Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) HIV/AIDS DAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA

Disusun oleh kelompok 8:


1. Moza Indah Lestari
2. Nurul Azzahra Putri
3. Octavia Nurul Sabrina
4. Reyvaldy
5. Siti Mustarifah
6. Zunaenah Lestari

Program Sarjana Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Abdi Nusantara Jakarta
2019/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HIV/AIDS DAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

A. Topik
HIV/AIDS dan Penyalahgunaan NAPZA

B. Sub Topik
1. Pengertian HIV/AIDS
2. Penyebab HIV/AIDS
3. Tanda dan gejala HIV/AIDS
4. Penularan HIV/AIDS
5. Pencegahan Penyakit HIV/AIDS
6. Pengobatan HIV/AIDS
7. Pengertian dan macam- macam NAPZA
8. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA
9. Tanda dan gejala ketergantungan obat
10. Bahaya penggunaan NAPZA
11. Pencegahan penggunaan NAPZA

C. SASARAN
Sasaran penyuluhan adalah mahasiswa S1 Keperawatan Tk.3 STIKes Abdi Nusantara
Jakarta.

D. WAKTU
Hari/ tanggal : Kamis, 22 Oktober 2020
Jam : 15:00 s/d 17:00

E. Tempat
Menyesuaikan

F. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan mahasiswa S1
Keperawatan Tk.3 STIKes Abdi Nusantara Jakarta mampu memahami tentang
penyakit HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA.

b. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diadakan penyuluhan selama 30 menit mahasiswa dapat :
a. Menjelaskan pengertian hiv/aids.
b. Menjelaskan penyebab hiv/aids.
c. Mampu menyebutkan gejala hiv/aids.
d. Menjelaskan bagaimana penularan hiv/aids.
e. Menjelaskan cara pencegahan hiv/aids.
f. Menjelaskan pengertian tentang NAPZA dan macamnya.
g. Menyebutkan Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA.
h. Menyebutkan tanda dan gejala ketergantungan obat.
i. Menyebutkan bahaya penggunaan NAPZA.
j. Menyebutkan cara pencegahan penggunaan NAPZA

G. MATERI PENYULUHAN
Terlampir.

H. Metode
Ceramah dan Tanya jawab

I. Media
a. Power point
b. Laptop

J. PROSES KEGIATAN
No Tahap Kegiatan Penyuluh/ Kegiatan Peserta Waktu
. Kegiatan Pemateri
1. PEMBUKAAN  Memberi salam dan  Menjawab salam. 10
Perkenalan.  Mendengarkan menit
 Menjelaskan tujuan, dan
manfaat dan cakupan memperhatikan.
materi.

2. KEGIATAN 1. Menjelaskan  Mendengarkan 40


INTI/ pengertian  HIV/AIDS. dan menit
PENYAJIAN 2. Menjelaskan penyebab memperhatikan.
HIV/AIDS.  Bertanya jika
3. Menjelaskan gejala- ada yang tidak
gejala HIV/AIDS. jelas.
4. Menjelaskan
bagaimana penularan
HIV/AIDS.
5. Menjelaskan cara
pencegahan
HIV/AIDS.
6. Menjelaskan cara
pengobatan
HIV/AIDS.
7. Menanyakan kepada
mahasiswa apabila ada
yang  kurang  jelas.
8. Menerima dan
menjawab pertanyaan
yang diajukan
mahasiswa.
9. Menjelaskan
pengertian dan macam
- macam NAPZA.
10. Menjelaskan tanda dan
gejala ketergantungan
obat.
11. Menjelaskan bahaya
penggunaan NAPZA.
12. Menjelaskan Cara
pencegahan
penggunaan NAPZA.
13. Menanyakan kepada
mahasiswa apabila ada
yang  kurang  jelas.
14. Menerima dan
menjawab pertanyaan
yang diajukan
mahasiswa.

3. EVALUASI  Menanyakan kembali  Menjawab 5 menit


hal-hal yang sudah pertanyaan
dijelaskan mengenai penyuluh.
HIV/AIDS dan  Bertanya jika
Penyalahgunaan masih ada yang
NAPZA. kurang
 Menjawab pertanyaan dimengerti.
peserta.

