Anda di halaman 1dari 223

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/367333002

Pelayanan Komplementer Kebidanan

Book · January 2023

CITATIONS READS

0 326

2 authors:

Kholilah Lubis Indah Putri Ramadhanti


Universitas Prima Nusantara Bukittinggi 16 PUBLICATIONS 4 CITATIONS
19 PUBLICATIONS 11 CITATIONS
SEE PROFILE
SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

stunting View project

Birth Plan Assistance as a Way to Increase Birth Preparation and Parenthood Readiness View project

All content following this page was uploaded by Kholilah Lubis on 22 January 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pelay anan Ko mplementer
Kebidanan
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4


Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang
terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku
terhadap:
i. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan
peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan
penelitian ilmu pengetahuan;
iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengaja-
ran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai
bahan ajar; dan
iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan
yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan
tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi se-
bagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komer-
sial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud da-
lam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau
PELAYANAN KOMPLEMENTER
KEBIDANAN

Kholilah Lubis, S.ST, M.Keb


Indah Putri Ramadhanti, S.ST, M.Keb
Fathia Rizki, S.S.T., M.Tr.Keb.
Irmasanti Fajrin, S.ST. M.Keb.
Ratih Sakti Prastiwi, S.ST., MPH
Ira Suryanis, S.ST, M.Keb
Lia Kamila, S.S.T., Bd., M.Keb.
Christina Pernatun Kismoyo, S.SiT., MPH
Diani Aliansy, S.ST., M.Kes.
Nurul Eko Widiyastuti, S.Si.T., M.Kes.
Indah Yun Diniaty Rosidi, S.ST., M.Keb
Wahyuni, SST, M.Keb.
Ari Andriyani, S.Si., M.Keb
Nining Tunggal Sri Sunarti, SKM. MPH
Wiwin Hindriyawati, S.SiT., M.Kes.

Penerbit:

Anggota IKAPI
No. 446/JBA/2022
PELAYANAN KOMPLEMENTER
KEBIDANAN

Penulis :
Kholilah Lubis, S.ST, M.Keb
Indah Putri Ramadhanti, S.ST, M.Keb
Fathia Rizki, S.S.T., M.Tr.Keb.
Irmasanti Fajrin, S.ST. M.Keb.
Ratih Sakti Prastiwi, S.ST., MPH
Ira Suryanis, S.ST, M.Keb
Lia Kamila, S.S.T., Bd., M.Keb.
Christina Pernatun Kismoyo, S.SiT., MPH
Diani Aliansy, S.ST., M.Kes.
Nurul Eko Widiyastuti, S.Si.T., M.Kes.
Indah Yun Diniaty Rosidi, S.ST., M.Keb
Wahyuni, SST, M.Keb.
Ari Andriyani, S.Si., M.Keb
Nining Tunggal Sri Sunarti, SKM. MPH
Wiwin Hindriyawati, S.SiT., M.Kes.

ISBN : 978-623-09-1743-1 (PDF)


Editor : Alyxia Gita Stellata, S.Tr.Keb., M.Keb.
Tata Letak : Yuliana Ayu
Desain Sampul : Robi Subaya
Penerbit : Kaizen Media Publishing
Redaksi :
Jl. Antapani X, No. 3, Ankid, Antapani, Bandung 40291
Telp/Faks: (022) 20526377
Website: www. kaizenpublisher.co.id |E-mail: admin@kaizenpublisher.co.id
Cetakan Pertama :
30 Januari 2023
Ukuran :
vi, 222 Uk: 15,5 x 23 cm
Hak Cipta 2023, Kaizen Media Publishing dan Penulis
Isi diluar tanggung jawab percetakan

Copyright © 2023 by Kaizen Media Publishing

All Right Reserved


Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memper-banyak sebagian atau se-
luruh isi buku initanpa izin tertulis dari Penerbit.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga buku yang berjudul Pelayanan Komple-
menter Kebidanan dapat dipublikasikan dan dapat sampai dihadapan pem-
baca. Buku ini diharapkan dapat hadir memberi kontribusi positif dalam
ilmu pengetahuan khususnya terkait kemajuan bidang ilmu kebidanan.
Sistematika buku ini mengacu pada pendekatan konsep teoritis dan contoh
penerapan.

Buku ini terdiri atas 15 bab yang dibahas secara rinci, beberapa bab dian-
taranya: Konsep dasar asuhan komplementer, Aspek legal praktik ke-
bidanan komplementer, Praktik terapi komplementer pada kebidanan,
Jenis dan kategori terapi komplementer, Konsep/Jenis-jenis/Tutorial dan
Simulasi asuhan komplementer dalam asuhan kehamilan, Konsep/Jenis-
jenis/Tutorial dan Simulasi asuhan komplementer dalam asuhan masa ni-
fas, Konsep/Jenis-jenis/Tutorial dan Simulasi asuhan komplementer dalam
asuhan bayi dan balita, Perkembangan terkini asuhan komplementer ke-
bidanan di Indonesia, Perkembangan terkini asuhan komplementer ke-
bidanan di dunia, Peluang enterpreneur dalam asuhan komplementer pada
ibu hamil, nifas dan menyusui, bayi dan balita.

Kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan dan masih ter-
dapat banyak kekurangan, sejatinya kesempurnaan itu hanya milik Allah
Yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu, kami tentu menerima masukan dan sa-
ran dari pembaca demi penyempurnaan lebih lanjut.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
semua pihak yang telah mendukung dalam proses penyusunan dan pen-
erbitan buku ini secara khusus kepada Kaizen Media Publishing. Semoga
buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Bandung, Desember 2022

Editor

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB 1. Konsep Dasar Asuhan Komplementer ............................................. 1
1.1 Pendahuluan ........................................................................................ 1
1.2 Definisi Asuhan Komplementer ......................................................... 1
1.3 Ruang Lingkup Asuhan Komplementer............................................ 2
1.4 Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan asuhan komplementer ................ 3
1.5 Manfaat Penerapan Asuhan Komplementer ..................................... 4
1.6 Sejarah Asuhan Komplementer di Indonesia .................................... 6

BAB 2. Aspek Legal Praktik Kebidanan Komplementer .......................... 13


2.1 Pendahuluan ...................................................................................... 13
2.2 Aspek Legal Terapi Komplementer ................................................. 14
2.3 Peran Bidan dalam Terapi Komplementer ...................................... 18
2.4 Pro dan Kontra Para Ahli .................................................................. 19

BAB 3. Praktek Terapi Komplementer Pada Kebidanan........................... 25


3.1 Pendahuluan ...................................................................................... 25
3.2 Terapi Komplementer dan Falsafah Kebidanan ............................. 26
3.3 Terapi Komplementer dalam Praktik Kebidanan ........................... 27
3.4 Tantangan Terapi Komplementer dalam Praktik Kebidanan ........ 33
3.5 Penunjang Terapi Komplementer dalam Praktik Kebidanan ........ 33

BAB 4. Jenis Dan Kategori Terapi Komplementer ..................................... 39


4.1 Pendahuluan ...................................................................................... 39
4.2 Pengertian Terapi Komplementer .................................................... 39
4.3 Jenis dan Kategori Terapi Komplementer ....................................... 41

BAB 5. Konsep dan Jenis-jenis Asuhan Komplementer dalam Asuhan


Kehamilan .......................................................................................... 53
5.1 Pendahuluan ...................................................................................... 53
5.2 Konsep Asuhan Komplementer dalam Asuhan Kehamilan .......... 54
5.3 Terapi Musik ...................................................................................... 55
5.4 Yoga..................................................................................................... 56
5.5 Pilates .................................................................................................. 57
5.6 Prenatal Hipnoterapi ......................................................................... 58
5.7 Prenatal Massage ............................................................................... 58
5.8 Akupresur ........................................................................................... 58

ii
5.9 Akupunktur ....................................................................................... 59

BAB 6. Tutorial Dan Simulasi Asuhan Komplementer Dalam Asuhan


Kehamilan (Masase, Aromaterapi, Yoga) ...................................... 65
6.1 Pendahuluan ...................................................................................... 65
6.2 Pijat kehamilan .................................................................................. 65
6.2.1 Apa manfaat pijat kehamilan? ............................................... 66
6.2.2 Ha-hal yang harus diperhatikan sebelum pemijatan .......... 69
6.2.3 Gerakan Pemijatan ................................................................. 69
6.3 Aromaterapi ....................................................................................... 74
6.3.1 Manfaat Aromaterapi pada Kehamilan dan Persalinan: .... 74
6.3.2 Cara pemberian minyak esensial .......................................... 75
6.4 Yoga .................................................................................................... 77
6.4.1 Tiga prinsip utama yoga ........................................................ 77
6.5 Pose Yoga untuk wanita selama kehamilan .................................... 78

BAB 7. Konsep dan Jenis Asuhan Komplementer dalam Asuhan


Persalinan .......................................................................................... 85
7.1 Pendahuluan ...................................................................................... 85
7.2 Persalinan Normal ............................................................................. 85
7.3 Manajemen Rasa Nyeri Persalinan .................................................. 86
7.4 Terapi Komplementer untuk Mengurangi Nyeri selama Proses
Persalinan ........................................................................................... 86

BAB 8. Simulasi Asuhan Komplementer dalam Asuhan Persalinan ...... 97


8.1 Pendahuluan ...................................................................................... 97
8.2 Massage endorphin ........................................................................... 98
8.3 Birth ball ........................................................................................... 101
8.4 Gentle Birth ...................................................................................... 105

BAB 9. Asuhan Komplementer Pada Masa Nifas .................................... 111


9.1 Pendahuluan .................................................................................... 111
9.2 Ragam Terapi Komplementer Pada Masa Nifas........................... 111
9.2.1 Pemijatan selama masa nifas (Mariah Snyder, 2010). ........ 111
9.2.2 Aromaterapi Selama Masa Nifas (Widaryanti, 2019) ........ 113
9.2.3 Hypno Breastfeeding (Birdee Gurjeet S, 2014; Armini, 2016)
................................................................................................ 113
9.2.4 Herbal Selama Masa Nifas (Plotnikoff, 2010; Ayuningtyas,
2019) ....................................................................................... 114

iii
9.2.5 Post Natal Yoga (Yoga Ibu Nifas dan Menyusui) (Adams J,
2009; Yoga., 2018) .................................................................. 115
9.2.6 Akupuntur (Gondo, 2009) .................................................... 116

BAB 10. Tutorial Dan Simulasi Asuhan Komplementer Dalam Asuhan


Masa Nifas ....................................................................................... 121
10.1 Pendahuluan .................................................................................... 121
10.2 Metode Woolwich Massage ............................................................ 121
10.3 Metode Back Rolling Massage ........................................................ 123
10.4 Acupressure Point For Lactation .................................................... 125
10.5 Hypnobreastfeeding ........................................................................ 127
10.6 Aromatherapy Pada Masa Nifas .................................................... 130
10.7 Yoga Pada Masa Nifas ..................................................................... 132

BAB 11. Konsep dan Jenis-Jenis Asuhan Komplementer Dalam Asuhan


Bayi dan Balita................................................................................. 137
11.1 Pendahuluan .................................................................................... 137
11.2 Konsep Asuhan Komplementer dalam Asuhan Bayi dan Balita . 137
11.3 Jenis-Jenis Asuhan Komplementer dalam Asuhan Bayi dan Balita
........................................................................................................... 138

BAB 12. Tutorial dan Simulasi Asuhan Komplementer dalam Asuhan


Bayi dan Balita................................................................................. 149
12.1 Pendahuluan .................................................................................... 149
12.2 Baby Massage (Pijat Bayi) ............................................................... 149
12.3 Baby Gym (Senam Bayi) .................................................................. 154
12.4 Baby Swim ........................................................................................ 157
12.5 Contoh Daftar Tilik .......................................................................... 159

BAB 13. Perkembangan Terkini Asuhan Komplementer Kebidanan di


Dunia ................................................................................................ 165
13.1 Pendahuluan .................................................................................... 165
13.2 Perkembangan Asuhan Komplementer Kebidanan di Dunia ..... 167
13.1.1 Asia ......................................................................................... 167
13.1.2 Benua Amerika ...................................................................... 168
13.1.3 Afrika ..................................................................................... 168
13.1.4 Eropa ...................................................................................... 169
13.1.5 Australia................................................................................. 172

iv
BAB 14. Perkembangan Terkini Asuhan Komplementer Kebidanan di
Indonesia ......................................................................................... 183
14.1 Pendahuluan .................................................................................... 183
14.2 Perkembangan Asuhan Komplementer untuk Masa Kehamilan 185
14.3 Perkembangan Asuhan Komplementer untuk Masa Persalinan 187
14.4 Perkembangan Asuhan Komplementer pada Masa Nifas........... 187
14.5 Perkembangan Asuhan Komplementer pada Bayi dan Balita .... 188

BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM ASUHAN


KOMPLEMENTER PADA IBU HAMIL, NIFAS, DAN
MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA .............................................. 195
15.1 Pendahuluan .................................................................................... 195
15.2 Peluang Usaha Dalam Asuhan Komplementer Pada Ibu Hamil,
Ibu Nifas, Ibu Menyusui, Bayi, Dan Balita .................................... 195
15.3 Contoh Ruangan Komplementer Untuk ibu hamil, Ibu Pada Masa
Nifas, Menyusui, Bayi Dan Balita .................................................. 198
15.4 Alur Pelayanan Komplementer Pada Kehamilan, Ibu Nifas,
Menyusui, Bayi dan Balita. ............................................................. 200
15.5 Kisah Inspiratif pelaku usaha ......................................................... 204

v
vi
BAB 1. KONSEP DASAR ASUHAN KOMPLEMENTER

1.1 Pendahuluan
Minat pasien terhadap asuhan komplementer atau yang lebih
dikenal dengan CAM (Complementary and Alternative Medicine) semakin
popular karena hanya menimbulkan efek/ risiko yang minimal dibanding-
kan pengobatan dengan obat-obatan kimia. Peningkatan ini terjadi secara
eksponensial selama beberapa dekade terakhir baik di bidang klinis,
penelitian dan berfokus kebijakan pada area perawatan kesehatan yang
penting (Adams et al., 2013).

Pada praktiknya, asuhan komplementer sudah banyak diterapkan di


dunia kesehatan. Sebagai contoh di dunia kedokteran, dalam penanganan
kanker selain dengan pemberian obat-obatan medis, dokter juga
menyarankan obat-obatan tradisional yang sudah teruji dengan evidence
based. Di dunia kebidanan sudah diterapkan dengan memuat asuhan kom-
plementer sebagai mata kuliah di pendidikan kebidanan sehingga bidan
dapat memberikan asuhan kebidanan yang terintegrasi dengan asuhan
komplementer. Sedangkan di dunia keperawatan juga demikian, sebagai
contoh dalam keperawatan jiwa, selain dengan perawatan medis juga
diberikan hypnotherapy (Kalahroudi, 2014; Tiran, 2016). Di Indonesia pen-
erapan asuhan komplementer terintegrasi diatur oleh pemerintah di dalam
Permenkes RI No. 37 Tahun 2017 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional
Integrasi (Indonesia, 2017).

1.2 Definisi Asuhan Komplementer


Asuhan komplementer adalah asuhan yang diberikan untuk mengu-
rangi intervensi medis atau asuhan pelengkap yang diberikan bersamaan
dengan perawatan medis lainnya. Di luar negeri, Menurut WHO,
penggunaan asuhan komplementer dari tahun ke tahun semakin mening-
kat dari 36% menjadi 62% setiap tahunnya dengan persentase wilayah
tertinggi dengan penerapan asuhan komplementer terdapat di wilayah
Asia Tenggara (91%), diikuti oleh wilayah Afrika (83%), wilayah Mediter-
ania Timur (62%), wilayah Amerika (49%), wilayah Pasifik Barat (48%) dan
wilayah Eropa (28%) (World Health Organization, 2019).

1
BAB 1. KONSEP DASAR ASUHAN KOMPLEMENTER

Beberapa istilah terkait dengan asuhan komplementer yang dianggap


sama di masyarakat tetapi memiliki makna berbeda sebagai berikut (Tilly,
2018):
� Asuhan medis standar adalah asuhan atau pengobatan oleh tenaga
kesehatan (terapis, dokter, psikolog, bidan dan perawat) dengan
memberikan obat standar atau pengobatan biasa.
� Asuhan/ pengobatan komplementer adalah asuhan/ pengobatan
yang digunakan bersamaan dengan pengobatan standar tetapi
tidak dianggap sebagai asuhan/ pengobatan standar. Contoh:
menggunakan akupuntur untuk mengurangi beberapa efek
samping pengobatan kanker.
� Pengobatan alternatif adalah pengobatan yang digunakan sebagai
pengganti pengobatan medis standar. Contoh: menggunakan obat-
obatan khusus untuk mengobati kanker daripada obat antikanker
yang sudah diterapkan oleh dokter ahli onkologi.
� Pengobatan terintegrasi adalah pendekatan total untuk perawatan
medis yang menggabungkan pengobatan standar dengan praktik
pengobatan komplementer yang telah terbukti aman dan efektif
dengan memperlakukan pikiran, tubuh dan jiwa pasien.

1.3 Ruang Lingkup Asuhan Komplementer


Ruang lingkup asuhan komplementer merupakan penggabungan
asuhan komplementer dengan pendekatan kedokteran yang disebut
dengan holistik atau pengobatan integratif. Penggabungan ini bertujuan
untuk mencapai keseimbangan antara seni dan sains, teori dan praktik,
pikiran dan tubuh serta pencegahan dan penyembuhannya (Braun & Co-
hen, 2015; Gale & McHale, 2015).

2
BAB 1. KONSEP DASAR ASUHAN KOMPLEMENTER

Gambar 1.1 Konsep Spektrum Kesehatan


Sumber: (Braun & Cohen, 2015)

Selain pengobatan khusus penyakit, pengobatan secara integratif juga


mencakup peningkatan kesehatan umum dan intervensi suportif untuk
meningkatkan kesejahteraan, termasuk teknik manajemen stress seperti:
teknik meditasi dan relaksasi; program latihan peningkatan aktivitas fisik;
rekomendasi diet dan perbaikan status gizi; dan pendidikan untuk pema-
haman pasien tentang penyakit dan kesehatan. Intervensi ini membentuk
pilar pendekatan holistik untuk perawatan kesehatan dan diringkas dengan
pendekatan SENSE (Olver & Robotin, 2012; Braun & Cohen, 2015).

Tabel 1.1 Pendekatan SENSE dalam perawatan holistik

S (Stress) Manajemen stress


E (Exercise) Latihan
N (Nutrition) Nutrisi
S (Social and Spiritual) Interaksi Sosial dan Spiritual
E (Education) Pendidikan
Sumber: (Braun & Cohen, 2015)

1.4 Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan asuhan komplementer


Secara umum, penyelenggaraan asuhan komplementer yang diberi-
kan oleh tenaga kesehatan mengacu pada beberapa hal sebagai berikut
(NSW, 2018):

3
BAB 1. KONSEP DASAR ASUHAN KOMPLEMENTER

1. Praktik asuhan komplementer harus didukung oleh kebijakan tertulis


dan protocol yang disahkan oleh badan yang menaungi di negara ter-
sebut.
2. Sangat penting adanya informed consent dari individu penerima asuhan
komplementer.
3. Setiap praktik asuhan komplementer harus dimasukkan ke dalam
asuhan secara umum.
4. Tenaga kesehatan yang memberikan asuhan komplementer wajib
memberitahukan ke individu penerima asuhan tentang penggunaan
asuhan komplementer yang relevan.
5. Setiap asuhan komplementer harus didokumentasikan dengan tepat.
6. Praktik asuhan komplementer harus didukung oleh bukti ilmiah
dengan hasil positif. Dalam hal ini tenaga kesehatan tidak boleh mem-
berikan asuhan komplementer yang belum terbukti kemanjuranya/
toksisitasnya yang signifikan atau efek samping yang merugikan.
7. Tenaga kesehatan bertanggungjawab menilai apakah kualifikasi/ pen-
didikan mereka atau pengalaman dalam penggunaan asuhan komple-
menter sesuai kompetensi untuk menggunakan keterampilan tersebut
dalam perawatan pasien.
8. Tenaga kesehatan pemberi asuhan komplementer harus memiliki
kualifikasi tentang asuhan yang diberikan.
9. Tenaga kesehatan pemberi asuhan komplementer harus menyadari/
membatasi praktik mereka dan merujuk ke tenaga kesehatan profe-
sional lainnya jika diperlukan.
10. Tenaga kesehatan pemberi asuhan komplementer harus memulai dan
berpartisipasi dalam penelitian ilmiah mengenai asuhan komple-
menter.

1.5 Manfaat Penerapan Asuhan Komplementer


Beberapa pertimbangan menjadikan penerapan asuhan komple-
menter menjadi trend pengobatan terkini sebagai berikut (Lindquist et al.,
2014; Koop et al., 2015).
1. Filosofi holistik yang mendasari asuhan komplementer berbeda
secara signifikan dengan filosofi dualistik (pengobatan barat).
Filosofi holistik mempertimbangkan fisik, emosional, metal dan

4
BAB 1. KONSEP DASAR ASUHAN KOMPLEMENTER

spiritual pasien sehingga membawa keseimbangan dalam diri


pasien.
2. Setiap pasien ingin terlibat dalam pengambilan keputusan berkai-
tan dengan kesehatan mereka. Meningkatnya biaya perawatan
kesehatan yang berkaitan dengan kesejahteraan pasien me-
nyebabkan pasien beralih ke asuhan komplementer daripada
asuhan konvensional.
3. Banyaknya pasien yang menggunakan pengobatan barat justru
menimbulkan masalah yang lebih buruk dibandingkan masalah
awalnya (meningkatnya level kondisi penyakit/ kronis) sehingga
mendorong penggunaan asuhan komplementer yang berhub-
ungan dengan kualitas hidup.
4. Mahalnya biaya pengobatan barat mendorong pasien untuk
mengkombinasikan pengobatan ke asuhan komplementer yang
lebih terjangkau.
5. Adanya pengaruh budaya dan sosial antropologi zaman nenek
moyang ikut mempengaruhi masyarakat bahwa dahulu pen-
gobatan dengan asuhan komplementer jauh lebih baik sehingga
mendorong pasien untuk melakukan pengobatan komplementer.

Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa menggunakan terapi kom-


plementer sebagai perawatan kesehatan yang dikenal dengan sebutan ‘ES-
CAPEE’ (Braun & Cohen, 2015).

Tabel 1.2 Alasan Penggunaan Terapi Komplementer

Alasan Keterangan

Efficacy (Kemanjuran) Meringankan gejala penyakit/ kepara-


han penyakit
Safety (Keamanan) Perawatan lebih aman daripada terapi
lain
Cost (Biaya) Pengobatan dengan hemat biaya dan ter-
jangkau
Adjunct (Tambahan) Kemanjuran/ keamanan dengan obat
lain dapat meningkatkan kesehatan
Prevention (Pencegahan) Sebagai pencegahan dalam hal populasi
yang berisiko

5
BAB 1. KONSEP DASAR ASUHAN KOMPLEMENTER

Enhance health Memberi rasa peningkatan kesejahter-


(Meningkatkan kesehatan) aan dan kualitas hidup
Enlist (Keterlibatan) Melibatkan pasien sendiri dalam
kesehatan
Sumber: (Braun & Cohen, 2015)

1.6 Sejarah Asuhan Komplementer di Indonesia


Kebijakan mengenai asuhan komplementer di Indonesia berkaitan
dengan Kebijakan Obat Tradisional Nasional yang diterbitkan pada tahun
2007. Sejak lama masyarakat Indonesia sudah menggunakan obat-obatan
tradisional seperti jamu-jamuan, dimana obat-obatan tradisional ini adalah
bagian dari asuhan komplementer. Dalam praktiknya tenaga kesehatan se-
bagai praktisi yang memberikan asuhan diatur dalam Undang Undang No.
36 tahun 2009 (World Health Organization, 2019).

Gambar 1.2 Jamu Sebagai Obat tradisional Indonesia


(Sumber: Indonesia.Go.Id, 2019)

Di Indonesia juga terdapat Sentra Pengembangan dan Penerapan


Pengobatan Tradisional (SP3T) yang merupakan suatu wadah untuk pena-

6
BAB 1. KONSEP DASAR ASUHAN KOMPLEMENTER

pisan/ pengkajian/ penelitian/ pengujian, pendidikan/ pelatihan, dan pela-


yanan pengobatan tradisional sebelum pelayanan tersebut diterapkan
secara luas di masyarakat atau diintegrasikan ke dalam jaringan pelayanan
kesehatan. Manfaat yang diperoleh dengan adanya badan ini antara lain
tergalinya dan terdokumentasi potensi lokal yang ada di daerah melalui
SP3T, terwujudnya pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan ber-
manfaat, meningkatnya pengetahuan petugas kesehatan dan pengobatan
tradisional tentang pelayanan kesehatan tradisional, dan terkoordinasinya
jaringan informasi dan dokumentasi pelayanan kesehatan tradisional, alter-
natif dan komplementer (Puji Asmanto et al., 2021).

Perkembangan standar mutu obat-obatan herbal di Indonesia ber-


langsung pada tahun 2008-2009 yang awalnya penelitian dan
pengebangannya secara nasional dimulai sejak tahun 1977. Di tahun yang
sama didirikan juga Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Na-
sional yaitu suatu lembaga penelitian dan pengembangan untuk tanaman
obat-obatan herbal. Pada prinsipnya, obat-obatan tradisional ini diawasi
secara ketat oleh BPOM RI (Badan Pengawasan Obat dan Makanan Repub-
lik Indonesia) (Sudarsono & Purwantini, 2022).

Pada tahun 2010, untuk pertama kali pengobatan komplementer di-


perkenalkan di 12 Rumah Sakit di Indonesia. Tidak sedikit tenaga kesehatan
yang menolak pengobatan tersebut. Dengan beberapa penelitian yang
didukung oleh beberapa evidence based sehingga pengobatan komplementer
sudah mulai diterima di kalangan pasien dan masyarakat (Puji Asmanto et
al., 2021).

Di tahun berikutnya yaitu di tahun 2011, BPOM mendirikan


Direktorat Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan yang tu-
gasnya khusus menangani/ mengontrol obat-obatan tradisional yang
beredar di Indonesia termasuk keamanan dan penggunaannya di Indonesia
yang mulanya kegiatan ini dilakukan oleh sejumlah Direktorat di ling-
kungan Kementerian Kesehatan (Sudarsono & Purwantini, 2022).

Saat ini jika ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas, perkembangan
obat-obatan tradisional yang merupakan asuhan komplementer mengalami

7
BAB 1. KONSEP DASAR ASUHAN KOMPLEMENTER

perkembangan yang cukup pesat di Indonesia. Beberapa asuhan komple-


menter yang banyak dipergunakan saat ini berupa; akupunktur, pen-
gobatan Ayurveda dan chiropraktik dan obat-obatan herbal/ tradisional.
Untuk regulasinya, RS atau Praktik Mandiri Bidan memperbolehkan pem-
berian asuhan komplementer dengan terlebih dahulu berlisensi (pelatihan
bersertifikat) yang diberikan oleh asosiasi teknis khusus yang didelegasi-
kan. Pelatihan ini sifatnya non formal (tidak di tingkat universitas) (Puji As-
manto et al., 2021).

