCANA LIMA TAHUNAN

Dalam rangka meningkatkan prinsip penyelenggaraan Puskesmas, agar

mampu mencapai tujuan yang diharapkan, serta mengembangkan dan

membina pelayanan kesehatan di wilayahnya secara efektif dan efisien, perlu

disusun rencana lima tahunan ditingkat Puskesmas. Dengan adanya Rencana


Lima Tahunan Puskesmas, maka kelangsungan pelaksanaan kegiatan

pelayanan kesehatan pada setiap tahun untuk satu periode akan dapat lebih

terjamin, walaupun terjadi pergantian pengelola dan pelaksana kegiatan di

Puskesmas maka diharapkan pengembangan program/kegiatan tetap berjalan

sesuai dengan Rencana Lima Tahunan yang telah ada. Penyusunan Rencana

Lima Tahunan Puskesmas dilakukan pada setiap periode lima tahun, dengan

tahap pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Persiapan

Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses

penyusunan Rencana Lima Tahunan Puskesmas agar memperoleh

kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap

perencanaan. Tahap ini dilakukan dengan cara:

a. Kepala Puskesmas membentuk Tim Manajemen Puskesmas yang

anggotanya terdiri dari Tim Pembina Wilayah, Tim Pembina

Keluarga, Tim Akreditasi Puskesmas, dan Tim Sistem Informasi

Puskesmas.

b. Kepala Puskesmas menjelaskan tentang Pedoman Manajemen

Puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi

keberhasilan penyusunan Rencana Lima Tahunan Puskesmas.


c. Tim mempelajari:

(1) Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota, yang

merupakan turunan dari Rencana Lima Tahunan dinas

kesehatan provinsi dan Rencana Lima Tahunan Kementerian

Kesehatan.

(2) Standar Pelayanan Minimal tingkat kabupaten/kota.

(3) Target yang disepakati bersama dinas kesehatan

kabupaten/kota, yang menjadi tanggung jawab Puskesmas.

(4) Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan

Keluarga.

(5) Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui Pendekatan

Keluarga.

(6) NSPK lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui oleh tim di

dalam penyusunan perencanaan Puskesmas.

2. Analisis Situasi

Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan

dan mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi Puskesmas, agar

dapat merumuskan kebutuhan pelayanan dan pemenuhan harapan

masyarakat yang rasional sesuai dengan keadaan wilayah kerja Puskesmas.

Tahap ini dilakukan dengan cara:


a. Mengumpulkan data kinerja Puskesmas:

Puskesmas mengumpulkan dan mempelajari data kinerja dan

gambaran status kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

dalam 4 tahun yang dimulai dari tahun N-5 sampai dengan tahun N-2

untuk setiap desa/kelurahan. N menunjukan tahun yang akan disusun,

sehingga untuk menyusun perencanaan lima tahunan (sebagai contoh

perencanaan lima tahunan periode tahun 2018-2022), maka data

kinerja akhir tahun yang dikumpulkan dan dipelajari adalah tahun

2013, 2014, 2015 dan 2016. Data yang dikumpulkan ditambah hasil

evaluasi tengah periode (midterm evaluation) dari dokumen laporan

tahun berjalan(N-1). Adapun data kinerja dan status kesehatan

masyarakat diperoleh dari Sistem Informasi Puskesmas. Data yang

dikumpulkan adalah:

(1) Data dasar, yang mencakup:

a) Identitas Puskesmas;

b) Wilayah kerja Puskesmas

c) Sumber daya Puskesmas, meliputi:

 Manajemen Puskesmas;

 Gedung dan sarana Puskesmas

 Jejaring Puskesmas, lintas sektor serta potensi

sumber daya lainnya;


 Sumber daya manusia kesehatan; dan

 Ketersediaan dan kondisi peralatan Puskesmas.

