Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANGAN INTERNAL RUMAH


SAKIT AL - FATAH

OLEH

HERMAN YOSEP BATLAYERI


NIM P.1709104

PROGRAM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


STKES PASAPUA AMBON
2017/2021
LEMBARAN PENGESAHAN

NAMA : HERMAN YOSEPH BATLAYERI

NIM : P.1709104

JUDUL : LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA INGUINALIS


LATERALIS

Mengetahui

Pembimbing klinik pembimbing akademik

Subiana samani amd. Kep bazrul muskita S,kep, Ns


A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang
memungkinkan isi abdomen (seperti peritonium, lemak, usus, atau
kandung kemih) memasuki defek tersebut sehingga timbul kantong
berisikan materi abdominal.Menurut Leyner & Goldberg (2009), ada
berbagai jenis hernia pada tubuh, yang paling umum adalah hernia
inguinal. Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam
anulus inguinalis di atas kantong skrotum, yang disebabkan oleh
kelemahan atau kegagalan menutup kongenital. Menurut sifatnya,
hernia dapat berupa hernia reponible atau irreponible. Hernia repobible
merupakan hernia yang hilang timbul karena isi hernia yang dapat
kembali ke dalam rongga abdomen, sedangkan hernia irreponible
merupakan hernia dengan isi hernia yang tidak dapat susut kembali ke
dalam rongga abdomen (Suryanah, 2009). Sehingga hernia inguinalis
lateral reponible adalah hernia yang berada di atas kantung skrotum
dengan isi hernia dapat kembali ke dalam rongga abdomen.
2. Etiologi
Menurut Henry dan Thompson (2009), terdapat dua faktor
predisposisi utama terjadinya hernia, yaitu:
a. Tekanan yang meningkat pada abdomen:
b. Mengangkat beban berat.
c. Batuk akibat PPOK.
d. Tahanan saat miksi seperti BPH atau karsinoma.
e. Tahanan saat defekasi seperti konstipasi atau obstruksi usus
besar.
f. Distensi abdomen yang mungkin mengindikasikan adanya
gangguan intraabdomen.
g. Perubahan isi abdomen seperti adanya asites, tumor jinak atau
ganas, kehamilan, dan lemak tubuh.
h. Kelemahan dinding abdomen:
i. Umur yang semakin bertambah.
j. Malnutrisi baik makronutrien seperti protein atau kalori maupun
mikronutrien seperti Vit. C.
k. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
l. Abnormal metabolisme kolagen.

3. Anatomi Hernia
Sjamsuhidayat (2009), mengemukakan bahwa hernia terdiri atas
cincin, kantong, dan isi hernia. Sedangkan menurut Laniyati et al
(2000), hernia terdiri atas orifisium hernia dan kantung hernia.
Orifisium adalah defek dari lapisan aponeurosis paling dalam dari
abdomen, dan sakus adalah kantung keluar dari peritoneum. Kolum
dari kantung hernia berhubungan dengan orifisium. Hernia disebut
eksterna jika kantung menonjol secara lengkap melalui dinding
abdomen, dan interna jika sakus terletak di dalam kavitas viseral.
Menurut Henry dan Tompson (2009), Isi hernia bervariasi,
tetapi yang paling sering adalah organ dalam. pada abdomen isi
terbanyak adalah usus halus dan omentum majus. Meskipun tidak
sering, bagian lain dari abdomen pun juga dapat masuk menjadi isi
hernia seperti:
a. Usus besar dan apendiks.
b. Divertikulum Meckel
c. Vesica Urinaria
d. Ovarium dengan atau tanpa tuba falopi
e. Cairan asites
4. Klasifikasi Hernia
a. Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas:
1. Hernia bawaan atau kongenital.
Sjamsuhidayat (2009) mengemukakan bahwa pada hernia
kongenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi
sebagai akibat dari perintah atau gangguan proses perkembangan
intra uteri. Kantong yang terbentuk akibat lemahnya celah
abdominal (congenital defect) yang merupakan bawaan sejak
lahir (Priyatna, 2009).
2. Hernia dapatan atau akuisita.
Hernia ini merupakan hernia yang didapat seseorang akibat
beberapa faktor, salah satunya seperti mengangkat benda yang
terlalu berat. Hernia akuisita terbagi menjadi 2 tipe (Henry &
Thompson, 2009
b. Berdasarkan letaknya, hernia terbagi atas:
a) Hernia Inguinal.
1) Inguinalis , terbagi lagi menjadi :
 Indirek / lateralis : hernia ini terjadi melalui cincin
inguinalis dan melewati corda spermatikus melalui kanalis
inguinalis. Umumnya terjadi pada pria dan wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat
menjadi sangat besar dan sering turun ke scrotum.
 Direk / medialis : hernia ini melewati dinding abdomen di
area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia
inguinalis. Umumnya pada lansia.
2) Femoralis : terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum
pada wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak
di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap
menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung
kemih masuk ke dalam kantung.
3) Umbilikal : pada orang dewasa umumnya pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Biasanya pada klien
gemuk dan wanita multipara.
5. Patofisiologi hernia inguinalis.
Hernia inguinalis terjadi di lipatan paha. Di lipatan paha
terdapat suatu area yang disebut kanal inguinal. Kanal inguinal adalah
saluran atau lubang alami yang menembus otot-otot dinding perut.
Kanal inguinal membentuk jalan bagi testis untuk turun dari rongga
perut ke kantong skrotum. Pada umumnya, setiap kanal menutup
sebelum atau segera setelah lahir. Jika lubang ini tidak menutup, akan
terlihat benjolan di regio tersebut atau pembengkakan skrotum.
benjolan tersebut dapat terisi oleh usus maupun omentum lalu
menonjol keluar. Hernia ini bisa bersifat bawaan lahir atau didapatkan
selama masa dewasa. Hernia ini lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita (Leyner & Goldberg, 2009). Secara sederhana hernia inguinalis
terjadi akibat penutupan tuba (prosesus vaginalis) yang tidak lengkap
antara abdomen dan skrotum (atau uterus pada wanita). hal ini
menyebabkan turunnya sebagian intestine (Hany, 2009).
6. Manifestasi klinis hernia inguinalis.
1. Berupa benjolan keluar masuk / keras
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
4. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang
berisi kandung kencing.
7. Pemeriksaan penunjang hernia inguinalis.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita hernia adalah
(Henry & Thompson, 2009) :
1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam
kavum peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan
pada bayi untuk mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin.
Mungkin terkadang berguna untuk memastikan adanya hernia pada
pasien dengan nyeri kronis pada groin.
2. USG
Ultra Sonografi (USG) sering digunakan untuk menilai hernia yang
sulit dilihat secara klinis, misalnya pada Spigelian hernia.
3. CT dan MRI
CT (Computerized Tomography) dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi
misalnya pada hernia obturator.
8. Penatalaksanaan hernia inguinalis.
a. Secara konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia : hernia dikembalikan pada tempat semula
bisa langsung dengan tangan.
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai
pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset.
b. Secara operatif
1) Hernioplasty : memindahkan fasia pada dinding perut yang
lemah, hernioplasty sering dilakukan pada anak-anak.
2) Hernioraphy. Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia
dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bainyplasty atau
tehik yang lain untuk memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang dewasa.
3) Herniotomy. Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu
dibuang. Ini dilakukan pada hernia yang sudah nekrosis.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. C DENGAN HERNIA INGUIENALIS LATERALIS
DI BANGSAL INTERNAL BEDAH LAKI RS AL. FATAH

Tanggal dan jam pengkajian : 20 maret 2021 / 10.00 WIT


Tanggal dan jam masuk RS : 18 meret 2021 / 20.04 WIT
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. D
Tanggal lahir : 09 Desember 1979
Umur : 41 Tahun
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Alamat : Suli
Pekerjaan : Tukang bangunan

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Yn. N
Umur : 38 Tahun
Agama : Kristen
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Suli
Hubungan dengan klien : istri

B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri hebat akibat benjolan pada skrotum bagian kiri.
Di sertai dengan mual munta.

C. TANDA TANDA VITAL


Tekanan darah : 140 / 90 mmhg
Suhu : 36,6 c
Nadi : 89 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
D. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Tn.c

Keterangan :
: laki-laki ------ : tinggal satu rumah
: perempuan : garis keturunan
: laki-laki sudah meninggal : garis pernikahan
: perempuan sudah meninggal
: pasien

E. POLA KEBIASAAN

1. Pola Nutrisi
Frekuesnsi makanan
Sebelum di rs : 3 x / hari
Di rs : 2 x / hari
- Napsu makan
Sebelum di rs : Baik
Di rs : Tidak
Alasan : Mual
- Porsi makanan yang di habiskan
Sebelum di rs : 1 Porsi
Di rs :1/2 porsi
- Makanan pantang
Sebelum di rs : ------
Di rs : Pedas dan santan
- Penggunaan alat bantu
Sebelum di rs : ---------
Di rs : Ivfd terpasang di tangan kiri
2. Pola eliminasi
- B.A.K
- Frekwensi
Sebelum di rs : 4 x / hari
Di rs : 5 x / hari
- warna
Sebelum di rs : kuning
Di rs : kuning
- keluhan
Sebelum di rs : -----------
Di rs : nyeri post-op
 B.A.B
- FREKWENSI
Sebelum di rs : 1x / hari
Di rs : 1x / hari
- Waktu ( pagi / siang / malam / tidak tertentu )
Sebelum di rs : Pagi
Di rs : Pagi
- Warna
Sebelum di rs : Coklat
Di rs : Coklat
- Konsitensi
Sebelum di rs : Lembek
Di rs : Agak keras
- Keluhan
Sebelum di rs : --------
Di rs : Nyeri saat mengedan
- Penggunaan alat
Sebelum di rs : -------
Di rs : -------
3. Pola personal hygiene
- Mandi
Sebelum di rs : 2x / hari
Di rs : -------
- Waktu
Sebelum di rs : Pagi dan sore
Di rs : Pagi
- Oral hygiene
- Frekwensi
Sebelum masuk rs : 2x / hari
Di rs : 1x / hari
- Waktu
Sebelum masuk rs : Pagi dan sore
Di rs : Pagi
4. Pola istirhat dan tidur
- Lamanya tidur siang
Sebelum di rs : ------
Di rs : 1 jam / hari
- Lamanya tidur malam
Sebelm di rs : 7-8 jam / hari
Di rs : 5 jam
- Kebiasaan sebelum tidur
Sebelum di rs : merokok dan minum kopi
Di rs : berbincang dengan keluarga sampai
terridur
5. Pola aktivitas dan istirahat
- Waktu bekerja
Sebelum di rs : Pagi
Di rs : -----
- Olaraga
Sebelum di rs : ya
Di rs : -----
- Jenis olaraga
Sebelum di rs : lari kecil
Di rs : --------
- Frekwensi oraraga
Sebelum di rs : 1x / hari
Di rs : -------
F. Pengkajian fisik
1) Pemeriksaan fisik umum
- Berat badan : 65 kg (Sebelum sedikit 68 kg)
- Tinggi badan : 168cm
- Keadaan umum : Sedang
2) Sistem penglihatan
- Posisi mata : Simetris
- Kelopak mata : Normal
- Pengerakan bola mata : Normal
- Konjugtiva : Merah muda
- Kornea : Normal
- Sklera : Anikterik
- Pupil : Isokor
- Otot-otot mata : Tidak ada kelainan
- Fungsi penglihatan : Baik
- Tanda-tanda radang : Tidak ada
- Pemakaian kaca mata : Tidak
- Pemakaian lensa kotak : Tidak
- Reaksi cahaya : Baik
G. Sistem pendengaran
- Daun telingan : Normal
- Karakteristik serumen
- Warna : Kuning muda
- Konis tensi : Cair
- Bau : Khas
H. Sistem pernafasan
- Jalan nafas : Bersih
- Pernafasan : Tidak sesak
- Menggunakan otot bantu pernafasan : Tidak
- Frekuensi : 30x/menit
- Irama : Teratur
- Jenis pernafasan : Spontan
- Kedalaman : Dangkal
- Batuk : Tidak
- Sputum : Tidak
- Palpasi dada : Detak jantung normal
- Suara nafas : Vesikuler
- Penggunaan alat bantu nafas : Tidak
I. Sistem kardiovaskuler
1). Sirkulasi peripher
- Nadi : 74/menit
- Irama : Teratur
- Denyut : Kuat
- Tekanan darah : 130/90mmHg
- Distensi vena jugularis
- Kanan : ya
- Kiri : ya
- Temperatur kulit : Hangat
- Warna kulit : Pucat
- Pengisian kapiler : Detik
- Edenma : Ya, skotalis
2). Sirkulasi jantung
- Kecepatan denyut capital : Teratur
- Irama : Teratur
- Kelainan bunyi jantung : Tidak ada
- Sakit dada : Tidak
J. Sistem hematologi
- Pucat : Ya
- Perdarahan : Ya
K. Sistem syaraf pusat
1). Keluhan sakit kepala : Vertigo
2). Tingkat kesadaran : Compos mentis
3). Glasgow :E:4V:SM:6
4). Tanda-tanda peningkatan TLK : Tidak
5). Ganguan sistem persyarafan : Tidak ada
6). Pemeriksaan refleks
- refleks fisiologis : Normal
- refleks patologis : Ya
L. Data fokus

