Anda di halaman 1dari 9

BLOK 12

LEARNING OBJECTIVE SKENARIO 1: Traumatologi Forensik

“TAWURAN WARGA”

DISUSUN OLEH:

NAMA : INCE GUNAWAN RAHMAN


STAMBUK : N101 19 150
KELOMPOK : 12 (Dua Belas)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO

2022
1. Patomekanisme terjadinya luka/trauma ?
Jawab :
Luka merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antar jaringan
(discontinuous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan
pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang. Luka adalah salah satu kasus yang sering
terjadi dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Dalam ilmu kedokteran forensik, luka
adalah hasil dari kekerasan fisik, yang merusak kontinuitas jaringan tubuh. Trauma
dijelaskan sebagai luka pada tubuh yang disebabkan oleh kekerasan fisik, mekanik
atau kimiawi, yang dapat menyebabkan luka atau kemungkinan komplikasi. Secara
medis, kekerasan mengacu kepada perilaku yang mengakibatkan cedera atau cedera
itu sendiri. Kekerasan ini bisa berakibat secara psikologis maupun secara fisik.
Mekanisme cedera mengacu pada berbagai kekuatan yang umumnya terkait
dengan trauma (misalnya proyektil, kekerasan tajam, kekerasan tumpul, trauma
termal serta trauma multipel). Identifikasi luka mengenai mekanisme cedera
tergantung pada pola luka dan juga kontribusi baik faktor intrinsik dan ekstrinsik dari
mekanisme perlukaan (Suryati,2019).

Berdasarkan mekanisme terjadinya.


a. Luka insisi (Incised wounds)
Terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat
pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh
pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
b. Luka memar (Contusion Wound),
Terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera
pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound),
Terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda
yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound)
Terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit
dengan diameter yang kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound)
Terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound)
Yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk
diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar
(Aminuddin,2020)

Sumber:
Aminuddin,M., Sukmana,M., Nopriyanto,D. 2020. MODUL PERAWATAN LUKA.
Samarinda : CV Gunawana Lestari
Suryati,T., Priyanto,M.K. 2019. PERAN KEDOKTERAN FORENSIK DALAM
PENGUNGKAPAN KASUS PEMBUNUHAN SATU KELUARGA DI BANDA
ACEH. Volume 19 (1). Viewed on 12 Mei 2022. from:
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/18051/12850

2. Jenis-jenis luka ?
Jawab :
Jenis luka berdasarkan penyebabnya
a. Luka lecet (Vulnus Excoriasi )
luka ini akibat gesekan dengan benda keras misalnya terjatuh dari motor
sehinggaterjadi gesekan antara anggota tubuh dengan aspal. Dimensi luka yaitu
hanya memilikipanjang dan lebar, namun biasanya mengenai ujung-ujung syaraf
nyeri di kulit sehinggaderajat nyeri biasanya lebih tinggi dibanding luka robek.
b. Luka sayat (Vulnus scissum)
Jenis luka ini disebabkan oleh sayatan benda tajam misalnya logam atau kayu.
Lukayang dihasilkan tipis dan kecil, yang juga bisa disebabkan karena di sengaja
dalamproses pengobatan
c. Luka robek atau parut (Vulnus laseratum)
Luka jenis ini biasa karena benda keras yang merusak permukaan kulit
misalnyaterjatuh, terkena ranting pohon, atau terkena batu sehingga menimbulkan
robekan padakulit. Dimensi luka panjang, lebar dan dalam.
d. Luka tusuk (Vulnus punctum)
Luka terjadi akibat tusukan benda tajam, berupa luka kecil dan dalam. Pada luka
iniperlu diwaspadai adanya bakteri clostridium tetani benda tajam/logam
yangmenyebabkan luka.
e. Luka gigitan (Vulnus morsum)Luka jenis ini disebabkan gigitan gigi, baik itu oleh
manusia ataupun binatang sepertiserangga, ular, dan binatang buas. Perlu
diwaspadai luka akibat gigitan dari ularberbisa yang berbahaya.
f. Luka bakar (Vulnus combustion)
luka atau kerusakan jaringan yang timbul karena suhu tinggi. Penanganan jenis
luka inididasarka pada empat stadium luka dan prosentase permukaan tubuh yang
terbakar.

