Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No.

2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

JURNAL KEPERAWATAN KRITIS TENTAN TINDAKAN


PERAWATAN TERBARU ATAUKAH ARAH KEBIJAKAN
KEPERAWATAN KRITIS

DI
BUAT OLEH :

NAMA : HERMAN YOSEPH BATLAYERI


NIM :P 1709104

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN STIKES


PASAPUA AMBON 2021

51
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

PICOT
P : Penyakit infeksi merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi. infeksi tali
pusat telah menjadi penyebab kesakitan dan kematian secara terus menerus di berbagai
negara. setiap tahunya 500.017 bayi meninggal karena tetanus neonatorum dan 460.017
meninggal akibat infeksi bakteri (Sodikin, 2013). Di Asia Tenggara diperkirakan sekitar
220.017kematian bayi disebabkan karena perawatan tali pusat yang kurang bersih dan tidak
steril (Saipuddin, 2014).

I : Penelitian menggunakan metode korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional.


Dengan tujuan untuk mengetahui hubungan perawatan tali pusat dengan kejadian infeksi pada
bayi baru lahir (BBL)

C : Perbandingan dalam jurnal ini terdapat pada analisis univariat dan bivarait

O : Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh bahwa mayoritas responden
tidak mengalami terjadinya infeksi dengan melakukan perawatan tali pusat baik (skor 14-20 )
yaitu sebanyak 30 orang (85.7%), dan responden tidak mengalami terjadinya infeksi dengan
melakukan perawatan tali pusat cukup (skor 7-13) sebanyak 3 (8.8%), sedangkan minoritas
responden mengalami terjadinya infeksi dengan melakukan perawatan tali pusat cukup (skor
7-13) sebanyak 2 (5.7%). Berdasarkan uji Chi Square didapatkan p = 0.017< 0.05 berarti Ho
ditolak dan Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa ada Hubungan Perawatan Tali Pusat dengan
Kejadian Infeksi Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2018.

T : penelitian ini dilakukan di Medan tahun 2018

52
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

HUBUNGAN PERAWATAN TALI PUSAT DENGAN KEJADIAN


INFEKSI PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD Dr. PIRNGADI
MEDAN 2019

Rani Kawati Damanik1, Linda2


1,2
Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Sari Mutiara Indonesia
e-mail: rani140387@gmail.com, lindasikessu@gmail.com

ABSTRACT

Umbilical cord care is one treatment procedure that aims to treat the umbilical cord in
newborns to keep it dry and prevent infection. Improper treatment of the umbilical cord in
an infant will experience an infectious disease. This study uses a correlation design with a
cross sectional approach is something that connects / analyzes the variables that aim to
determine the relationship of umbilical cord care with the incidence of infection in newborns
(BBL) in RSUD Dr. Pirngadi Hospital Medan 2018, with a sample of 35 respondents. The
instruments included demographic data, 20 umbilical cord care questionnaires and
observation sheets for infection. Based on the results of this study, the majority of people
doing good umbilical cord care (score 14-20) as many as 30 (85.7%) while the minority of
respondents doing umbilical cord care enough (score 7-13) as many as 5 people (14.2%).
the majority did not experience an infection score of 0 (zero) as many as 33 people (94.3%)
and the minority experienced infection score 1-5 as many as 2 people (5.7%). Based on Chi
Square test, p = 0.017 <0.05 means that Ho is rejected and Ha is accepted. This shows a
relationship between cord care and the incidence of infection in newborns (BBL). It is
expected that nurses to carry out umbilical cord care measures more effectively in
accordance with the SOP so as to avoid the number of infections in newborns and the next
researcher makes an observation sheet in measuring cord care performed by nurses.