4. PENUTUP  Menyimpulkan materi  Mendengarkan 5 menit


yang telah disampaikan. dan
 Memberi salam memperhatikan.
penutup.  Menjawab salam.
MATERI PENYULUHAN HIV/AIDS DAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

1. Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah
satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang
berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan infeksi virus HIV.  Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi
diri dari serangan luar  seperti  kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau
merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis
penyakit lain. Acquired : didapat, bukan penyakit keturunan
Immune : sistem kekebalan tubuh
Deficiency : kekurangan
Syndrome : kumpulan gejala-gejala penyakit.

Sedangkan di dalam kamus kedokteran Dorlan (2002), menyebutkan bahwa


AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh infeksi
HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan
mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk pria homoseksual atau biseksual,
penyalahgunaan obat intravena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah
lainnya, hubungan seksual dari individu yang terinfeksi virus tersebut.
Menurut Center for Disease Control and Prevention, AIDS merupakan bentuk
paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda
dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai
infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang
terjadi.

2. Penyebab HIV/AIDS
Penyebab HIV/AIDS adalah infeksi oleh virus HIV, yang menyerang sistem
kekebalan tubuh sehingga sel-sel pertahanan tubuh makin lama makin banyak yang
rusak. Penderita infeksi HIV menjadi sangat rentan terhadap semua bentuk infeksi. Pada
yahap akhir, penderita tidak bisa tahan terhadap kuman-kuman yang secara normal bisa
dilawannya.

3. Tanda dan gejala HIV/AIDS


Gejala penularan HIV/AIDS terjadi beberapa hari atau beberapa minggu setelah
terinfeksi HIV, gejala-gejala ini hanya berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu
saja, lalu hilang dengan sendirinya. Seseorang mungkin akan menjadi sakit dengan
gejala-gejala seperti flu, yaitu:
 Demam
 Rasa lemah dan lesu
 Sendi-sendi terasa nyeri
 Batuk
 Nyeri tenggorokan
Gejala selanjutnya adalah memasuki tahap dimana sudah mulai timbul gejala-
gejala yang mirip dengan gejala-gejala penyakit lain, gejala-gejala diatas ini memang
tidak khas, karena dapat juga terjadi pada penyakit-penyakit lain. Namun gejala-gejala
ini menunjukkan sudah adanya kerusakan pada system kekebalan tubuh yaitu:
 Demam berkepanjangan
 Penurunan berat badan (lebih dari 10 % dalam waktu 3 hari)
 Kelemahan tubuh yang mengganggu/menurunkan aktifitas fisik sehari-hari
 Pembangkakan kelenjar di leher, lipat paha, dan ketiak
 Diare atau mencret terus menerus tanpa sebab yang jelas
 Batuk dan sesak nafas lebih dari 1 bulan secara terus menerus
 Kulit gatal dan bercak-bercak merah kebiruan
Gejala penurunan kekebalan tubuh ditandai dengan mudahnya diserang penyakit
lain, dan disebut infeksi oportunitis. Maksudnya adalah penyakit yang disebabkan baik
oleh virus lain, bakteri, jamur, atau parasit (yang bisa juga hidup dalam tubuh kita), yang
bila system kekebalan tubuh baik kuman ini dapat dikendalikan oleh tubuh. Pada tahap
ini pengidap HIV telah berkembang menjadi penderita AIDS. Pada umumnya penderita
AIDS akan meninggal dunia sekitar 2 tahun setelah gejala AIDS ini muncul.
Gejala AIDS yang timbul adalah :
 Radang paru
 Radang saluran pencernaan
 Radang karena jamur di mulut dan kerongkongan
 Kanker kulit
 TBC
 Gangguan susunan saraf / neurologis.

4. Penularan HIV/AIDS
Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu :
1. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air
mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lendir vagina, penis, dubur,
atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah
(PELKESI, 1995). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding
vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah
pasangan seksual (Syaiful, 2000).