(2) Data UKM Esensial, yaitu:

a) Promosi Kesehatan dan uks

b) Pelayanan gizi masyarakat

c) Pelayanan Gizi KIA-KB;

d) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

e) Pelayanan kesehatan lingkungan sehat

f) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular.

g) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat

(3) Data UKM Pengembangan, antara lain:

a) Kesehatan Jiwa;

b) Kesehatan Gigi Masyarakat;

c) Kesehatan Tradisional dan Komplementer;

d) Kesehatan Olahraga;

e) Kesehatan Kerja;

f) Kesehatan Lanjut Usia; dan/atau

(4) Data UKP, antara lain:

a) Pelayanan KIA-KB
b) Pelayanan Umum;

c) Kesehatan Gigi dan Mulut; dan

d) Pelayanan gawat darurat

e) Pelayanan gizi perorangan

f) Laboratorium

(5) Kondisi keluarga di wilayah kerjanya yang diperoleh dari

Profil Kesehatan Keluarga (Prokesga) melalui pelaksanaan

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Setiap

keluarga pada wilayah kerja Puskesmas akan terpantau

kondisi status kesehatan sebuah keluarga terkait 12 indikator

utama sebagai berikut:

a. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana

(KB);

b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;

c. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;

d. Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;

e. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;

f. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan

sesuai standar;

g. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara

teratur;
h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan

tidak ditelantarkan;

i. Anggota keluarga tidak ada yang merokok;

j. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN);

k. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan

l. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban

sehat.

Data tersebut diolah dan dianalisis sehingga

menghasilkan Indeks Keluarga Sehat (IKS) pada tingkat

keluarga, tingkat desa atau kelurahan, dan tingkat Puskesmas.

Hasil perhitungan IKS tersebut, selanjutnya dapat ditentukan

kategori kesehatan masing-masing keluarga dengan mengacu

padaketentuan berikut:

1) Nilai indeks > 0,800 : keluarga sehat

2) Nilai indeks 0,500 – 0,800 : pra-sehat

3) Nilai indeks < 0,500 : tidak sehat

b. Analisis data.

Dalam rangka mendapatkan informasi sebagai landasan

penyusunan Rencana Lima Tahunan Puskesmas, dilaksanakan


analisis data Puskesmas, berdasarkan hasil analisis perhitungan IKS

dan data kesehatan lain yang telah dikumpulkan. Beberapa metode

analisis data yang dapat dilaksanakan di Puskesmas adalah sebagai

berikut:

1) Analisis Deskriptif

Menggambarkan/menjelaskan data yang terdapat dalam tabel

sesuai karakteristik data yang ditampilkan, termasuk nilai rata-

rata, nilai minimal dan maksimal, serta nilai kuartil.

2) Analisis Komparatif

Menjelaskan data dengan membandingkan karakteristik data

wilayah yang satu dengan wilayah lainnya atau membandingkan

dengan target/standar tertentu, antar jenis kelamin, antar

kelompok umur, antar sumber data. Secara khusus, dengan

tersedianya data kesehatan yang terpilah menurut jenis kelamin,

dapat dikomparasikan derajat kesehatan, upaya kesehatan, dan

sumber daya kesehatan antara laki-laki dan perempuan

3) Analisis Hubungan Dalam Program dan Antar Program Analisis

hubungan dalam program dan antar program adalah analisis yang

menjelaskan hubungan/keterkaitan variabel dalam dan atau antar

program yang secara logika memiliki hubungan.


3. Perumusan Masalah

Dari hasil analisis data, dilaksanakan perumusan masalah. Masalah

adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.Tahapan ini

dilaksanakan melalui:

a. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar

masalah yang dikelompokkan menurut jenis upaya, target,

pencapaian, dan masalah yang ditemukan.