Keywords: Care, umbilical cord, infection, newborns (BBL)

PENDAHULUAN Penyakit infeksi merupakan salah satu


Perawatan tali pusat adalah tindakan penyebab utama kematian pada bayi. infeksi
perawatan yang bertujuan merawat tali pusat tali pusat telah menjadi penyebab kesakitan
pada bayi baru lahir agar tetap kering dan dan kematian secara terus menerus di
mencegah terjadinya infeksi. Perawatan tali berbagai negara. setiap tahunya 500.017
pusat yang tidak benar pada bayi akan bayi meninggal karena tetanus neonatorum
mengalami penyakit infeksi yang akan dan 460.017 meninggal akibat infeksi
mengakibatkan kematian. Penyakit ini bakteri (Sodikin, 2013). Di Asia Tenggara
disebabkan karena masuknya spora kuman diperkirakan sekitar 220.017kematian bayi
tetanus ke dalam tubuh melalui tali pusat, disebabkan karena perawatan tali pusat yang
baik dari alat yang tidak steril, pemakaian kurang bersih dan tidak steril (Saipuddin,
obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang 2014).
ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat Tingginya angka kesakitan dan kematian
mengakibatkan infeksi (Ronald, 2012). bayi baru lahir di seluruh dunia yang

disebabkan oleh infeksi. Pada tahun 2017 World Health Organization (WHO)
53
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

menemukan angka kematian bayi sebesar penting (Depkes RI, 2016). Kenyataan di
560.000, sedangkan di Afrika angka masyarakat masih banyak ibu yang
kematian bayi yang disebabkan infeksi tali mengikuti tradisi budaya yang ada di
pusat berkisar 126.000 (21%), Asia masyarakat. Misalnya meletakkan atau
Tenggara diperkirakan ada 220.017kematian membalutkan ramuan tradisonal ke tali pusat
bayi yang disebabkan perawatan tali pusat supaya tali pusat cepat lepas (puput) atau
yang kurang bersih (Wihono, 2017). ditutupi dengan koin agar pusat tidak
Sehingga menurut Dore (2015) tidak bodong. Padahal tindakan tersebut tidak
merekomendasikan pembersihan tali pusat perlu dilakukan justru dapat membahayakan.
menggunakan alkohol karena memperlambat Sehingga jika diberikan ramuan, bubuk kopi,
penyembuhan dan pengeringan luka. koin dapat menularkan kuman. Akibatnya
Salah satu upaya untuk mencegah infeksi terjadi infeksi atau tetanus yang sangat
tali pusat dan tetanus neonatorum adalah membahayakan karena tingkat mortalitasnya
perawatan tali pusat. Perawatan tali pusat tinggi (Zacharia, 2016).
adalah tindakan perawatan yang bertujuan Perawatan tali pusat yang baik dan benar
untuk merawat tali pusat pada bayi baru akan menimbulkan dampak positif yaitu tali
lahir agar tetap kering dan mencegah pusat akan puput pada hari ke-5 dan hari ke-
terjadinya infeksi. Perawatan tali pusat 7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak
sangat penting diketahui oleh ibu terutama negatif dari perawatan tali pusat yang tidak
oleh ibu melahirkan (post partum) agar ibu benar adalah bayi akan mengalami penyakit
dapat memberikan perawatan yang tetanus neonatorum. Tujuan perawatan tali
maksimal pada bayi sehingga bayi dapat pusat adalah untuk mencegah terjadinya
tumbuh dengan baik dan sehat, tidak penyakit tetanus pada bayi baru lahir yang
terinfeksi melalui tali pusatnya (Yuspita, disebabkan karena masuknya spora kuman
2017). tetanus ke dalam tubuh melalui tali pusat
Perawatan tali pusat sangat penting di baik dari alat, pemakaian obat-obatan, bubuk
lakukan terutama oleh ibu melahirkan atau daun yang di taburkan ke tali pusat
karena ibu yang lebih mengetahui sehingga dapat mengakibatkan infeksi
perkembangan bayi ssetiap harinya. (Depkes RI, 2015).
Perawatan tali pusat yang baik seperti Merawat tali pusat berarti menjaga agar
menghindari penggunaan bedak dermatol, luka tersebut tetap bersih, tidak terkena
dan penggunaan ramuan tradisional yang kencing, kotoran bayi, atau tanah. Bila
kurang memperhatikan kesterilannya sangat kotor, luka tali pusat di cuci dengan air
bersih yang mengalir dan segera keringkan
dengan/kasa bersih dan kering. Tidak boleh

membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur, dan sebagainya pada luka tali pusat