2. Ibu pada bayinya


Penularan HIV dari ibu pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan
CDC Amerika, prevalensi HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu
baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi
sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu
kemungkinannya mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan juga terjadi selama
proses persalinan melalui transfuse fetomaternal atau kontak antara kulit atau
membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan (Lily V,
2004).

3. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS


Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh
darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti speculum,tenakulum, dan alat-alat lain
yang darah cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV,dan langsung di gunakan
untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV (PELKESI,1995).

5. Alat-alat untuk menoleh kulit


Alat tajam dan runcing seperti jarum,pisau,silet,menyunat seseorang, membuat
tato,memotong rambut,dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut
mungkin di pakai tampa disterilkan terlebih dahulu.

6. Menggunakan jarum suntik secara bergantian


Jarum suntik yang di gunakan di fasilitas kesehatan,maupun yang di gunakan
oleh parah pengguna narkoba (injecting drug user-IDU) sangat berpotensi
menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama
juga mengguna tempat penyampur, pengaduk,dan gelas pengoplos obat,sehingga
berpotensi tinggi untuk menularkan HIV.

HIV TIDAK MENULAR MELALUI


 Air mata, keringat, ait liur/ludah, air kencing.
 Peralatan makan bersama (Piring, sendok, gelas, dll).
 Pakaian,handuk,sapu tangan.
 Toilet yang di pakai secara bersama-sama.
 Menggunakan kolam renang yang sama.
 Berpelukan.
 Berjabat tangan.
 Hidup serumah dengan penderita hiv/aids.
 Gigitan nyamuk.
 Hubungan sosial yang lain.

5. Pencegahan Penyakit HIV/AIDS


Upaya untuk mencegah penularan HIV/AIDS dikenal dengan prinsip ABCD, yaitu :
a. A – Abstinence
Abstinence merupakan suatu upaya untuk tidak melakukan hubungan seksual,
terutama bagi seseorang yang belum menikah.
b. B - Be Faithful
Be Faithful merupakan suatu upaya untuk tidak berganti-ganti pasangan atau
dengan kata lain menunjukkan sikap saling setia kepada pasangannya.
c. C – Condom
Melakukan hubungan seksual yang aman yaitu dengan menggunakan alat
pelindung atau kondom.
d. D - Don’t Share Syringe / Don’t Inject
Jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit secara bergantian
dengan orang lain, terutama di kalangan pemakai narkoba.
e. E - Save Equipment
Hindari pemakaian alat / bahan tidak steril.

6. Pengobatan HIV/AIDS
a. Obat-obatan Antiretroviral
Obat-obatan Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan
untuk mengobati infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi
memperlambat pertumbuhan virus. HIV bisa mudah beradaptasi dan kebal
terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu, kombinasi golongan ARV akan
diberikan pada penderita. Beberapa golongan ARV adalah:
 NNRTI (Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Jenis ARV ini
akan bekerja dengan menghilangkan protein yang dibutuhkan virus HIV
untuk menggandakan diri.
 NRTI (Nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Golongan ARV ini
menghambat perkembangan HIV di dalam sel tubuh.
 Protease inhibitors. ARV jenis ini akan menghilangkan protease, jenis
protein yang juga dibutuhkan HIV untuk memperbanyak diri.
 Entry inhibitors. ARV jenis ini akan menghalangi HIV untuk memasuki
sel-sel CD4.
 Integrase inhibitors. Jenis ARV ini akan menghilangkan integrase, protein
yang digunakan HIV untuk memasukkan materi genetik ke dalam sel-sel
CD4.
Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi antiretroviral
(ART). Biasanya pasien akan diberikan tiga golongan obat ARV. Kombinasi obat
ARV yang diberikan berbeda-beda pada tiap-tiap orang, jadi jenis pengobatan ini
bersifat pribadi atau khusus.
Beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu
pengobatan HIV dimulai, mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup. Jika
satu kombinasi ARV tidak berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV
lainnya.
Penggabungan beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi infeksi HIV bisa
menimbulkan reaksi dan efek samping yang tidak terduga. Selalu konsultasikan
kepada dokter sebelum mengonsumsi obat yang lain.
b. Konsumsi Obat Secara Teratur
Anda harus membuat jadwal rutin untuk memasukkan pengobatan HIV ke
dalam pola hidup sehari-hari. Pengobatan HIV bisa berhasil jika Anda
mengonsumsi obat secara teratur (pada waktu yang sama setiap kali minum obat).
Jika melewatkan satu dosis saja, efeknya bisa meningkatkan risiko kegagalan.
c. Efek Samping Pengobatan HIV
Semua pengobatan untuk HIV memiliki efek samping yang tidak
menyenangkan. Jika terjadi efek samping yang tidak normal, Anda mungkin
perlu mencoba kombinasi obat-obatan ARV yang lainnya. Berikut adalah contoh
efek samping yang umumnya terjadi:
 Kelelahan
 Mual
 Ruam pada kulit
 Diare
 Satu bagian tubuh menggemuk, bagian lain kurus
 Perubahan suasana hati