8
BAB 1. KONSEP DASAR ASUHAN KOMPLEMENTER

Daftar Pustaka

Adams, J., Magin, P., & Broom, A. (2013). Primary Health Care And Comple-
mentary And Integrative Medicine - Practice And Research (First Edit). Im-
perial College Press.

Braun, L., & Cohen, M. (2015). Herbs & Natural Supplements An evidence-
based guide. In Herbs & Natural Supplements (Fourth Edi). Elsevier.

Gale, N. K., & McHale, J. V. (2015). Routledge handbook of complementary


and alternative medicine: Perspectives from social science and law. In
Routledge Handbook of Complementary and Alternative Medicine: Perspec-
tives from Social Science and Law (First Edit). Routledge Tarlor & Francis
Group. https://doi.org/10.4324/9780203578575

Indonesia.Go.Id. (2019). Sejarah dan Perkembangan Jamu, Minuman Tradisional


Indonesia. Indonesia.Go.Id. https://indonesia.go.id/ragam/komodi-
tas/sosial/sejarah-dan-perkembangan-jamu-minuman-tradisonal-in-
donesia

Indonesia, M. K. R. (2017). Permenkes RI No. 37 Tahun 2017 tentang Pelayanan


Kesehatan Tradisional Integrasi.

Kalahroudi, M. A. (2014). Complementary and alternative medicine in mid-


wifery. Journal of Nurs Midwifery Student, 3(2), e19449.
https://doi.org/10.4088/JCP.10f06161blu

Koop, C. E., Haramati, A., & D. Lundberg, G. (2015). Fundamentals Of Com-


plementary And Alternative Medicine. In M. S. Micozzi (Ed.), Ameri-
can Speech (Fifth Edit, Vol. 15, Issue). Elsevier Saunders.
https://doi.org/10.2307/486972

Lindquist, R., Snyder, M., & Tracy, M. F. (2014). Complementary & Alternative
Therapies in Nursing (Seventh Ed). Springer Publishing Company.

NSW, N. & M. A. (2018). Policy On Complementary and Alternative Therapies


In Nursing And Midwifery Practice.

9
BAB 1. KONSEP DASAR ASUHAN KOMPLEMENTER

Olver, I., & Robotin, M. (2012). Perspectives on Complementary and Alternative


Medicines (First Edit). Imperial College Press.

Puji Asmanto, B., Sulandjari, S., Muliawati, E. S., Nurmalasari, A. I., & Ka-
rim, A. (2021). Modul Teknologi Produksi Tanaman Rempah dan Obat.
Yayasan Kita Menulis.
https://books.google.co.id/books?id=HDwnEAAAQBAJ

Sudarsono, S., & Purwantini, I. (2022). Standarisasi Obat Herbal. Gadjah


Mada University Press.
https://books.google.co.id/books?id=Vu94EAAAQBAJ

Tilly, J. (2018). Complementary and Alternative Medicine Information For Teens


(Third Edit). Omnigraphics. https://www.clinicalkey.com/#!/con-
tent/book/3-s2.0-B9781455746927001319

Tiran, D. (2016). Aromatherapy in Midwifery Practice (1st Edition). Jessica


Kingsley Publishers.

World Health Organization. (2019). WHO Global report on traditional and


complementary medicine 2019. In World Health Organization.
https://apps.who.int/iris/bitstream/han-
dle/10665/312342/9789241515436-eng.pdf?ua=1

10
BAB 1. KONSEP DASAR ASUHAN KOMPLEMENTER

Tentang Penulis
Kholilah Lubis
email : lilazgreeny@gmail.com

Kholilah Lubis lahir di Kota Pematangsiantar pada tanggal 31 Oktober


1991. Ia tercatat sebagai lulusan, D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Medan, melanjutkan pendidikan ke D-IV Bidan Pendidik Universitas Su-
matera Utara dan Magister Kebidanan dari Universitas Hasanuddin. Saat
ini, wanita yang kerap disapa ”Lila” ini bekerja sebagai dosen kebidanan
di Fakultas Kebidanan Universitas Prima Nusantara Bukittinggi. Beliau
juga aktif sebagai peneliti di dunia kebidanan terbukti dengan beberapa
kali mendapatkan dana hibah penelitian dari Dirjen Ristekdikti. Status
menikah dan memiliki satu orang putri. Selain menjadi dosen, beliau juga
anggota organisasi KBIB Sumatera Barat serta mendampingi suami yang
seorang pegawai BUMN di bidang Logistik Pangan. Sampai saat ini, be-
liau masih bercita-cita menjadi dosen kebidanan yang ingin mempelajari
lebih banyak hal-hal berkaitan dengan kebidanan dan memberikan
manfaat untuk perkembangan dunia kebidanan.

11
12
BAB 2. ASPEK LEGAL PRAKTIK KEBIDANAN KOM-
PLEMENTER

2.1 Pendahuluan
Sebanyak 25% hingga 70% wanita memilih berkonsultasi dengan ter-
apis komplementer pada masa prakonsepsi hingga pasca persalinan yang
diatur melalui peraturan nasional pengobatan komplementer antara negara
bervariasi tergantung kebijakan pelayanan Kesehatan bidang komple-
menter. Namun, tidak semua terapis dilatih atau bersertifikasi untuk mena-
warkan terapi komplementer (Midwives, 2020).

Di Indonesia, terapi komplementer merupakan proses penanggulan-


gan masalah kesehatan dan penyakit manusia yang mendukung pen-
gobatan medis konvensional sebagai prinsip pelengkap atau pengobatan
non medis. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES), ter-
api komplementer adalah pengobatan non konvensional yang meliputi pro-
mosi, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam peningkatan derajat
Kesehatan masyarakat yang disampaikan melalui Pendidikan formal dalam
pencapaian ilmu pengetahuan biomedik, bukan bagian dari ilmu kedok-
teran konvensional. Terapi komplementer disebut terapi holistik yaitu ter-
api yang mempengaruhi psikologis, fisik, serta jiwa dalam satu fungsi pada
individu (Andarwulan, 2021).

Mutu pelayanan kebidanan baik secara konvensional maupun kom-


plementer berorientasi pada penerapan standar pelayanan dan kode etik,
dan kepuasan klien dalam asuhan kebidanan sebagai tolak ukur pelayanan
berkualitas, bermutu dan prima yang dilaksanakan oleh bidan (Akhiriyanti
& Nisa, 2020). Setiap menjalankan tugasnya, profesi pelayanan Kesehatan
memiliki batasan berupa wewenang yang jelas dan disetujui oleh antar
profesi lainnya sesuai dengan aspek legal. Aspek legal merupakan studi ke-
layakan terkait keabsahan tindakan dari segi hukum di Indonesia. Tujuan
aspek legal dalam pelayanan kebidanan di Indonesia adalah dasar per-
syaratan dalam melaksanakan praktik kebidanan per individu sesuai ke-
tentuan yang ditetapkan dalam perundang-undangan praktik kebidanan
(Ayuningtyas, 2018).

13
BAB 2. ASPEK LEGAL PRAKTIK KEBIDANAN KOMPLEMENTER

Melalui BAB ini perlunya pembahasan terperinci tentang:


1. Aspek legal terapi komplementer;
2. Peran bidan dalam terapi komplementer; serta
3. Pro dan kontra para ahli.

2.2 Aspek Legal Terapi Komplementer


Di Indonesia, belum ada Undang-Undang mengatur secara khusus
pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer, namun penyeleng-
garaan pengobatan komplementer diatur oleh beberapa kebijakan
pemerintah, antara lain:

A. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1076/MENKES/SK/2003 tentang


Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional adalah bagian pengobatan atau perawatan di
luar ilmu kedokteran/keperawatan yang banyak dipakai masyarakat dalam
mengatasi masalah Kesehatan meliputi cara, obat, pengobatan dilihat dari
aspek pengalaman, keterampilan turun menurun, pelatihan/Pendidikan
sesuai norma di masyarakat. Obat tradisional berupa ramuan dari bahan
hewan, bahan mineral, bahan tumbuhan, saripati, atau bahan racikan turun
temurun dalam pengobatan secara pengalaman dan memiliki Surat Izin
Pengobat Tradisional (SIPT). Klasifikasi pengobatan tradisional antara lain
pengobatan tradisional supranatural (paranormal, dukun, kebatinan), pen-
gobatan tradisional pendekatan agama (pendekatan agama Is-
lam/Hindu/Budha/dll), pengobatan tradisional ramuan (jamu, gurah, tabib,
shinshe, dll), dan pengobatan tradisional keterampilan (pijat urut, patah tu-
lang, sunat, dukun bayi) (K. RI, 2003).

B. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1025/MENKES/PER/X/2004 ten-


tang pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Kesehatan
Menggunakan Air
Peraturan ini mengatur penggunaan terapi Solus Per Aqua (SPA) atau
terapi air. Terbagi atas dua yaitu health SPA yang bertujuan untuk
menghasilkan manfaat relaksasi dan kebugaran dan wellness SPA yang ber-
tujuan menghasilkan manfaat peremajaan dan penguatan sistem tubuh.
Jenis pelayanan kesehatan SPA terdiri dari SPA tradisional dan SPA medis.
Berdasarkan manfaat yang akan didapatkan setelah pasien mendapat terapi

14
BAB 2. ASPEK LEGAL PRAKTIK KEBIDANAN KOMPLEMENTER

SPA, pelayanan Kesehatan SPA dibagi 3 kelompok yaitu griya SPA tirta I,
griya SPA tirta II, dan griya Spa tirta III (K. RI, 2004).

C. PERMENKES RI No: 1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang Penyeleng-


garaan Pengobatan Komplementer Alternatif di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Pada BAB III pasal 4 menjelaskan ruang lingkup pengobatan komple-
menter alternatif berlandaskan biomedik meliputi:

1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions)


Contoh: hipnoterapi, yoga, pengobatan spiritual, dan mediasi.
2. Cara melakukan penyembuhan manual (manual healing methods)
Contoh: healing touch, tuina, chiropractic, shiatsu, osteopati, dan massage.
3. Sistem pelayanan pengobatan alternatif (alternative systems of medical
practice)
Contoh: acupressure, akupuntur, homeopati, aromatherapy, naturopati,
dan ayurweda.
4. Diet dan nutrisi preventif dan kuratif (diet and nutrition the prevention
and treatment of disease)
Contoh: Diet makro dan mikro nutrient.
5. Pengobatan secara farmakologi dan biologi (pharmacologic and biologic
treatments)
Contoh: gurah, herbal, dan jamu-jamuan.
6. Cara lain menentukan diagnosa dan pengobatan. (unclassified diagnos-
tic and treatment methods)
Contoh: Hiperpabrik dan terapi ozon.

Terapi komplementer diperoleh di fasilitas pelayanan Kesehatan dengan


kebijakan penyelenggaraan yang diatur dalam suatu komite/ kelompok
kerja (POKJA) antara lain unsur organisasi profesi, departemen kesehatan,
pakar dan praktisi bidang pengobatan komplementer dan alternatif. Pen-
gobatan diberikan secara aman, bermanfaat, mutu dan terjangkau, dapat
dipertanggungjawabkan (K. RI, 2007).

D. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 381/MENKES/SK/III/2007 ten-


tang Kebijakan Obat Tradisional

15
BAB 2. ASPEK LEGAL PRAKTIK KEBIDANAN KOMPLEMENTER

Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KOTRANAS) memiliki ruang


lingkup yang meliputi pembangunan di bidang obat tradisional mencakup
bahan atau ramuan bahan tumbuhan/hewan/mineral termasuk biota
laut/sediaan galenic, digunakan turun temurun melalui uji pra-klinik/klinik
seperti obat herbal terstandar dan fitofarmaka dalam menjembatani
pengembangan obat tradisional kearah pemanfaatannya dalam pelayanan
kesehatan formal dan pemanfaatan sumber daya alam Indonesia (D. RI,
2007).

E. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang


Standar Pelayanan Hiperbarik
Pengobatan hiperbarik digunakan dalam menangani pengobatan
utama kasus-kasus cedera penyelaman seperti keracunan gas-gas pernapa-
san (ruang udara bertekanan tinggi, keracunan gas karbon monoksida), em-
boli udara, luka bakar, dan crush injury. Pengobatan tambahan, yaitu gas
gangrene, penyembuhan komplikasi diabetes mellitus, eritema nodosum,
osteomyelitis, buerger’s disease, morbus Hansen, edema serebral, psoriasis
vulgaris, lupus eritematosus, scleroderma, dan rheumatoid arthritis. Pen-
gobatan pilihan lain, yaitu pelayanan kesehatan dan kebugaran, pelayanan
kesehatan olahraga, kebugaran lanjut usia, dan dermatologi/kecantikan.
Pengobatan penunjang diagnostic yaitu penyakit dekompresi berat dengan
kelumpuhan, pneumonia, disertai penyakit jantung, dan incontinentia
urine dan hematuria (K. RI, 2008).

F. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


Pada BAB I pasal I butir 16 tentang obat tradisional yaitu bahan/ramuan
bahan dari tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sar-
ian, atau ramuan turun temurun dalam pengobatan sesuai norma di
masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan. BAB III pelayanan
kesehatan tradisional pasal 59 hingga 61 mengatur tata cara, jenis pelayanan
dan alat yang digunakan dalam pengobatan tradisional serta kebebasan
masyarakat untuk menggunakan jenis pelayanan. BAB 6 upaya kesehatan
bagian kesatu umum pasal 48 tentang aturan penyelenggaraan pengobatan
tradisional (K. RI, 2009).

16
BAB 2. ASPEK LEGAL PRAKTIK KEBIDANAN KOMPLEMENTER

G. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No:


HK.03.05/I/199/2010 tentang Pedoman Kriteria Penetapan Metode Pen-
gobatan Komplementer
Pengobatan komplementer sebagai alternatif yang dapat diintegrasikan
di fasilitas pelayanan Kesehatan (DIRJEN BPM, 2009).

H. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 003/MENKES/PER/I/2010 tentang


Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan
BAB I ketentuan umum Pasal 1 menjelaskan saintifikasi jamu adalah
pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan.
Jamu merupakan obat tradisional Indonesia. BAB III Penyelenggaraan ba-
gian kesatu umum pasal 4 menjelaskan jamu memenuhi kriteria aman
sesuai persyaratan yang khusus, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data
empiris yang ada, dan memenuhi persyaratan mutu yang khusus untuk itu.
Pasal 8 mengklasifikan Klinik jamu, yaitu (K. RI, 2010):

1. Klinik jamu Tipe A dengan persyaratan: ketenagaan meliputi dokter


penanggung jawab, asisten apoteker, tenaga kesehatan komplementer
alternatif lainnya sesuai kebutuhan, Diploma 3 pengobatan tradisional
yang bergabung dalam Asosiasi Pengobat Tradisional diakui Departe-
men Kesehatan. Sarana peralatan medis dan jamu. Ruangan terdiri
dari ruang tunggu, pendaftaran dan rekam medis, konsultasi,
peracikan jamu, ruang diskusi, laboratorium sederhana, dan apotek
jamu.
2. Klinik jamu Tipe B dengan persyaratan: ketenagaan meliputi dokter
penanggung jawab, tenaga kesehatan komplementer alternatif lainnya
sesuai kebutuhan, Diploma 3 pengobatan tradisional yang bergabung
dalam Asosiasi Pengobat Tradisional diakui Departemen Kesehatan,
dan tenaga administrasi. Sarana yaitu peralatan medis dan jamu. Ada
ruangan tunggu, pendaftaran, konsultasi, pemeriksaan, rekam medis,
dan ruang peracikan jamu.

I. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 90 Tahun 2013 tentang Sentra


Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional
Pasal 1 menjelaskan bahwa sentra pengembangan dan penerapan pen-
gobatan tradisional (Sentra P3T) adalah suatu wadah melakukan penapisan

17
BAB 2. ASPEK LEGAL PRAKTIK KEBIDANAN KOMPLEMENTER

pada proses pengkajian, penelitian, pengujian terhadap metode pelayanan


kesehatan tradisional yang sedang berkembang dan/atau banyak di-
manfaatkan oleh masyarakat (K. RI, 2013).

J. Peraturan Pemerintah RI Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan


Kesehatan Tradisional
Pada BAB I Pasal I menjelaskan tentang pelayanan Kesehatan empiris
sebagai penerapan Kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya
terbukti secara empiris yang memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural
dalam penjelasan, mafaat, keamanan terbukti ilmiah, dapat dipertanggung-
jawabkan, tidak bertentangan dengan norma agama dan kebudayaan
masyarakat, bersifat pelengkap atau pengganti. Pelayanan Kesehatan tradi-
sional terbagi atas pelayanan Kesehatan tradisional empiris, komplementer,
dan integrasi. Pada BAB IV Pasal 17 tentang pelayanan Kesehatan tradi-
sional empiris dilaksanakan oleh tenaga Kesehatan bidang tradisional da-
lam kegiatan promotif dan preventif. Pasal 19 menjelaskan pelayanan
Kesehatan tradisional komplementer diberi oleh praktisi tradisional dalam
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pasal 14 menjelaskan
pelayanan Kesehatan tradisional integrasi merupakan pelayanan
Kesehatan gabungan antara pelayanan Kesehatan konvensional dan pela-
yanan Kesehatan tradisional komplementer (K. RI, 2014).

K. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 15/Men-


kes/Per/VII/2018 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Tradisional Komplementer
Pada BAB I tentang ketentuan umum, Pasal 1 Butir 2 menjelaskan bahwa
pelayanan Kesehatan tradisional komplementer adalah penerapan
Kesehatan tradisional yang memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural
dalam penjelasannya serta manfaat dan keamanannya terbukti secara
ilmiah (K. RI, 2018).

2.3 Peran Bidan dalam Terapi Komplementer


Pengobatan komplementer dan alternatif pada pasien harus
diberdayakan dan dapat berpartisipasi dalam program Pendidikan untuk
memperoleh keterampilan yang diperlukan. Pada program pelatihan ke-

18
BAB 2. ASPEK LEGAL PRAKTIK KEBIDANAN KOMPLEMENTER

bidanan, terapi pengobatan komplementer dan alternatif dijadikan penun-


jang asuhan kebidanan dengan mengetahui efek samping atau risiko yang
bisa saja timbul pada masa pemberian pengobatan komplementer tersebut.
Maraknya pengobatan komplementer di kalangan tenaga Kesehatan dalam
pemberian asuhan Kesehatan, perlunya membakukan pedoman dalam
pengobatan tersebut, termasuk digunakan dalam asuhan kebidanan di
sepanjang daur kehidupan Wanita yang telah melewati berbagai aspek
penelitian atau uji coba dalam mengevaluasi, keamanan, efikasi, serta
manfaat bidang ekonomi yang masih berlanjut untuk ditelaah menjadi ba-
gian dari evidence based (Ayuningtyas, 2018).

Minat bidan dalam memberi asuhan kebidanan dengan pengobatan


komplementer semakin tinggi sebagai bagian dari promosi asuhan ke-
bidanan. Hal ini diperoleh dengan mengikuti berbagai kegiatan pelatihan
yang terstandarisasi dan tersertifikasi. Di Negara-negara maju Eropa Barat
telah banyak menawarkan pelatihan dan Pendidikan termasuk Sarjana dan
Diploma serta kursus singkat di bidang terapi komplementer yang relevan
dengan bidang kebidanan secara profesional (Ristica & Julianti, 2014).

Bidan dapat melaksanakan terapi komplementer, yaitu (Andar-


wulan, 2021):

1. Konselor, tempat bertanya oleh klien, konsultasi dan berdiskusi Ketika


klien membutuhkan informasi sebelum mengambil sebuah keputusan
dalam asuhan kebidanan.
2. Pendidik Kesehatan, memberikan Pendidikan berupa informasi,
edukasi, pengajaran secara teori maupun praktik kepada mahasiswa
kebidanan dalam memberi asuhan kebidanan bidang komplementer.
3. Peneliti dengan cakupan bidang kebidanan komplementer.
4. Pemberi pelayanan langsung kepada klien di lapangan dalam asuhan
kebidanan.
5. Koordinator dan advokasi pelayanan kebidanan komplementer.

2.4 Pro dan Kontra Para Ahli


Asuhan kebidanan pada beberapa komunitas kebidanan menjadi ba-
gian penting dan melebur dalam praktik kebidanan yang berfungsi dalam
mengingatkan fisiologis tubuh manusia, dan menghindari efek samping

19
BAB 2. ASPEK LEGAL PRAKTIK KEBIDANAN KOMPLEMENTER

dari penggunaan obat-obatan medis. Banyak evidence based asuhan ke-


bidanan komplementer sebagai terapi yang digunakan di pelayanan ke-
bidanan dari praktik klinik mandiri hingga di Rumah Sakit yang timbul ka-
rena ketidakpuasan klien dengan pengobatan konvensional dan menga-
baikan pendekatan holistic. (Purba & Sembiring, 2021).

Namun, asuhan kebidanan komplementer masih menjadi subjek


kontroversial pada beberapa negara. Beberapa ahli pakar masih menan-
yakan dasar ilmiah dari terapi tertentu yang tidak memadai. Ahli pakar
lainnya berpendapat, terapi komplementer aman dan berhasil bahkan jika
proses yang mendasari praktik intervensinya tidak selalu dipenuhi dan
dipahami (Andarwulan, 2021). The National Institute for Health and Clinical
Excellence (NICE) waspada merekomendasikan beberapa terapi komple-
menter pada Ibu Hamil. Ibu hamil diharuskan mengetahui dengan pasti
jenis-jenis terapi komplementer yang telah ditetapkan aman dan cocok
selama kehamilan. Beberapa terapi tertentu memiliki manfaat yang ber-
beda-beda secara jelas dan tidak bisa dipungkiri, misalnya yoga dapat
memberikan Latihan yang lembut, manfaat medis yang sudah terbukti ke-
absahannya, serta manfaat spiritual yang berkaitan dengan psikologis ibu
selama hamil (Kostania, 2015).

Pengobatan komplementer dengan terapi akupuntur juga men-


galami pro dan kontra. Adanya perdebatan tentang apa dan bagaimana
proses kerja akupuntur yang berlangsung hingga saat ini. Beberapa teori
akupuntur telah diajukan bahwa akupuntur dapat memberikan rangsan-
gan produksi zat penghilang rasa sakit alami antara lain endorphis. Para
ahli lain berpendapat hilangnya rasa sakit karena adanya efek placebo dari
akupuntur (Ayuningtyas, 2018).

Perlunya menghasilkan tenaga Kesehatan terampil agar tetap kom-


petitif, produktif dan menguntungkan termasuk seorang Bidan dengan
pelatihan dan berkelanjutan serta berorientasi pada hasil untuk memini-
malisir kesalahan dalam memberi pelayanan komplementer. Para bidan
dengan ketertarikan dalam pelaksanaan kebidanan komplementer melalui
pelatihan terapi komplementer, sebaiknya selalu waspada dan bertindak
professional.

20
BAB 2. ASPEK LEGAL PRAKTIK KEBIDANAN KOMPLEMENTER

Daftar Pustaka

Akhiriyanti, E. N., & Nisa, H. (2020). Mengenal Terapi Komplementer Da-


lam Kebidanan Pada Ibu Nifas, Ibu Menyusui, Bayi dan Balita. In
Transinfomedia (Cetakan pe). CV. Trans Indo Media.

Andarwulan, S. (2021). Terapi Komplementer Kebidanan (Guepedia/La (ed.);


Juli 2021). Guepedia.

Ayuningtyas, I. F. (2018). Kebidanan Komplementer (A. Savitri (ed.); Edisi


pert). Pustaka Baru Press.

DIRJEN BPM. (2009). Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No:
HK.03.05/I/199/2010 tentang Pedoman Kriteria Penetapan Metode Pen-
gobatan Komplementer (Vol. 1, Issue 36). Kemenkes RI.

Kostania, G. (2015). Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan Komplementer


Pada Bidan Praktek Mandiri Di Kabupaten Klaten. Gaster, XII(1), 46–
72. https://jurnal.aiska-university.ac.id/index.php/gaster/arti-
cle/view/84/79

Midwives, R. C. (2020). Complementary Therapies and Natural Remedies.


www.rcm.org.uk

Purba, A., & Sembiring, R. (2021). Implementasi Pelayanan Terapi Relaksasi


Dalam Asuhan Kehamilan. In Media, 2(September), 114.

RI, D. (2007). Kebijakan Obat Tradisional Tahun 2007. In DEPKES RI. DEP-
KES RI.

RI, K. (2003). KEMENKES RI No: 1076/MENKES/SK/VII/2003. In KEMEN-


KES RI (Vol. 18, Issue 1).

RI, K. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1025/MENKES/PER/X/2004


tentang pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Kesehatan
Menggunakan Air. Kemenkes RI.

RI, K. (2007). PERMENKES RI Nomor 1109/MENKES/Per/IX/2007 tentang

21
BAB 2. ASPEK LEGAL PRAKTIK KEBIDANAN KOMPLEMENTER

Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer Alternatif di Fasilitas Pela-


yanan Kesehatan. Kemenkes RI.

RI, K. (2008). KMK No 120 ttg Standar Pelayanan Medik. Kemenkes RI.

RI, K. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan. In KEMENKES RI (Vol. 23, Issue 1, pp. 77–100).
Kemenkes RI.

RI, K. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


003/MENKES/PER/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam Penelitian
Berbasis Pelayanan kesehatan. In MENKES RI (pp. 37–39). Menkes Ri.

RI, K. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 90 Tahun 2013 tentang


Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional. In KE-
MENKES RI.

RI, K. (2014). PP RI No. 103 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan


Tradisional. In Hukum Online (pp. 1–39).

RI, K. (2018). Permenkes RI No 15 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pe-


layanan Kesehatan Tradisional Komplementer. In KEMENKES RI
(Vol. 66, pp. 37–39). Kementerian Kesehatan RI. https://www.fair-
portlibrary.org/images/files/RenovationProject/Concept_cost_esti-
mate_accepted_031914.pdf

Ristica, O. ., & Julianti, W. (2014). Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan
Kebidanan. Deepublish.