54
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

sebab dapat menyebabkan infeksi dan Populasi dalam penelitian ini adalah
tetanus yang dapat berakhir dengan perawat dan bidan yang bekerja di ruangan
kematian neonatal. Infeksi tali pusat neonati sebanyak 35 orang yaitu 12 orang
merupakan faktor resiko untuk terjadinya perawat dan 23 bidan. Tehnik pengambilan
tetanus neonatorum (Depkes RI, 2016). sampel penelitian ini digunakan cara total
Berdasarkan survei pendahuluan yang sampling sehingga sampel sebanyak 35
dilakukan pada tanggal 15 Februari 2018 di orang.
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Instrumen berisi ini kuesioner perawatan
diperoleh jumlah penderita infeksi tali pusat tali pusat sebanyak 20 soal dimana jawaban
tahun 2016 sebanyak 20 kasus, sedangkan ya’ diberikan nilai 1 dan tidak maka nilai
tahun 2017 terdapat 15 kasus. Hal ini nya 0. Analisa data menggunakan uji Chi
disebabkan karena belum optimalnya square.
perawat dalam melakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah menyentuh bayi dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
melakukan perawatan tali pusat. Infeksi tali Hasil Penelitian
pusat juga disebabkan karena bayi yang
A. Univariat
memakai pempes yang terkena air seni dapat 1. Karakteristik Responden
Tabel 1.
menyebabkan tali pusat tertekan dan
Distribusi Frekuensi Karakteristik
kemerahan sehingga menyebabkan infeksi Responden Berdasarkan Usia,
Pendidikan, Pengalaman Kerja dan Jenis
tali pusat. Berdasarkan latar belakang di
Tenaga Kesehatan di RSUD Dr. Pirngadi
atas, peneliti tertarik dalam melakukan Medan Tahun 2018 (n=35)
Karakteristik
penelitian yang berjudul hubungan No. f (%)
Responden
perawatan tali pusat dengan kejadian infeksi 1. Usia
20-35 tahun 14 40.0
pada bayi baru lahir. 36-45 tahun 18 51.4
46-55 tahun 3 8.6
>56 tahun 0 0
METODE Total 35 100
2. Pendidikan
Penelitian menggunakan metode korelasi D3 29 82.9
S1 6 17.1
dengan menggunakan pendekatan cross
S2 0 0
sectional. Dengan tujuan untuk mengetahui Total 35 100
3. Pengalaman Kerja
hubungan perawatan tali pusat dengan 1-5 tahun 8 22.9
kejadian infeksi pada bayi baru lahir (BBL) 6-10 tahun 7 20.0
11-15 tahun 15 42.9
di RSUD Dr. Pirngadi Medan 2018. >16 tahun 5 14.2
Total 35 100
Berdasarkan hasil penelitian, tabel di atas mayoritas pendidikan D3 sebanyak 29 (82.9%)
4. Jenis Tenaga
menunjukkan bahwa mayoritas responden berada dan 23 S1 65.7
minoritas berpendidikan
Kesehatan sebanyak 6
1. Bidan 12 34.3
pada usia 36-45 tahun sebanyak 18 orang (51.4%) orang (17.1%). Mayoritas
2. Perawat 35 pengalaman
100
Total
dan minoritas responden berada pada usia 46-55 kerja11-15 tahun sebanyak 15 orang (42.9 %)
tahun sebanyak 3 orang (8.6%). Selanjutnya dan minoritas pengalaman kerja >16 tahun
55
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

sebanyak 5 orang (14.2%). Berdasarkan 3. Kejadian Infeksi tali pusat


jenis tenaga kesehatan maka mayoritas bidan Tabel 3.
sebanyak 23 orang (65.7%) dan minoritas Distribusi Frekuensi Kejadian Infeksi
Tali Pusat di RSUD Dr. Pirngadi Medan
perawat sebanyak 12 orang (34.3%). Tahun 2018 (n=35)
No. Kejadian infeksi f (%)
2. Perawatan Tali Pusat 1. Terjadi Infeksi 2 5.7
Tabel 2. (terdapat salah satu
tanda infeksi) skor 1-5
Distribusi frekuensi Perawatan Tali Pusat
2. Tidak Terjadi Infeksi 33 94.3
di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018
(n=35) (tidak terdapat tanda
infeksi) skor 0 (nol)
Total 35 100

Berdasarkan hasil penelitian, tabel di


atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden tidak mengalami terjadinya
infeksi skor 0 (nol) sebanyak 33 orang
(94.3%) dan minoritas responden mengalami
terjadinya infeksi skor 1-5 sebanyak 2 orang
(5.7%).