7. Pengertian dan macam- macam NAPZA


NAPZA merupakan singkatan Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya yang bekerja pada pusat penghayatan kenikmatan otak sebagaimana kenikmatan
sensasi, makan, dan stimulasi seksual. Karena itu bagi yang sudah menghayatinya selalu
muncul dorongan kuat untuk menggunakan napza guna memperoleh kenikmatan lahir
batin atau eforia. Semakin kuat napza mempengaruhan pusat-pusat penghayatan maka
semakin kuat pula potensi ketergantungan yang akan ditimbulkan.
NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan
Bahan-bahan berbahaya lainnya).
 NARKOTIKA: zat-zat alamiah maupun buatan (sintetik) dari bahan
candu/kokaina atau turunannya dan padanannya – digunakan secara medis atau
disalahgunakan yang mempunyai efek psikoaktif.
 ALKOHOL : zat aktif dalam berbagai minuman keras, mengandung etanol yang
berfungsi menekan syaraf pusat.
 PSIKOTROPIKA: adalah zat-zat dalam berbagai bentuk pil dan obat yang
mempengaruhi kesadaran karena sasaran obat tersebut adalah pusat-pusat tertentu
di sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Psikotropik meliputi :
Ecxtacy, shabu-shabu, LSD, obat penenang/ tidur, obat anti depresi dan anti
psikosis.
 ZAT ADIKTIF lainnya yaitu zat-zat yang mengakibatkan ketergantungan
(aseton, thinner cat, lem). Zat-zat tersebut sangat berbahaya karena bisa
mematikan sel-sel otak. Zat adiktif juga termasuk nikotin (tembakau) dan kafein
(kopi).

NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik


secara oral (melalui mulut), dihirup (melalui hidung) maupun intravena (melalui jarum
suntik) sehingga dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku
seseorang. Penggunaan NAPZA berlanjut akan mengakibatkan ketergantungan secara
fisik dan/ atau psikologis serta kerusakan pada sistem syaraf dan organ-organ otonom.
NAPZA terdiri atas bahan-bahan yang bersifat alamiah (natural) maupun yang sintetik
(buatan). Bahan alamiah terdiri atas tumbuhan dan tanaman, sedangkan yang buatan
berasal dari bahan-bahan kimiawi.

8. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA


Pada setiap kasus, ada berbagai penyebab yang khas mengapa seseorang
menyalahgunakan NAPZA dan ketergantungan. Artinya, mengapa seseorang akhirnya
terjebak dalam perilaku ini merupakan sesuatu yang unik dan tidak dapat disamakan
begitu saja dengan kasus lainnya. Beberapa faktor yang berperan pada penyalahgunaan
NAPZA adalah:
a. Faktor Keluarga
 Faktor orangtua atau keluarga yang ikut menjadi pencetus remaja menjadi
penyalahgunaan napza adalah orangtua yang :
 Kurang komunikatif dengan anak dan terlalu menuruti kemauan anak
(permisif).
 Terlalu sibuk dan kurang memberi perhatian pada anak, Tidak sepaham
dalam mendidik anak.
 Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orangtua) mengalami
ketergantungan NAPZA.
 Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari
pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu.
 Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya
penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat
terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar-
saudara.
 Keluarga dengan orangtua yang otoriter. Di sini peran orangtua sangat
dominan, dengan anak yang hanya sekadar harus menuruti apa kata orang tua
dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa
depan anak itu sendiri tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan
menyatakan ketidaksetujuannya.
 Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya
mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam
banyak hal.
 Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan
alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, dan sering berlebihan
dalam menanggapi sesuatu.