Jenis luka berdasarkan kontaminasi


a. Luka Bersih (Clean Wounds)
Luka bersih adalah luka bedah (luka sayat elektif dan steril) yang tidak terinfeksi.
Lukatidak mengalami proses peradangan (inflamasi) dan juga tidak terjadi kontak
dengansistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinaria yang memungkinkan
infeksi.
b. Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds)
Jenis luka ini adalah luka pembedahan (luka sayat elektif) dimana terjadi kontak
dengansaluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi
terkontrol.Potensi kontaminasi, bisa terjadi walau tidak selalu, oleh flora normal
yangmenyebabkan proses penyembuhan lebih lama.
c. Luka terkontaminasi (Contamined Wounds)
Luka terkontaminasi adalah luka terbuka, fresh, luka robek/parut akibat
kecelakaan danoperasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari salurancerna.
d. Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds)
Luka kotor atau infeksi adalah terdapatnya mikroorganisme pada luka akibat
prosespembedahan pembdahan yang sangan terkontaminasi. Kemungkinan
terjadinya infeksipada luka jenis ini akan semakin besar dengan adanya
mikroorganisme tersebut.

sumber :
Otaviani,D.J.dkk. 2019. Review: Bahan Alami Penyembuh Luka. Volume 4 (3).
Viewed on 12 Mei 2022. From:
http://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika/article/download/22939/11258

3. Deskripsikan Gambar Luka di scenario ?


Jawab :

GAMBAR: salah satu pasien laki-laki yang terlibat tawuran antar warga
menggunakan alat tajam seperti pisau, parang, golok, samurai dll.
 Jenis luka : Vulnus Laceratum (Luka Robek)
Luka yang jaringan kulit dan jaringa ikat terpisah.Luka jenis ini biasa karena
benda keras yang merusak permukaan kulit misalnya terjatuh, terkena ranting
pohon, atau terkena batu sehingga menimbulkan robekan padakulit. Dimensi luka
panjang, lebar dan dalam (Otaviani,2019).
 Lokasi : Parietal Dextra
 Jumlah luka : 1
 Bentuk luka : Tidak Teratur
 Tepi luka : Tidak teratur
 Sekitar luka : Memar
 Dimensi/ukuran : Panjang dan lebar

sumber :
Otaviani,D.J.dkk. 2019. Review: Bahan Alami Penyembuh Luka. Volume 4 (3).
Viewed on 12 Mei 2022. From:
http://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika/article/download/22939/11258

4. Keparahan luka berdasarkan hukum ?


Jawab :
Derajat luka berhubungan dengan ketentuan tentang perlukaan yang disebabkan
dari tindak pidana penganiayaan. Penganiayaan merupakan istilah yuridis yang
digunakan dalam konteks hukum, khususnya hukum pidana; sedangkan dalam ilmu
kedokteran forensik untuk melukiskan kondisi luka seseorang dikualifikasikan
sebagai berikut:
a. Luka derajat pertama (luka golongan C)
Yaitu luka yang tidak memerlukan perawatan lebih lanjut terhadap korban. Dalam
hal luka derajat pertama, korban tindak pidana hanya memerlukan pemeriksaan
atas kondisinya dan dari hasil pemeriksaan kedokteran forensik tidak memerlukan
perawatan lebih lanjut di rumah sakit.
Kesimpulan atas luka derajat pertama adalah tidak terhalangnya korban dalam
melakukan jabatan/pekerjaan/aktivitas. Kesimpulan atas luka derajat pertama di
dalam visum et repertum, dalam konteks hukum pidana berhubungan dengan
tindak pidana penganiayaan ringan sebagaimana ditentukan di dalam KUHP Pasal
352
b. Luka derajat kedua (golongan B)
Yaitu luka yang memerlukan perawatan terhadap korban tindak pidana untuk
sementara waktu. Dalam hal ini korban setelah diobservasi memerlukan
perawatan lebih lanjut di rumah sakit. Kesimpulan yang diberikan atas luka
derajat kedua adalah luka yang menyebabkan terhalangnya melakukan
jabatan/pekerjaan/aktivitas untuk sementara waktu.
Kesimpulan luka derajat kedua di dalam visum et repertum di dalam konteks
hukum pidana dikategorikan sebagai tindak pidana penganiayaan (biasa)
sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 351 ayat (1) KUHP;
c. Luka derajat ketiga (golongan A)
yaitu luka yang mengakibatkan luka berat sehingga terhalang dalam menjalankan
jabatan/pekerjaan/aktivitas. Berhubungan dengan luka berat, KUHP Pasal 90
menentukan, luka berat pada tubuh adalah: penyakit atau luka yang tak dapat
diharapkan akan sembuh lagi secara sempurna, atau luka yang dapat
mendatangkan bahaya maut; terus menerus tidak cakap lagi melakukan jabatan
atau pekerjaan; tidak lagi memiliki salah satu pancaindera; kudung (rompong),
lumpuh, berubah pikiran (akal) lebih dari empat minggu lamanya; membunuh
anak dari kandungan ibu. Kualifikasi luka derajat ketiga dari hasil pemeriksaan
kedokteran forensik, di dalam konteks hukum pidana menurut KUHP
dikualifikasikan sebagai penganiayaan berat yang diatur di dalam Pasal 351 ayat
(2) dan/atau Pasal 354 ayat (1).