B. Bivariat
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Hubungan
Perawatan Tali Perawatan Tali Pusat dengan kejadian
No. f (%) infeksi di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Pusat Tahun 2018 (n=35)
1. Baik (skor 14-20) 30 85.7 Kejadian Infeksi
Tdk
2. Cukup (skor 7-13) 5 14.3 Perawatan Terjadi
Tali Pusat
Terjadi Total p
Infeksi value
3. Kurang (skor 0-6) 0 0 Infeksi
f % f % f %
Total 35 100 Baik 0 0 30 85.7 30 85.7 0.017
Cukup 2 5.7 3 8.6 5 14.3

Berdasarkan hasil penelitian, tabel di


Berdasarkan hasil penelitian, tabel 4
atas menunjukkan bahwa mayoritas
menunjukkan bahwa mayoritas responden
responden melakukan perawatan tali pusat
tidak mengalami terjadinya infeksi dengan
Baik (skor 14-20) sebanyak 30 (85.7%)
melakukan perawatan tali pusat baik (skor
sedangkan minoritas responden melakukan
14-20) yaitu sebanyak 30 orang (85.7%),
perawatan tali pusat cukup (skor 7-13)
dan responden tidak mengalami terjadinya
sebanyak 5 orang (14.3%).
infeksi dengan melakukan perawatan tali
Total 2 5.7 33 94.3 35 100

pusat cukup (skor 7-13) sebanyak 3 (8.6%), sedangkan minoritas responden mengalami
56
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

terjadinya infeksi dengan melakukan berdasarkan jenis tenaga kesehatan maka


perawatan tali pusat cukup (skor 7-13) mayoritas bidan sebanyak 23 orang (65.7%).
sebanyak 2 (5.7%). Berdasarkan uji Chi Perawat dan bidan merupakan sebagai
Square didapatkan p = 0.017< 0.05 berarti tenaga professional yang juga bertanggung
Ho ditolak dan Ha diterima. Ini jawab dalam memberikan pelayanan
menunjukkan bahwa ada Hubungan keperawatan. Kewenangan yang dimiliki
Perawatan Tali Pusat dengan Kejadian secara mandiri maupun bekerjasama
Infeksi Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Dr. dengan anggota kesehatan lainnya (Depkes
Pirngadi Medan Tahun 2018. RI, 2016).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Pembahasan Adji (2014) yang menyatakan bahwa umur
A. Perawatan Tali Pusat seseorang sangat mempengaruhi proses-
Melakukan perawatan tali pusat sangat proses perkembangan mentalnya dengan
penting dilakukan untuk mencegah infeksi. baik, sehingga dengan bertambahnya umur
Tujuan perawatan tali pusat untuk mencegah seseorang dapat berpengaruh pada
terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru pertambahan pengetahuannya. Sedangkan
lahir, agar tali pusat tetap bersih, kuman- tingkat pendidikan turut pula menentukan
kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi mudah tidaknya seseorang menyerap dan
infeksi pada tali pusat bayi. Penyakit tetanus memahami pengetahuan yang mereka
ini disebabkan oleh clostridium tetani peroleh, pada umumnya semakin tinggi
yaitu kuman yang mengeluarkan toksin pendidikan seseorang maka semakin baik
(racun), yang masuk melalui luka tali pula pengetahuanya. Kemudian pengalaman
pusat, karena perawatan atau tindakan merupakan guru yang terbaik. Sehingga
yang kurang bersih (Saifuddin, 2014). dengan semakin seseorang memiliki
Hasil penelitian yang dilakukan oleh pengalaman maka kemampuan dalam
peneliti bahwa mayoritas responden memecahkan permasalahan yang dihadapi
melakukan perawatan tali pusat baik (skor semakin baik, dengan kata lain seseorang
14-20) sebanyak 30 (85.7%), dengan tersebut semakin cekatan (Notoatmodjo,
mayoritas responden berada pada usia 36-45 2003).
tahun sebanyak 18 orang (51.4%), dan Hal ini didukung oleh penelitian yang
berpendidikan S1 sebanyak 6 orang (17.1%) dilakukan oleh Yuliana, Mahpolah dan
dengan mayoritas pengalaman kerja 11-15 Rosyana tahun 2017 yang berjudul metode
tahun sebanyak 15 orang (42.9 %), perawatan tali pusat pada bayi di ruang bayi
RSUD. Ulin Banjarmasin diperoleh
kesimpulan bahwa dengan melakukan