b. Faktor Kepribadian
Kepribadian penyalahguna NAPZA juga turut berperan dalam perilaku
ini. Pada remaja, biasanya penyalahguna NAPZA memiliki konsep diri yang
negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan
ditandai oleh ketidak mampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah
cemas, pasif agresif dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi.
Selain itu, kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya secara
adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah
dengan melarikan diri. Hal ini juga berkaitan dengan mudahnya ia menyalahkan
lingkungan dan lebih melihat faktor- faktor di luar dirinya yang menentukan
segala sesuatu. Dalam hal ini, kepribadian yang dependen dan tidak mandiri
memainkan peranan penting dalam memandang NAPZA sebagai satu-satunya
pemecahan masalah yang dihadapi.
Sangat wajar bila dalam usianya remaja membutuhkan pengakuan dari
lingkungan sebagai bagian pencarian identitas diri. Namun bila ia memiliki
kepribadian yang tidak mandiri dan menganggap segala sesuatunya harus
diperoleh dari lingkungan, akan sangat memudahkan kelompok teman sebaya
untuk mempengaruhinya menyalahgunakan NAPZA. Di sinilah sebenarnya peran
keluarga dalam meningkatkan harga diri dan kemandirian pada anak remajanya.
c. Faktor Kelompok
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu
cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar
berperilaku seperti kelompok itu. Tekanan kelompok dialami oleh semua orang
bukan hanya remaja, karena pada kenyataannya semua orang ingin disukai dan
tidak ada yang mau dikucilkan.
Kegagalan untuk memenuhi tekanan dari kelompok teman sebaya, seperti
berinteraksi dengan kelompok teman yang lebih populer, mencapai prestasi dalam
bidang olah raga, sosial dan akademik, dapat menyebabkan frustrasi dan mencari
kelompok lain yang dapat menerimanya. Sebaliknya, keberhasilan dari kelompok
teman sebaya yang memiliki perilaku dan norma yang mendukung
penyalahgunaan NAPZA dapat muncul.
d. Faktor Kesempatan
Ketersediaan NAPZA dan kemudahan memperolehnya juga dapat
dikatakan sebagai pemicu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkotika
internasional, menyebabkan zat-zat ini dengan mudah diperoleh. Bahkan
beberapa media massa mendapat informasi bahwa para penjual narkotika menjual
barang dagangannya di sekolah-sekolah, termasuk sampai di SD. Penegakan
hukum yang belum sepenuhnya berhasil tentunya dengan berbagai kendalanya
juga turut menyuburkan usaha penjualan NAPZA di Indonesia.
e. Faktor lingkungan
Lingkungan masyarakat yang bayak berperan dalam menentukan
karakteristik seseorang, sifat serta perilaku seseorang akan sangat berpengarug
terhadap penyalah gunaan obat tersebut karena kondisi lingkungan yang kurang
aktiv dalam upaya pemberantasan peredaran obat- obatan tersebut atau sikap tak
acuh seolah membiarkan penyalahgunaan napza.

9. Tanda dan gejala ketergantungan obat


Tanda-tanda umum untuk mengenali apakah anak sudah mulai terlibat dalam
penyalahgunaan NAPZA:
 Perubahan Fisik :
1. Badan kurus
2. Tampak mengantuk
3. Mata merah, cekung
4. Bekas suntikan/goresan di lengan /kaki
 Perubahan Perilaku
1. Emosi labil
2. Takut sinar/air
3. Menyendiri
4. Bohong/mencuri
5. Menjual barang
6. Pergi tanpa pamit
7. Halusinasi
8. Paranoid