Tabel 2. Contoh Tabel Identifikasi Masalah

Keterangan:

Masalah dirumuskan berdasarkan prinsip 5W1H (What,

Who,When, Where, Why and How/Apa masalahnya, siapa

yangterkena masalahnya, kapan masalah itu terjadi, dimana masalah

itu terjadi, kenapa dan bagaimana masalah itu terjadi).

b. Menetapkan Urutan Prioritas Masalah


Mengingat adanya keterbatasan kemampuan dalam mengatasi

masalah, ketidaktersediaan teknologi yang memadai atau adanya

keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu

dipilih masalah prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila tidak

dicapai kesepakatan dapat ditempuh dengan menggunakan kriteria

lain. Dalam penetapan urutan prioritas masalah dapat

mempergunakan berbagai macam metode seperti metode USG

(Urgency,Seriousness, Growth) dan sebagainya.

Metode USG: Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah

salah satu alatuntuk menyusun urutan prioritas isu yang harus

diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat

urgensi,keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan

skala nilai 1 – 5 atau 1 – 10. Isu yang memiliki total skor tertinggi

merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, dapat diuraikan

sebagai berikut:

(1) Urgency:

Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan

dengan waktu yang tersedia dan seberapa keras tekanan waktu

tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu

tadi. Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau

tidak masalah tersebut diselesaikan.


(2) Seriousness:

Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan

akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah

yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang

menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab

isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan

yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah

lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu

masalah lain yang berdiri sendiri. Seriousness dilihat dari

dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja,

pengaruh terhadap keberhasilan, dan membahayakan sistem

atau tidak.

(3) Growth:

Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang

dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin

memburuk kalau dibiarkan.

(4) Feasibility:

Yakni apakah masalah tersebut mudah diatasi mengacu

kepada kemampuan keluarga/RT/RW/Kelurahan/Desa/

Kecamatan/Puskesmas.
Data atau informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan

metode USG, yakni sebagai berikut:

(1) Hasil analisa situasi

(2) Informasi tentang sumber daya yang dimiliki

(3) Dokumen tentang perundang-undangan, peraturan, serta

kebijakan pemerintah yang berlaku.

Tabel 3. Contoh matriks pemecahan masalah dengan metode USG

No MASALAH U S G TOTAL

1. Masalah A 5 3 3 11

2. Masalah B 4 4 4 12

3. Masalah C 3 5 5 13

Keterangan: berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar,

4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil). Atas dasar contoh

tersebut maka isu yang merupakan prioritas adalah Isu C.

c. Mencari Akar Penyebab Masalah

Setelah ditentukan masalah yang menjadi prioritas, selanjutnya

dicari akar penyebab dari masalah tersebut. Penyebab masalah

agar dikonfirmasi dengan data di Puskesmas. Beberapa metode


yang dapat dipergunakandalam mencari akar penyebab masalah

yaitu:

1) Diagram sebab akibat dari Ishikawa (diagram tulang ikan/

fish bone). Diagram sebab akibat digambarkan seperti

contoh pada formulir 1 terlampir, langkah-langkah

penyusunannya meliputi:

 Tuliskan “masalah” pada bagian kepala ikan.

 Buat garis horizontal dengan anak panah menunjuk

kearah kepala ikan.

 Tetapkan kategori utama dari penyebab.

 Buat garis dengan anak panah menunjuk ke garis

horizontal.

 Lakukan brainstorming (curah pendapat) dan fokuskan

pada masing-masing kategori.

 Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama

lakukan untuk kategori utama yang lain.

 Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba

membuat daftar sub penyebab dan letakkan pada cabang

yang lebih kecil.

 Setelah semua ide/pendapat dicatat, lakukan klarifikasi

data untuk menghilangkan duplikasi ketidaksesuaian

dengan masalah, dll.


Yang perlu diperhatikan:

 Fish bone diagram hanya menggambarkan

tentangkemungkinan suatu penyebab, bukan

fakta/penyebab yang sesungguhnya, untuk itu diperlukan

konfirmasi dengan data di Puskesmas untuk

memastikannya.

 Efek (masalah) perlu diidentifikasi dan dipahami dengan

jelas sehingga tidak terjadi kerancuan dalam mencari

kemungkinan penyebabnya.