perawatan tali pusat secara benar dapat mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat

57
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

bayi baru lahir. Perawatan tali pusat seseuai semakin lamanya pengalaman kerja
prosedural di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin seseorang maka akan semakin profesional
telah dilakukan sejak ±10 tahun terakhir dan seseorang dalam melakukan tindakan. Akan
tidak pernah dilaporkan adanya kejadian tetapi hal ini tidak sesuai dengan usia
infeksi tali pusat pada bayi. seseorang, dimana semakin lanjut usia
Sedangkan hasil penelitian minoritas seseorang maka akan mempengaruhi dalam
yang diperoleh oleh peneliti bahwa, melakukan tindakan yang optimal.
responden melakukan perawatan tali pusat
cukup (skor 7-13) sebanyak 5 orang B. Kejadian Infeksi
(14.3%), mayoritas pendidikan D3 sebanyak Kejadian infeksi tali pusat pada dasarnya
29 (82.9%). Minoritas pengalaman kerja dapat dicegah dengan melakukan
>16 tahun sebanyak 5 orang (14.3%). perawatan tali pusat yang baik dan benar,
Minoritas responden berada pada usia 46-55 yaitu dengan prinsip perawatan kering dan
tahun sebanyak 3 orang (8.6%), minoritas bersih. Banyak pendapat tentang cara terbaik
perawat sebanyak 12 orang (34.3%). untuk merawat tali pusat. Upaya untuk
Sesuai dengan Notoatmodjo (2003) mencegah infeksi tali pusat sesungguhnya
bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan tindakan sederhana yang penting
merupakan domain yang sangat penting adalah tali pusat dan daerah sekitarnya
akan terbentuknya tindakan seseorang. selalu bersih dan kering (Depkes Sumut,
Pengetahuan yang baik akan menjadi 2016).
dasar untuk terbentuknya keterampilan yang Hasil penelitian yang diperoleh oleh
baik pula. Kemampuan untuk menyerap peneliti bahwa mayoritas responden tidak
pengetahuan atau ilmu akan berdampak mengalami terjadinya infeksi skor 1-5
pada kehidupan seseorang. Pengetahuan sebanyak 33 orang (94.3%). Hal ini sesuai
atau kognitif merupakan domain yang dengan teori yang ada bahwa, infeksi tali
sangat penting untuk terbentuknya tindakan pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan
atau keterampilan seseorang. melakukan perawatan tali pusat yang baik
Berdasarkan analisis dari tinjauan teori dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan
dengan hasil penelitian yang diperoleh maka kering dan bersih. Sehingga dengan
faktor usia, tingkat pendidikan dan melakukan perawatan tali pusat dengan
pengalaman kerja mempengaruhi seseorang prosedur dapat mencegah dan
dalam melakukan tindakan. Sehinggga mengidentifikasi pendarahan atau infeksi
semakin tinggi tingkat pendidikan dan secara dini (Jitowijoyo, 2010).
Perawatan tali pusat harus dilakukan
dengan benar, sesuai dengan prosedur dan

harus memperhatikan kebersihan. Dampak positif dari perawatan tali pusat dengan prinsip

