“TAWURAN WARGA”
DISUSUN OLEH:
2022
1. Patomekanisme terjadinya luka/trauma ?
Jawab :
Luka merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antar jaringan
(discontinuous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan
pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang. Luka adalah salah satu kasus yang sering
terjadi dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Dalam ilmu kedokteran forensik, luka
adalah hasil dari kekerasan fisik, yang merusak kontinuitas jaringan tubuh. Trauma
dijelaskan sebagai luka pada tubuh yang disebabkan oleh kekerasan fisik, mekanik
atau kimiawi, yang dapat menyebabkan luka atau kemungkinan komplikasi. Secara
medis, kekerasan mengacu kepada perilaku yang mengakibatkan cedera atau cedera
itu sendiri. Kekerasan ini bisa berakibat secara psikologis maupun secara fisik.
Mekanisme cedera mengacu pada berbagai kekuatan yang umumnya terkait
dengan trauma (misalnya proyektil, kekerasan tajam, kekerasan tumpul, trauma
termal serta trauma multipel). Identifikasi luka mengenai mekanisme cedera
tergantung pada pola luka dan juga kontribusi baik faktor intrinsik dan ekstrinsik dari
mekanisme perlukaan (Suryati,2019).
Sumber:
Aminuddin,M., Sukmana,M., Nopriyanto,D. 2020. MODUL PERAWATAN LUKA.
Samarinda : CV Gunawana Lestari
Suryati,T., Priyanto,M.K. 2019. PERAN KEDOKTERAN FORENSIK DALAM
PENGUNGKAPAN KASUS PEMBUNUHAN SATU KELUARGA DI BANDA
ACEH. Volume 19 (1). Viewed on 12 Mei 2022. from:
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/18051/12850
2. Jenis-jenis luka ?
Jawab :
Jenis luka berdasarkan penyebabnya
a. Luka lecet (Vulnus Excoriasi )
luka ini akibat gesekan dengan benda keras misalnya terjatuh dari motor
sehinggaterjadi gesekan antara anggota tubuh dengan aspal. Dimensi luka yaitu
hanya memilikipanjang dan lebar, namun biasanya mengenai ujung-ujung syaraf
nyeri di kulit sehinggaderajat nyeri biasanya lebih tinggi dibanding luka robek.
b. Luka sayat (Vulnus scissum)
Jenis luka ini disebabkan oleh sayatan benda tajam misalnya logam atau kayu.
Lukayang dihasilkan tipis dan kecil, yang juga bisa disebabkan karena di sengaja
dalamproses pengobatan
c. Luka robek atau parut (Vulnus laseratum)
Luka jenis ini biasa karena benda keras yang merusak permukaan kulit
misalnyaterjatuh, terkena ranting pohon, atau terkena batu sehingga menimbulkan
robekan padakulit. Dimensi luka panjang, lebar dan dalam.
d. Luka tusuk (Vulnus punctum)
Luka terjadi akibat tusukan benda tajam, berupa luka kecil dan dalam. Pada luka
iniperlu diwaspadai adanya bakteri clostridium tetani benda tajam/logam
yangmenyebabkan luka.
e. Luka gigitan (Vulnus morsum)Luka jenis ini disebabkan gigitan gigi, baik itu oleh
manusia ataupun binatang sepertiserangga, ular, dan binatang buas. Perlu
diwaspadai luka akibat gigitan dari ularberbisa yang berbahaya.
f. Luka bakar (Vulnus combustion)
luka atau kerusakan jaringan yang timbul karena suhu tinggi. Penanganan jenis
luka inididasarka pada empat stadium luka dan prosentase permukaan tubuh yang
terbakar.
sumber :
Otaviani,D.J.dkk. 2019. Review: Bahan Alami Penyembuh Luka. Volume 4 (3).
Viewed on 12 Mei 2022. From:
http://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika/article/download/22939/11258
GAMBAR: salah satu pasien laki-laki yang terlibat tawuran antar warga
menggunakan alat tajam seperti pisau, parang, golok, samurai dll.
Jenis luka : Vulnus Laceratum (Luka Robek)
Luka yang jaringan kulit dan jaringa ikat terpisah.Luka jenis ini biasa karena
benda keras yang merusak permukaan kulit misalnya terjatuh, terkena ranting
pohon, atau terkena batu sehingga menimbulkan robekan padakulit. Dimensi luka
panjang, lebar dan dalam (Otaviani,2019).
Lokasi : Parietal Dextra
Jumlah luka : 1
Bentuk luka : Tidak Teratur
Tepi luka : Tidak teratur
Sekitar luka : Memar
Dimensi/ukuran : Panjang dan lebar
sumber :
Otaviani,D.J.dkk. 2019. Review: Bahan Alami Penyembuh Luka. Volume 4 (3).
Viewed on 12 Mei 2022. From:
http://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika/article/download/22939/11258
Sumber :
Ohoiwutun,Triana.2016. Ilmu Kedokteran Forensik : Interaksi Dan Dependensi
Hukum Pada Ilmu Kedokteran. Yogyakarta: Pohon Cahaya.