 Alat ini merupakan cara terbaik untuk mengidentifikasi

kemungkinan penyebab secara terfokus sehingga dapat

dihindari kemungkinan terlewatnya penyebab.

 Pastikan bahwa setiap anggota tim dapat terlibat secara

penuh dalam proses penyusunan fish bone diagram

tersebut.

2) Pohon Masalah (Problem Trees).

Pohon Masalah terlihat seperti pada contoh formulir 2

terlampir. Langkah-langkah penyusunannya meliputi:

 Tuliskan “masalah” pada kotak di puncak pohon masalah.

 Buat garis panah vertikal menuju kotak tersebut.


 Tetapkan kategori utama dari penyebab dan tuliskan pada

kotak dibawahnya dengan arah panah menuju ke kotak

masalah.

 Lakukan curah pendapat dan fokuskan pada masing-

masing kategori.

 Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama lakukan

untuk kategori utama yang lain.

 Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba

membuat daftar sub penyebab dan letakkan pada kotak

yang ada dibawahnya.

 Setelah semua pendapat tercatat, lakukan klarifikasi data

untuk menghilangkan duplikasi, tidak sesuai dengan

masalah, dan lain-lain.

Kemungkinan penyebab masalah dapat berasal dari:

1) Input (sumber daya): sarana, prasarana, alat kesehatan,

tenaga, obat dan bahan habis pakai, anggaran dan data.

2) Proses (pelaksanaan kegiatan).

3) Lingkungan.
d. Menetapkan Cara Pemecahan Masalah

Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan

kesepakatan di antara anggota tim dengan didahului brainstorming

(curah pendapat). Bila tidak terjadi kesepakatan dapat digunakan

tabel cara pemecahan masalah. Langkah-langkah pemecahan

masalah sebagai berikut:

1) Brainstorming (curah pendapat).

Dilaksanakan untuk membangkitkan ide/gagasan/pendapat

tentang suatu topik atau masalah tertentu dari setiap anggota

tim dalam periode waktu yang singkat dan bebas dari kritik.

Manfaat dari brainstorming adalah untuk:

 Mendapatkan ide/pendapat/gagasan sebanyak-banyaknya

 Pengembangan kreatifitasi berpikir dari anggota tim

 Memacu keterlibatan seluruh peserta (anggota tim).

Tipe brainstorming:

 Terstruktur, tiap anggota tim menyampaikan ide/gagasan

bergiliran.

 Tidak terstruktur, tiap peserta yang mempunyai ide/gagasan

dapat langsung menyampaikannya.


Langkah-langkah:

 Tetapkan suatu topik/masalah sejelas mungkin.

 Beri waktu beberapa saat kepada anggota untuk memahami

dan memikirkannya.

 Tetapkan waktu yang akan digunakan untuk curah pendapat,

misalnya 30-45 menit.

 Anggota tim menyampaikan ide.

 Apabila terdapat beberapa anggota yang mendominasi,

gunakan curah pendapat terstruktur sehingga seluruh

anggota mempunyai kesempatan yang sama. Bila yang

dipilih secara terstruktur, anggota yang tidak menyampaikan

pendapat pada gilirannya harus mengucapkan “Pass” dan

kesempatan diberikan pada anggota berikutnya.

 Beri dorongan/rangsangan agar anggota berani

memberikan/mengajukan pendapat.

 Selama brainstorming berjalan, tidak dibenarkan

menanggapi pendapat anggota yang sedang berbicara. Bila

ini terjadi, pimpinan sidang harus segera menegur.

 Tuliskan setiap ide/gagasan tersebut pada flipchart sehingga

dapat dilihat oleh seluruh anggota.

 Teruskan brainstorming sampai waktu yang telah ditetapkan

habis.
 Lakukan klarifikasi, hilangkan sesuatu yang menyimpang

dari topik atau duplikasi yang terjadi.

 Buat list pendek yang berhubungan dengan topik yang

dibahas.

2) Kesepakatan di antara anggota tim, berdasarkan hasil dari curah

pendapat (brainstorming). Hasil kesepakatan dipergunakan

sebagai bahan penyusunan Rencana Lima Tahunan.

3) Bila tidak terjadi kesepakatan, digunakan metode Tabel cara

pemecahan masalah sebagai berikut:

Tabel 4. Contoh Tabel Cara Pemecahan Masalah

4. Penyusunan Rencana Lima Tahunan

Berdasarkan kesepakatan cara pemecahan masalah dapat

dikembangkan program kegiatan dan ditentukan target yang akan dicapai.

Pengawasan dan pengendalian untuk pencapaian target Rencana Lima

Tahunan dilakukan setiap tahun, dan pada tengah periode lima tahunan

dilakukan evaluasi periode tengah lima tahun (Midterm evaluation), untuk


menyesuaikan target akhir Rencana Lima Tahunan. Hal ini perlu dilakukan

untuk mengakomodir perubahan kebijakan ataupun kebijakan yang baru,

hasil analisis trend pencapaian program, kemungkinan penambahan

sumber daya dan kemungkinan masalah kesehatan yang baru. Rincian

pelaksanaan kegiatan dalam mencapai target prioritas yang telah ditetapkan

pada perencanaan lima tahunan akan disusun dalam perencanaan tahunan

Puskesmas. Perencanaaan Lima Tahunan dibuat sesuai contoh formulir 3

terlampir

2.1.2 PENYUSUNAN RENCANA TAHUNAN

Penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas harus dilengkapi dengan usulan

pembiayaan untuk kebutuhan rutin, sarana, prasarana dan operasional

Puskesmas. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk tahun

mendatang (N+1) disusun pada bulan Januari tahun berjalan (N) berdasarkan

hasil kajian pencapaian kegiatan tahunsebelumnya (N-1), dan diharapkan

proses penyusunan RUK telah selesai dilaksanakan di Puskesmas pada akhir

bulan Januari tahun berjalan (N).

Adapun tahapan penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas seperti tahapan

penyusunan Rencana Lima Tahunan Puskesmas, yaitu:


1. Persiapan

Langkah-langkah dalam tahap persiapan dilaksanakan seperti tahap

persiapan pada penyusunan Rencana Lima Tahunan Puskesmas. Pada

tahap ini tim mempelajari:

a. Rencana Lima Tahunan Puskesmas

b. Penjabaran tahunan rencana capaian target Standar Pelayanan

Minimal tingkat kabupaten/kota.

c. Target yang disepakati bersama Dinas kesehatan kabupaten kota,

yang menjadi tanggung jawab Puskesmas.

d. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan

Keluarga.

e. Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui Pendekatan Keluarga.

f. NSPK lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui oleh tim di

dalam penyusunan perencanaan Puskesmas.

2. Analisis Situasi

a. Mengumpulkan data kinerja Puskesmas:

Puskesmas mengumpulkan dan mempelajari data kinerja

dan gambaran status kesehatan masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas di tahun (N-2) untuk setiap desa/kelurahan. N

menunjukan tahun yang akan disusun, sehingga untuk menyusun

perencanaan tahunan (sebagai contoh tahun 2017), maka data


kinerja yang dikumpulkan dan dipelajari adalah data tahun 2015.

Data diperoleh dari Sistem Informasi Puskesmas.

b. Analisis data.

Hasil analisis data harus bisa menggambarkan:

1) Kecenderungan pencapaian status kesehatan

masyarakat dan hasil kinerja Puskesmas pada tahun (N-3) dan

tahun (N-2). Status kesehatan keluarga dan masyarakat dapat

dilihat dari hasil Indeks Keluarga Sehat yang diperoleh dari

pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan

Keluarga.

2) Hasil kinerja dan mutu penyelenggaraan kesehatan di tahun

(N-2).

3) Prediksi status kesehatan dan tingkat kinerja Puskesmas di

tahun N, baik prediksi untuk pencapaian target kinerja dan

status kesehatan masyarakatnya maupun untuk kesenjangan

pencapaian hasilnya serta antisipasi yang perlu diperhatikan

terhadap kemungkinan penyebab dan hambatan yang ada serta

yang mungkin akan terjadi.

4) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung kemungkinan

adanya suatu perubahan yang signifikan terjadi, baik

perubahan ke arah yang lebih baik dan perubahan kearah yang


buruk, dan memanfaatkan pengalaman tersebut untuk

mengadakan perbaikan pelayanan kesehatan.

5) Ketersediaan dan kemampuan sumber daya Puskesmas.

c. Analisis masalah dari sisi pandang masyarakat, yang dilakukan

melalui Survey Mawas Diri/Community Self Survey (SMD/CSS).

3. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dilaksanakan seperti pada

PenyusunanRencana Lima Tahunan Puskesmas.

4. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

Penyusunan RUK diformulasikan setelah melalui tahapan diatas,

bersama dengan lintas sektor terkait dan didampingi oleh dinas

kesehatan kabupaten/kota. Penyusunan RUK terintegrasi kedalam

sistem perencanaan daerah dan dalam tataran targetpencapaian akses,

target kualitas pelayanan, target pencapaian output dan outcome, serta

menghilangkan kondisi yang dapat menyebabkan kehilangan peluang

dari sasaran program untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang

seharusnya dapat dilaksanakan secara terintegrasi dalam satu

pelaksanaan (missedopportunity). Seperti cakupan persalinan oleh

tenaga kesehatan(PN) dengan cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD),

Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) dengan cakupan imunisasi

HB0, cakupan kunjungan neonatal 1 (KN1) dengan cakupan kunjungan


nifas pertama (KF1), dan lain sebagainya. Rencana usulan kegiatan

dibuat sesuai contoh pada formulir 4 terlampir.

5. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)

Tahap penyusunan RPK dilaksanakan melalui pendekatan keterpaduan

lintas program dan lintas sektor dalam lingkup siklus kehidupan.

Keterpaduan penting untuk dilaksanakan mengingat adanya

keterbatasan sumber daya di Puskesmas. Dengan keterpaduan tidak akan

terjadi missed opportunity, kegiatan Puskesmas dapat terselenggara

secara efisien, efektif, bermutu, dan target prioritas yang ditetapkan

pada perencanaan lima tahunan dapat tercapai.

Penyusunan RPK terintegrasi kedalam sistem perencanaan didaerah,

dengan tahapan:

a. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.

b. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan RUK yang

diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK.

c. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan

dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan

lokasi pelaksanaan.

d. Mengadakan Lokakarya Mini Bulanan Pertama untuk membahas

kesepakatan RPK.
e. Membuat RPK tahunan yang telah disusun dalam bentuk matriks.

Rencana Pelaksanaan Kegiatan tahunan dibuat sesuai contoh pada

formulir 5 terlampir.

f. RPK dirinci menjadi RPK bulanan bersama dengan target

pencapaiannya, dan direncanakan kegiatan pengawasan dan

pengendaliannya. Rencana Pelaksanaan Kegiatan bulanan dibuat

sesuai contoh format 6 terlampir.

g. RPK dimungkinkan untuk dirubah/disesuaikan dengan kebutuhan

saat itu apabila dalam hasil analisis pengawasan dan pengendalian

kegiatan bulanan dijumpai kondisi tertentu (bencana alam, konflik,

Kejadian Luar Biasa, perubahan kebijakan mendesak, dll) yang

harus dituangkan kedalam RPK. Perubahan RPK dilakukan dengan

pendampingan dinas kesehatan kab/kota, dan tidak mengubah pagu

anggaran yang ada.

h. Untuk semua kegiatan yang akan dilaksanakan, agar dapat

dipertanggungjawabkan dengan baik, perlu didukung dokumen

yang relevan. Dengan tuntunan dokumen yang dibuat, dipastikan

bahwa kegiatan yang dimaksud dapat diselesaikan, sehingga sasaran

dan tujuan akan tercapai. Dokumen tersebut antara lain berupa:

1) Peraturan/Keputusan Kepala Puskesmas;

2) Kerangka Acuan Kegiatan;

3) Standar Operasional Prosedur; dan

4) Dokumen lain yang dibutuhkan.


Pada Puskesmas yang telah melaksanakan pola pengelolaan

keuangan BLUD, format untuk formulir perencanaan lima tahunan

Puskesmas dan perencanaan tahunan Puskesmas, disesuaikan dengan

peraturan pola pengelolaan BLUD yang berlaku.

2.2 PERMENKES NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSKESMAS

Menimbang :

a. bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu jenis fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam

sistem kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan;

b. bahwa penyelenggaraan Pusat Kesehatan Masyarakat perlu ditata ulang

untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan

dalam rangka meningkatkan derajat masyarakat serta menyukseskan

program jaminan sosial nasional;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a

dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);


2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637)

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 8737)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5542)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan

Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

184, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5570)

7. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193)

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem

Rujukan Pelayanan Kesehatan Perseorangan (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2013 Nomor 122)


9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1118)

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2013 tentang Kriteria

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terpencil, Sangat Terpencil, dan Fasilitas

Pelayanan Kesehatan yang Tidak Diminati (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2013 Nomor 153)

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2013 Nomor 906.

MEMUTUSKAN DAN MENETAPKAN PERATURAN MENTERI

KESEHATAN TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan

untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh

pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

2. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas

adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya


kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat

pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,

untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya.

3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah satuan kerja pemerintahan

daerah kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

urusan pemerintahan dalam bidang kesehatan di kabupaten/kota.

4. Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM

adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah

kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.

5. Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP

adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan

kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan,

penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan

memulihkan kesehatan perseorangan.

6. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

7. Registrasi adalah proses pendaftaran Puskesmas yang meliputi

pengajuan dan pemberian kode Puskesmas.


8. Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan terhadap Puskesmas yang

diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang

ditetapkan oleh Menteri setelah dinilai bahwa Puskesmas telah

memenuhi standar pelayanan Puskesmas yang telah ditetapkan oleh

Menteri untuk meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas secara

berkesinambungan.

9. Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

mengatur pelimpahan tugas dan tanggungjawab pelayanan kesehatan

secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal.

10. Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh Puskesmas

kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,

pencatatan, pelaporan, dan dituangkan dalam suatu sistem.

11. Sistem Informasi Puskesmas adalah suatu tatanan yang menyediakan

informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam

melaksanakan manajemen Puskesmas dalam mencapai sasaran

kegiatannya.

12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

di bidang kesehatan.

Pasal 2 (1) Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas

bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:

a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat


b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu

c. hidup dalam lingkungan sehat

d. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat

(2) Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendukung terwujudnya

kecamatan sehat.

BAB II PRINSIP PENYELENGGARAAN, TUGAS, FUNGSI DAN

WEWENANG

(1) Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:

a. paradigma sehat

b. pertanggung jawaban wilayah

c. kemandirian masyarakat

d. pemerataan

e. teknologi tepat guna

f. keterpaduan dan kesinambungan.

(2) Berdasarkan prinsip paradigma sehat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a, Puskesmas mendorong seluruh pemangku

kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan


mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

(3) Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban wilayah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b, Puskesmas menggerakkan dan

bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah

kerjanya.

(4) Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c, Puskesmas mendorong kemandirian

hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

(5) Berdasarkan prinsip pemerataan sebagaimana pada ayat (1) huruf

d, Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat

diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya

secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya

dan kepercayaan.

(6) Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf e, Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan

Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai

dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak

berdampak buruk bagi lingkungan.

(7) Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf f, Puskesmas mengintegrasikan dan


mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program

dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung

dengan manajemen Puskesmas.

BAB III PERSYARATAN

Pasal 9

(1) Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.

(2) Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan

lebih dari 1 (satu) Puskesmas.

(3) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan

berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan

aksesibilitas.