Sumber :
Ohoiwutun,Triana.2016. Ilmu Kedokteran Forensik : Interaksi Dan Dependensi
Hukum Pada Ilmu Kedokteran. Yogyakarta: Pohon Cahaya. 

5. Memerkirakan agen penyebab luka dan waktu terjadinya luka ?


Jawab :
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan akibat adanya substansi jaringan
yang rusak atau hilang akibat cedera atau pembedahan Luka dapat terjadi sebagai
bagian dari proses suatu penyakit atau memiliki etiologi yang tidak disengaja atau
disengaja. Luka yang disengaja ditujukan sebagai terapi, misalnya pada prosedur
operasi atau pungsi vena. Akan tetapi, luka yang tidak disengaja terjadi secara
accidental.Luka dapat disebabkan oleh adanya trauma tumpul dan tajam. Trauma
tumpul merupakan suatu rudapaksa akibat terbentur oleh benda tumpul. Trauma
tumpul dapat menyebabkan luka memar (contusio),luka lecet (abrasio) dan luka robek
(vulnus laceratum). Trauma tajam adalah suatu rudapaksa akibat kontak dengan
benda tajam. Trauma tajam dapat mengakibatkan terbentuknya luka iris atau luka
sayat (vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok (vulnus caesum).

Berdasarkan waktu dan proses penyembuhannya, luka dapat diklasifikasikan menjadi


luka akut dan kronik
1. Luka akut merupakan cedera jaringan yang dapat pulih kembali seperti keadaan
normal dengan bekas luka yang minimal dalam rentang waktu 8-12 minggu.
Penyebab utama dari luka akut adalah cedera mekanikal karena faktor eksternal,
dimana terjadi kontak antara kulit dengan permukaan yang keras atau tajam, luka
tembak, dan luka pasca operasi. Penyebab lain luka akut adalah luka bakar dan
cedera kimiawi, seperti terpapar sinar radiasi, tersengat listrik, terkena cairan
kimia yang besifat korosif, serta terkena sumber panas
2. Sementara luka kronik merupakan luka dengan proses pemulihan yang lambat,
dengan waktu penyembuhan lebih dari 12 minggu dan terkadang dapat
menyebabkan kecacatan. Ketika terjadi luka yang bersifat kronik, neutrofil
dilepaskan dan secara signifikan meningkatkan ezim kolagenase yang bertnggung
jawab terhadap destruksi dari matriks penghubung jaringan.3 Salah satu penyebab
terjadinya luka kronik adalah kegagalan pemulihan karena kondisi fisiologis
(seperti diabetes melitus (DM) dan kanker), infeksi terus-menerus, dan rendahnya
tindakan pengobatan yang diberikan (Wintoko,2020).

Sumber :
Wintoko,R., Yadika,A.D. 2020. Manajemen Terkini Perawatan Luka. Volume 4(2).
viewed on 12 Mei 2022. From:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/download/2893/2818