22
Tentang Penulis
Indah Putri Ramadhanti
email : indahputriramadhanti1305@gmail.com

Penulis yang kerap disapa Indah, lahir di Dumai – Riau, 13 Mei 1989.
Penulis pernah mengenyam Pendidikan di SMAN 1 Kota Dumai,
melanjutkan Pendidikan DIII Kebidanan (2007-2010) dan DIV Bidan
Pendidik (2010-2011) di STIKes Prima Nusantara Bukittinggi. Tahun
2014-2016 penulis melanjutkan studi S2 Ilmu Kebidanan di Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin, Kota Makassar. Saat ini, penulis
mengabdi menjadi dosen tetap Profesi Bidan dan sebagai Ketua Pro-
gram Studi Pendidikan Profesi bidan di Institut Kesehatan Prima
Nusantara Bukittinggi, salah satu PTS di Provinsi Sumatera Barat.
Penulis juga aktif sebagai copy editor, editor dan reviewer di beberapa
jurnal nasional bidang kesehatan. Tahun 2022, penulis baru saja me-
nyelesaikan studi Profesi Bidan di Institut Kesehatan Prima Nusantara
Bukittinggi. Penulis juga aktif mempublikasikan berbagai artikel
ilmiah Nasional dan Internasional terindeks Sinta, DOAJ, dan WOS.
Bidang Tridharma Perguruan Tinggi berfokus pada Asuhan Ke-
bidanan Komplementer masa Kehamilan. Penulis baru saja
menghasilkan 2 buku ber ISBN, yaitu Pengantar Kesehatan Repro-
duksi Wanita dan Pengantar Kesehatan Ibu dan Anak. Status meni-
kah, memiliki satu orang putri. Kegiatan harian mendampingi suami
seorang editor in chief sebuah jurnal bereputasi nasional dan dosen
tetap pada program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.

23
24
BAB 3. PRAKTEK TERAPI KOMPLEMENTER PADA
KEBIDANAN

3.1 Pendahuluan
Kini paradigma pelayanan kesehatan khususnya kebidanan telah
mengalami pergeseran. Asuhan kebidanan telah dilaksanakan dengan me-
madukan pelayanan kebidanan konvensional dan komplementer dan telah
menjadi bagian penting dari praktik kebidanan. Pemanfaatan Pelayanan
kesehatan komplementer di dunia sudah membudaya dan mulai masuk da-
lam sistem pelayanan kesehatan perseorangan. Berdasarkan data dari World
Health Organization (WHO) sebanyak 80% praktisi kesehatan di negara
berkembang lebih memilih pengobatan alternatif dibandingkan pen-
gobatan kimia (Zeng et al., 2014). Terapi komplementer bersifat melengkapi
dengan tujuan rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum
kesehatan di Indonesia, terapi komplementer adalah cara penanggulangan
penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis
konvensional (Cahyanto, 2020).

Terapi komplementer atau dikenal dengan Complementary And Alter-


native Medicine (CAM) adalah istilah yang digunakan untuk menggam-
barkan bentuk perawatan kesehatan yang terpisah dan berbeda dari pen-
gobatan barat konvensional. Terapi komplementer merupakan bidang
ilmu kesehatan yang mempelajari cara-cara menangani berbagai penyakit
menggunakan teknik tradisional. Pengobatan dalam terapi komplementer
tidak menggunakan obat-obat komersial, melainkan menggunakan
berbagai jenis obat herbal dan terapi. Hal ini merupakan salah satu cara
penyembuhan penyakit, terapi komplementer dipilih untuk mendukung
pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan alternatif diluar
pengobatan medis konvensional (Ayuningtyas, 2019).

Pada bidang Kesehatan membawa definisi CAM sebagai praktik


yang didefinisikan oleh penggunanya sebagai "mencegah atau mengobati
penyakit, meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan" dan "melengkapi
pengobatan arus utama dengan harapan dapat berkontribusi secara kese-

25
BAB 3. PRAKTEK TERAPI KOMPLEMENTER PADA KEBIDANAN

luruhan; memuaskan permintaan yang tidak dipenuhi oleh praktik konven-


sional dan mendiversifikasi kerangka kerja konseptual kedokteran (Fou-
reur & Harding, 2009).

Terapi komplementer merupakan pengembangan terapi tradisional


yang terintegrasi dengan terapi modern yang mempengaruhi keharmoni-
san individu baik dari aspek psikologis maupun spiritual. Hasil terapi
terpadu telah lolos uji klinis sehingga dibandingkan dengan pengobatan
modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip cara pandang yang memandang
manusia sebagai makhluk holistik (bio, psiko, sosial dan spiritual), faktor-
faktor yang mempengaruhi pemberian pelayanan kesehatan diantaranya
ilmu pengetahuan dan teknologi baru, pergeseran nilai pada masyarakat,
aspek legal dan etik (Cahyanto, 2020).

Berdasarkan permintaan masyarakat, pemberian asuhan kebidanan


komplementer oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Meskipun
hal tersebut menimbulkan pro dan kontra. Teknologi kesehatan yang masih
minim di negara berkembang salah satu alasan masyarakat memilih asuhan
dan terapi komplementer juga karena keterbatasan dan efek samping pen-
gobatan medis, bidan menggunakan asuhan komplementer berupa pijat
bayi. Sedangkan dukun bayi menggunakan pijat bayi untuk memberikan
asuhan pada ibu setelah melahirkan dan bayinya (Bayles, 2012). Terapi
komplementer pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat dipa-
kai sebagai pendamping terapi konvensional medis, pelaksanaannya dapat
dilakukan bersamaan dengan terapi medis (Asriady, 2022).

3.2 Terapi Komplementer dan Falsafah Kebidanan


Falsafah kebidanan adalah keyakinan terhadap nilai-nilai keyakinan
di dalam dirinya bahwa semua manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-
kultural dan spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan ro-
hani yang utuh dan tidak ada individu yang sama. Dalam memberikan
praktik asuhan kebidanan falsafah ini sangat diperlukan, perlu adanya
keyakinan sehingga menjadi landasan dalam memperoleh tujuan asuhan
yang berfokus pada promotif dan preventif bukan bersifat kuratif (Hol-
lander et al., 2019; Wijayanti et al., 2022).

26
BAB 3. PRAKTEK TERAPI KOMPLEMENTER PADA KEBIDANAN

Berdasar atas falsafah kebidanan tersebut bahwa “kehamilan dan ke-


lahiran sebagai proses normal semuanya normal, dan penyimpangan dapat
terjadi, serta wanita itu sentral dan segalanya mengelilingi mereka, dan kita
menjadi bagian dari hidup mereka untuk periode waktu itu”. Sehingga da-
lam asuhannya Bidan akan berupaya untuk meminimalisir, bahkan tanpa
intervensi medis. Dengan demikian terapi komplementer sejalan dengan
falsafah kebidanan untuk membuat proses kehamilan, persalinan yang
lebih alami. Terapi komplementer dalam asuhan kebidanan muncul
dengan lebih holistik, melihat orang secara keseluruhan dan mencegah ma-
salah sebelum terjadi. Sebaliknya dalam pengobatan konvensional cender-
ung memandang kehamilan dan kelahiran melibatkan risiko dan membu-
tuhkan model perawatan yang berfokus atas intervensi medis (Munoz-
Selles et al., 2013).

Hasil survei di antara kelompok profesional yang berbeda mengiden-


tifikasi bahwa bidan merupakan tingkat penggunaan tertinggi komple-
menter terapi, dengan 34% mengklaim menggunakan beberapa bentuk
komplementer terapi dalam praktik klinis. Salah satu alasannya karena
filosofi dan prinsip komplementer terapi sangat cocok dengan filosofi
asuhan kebidanan yaitu, menekankan hubungan antara. pikiran, tubuh dan
jiwa dan mengenali pentingnya hubungan terapeutik. Kehamilan dan per-
salinan adalah peristiwa fisiologis normal, tetapi merupakan masa peru-
bahan sosial dan adaptasi psikologis yang dapat meningkatkan tekanan
pada perempuan dan keluarga. Banyak terapi komplementer tersedia un-
tuk umum dan oleh karena itu memberi wanita lebih banyak pilihan dan
kemandirian yang lebih besar dalam perawatan kesehatan mereka (Wil-
liams & Mitchell, 2012).

3.3 Terapi Komplementer dalam Praktik Kebidanan


Bidan merupakan penyedia layanan jasa kesehatan khususnya untuk
ibu dan anak. Lingkup pelayanan bidan dalam KIA yang luas mulai dari
prakonsepsi sampai ke masa menopause memberikan kesempatan kepada
bidan untuk dapat memberikan pelayanan holistik terhadap pasiennya. Pe-
layanan kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang meru-
pakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

27
BAB 3. PRAKTEK TERAPI KOMPLEMENTER PADA KEBIDANAN

bidan secara mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan sesuai dengan yang ter-
tuang dengan standar profesi bidan NO HK.01.07/MENKES/320/2020 (Ke-
menterian Kesehatan, 2020).

Saat ini telah banyak diaplikasikan terapi komplementer dalam


asuhan kebidanan meskipun di Indonesia belum ada Undang-undang khu-
sus yang mengatur tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan komple-
menter, namun penyelenggaraan pengobatan komplementer secara umum
telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1109/Men-
kes/Per/IX/2007 tentang pengobatan komplementer-alternatif. Berikut ter-
api komplementer beberapa jenis terapi komplementer yang dapat dil-
akukan dalam bidang kebidanan. Terapi komplementer dapat diterapkan
dalam praktik asuhan kebidanan yang dapat dilakukan sepanjang siklus
kehidupan, diantaranya pada asuhan kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan
balita (Ashiady et al., 2022).

1. Kehamilan
Terapi komplementer pada periode prenatal yang dapat dilakukan da-
lam asuhan kebidanan, diantaranya untuk mengurangi mual dan
muntah kehamilan dan pengobatan tambahan hiperemesis gravi-
darum, pereda nyeri punggung bawah, pengobatan edema kaki, pen-
ingkatan suasana hati, versi sungsang, pemendekan persalinan profil-
aksis, dan pencegahan trauma perineum (Anderson & Johnson, 2012).
Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik berikut.
a. Akupunktur
Akupunktur adalah bentuk pengobatan menggunakan jarum yang
sangat tipis. Jarum tersebut dimasukkan menembus kulit ke titik-
titik tertentu pada tubuh, dengan kedalaman yang berbeda-beda.
Pengobatan tradisional Cina ini meyakini bahwa kesehatan adalah
hasil dari keseimbangan harmonis antara Yin dan Yang, dan men-
jadi bagian kekuatan hidup yang dikenal sebagai Qi (Satria, 2013).

b. Aromaterapi Kehamilan
Minyak esensial dapat didefinisikan sebagai cairan harum dan
mudah menguap yang telah di ekstraksi, destilasi uap adalah

28
BAB 3. PRAKTEK TERAPI KOMPLEMENTER PADA KEBIDANAN

metode utama ekstraksi sebagian minyak essential. Minyak essen-


tial mudah diserap oleh tubuh melalui proses penciuman karena
sikapnya yang mudah menguap, molekul minyak essential me-
nyebar ke udara, molekul diserap oleh mukosa hidung yang
mengandung reseptor penciuman, dan ditransmisikan ke sistem
limbik otak melalui saraf penciuman yang merangsang neuro-
transmitter seperti enkephalin dan endorfin (McCabe, 2001; An-
derson & Johnson, 2012).

c. Ayurveda Kehamilan
Ayurveda kehamilan merupakan suatu teknik pemijatan dalam
masa kehamilan. Pemijatan dilakukan dengan menggunakan min-
yak yang terbuat dari bahan-bahan herbal. Tujuannya adalah un-
tuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan ibu hamil (Ayun-
ingtyas, 2018).

d. Yoga Kehamilan
Yoga berasal dari bahasa sanskerta “yug” yang berarti “mengikat”
atau menyatukan adalah penyatuan semua kekuatan tubuh,
pikiran dan jiwa (Argaheni, 2022). Yoga kehamilan atau prenatal
yoga menjadi sangat populer belakangan ini. Tak masalah apakah
ibu hamil adalah pemula atau sudah biasa melakukan yoga, lati-
han dapat membuat melenturkan tonus otot, meningkatkan kese-
imbangan, serta sirkulasi selama kehamilan (Ayuningtyas, 2018).

e. Pengobatan Herbal Kehamilan


Obat-obatan herbal terkadang disebut juga suplemen herbal, obat-
obatan herbal, atau jamu. Obat-obatan tersebut diproduksi dari
tumbuh-tumbuhan, yang terdiri dari berbagai bentuk, misalnya,
bubuk, tingtur, infus, teh, kapsul, atau tablet (Setyaningsih et al.,
2021).

2. Persalinan
Terapi komplementer pada periode intranatal yang dapat dilakukan
dalam asuhan kebidanan, diantaranya untuk mencegah mual saat

29
BAB 3. PRAKTEK TERAPI KOMPLEMENTER PADA KEBIDANAN

operasi caesar, mempersingkat persalinan, mengurangi nyeri persali-


nan, dan mencegah trauma perineum (Anderson & Johnson, 2012). Hal
ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik berikut:
a. Hypnobirthing Selama Persalinan
Teknik hypnobirthing bertujuan untuk mengajarkan ibu hamil cara
untuk tetap mengendalikan diri selama persalinan, entah apapun
yang terjadi. Namun, menggunakan hipnosis selama persalinan
tidak akan meningkatkan kemungkinan untuk melahirkan dengan
lebih cepat (Mender, 2001).
b. Waterbirth
Waterbirth merupakan proses persalinan dimana ibu yang akan
melahirkan masuk ke dalam kolam yang berisi air hangat setelah
pembukaan serviks 6 cm. Bayi akan lahir di dalam air kemudian
segera diangkat ke permukaan oleh petugas yang menangani per-
salinan tersebut (Mender, 2013).
c. Chan Libao adalah jamu tradisional Cina yang dipelajari untuk
memperpendek tahap kedua persalinan. Chan Libao diberikan
secara oral kepada kelompok intervensi pada akhir tahap pertama
persalinan (Anderson & Johnson, 2012).
d. Akupuntur dan Akupresur.
Akupresur hampir mirip dengan akupuntur hanya saja akupresur
dilakukan dengan cara memberikan tekanan di bagian tubuh ter-
tentu (Setyaningsih et al., 2021).

3. Nifas
Terapi komplementer pada periode postnatal yang dapat dilakukan
dalam asuhan kebidanan, diantaranya untuk untuk depresi pasca per-
salinan, pembengkakan payudara dan penekanan laktasi, ketidaknya-
manan perineum, dan membantu pemulihan pasca persalinan. (An-
derson & Johnson, 2012). Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik
berikut.
a. Postnatal Yoga
Postnatal Yoga adalah yoga yang dilakukan selama masa setelah
melahirkan dan menyusui. Yoga membantu tubuh dan pikiran
sembuh dari tekanan fisik dan mental melahirkan. Wanita setelah

30
BAB 3. PRAKTEK TERAPI KOMPLEMENTER PADA KEBIDANAN

melahirkan memiliki kebutuhan yang berbeda untuk tubuhnya,


pemulihan setelah melahirkan bisa dilihat dari aktivitas bekerja
saat sebelum melahirkan, trauma pada perineum, lama mengejan
dan tipe melahirkan pervaginam atau bedah caesar (Kartika, 2019).

b. Pemijatan Selama Masa Nifas


Pemijatan setelah melahirkan dapat memberikan beberapa
manfaat dan efektif membantu pemulihan ibu dalam masa nifas.
Beberapa manfaat tersebut, antara lain meredakan beberapa titik
kelelahan pada tubuh, melepaskan ketegangan otot, memperbaiki
peredaran darah, dan meningkatkan pergerakan sendi serta
peremajaan tubuh (Nugroho, 2014). Selain itu, studi klinis meneliti
efek pijat bayi pada hubungan ibu-bayi dan depresi pasca persali-
nan.
Pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan di punggung. Pijatan
ini mampu memicu hormon oksitosin yang dilakukan untuk
mengeluarkan ASI. Karena itu pijatan ini dikenal dengan nama pi-
jat oksitosin. Oksitosin adalah hormon yang bereaksi ketika tubuh
mendapat sentuhan (Nugroho, 2014).
c. Herbal
Pembengkakan payudara dan penekanan laktasi dengan
menggunakan produk kubis, teh celup dan bunga melati. Dalam
uji coba krim ekstrak daun kubis vs krim plasebo, hasil diukur
dengan sejumlah ukuran pembengkakan payudara (Anderson &
Johnson, 2012).

4. Bayi dan Balita


Terapi komplementer pada bayi dan balita yang dapat dilakukan dalam
asuhan kebidanan, yaitu untuk memperbaiki pola tidur, memperbaiki
sistem imunitas bayi, mempengaruhi proses perkembangan, juga ser-
ing digunakan untuk membantu anak-anak mengelola gejala-gejala
kondisi nyeri atau kecemasan. Berikut adalah terapi komplementer
yang dapat diterapkan pada bayi dan balita.
a. Hipnosis

31
BAB 3. PRAKTEK TERAPI KOMPLEMENTER PADA KEBIDANAN

Hipnosis merupakan suatu prosedur yang dilakukan profesional


kesehatan untuk mengajak anak mengalami perubahan dalam sen-
sasi, persepsi, pemikiran, atau perilaku. hipnosis dapat digunakan
untuk membantu mengurangi kecemasan, mengontrol rasa sakit,
mengontrol persepsi ketidaknyamanan selama prosedur medis,
kesulitan tidur, mengurangi ketidaknyamanan gejala fisik, nyeri
dan menghentikan kebiasaan buruk (Ayuningtyas, 2019).
b. Aromaterapi
Aromaterapi atau terapi minyak esensial dapat diterapkan pada
bayi berusia di atas tiga bulan. Beberapa jenis minyak esensial
dapat digunakan untuk membantu bayi tidur, menenangkan
kecemasan bayi, dan bahkan meredakan gejala kolik sesuai
dengan harum dari aroma terapinya.
c. Baby Massage
Baby Massage atau pijat bayi merupakan suatu tindakan untuk
menstimulasi tubuh bayi dengan terapi sentuhan halus guna
meningkatkan sirkulasi darah untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal. Pijat bayi dapat berguna dalam
membantu kemampuan ibu untuk berinteraksi dan bonding
dengan bayinya. Selain itu pijat bayi juga membantu pertumbuhan
dan perkembangan bayi, meningkatkan kualitas tidur bayi,
mencegah kolik dan konstipasi (Roesli, 2016).
d. Baby Gym
Baby Gym atau senam bayi merupakan suatu gerakan guna
melemaskan dan melatih motorik bayi. Baby gym dilakukan
dengan tujuan merangsang pertumbuhan dan perkembangan
serta kemampuan motorik bayi secara optimal. Beberapa manfaat
dari baby gym adalah menguatkan otot dan persendian, mening-
katkan perkembangan motorik, fleksibilitas, meningkatkan
koordinasi dan keseimbangan, ketahanan tubuh, kemampuan dan
keterampilan fungsi tubuh (Galenia, 2014).
e. Baby Swimming
Baby Swimming bermanfaat pada pertumbuhan dan perkem-
bangan bayi, seperti menambah berat badan dan meningkatkan
kualitas tidur bayi. Hal tersebut dikarenakan gelombang otak bayi

32
BAB 3. PRAKTEK TERAPI KOMPLEMENTER PADA KEBIDANAN

berubah ketika berenang yang dapat dibuktikan dengan pem-


anfaatan Electroencephalogram (EEG). Bayi akan menjadi lebih rileks
dan lebih mudah tertidur. Pada saat bayi tertidur, hormon pertum-
buhan akan meningkat, hal tersebut dapat meningkatkan nafsu
makan bayi (Galenia, 2014).

3.4 Tantangan Terapi Komplementer dalam Praktik Kebidanan


Jumlah bidan dan perempuan yang tertarik untuk menggunakan dan
mempraktikkan terapi komplementer mengalami peningkatan. Secara
umum, terapi komplementer dan alternatif di Indonesia sudah tidak perlu
diragukan. Namun demikian, sejumlah tantangan bagi profesi kebidanan
muncul dari semakin populernya terapi komplementer, yaitu diantaranya
terapi komplementer masih menjadi subjek kontroversial di banyak negara.
Sebagian ahli kesehatan dan ilmuwan mempertanyakan dasar ilmiah dari
terapi tertentu, dan menganggap dasar-dasar bukti ilmiah sering kali tidak
memadai. Selain itu juga, para ahli menyampaikan bahwa terapi komple-
menter aman dan berhasil, bahkan jika proses yang mendasari praktiknya
tidak selalu sepenuhnya dipahami. Meskipun relatif kecil, bidang terapi
komplementer di anggap menawarkan banyak manfaat dalam kehamilan
dan kelahiran. Dengan demikian bidan perlu melengkapi agar terapi yang
dilakukan berbasis bukti serta memahami potensi risiko, manfaat yang
terkait dengan penggunaannya jika bidan membuat rekomendasi tanpa
pelatihan formal atau bukti keamanan dan kemanjuran yang terdokumen-
tasi, masalah etika dan hukum akan menjadi perhatian (Bayles, 2012).

Mengingat meluasnya penggunaan pengobatan komplementer dan al-


ternatif dibidang kebidanan, organisasi medis juga perlu mempersiapkan
pedoman relevan untuk menggunakan pengobatan tersebut dalam praktik
kebidanan, terutama untuk perawatan bersalin. Walau demikian, penelitian
untuk mengevaluasi prevalensi, keamanan, efikasi, dan manfaat ekonomi
dari metode ini masih terus berlanjut (Ayuningtyas, 2018).

3.5 Penunjang Terapi Komplementer dalam Praktik Kebidanan


Peningkatan minat terapi komplementer di kalangan bidan dan per-
mintaan dari masyarakat perlu diimbangi dengan kompetensi, baik penge-
tahuan, sikap dan etika yang sesuai. Diantaranya Terapis/Bidan sudah

33
BAB 3. PRAKTEK TERAPI KOMPLEMENTER PADA KEBIDANAN

mendapatkan pelatihan, kursus, atau program pendidikan. Yang pada


akhirnya Bidan yang melakukan praktik terapi komplementer memang
yang sudah memenuhi syarat dan mendapatkan pelatihan, serta mendapat-
kan izin resmi. Di negara-negara lain, ada berbagai pilihan pelatihan dan
pendidikan, termasuk diploma, bachelor, dan kursus singkat bagi mereka
yang tertarik untuk belajar tentang terapi komplementer dan membuka
praktik. Satu hal penting yang perlu dipastikan adalah setiap program ha-
rus memiliki reputasi dan relevan dengan pekerjaan bidan (Foureur & Har-
ding, 2009; Ayuningtyas, 2018).

34
BAB 3. PRAKTEK TERAPI KOMPLEMENTER PADA KEBIDANAN

Daftar Pustaka

Anderson, F. W. J. & Johnson, C. T. (2012). Complementary and alternative


medicine in obstetrics. International Journal of Gynecology and Obstetrics,
91(2), 116–124.
Asriady. (2022). Aplikasi Terapi Komplementer Di Kebidanan. Media Sains In-
donesia.
Argaheni, N.B., Etni, D.A., Ninik A.W., Noviyati, R.P. & Meda, YB. (2022).
Asuhan Kebidanan Komplementer. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Ayuningtyas, N. (2019). Kebidanan Komplementer Terapi Komplementer Dalam
Kebidanan. Pustaka Baru.
Bayles, B. P. (2012). Herbal and Other Complementary Medicine Use by
Texas Midwives. Journal of Midwifery and Women’s Health, 52(5), 473–
478.
Cahyanto, E. (2020). Asuhan Kebidanan Komplementer Berbasis Bukti. Yogya-
karta: Al Qalam Media Lestari.
Foureur, M. & Harding, D. (2009). New Zealand and Canadian midwives’
use of complementary and alternative medicine. New Zealand College
of Midwives Journal, 40(April), 7.
Galenia. (2014). Home Baby Spa. Jakarta : Perum Bukit Permai.
Hollander, M. De Miranda, E. Vandenbussche, F. Van Dillen, J. & Holten, L.
(2019). Addressing a need. Holistic midwifery in the Netherlands: A
qualitative analysis. Plos one, 14(7), 1–22.
Kartika. (2019). Yoga dan Pilates Pasca Salin. Sleman: Penerbit Deepublish.
Kepmenkes. (2020). Standar Profesi Bidan. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Indonesia.
Mender. (2001). Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC.
Muñoz-Sellés, E. & Vallès-Segalés, A. & Goberna-Tricas, J. (2013). Use of al-
ternative and complementary therapies in labor and delivery care: A

35
BAB 3. PRAKTEK TERAPI KOMPLEMENTER PADA KEBIDANAN

cross-sectional study of midwives’ training in Catalan hospitals ac-


credited as centers for normal birth. BMC Complementary and Alterna-
tive Medicine, 13. 312-318.
Nugroho T. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3). Yogya-
karta: Nuha Medika.
Roesli, Utami. (2018). Pedoman Pijat Bayi. Jakarta: Trubus
Agriwidya
Satria, D. (2013). Complementary and Alternative Medicine (Cam): Fakta
Atau Janji ? Idea Nursing Journal, IV(3), 82–90.
Setyaningsih, D. Novika, A. G. & Safety, H. (2021). Pemanfaatan Terapi
Komplementer Pada Asuhan Antenatal : Studi Kualitatif Utilization of
Complementary Therapies in Antenatal Care : Qualitative Study. Sem-
inar Nasional Unriyo, 172–179.
Snyder M., & Lindquist R. (2002). Complementary Alternative Therapies
Nursing 4th ed. New York: Springer Publishing Company.
Wijayanti, I., Larasati, E., Farahdiba., Susanto, Yoan PP. & Sakriawati.
(2022). Konsep Kebidanan. Get Press.
Williams, J., & Mitchell, M. (2012). Midwifery managers’ views about the
use of complementary therapies in the maternity services. Complemen-
tary Therapies in Clinical Practice, 13(2), 129–135.
Zeng, Y., Y. Zhou, P. C., Luo, T., & C, M. J. (2014). Use of complementary
and alternative medicine across the childbirth spectrum in China. Pp,
22(6), 1047–1052.

36
BAB 3. PRAKTEK TERAPI KOMPLEMENTER PADA KEBIDANAN

Tentang Penulis

Fathia Rizki
email : fathiarizki@gmail.Com

Fathia Rizki lahir di Cimahi pada tanggal 28 Juli 1992. Penulis merupakan
dosen Fakultas Kebidanan di Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
Penulis memulai pendidikan kebidanan di DIII Kebidanan STIKes Bhakti
Kencana Bandung pada tahun 2009 dan menamatkanya pada tahun 2012.
Kemudian di tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan pada program
studi DIV Kebidanan di Politeknik Karya Husada Jakarta. Pada Tahun
2018 penulis menyelesaikan studi pada program studi Pascasarjana Te-
rapan Kebidanan STIKes Dharma Husada Bandung.

37
38
BAB 4. JENIS DAN KATEGORI TERAPI KOMPLE-
MENTER

4.1 Pendahuluan
Bab ini akan membahas jenis dan kategori terkait terapi komple-
menter, mulai dari pengertian dari terapi komplementer, jenis-jenisnya dan
kategori terapi komplementer itu sendiri.

4.2 Pengertian Terapi Komplementer


Pelayanan kebidanan komplementer merupakan bagian dari
pelaksanaan pengobatan komplementer dan alternatif di lingkungan ke-
bidanan. WHO merekomendasikan agar pengobatan tradisional menjadi
bagian dari metode pelengkap untuk menjaga kesehatan masyarakat,
mencegah dan mengobati penyakit, terutama penyakit kronis, penyakit de-
generatif dan kanker. WHO juga mendukung upaya peningkatan kea-
manan dan khasiat obat tradisional (World Health Organization, 2013).