Sumber :
Wintoko,R., Yadika,A.D. 2020. Manajemen Terkini Perawatan Luka. Volume 4(2).
viewed on 12 Mei 2022. From:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/download/2893/2818
6. Jenis-jenis VeR ?
Jawab :
Macam visum et repertum berdasarkan penggunaannya sebagai alat bukti adalah
sebagai berikut:
a. Untuk korban hidup:
1. Visum et repertum yang diberikan sekaligus, yaitu pembuatan visum et
repertum yang dilakukan apabila orang yang dimintakan visum et repertum
tidak memerlukan perawatan lebih lanjut atas kondisi luka-luka yang
disebabkan dari tindak pidana. Pada umumnya visum et repertum sekaligus
diberikan untuk korban penganiayaan ringan yang tidak memerlukan
perawatan di rumah sakit;
2. Visum et repertum sementara, diperlukan apabila orang yang dimintakan
visum et repertum memerlukan perawatan lebih lanjut berhubungan dengan
luka-luka yang disebabkan dari tindak pidana. Visum et repertum sementara
diberikan sementara waktu, untuk menjelaskan keadaan orang yang
dimintakan visum et repertum pada saat pertama kali diperiksa oleh dokter,
sehingga masih memerlukan visum et repertum lanjutan dalam rangka
menjelaskan kondisi orang yang dimintakan visum et repertum pada saat
terakhir kali meninggalkan rumah sakit;
3. Visum et repertum lanjutan, diberikan apabila orang yang dimintakan Visum
et Repertum hendak meninggalkan rumah sakit dikarenakan telah sembuh,
pulang paksa, pindah rumah sakit atau mati.
b. Visum et repertum atas mayat
Tujuan pembuatannya untuk orang yang mati atau diduga kematiannya
dikarenakan peristiwa pidana. Pemeriksaan atas mayat haruslah dilakukan dengan
cara bedah mayat atau otopsi forensik, yang dilakukan untuk mengetahui
penyebab pasti kematian seseorang. Pemeriksaan atas mayat dengan cara
melakukan pemeriksaan di luar tubuh, tidak dapat secara tepat menyimpulkan
penyebabpasti kematian seseorang. Hanya bedah mayat forensik yang dapat
menentukan penyebab pasti kematian seseorang;
c. Visum et repertum penggalian mayat
Dilakukan dengan cara menggali mayat yang telah terkubur atau
dikuburkan, yang kematiannya diduga karena peristiwa pidana. Penggunaan
istilah visum et repertum penggalian mayat lebih tepat daripada visum et repertum
penggalian kuburan, karena orang yang mati terkubur dikarenakan peristiwa
pidana belum tentu posisinya dikuburkan/terkubur di kuburan. Visum et repertum
penggalian mayat dilakukan, baik atas mayat yang telah maupun yang belum
pernah diberikan visum et repertum. Atas mayat yang telah diberikan visum et
repertum dimungkinkan untuk dibuatkan visum et repertum ulang apabila hasil
visum et repertum sebelumnya diragukan kebenarannya, misalnya dalam kasus
pembunuhan aktifis buruh perempuan Marsinah pada masa pemerintahan orde
baru yang penggalian mayatnya dilakukan lebih dari satu kali;
d. Visum et Repertum tentang Umur
Tujuan pembuatannya untuk mengetahui kepastian umur seseorang, baik
sebagai korban maupun pelaku tindak pidana. Kepentingan dalam menentukan
kepastian umur seseorang berkaitan dengan korban tindak pidana biasanya
berhubungan dengan delik kesusilaan atau tindak pidana lain yang korbannya
anak-anak sebagaimana ditentukan di dalam UU Perlindungan Anak 2014
maupun KUHP; sedangkan penentuan kepastian umur seseorang berhubungan
dengan pelaku tindak pidana berhubungan dengan hak seseorang untuk
disidangkan dalam pemeriksaan perkara anak sebagaimana ditentukan di dalam
UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak;
e. Visum et Repertum Psikiatrik
Diperlukan berhubungan dengan pelaku tindak pidana yang diduga
jiwanya cacat dalam tumbuh kembangnya atau terganggu karena penyakit.
Visumet Repertum Psikiatrik biasanya juga diberikan terhadap pelaku tindak
pidana yang dalam melakukan tindak pidana di luar batas-batas kewajaran
manusia normal, misalnya, pembunuhan dengan cara memutilasi korban, atau
tindak pidana yang dipandang sadis yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh
pelaku dalam kondisi jiwa yang normal;
f. Visum et Repertum untuk korban persetubuhan illegalatau tindak pidana di
bidang kesusilaan
Merupakan visum et repertum yang diberikan untuk tindak pidana di
bidang kesusilaan, baik yang. Pemeriksaan terhadap korban tindak pidana di
bidang kesusilaan, khusus pada tindak pidana yang mengandung unsur
persetubuhan pembuktiannya secara medis lebih mudah daripada tindak pidana
kesusilaan yang tidak mensyaratkan adanya unsur persetubuhan (misalnya,
pelecehan seksual, percabulan, dan sebagainya).
Sumber :
Ohoiwutun,Triana. 2016.Ilmu Kedokteran Forensik : Interaksi Dan Dependensi
Hukum Pada Ilmu Kedokteran. Yogyakarta: Pohon Cahaya
KESIMPULAN :
Pada pemeriksaan korban laki-laki berusia tiga puluh tujuh tahun ini ditemukan
cedera kepala ringan, luka robek pada bagian kepala kanan akibat kekerasan tumpul.
Cedera tersebut telah mengakibatkan korban tersebut harus dirawat untuk observasi
dan dipulangkan keesokan harinya.