58
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

kering dan bersih adalah bayi akan sehat bersihkan tali pusar dan keringkan dengan
dengan kondisi tali pusat bersih dan tidak menggunakan kapas kering (Saipuddin,
terjadi infeksi serta tali pusat pupus lebih 2014).
cepat, yaitu antara hari ke 7-10 tanpa ada World Health Organization (WHO) telah
komplikasi. Hasil perawatan tali pusat pada merekomendasikan praktik perawatan tali
bayi adalah dalam keadaan sehat dan tidak pusat bersih meliputi mencuci tangan
ditemukan tanda infeksi (Lestari, 2013). dengan air bersih dan sabun baik sebelum
Berdasarkan hasil penelitian yang dan sesudah perawatan dilakukan, serta
dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa menjaga tali pusat agar tetap kering dengan
minoritas responden mengalami terjadinya paparan udara. Praktik lain yang juga dapat
infeksi skor 1-5 sebanyak 2 orang (5.7%). mengurangi risiko infeksi tali pusat adalah
Menurut Mieke (2016) bahwa kejadian penerapan rooming-in selama 24 jam untuk
infeksi tali pusat pada bayi lebih sering ibu dan bayi. Peningkatan frekuensi kontak
terjadi karena masih banyak yang belum skin-to-skin akan meningkatkan kolonisasi
sadar pentingnya kebersihan. Kurang bakteri non patogen dari flora kulit ibu ke
mendapat informasi seputar merawat tali bayi yang dipercaya dapat mengurangi risiko
pusat pada bayi juga sangat mempengaruhi bayi terkena infeksi tali pusat (WHO, 2015).
terjadinya infeksi tali pusat. Hasil penelitian menurut Yuspita. (2017),
Berdasarkan hasil penelitian yang bahwa dampak negatif perawatan tali
dilakukan oleh peneliti diperoleh dari pusat apabila tali pusat tidak dirawat
jawaban kuesioner responden bahwa dengan baik, kuman akan bisa masuk
terdapat sebanyak 11 orang (31%) tidak sehingga terjadi infeksi yang
melakukan cuci tangan sebelum melakukan mengakibatkan penyakit tetanus
perawatan tali pusat. Masih ada responden neonatorum. Tanda infeksi pada tali
tidak melakukan pembersihan dari arah pusat bayi baru lahir ditandai dengan tali
ujung ke pangkal, bila tali pusat masih basah pusat bayi bernanah, berbau, berwarna
Sebanyak 6 orang (17.1%). Hal ini sesuai merah, panas, bengkak dan terdapat area
dengan teori bahwa merawat tali pusar lembut di sekitar dasar tali pusat seukuran
memang harus dilakukan secara maksimal uang logam seratus rupiah.
sampai tali pusar mengering dan lepas atau Berdasarkan analisis dari tinjauan teori
biasa disebut puput pusar (sekitar 7-10 hari). dengan hasil penelitian yang diperoleh maka
Caranya dengan menggunakan kapas lalu terjadinya infeksi tali pusat disebabkan
karena dalam melakukan tindakan harus
dilakukan dengan benar, sesuai dengan
prosedur. Menghindari infeksi tali pusat

harus memperhatikan kebersihan yang dapat dilakukan dengan cuci tangan sebelum

59
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

melakukan perawatan tali pusat. Sehingga Sehingga melaksanakan perawatan tali pusat
dengan cuci tangan dapat menurunkan efek diharapkan perawat mempunyai kemampuan
kontak skin-to-skin pada bayi untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
menghindari infeksi tali pusat. (Wibowo, 2013).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
C. Hubungan Perawatan Tali Pusat dilakukan oleh Rejeki, Machmudah dan
dengan Kejadian Infeksi Juwarningsih yang berjudul praktik
Hasil penelitian yang dilakukan oleh perawatan tali pusat dengan kejadian infeksi
peneliti, maka diperoleh bahwa mayoritas tali pusat bayi baru lahir di Semarang tahun
responden tidak mengalami terjadinya 2017 menunjukkan bahwa ada hubungan
infeksi dengan melakukan perawatan tali yang signifikan antara pengetahuan tentang
pusat baik (skor 14-20 ) yaitu sebanyak 30 perawatan tali pusat dengan kejadian infeksi
orang (85.7%), dan responden tidak tali pusat bayi baru lahir dengan nilai p
mengalami terjadinya infeksi dengan value 0,003 (α< 0,05). Hal ini berarti
melakukan perawatan tali pusat cukup (skor semakin baik pengetahuan tentang
7-13) sebanyak 3 (8.8%), sedangkan perawatan tali pusat maka semakin tidak
minoritas responden mengalami terjadinya terinfeksi tali pusat bayi baru lahir,
infeksi dengan melakukan perawatan tali meskipun pengetahuan perawatan tali pusat
pusat cukup (skor 7-13) sebanyak 2 (5.7%). baik tidak selalu bayi tidak terinfeksi tali
Berdasarkan uji Chi Square didapatkan p = pusat dan infeksi tali pusat yang terjadi
0.017< 0.05 berarti Ho ditolak dan Ha juga tidak selalu terjadi karena pengetahuan
diterima. Ini menunjukkan bahwa ada kurang tentang perawatan tali pusat.
Hubungan Perawatan Tali Pusat dengan Berdasarkan tinjauan teori dinyatakan
Kejadian Infeksi Pada Bayi Baru Lahir di bahwa perawatan tali pusat merupakan salah
RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2018. satu tindakan keperawatan yang bertujuan
Berdasarkan teori bahwa tali pusat merawat tali pusat pada bayi baru lahir
merupakan jalan masuk utama infeksi agar tetap kering dan mencegah terjadinya
sistemik pada bayi baru lahir. Risiko infeksi infeksi. Perlunya upaya menggunakan dan
tali pusat mudah dihindari dengan meningkatkan metode dalam pelayanan
perawatan tali pusat yang baik. Dampak kesehatan dan peningkatan pengetahuan
dari perawatan tali pusat yang tidak benar agar dalam melakukan perawatan tali pusat
adalah bayi akan mengalami tetanus pada bayi dengan baik dan benar sehingga
neonatorum mengakibatkan kematian. dapat menurunkan atau mencegah resiko
terjadinya infeksi pada tali pusat (Muctar,
2013).

Hasil penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Munjiati (2013) bahwa

60
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

perawatan tali pusat sebagian besar Saran


responden tidak melakukan dengan benar Bagi perawat yang bekerja di ruang
dan bayi sebagian besar tidak terinfeksi tali neonati agar dalam melaksanakan tindakan
pusat. Hasil penelitian ini sejalan dengan perawatan tali pusat lebih efektif sesuai
penelitian yang dilakukan oleh dengan SOP sehingga dapat menghindari
Setyaningrum (2012) tentang faktor yang angka terjadinya infeksi pada bayi baru
mempengaruhi kejadian infeksi tali pusat, lahir.
didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang Bagi rumah sakit dalam menentukan
signifikan antara pengetahuan petugas kebijakan untuk memberikan pelatihan
kesehatan tentang perawatan tali pusat tentang perawatan tali pusat, sehingga
dengan kejadian infeksi tali pusat nilai p perawat akan lebih terampil, cekatan dan
value 0,012. dalam berkomunikasi lebih baik lagi dalam
Berdasarkan analisis dari tinjauan teori memberikan pelayanan pada pasien.
dengan hasil penelitian yang dipeoleh maka Bagi penelitian selanjutnya disarankan
ada hubungan yang signifikan antara agar membuat lembar observasi dalam
perawatan tali pusat dengan kejadian infeksi. mengukur perawatan tali pusat yang
Hal ini sesuai antara teori yang ada dengan dilakukan oleh perawat sehingga hasil
hasil penelitian yang dilakukan dan peneliti penelitian lebih optimal dan menghindarkan
yang terdahulu. Dengan dilakukannya tehnik bias dari jawaban responden.
perawatan tali pusat yang sesuai standar
dapat mencegah kejadian infeksi pada bayi. DAFTAR PUSTAKA