10. Bahaya penggunaan NAPZA


Semua jenis obat dan zat dapat membahayakan tubuh bila digunakan tidak sesuai
dengan aturan pemakaiannya. Efek obat akan sangat tergantung pada berbagai faktor
yang saling berinteraksi. Seberapa besar efeknya bagi tubuh tergantung pada jenis obat
yang digunakan, berapa banyak dan sering digunakan, bagaimana cara menggunakan
obat itu, dan apakah digunakan bersama obat lain. Efek obat terhadap tubuh manusia
juga tergantung dari berbagai faktor psikologis seperti kepribadian, harapan atau
perasaan saat memakai, dan faktor biologis seperti berat badan, kecenderungan alergi,
dll. Secara fisiologis organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem syaraf
pusat (SSP) , termasuk otak dan sumsum belakang organ-organ otonom seperti jantung,
paru-paru, hati, ginjal, dan pancaindera. Kerusakan pada organ-organ tubuh itu
menghilangkan dan merusak fungsi-fungsi tubuh pemakai sebagai manusia normal,
sehingga selanjutnya pemakai tidak dapat lagi hidup normal.
NAPZA membahayakan hidup pemakai sendiri maupun orang lain. Bagi
pemakai, selain tidak dapat hidup normal, ia juga bisa menghadapi kematian karena
overdosis atau penyakit lain. Para pemakai NAPZA biasanya juga menjadi beban bagi
orang-orang lain di sekitarnya mulai dari keluarganya sendiri sampai masyarakat luas.
Orang yang menyalahgunakan NAPZA disebut pengguna obat  biasanya tidak
dapat hidup normal. Penyalahgunaan obat menciptakan ketergantungan fisik maupun
psikologis pada tingkat yang berbeda-beda. Ketergantungan atau kecanduan
menyebabkan pengguna tidak dapat hidup tanpa obat. Ketergantungan dimulai ketika
orang dengan sadar memilih untuk menyalahgunakan obat. Ketergantungan bukan hanya
berarti memakai obat secara berlebih. Ketergantungan disebabkan efek obat pada kerja
dan metabolisme otak yang merubah penyalahgunaan menjadi ketergantungan akan obat
dan sebuah penyakit kronis.
Ketergantungan fisik menyebabkan timbulnya rasa sakit luar biasa bila ada usaha
untuk mengurangi pemakaiannya atau bila pemakaian akan dihentikan. Ketergantungan
secara psikologis menimbulkan tingkah laku yang kompulsif (berkeras, ngotot) untuk
memperoleh obat-obatan tersebut Ketergantungan ini menyebabkan perilaku orang
tersebut menjadi aneh dan kadang-kadang tak terkendali.
Keadaan ini semakin buruk manakala tubuh sang pemakai menjadi kebal,
sehingga kebutuhan tubuh akan zat yang biasa dipakainya tersebut meningkat untuk
dapat sampai pada efek yang sama “tingginya” (disebut toleransi). Dosis yang tinggi dan
pemakaian yang sering diperlukan untuk menenangkan keinginan yang besar. Semakin
tinggi dosis dan semakin sering pemakaian, semakin besar kemungkinan pemakai
mengalami over dosis (takaran melebihi kemampuan tubuh menerimanya) yang
menyebabkan kematian.
Penyalahgunaan NAPZA menimbulkan berbagai perasaan enak, nikmat, senang,
bahagia, tenang dan nyaman pada pemakainya. Tetapi perasaan positif ini hanya
berlangsung sementara, yaitu selama zat bereaksi dalam tubuh. Begitu efek NAPZA
habis, yang terjadi adalah justru rasa sakit dan tidak nyaman sehingga pemakai merasa
perlu menggunakannnya lagi. Hal ini terus berulang sampai pemakai menjadi tergantung.
Ketergantungan pada NAPZA inilah yang mengakibatkan berbagai dampak negatif dan
berbahaya, baik secara fisik, psikologis maupun sosial.
a. Fisik : sistim syaraf pusat yaitu otak dan sum-sum tulang belakang, organ-organ
otonom (jantung, paru, hati, ginjal) dan pancaindera.
b. Psikologis atau kejiwaan : Perasaan tertekan bila tidak memakai obat tersebut,
percobaan bunuh diri karena tidak dapat mendapatkan obat yang dibutuhkan,
melakukan tindak kekerasan.
c. Sosial dan Ekonomi : Merugikan keluarga, sekolah, lingkungan, masyarakat 
bahkan bangsa.
d. Hukum Dan Keamanan : Pemakai NAPZA seringkali tidak dapat mengendalikan
diri dan bersikap sesuai dengan norma-norma umum masyarakat dan hal itu
melanggar hukum yang berlaku di negera Indonesia.
e. Lingkungan : pengguna NAPZA akan cenderung berperilaku tidak sesuai dengan
norma dalam masyarakat.