6. Jenis-jenis VeR ?
Jawab :
Macam visum et repertum berdasarkan penggunaannya sebagai alat bukti adalah
sebagai berikut:
a. Untuk korban hidup:
1. Visum et repertum yang diberikan sekaligus, yaitu pembuatan visum et
repertum yang dilakukan apabila orang yang dimintakan visum et repertum
tidak memerlukan perawatan lebih lanjut atas kondisi luka-luka yang
disebabkan dari tindak pidana. Pada umumnya visum et repertum sekaligus
diberikan untuk korban penganiayaan ringan yang tidak memerlukan
perawatan di rumah sakit;
2. Visum et repertum sementara, diperlukan apabila orang yang dimintakan
visum et repertum memerlukan perawatan lebih lanjut berhubungan dengan
luka-luka yang disebabkan dari tindak pidana. Visum et repertum sementara
diberikan sementara waktu, untuk menjelaskan keadaan orang yang
dimintakan visum et repertum pada saat pertama kali diperiksa oleh dokter,
sehingga masih memerlukan visum et repertum lanjutan dalam rangka
menjelaskan kondisi orang yang dimintakan visum et repertum pada saat
terakhir kali meninggalkan rumah sakit;
3. Visum et repertum lanjutan, diberikan apabila orang yang dimintakan Visum
et Repertum hendak meninggalkan rumah sakit dikarenakan telah sembuh,
pulang paksa, pindah rumah sakit atau mati.
b. Visum et repertum atas mayat
Tujuan pembuatannya untuk orang yang mati atau diduga kematiannya
dikarenakan peristiwa pidana. Pemeriksaan atas mayat haruslah dilakukan dengan
cara bedah mayat atau otopsi forensik, yang dilakukan untuk mengetahui
penyebab pasti kematian seseorang. Pemeriksaan atas mayat dengan cara
melakukan pemeriksaan di luar tubuh, tidak dapat secara tepat menyimpulkan
penyebabpasti kematian seseorang. Hanya bedah mayat forensik yang dapat
menentukan penyebab pasti kematian seseorang;
c. Visum et repertum penggalian mayat
Dilakukan dengan cara menggali mayat yang telah terkubur atau
dikuburkan, yang kematiannya diduga karena peristiwa pidana. Penggunaan
istilah visum et repertum penggalian mayat lebih tepat daripada visum et repertum
penggalian kuburan, karena orang yang mati terkubur dikarenakan peristiwa
pidana belum tentu posisinya dikuburkan/terkubur di kuburan. Visum et repertum
penggalian mayat dilakukan, baik atas mayat yang telah maupun yang belum
pernah diberikan visum et repertum. Atas mayat yang telah diberikan visum et
repertum dimungkinkan untuk dibuatkan visum et repertum ulang apabila hasil
visum et repertum sebelumnya diragukan kebenarannya, misalnya dalam kasus
pembunuhan aktifis buruh perempuan Marsinah pada masa pemerintahan orde
baru yang penggalian mayatnya dilakukan lebih dari satu kali;
d. Visum et Repertum tentang Umur
Tujuan pembuatannya untuk mengetahui kepastian umur seseorang, baik
sebagai korban maupun pelaku tindak pidana. Kepentingan dalam menentukan
kepastian umur seseorang berkaitan dengan korban tindak pidana biasanya
berhubungan dengan delik kesusilaan atau tindak pidana lain yang korbannya
anak-anak sebagaimana ditentukan di dalam UU Perlindungan Anak 2014
maupun KUHP; sedangkan penentuan kepastian umur seseorang berhubungan
dengan pelaku tindak pidana berhubungan dengan hak seseorang untuk
disidangkan dalam pemeriksaan perkara anak sebagaimana ditentukan di dalam
UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak;
e. Visum et Repertum Psikiatrik
Diperlukan berhubungan dengan pelaku tindak pidana yang diduga
jiwanya cacat dalam tumbuh kembangnya atau terganggu karena penyakit.
Visumet Repertum Psikiatrik biasanya juga diberikan terhadap pelaku tindak
pidana yang dalam melakukan tindak pidana di luar batas-batas kewajaran
manusia normal, misalnya, pembunuhan dengan cara memutilasi korban, atau
tindak pidana yang dipandang sadis yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh
pelaku dalam kondisi jiwa yang normal;
f. Visum et Repertum untuk korban persetubuhan illegalatau tindak pidana di
bidang kesusilaan
Merupakan visum et repertum yang diberikan untuk tindak pidana di
bidang kesusilaan, baik yang. Pemeriksaan terhadap korban tindak pidana di
bidang kesusilaan, khusus pada tindak pidana yang mengandung unsur
persetubuhan pembuktiannya secara medis lebih mudah daripada tindak pidana
kesusilaan yang tidak mensyaratkan adanya unsur persetubuhan (misalnya,
pelecehan seksual, percabulan, dan sebagainya).

Sumber :
Ohoiwutun,Triana. 2016.Ilmu Kedokteran Forensik : Interaksi Dan Dependensi
Hukum Pada Ilmu Kedokteran. Yogyakarta: Pohon Cahaya

7. Mendeskripsikan dan membuat kesimpulan forensic berdasarkan scenario ?


HASIL PEMERIKSAAN:
1. Korban datang diantar oleh polisi dalam keadaan bersimpah darah dengan luka
berdarah dari kepala. kesadaran compos mentis, keadaan umum sakit sedang dan
tanda vitak dalam batas normal.
2. Pada korban ditemukan
Luka Pada kepala bagian kanan, Jenis luka Vulnus Laceratum (Luka Robek),
Jumlah luka 1,Bentuk luka Tidak Teratur, Tepi luka Tidak teratur, Sekitar luka
Memar dan untuk Dimensi/ukuran : Panjang dan lebar.
3. Terhadap korban dokter segera memberikan tatalaksana
4. Korban tersebut selanjutnya dirawat untuk observasi dan dipulangkan keesokan
harinya.

KESIMPULAN :
Pada pemeriksaan korban laki-laki berusia tiga puluh tujuh tahun ini ditemukan
cedera kepala ringan, luka robek pada bagian kepala kanan akibat kekerasan tumpul.
Cedera tersebut telah mengakibatkan korban tersebut harus dirawat untuk observasi
dan dipulangkan keesokan harinya.

Anda mungkin juga menyukai