WHO mendefinisikan pengobatan komplementer sebagai pen-


gobatan non tradisional yang bukan asli negara yang bersangkutan dan
tidak terintegrasi dengan sistem kesehatan yang dominan, tetapi biasanya
digunakan sebagai pengganti pengobatan, misalnya di Indonesia banyak
yang menggunakan obat herbal. , ini adalah obat herbal yang tidak terma-
suk terapi komplementer, tapi termasuk obat. Obat tradisional adalah obat
yang telah digunakan sejak zaman dahulu dan diwariskan secara turun-
temurun di suatu negara (World Health Organization, 2013).

Menurut WHO, hingga 80% petugas kesehatan di negara berkem-


bang lebih memilih pengobatan alternatif daripada obat kimia. Layanan
medis saat ini tidak hanya mengelola obat-obatan, tetapi juga memengaruhi
atau menargetkan aspek lain dari pasien, termasuk keadaan emosional,
psikologis, dan spiritual, serta faktor lingkungan lainnya. (World Health
Organization, 2012). Terapi pelengkap adalah sekelompok sistem, praktik,
dan produk medis dan perawatan kesehatan yang berbeda yang umumnya
bukan bagian dari pengobatan arus utama (Rufaida, et al., 2018).

Penelitian menunjukkan bahwa 73% wanita hamil di Australia


menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif selama kehamilan.

39
BAB 4. JENIS DAN KATEGORI TERAPI KOMPLEMENTER

Bidan merawat wanita selama masa pubertas dan persalinan, terutama


selama kehamilan dan selama menstruasi dan setelah menopause. Oleh ka-
rena itu, penggunaan terapi komplementer dan alternatif memberikan kes-
empatan bagi bidan untuk memberikan perawatan holistik dan memung-
kinkan mereka melayani masyarakat dan kebutuhan pe (Ayuningtyas,
2019).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1109/MEN-


KES/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Al-
ternatif Dalam Pelayanan Kesehatan, yang dimaksud dengan Pengobatan
Komplementer-Alternatif adalah pengobatan non spesifik yang ditujukan
untuk peningkatan derajat kesehatan. masyarakat. Sasaran kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif, dan restoratif, dicapai melalui pen-
didikan terstruktur dengan mutu, keamanan, dan kemanjuran berdasarkan
ilmu biomedis yang tidak diterima dalam pengobatan konvensional. (Ke-
menterian Kesehatan RI, 2007).

Meskipun pelayanan pengobatan komplementer ini hanya merupa-


kan pilihan dan secara tradisional dianggap tidak berarti, namun perkem-
bangan bidang pelayanan kesehatan komprehensif dan realita saat ini
menunjukkan bahwa pengobatan komplementer dengan nomor
1109/MENKES/PER/IX/2007 Menteri Kesehatan. pengalaman, khususnya
kedokteran kebidanan di bidang kesehatan dan jumlah serta ragam infor-
masi telah meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir
(Wahidin, et al., 2020).

Bidan termasuk profesi kesehatan dan merupakan ujung tombak pe-


layanan kesehatan di masyarakat dengan pelayanan utama pada kesehatan
ibu dan anak. Kesehatan ibu dan anak yang optimal adalah tujuan utama
pelayanan kebidanan. Pelayanan yang diharapkan masyarakat tidak hanya
bersifat kuratif, tetapi harapan tertinggi klien yaitu rasa nyaman, sehingga
dampak negatif dari pengobatan tidak dirasakan bahkan menjadi tindakan
preventif terhadap nyeri yang dialami klien (Febriati, et al., 2022).

Terapi komplementer dalam praktik kebidanan merupakan bagian


penting dari asuhan kebidanan, yang bertujuan sebagai pengobatan alter-
natif untuk mengurangi intervensi medis dan selama kehamilan, persalinan

40
BAB 4. JENIS DAN KATEGORI TERAPI KOMPLEMENTER

dan nifas. Penyelenggaraan pelayanan kebidanan komplementer di Indo-


nesia tidak hanya dilaksanakan oleh pihak swasta/mandiri, tetapi juga oleh
pihak pemerintah seperti rumah sakit dan puskesmas. Namun, pelaksa-
naan institusi publik di rumah sakit dan puskesmas terhambat oleh standar
alur kerja yang masih terkait dengan pelayanan kebidanan tradisional, se-
hingga pelaksanaan pelayanan kebidanan tambahan di sektor swasta lebih
banyak terjadi (Kostania, 2015).

4.3 Jenis dan Kategori Terapi Komplementer


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1109/MEN-
KES/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Al-
ternatif di Instansi Kesehatan, ruang lingkup pengobatan komplementer-
alternatif berdasarkan ilmu biomedis yaitu:
1. Intervensi Tubuh dan Pikiran (Mind and body interventions)
Intervensi tubuh dan pikiran melalui teknik sehingga memfasilitasi ka-
pasitas berpikir yang berpengaruh kepada fisik dan fungsi tubuh, con-
tohnya: imagery, yoga, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback, tai
chi dan hypnoterapy.
2. Sistem Pelayanan Pengobatan Alternatif (Alternative Systems of Medical
Practice)
Sistem pelayanan pengobatan alternatif adalah suatu sistem pelayanan
kesehatan dengan mengembangkan suatu pendekatan pelayanan bio-
medis, contohnya: akupuntur, akupresur, aromaterapi, homeopathy, na-
turopathy and ayurveda.
3. Cara penyembuhan manual (Manual healing methods)
Cara penyembuhan manual didasari oleh manipulasi dan pergerakan
tubuh, diantaranya yaitu chiropractic, healing, touch, tuina, shiatsu, oste-
opati, dan pijat urut.
4. Pengobatan farmakologi dan biologi (Pharmacologic and biologic treat-
ments)
Pengobatan farmakologi dan biologi diantaranya yaitu jamu, herbal,
dan gurah.
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan (Diet and Nutrition
the prevention and treatment of disease)

41
BAB 4. JENIS DAN KATEGORI TERAPI KOMPLEMENTER

Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan contohnya diet


makronutrien dan mikronutrien.
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan (Unclassified diagnostic and
treatment methods)
Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan diantaranya yaitu terapi
ozon, hiperbarik, dan terapi energi.

Berbagai jenis terapi komplementer ditawarkan kepada masyarakat


Indonesia, terutama pada pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
menyusui dan ibu di antaranya. Terapi komplementer ini juga dapat direse-
pkan untuk anak-anak. Yaitu, jenis perawatan tambahan dibagi menjadi
dua bagian (Argaheni, et al., 2022):
1. Invasif, contoh terapi komplementer invasif adalah akupuntur dan
bekam basah yang menggunakan jarum dalam pengobatannya.
2. Non invasif contohnya terapi energi seperti reiki, chikung, tai chi,
prana, dan terapi suara, terapi biologis seperti herbal, terapi aroma,
terapi nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi colon
dan terapi sentuhan modalitas seperti akupresur, pijat bayi, refleksi,
rolfing dan terapi lainnya.

Berikut adalah penjelasan terkait macam-macam dari kategori terapi


komplementer invasif dan non invasif diantaranya adalah sebagai berikut
(Argaheni, et al., 2022):
1. Akupuntur
Akupuntur merupakan teknik pengobatan tradisional yang dilakukan
dengan cara menusukkan jarum ke titik-titik tertentu pada tubuh klien.
Titik-titik ini terdapat pada jalur-jalur energi yang disebut “meridian”.
Terapi akupuntur ditujukkan untuk memeperbaiki aliran dan keseim-
bangan energi sepanjang meridian-meridian (Sari, et al., 2022).
Manfaat dari akupuntur antara lain :
a. Terapi aman bila dilakukan dengan benar
b. Efek samping yang ditimbulkan minimal
c. Bisa dikombinasikan dengan perawatan lain
d. Membantu pasien yang alergi terhadap obat-obat
e. Mampu mengontrol beberapa jenis penyakit

42
BAB 4. JENIS DAN KATEGORI TERAPI KOMPLEMENTER

Gambar 4. 1 Terapi akupuntur


Sumber: (Sari, et al., 2022)

2. Bekam
Bekam merupakan kebudayaan kuno Mesir, Timur tengah, dan Tiong-
kok. Teknik ini dinyatakan oleh budaya Mesir kuno sudah ada semen-
jak 1.550 SM. Teknik melakukannya dengan memakai cangkir khusus
yang telah dipanaskan terlebih dahulu sehingga dapat menghisap ba-
gian atas kulit. Namun pada saat kondisi ibu sedang hamil tidak direk-
omendasikan untuk melakukan bekam, dikarenakan oleh kulit ibu
hamil yang lebih sensitif dan menjaga agar tidak terjadi infeksi.

Gambar 4. 2 Terapi bekam


Sumber: (Argaheni, et al., 2022)
1. Ayurveda

43
BAB 4. JENIS DAN KATEGORI TERAPI KOMPLEMENTER

Ayurveda adalah teknik pengobatan yang menekankan pada pencega-


han dan pemeliharaan kesehatan melalui perhatian yang penuh ter-
hadap suatu keseimbangan dalam kehidupan seseorang yang pertama
dipraktekkan di India sejak ribuan tahun yang lalu. Dalam teori Ayur-
veda, kesehatan dipengaruhi oleh keseimbangan antara tubuh, pikiran
dan jiwa manusia itu sendiri. Ayurveda mengajak kita untuk hidup
sehat dengan menerapkan pola makan dan gaya hidup sehat serta
melakukan terapi herbal.

Gambar 4. 3 Terapi Ayurveda


Sumber: (Argaheni, et al., 2022)

2. Mind Body Therapy


Mind body therapy merupakan intervensi dengan teknik yang memfa-
silitasi kapasitas berpikir dan mempengaruhi gejala fisik dan juga
fungsi berpikir yang akan berpengaruh pada fisik dan fungsi tubuh,
contohnya: imagery, yoga, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback,
humor, tai chi, dan hipnoterapi. Fokus pada mind body therapy adalah
menciptakan suatu keseimbangan dalam individu seseorang, mulai
dari pikiran, emosi dan pernafasan. Sehingga akan muncul rasa damai
dan nyaman pada diri seseorang. (Argaheni, et al., 2022).

Jenis terapi keseimbangan yang banyak dilakukan yaitu:

a. Relaksasi Progresif, teknik ini sudah banyak digunakan dalam pe-


layanan komplementer kebidanan dan juga penelitian, dan telah
terbukti dapat mengurangi bahkan menurunkan tingkat stress dan

44
BAB 4. JENIS DAN KATEGORI TERAPI KOMPLEMENTER

nyeri kronis klien. Terapi ini dapat dilakukan pada ibu yang ber-
salin, agar lebih rileks.
b. Imajinasi
Teknik relaksasi imajinasi terbimbing (guided imagery) yaitu suatu
proses mengerahkan kekuatan pikiran dengan menginstruksikan
tubuh untuk menyembuhkan diri memelihara kesehatan melalui
komunikasi dalam tubuh yang melibatkan semua panca indra (vis-
ual, setuhan, penciuman, penglihatan, dan pendengaran) sehingga
terbentuk keseimbangan antara tubuh dan jiwa. Tujuan Guided im-
agery yaitu menghasilkan dan mencapai keadaan yang optimal
yang digunakan untuk mengalihkan perhatian dari sensasi yang
tidak menyenangkan (Febtrina & Febriana, 2017).
c. Yoga
Yoga didasarkan pada tiga struktur dasar yaitu gerakan, pernapa-
san, dan meditasi. Yoga adalah ilmu yang menjelaskan hubungan
antara fisik, mental dan spiritual manusia untuk mencapai
kesehatan secara keseluruhan. Yoga adalah latihan fisik meditatif
dan intuitif yang dilakukan dengan fokus yang tidak hanya mem-
bangun tubuh fisik tetapi juga meningkatkan indera dan memper-
luas kesadaran. Prenatal gentle yoga (yoga kehamilan) merupakan
modifikasi yoga klasik yang disesuaikan dengan kondisi fisik ibu
hamil, dilakukan dengan intensitas lebih lembut dan lebih lambat.
Perubahan fisik yang terjadi selama masa kehamilan
mempengaruhi kesejahteraan ibu hamil, baik secara fisik maupun
psikis. (Pratignyo, 2014).
Berlatih yoga adalah solusi yang berguna sebagai alat untuk mem-
bantu mengurangi ketidaknyamanan selama kehamilan. Beberapa
manfaat yoga untuk kehamilan, yaitu: 1) Meningkatkan kekuatan
dan stamina tubuh saat hamil; 2) Melancarkan sirkulasi darah dan
asupan oksigen ke janin; 3) Mengatasi sakit punggung dan ping-
gang, skiatika, konstipasi, saluran urine yang lemah, pegal dan
bengkak pada sendi; 4) Melatih otot perineum untuk lebih kuat
dan elastis sehingga mempermudah proses kelahiran; 5) Mengu-
rangi kecemasan dan mempersiapkan mental ibu untuk
menghadapi persalinan; 6) Mempermudah proses kelahiran; 7)

45
BAB 4. JENIS DAN KATEGORI TERAPI KOMPLEMENTER

Menjalin komunikasi antara ibu dan anak sejak masih berada di


dalam kandungan; 8) Mempercepat pemulihan fisik dan menga-
tasi depresi pasca melahirkan (Dewi, et al., 2016)
Berdasarkan penelitian, manfaat yoga untuk ibu hamil dikatakan
dapat mengurangi stres, kecemasan, nyeri saat hamil, rasa tidak
nyaman dan persalinan. Yoga prenatal adalah intervensi yang co-
cok dan dapat diterima untuk wanita hamil dengan gejala kecema-
san dan depresi. Peserta juga melaporkan tingkat kepuasan yang
tinggi dan tidak ada hasil negatif (Maharani & Hayati, 2020).
d. Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah cara mempersiapkan ibu untuk melahirkan
dalam keadaan tenang dan rileks sumber lain mengatakan bahwa
hipnoterapi bekerja dengan cara mengaktifkan saraf di otak dan
menyebabkan pelepasan zat morfin alami yang disebut enkefalin
dan endorfin. (Sundariningsih, et al., 2021).
Hipnoterapi adalah teknik untuk mencapai relaksasi yang dalam
melalui pola pernapasan yang lambat, fokus, tenang dan penuh
perhatian. Hipnoterapi juga mengurangi durasi stadium I, teru-
tama pada primipara. Persalinan dapat dihilangkan tanpa kom-
plikasi dan tidak memerlukan tindakan medis apa pun
(Widiawati, 2019).
Kecemasan yang berlebihan meningkatkan sekresi hormon korti-
sol yang merupakan biomarker dari hormon stres saat persalinan
dan meningkatkan pelepasan hormon katekolamin, uterus akan
menjadi semakin tegang sehingga aliran darah dan oksigen ke da-
lam otot uterus berkurang karena arteri mengecil dan menyempit
sehingga menyebabkan meningkatnya rasa nyeri, dan berpotensi
pada persalinan yang lebih lama. Rasa cemas dan takut dalam
menghadapi persalinan mengakibatkan meningkatnya konsumsi
oksigen, hiperventilasi dan berbagai gangguan lainnya. Hipnoter-
api adalah metode relaksasi alamiah yang dapat dipergunakan
guna menghilangkan rasa takut, tegang, panik, dan tekanan lain
yang mengganggu dalam proses persalinan. Manfaat dan keun-
tungan hipnoterapi bagi ibu merupakan metode relaksasi yang

46
BAB 4. JENIS DAN KATEGORI TERAPI KOMPLEMENTER

dapat meningkatkan kadar endorfin dalam tubuh sehingga men-


gurangi nyeri pada saat rahim berkontraksi (Madden, et al., 2012).

Gambar 4. 4 Mind body therapy


Sumber: (Ayuningtyas, 2019)

3. Diet dan Herbal


Diet merupakan upaya untuk mengatur jumlah nutrisi yang masuk ke
dalam tubuh untuk mendapatkan tubuh yang sehat. Sedangkan untuk
terapi herbal merupakan terapi yang memanfaatkan tanaman herbal
sebagai terapi komplementer (Sari, et al., 2022)
4. Terapi Energi
Terapi energi yang berfokus pada energi dalam tubuh atau menarik
energi dari luar tubuh, misalnya terapi sentuhan, terapi sentuh Reiki,
magnet eksternal Qigong, yang merupakan gabungan antara terapi en-
ergi dan bioelektromagnetik, terapi jarum dan terapi suara.
a. Terapi sentuhan terapetik
Terapi sentuhan terapetik adalah terapi yang menggunakan sentu-
han dengan tepat dan halus pada klien. Terapi sentuhan terapetik
ini melibatkan keseimbangan energi seseorang dengan suatu cara
yang disengaja, termasuk meletakkan tangan praktisi di tubuh
kita.

47
BAB 4. JENIS DAN KATEGORI TERAPI KOMPLEMENTER

b. Terapi Reiki
Terapi Reiki dilakukan dengan mentransfer energi universal atau
energi kehidupan semesta dari telapak tangan praktisi ke bagian
tubuh pasien.
c. Terapi Qi Gong
Terapi Qi Gong adalah sistem kuno dari Tiongkok yang menjaga
dan meningkatkan kesehatan tubuh, membuat suatu keseim-
bangan antara sikap tubuh, teknik pernafasan dan pemfokusan
pikiran.
d. Terapi Sujok
Terapi sujok merupakan terapi yang menggunakkan beberapa me-
dia yaitu pewarna tangan, biji-bijian, ring dan lain sebagainya.
e. Terapi suara, misalnya menggunakan musik sebagai terapi pada
klien. Terapi musik ini dapat diberikan kepada semua kalangan
usia mulai dari anak-anak hingga lansia.

48
BAB 4. JENIS DAN KATEGORI TERAPI KOMPLEMENTER

Daftar Pustaka

Argaheni, N. B., Astuti, E. D., Winarsih, N. A., Putri, N. R., Yuliani, M., Ma-
hardany, B. O., Santi, M. Y. (2022). Asuhan Kebidanan Komplementer.
Medan: Yayasan Kita Menulis.

Ayuningtyas, I. (2019). Kebidanan Komplementer Terapi Komplementer Dalam


Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Dewi, E. S., Suwondo, A., & Wahyuni, S. (2016). Pengaruh Kombinasi Yoga
Prenatal dan Senam Hamil terhadap Perubahan Kadar Kortisol dan
Lama Persalinan Kala I. I(3).

Febriati, L. D., Rahayu, P. P., & Zakiyah, Z. (2022). Kesiapan Praktik Mandiri
Bidan dengan Praktik Komplementer Kebidanan. Journal of
TSCNers, 7(1), 13-21.

Febtrina, R., & Febriana, W. (2017). Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing


(Guided Imagery) Menurunkan Nyeri Pasien Pasca Serangan Jan-
tung. Jurnal Nursing Current, 5(2), 41- 49.

Kementerian Kesehatan RI. (2007). Kementerian Kesehatan. Diambil kembali


dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1109/MENKES/PER/IX/2007 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Kostania, G. (2015). Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan Komplementer


Pada Bidan Praktek Mandiri di Kabupaten Klaten. Jurnal GASTER,
XII(1), 46-72.

Madden, K., Middleton, P., Cyna, A. M., Matthewson, M., & Jones, L. (2012).
Hypnosis for Pain Management During Labour and Childbirth. The
Coachrane database of systematic reviews.

Maharani, S., & Hayati, F. (2020). Pengaruh Prenatal Gentle Yoga terhadap
Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Menghadapi Persalinan. Jurnal En-
durance, 5(1).

49
BAB 4. JENIS DAN KATEGORI TERAPI KOMPLEMENTER

Pratignyo, T. (2014). Yoga Ibu Hamil. Jakarta: Pustaka Bunda.

Rufaida, Z., Lestari, S. W., & Sari, D. P. (2018). Terapi Komplementer. Mojok-
erto: STIKes Majapahit Mojokerto.

Sari, P. I., Anggraini, A., Treasa, A. D., Aji, S. P., Purnama, Y., Kurniati, N.,
. . . Dewiani, K. (2022). Asuhan Kebidanan Komplementer. Padang: PT
Global Eksekutif Teknologi.

Sundariningsih, Raksanagara, A. S., & Suardi, A. (2021). Efektivitas Hip-


noterapi Terhadap Penurunan Nyeri Kala I Fase Aktif Parturien
Primigravida di Praktik Mandiri BIdan. Jurnal Sistem Kesehatan
(JSK), 6(1), 26-32.

Wahidin, Martini, T., & Ajeng, A. (2020). Analisis Pengetahuan Masyarakat


dan Bidan BPM terhadap Pengembangan Layanan Kebidanan
Komplementer Terintegrasi di Kabupaten Tangerang Provinsi Ban-
ten. Jurnal IMJ : Indonesian Midwifery Journal, 3(2), 49-56.

Widiawati, I. (2019). Melahirkan Nyaman dan Cepat dengan Hypnobirth-


ing. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 7(1), 45-52.

World Health Organization. (2012). The health of indigenous peoples. Diambil


kembali dari World Health Organization: http://www.who.int/me-
diacentre/factsheets/fs326/en/index.html

World Health Organization. (2013). Traditional Medicines: Definition. Diambil


kembali dari World Health Organization:
http://www.who.int/medicines/areas/traditional/definitions/en/in-
dex

50
BAB 4. JENIS DAN KATEGORI TERAPI KOMPLEMENTER

Tentang Penulis
Irmasanti Fajrin, M.Keb
email : irmasantifajrin@gmail.com

Irmasanti Fajrin, lahir di Bandung 04 Februari 1991. Penulis merupakan


anak dari pasangan H. Ibnu Santoso dan Alm. Hj. Epong Maryati. Penulis
telah menikah dengan Ir. Mochammad Apriyadi Hadi Sirad, ST., MT dan
memiliki dua orang putri bernama Alesha Rezky Aurelia dan Chayra
Shafana. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN
Garuda 1 Andir Bandung dan lulus Tahun 2003, SMPN 25 Bandung dan
lulus Tahun 2006, SMAN 15 Bandung dan lulus Tahun 2009, kemudian
penulis melanjutkan Pendidikan Diploma III Kebidanan di Akademi Ke-
bidanan Medika Obgin Bandung dan lulus tahun 2012, selanjutnya
menempuh Pendidikan Diploma IV Kebidanan di Politeknik Karya Hu-
sada Jakarta dan lulus Tahun 2013, kemudian penulis melanjutkan Pen-
didikan Magister Kebidanan di Universitas Hasanuddin dan lulus Ta-
hun 2018. Penulis telah memiliki pengalaman kerja di dunia Pendidikan
sejak Tahun 2014 hingga sekarang, pertama kali bekerja sebagai asisten
Dosen disalah satu Universitas Swasta di Kota Makassar dan sekarang
penulis bekerja sebagai Dosen PNS di Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Manado. Artikel ilmiah yang telah
dihasilkan oleh penulis antara lain, jurnal nasional terakreditasi dan juga
terindeks scopus Q3, diantaranya Prostaglandin level of primary dysmenor-
rhea pain sufferers, Relationship Between Screen Time Among Children With
Nutritional Status And Their Development.

51
52
BAB 5. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOM-
PLEMENTER DALAM ASUHAN KEHAMILAN

5.1 Pendahuluan
Asuhan komplementer saat ini mulai mengalami peningkatan di be-
berapa negara termasuk didalamnya adalah Indonesia. Berdasarkan survei
nasional yang dilakukan pada tahun 2013 di Indonesia sebanyak 30.4% ru-
mah tangga memanfaatkan pelayanan asuhan komplementer (Pengpid &
Peltzer, 2018). Praktik asuhan komplementer juga didukung dengan
adanya banyak penelitian yang berhasil membuktikan efektivitas asuhan
komplementer dalam menangani permasalahan kesehatan tanpa
menggunakan pengobatan (Liem, 2019).

Prevalensi penggunaan asuhan komplementer dalam kehamilan


meningkat secara global. Sebanyak 23 negara memanfaatkan asuhan kom-
plementer dimana negara dengan warga yang memilih asuhan komple-
menter tertinggi adalah Rusia (69%), Polandia (49.8%) dan Australia
(43.8%). Pada negara maju, asuhan komplementer juga cukup tinggi untuk
asuhan kehamilan. Di Indianapolis, Amerika Serikat sebanyak 13% wanita
menggunakan herbal untuk menangani permasalahan kehamilan. Se-
dangkan di Inggris ditemukan sebanyak 35% menggunakan teknik asuhan
komplementer, 5,1% menggunakan suplemen makanan, dan 5.4%
menggunakan obat herbal. Tidak hanya di negara maju, negara berkem-
bang juga menggunakan asuhan komplementer. Sebanyak 12% wanita di
Kenya dan 52,4% wanita di Malaysia menggunakan asuhan komplementer
selama kehamilan (Barnes et al., 2018).

Indonesia merupakan salah satu negara yang juga mempraktikkan


asuhan komplementer. Berdasarkan hasil survey nasional oleh Kemen-
terian Kesehatan Indonesia ditemukan sebesar 75% masyarakat Indonesia
memilih asuhan komplementer seperti pijat, obat herbal, penggunaan
sumplementasi, dan lain-lain (Liem, 2019). Penggunaan asuhan komple-
menter banyak dimanfaatkan masyarakat Indonesia untuk menangani
berbagai permasalahan kesehatan termasuk didalamnya adalah permasala-
han yang ditemui selama kehamilan.

53
BAB 5. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN

5.2 Konsep Asuhan Komplementer dalam Asuhan Kehamilan


Asuhan komplementer merupakan bentukan asuhan yang diberikan
kepada klien dengan pendekatan terapi non farmakologi dengan tujuan un-
tuk membantu meningkatkan kesejahteraan ibu hamil. Asuhan komple-
menter sendiri dapat dilakukan dalam bentuk promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitative. Namun demikian dalam melakukan asuhan kom-
plementer kepada ibu hamil, seorang bidan harus memastikan bahwa jenis
asuhan tersebut telah teruji baik keamanannya, kualitasnya maupun kea-
manannya yang ditunjukkan dari adanya hasil penelitian terkait asuhan ter-
sebut (evidence based) (Kartini, 2022).

Asuhan komplementer termasuk kedalam paradigma kebidanan


yaitu pada aspek pelayanan kebidanan. Dalam paradigma kebidanan,
seorang bidan memberikan pelayanan kebidanan baik individu, keluarga
dan masyarakat untuk meningkatkan upaya promotive, preventif, kuratif
dan juga rehabilitative (Tajmiati et al., 2016). Berdasarkan pengertian terse-
but, dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan asuhan kebidanan, bi-
dan dapat memberikan asuhan alternatif dalam hal ini adalah asuhan kom-
plementer.