11. Pencegahan penggunaan NAPZA


Penyembuhan ketergantungan Napza di bagi menjadi tiga bagian yaitu
pencegahan, terapi (pengobatan) dan rehabilitasi. Terapi di bagi menjadi dua tahapan,
detoksifikasi (membersihkan Napza dari tubuh ) dan pasca detoksifikasi ( pemantapan ),
yang dalam pengobatannya bermaksud bukan hanya fisik pasien yang disembuhkan
tetapi juga kejiwaan, sosial dan keimanannya.
1. Peranan Diri Sendiri
- Jangan pernah mencoba
- Bergaul dengan selektif
- Jadi diri sendiri
- Melakukan kegiatan yang positif 
- Pendirian yang teguh
- Kenali lingkungan dengan benar
- Kenali dengan benar informasi tentang Napza
- Mendekatkan diri dengan Tuhan
2. Peranan Orang Tua
- Menciptakan keluarga yang harmonis
- Menanamkan rasa  tanggung jawab dan percaya diri
- Menciptakan komunikasi secara terbuka dan harmonis
- Menyalurkan hobi dan bakatnya secara positif
- Memperlakukan anak secara adil
3. Peranan Masyarakat
- Gerakan kampanye anti Napza
- Bekerjasama dengan orang yang berpengaruh
4. Peranan Pemerintah
- UU tentang Narkotika dan Psikotropika
- Pembentukan LSM
- Pembentukan Tempat Rehabilitasi

Meskipun kita harus bergaul dengan sesama teman tanpa memilih-milih,


namun kita harus tetap menjaga agar pergaulan tidak merugikan dan membahayakan
diri kita. Sedekat apapun hubungan pertemanan kita, kita harus selalu berani menolak
ajakan yang :

 Tidak bermanfaat (misalnya nonkrong sambil mengisap ganja sampai malam).


 Jelas merugikan atau melanggar aturan (misalnya permintaan untuk
menjualkan obat/NAPZA).
 Menakutkan atau mencurigakan (misalnya menemui bandar NAPZA).
 Menolak ajakan teman tidak perlu dilakukan dengan kasar atau marah, tetapi
dapat dilakukan dengan halus dan sopan tetapi harus tegas, dan dengan alasan
yang masuk akal. Dengan cara yang baik tetapi tegas, teman yang mengajak
dapat mengerti dan berhenti merayu atau memaksa kita. Carilah alasan yang
tepat untuk menolak seperti : “terima kasih, tapi saya tidak mau karena saya
tidak suka nongkrong”, “terima kasih, tapi saya tidak mau terlibat dalam
kegiatan yang merugikan saya”, “saya tidak mau karena saya harus
mengerjakan hal penting di rumah”.
 Bentengi dirimu dengan iman dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Karena
dirimu sungguh berarti. Masa depan yang cerah menantimu selalu. Say No To
Drug.
DAFTAR PUSTAKA

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan


pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series.
Muhajir. 2007. Pendidkan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung: Erlangga.
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993. Mikrobiolog Kedokteran.
Jakarta Barat: Binarupa Aksara
Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Depkes RI. (2000). Pedoman Terapi Pasien Ketergantngan Narkotika dan Zat Adiktif
Lainnya. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Depkes RI. Jakarta.

Imran, (1999). Narkoba dan Remaja. Penerbit: PKBI Bandung.

Margono, Hendy (2002). Gangguan Mental Prilaku Akibat Penggunaan Zat


Psikoaktif.  Kumpulan Catatan Kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai