KEGAWATDARURATAN LUKA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Konsep Penatalaksanaan kegawatdaruratan pada luka”. Dan juga kami
berterima kasih pada Murni Simanullang S.Kep Ns M.Kep selaku dosen mata
kuliah Kegawatdaruratan 2.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi para pembaca dan sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
Kelompok 3 A
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Dewasa
ini trauma melanda dunia bagaikan wabah karena kehidupan modern penggunaan
kendaraan dan senjata api semakin luas. Namun sering terjadi penelantaran
sehingga menyebabkan kematian pada kelompok usia produktif. Hal ini dapat
dicegah dengan penanggulangan yang optimal dari tempat kejadian sampai di
rumah sakit.
Luka merupakan hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan
ini disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Sekitar 1,5% populasi akan
mengalami berbagai tipe luka pada suatu waktu. Sebagian besar merupakan luka
minor atau akut dan sembuh tanpa kendala. Luka akibat trauma merupakan alasan
tersering kedua untuk pasien datang ke unit gawat darurat.
Jumlah penduduk yang mengalami luka atau cedera secara nasional di
Indonesia meningkat dari 7,5% (2012) menjadi 8,2% (2013) yang umumnya
disebabkan oleh jatuh (40,9%) dan kecelakaan kendaraan bermotor (40,6%).
Tempat kejadian luka yaitu di jalan raya, rumah, area pertanian, dan sekolah
dengan prosentase berturut-turut sebesar 42,8%; 36,5%; 6,9%; dan 5,4%.
Luka akibat terjatuh sering dialami antara lain oleh usia dibawah satu
tahun (bayi), perempuan, usia tidak sekolah, tidak bekerja dan penduduk di
pedesaan. Sedangkan luka akibat transportasi kendaraan bermotor sering dialami
antara lain oleh laki-laki berusia 15-24 tahun, lulus SMA, dan sudah bekerja. Jenis
luka yang diderita meliputi luka lecet/ memar (70,9%), terkilir (27,5%) dan luka
robek (23,2%) (Kemenkes RI, 2013).
Upaya menumbuhkan kesadaran kepada para pengguna jalan raya agar
lebih aman berkendara telah digelar secara serentak oleh pihak kepolisian RI
melalui program nasional bertema 'Millenial Road Safety Festival' yang bertujuan
Road Safety to Zero Accident (Humas Polri, 2019).
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa defenisi vulnus?
2. Apa etiologi dari vulnus?
3. Apa jenis-jenis vulnus
4. Apa tindakan pertolongan pertama pada luka?
5. Apa defenisi dan pencegahan tetanus?
6. Apa indikasi pemberian ATS?
1. 3 Tujuan Masalah
1. 3. 1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa/I mengetahui penangan vulnus dan pencegahan
pada vulnus serta pemberian ATS.
1. 3. 2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui defenisi vulnus.
2. Untuk mengetahui etiologi dari vulnus
3. Untuk mengetahui jenis-jenis vulnus
4. Apa tindakan pertolongan pertama pada luka.
5. Untuk mengetahui defenisi dan pencegahan tetanus.
6. Untuk mengetahui indikasi pemberian ATS.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2. 1 Defenisi Vulnus
Luka yaitu keadaan hilang atau atau terputusnya kesatuan jaringan (kulit)
yang umumnya mengganggu proses selular normal. Beberapa reaksi yang muncul
jika terjadinya luka yaitu hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon
stres simpatis, pendarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri dan
kematian sel (AlMuqsith, 2015; Karina dan Ismail, 2015).
Luka didefinisikan sebagai terputusnya kontinuitas jaringan tubuh oleh
sebab-sebab fisik, mekanik, kimia dan termal. Luka, baik luka terbuka atau luka
tertutup, merupakan salah satu permasalahan yang paling banyak terjadi di
praktek sehari-hari ataupun di ruang gawat darurat.
Keterlambatan penyembuhan luka dapat diakibatkan oleh penatalaksanaan
luka yang kurang tepat, seperti :
1. Tidak mengidentifikasi masalah-masalah pasien yang dapat mengganggu
penyembuhan luka.
2. Tidak melakukan penilaian luka (wound assessment) secara tepat.
3. Pemilihan dan penggunaan larutan antiseptik yang kurang tepat.
4. Penggunaan antibiotika topikal dan ramuan obat perawatan luka yang
kurang tepat.
5. Teknik balutan (dressing)kurang tepat, sehingga balutan menjadi kurang
efektif atau justru menghalangi penyembuhan luka.
6. Pemilihan produk perawatan luka kurang sesuai dengan kebutuhan pasien
atau justru berbahaya.
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya cedera sehingga mengakibatkan luka sangatlah
beragam mulai dari cedera akibat kecelakaan lalu lintas, keracunan, terjatuh,
kebakaran, tenggelam, perang, pembunuhan, bunuh diri, serta cedera yang tidak
disengaja.
Luka berdasarkan penyebabnya menurut (Damayanti, Pitriyani &
Ardhiyanti, 2015) dibagi menjadi 2 jenis yakni luka mekanik dan non-mekanik:
1. Luka mekanik dibagi menjadi 7 jenis yaitu:
1) Vulnus Scissum adalah luka sayat akibat benda tajam, pinggir lukanya
terlihat rapi.
2) Vulnus Constum adalah luka memar karena cedera pada cedera pada
jaringan bawah kulit akibat benturan benda tumpul.
3) Vulnus Laceratum adalah luka robek akibat terkena mesin atau benda
lainnya yang menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam.
4) Vulnus Puncture adalah luka tusuk yang kecil dibagian luar, tetapi besar
dibagian dalam luka.
5) Vulnus Sclopetorum adalah luka tembak akibat tembakan peluru.
6) Vulnus Morsum adalah luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada
bagian luka.
7) Vulnus Abrasio adalah luka terkikis yang terjadi pada bagian luka yang
tidak sampai ke pembuluh darah.
2. Luka non-mekanik yang terdiri atas luka akibat zat kimia, termik, radiasi
atau serangan listrik.
2. Luka non-mekanik yaitu :
1) Akibat zat kimia
2) Suhu tinggi
3) Radiasi atau serangan listrik.
2. 3 Klasifikasi Luka
2. 3. 1 Luka terkena benda tumpul
Jenis luka berdasarkan penyebabnya (Al-Muqsith, 2015; Karina
dan Ismail, 2015):
1. Luka lecet (Vulnus Excoriasi )
luka ini akibat gesekan dengan benda keras misalnya
terjatuh dari motor sehingga terjadi gesekan antara anggota tubuh
dengan aspal. Dimensi luka yaitu hanya memiliki panjang dan
lebar, namun biasanya mengenai ujung-ujung syaraf nyeri di kulit
sehingga derajat nyeri biasanya lebih tinggi dibanding luka robek.
2. 3. 2 Luka tusuk
Luka tusuk biasanya cukup dalam. Seandainya benda yang
menusuk itu kotor, bahaya infeksi kuman biasa dan kuman tetanus lebih
besar. Letak luka juga perlu diperhatikan, mengingat bahayanya terhadap
alat-alat dalam tubuh.
Apabila tusukan mengenai pembuluh darah yang besar, terlebih
dahulu lakukanlah tindakan untuk menghentikan perdarahanitu. Luka
tusuk yang mengenai jantung, dapat dipastikan selalu membawa kematian
yang cepat.
1. Luka tusuk di dada
Luka tusuk didada yang tidak mengenai jantung dapat
menembus rongga paru- paru. Akibatnya, selain perdarahan dari
rongga paru-paru, udara juga akan masuk kedalam rongga paru-
paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka akan
mengempis.
Penderita kesakitan ketika bernafas, dan mendadak merasa
merasa sesak. Gerakan iga di sisi yang luka menjadi berkurang.
Tindakan pertolongan:
1) Tutup lukanya dengan kassa steril yang dibasahi dengan cairan
streil.
2) Kemudian balut luka tersebut dengan plester. Balutan harus
dibuat kedap udara.
2. Luka tusuk di perut
Luka tusukan diarahkan ke ulu hati sebelah kiri korban
sehingga mengenai organ hati dan pankreas. Pada saat pemeriksaan
dalam didapatkan banyak perdarahan di rongga dada dan banyak
gumpalan darah yang menempel pada organ-organ dalam perut
seperti hati, limpa, dan ginjal. Dari sini timbul kecurigaan adanya
kemungkinan gangguan pembekuan darah pada diri korban atau
yang biasa disebut dengan istilah disseminated intravascular
coagulation (DIC).
3. Luka tusuk di anggota badan
Luka tusuk atau stab wound adalah luka akibat benda/alat
yang berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang terjadi
dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong dengan permukaan
tubuh. Contoh alat : belati, bayonet, pedang, keris, clurit, pecahan
kaca, benda-benda berujung runcing dengan penampang
bulat/persegi. Bila tusukan dilakukan sampai pangkal pisau,
kadang-kadang ditemukan memar di sekitar luka dan ukuran dalam
luka lebih besar daripada panjang luka
3.1 Kesimpulan
Luka merupakan hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh.
Keadaan ini disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan
suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Sekitar 1,5%
populasi akan mengalami berbagai tipe luka pada suatu waktu. Sebagian
besar merupakan luka minor atau akut dan sembuh tanpa kendala. Luka
akibat trauma merupakan alasan tersering kedua untuk pasien datang ke unit
gawat darurat.
Luka dapat disebabkan dengan mekanik dan non mekanik yaitu :
1) Mekanik disebabkan berdasarkan jenis vulnus
2) Non-mekanik disebabkan oleh zat kimia, suhu tinggi, radiasi atau
serangan listrik.