Data subyektif Data objektif


1. Klien mengatakan nyeri bekas 1. Klien lemas
operasi, 2. Skala aktivitas tingkat 3
P : Nyeri post operasi hernia (memerlukan bantuan orang lain).
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk 3. To : 140 / 90 mmHg
R : Perut kanan bawah S : 36,6 C
S : Skala intensitas neumerik R : 89 x/menit
tingkat 6 (sedang ) N : 22 x/menit
T : Terus menerus 4. Klien terlihat meringis kesakitan
2. Klien mengatakan belum bisa
beraktivitas seperti biasa ,
Aktivitas dibantu oleh keluarga.

M. Rencana tindakan keperawatan


Rencana
N Diagnosa keperawatan keperawatan
O
Tujuan dan kriteria Intervensi
1. Nyeri b/d proses penyakit yang Setelah di lakukan tindakan 1. Kaji tingkat
ditandai denagan keperawatan selama 2/24 J nyeri (PQRST).
DS : Pasien mengatakan nyeri diharapkan nyeri terkontrol 2. Berikan
tambah lemas analgetik jika
DO : Pasien tampak lemah nyeri nyeri.
tambah skala (6) 3. Atur posisi bila
TO : 140/80mmHg no80x/m nyeri.
R : 89 x/m S : 36,6 C 4. Bantu teknik
ambulansi.
5. Kaloborasi
N. Implenmentasi dan evaluasi

Diagnosa Hari/tgl/jam Implenmentasi Evaluasi Paraf


keperawatan CI
Nyeri b/d proses Selasa, 20 1. Mengkaji nyeri S : Pasien
penyakit yang di maret 2021 ( PQRST) mengatakan post
tandai dengan nyeri ( 17:30) 2. Memberikan operasi
tambah lemas. analgetik jka nyeri O : Pasien tampak
3. Mengantur posisi lemah nyeri tempat
nyaman bila nyeri opersi
4. Membantu teknik RO : 130/80mmHg
ambulansi N : 89 x/m
5. Melakukan S : 36,6 C
kaloborasi R : 22 x/m
A : masalah teratasi
P : Intervensi di
pertahankan

Anda mungkin juga menyukai