(4) Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi,

bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan

laboratorium.

Pasal 10

(1) Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan: a.

geografis; b. aksesibilitas untuk jalur transportasi; c. kontur tanah; d.

fasilitas parkir; e. fasilitas keamanan; f. ketersediaan utilitas publik; g.

pengelolaan kesehatan lingkungan; dan h. kondisi lainnya.


(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendirian

Puskesmas harus memperhatikan ketentuan teknis pembangunan

bangunan gedung negara.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lokasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 11

(1) Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang meliputi:

a. persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan

kerja, serta persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

b. bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain.

c. menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan

keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam memberi

pelayanan bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan khusus,

anak-anak dan lanjut usia.

Pasal 12

(1) Selain bangunan Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,

setiap Puskesmas harus memiliki bangunan rumah dinas Tenaga

Kesehatan.
(2) Bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) didirikan dengan mempertimbangkan aksesibilitas tenaga

kesehatan dalam memberikan pelayananPasal 13 (1) Puskesmas harus

memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri atas:

a. sistem penghawaan (ventilasi)

b. sistem pencahayaan

c. sistem sanitasi

d. sistem kelistrikan

e. sistem komunikasi

f. sistem gas medic

g. sistem proteksi petir

h. sistem proteksi kebakaran

i. sistem pengendalian kebisingan

j. sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai

k. kendaraan Puskesmas keliling

Pasal 14

Bangunan dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 sampai

dengan Pasal 13 harus dilakukan pemeliharaan, perawatan, dan

pemeriksaan secara berkala agar tetap laik fungsi.


Pasal 15

(1) Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan :

a. standar mutu, keamanan, keselamatan

b. memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundangundangan

c. diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan

pengkalibrasi yang berwenang

Pasal 16 (1) Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga

Kesehatan dan tenaga non kesehatan.

(2) Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan analisis

beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang

diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik

wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian

waktu kerja.

(3) Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling

sedikit terdiri atas:

a. dokter atau dokter layanan primer

b. dokter gigi

c. perawat
d. bidan

e. tenaga kesehatan masyarakat

f. tenaga kesehatan lingkungan

g. ahli teknologi laboratorium medic

h. tenaga gizi

i. tenaga kefarmasian.

(4) Tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan,

sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan jumlah minimal Tenaga

Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 17 (1) Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai

dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional,

etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan

kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan

keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.

(2) Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki

surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan


Pasal 18 (1) Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan

oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan

untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.

(2) Pelayanan kefarmasian di Puskesmas sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.

Pasal 19 (1) Pelayanan laboratorium di Puskesmas harus memenuhi

kriteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan.

(2) Pelayanan laboratorium di Puskesmas sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Masih banyaknya Ibu Hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya di

Puskesmas.

2. Fasilitas Kesehatan yang tidak bertempat di Puskesmas Kampung Sawah.

3. Penyuluhan kurang diterima di Masyarakat.

3.2 PRIORITAS MASALAH

Persentase Deteksi 80 14,47% Cakupan Deteksi dini

dini hepatitis B % Hepatitis B pada Ibu

pada ibu hamil hamil di wilayah UPT

Puskesmas Kampung

Sawah sebesar 14,47 %

dibawah target dari

target 80%

3.3 RUMUSAN MASALAH

Cakupan Deteksi Dini Hepatitis B pada Ibu Hamil UPT Puskesmas Kampung

Sawah mencapai 14,47% dari target pencapaian 80%.


3.4 FISH BONE

3.5 ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

1. Pemanfaatan Kader untuk promosi mengenai Puskesmas adalah bentuk

pelayanan tingkat pertama di Masyarakat.

2. Pemanfaatan kader dan memberikan reward bagi yang selalu mengecek Ibu

Hamil pada daerah yang dinaunginya (sweeping/door to door).

3. Puskesmas melakukan pelatihan kepada kader lebih dini agar kualitas kader

semakin baik.

Anda mungkin juga menyukai