Adji. (2014). Buku Saku Manajemen


KESIMPULAN DAN SARAN Masalah Bayi Baru Lahir Panduan
Kesimpulan Untuk Dokter, Perawat dan Bidan.
Jakarta: EGC.
Berdasarkan hasil analisis data dan Cunningham et all. (2015). Obstetri
pembahasan hasil penelitian mengenai williams. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Danandjaja, (2013). Biologi reproduksi
kepuasan kepuasan perawat pada perawatan kehamilan dan persalinan. Edisi 1.
tali pusat dengan kejadian infeksi pada bayi Yogyakarta: Graha Ilmu.
Depkes RI. (2015). Asuhan persalinan
baru lahir dengan nilai signifikan (p=0.17), normal. Jakarta: Depkes RI.
sehingga (p<0.05), maka Ha diterima dan Depkes Sumut. (2016). Data infeksi tali
pusat pada bayi. Medan : Depkes Sumut.
Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa Hidayat, A.A.A. (2009). Ilmu Kesehatan
ada hubungan perawatan tali pusat dengan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jilid
I. Jakarta: Salemba Medika.
kejadian infeksi pada bayi baru lahir. Jitowijoyo, S., Kristiyanasari, W. (2010).
Asuhan Keperawatan Neonatus dan
Anak. Cetakan I. Yogyakarta: Muha
Medika.
JNPK-KR, (2012): Buku acuan pelatihan Jakarta: Salemba Medica.
klinik Asuhan persalinan normal. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Buku

61
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Wibowo, N, & Saipuddin (2013). Plasenta
Kemenkes dan JICA. tali pusat, selaput janin dan cairan
Lestari, (2013) . Panduan belajar: amnion. Jakarta : FKUI.
keperawatan ibu-bayi baru lahir ed.3. Wihono P. A (2017). Gambaran cara
Jakarta : EGC. perawatan tali pusat dan lama waktu
Lissauer. (2013). Perawatan tali pusat pelepasan tali pusat diwilayah kerja
kering pada bayi. http:Kesehatan puskesmas kecamatan bakti sukoharjo.
RI/2013/12/ infeksi-tali-pusat.html. Skripsi : Universitas Muhammadiyah
diakses tanggal 20 November 2015. Surakarta.
Meiliya, E., Pamilih, E.K. (2008). Buku WHO, (2017). Care of the umbilical cord. A
Saku Manajemen Masalah Bayi Baru review of the evidence. Terdapat pada:
Lahir Panduan Untuk Dokter, Perawat www.who.int/csr/disease/swineflu/en/ind
dan Bidan. Jakarta: EGC e x.html.
Mieke, (2016). Manajemen kebidanan pada Yuspita (2017). Sepsis pada neonatus
infeksi tali pusat. Diakses dari (sepsis neonatal). Sari Pediatri, Vol. 2,
http:ulfahsita.co.id/2013/12/manajemen- No. 2 : 96-102.
kebidanan-pada-infeksi-tali-pusat.html. Zacharia. (2016). Tata cara pemotongan
diakses tanggal 18 November 2015. tali pusat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Monchtar. (2015). Sinopsis obstetri, Jakarta: Wardhani et all, (2015), Perawatan bayi
EGC. baru lahir. http//www. tabloid-
Muslihatun. (2012). Asuhan Neonatus Bayi nakita.com, diperoleh tanggal 10 Januari,
dan Balita.Yogyakarta : Fitramaya. 2015).
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Winkjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan.
Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi Cetakan 5. Jakarta: Yayasan Bina
Cetakan I. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Paisal. (2013). Mencegah infeksi tali pusat.
http: pencegahan-infeksi-tali-pusat.html.
Ronald. (2012). Pedoman perawatan balita.
Bandung : Nuansa Aulia.
Rosalin,dkk. (2015). Terjadinya infeksi tali
pusat pada bayi . Vol. 1, No. 1 : 23-30.
Rustam. M. (2015). Sinopsis obstetri.
Jakarta: EGC.
Saipuddin. (2014). Pelayanan kesehatan ibu
dan bayi. Jakarta :EGC.
Sarwono. P, (2014). Ilmu kebidanan.
Jakarta: PT. Bina Pustaka.
SDKI (2017). Survei dinas kesehatan
Indonesia. Jakarta : Survei Dinas
Indonesia.
Sodikin. (2015). Buku saku perawatan tali
pusat. Jakarta : EGC.
Simkin et all (2016). Panduan lengkap
kehamilan dan melahirkan bayi. Jakarta :
Arcan.
Sinsin. L. (2014). Tingkat Kejadian Infeksi.
Bandung : Nuansa Aulia.

62

Anda mungkin juga menyukai