Saat ini, asuhan komplementer merupakan asuhan yang paling ban-


yak dicari oleh wanita khususnya ibu hamil. Selama masa kehamilan, ibu
akan mengalami perubahan fisiologis dan psikologis. Hal ini menyebabkan
timbulnya ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan yang dirasakan setiap in-
dividu berbeda sehingga upaya untuk mengurangi ketidaknyamanan ter-
sebut pun berbeda-beda. Beberapa upaya dapat dilakukan secara konven-
sional misalnya melalui medikasi. Namun demikian, beberapa medikasi
dapat menimbulkan efek samping dan juga dapat mempengaruhi pertum-
buhan dan perkembangan janin. Hal tersebut menyebabkan peningkatan
kecemasan ibu jika tetap menggunakan terapi konvensional. Semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan semakin berkembang pula jenis-jenis
asuhan komplementer yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk
menurunkan ketidaknyamanan tersebut. Asuhan komplementer juga
cukup aman bagi janin dan dapat membantu ibu untuk mempersiapkan
persalinannya. Hal tersebutlah yang mendasari ibu hamil untuk lebih mem-
ilih asuhan komplementer (Suarmini, 2022).

54
BAB 5. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN

Adapun beberapa asuhan komplementer yang dapat dilakukan selama


masa kehamilan antara lain, terapi musik, yoga, pilates, hypnoterapi, mas-
sage, akupresur, dan akupunktur.

5.3 Terapi Musik


Musik merupakan stimulus pendengaran dengan pemberian melodi,
ritme, harmoni dan timbre yang terorganisir. Musik sering digunakan un-
tuk penanganan medis baik untuk penanganan fisiologi, psikologis mau-
pun social. Pemanfaatan musik sebagai terapi dalam kehamilan mulai
dikenal akhir-akhir ini. Terapi musik menunjukkan dapat membantu
meningkatkan kualitas tidur ibu hamil, meningkatkan kualitas persalinan,
dan meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi (He et al., 2021).

Berdasarkan hasil literature review yang dilakukan oleh Shimada et


al. (2021) terhadap beberapa penelitian terapi musik di Portugis, Inggris dan
juga Spanyol menunjukkan bahwa terapi musik dapat membuat ibu hamil
lebih rileks, menurunkan kecemasan, menurunkan resiko stress dan
depresi, menurunkan kesakitan, mengontrol detak jantung janin dan juga
tekanan darah ibu, serta menurunkan konsumsi obat anti nyeri pada ibu
post operasi.

Terdapat dua jenis musik yang sering digunakan dalam terapi yaitu
musik instrumental dan klasik. Banyak orang yang mengasumsikan
keduanya merupakan jenis musik yang sama. Namun demikian, dalam ter-
api musik cenderung jenis yang sering digunakan adalah musik klasik.
Musik klasik memberikan alunan yang lembut dan lambat sehingga mem-
berikan efek nyaman dan tenang bagi pendengarnya. Musik klasik juga
dapat memunculkan perasaan gembira. Sedangkan musik instrumental,
alunannya mampu memberikan stimulasi pada otak sehingga mampu
membuat pikiran dan mental lebih sehat (Kartini, 2022).

Terapi musik tidak hanya berdampak pada ibu saja, namun juga pada
janin. Otak janin akan terangsang dan membantu perkembangan otak.
Tidak hanya itu, perasaan gembira yang dirasakan ibu juga akan merang-
sang rasa Bahagia janin. Pada usia 18-20 minggu pendengaran janin mulai
terbentuk sempurna sehingga sangat optimal menggunakan terapi ini. Ter-

55
BAB 5. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN

api ini juga sangat fleksibel karena bisa dilakukan kapanpun dan dimana-
pun. Namun demikian menggunakan terapi ini waktu harus konsisten dan
perlu dipertimbangan waktu-waktu saat janin bangun (Kartini, 2022).

5.4 Yoga
Yoga merupakan pengobatan pikiran dan tubuh. Gerakan yoga
mengkombinasikan postur fisik, meditasi/relaksasi dan teknik pernafasan.
Yoga dianggap aman bagi ibu hamil dikarenakan dalam praktiknya bebas
dari obat-obatan namun mampu membantu meringankan ketidaknya-
manan pada tubuh. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa saat ibu
hamil telah melakukan yoga secara rutin selama 10 minggu maka dapat
berdampak pada mempercepat proses persalinan pada kala II dan III serta
menurunkan kejadian persalinan secara seksio sesarea (Rong et al., 2020).

Gambar 5.1 Ilustrasi Yoga


Sumber: Klinik Kehamilan Sehat

56
BAB 5. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN

5.5 Pilates
Pilates atau sering dikenal dengan yoga modern merupakan bentuk
asuhan komplementer lain yang juga sering dimanfaatkan untuk pelayanan
kehamilan. Pilates yang telah dirancang secara khusus untuk kehamilan
membantu ibu hamil untuk lebih fitl sehat dan juga rileks. Manfaat pilates
pada kehamilan sama dengan yoga dimana pilates memodifikasi postur
tubuh dan teknik pernapasan sehingga dapat membantu menurunkan rasa
sakit pinggang, odem, tegang pada area leher, kram maupun kesemutan.
Pilates juga mampu menjaga mood ibu hamil lebih baik sehingga ibu hamil
akan memiliki pola pikir yang positif dalam menjalani kehamilannya dan
menurunkan kecemasan selama kehamilan (Purwanti, 2020).

Dalam pelaksanaan terapinya, pilates sering dikombinasikan dengan


yoga (Pratiwi, 2010). Pilates juga sering kali menggunakan alat bantu salah
satunya adalah birth ball. Pilates dengan birth ball ini membantu ibu hamil
untuk mempersiapkan persalinan serta membantu menurunkan ketid-
aknyamanan khususnya nyeri punggung dan juga panggul (Bangun, 2022).

Gambar 5.2 Ilustrasi Pilates


Sumber: the AsianParent

57
BAB 5. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN

5.6 Prenatal Hipnoterapi


Hipnoterapi merupakan salah satu psikoterapi dengan pendekatan
hypnosis dalam proses penyembuhannya dengan menyingkap memori
yang mungkin dapat mempengaruhi pola pikir seseorang. Hipnoterapi
bekerja dengan mengaktifkan alam bawah sadar untuk memberikan sugesti
untuk merubah persepsi yang salah dan mendorong untuk lebih berpikir
positif saat menghadapi masalah (Yulianti & Citra, 2022).

Hipnoterapi pada kehamilan umumnya digunakan untuk


menurunkan ketidaknyaman akibat dari perubahan fisiologis dan
psikologis. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa hipnoterapi ber-
pengaruh terhadap penurunan mual dan muntah pada ibu hamil di tri-
mester I (Pitriyani et al., 2022). Selain itu hipnoterapi juga membantu
menurunkan kecemasan pada kasus kehamilan yang tidak diinginkan
(Yulianti & Citra, 2022).

5.7 Prenatal Massage


Prenatal masase atau juga dikenal dengan pregnancy massage merupa-
kan salah satu asuhan komplementer yang dapat membantu meningkatkan
ketenangan dan merelaksasikan tubuh. Selama kehamilan, ibu hamil sering
kali merasakan nyeri atau ketidaknyamanan akibat adanya perubahan
tubuh. Ketidaknyamanan ini sering ditemukan pada ibu hamil trimester
akhir, dimana semakin membesar kehamilan maka terjadi perubahan pos-
tur tubuh, serta perubahan pada tulang panggul untuk mengakomodir
kepala bayi dan mempersiapkan untuk proses persalinan. Prenatal Massage
umumnya digunakan untuk menurunkan rasa ketidaknyamanan tersebut.
Tidak hanya itu, prenatal masase juga membantu menurunkan rasa cemas
pada ibu hamil. Berdasarkan hasil penelitian Ardianti et al. (2020) didapat-
kan hasil yang signifikan antara pemberian prenatal masase terhadap
penurunan kecemasan pada ibu hamil di trimester ketiga.

5.8 Akupresur
Akupresur merupakan terapi totok/tusuk menggunakan jari. Aku-
presur merupakan salah satu bentuk fisioterapi yang diberikan melalui pi-
jatan dan stimulasi pada titik tertentu. Akupresur digunakan untuk me-
rangsan aliran energi dalam tubuh yang disebut sebagai Qi. Qi itu sendiri

58
BAB 5. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN

mengalir dalam suatu saluran energi yang disebut dengan ‘meridian’. Inti
dari akupresur adalah untuk mengembalikan keseimbangan dalam tubuh
ditunjukkan dari aliran ‘qi’ yang harmonis dan teratur dalam saluran me-
ridian. Semakin kuat ‘qi’ maka semakin sehat dan baik pula tubuh
(Setyowati, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Tara et al., (2020) terhadap 30 ibu


hamil dengan keluhan mual muntah atau muntah hebat dengan mem-
berikan akupresur pada acupoint PC6 dan didapatkan di awal pemberian
akupresur tidak menunjukkan penurunan keluhan, namun setelah dil-
akukan selama lima hari berturut-turut didapatkan hasil yang signifikan
yaitu terjadi penurunan frekuensi mual, jumlah muntahan, dan ketidaknya-
manan dari mual muntah.

5.9 Akupunktur
Akupunktur merupakan salah satu teknik pengobatan tradisional
cina. Akupuntur berasal dari kata ‘acus’ yang artinya jarum dan ‘puncture’
yang artinya tusuk. Pengobatan akupuntur didesain untuk memperbaiki
aliran dan keseimbangan energi sepanjang meridian. Akupunktur diyakini
dapat memulihkan kesehatan dan juga kebugaran khususnya dalam hal
meredakan rasa sakit (Suarmini, 2022).

Akupunktur dalam praktik saat ini sudah memiliki modalitas yang


bervariatif, selain menggunakan media jarum, akupunktur juga dapat
menggunakan elektro akupunktur, laserpunktur, sonopuncture dan juga
farmakopuntur. Adapun karakteristik titik akupunktur yang dapat dil-
akukan dalam pelayanan kebidanan harus mengacu pada standarisasi yang
telah ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) (Ekajayanti et al.,
2021; Suarmini, 2022).

Dalam pelayanan kehamilan, akupunktur sering digunakan untuk


membantu mengurangi nyeri pada panggul wanita hamil. Akupunktur
juga digunakan untuk meredakan rasa sakit selama proses persalinan
(Idrawati et al., 2021). Terdapat banyak bidan di negara barat yang turut
mempraktekan akupuntur kepada para ibu dan melaporkan bahwa adanya
penurunan tingkat nyeri pada klien. Sejak tahun 1988 di Plymouth telah
menerapkan akupunktur di unit kebidanan khususnya dalam menangani

59
BAB 5. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN

kasus kehamilan. Terapi akupunktur di Plymouth digunakan pada kasus


hyperemesis, mual muntah, heartburn, carpal tunnel syndrome, nyeri kepala,
migrain, sinusitis, konstipasi, vena varikosa, varises vulva, hemoroid, in-
duksi persalinan, dll (Gondo, 2009).

60
BAB 5. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN

Daftar Pustaka

Ardianti, E., Pertiwi, S., & Rohmatin, E. (2020). The Effect of Prenatal Mas-
sage Towards Anxiety Level of Third Trimester Pregnant Women in
The Work Area Of Cibeureum Public Health Center Tasikmalaya 2019.
Midwifery and Nursing Research, 2(1), 28–30.
https://doi.org/10.31983/manr.v2i1.5607
Bangun, P. (2022). Efektifitas Senam Pilates Menggunakan Birthing Ball Ter-
hadap Peningkatan Self Efficacy Pada Ibu Hamil Trimester IIII di
Puskesmas Batu Anam Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 13(1), 88.
https://doi.org/10.26751/jikk.v13i1.1267
Barnes, L. A. J., Barclay, L., McCaffery, K., & Aslani, P. (2018). Complemen-
tary medicine products used in pregnancy and lactation and an exam-
ination of the information sources accessed Pertaining to Maternal
Health Literacy: a Systematic Review of Qualitative Studies. BMC
Complementary and Alternative Medicine, 18.
Ekajayanti, P. P. N., Parwati, N. W. M., Astiti, N. K. E., & Lindayani, I. K.
(2021). Pelayanan Kebidanan Komplementer. Syiah Kuala University
Press.
Gondo, H. K. (2009). Peran Akupunktur dalam Obstetri. Jurnal Ilmiah Kedok-
teran Wijaya Kusuma, Edisi Khusus.
He, H., Huang, J., Zhao, X., & Li, Z. (2021). The Effect of Prenatal Music
Therapy on Fetal and Neonatal Status: A Systematic Review and Meta-
analysis. Complementary Therapies in Medicine, 60, 102756.
Idrawati, Elfira, E., & Yufdel. (2021). Terapi Komplementer pada Kehamilan (R.
R. Rerung (ed.)). Media Sains Indonesia.
Kartini. (2022). Terapi Komplementer Masa Kehamilan. In Oktavianis & R.
M. Sahara (Eds.), Asuhan Kebidanan Komplementer. PT. Global Eksekutif
Teknologi.
Liem, A. (2019). “I’ve Only Just Heard About It”: Complementary and Al-
ternative Medicine Knowledge and Educational Needs of Clinical Psy-
chologists in Indonesia. Medicina, 55(7), 333.
Pengpid, S., & Peltzer, K. (2018). Utilization of traditional and complemen-
tary medicine in Indonesia: Results of a national survey in 2014–15.

61
BAB 5. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN

Complementary Therapies in Clinical Practice, 33, 156–163.


Pitriyani, P., Patimah, S., & Kurnia, H. (2022). Pengaruh Hipnoterapi Ter-
hadap Mual Muntah Pada Ibu Hamil Trimester I di Wilayah Kerja
Puskesmas Mangkubuno Kota Tasikmalaya Tahun 2019. Midwifery
Journal, 5(2).
Pratiwi, R. P. (2010). Efektivitas Metode Yoga-Pilates untuk Menurunkan
Kecemasan Ibu Hamil dalam Menghadapi Persalinan Pertama. Universitan
Negeri Malang.
Purwanti, D. S. (2020). Metode Pilates Untuk Penurunan Kecemasan Ibu
Hamil Pertama Trimester III Dwi Surya Purwanti STIKes YARSI Pon-
tianak Pendahuluan Angka kematian ibu ( AKI ) dan angka kematian
bayi ( AKB ) di Indonesia tercatat masih cukup tinggi . Berdasarkan
Data survey pa. Anfusina: Journal of Psychology, 3(1), 69–84.
Rong, L., Dai, L.-J., & Ouyang, Y.-Q. (2020). The Effectiveness of Prenatal
Yoga on Delivery Outcomes: A Meta-analysis. Complementary Thera-
pies in Clinical Practice2, 39, 101157.
Setyowati, H. (2018). Akupresur untuk Kesehatan Wanita Berbasis Hasil
Penelitian. UNIMMA PRESS.
Shimada, B. M. O., Santos, M. da S. O. M. dos, Cabral, M. A., Silva, V. O., &
Vagetti, G. C. (2021). Interventions among Pregnant Women in the
Field of Music Therapy: A Systematic Review. Rev Bras Ginecol Obstet,
43(5), 403–413.
Suarmini, K. A. (2022). Terapi Komplementer pada Kelompok Ibu Hamil. In
M. Martini (Ed.), Aplikasi Terapi Komplementer bagi Tenaga Kesehatan.
Media Sains Indonesia.
Tajmiati, A., Astuti, En. W., & Suryani, E. (2016). Konsep Kebidanan dan Etik-
olegal dalam Praktik Kebidanan. Pusdik SDM Kesehatan.
Tara, F., Bahrami-Taghanaki, H., Ghalandarabad, M. A., Zand-Kargar, Z.,
Azizi, H., Esmaily, H., & Azizi, H. (2020). The Effect of Acupressure
on the Severity of Nausea, Vomiting, and Retching in Pregnant
Women: A Randomized Controlled Trial. Complementary Medicine Re-
search, 27, 252–259.
Yulianti, I., & Citra, N. (2022). Kebutuhan Khusus pada Permasalahan
Psikologi Perempuan pada Kehamilan tidak Diinginkan dengan Hip-
noterapi. Journal of Issues in Midwifery, 6(2), 97–103.
https://doi.org/10.21776/ub.joim.2022.006.02.4

62
BAB 5. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN

Tentang Penulis
Ratih Sakti Prastiwi
email : ratih.sakti@poltektegal.ac.id

Ratih Sakti Prastiwi lahir di Yogyakarta 4 Februari 1990 dari Ayah


Bernama Kasno, M.Pd dan Dra. Reni Hartati. Ia memiliki suami Bernama
Hendra Apriyadi, M.Pd dan dua anak yang Bernama Safaluna Almahira
Nasyauqi dan Syauqina Adzkia Nadhifa. Penulis bertempat tinggal di Ka-
bupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah.
Penulis merupakan lulusan Diploma III Kebidanan STIKES ‘Aisyi-
yah Yogyakarta (2008-2011) dan Diploma IV Kebidanan Klinik di Pol-
tekkes Kemenkes Yogyakarta (2012-2013). Lulus Magister Public Health
di Universitas Sebelas Maret (2015-2017). Saat ini penulis sedang
menempuh studi doktoral di Prodi Penyuluhan Pembangunan/Pengem-
bangan Masyarakat di Universitas Sebelas Maret.
Penulis memulai karirnya sebagai asisten bidan di salah satu bidan
praktek swasta di Kabupaten Kulon Progo Provinsi D.I.Yogyakarta
(2011). Bidan pelaksana di Rumah Sakit Umum Amanah Mahmudah
(2013-2014). Dosen tetap Prodi Diploma III Kebidanan di Politeknik Hara-
pan Bersama (2014-sekarang). Dosen Prodi Diploma III Farmasi (2017-
sekarang). Selain menjadi dosen, Penulis merupakan kepala Divisi SPMI
Pendidikan di Politeknik Harapan Bersama (2015-sekarang).
Bidang kajian yang menjadi tanggungjawab penulis adalah ke-
bidanan. Penulis banyak melakukan publikasi dengan bidang kajian
kesehatan masyarakat khususnya terkait kesehatan ibu dan anak dipan-
dang dari sosiologi kesehatan. Publikasi yang dilakukan oleh penulis
tidak hanya publikasi pada jurnal nasional saja namun juga publikasi in-
ternasional terindeks scopus.

63
64
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOM-
PLEMENTER DALAM ASUHAN KEHAMILAN
(MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

6.1 Pendahuluan
Selama kehamilan sebagian besar wanita mengalami perubahan
psikologis dan emosional, seringkali muncul pada trimester ketiga
(Mochtar, 2011; Rukiyah, 2009). Kecemasan selama kehamilan dapat
disebabkan oleh perubahan fisik, ketakutan akan persalinan dan peralihan
peran pengasuhan (Varney et al., 2010). Kecemasan sendiri akan berdam-
pak negatif pada ibu hamil pada masa kehamilan hingga persalinan, seperti
saraf janin terhambat dan pertumbuhan terhambat, kontraksi otot rahim
melemah, dan lain-lain (Novitasari et al., 2013). Tidak hanya menurunkan
tingkat kecemasan dan proses persiapan ibu menghadapi persalinan
dengan metode farmakologi tetapi juga terdapat metode non farmakologi
seperti relaksasi, teknik pernapasan, gerakan dan perubahan posisi, pijat,
hidroterapi, terapi panas/dingin, musik, konseling, akupresur, dan terapi
aroma.

Ada beberapa alasan, salah satunya dengan mempertimbangkan un-


tuk melakukan pijat kehamilan (disebut juga pijat prenatal). Kehamilan
mengubah tubuh dan pikiran Anda, menimbulkan berbagai macam emosi,
rasa sakit dan nyeri di tempat-tempat yang belum pernah dirasakan sebe-
lumnya. Pijat prenatal dapat membantu meringankan beberapa ketid-
aknyamanan kehamilan sambil memberikan rasa rileks, tetapi apakah
aman? Secara umum, jawabannya adalah ya. Namun, ada beberapa hal
penting yang harus diketahui (Shivani M.D., 2018).

6.2 Pijat kehamilan


Pijat kehamilan adalah pijat lembut dan menenangkan yang diadap-
tasi dan dirancang khusus untuk ibu hamil. Sebagai istilah, 'pijat kehamilan'
berlaku untuk perawatan pijat langsung apa pun untuk wanita selama ke-
hamilannya. Oleh karena itu, hal tersebut sangat beranekaragam dan berva-

65
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

riasi tekniknya. Namun, bagi banyak wanita, manfaat pijat kehamilan an-
tara lain meredakan sakit dan nyeri, serta memfasilitasi relaksasi dan per-
siapan persalinan (Stillerman, 2007).

6.2.1 Apa manfaat pijat kehamilan?


Menurut American Pregnancy Association, pijat ibu hamil dapat
meningkatkan daya tahan tubuh saat persalinan, mengurangi nyeri sendi,
mengurangi kecemasan dan gejala kecemasan saat persalinan, serta
meningkatkan daya tahan tubuh saat persiapan persalinan. Tentu saja,
American Pregnancy Association (APA) mengurai manfaat pijat bagi ibu
hamil untuk meredakan berbagai ketidaknyamanan kehamilan menjadi be-
berapa poin, antara lain (American Pregnancy Association, 2023):

1. Meminimalisir pembengkakan
Tentunya sebagian besar ibu hamil sering mengalami pembengkakan
sendi yang lebih dikenal dengan edema. Pembengkakan sendi biasanya
disebabkan oleh satu hal sederhana, yaitu tekanan yang diterima pem-
buluh darah besar berupa darah kencang dari bayi di dalam perut yang
yang kian membesar. Pijat untuk ibu hamil secara alami dapat mengu-
rangi cairan pada persendian dan juga merangsang jaringan lunak un-
tuk membantu mencegah pembengkakan persendian.

2. Rasa nyeri pada saraf pinggul


Nyeri pada saraf siatik memang menjadi pengalaman sensitif bagi se-
tiap ibu hamil. Menurut Heidy Murkoff, sebelum lahir, bayi mempo-
sisikan dirinya dalam posisi siap lahir, sehingga posisi ini dapat me-
nyebabkan nyeri pada saraf skiatika. Posisi bayi pasti akan menduduki
saraf skiatik, yaitu tulang belakang bagian bawah. Bagian saraf ini me-
nyebabkan nyeri, nyeri, kesemutan dan mati rasa di bokong, pinggul,
dan kaki belakang. Dengan melakukan pijat ibu hamil, Anda pasti akan
terhindar dari segala keluhan nyeri pinggul.

3. Sakit bagian punggung


Bagi sebagian wanita hamil rasa sakit pada bagian punggung pernah
dialami, hal ini terjadi secara alami karena disebabkan oleh perubahan
hormonal dan juga karena berat dalam kandungan yang bertambah.

66
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

Menurut sebuah penelitian oleh APA, hampir 70% wanita hamil men-
derita sakit punggung. Banyak di antaranya disebabkan oleh stres ibu
hamil dan juga karena perubahan hormonal. Nah, pijat ibu hamil meru-
pakan salah satu cara untuk meredakan nyeri punggung dan memiliki
banyak manfaat.
4. Rasa cemas dan stress
Berdasarkan studi yang dilakukan APA tentang hubungan antara hor-
mon penenang dan pijat prenatal. Pijat prenatal telah terbukti memper-
baiki perubahan suasana hati dan meningkatkan kesehatan jantung.
Menurut penelitian, ibu hamil yang melakukan pijat dua kali seminggu
selama 5 minggu dapat menurunkan kadar hormon stres seperti korti-
sol dan norepinefrin. Pada saat yang sama, kadar hormon serotonin dan
dopamin meningkat pada wanita hamil, sehingga dapat mengurangi
risiko depresi. Lebih baiknya lagi, perubahan hormon ini dapat mengu-
rangi risiko komplikasi seperti bayi dengan berat badan lahir rendah.

Beragam manfaat lain dari pijat kehamilan, diantaranya (Gholami-Mot-


lagh et al., 2016; Mueller & Grunwald, 2021; Valentina Febriani et al.,
2021):
 Memberikan rasa kesejahteraan secara keseluruhan
 Meningkatkan kualitas tidur
 Meningkatkan oksigenasi otot dan jaringan
 Regulasi hormon (yang terkait dengan tingkat stres yang lebih ren-
dah)/ menstabilkan hormon.
 Mengurangi dan mencegah gurat-gurat kehamilan atau yang lebih
sering disebut dengan stretchmark
 Pijat kehamilan dapat membantu memperlancar peredaran darah
dan juga menjaga asupan nutrisi dan gizi pada janin sehingga dapat
bergerak dengan baik dan lancar.
 Menstimulasi produksi ASI dalam jumlah yang banyak dan lancar

Kontraindikasi pijat kehamilan (As et al., 2015)


1. Kontraindikasi kehamilan untuk Trimester 1
 Riwayat perdarahan
 Sakit perut
 Mual atau hiperemesis gravidarum

67
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

 Demam dan tidak enak badan


 Riwayat keguguran sebelumnya
 Kondisi berisiko tinggi yang sudah ada sebelumnya sebelum ke-
hamilan, termasuk namun tidak terbatas pada, diabetes, ginjal,
hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain
 Hasil yang buruk pada kehamilan sebelumnya
 Keguguran jangka panjang sebelumnya (melewati usia kehamilan
20 minggu)
 Solusio plasenta pada kehamilan sebelumnya

2. Masalah kehamilan untuk Trimester 2 dan 3


 Dari minggu ke 16 perubahan struktural dapat menimbulkan ma-
salah di bahu, punggung bawah, dan dapat memengaruhi simfisis
pubis.
 Pembesaran payudara dapat meningkatkan tekanan pada otot
punggung dan bahu, mengakibatkan sakit kepala dan/atau otot te-
gang
 Klien hamil mungkin perlu sering buang air kecil
 Perubahan hormonal yang terjadi dalam tubuh perlu dipertim-
bangkan dan klien berkonsultasi tentang efek yang ditimbulkannya
 Banyak perubahan dalam sistem peredaran darah perifer dan sis-
tem integumen termasuk laba-laba atau varises. Sesuaikan tekanan
pijatan yang sesuai
 Pertambahan berat badan
 Morning sickness. Ini mungkin memerlukan saran dari praktisi
medisnya
 Tekanan darah rendah dapat menyebabkan pusing
 Jika kram atau sakit perut terjadi kapan saja selama pemijatan, ru-
juk klien segera ke praktisi medisnya
 Jika kontraksi Braxton Hicks menjadi lebih ritmis atau lebih sering,
rujuk ke dokternya
 Kelelahan biasa terjadi
 Selama bagian akhir kehamilan, sesak nafas, mulas dan sembelit
sering terjadi

68
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

 Jika klien mengatakan adanya perdarahan, keluarnya cairan, rasa


sakit terbakar saat buang air kecil atau tanda-tanda abnormal
lainnya, rujuk klien segera ke dokternya
 Anteriorisasi panggul karena posisi bayi
 Kelemahan ligamen karena produksi hormon pada tahap terakhir

3. Kontraindikasi Area pijat


 Pijat perut (Abdominal Massage). Bagi pasien yang berisiko tinggi
mengalami keguguran atau kelahiran prematur, sebaiknya tidak
melakukan pijat perut selama kehamilan karena alasan medis.
 Pijat kaki (Leg Massage). Pijat kaki untuk wanita hamil dapat mem-
iliki efek kritis karena konsekuensinya. Pijat kaki dapat dilakukan
dalam batas fisiologis untuk memberikan pijatan kaki
6.2.2 Ha-hal yang harus diperhatikan sebelum pemijatan
1. Apakah ada alergi kulit saat mengoleskan minyak atau krim
sesudahnya?
2. Identifikasi tingkat kenyamanan klien selama pemijatan, apakah lebih
suka dibelai atau ditekan.
3. Area kulit yang memerah dengan luka terbuka dan bengkak harus
dihindari
4. Tentukan apakah ada patah tulang rusuk/tulang belakang.

6.2.3 Gerakan Pemijatan


1. Teknik Pemijatan:
a) Mengusap (Effleurage); adalah teknik diterapkan dengan tekanan,
sapuan/gosokan ringan, dan panjang digunakan pada area
tubuh/kulit tanpa terjadi gerakan otot bagian dalam.

69
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

Gambar 6.1. Contoh Teknik Effleurage

Keuntungan Effleurage:
● Efek mekanis effleurage yaitu membantu kerja dari pembuluh
darah balik (vena) dan mengakibatkan timbulnya panas tubuh,
sehingga memungkinkan manipulasi effleurage bertindak se-
bagai pemanasan (warming).
● Efek fisiologis dari gosokan yang intens mempengaruhi aliran
darah ke jaringan terdalam dan di otot-otot. Mengaktifkan sir-
kulasi di pembuluh limfatik (getah bening), mempercepat
pengangkutan dan pertukaran zat tidak aktif di dalam darah,
memperlancar aliran oksigen dan nutrisi di dalam darah.

b) Manipulasi Petrissage; adalah teknik gerakan tangan yang mere-


mas, menekan dan menarik otot jaringan dalam.

Gambar 6.2. Contoh Teknik Petrissage


Sumber: (Philip, 2017; Baseer, 2020)

70
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

c) Teknik menggerus (Friction); adalah teknik memutar/spiral menuju


ke jantung. Bergantung pada letak dan posisi bagian tubuh, manip-
ulasi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan jari,
ibu jari, telapak tangan, atau siku.

Gambar 6.3. Contoh Teknik friction


Sumber: (Baseer, 2020)

Keuntungan teknik friction:


● Efek gesekan mekanis menyebabkan aliran darah lokal merata
(vasodilatasi lokal), merangsang sirkulasi nutrisi dan juga
memiliki efek pemanasan.
● Efek fisiologis adalah efek gesekan pada stimulasi aliran darah
dan peregangan serat otot.

d) Teknik Menggoncang (Shaking); adalah teknik dimana jari-jari


ditekuk, seperti otot bagian bawah dan atas, lengan atas dan
bawah, paha atau betis, dilakukan dengan gerakan menyamping,
gerakan naik turun. Manipulasi berlangsung dalam ritme yang
hidup dan tangan bergerak dan berdekatan satu sama lain.
Mengguncang atau mengayun adalah metode pijat yang juga
populer di kalangan atlet untuk mengendurkan otot, yang mem-
perlancar peredaran darah.

71
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

e) Teknik manipulasi memukul (Tapotement); adalah gerakan pem-


ukulan yang ringan dan berirama dengan jari, telapak tangan atau
kepalan.

Gambar 6.4. Contoh teknik Tapotement


Sumber: (Harini Hartono, 2022)

Teknik pemijatan lainnya:


a) Menggosok Melintang Otot (Walken)
b) Teknik getaran (Vibration)
c) Menggeser Lipatan Kulit (Skin Rolling)
d) Mengurut (Stroking)

9 teknik pemijatan yang digunakan dalam sistem pijat Swedia ini khu-
susnya teknik getaran, skin rolling dan stroking adalah teknik pengobatan.
Dalam aplikasinya 9 manipulasi ini tidak selalu digunakan secara penuh,
tetapi hanya beberapa manipulasi yang digunakan sesuai kebutuhan.

2. Teknik Pijat menurut Kemenkes:


Pemijatan dapat dilakukan secara manual (anggota gerak), alat bantu
tumpul (mekanis), dan alat elektrik. Teknik pemijatan yang banyak
digunakan di spa adalah pemijatan manual, yaitu pemijatan anggota badan
dengan penggunaan alat mekanik yang terbatas seperti batu dan alat getar
elektrik (vibrator).
Gerakan Dasar Pijat Di Griya SPA di Indonesia biasanya digunakan 5 (lima)
elemen gerakan dasar pijat, yaitu:
a) Mengusap (effleurage, stroking)
b) Menekan dengan gerakan memutar (friction)
c) Meremas, mencubit (petrissage)

72
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

d) Menepuk (tapotage -- hacking, cupping, pummeling, ponding),


e) Menggetarkan (vibration, shaking)
Gerakan dasar pemijatan di atas umum digunakan pada semua jenis pemi-
jatan. Setiap gerakan pijat dasar ini dapat dilakukan dengan menggunakan
bagian anggota tubuh seperti ibu jari, jari tangan, telapak tangan, siku, kaki,
dll.

3. Posisi pemijatan
Beberapa posisi ibu hamil dalam pemijatan :
a) Posisi ibu hamil saat pemijatan ping-
gang, tidur menyamping ke arh kanan
atau kiri.

b) Posisi ibu hamil saat pemijatan kaki,


bisa dilakukan dengan berbar-
ing/duduk dengan kaki lurus, ber-
selonjor bisa di atas kursi/kasur.

c) Posisi ibu hamil saat pemijatan


punggung, bisa dengan duduk/ber-
baring. Tetapi lebih dianjurkan untuk
duduk.

d) Posisi ibu hamil saat pemijatan tangan


bisa menentukan posisi duduk/ber-
baring. Tetapi Jika dirasakan pegal
pada
tangan sangat hebat, lebih baik
mengambil cara duduk.

73
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

6.3 Aromaterapi
Aromaterapi adalah pemberian minyak esensial, diekstraksi dari
tanaman (United Lincolnshire Hospitals NHS Trust, 2019) yang dapat
diberikan dengan aplikasi topikal melalui pijatan, inhalasi atau didispersi-
kan dalam air. Ini dapat menimbulkan relaksasi, sambil menghilangkan
stres, kecemasan dan ketegangan, rasa sakit dan mual. Aromaterapi juga
dianggap sebagai bentuk pengobatan komplementer holistik yang bekerja
karena kandungan kimianya, cara pemberiannya dan efek aromanya pada
sistem limbik yang mempengaruhi suasana hati (Hobbs, 2015; McSherry &
Patterson, 2017).
6.3.1 Manfaat Aromaterapi pada Kehamilan dan Persalinan:
● Membantu relaksasi dan kesejahteraan
● Meringankan ketidaknyamanan fisik dan masalah psiko-emosional
kehamilan
● Memfasilitasi kelahiran fisiologis
● Membantu meredakan nyeri dan memfasilitasi kerja uterus saat per-
salinan
● Membantu pemulihan dari persalinan dan adaptasi menjadi orang tua
Kontraindikasi penggunaan Aromaterapi pada kehamilan dan persalinan
Dalam penggunaanya, beberapa kontraindikasi, meliputi (McSherry &
Patterson, 2017):
● Diabetes mellitus yang tergan- ● Wanita dengan syntocinon
tung insulin / diabetes gestasional IV dalam persalinan
yang tidak stabil ● Alergi kulit
● Asma berat atau kondisi pernapa- ● Kulit pecah/terbuka/me-
san lainnya nangis
● DVT atau ibu yang menjalani ter- ● Tidak ada pijatan pada
api antikoagulan luka bakar termasuk luka
● Kondisi infeksius, pireksia yang bakar akibat sinar matahari
tidak dapat dijelaskan penyebab- ● Hati-hati untuk digunakan
nya pada wanita dengan
● Kehamilan ganda kesehatan mental yang
● tidak stabil kompleks [Bipolar;

74
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

● APH saat ini; plasenta previa ● Skizofrenia; Beberapa obat


● APH saat ini; plasenta previa psikotropika; psikosis
● Hipertensi atau preeklampsia sebelumnya.

● Ibu dalam persalinan prematur ● Ketidakpastian profes-


sional
● Dalam 30 – 60 menit pertama
setelah induksi/percepatan per- ● Tidak Digunakan Untuk

salinan (penggunaan prostaglan- Neonatus


din)
6.3.2 Cara pemberian minyak esensial
Cara-cara pemberian minyak esensial, meliputi:

a) Inhalasi; Bangsal bersalin memiliki sistem diffuser aromaterapi di


ruang bersalin yang mampu menyebarkan minyak esensial ke
udara dan memungkinkan uap tersebut dapat dihirup ke dalam
tubuh. Beberapa tetes minyak esensial pada tisu atau kapas juga
menjadi bentuk terapi inhalasi yang efektif
b) Pijat; Partikel minyak cukup kecil untuk diserap oleh kulit. Terapi
pijat dapat membantu penyerapan minyak dengan meningkatkan
aliran darah. Sentuhan juga efektif dalam mengurangi rasa sakit
dan sangat menenangkan. Minyak dicampur dengan minyak biji
anggur sebagai pembawa, karena minyak tidak boleh dioleskan
rapi pada kulit.
c) Kompres; Minyak esensial ditambahkan ke air dan kontak lang-
sung dapat menenangkan tubuh. Kompres hangat atau dingin
dapat digunakan
d) Mandi; Minyak esensial dapat terdispersi dalam air bila dicampur
dengan susu. Air adalah bentuk pereda nyeri yang efektif dalam
persalinan tetapi bila ditambah dengan minyak esensial ini dapat
meningkatkan keefektifannya. Minyak juga bisa dituangkan di ko-
lam bersalin.
e) Pencucian; minyak esensial dapat dicampur dengan air steril. Bi-
lasan air dituangkan ke area yang terkena. Ini bisa efektif dalam
meredakan peradangan dan ketidaknyamanan setelah robekan
atau jahitan setelah lahir.

75
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

Mengikuti penelitian terbaru, kepercayaan telah menentukan


sepuluh minyak esensial yang memberikan manfaat terbesar bagi wanita
dalam persalinan awal, persalinan dan kelahiran yang mapan, dan me-
masuki periode pasca kelahiran. Semuanya diketahui aman, diantaranya
(United Lincolnshire Hospitals NHS Trust, 2019):

a) Bergamot; Menenangkan namun membangkit-


kan semangat. Meredakan kecemasan stress
dan depresi

b) Lada hitam; Meredakan nyeri dan nyeri otot.


Pemanasan, efek stimulasi. Membantu konsen-
trasi.

c) Kamomil; Menenangkan dan merilekskan, me-


ringankan iritabilitas, ketegangan, dan kegeli-
sahan, anti-inflamasi yang kuat

d) Clary sage; Mendorong kontraksi. Obat pene-


nang euforia. Pereda sakit.

e) Olibanum; Meredakan kecemasan, kepanikan,


dan ketakutan yang tiba-tiba muncul.

f) Grapefruit; Menghilangkan rasa takut dan ce-


mas. Aroma jeruk yang membangkitkan se-
mangat. Sifat penghilang rasa sakit ringan.

g) Pohon teh; Meredakan syok. Anti jamur dan


antiseptik.

76
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

h) Melati; Menenangkan namun membangkitkan


semangat, memberi energi. Kualitas antidepre-
san. Merangsang produksi ASI.
i)

j) Lavender; Menenangkan, menyeimbangkan,


menenangkan, santai, menghilangkan rasa sa-
kit, Antibakteri dan antimikroba.
k)

l) Peppermint; Meredakan mual dan sakit kepala.


Merangsang pikiran, menghilangkan kele-
lahan dan mendorong kontraksi

6.4 Yoga
Yoga didefinisikan sebagai latihan pikiran-tubuh yang berasal dari
India dan semakin berkembang diakui dan digunakan di negara maju se-
bagai kesehatan praktek untuk berbagai imunologi, kondisi neuromusku-
lar, psikologis, dan nyeri (Field, 2011; Wren et al., 2011), yang mencakup
sistem postur (asana), pernapasan dalam (pranayama), dan meditasi. Yoga
merupakan olahraga yang mudah dimodifikasi yang dapat memberikan
manfaat bagi ibu dan janin, bila dilakukan secara teratur selama kehamilan.
Kemungkinan peningkatan kekuatan dan kebugaran serta persepsi pengu-
rangan stres mendasari semua manfaat yoga untuk ibu hamil. Ketika di-
praktikkan dengan bijak, tidak ada alasan untuk percaya bahwa kehamilan
itu berbahaya dan data ilmiah terakumulasi untuk mendukung manfaatnya
(Babbar & Shyken, 2016).

6.4.1 Tiga prinsip utama yoga


Prinsip pokok yang mendasari Yoga diantaranya (Mukherjee, 2020):
1. Olah tubuh yang tepat Yoga Asanas (Postur)

77
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

Gambar 6.5. Contoh Asanas


Sumber: Doumen pribadi penulis

o Tangan dan
pergelangan
tangan
o senam kaki
dan paha
o Senam bahu
o Senam leher

Gambar 6.6. Contoh Pemanasan Asanas


Sumber : Dokumen pribadi penulis

2. Pernapasan yang tepat Pranayama (Prana = energi vital)


3. Pikiran yang meditatif dan positif (Dyana dan Vedanta)

6.5 Pose Yoga untuk wanita selama kehamilan


Berolahraga selama kehamilan adalah penting, yoga kehamilan beri-
kut memberikan nol tantangan yang dihadapi ibu hamil. Pusat gravitasi
yang bergeser dan nyeri punggung bawah.

78
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

Gambar 6.7. Pose yoga untuk kehamilan


Sumber: (Mukherjee, 2020)

79
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

Daftar Pustaka

American Pregnancy Association. (2023). Prenatal Massage Therapy.


Healthy-Pregnancy. https://americanpregnancy.org/healthy-preg-
nancy/is-it-safe/prenatal-massage/
As, P., Statement, P., Therapists, M., This, A., Education, N., Committees,
E., Guidelines, T., Massage, P., Statement, P., Health, N., Package, T.,
Board, T., The, G., & To, P. (2015). Pregnancy Massage. August, 1–5.
Babbar, S., & Shyken, J. (2016). Yoga in pregnancy. Clinical Obstetrics and
Gynecology, 59(3), 600–612.
https://doi.org/10.1097/GRF.0000000000000210
Baseer, D. M. (2020). Massage Therapy. Active Care Physiotherapy Clinic.
https://sites.google.com/site/activecarephysiotherapyclinic/massage-
therapy
Field, T. (2011). Yoga clinical research review. Complementary Therapies in
Clinical Practice, 17(1), 1–8. https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2010.09.007
Gholami-Motlagh, F., Jouzi, M., & Soleymani, B. (2016). Comparing the ef-
fects of two Swedish massage techniques on the vital signs and anxi-
ety of healthy women. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Re-
search, 21(4), 402. https://doi.org/10.4103/1735-9066.185584
Harini Hartono, S. (2022). Tapotement, Pijat Ala Swedia Bisa Membantu
Meredakan Sesak Napas. Health News Today.
https://health.grid.id/read/353272190/tapotement-pijat-ala-swedia-
bisa-membantu-meredakan-sesak-napas?page=all
Hobbs, V. (2015). Aromatherapy in Pregnancy. In Babycenter.in.
https://www.babycenter.in/a1038554/aromatherapy-in-pregnancy
McSherry, M., & Patterson, C. (2017). Women ’ S Services Directorate Aroma-
therapy Guideline for Midwives.
Mochtar, R. (2011). Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi (Jilid 2). EGC.
Mueller, S. M., & Grunwald, M. (2021). Effects, Side Effects and Contrain-

80
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

dications of Relaxation Massage during Pregnancy: A Systematic Re-


view of Randomized Controlled Trials. Journal of Clinical Medicine,
10(16), 3485. https://doi.org/10.3390/jcm10163485
Mukherjee, A. (2020). Yoga & Pregnancy (Health-Medicine).
https://www.slideshare.net/alkamukherjee/yoga-amp-pregnancy
Novitasari, T., Esti Budiningsih, T., & Mabruri, M. I. (2013). Keefektifan
Konseling Kelompok Pra-Persalinan Untuk Menurunkan Tingkat
Kecemasan Primigravida Menghadapi Persalinan. Developmental and
Clinical Psychology, 2(2`), 62–70. https://journal.unnes.ac.id/sju/in-
dex.php/dcp/article/view/2578
Philip. (2017). Benefits of Petrissage Massage: What Deep Massage Can Do for
You. Complete Home Spa. https://completehomespa.com/benefits-of-
petrissage-massage/
Rukiyah, A. Y. (2009). Asuhan Kebidanan 1: Kehamilan. Trans Info Media.
Shivani M.D., P. (2018). Is massage safe during pregnancy? UTSouthwestern
Medical Center. https://utswmed.org/medblog/massage-pregnancy-
guidelines/
Stillerman, E. (2007). Prenatal Massage: A Textbook of Pregnancy, Labor, and
Postpartum Bodywork (1st ed.). Mosby.
United Lincolnshire Hospitals NHS Trust. (2019). Aromatherapy in Mater-
nity Services.
Valentina Febriani, L., Maisyaroh Ulina Panggabean, S., & Herawaty
Purba, N. (2021). Evaluation Of Midwifery Care In Trimester III Preg-
nant Women With Waist Pain. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indone-
sia, 11(04), 199–206. https://journals.stikim.ac.id/index.php/jiiki/arti-
cle/view/1518
Varney, H., M.Kriebs, J., & L.Gegor, C. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan
(4th ed.). EGC.
Wren, A. A., Wright, M. A., Carson, J. W., & Keefe, F. J. (2011). Yoga for
persistent pain: New findings and directions for an ancient practice.
Pain, 152(3), 477–480. https://doi.org/10.1016/j.pain.2010.11.017

81
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

Tentang Penulis

Ira Suryanis, S.ST, M.Keb


email : irasuryanis@jurkeb.unbrah.ac.id

Penulis lahir di Parit Malintang, tanggal 7 Agustus 1987. Penulis meru-


pakan dosen tetap di Prodi DIII Kebidanan Fakultas Vokasi Universitas
Baiturrahmah Padang (dari Januari tahun 2011 sampai sekarang) dengan
Jabatan Fungsional Lektor 300. Riwayat Pendidikan, penulis diawali me-
nyelesaikan jenjang pendidikan Diploma III Bidan di Prodi DIII Ke-
bidanan Bukittinggi Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2008 dan me-
nyelesaikan jenjang pendidikan Diploma IV di Prodi DIV Kebidanan
Universitas Padjadjaran Bandung tahun 2010. Untuk jenjang pendidikan
magister Kebidanan di Prodi S2 Ilmu Kebidanan Universitas Andalas Pa-
dang selesai tahun 2017. Sekarang penulis sedang menempuh pendidi-
kan di Program Studi S3 Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang.

Pengalaman organisasi penulis adalah sebagai berikut : sekarang penulis


menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Pengembangan Pengajaran dan
Penjamin Mutu (LP3M) Universitas Baiturrahmah (2018 sampai
sekarang) dan juga Divisi Pendidikan Aipkind Korwil Sumbar (2013 sam-
pai sekarang), yang sebelumnya penulis menjabat sebagai Ketua Gugus
Kendali Mutu di Prodi DIII Kebidanan tahun 2013 sampai 2018. Penulis
aktif dalam melakukan penelitian dan pengabdian dosen setiap tahun
yang dapat dilihat di profil SINTA (ID:6009200) penulis, Untuk prestasi
yang pernah diraih penulis adalah sebagai berikut : sebagai Fasilitator
Wilayah Sistem Penjamin Mutu Internal di LLDIKTI wilayah X; Nara-
sumber Bimtek Penyusunan dokumen SPMI dan AMI oleh LLDikti Wila-
yah; Meraih Hibah penelitian kemenristek dikti tahun 2018, 2019, dan
2021; Meraih hibah pengabdian masyarakat kemenristekdikti tahun 2018.
Penulis sebagai Best presenter dalam kegiatan Seminar Internasional

82
BAB 6. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
KEHAMILAN (MASASE, AROMATERAPI, YOGA)

ICHB di Unbrah tahun 2021 dan Best presenter dalam kegiatan konfer-
ensi nasional klaster dan hilirisasi riset berkelanjutan di Unand tahun
2019. Selama melanjutkan pendidikan di jenjang pendidikan S2 dan S3
penulis mendapatkan Beasiswa Pendidikan Dalam Negeri (BP-DN) Ke-
menristekdikti tahun 2013 untuk jenjang pendidikan S2 dan mendapat-
kan Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) kemendikbudrisktek dikti ta-
hun 2022 untuk jenjang pendidikan S3.

83
84
BAB 7. KONSEP DAN JENIS ASUHAN KOMPLE-
MENTER DALAM ASUHAN PERSALINAN

7.1 Pendahuluan
Terapi komplementer atau terapi alternatif saat ini mulai marak
digunakan masyarakat. Terapi ini merupakan terapi non farmakologi yang
digunakan untuk berbagai keperluan, salah satunya saat proses persalinan.
Tujuan penggunaan terapi komplementer pada persalinan adalah untuk
membantu ibu dalam mengurangi rasa nyeri dan ketidaknyamanan selama
proses persalinan berlangsung. Dalam bab ini akan dibahas beberapa jenis
metode pengurangan nyeri selama persalinan diantaranya : metode
relaksasi, pijat, aroma terapi, birthing ball, yoga, akupresure dan hipnobirth-
ing.

7.2 Persalinan Normal


Persalinan dan kelahiran merupakan suatu proses pengeluaran janin
yang terjadi pada usia kehamilan cukup bulan yaitu usia 37–42 minggu,
ditandai dengan adanya kelahiran janin secara spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin (Bobak et al., 2017). Terdapat lima faktor esensial yang dapat
mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran yang disebut dengan
istilah 5P, yaitu passenger (janin dan plasenta), passage (jalan lahir), power
(kekuatan), posisi ibu, dan psikologis.

Proses persalinan identik dengan rasa nyeri. Nyeri persalinan meru-


pakan hal fisiologis yang terjadi pada proses persalinan. Nyeri merupakan
pengalaman subjektif masing-masing individu sebagai akibat dari tim-
bulnya perubahan fungsi organ tubuh. Nyeri persalinan disebabkan karena
adanya peregangan serviks, kontraksi uterus dan penurunan serviks. Nyeri
merupakan sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus spesifik yang
subjektif dan antar individu akan berbeda karena disebabkan oleh faktor
psikososial, budaya dan endorphin (Cunningham et al., 2019).

Nyeri terdiri dari dua komponen yaitu fisiologi dan nyeri somatik.
Fisiologi merupakan stimulus yang diterima oleh saraf sensorik, sistem
saraf pusat dan psikologis. Fisiologi nyeri persalinan dimulai pada saat

85
BAB 7. KONSEP DAN JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
PERSALINAN

mulut rahim terbuka. Serviks dan korpus uteri menyebarkan impuls saraf
nyeri melalui serabut saraf aferen yang berjalan melalui saraf otonom sim-
patis dan menuju ke medulla spinalis yaitu pada T10, T11, T12 dan L1 (Cun-
ningham et al., 2019). Nyeri somatik akan muncul pada persalinan kala II
yang disebabkan karena adanya peregangan perineum, vulva dan tekanan
uterus pada saat kontraksi terjadi. Selain itu bagian terbawah janin juga
terus menekan ke arah lambo sacral sehingga nyeri diproyeksikan ke uterus
hingga saraf pudental. Sehingga nyeri terasa di punggung bawah hingga ke
paha.

7.3 Manajemen Rasa Nyeri Persalinan


Manajemen nyeri merupakan tindakan seseorang dalam mengiden-
tifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan atau fungsi dengan onset mendadak atau lam-
bat, berintensitas ringan hingga berat dan konstan. Nyeri persalinan perlu
diatasi dengan baik agar tidak menimbulkan rasa khawatir yang berlebi-
han. Manajemen nyeri merupakan suatu usaha untuk menangani rasa nyeri
yang timbul pada seorang individu. Manajemen nyeri dapat dilakukan me-
lalui dua cara yaitu secara farmakologis dan non farmakologis (Cunning-
ham et al., 2019).

7.4 Terapi Komplementer untuk Mengurangi Nyeri selama Proses


Persalinan
Terapi komplementer dalam pelayanan kebidanan merupakan terapi
atau pengobatan non farmakologi yang digunakan untuk mengatasi
berbagai keluhan, salah satunya keluhan nyeri menjelang persalinan. Ter-
api komplementer dalam pelayanan kebidanan meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pemanfaatan terapi komplementer di
dunia kebidanan telah banyak dibuktikan evidence basednya melalui
berbagai macam penelitian. (Lindquist et al., 2014). Terapi komplementer
memiliki banyak manfaat untuk ibu bersalin diantaranya : mudah dil-
akukan oleh ibu bersalin, memiliki efek samping minimal dibandingkan
penggunaan obat-obatan anti nyeri seperti analgetik dan sedative. Berikut
beberapa jenis terapi komplementer yang dapat digunakan untuk mengu-
rangi keluhan nyeri menjelang persalinan.

86
BAB 7. KONSEP DAN JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
PERSALINAN

1. Metode Relaksasi

Relaksasi merupakan suatu proses untuk mengistirahatkan tubuh dan


pikiran seseorang sehingga beban fisik dan psikologisnya dapat berku-
rang. Pada saat ibu berelaksasi otot penyebab nyeri akan rileks dan semua
organ tubuh termasuk sistem saraf simpatis dan otonom serta panca in-
deranya akan melepaskan ketegangan yang dirasakannya (Tiran, 2018).
Metode relaksasi dilakukan dengan cara ibu menghirup udara semaksi-
mal mungkin sehingga suplai oksigen di dalam uterus baik dan mengu-
rangi ketegangan otot rahim ibu.

Relaksasi adalah keterampilan praktis dan seperti keterampilan apa


pun, hanya latihan yang berulang dan disiplin akan menghasilkan hasil
yang positif. Keberhasilan dalam melatih pasien untuk rileks, oleh karena
itu, tergantung pada komitmen pasien untuk berlatih. Tetapi juga penting
untuk mengajarkan dan mendemonstrasikan teknik secara akurat, dan
kemudian menekankan pentingnya kepatuhan pasien, disiplin, dan prak-
tik teratur.

Teknik relaksasi adalah komponen penting dari praktik kebidanan.


Teknik ini dapat membantu mengurangi nyeri dan gejala spesifik serta
dapat meningkatkan kepercayaan diri dan rasa kontrol pasien. Teknik ini
hemat biaya, sederhana, dan mudah untuk dipelajari. Membantu pasien
untuk rileks tidak harus memakan waktu lama, hal itu dapat dicapai da-
lam beberapa saat. Namun, keberhasilan tergantung pada pasien dan bi-
dan. Pasien perlu berlatih teknik relaksasi secara teratur dan bidan harus
mampu mengajari mereka secara efektif (Tiran, 2018).

Terdapat beberapa pertimbangan penting lainnya tentang


penggunaan terapi relaksasi dalam praktik kebidanan. Bidan yang ingin
menggabungkan teknik relaksasi dalam perawatan pasien mereka harus
menyadari pentingnya pengalaman relaksasi mereka sendiri. Wawasan
nyata tentang manfaat dan kesulitan relaksasi hanya dapat diperoleh me-
lalui pengalaman pribadi.

87
BAB 7. KONSEP DAN JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
PERSALINAN

2. Terapi Pijat

Terapi massage atau terapi pijat akan mempengaruhi permukaan kulit,


jaringan lunak, otot, tendon, ligamen, fasia. Pijat dapat membantu
melepaskan hormon endorphin sehingga dapat mengendalikan nerve gate
dan menstimulasi saraf simpatis. Pijat juga dapat membantu merangsang
hormon oksitosin dan menurunkan stress sehingga timbul perasaan nya-
man dan tenang pada ibu bersalin (Lindquist et al., 2014).

Pijat adalah manipulasi sistematis jaringan lunak tubuh, terutama otot,


tendon, dan kulit. Pijat melalui sentuhan adalah salah satu cara bidan da-
lam berkomunikasi dengan pasien. Sentuhan adalah alat komunikasi pal-
ing awal dan paling primitif yang dikenal manusia. Pijat telah menjadi
terapi penting dalam dunia kebidanan dan fisioterapi karena manfaatnya
yang besar.

Manfaat dari pijat adalah manfaat fisik seperti, meningkatkan sirkulasi


dan meningkatkan aliran vena dan limfatik. Hal ini digunakan untuk ke-
untungan gangguan otot dengan mengubah fluiditas darah,
menghasilkan hemodilusi, dan karena itu meningkatkan perfusi otot.
Selain itu, pijat juga dapat meningkatkan tekstur dan turgor kulit dengan
menghilangkan sel-sel mati dari permukaan kulit, memungkinkan kelen-
jar sebaceous berfungsi lebih baik.

3. Aromaterapi

Aromaterapi didefinisikan sebagai penggunaan terapi minyak esensial


yang berasal dari tumbuhan. Aromaterapi menggunakan aroma untuk
melibatkan indera penciuman dalam dinamika penyembuhan. Aromater-
api disebut juga minyak esensial atau minyak atsiri. Minyak atsiri adalah
cairan yang harum dan mudah menguap yang telah diekstraksi dari tum-
buhan dan bunga, daun, rumput, akar, buah-buahan, atau kayu.

Minyak atsiri paling sering diserap oleh tubuh melalui proses penci-
uman. Karena mudah menguap sehingga molekul minyak atsiri menyebar
ke udara. Molekul diserap oleh mukosa hidung yang mengandung reseptor
penciuman, dan ditransmisikan ke sistem limbik otak melalui saraf penci-
uman yang merangsang pelepasan neurotransmiter seperti enkephalin dan

88
BAB 7. KONSEP DAN JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
PERSALINAN

endorfin. Neurotransmiter ini menghasilkan perasaan euforia dan


penurunan persepsi nyeri. Aroma memiliki kemampuan untuk membang-
kitkan ingatan karena ingatan disimpan di area otak yang sama dan berhub-
ungan dengan penciuman—sistem limbik.

Cara Penggunaan Aromaterapi

a) Pijat

Pijat adalah salah satu cara paling efektif untuk mengoleskan min-
yak esensial ke tubuh. Pijat dapat meningkatkan laju aliran darah dan
juga meningkatkan suhu kulit, sehingga memfasilitasi penyerapan
minyak esensial. Pijat dengan minyak esensial adalah alat terapi yang
dapat membantu pelepasan ketegangan fisik dan emosional.

Minyak esensial adalah zat yang sangat terkonsentrasi dan harus


diencerkan. Minyak pengencer tersebut harus sesuai seperti minyak
sayur. Konsentrasi yang direkomendasikan yaitu sekitar 2% sampai 3%.
Konsentrasi 2,5% paling umum digunakan. Konsentrasi ini dapat di-
capai dengan menambahkan lima tetes minyak esensial ke 10 ml min-
yak sayur. Dosis yang lebih rendah diperlukan untuk orang tua yang
lemah, anak-anak atau pada kehamilan, misalnya, dua tetes minyak
esensial dalam 10 ml minyak sayur yang diperas dingin.

b) Kompres

Kompres dibuat dengan menambahkan dua hingga tiga tetes min-


yak esensial ke dalam semangkuk air. Suhu air tergantung pada kondisi
yang sedang dirawat. Minyak esensial tidak larut dalam air dan men-
gapung di permukaan. Sebuah kain diletakkan di atas air untuk
mengumpulkan minyak atsiri, diperas, dan kemudian dioleskan ke
area yang dirawat.

Kompres dapat meningkatkan efek minyak esensial, karena mole-


kul minyak tertahan oleh kain dan tercegah dari penguapan, sehingga
memastikan penyerapannya maksimum. Penyerapan lebih ditingkat-
kan dengan menggunakan air hangat karena dapat membuka pori-pori
kulit.

89
BAB 7. KONSEP DAN JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
PERSALINAN

c) Dihirup

Menghirup adalah cara yang efektif untuk meredakan pilek, flu,


hidung tersumbat dan merelaksasikan diri. Cara lain untuk menghirup
minyak esensial dapat dilakukan dengan menambahkan dua tetes min-
yak esensial ke semangkuk air panas kemudian menarik napas perla-
han selama 10 menit. Selama proses tersebut, molekul minyak esensial
melewati trakea ke dalam bronkus dan bronkiolus dan dapat mem-
bantu pengeluaran lendir.

4. Birthing Ball

Metode birthing ball merupakan metode non-farmakologi yang


menggunakan alat bantu bola atau gym ball untuk memposisikan ibu duduk
diatasnya. Posisi diatas gym ball memungkinkan ibu memiliki posisi tegak
dan memutar panggulnya membentuk pola lingkaran atau pola angka
delapan yang efektif untuk mengurangi nyeri punggung. Metode ini juga
dapat membantu menyelaraskan posisi aksis panjang janin dengan aksis
panjang ibu. (Deutsch, 2018)

5. Teknik Kompres Hangat

Teknik ini memanfaatkan mekanisme panas yang dapat menurunkan


hormon endorphin, menutup serat saraf sehingga impuls nyeri yang dialir-
kan ke medula spinalis dan oblongata juga ikut terhambat, dan dapat
meningkatkan aliran darah dalam tubuh ibu. Sehingga membuat sirkulasi
oksigenasi menjadi lancar sehingga dapat mencegah kaku otot, spasme dan
menurunkan intensitas nyeri.

6. Yoga

Yoga diartikan sebagai penyatuan semangat individu dan alam. Patan-


jali menggambarkan yoga terdiri dari delapan anggota tubuh yang saling
berhubungan satu sama lain. Jika dipraktikan secara bersamaan, gerakan-
gerakan tersebut akan menghasilkan manfaat untuk kesehatan, kesadaran,
etika, dan spritual. Delapan nama anggota tubuh dalam bahasa sansekerta
adalah sebagai berikut (Lindquist et al., 2014).

90
BAB 7. KONSEP DAN JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
PERSALINAN

a) Perilaku etis (Yama) : tidak menyakiti, jujur, tidak mencuri, seksual-


itas yang bertanggung jawab, dan tidak memiliki keinginan.

b) Perilaku pribadi (Niyama) : kemurnian, komitmen, kepuasan,


harga diri, berserah, pikiran yang murni, termasuk dalam niyama
ini adalah makanan, minuman, udara dan lingkungan.

c) Postur (Asana) : kegiatan fisik seperti peregangan, mengkondisikan


tubuh dan pemijatan.

d) Pengaturan nafas (Pranamayana) : pengaturan nafas untuk mem-


buang racun-racun dalam tubuh.

e) Penghambatan sensorik (Pratyahara): penarikan indera sementara


dari lingkungan luar ke dalam diri, misalnya dengan menutup
mata dan melihat ke dalam.

f) Konsentrasi (Dharana): mengunci perhatian pada suatu objek atau


bidang, seperti nafas, mantra, atau gambar.

g) Meditasi (Dhyana): perhatian yang terus meningkat, mengarah ke


kedamaian dan kesadaran yang mendalam.

h) Integrasi (samadhi): keadaan transenden dari kesatuan, kebijaksa-


naan.

7. Akupresure

Definisi akupresure tidak jauh berbeda dengan akupunktur, yaitu pada


intinya memberikan tekanan pada bagian atau daerah yang mengalami sa-
kit. Cara kerjanya yaitu dengan cara meningkatkan aliran darah sehingga
membantu merangsang kontraksi dan mempercepat proses persalinan,
selain itu akupresure dapat meningkatkan ketenangan pada ibu bersalin ka-
rena efeknya yang dapat melepaskan hormon endorfin (Pratiwi dkk, 2021).
Ada beberapa titik tekan pada akupresure untuk mengurangi nyeri persali-
nan diantaranya yaitu :

a) Titik Sp6 (Spleen 6) : titik ini terletak di atas pergelangan kaki ba-
gian dalam dibelakang tulang kering, kemudian lakukan pemijatan
selama 60-90 menit untuk membantu merangsang kontraksi.

91
BAB 7. KONSEP DAN JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
PERSALINAN

b) Titik BL60 (Bladder 60) : titik ini terletak di antara pergelangan kaki
dan tendon achilles. Caranya yaitu dengan melakukan pijat lembut
di titik ini selama beberapa menit dengan gerakan melingkar sam-
pai kontraksi muncul.

c) Titik PC8 (Pericardium 8) : titik ini terletak di pusat telapak tangan,


gunakan jempol tangan untuk memberikan pijatan yang lembut di
area PC8 ini.

d) Titik BL67 (Bladder 67) : titik ini terletak pada bagian kaki yaitu di
luar ujung jari kelingking dekat tepi kuku kaki. Caranya tekan
dengan menggunakan ibu jari telunjuk seperti mencubit jari kaki.

e) Titik LI4 (Large Intestine 4) : titik ini terletak di sudut anyaman jem-
pol dan jari telunjuk. Caranya yaitu dengan memijat dengan
gerakan melingkar selama satu menit.

f) Titik BL32 (Bladder 32) : titik ini terletak di punggung bawah antara
lesung pantat. Caranya yaitu berikan pijatan pada titik BL32
dengan arah ke bawah menuju bokong dan dilakukan selama be-
berapa menit.

8. Hipnobirthing

Hipnobirthing adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan kepada


seseorang, dengan mempengaruhi kesadaran seseorang sehingga orang ter-
sebut dapat menerima sugesti pada proses persalinan (Majid, 2021). Metode
ini banyak digunakan untuk membantu mengurangi nyeri persalinan.
Tujuan utama dari metode ini adalah mengajarkan ibu bersalin untuk
menyatu dengan ritme gerak tubuhnya sedingga tubuh menjalankan
fungsinya saat nyeri terjadi yang pada akhirnya dapat mengurangi rasa
nyeri persalinan. Cara kerja metode ini yaitu :

a) Hipnobirthing dilakukan dengan melibatkan suami atau keluarga.

b) Ibu dibuat rileks dengan mengajarkan teknik pernapasan spesifik.

c) Penolong persalinan yang telah terlatih dengan metode ini mem-


bawa ibu agar fokus pada tubuh dan bayinya.

92
BAB 7. KONSEP DAN JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
PERSALINAN

d) Penolong persalinan memberikan sugesti-sugesti positif pada ibu


mengenai proses persalinan.

e) Hipnobirthing juga bisa dikombinasikan dengan teknik pengu-


rangan rasa nyeri yang lainnya.

f) Fokus pada tujuan hipnobirthing yaitu membantu ibu fokus dan


meningkatkan pengalaman akan persalinannya.

93
BAB 7. KONSEP DAN JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
PERSALINAN

Daftar Pustaka

Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., Jensen, M. D., & Perry, S. E. (2017). Buku
Ajar Keperawatan Maternitas (Maternity Nursing) Edisi 4. Jakarta: EGC.

Cunningham, F., Lenevo, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., &
Spong, C. Y. (2019). Obstetri Williams Edisi 23. Jakarta: EGC.

Deutsch, J. E., & Anderson, E. Z. (2018). Complementary Therapies for Physical


. United States: Saunders Elsevier.

Lindquist, R., Snyder, M., & Tracy, M. F. (2014). Complementary & Alternative
Therapies in Nursing. New York: Springer Publishing Company.

Majid, I. (2021). Pemahaman Dasar Hypnosis. Jepara: Indra Majid.

Pratiwi, D., Hadi, S. P., Okinarum, G. Y., & Sari, N. (2021). Asuhan Kebidanan
Komplementer dalam Mengatasi Nyeri Persalinan. Surabaya: Pustaka
Aksara.

Tiran, D. (2018). Complementary Therapies in Maternity Care. London: Singing


Dragon.

94
BAB 7. KONSEP DAN JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
PERSALINAN

Tentang Penulis

Lia Kamila, S.S.T., Bd., M.Keb.

email : liakamila321@gmail.com

Lia Kamila, S.S.T., Bd., M.Keb., lahir di Bandung, 18 November 1986.


Mengawali karir sebagai dosen di Institut Kesehatan Rajawali sejak tahun
2009 sampai sekarang. Saat ini tercatat sebagai dosen tetap Fakultas Ke-
bidanan Institut Kesehatan Rajawali dan sebagai penanggung jawab pro-
gram studi Sarjana Kebidanan dan Profesi Bidan. Pendidikan terakhir di
program studi magister kebidanan UNPAD, lulus tahun 2013. Selain se-
bagai dosen, penulis juga merupakan seorang praktisi sejak tahun 2011.
Pengalaman menulis buku sebelumnya yaitu pernah menerbitkan buku
ajar pada tahun 2017 dengan judul “Asuhan Kebidanan Kegawat-
daruratan Maternal dan Neonatal” dan “Antologi Pengabdian Masyara-
kat” tahun 2022.

95
96
BAB 8. SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DA-
LAM ASUHAN PERSALINAN

8.1 Pendahuluan
Kemampuan dan tugas paling mulia yang dimiliki setiap wanita ada-
lah kemampuan hamil dan melahirkan. Berdasarkan filosofi kebidanan,
persalinan merupakan proses unik yang dan alamiah bagi setiap wanita
(Julianti, 2022). Kejadian persalinan adalah moment yang sangat berkesan
bagi ibu dan keluarganya, sehingga dukungan mental spiritual dari ang-
gota keluarga sangat diharapkan. Obat-obat farmakologis analgesik dan
obat-obat golongan sedatif bila dikonsumsi ibu bersalin dapat mengakibat-
kan gangguan pernafasan pada bayi baru lahir. Tenaga kesehatan
menyarankan cara mengurangi nyeri persalinan dengan teknik non farma-
kologi (Pratiwi, 2019).

Pelayanan kebidanan saat ini berkembang kearah back to nature


yakni menerapkan terapi komplementer dalam asuhan kebidanan. Terapi
komplementer atau non medis diakui sebagai upaya kesehatan yang ber-
tujuan untuk membantu mengurangi keluhan yang dialami oleh klien dan
membantu proses penyembuhan. Istilah komplementer dimaknai
penggunaannya bersama dengan pengobatan lain, tetapi bukan sebagai
pengobatan biomedis atau pengganti obat.

Terapi komplementer dimungkinkan untuk digunakan sebagai ter-


api tambahan secara independen dari terapi biomedis. Asuhan komple-
menter dapat digunakan sebagai alat promosi kesehatan, seperti ketika tin-
dakan pijat dilakukan secara konsisten dapat mengurangi stress. Pen-
gobatan komplementer dan alternatif atau sering dikenal dengan Comple-
mentary and Alternative Medicine (CAM) yang saat ini dikenal oleh masyara-
kat. Menurut The National Center for Complementary and Alternative
Medicine (NCCAM), pengobatan komplementer dan alternative (CAM)
adalah jenis pengobatan integrative yang digunakan untuk meng-
gabungkan perawatan medis tradisional dengan pengobatan komple-
menter dan alternative (Pearson and Chesney, 2007). Tindakan yang masuk
dalam kategori komplementer dan alternative yakni beberapa teknik

97
BAB 8. SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN PERSALINAN

relaksasi, dengan massage, akupresur, pernafasan dalam, hypnosis, birth-


ing ball, kompres hangat, aromatherapy dan lainnya.

Pada kesempatan ini, materi asuhan komplementer dalam asuhan


persalinan guna mengurangi nyeri akan disampaikan tiga topik yaitu
metode massage endorphin, birthing ball dan gentle birth. Mari dipelajari dan
dipraktekkan.

8.2 Massage endorphin


Salah satu metode yang efektif mampu merangsang pelepasan en-
dorphin adalah terapi pijat. Pijatan akan mengirimkan sinyal ke otak untuk
melepaskan endorphin, yaitu sejenis Pereda nyeri yang dapat men-
imbulkan kenikmatan dan kesehatan. Hal ini terkait dengan temuan
penelitian oleh Sari, dkk (2000) klien ibu bersalin di klinik endorphine mas-
sage mengalami penurunan skala nyerinya.
Terapi pemijatan ada dua cara yaitu counter pressure dan effleurage.
Effleurage merupakan cara pemijatan tangan secara usapan lembut atau
belaian lambat, dan panjang berkesinambungan, sehingga menimbulkan
efek relaksasi. Ibu bersalin, dilakukan effluerage dengan pemijatan
menggunakan ujung jari yang ditekan lembut dan ringan pada punggung
ibu bersalin di servikal lumbal ke 7 ke sisi luar, menuju tulang rusuk selama
30 menit dengan frekuensi 40 kali gosokan permenit, selama tindakan ujung
jari tetap diatas permukaan kulit klien (Astuti, 2017; Aryani, 2015).
Masase atau pemijatan di area punggung ibu dapat merangsang
melepaskan endorphin yakni menekan pada titik tertentu di sepanjang me-
ridian medulla spinalis yang dikirimkan melalui serabut saraf besar ke for-
matio retikularis, talamus dan sistem limbic tubuh. Endorfin adalah neuro-
modulator atau neurotransmitter yang menghambat pengiriman rangsangan
nyeri, menempel kebagian reseptor opiat pada saraf dan sumsum tulang
belakang akhirnya memblokir pesan nyeri ke pusat yang lebih tinggi se-
hingga menurunkan rasa nyeri (Cunningham, 2013; Aryani, 2015).
Menurut Aryani (2015) pemijatan dapat mengendalikan informasi
nyeri yang bergantung pada keseimbangan aktivitas di saraf berdiameter
besar dan kecil di sepanjang spinal columna. Counter Pressure adalah
teknik pijatan dengan memberikan tekanan kuat pada daerah lumbal, dapat
dengan cara meletakkan bola tenis atau siku tangan atau bagian datar dari

98
BAB 8. SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN PERSALINAN

tangan. Dengan memberikan tekanan dalam gerakan lurus atau lingkaran


kecil dapat mengurang nyeri punggung selama proses persalinan.

Gambar 8.1. Range Asesmen Nyeri

Keterangan: Semakin kecil nilai, maka semakin rendah intensitas nyerinya:


1. Nilai 0 = tidak merasa nyeri
2. Range 1-3 = nyeri ringan Secara objektif klien masih mampu berkomu-
nikasi dengan lancar, intervensi manual dirasakan sangat menolong.
3. Range 4-6 = Nyeri sedang, klien mendesis, menyeringai, dapat menun-
jukkan dan menjelaskan lokasi nyeri dengan tepat, klien masih
kooperatif dan responsif terhadap intervensi manual.
4. Range 7-9 = nyeri berat, koordinasi klien mulai berkurang, masih re-
sponsif terhadap tindakan manual, mampu menunjukkan lokasi nyeri
tapi tidak dapat mendeskripsikan. Nyeri tidak dapat diatasi dengan
berganti posisi, melakukan napas panjang, atau destruksi dll.
5. Nilai 10 = nyeri sangat berat. Klien tidak kooperatif, dan tidak mampu
diajak berkoordinasi: histeris, selalu mengejan tanpa dapat
dikendalikan, menarik-narik apa saja yang tergapai, dan panik tidak
terkontrol (Judha dkk., 2012).

PANDUAN PENUNTUN BELAJAR


Massage endorphin

Pengertian:
Masase endorphin pada punggung ibu bersalin adalah relaksasi secara pi-
jatan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri persalinan pada ibu saat mu-
lai merasakan kontraksi dengan menggunakan sentuhan tangan pada
punggung klien secara perlahan dan lembut. Menurut Lany Kuswandi
(2014) Endorphine massage usapan lembut yang merangsang keluarnya
hormon endorphin sangat bermanfaat memberikan rasa nyaman, rileks dan
ketenangan sehingga nyeri bersalin dapat berkurang.

99
BAB 8. SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN PERSALINAN

Tujuan :
1. Melancarkan peredaran darah
2. Menurunkan rangsangan nyeri pada punggung
3. Menurunkan ketegangan otot

Indikasi : Ibu bersalin dengan gangguan rasa nyeri punggung


Kontraindikasi, hindari pemijatan pada area yang mengalami:
1. Nyeri
2. Luka
3. Gangguan atau penyakit kulit
4. Tumor, ekimosis atau lebam, lebab, inflamasi, tromboflebitis
5. Hati-hati pada daerah yang mengalami gangguan sensasi seperti
penurunan sensasi maupun hiperanestesia

Penatalaksanaan:
A Persiapan Klien 0 1 2 3 4
1. Lakukan senyum, sapa dan salam, perkenalkan diri
2. Lakukan identifikasi klien dengan memeriksa identi-
tas
3. Jelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan, beri-
kan respon positif pada semua pertanyaan klien.
4. Siapkan alat
5. Atur ventilasi dan sirkulasi udara yang baik
6. Atur posisi klien sehingga merasa aman nyaman
B Persiapan
Handuk mandi besar , satu buah handuk kecil, bantal
dan guling kecil serta selimut
C Pelaksanaan
1. Informasikan pada klien bahwa tindakan akan
segera dimulai
2. Ukur TTV, HIS, DJJ
3. Anjurkan pasien untuk mengambil posisi senyaman
mungkin, bisa dilakukan dengan duduk, atau ber-
baring miring.
4. Anjurkan klien melakukan relaksasi dengan teknik;
pejamkan mata, tarik nafas hembuskan beberapa
kali

100
BAB 8. SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN PERSALINAN

5. Lakukan belaian lembut dengan jari-jemari atau


ujung-ujung jari pada tangan sampai lengan bawah.
6. Lakukan sekitar 5 menit selanjutnya berganti lengan
yang lain.
7. Lakukan belaian selanjutnya pada telapak tangan,
leher, bahu, dan paha.
8. Anjurkan klien berbaring di bantal yang besar sen-
yaman mungkin atau posisi duduk.

9. Dimulai dari leher, dipijat ringan membentuk huruf


V ke arah luar menuju sisi tulang rusuk pasien. Pi-
jatan-pijatan ini terus turun ke bawah dan ke
belakang. Anjurkan pasien untuk rileks dan merasa-
kan sensasinya.

10. Rapikan klien


11. Informasikan tindakan telah selesai
12. Rapikan peralatan yang telah digunakan
13. Cuci tangan
D Evaluasi
1. Evaluasi penurunan skala nyeri
2. Beri reinforcement positif pada ibu hamil
3. Ucapkan terimakasih
E Dokumentasi
1. Tanggal atau jam dilakukan tindakan
2. Nama tindakan
3. Respon klien selama tindakan
4. Nama dan paraf bidan
5. Catat kondisi kenyamanan/rasa klien selama
prosedur tindakan.

8.3 Birth ball


Birth ball adalah bola terapi fisik yang dapat membantu ibu bersalin
kala I. Sebuah bola terapi fisik yang dapat digunakan dalam berbagai posisi.

101
BAB 8. SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN PERSALINAN

Ayu Ramdhani, (2022) menyatakan bahwa birth ball adalah alat bantu yang
berguna bagi ibu bersalin.

Penggunaan birth ball sebagai pereda nyeri persalinan dengan sistem


kognitif-evaluatif dilakukan dengan memberi ibu rasa memiliki kemam-
puan untuk mengendalikan nyeri dan menurunkan pikiran serta penilaian
negatif terhadap nyeri melalui teknik distraksi atau pengalihan perhatian
dan pergerakan fisik yang dapat mempengaruhi nyeri Meningkatnya per-
hatian akan meningkatnya nyeri, begitu pula sebaliknya. Adanya penga-
lihan perhatian atau distraksi dapat mengurangi respon nyeri. Ketika ibu
bersalin menerapkan penggunaan birth ball, perhatiannya terhadap nyeri
akan teralihkan oleh aktivitas fisik yang membuatnya merasa nyaman dan
rileks serta dapat membangun kepercayaan diri. Ibu bersalin mampu
melakukan koping terhadap nyeri yang ia rasakan. Dengan begitu, maka
nyeri yang dirasakan ibu dapat berkurang.

PANDUAN PENUNTUN BELAJAR


Birth ball

Pengertian:
Bola terapi fisik atau Birth ball dapat digunakan untuk membantu kemajuan
persalinan ibu kala 1. Teknik birthing ball adalah salah satu cara komple-
menter yang dapat diaplikasikan untuk menjaga ketenangan dan relaksasi
pada ibu hamil menghadapi nyeri persalinan.
Indikasi :
a. Ibu bersalin kala I
b. Kala I lama/tidak maju
c. Penurunan kepala bayi yang lama
Kontra indikasi:
a. Janin: malpresentasi, tumbuh lambat, ancaman partus premature
b. Ibu hamil: hipertensi, perdarahan antepartum, penurunan kesadaran,
serviks inkompeten
A Persiapan Klien 0 1 2 3 4
1. Lakukan senyum, sapa dan salam, perkenalkan
diri

102
BAB 8. SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN PERSALINAN

2. Lakukan identifikasi klien dengan memeriksa


identitas
3. Jelaskan tentang prosedur birth ball, berikan kes-
empatan tanya jawab pada klien
4. Siapkan alat
5. Atur ventilasi dan sirkulasi udara yang baik
6. Atur posisi klien sehingga merasa aman nyaman
B. Persiapan
7. Gym ball. Ukuran bola disesuaikan dengan
tinggi badan ibu hamil. Ibu hamil dengan tinggi
badan 150 cm dianjurkan menggunakan bola di-
ameter 70 cm
8. Matras, Kursi, Bantal
9. Pengalas yang lembut
10. Lingkungan yang nyaman dan kondusif dengan
penerangan yang cukup
11. Pastikan lantai yang digunakan untuk terapi
birth ball tidak licin.
12. Ruangan privasi
C Pelaksanaan
13. Informasikan klien bahwa tindakan akan segera
dimulai
14. Ukur TTV
15. Posisikan pasien duduk diatas bola

16. Duduklah diatas bola dengan hati-hati, seperti


duduk diatas kursi dengan kaki sedikit membuka
agar keseimbangan badan diatas bola terjaga.
17. Dengan tangan dipinggang atau di lutut, gerakkan
pinggul samping kanan dan ke samping kiri
mengikuti gerakan bola. Lakukan secara berulang
minimal 2x8 hitungan
18. Tetap dengan tangan dipinggang, lakukan gerakan
pinggul kedepan dan kebelakang mengikuti aliran
bola. Lakukan secara berulang 2x8 hitungan

103
BAB 8. SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN PERSALINAN

19. Dengan tetap duduk diatas bola, lakukan gerakan


memutar pinggul searah jarum jam dan sebaliknya
seperti membentuk lingkaran
20. Kemudian lakukan gerakan pinggul seperti spiral
maju dan mundur
21. Rapikan klien ke posisi semula
22. Informasikan bahwa tindakan telah selesai
23. Rapikan peralatan yang telah digunakan
24. Cuci tangan
Berdiri bersandar diatas bola

25. Informasikan klien bahwa tindakan akan segera


dimulai
26. Letakkan bola diatas kursi
27. Berdiri dengan kaki sedikit dibuka dan bersandar
kedepan pada bola seperti merangkul bola
28. Lakukan gerakan ini selama 5 menit
29. Informasikan bahwa tindakan telah selesai
a. Rapikan peralatan yang telah digunakan
b. Cuci tangan
Jongkok bersandar pada bola

30. Informasikan klien bahwa tindakan akan segera


dimulai
31. Letakkan bola pada dinding tembok atau papan
sandaran
32. Ibu duduk dilantai dengan posisi jongkok bersan-
dar pada bola
33. Siapkan latihan tarikan nafas pada posisi ini
34. Lakukan selama 5-10 menit
Berlutut dan bersandar di atas bola

104
BAB 8. SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN PERSALINAN

35. Letakkan bola dilantai


36. Dengan menggunakan bantal/pengalas yang
empuk lakukan posisi berlutut
37. Kemudian posisikan badan bersandar ke depan di-
atas bola seperti memeluk bola
38. Dengan tetap pada posisi merangkul bola, gerak-
kan badan ke samping kanan dan kiri mengikuti
aliran menggelinding bola
39. Dengan tetap memeluk bola, anjurkan pendamp-
ing untuk memijat atau melakukan tekanan halus
pada punggung bawah. Lakukan gerakan ini
selama 5 menit
D Evaluasi
40. Evaluasi penurunan skala nyeri
41. Beri reinforcement positif pada ibu hamil
42. Sampaikan salam, ucapan terimakasih
E Dokumentasi
43. Tanggal atau jam dilakukan tindakan
44. Nama tindakan
45. Respon klien selama tindakan
46. Nama dan paraf perawat
47. Kenyamanan dan kekuatan kondisi fisik klien dan
DJJ serta gerakan janin harus selalu dikaji untuk
mengetahui keadaan klien selama prosedur
48. Istirahatkan klien terlebih dahulu setelah dil-
akukan birth ball/gym ball selama kurang lebih 1-2
menit
49. Perhatikan kontra indikasi tindakan

8.4 Gentle Birth


Persalinan merupakan proses alamiah yakni 80% terjadi pada ibu
bersalin. Gentle birth merupakan konsep persalinan yang lembut, tenang,
alami ramah jiwa dan minim intervensi yang bertujuan untuk mempersiap-

105
BAB 8. SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN PERSALINAN

kan ibu hamil agar tenang dan rileks saat menjalani proses persalinan. Da-
lam konsep gentle birth merupakan gabungan dari beberapa praktik yaitu;
senam hamil, olah pernafasan, self hypnosis yang dilakukan secara rutin se-
jak kehamilan. Persalinan secara gentle birth adalah persalinan normal per-
vaginam yang dilakukan diatas tempat tidur, di dalam bak mandi hangat
(water birth) dan posisi persalinan sesuai keinginan ibu.

Secara umum persiapan menuju gentle birth meliputi persiapan fisik


gerakan-gerakan senam hamil, yoga hamil dan persiapan mental lewat
pelatihan self hypnosis, hypnobirthing, relaksasi yoga atau meditasi yoga.
Jenis persalinan gentle birth meliputi: water birth, hypno birth, silence birth, dan
lotus birth (Aprilia, 2014).

A Persiapan Klien 0 1 2 3 4
1. Lakukan senyum, sapa dan salam, perkenalkan diri
2. Lakukan identifikasi klien dengan memeriksa iden-
titas
3. Jelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan,
berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
dan jawab seluruh pertanyaan klien
4. Siapkan alat
5. Atur ventilasi dan sirkulasi udara yang baik
6. Atur posisi klien sehingga merasa aman nyaman
B. Pelaksanaan
Pemeriksaan kehamilan, konsultasi, USG dan Child-
birth Preparation Class Overview
1. Awal persalinan anjurkan ibu melakukan aktivitas
tubuh semampu mungkin, Jangan terlalu banyak
berbaring.
2. Ganti posisi tubuh setiap 30 menit-2 jam sekali.
3. Gunakan property yang ada: selimut, bantal, birth-
ing ball, beanbag chair untuk bersandar atau
menopang posisi yang nyaman: berdiri, berjalan,
berlutut, menungging, tidur miring
Parenting class, Yoga/senam ibu hamil, SPA, pijat ibu
hamil, hydrotherapy.

106
BAB 8. SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN PERSALINAN

1. Jujur pada diri sendiri tentang ketakutan, harapan,


impian terhadap kehamilan dan persalinan nant-
inya
2. Menerima bahwa kehamilan dan persalinan meru-
pakan siklus kehidupan normal
3. Banyak literasi untuk membangun knowledge is
power.
4. Memahami proses kehamilan dan persalinan guna
mewujudkan minimal intervensi atau trauma.
5. Menentukan pendamping kehamilan dan persali-
nan dari keluarga dan tenaga kesehatan
6. Menjalani proses kehamilan hingga persalinan
dengan bahagia
C Persalinan Gentle birth
1. Cahaya lampu ruangan bersalin redup atau remang-
remang.
2. Melahirkan dan memindahkan bayi baru lahir
dengan lembut
3. Suasana kamar bersalin yang hening
4. Ibu bebas bergerak atau memilih posisi yang di-
inginkan dan nyaman.
5. Menunda pemotongan tali pusat
6. Bayi lahir langsung dilakukan bounding attachment
7. Lakukan IMD jika bayi sehat.
8. Jika persalinan dengan waterbirth, sediakan air
hangat sesuai suhu rahim.

107
BAB 8. SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN PERSALINAN

Daftar Pustaka

Aldam, S. F. S., Keliat, B. A., Wardani, I. Y., Sulistiowati, N. M. D., &


Florensa, M. V. A. (2019). Risk factors of mental health in adolescents: emo-
tional, behavioral, family, and peer relationship problems. Comprehensive
Child and Adolescent Nursing, 42 (sup1), 284-290.

Aprilia, Y.R.B., (2014). Gentle Birth : Melahirkan Nyaman Tanpa Rasa Sakit.
Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Astuti, D. (2017). Teknik Massage Punggung Untuk Mengurangi Nyeri Per-


salinan Kala I. Jurnal ilmu keperawatan dan kebidanan, 8(2), 100-106.

Aryani, Y., Masrul, M., & Evareny, L. (2015). Pengaruh masase pada
punggung terhadap intensitas nyeri kala I fase laten persalinan normal
melalui peningkatan kadar endorfin. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1).

Dwi Ajeng Ayu Ramhadani (2022). Poltekkes Malang. Studi Literatur: Efek-
tivitas Birthing Ball Terhadap Nyeri Persalinan. Malang Journal of Mid-
wifery volume 4 nomor 1

Cunningham, F. Gary, et al. (2013) "Obstetri Williams (Williams Obstetri)."


Jakarta: EGC

Mercer Lindsay, N., Chen, C., Gilam, G., Mackey, S., & Scherrer, G. (2021).
Brain circuits for pain and its treatment. Science translational medi-
cine, 13(619), eabj7360.

Nikmah, A. N., Prasetiyanti, D. K., Winarti, E., & Meireza, K. (2022). Effect
Endorphin Massage on Anxiety Labor Levels of First Stage. Journal Of
Nursing Practice, 5(2), 261-265.

Pastuty, R. (2010). Buku Saku Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin. Jakarta: EGC.

Pratiwi, L., & Hustinawati, T. (2020). Analisis Pengaruh Umur, Paritas, dan
Motivasi Suami terhadap Nyeri Persalinan di Cirebon Tahun
2019. Jurnal Delima Harapan, 7(2), 134-143.

Saifuddin, (2016) Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Pujiastuti, S. (2014). Yoga untuk kehamilan: Sehat, Bahagia, dan Penuh


Makna Mizan Media Utama, Bandung

108
BAB 8. SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN PERSALINAN

Tanjung, W. W., & Antoni, A. (2019). Efektivitas Endorphin Massage Ter-


hadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I pada Ibu Bersalin. Jurnal
Kesehatan Ilmiah Indonesia (Indonesian Health Scientific Journal), 4(2), 48-
53.

Tetti, S. (2018). Terapi Non Farmakologi Nyeri Pada persalinan:Systematic


Review. 3. http://journal.um-surabaya.ac.id/index. php/JKM/arti-
cle/view/1568

Treasa, A. D. (2022). Aspek Legal Terapi Komplementer. Asuhan Kebidanan


Komplementer.

Julianti, R. (2022). Pelayanan Kebidanan Di Masa Lalu, Sekarang Dan


Mendatang. Ilmu kebidanan (konsep, teori dan isu), 19.

Pearson, N. J., & Chesney, M. A. (2007). The national center for complemen-
tary and alternative medicine. Academic Medicine, 82(10), 967.

Sari, N., Fatmasari, D., & Pujiyanto, T. I. (2020, July). Practices of counter
pressure and birth ball exercise combination to increase β-endorphin
hormone levels in labor pain. In 1st International Conference on Science,
Health, Economics, Education and Technology (ICoSHEET 2019) (pp. 314-
317). Atlantis Press.

Judha, M. (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta:


Nuha Medika

Kuswandi, L. (2014). Gentle hypnobirthing a gentle way to give birth. Puspa


Swara

109
BAB 8. SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN PERSALINAN

Tentang Penulis
Christina Pernatun Kismoyo
email : pernatun01@gmail.com

Panggilan akrab saya Christina, sebagai dosen tetap di Sekolah Tinggi


Ilmu Kesehatan Akbidyo. Pengalaman praktek di RSDKT Yogyakarta
pada tahun 2002, dan pengalaman mengelola Klinik Puri Adisty Yogya-
karta dengan tiga cabang. Mulai mengajar di Akademi Kebidanan Yog-
yakarta pada tahun 2005. Pengalaman mengelola institusi pendidikan ke-
bidanan dari tahun 2003 hingga saat ini. Mulai tahun 2022 menjabat
Kaprodi Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan, menyelesaikan pen-
didikan DIV Bidan Pendidik di UGM dan melanjutkan S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Minat KIA Kespro di UGM. Mata kuliah yang di-
ampu asuhan kebidanan pada ibu bersalin, asuhan komplementer dan
mata kuliah kebidanan lainnya. Saat ini sedang menyelesaikan pendidi-
kan doktor Penelitian dan Evaluasi Pendidikan di Universitas Negeri
Yogyakarta.

110
BAB 9. ASUHAN KOMPLEMENTER PADA MASA NI-
FAS

9.1 Pendahuluan
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali organ repro-
duksi ke keadaan sebelum kehamilan, Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu
(Wulandari, 2011). Selama masa itu, berbagai perubahan terjadi mulai dari
perubahan secara fisik, fungsi organ reproduksi, dan psikologis. Perubahan
ini seringkali menimbulkan ketidaknyamanan yang dapat mengganggu
kegiatan sehari-hari bahkan menimbulkan keluhan mulai dari masalah me-
nyusui, seperti merasa ASI sedikit, payudara bengkak, puting lecet dan ma-
salah kelelahan akibat kurang tidur, hingga kecemasan (Huang K, 2012).
Keluhan-keluhan ini tidak dapat ditangani hanya dengan pelayanan kon-
vensional biasa, tetapi perlu kombinasi antara pelayanan konvensional dan
komplementer (Harding, 2009).

Pada saat ini pelayanan asuhan kebidanan mengkombinasikan an-


tara pelayanan konvensional dan komplementer, yang dimana keduanya
merupakan bagian yang erat dari praktik kebidanan (Harding, 2009). Pada
masa nifas, pelayanan komplementer digunakan untuk mengurangi nyeri,
mencegah perdarahan post partum dengan cara membantu involusi uterus,
meningkatkan produksi ASI. Bahkan berbagai penelitian menuliskan
bahwa penggunakan pelayanan komplementer pada masa nifas juga dapat
membantu menurunkan berat badan, mencegah konstipasi, mengurangi
gejala insomnia dan mengencangkan otot abdomen (Ayuningtyas, 2019).

9.2 Ragam Terapi Komplementer Pada Masa Nifas


Selama masa nifas terdapat beberapa terapi komplementer seperti
pemijatan, aromaterapi, dan herbal.

9.2.1 Pemijatan selama masa nifas (Mariah Snyder, 2010).


Pemijatan setelah melahirkan efektif membantu pemulihan setelah
bersalin. Jika ibu bersalin secara operasi caesar, pemijatan dapat dilakukan
saat luka bekas operasi sembuh. Pemijatan dimulai dari telapak kaki, paha,
bagian pantat, punggung, hingga panggul.

111
BAB 9. ASUHAN KOMPLEMENTER PADA MASA NIFAS

Tambahan minyak pijat dapat memberikan perasaan rileks. Manfaat pijat


pada masa nifas diantaranya;

a. Proses persalinan dapat meregangkan tubuh ibu, terutama bagian


perut, punggung, dan panggul. Pemijatan lembut, selain mereda-
kan beberapa titik nyeri dan melepaskan tegangan pada otot, juga
dapat meningkatkan aliran darah dan oksigen ke dalam otot. Selain
itu dapat meredakan nyeri atau pegal-pegal pada tubuh.

b. Gerakan meremas, mengusap, dan tekanan saat pijat dapat mem-


bantu pengencangan bagian perut dan membantu pemulihan
tubuh.

c. Membantu pelepasan hormon endorfin di otak yang merupakan


pereda nyeri alami.

d. Membantu melepaskan hormon oksitosin yang merangsang penge-


luaran ASI dan memudahkan proses menyusui. Pijatan pada
payudara akan membantu membuka saluran kelenjar susu yang
tersumbat, sehingga mengurangi resiko radang kelenjar pada
payudara (mastitis).

Salah satu terapi pijat yang terkenal di kalangan ibu nifas adalah pijat
oxytocin. Pemijatan ini dilakukan pada ibu menyusui yang berupa ‘back
massage’ dengan tujuan untuk meningkatkan pengeluaran hormon oksi-
tosin oleh kelenjar hipofisis posterior (neurohipofisis). Oksitosin masuk
pada sistem peredaran darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus
(sel-sel mioepitel) yang mengelilingi alveolus mammae dan duktus lak-
tiferus. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar ke
mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini disebut dengan ‘let down refleks’ atau
pelepasan. Pada waktu yang bersamaan merangsang kelenjar adeno-
hipofisis sehingga prolactin masuk pada sistem peredaran darah dan me-
nyebabkan sel-sel asinus dalam alveolus memproduksi ASI (prolaktin re-
flek) (Jamilah, 2015).

Frekuensi dilakukan pijat oksitosin akan mempengaruhi produksi


kadar hormone prolactin ibu dan ASI. Pijat oksitosin lebih efektif dilakukan
sehari 2 kali pada pagi dan sore. Pijat oksitosin akan lebih efektif apabila

112
BAB 9. ASUHAN KOMPLEMENTER PADA MASA NIFAS

dipadukan dengan perawatan payudara (breast care) pada ibu nifas


dibandingkan apabila hanya dilakukan pijat oksitosin saja. Breast Care ada-
lah pemeliharaan payudara yang dilakukan untuk memperlancar ASI dan
menghindari kesulitan pada saat menyusui dengan melakukan pemijatan.

9.2.2 Aromaterapi Selama Masa Nifas (Widaryanti, 2019)


Aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan
menggunakan bau bauan dari tanaman yang memiliki aroma harum, gurih
dan enak yang disebut dengan minyak atsiri. Minyak atsiri atau minyak
esensial dapat diserap kedalam tubuh melalui kulit atau sistem penciuman.
Aromaterapi yang dioleskan di kulit akan diserap melalui sistem integu-
men masuk ke dalam sistem peredaran darah dan pada waktu yang bersa-
maan reseptor bau pada hidung melalui neurotransmitter merangsang ba-
gian otak yaitu amigdala dan hipokampus yang berfungsi sebagai pengatur
emosi dan kenangan sehingga dapat mempengaruhi kesehatan fisi, menga-
tur emosional dan mental.

Penggunaan aromaterapi masa nifas bertujuan untuk mengurangi kele-


lahan fisik dan mencegah terjadinya depresi post partum. Ibu dapat mem-
ilih salah satu jenis minyak aromaterapi yang disukai, atau meminta saran
dari bidan untuk memilihkan yang paling tepat untuk kebutuhannya.
Penggunaan aromaterapi pada masa nifas digunakan bersamaan pada
waktu pijat / massage dan digunakan pada saat mandi. Jenis minyak aro-
materapi yang disarankan untuk ibu nifas adalah dengan menggunakan
lavender dan lemon yang dapat berfungsi untuk memberikan relaksasi dan
rasa nyaman serta meningkatkan fungsi saluran pencernaan ibu pada masa
nifas.

9.2.3 Hypno Breastfeeding (Birdee Gurjeet S, 2014; Armini, 2016)


Proses menyusui tidak hanya dibutuhkan kesiapan fisik (body) na-
mun juga adanya dukungan pikiran (mind) dan jiwa (soul) ibu yang positif
dalam menjalani masa nifas dan peran ibu untuk menyusui bayinya. Kon-
disi psikologis ibu juga memiliki peran penting dalam proses menyusui.
Kondisi psikologis ibu dapat mempengaruhi kinerja dari hormone prolak-
tin (Armini, 2016). Hypno breastfeeding merupakan upaya alami yang

113
BAB 9. ASUHAN KOMPLEMENTER PADA MASA NIFAS

dapat diusahakan oleh ibu pada masa menyusui dengan menggunakan en-
ergi alam bawah sadar agar proses menyusui menjadi nyaman dan lancar.
Hypno breastfeeding dapat meningkatkan produksi ASI dengan cara mem-
bangun niat positif dan motivasi dalam menyusui.

Berikut ini diuraikan cara kerja hypno breastfeeding :

a) Hypno breastfeeding mengurangi kecemasan dan stress pada ibu


menyusui sehingga produksi ASI meningkat

b) Hypno breastfeeding menghilangkan kecemasan dan ketakutan


pada ibu menyusui sehingga ibu dapat fokus kepada hal-hal yang
positif Hypno breastfeeding dapat meningkatkan kepercayaan diri
ibu menyusui, sehingga ibu lebih yakin merasa lebih baik dan siap
dalam menjalani perannya sebagai ibu menyusui Hypno breast-
feeding dilakukan dengan pakar hypno breastfeeding 1-2 kali
setelah itu ibu menyusui dapat melakukannya sendiri di rumah
(Birdee Gurjeet S, 2014).

9.2.4 Herbal Selama Masa Nifas (Plotnikoff, 2010; Ayuningtyas, 2019)


Berbagai herbal yang berasal dari ramuan rempah dan tanaman obat
berkhasiat untuk kesehatan tubuh, termasuk untuk ibu selama masa nifas.
Herbal yang umum direkomendasikan selama masa nifas antara lain
ramuan kunyit asam, beras kencur, jamu daun pepaya, juga ramuan jahe,
dan kayu manis. Rasa dari herbal tidak akan mengganggu ASI, terutama
apabila bahan-bahan pembuatnya segar dan pengolahannya baik.

a) Pemanfaatan herbal untuk luka perineum, seperti aloe vera kayu


manis (Cinnamomum burmanni Nees ex BI.) pada luka perineum.

b) Pemanfaatan daun kelor, daun katuk (Sauropus androgynus (L.)


Merr), biji kelabet, jantung pisang batu (Musa balbisiana Colla), biji
dan akar kapas (Gossypium herbaceum L.), temulawak (Curcumin
xanthiorrhiizaRoxb.) untuk meningkatkan produksi ASI.

c) Pemanfaatan herbal untuk bendungan payudara. Selama 24 hingga


48 jam payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan ber-
benjol- benjol yang disebut bendungan air susu atau caked breast,

114
BAB 9. ASUHAN KOMPLEMENTER PADA MASA NIFAS

menyebabkan rasa nyeri yang hebat dan bisa disertai dengan ke-
naikan suhu. Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan
pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe. Daun
Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.), digunakan untuk pe-
nanganan dan pencegahan pembengkakan payudara yang dijadi-
kan sebagai kompres dingin. Daun kubis dapat mengurangi pem-
bengkakan payudara tanpa efek samping dan dapat meningkatkan
durasi pemberian ASI.

d) Tanaman herbal untuk melancarkan darah pada masa nifas. Seperti


Temu Hitam/Temu Ireng, Temu Putih (Curcuma zedoaria Rosc.),
diminum selama tiga hari setelah melahirkan.

9.2.5 Post Natal Yoga (Yoga Ibu Nifas dan Menyusui) (Adams J, 2009;
Yoga., 2018)
Yoga merupakan cara yang bagus untuk membantu tubuh dan
pikiran sembuh dari tekanan fisik dan mental pada masa pasca melahirkan.
Post natal yoga / yoga pada masa nifas adalah aktivitas yoga pada masa
nifas dengan gerakan teknik ‘vinyasa’ / bergerak secara mengalir yang di-
peruntukkan bagi ibu pasca persalinan yang sehat dan boleh melakukan
aktivitas yoga. Selama proses menyusui hormon relaksin diproduksi, maka
ibu harus melindungi bagian persendian dari tekanan atau gerakan yang
berisiko untuk menggerus hormone relaksin dalam tubuh karena dapat
menimbulkan risiko osteoporosis lebih cepat pada ibu menyusui.

Adapun manfaat postnatal yoga adalah : (1) Menguatkan kembali otot


panggul, otot perut dan memposisikan kembali tulang punggung dalam
posisi yang benar dan baik (2) Merilekskan dan menyamankan kembali
sekiatran leher dan kedua bahu 3) Memperbaiki postur (4) Meningkatkan
kesehatan tubuh dan daya tahan tubuh (5) Mengurangi stress dan ketegan-
gan tubuh, kembali menghadirkan relaksasi dalam tubuh (6) Menambah
kesabaran dan ketenangan dalam diri (7) Membuat ibu pasca persalinan
menjadi lebih bahagia menjalani peran barunya sehingga bonding antara
ibu dan bayi semakin baik, semakin dekat dan semakin hangat (8) Mem-
bantu mengembalikan ke bentuk tubuh semula.

115
BAB 9. ASUHAN KOMPLEMENTER PADA MASA NIFAS

Terdapat beberapa gerakan yang harus dihindari dalam gerakan post-


natal yoga: (1) Dalam minggu ke 6 bagi persalinan normal atau minggu ke-
8 bagi persalinan SC tidak disarankan untuk melakukan gerakan penguatan
otot perut terlalu memeras perut, seperti gerakan full boat pose atau nava-
sana (2) Tidak disarankan gerakan untuk pose twist

9.2.6 Akupuntur (Gondo, 2009)


Akupuntur merupakan salah satu terapi yang dapat mengatasi ma-
salah pada masa nifas diantaranya;
a. Hemoroid. Hemoroid adalah keluhan yang sangat sering dalam ke-
hamilan dan periode postnatal segera, menyebabkan banyak ketid-
aknyamanan dan distress, dan dapat menjadi masalah dalam me-
nyusui akibat posisi yang buruk. Terapi pada titik “Chengshan”
atau UB 57, dapat mengurangi nyeri dalam beberapa jam, mengu-
rangi bengkak, nyeri, dan ketidaknyamanan di daerah tersebut.
Sering dibutuhkan hanya satu kali terapi, tetapi jika tidak, dan jika
ibu dan anak masih di rumah sakit, ini dapat diulangi setiap hari.

b. Retensio urin. Kejadian ini jarang terjadi, tetapi jika terjadi, dapat
diikuti oleh implikasi serius. Kasus Ini sering dihubungkan dengan
persalinan dengan bantuan (forcep), edema perineum, dan kadang
anestesi epidural. Dalam istilah Pengobatan Tradisional Cina, aku-
puntur dapat melakukan tonifikasi terhadap kandung kemih dan
menarik energi ke daerah tersebut, yang menimbulkan sensasi
ingin kencing, yang sering tidak terjadi pada kasus-kasus ini.

c. Laktasi. Akupuntur dapat berguna pada ibu yang mengalami stress


dalam menyusui. Terapi difokuskan pada bagian fisiologi laktasi
melibatkan refleks neurohormonal. Refleks ini dapat ditekan oleh
pusat yang lebih tinggi di otak, yang menyebabkan stres dan cemas
untuk mempengaruhi refleks “mengeluarkan”. Terapi akupunktur
dapat ditujukan pada relaksasi kuat juga menyediakan “tonik” un-
tuk membangun si ibu, dan meningkatkan aliran energi atau “Qi”

116
BAB 9. ASUHAN KOMPLEMENTER PADA MASA NIFAS

ke payudara. Telah diketahui bahwa akupunktur memiliki


pengaruh yang kuat terhadap kadar hormon, dan tidak ada petun-
juk mengenai pengaruhnya terhadap pusat yang lebih tinggi, se-
hingga beralasan untuk membuat spekulasi bahwa keberhasi-
lannya dalam memulai laktasi dikarenakan oleh peningkatan kadar
oksitosin dan prolaktin.

117
BAB 9. ASUHAN KOMPLEMENTER PADA MASA NIFAS

Daftar Pustaka

Adams J, L. C. (2009). Women’s Use of Complementary and Alternative


Medicine During Pregnancy: A Critical Review of The Literature.
Birth Issues In Perinatal Care. h.

Armini. (2016). Hypnobreastfeeding Awali Suksesnya ASI Eksklusif. Jurnal


Skala Husada, 13-23.

Ayuningtyas, F. (2019). Terapi Komplementer Dalam Kebidanan. Yogyakarta:


PT Pustaka Baru.

Birdee Gurjeet S, K. J. (2014). Use of complementary and alternative medi-


cine during pregnancy and the postpartum period: an analysis of
the National Health Interview Survey. . Journal Of Women’s Health.

Gondo, H. K. (2009). Peran Akupuntur Dalam Obstetri. Jurnal Ilmiah Kedok-


teran Wijaya Kusuma, 48-56.

Harding, D. (2009). New Zealand and Canadian Midwife Use Of Comple-


mentary And Alternative Therapy. New Zealand College Midwives
Journal 40 Ed.

Huang K, T. F. (2012). Does Delivery Mode Affect Women’s Postpartum


Quality Of Life In Rural China. Journal Clin Nurs, 1534-1543.

Jamilah, A. S. (2015). Efektifitas Kombinasi Pijat Oksitosin Teknik Effleurage


dan Aromaterapi Rose terhadap Kadar Prolaktin Post Partum
Normal di Puskesmas Kudus Tahun 2013. Jurnal Bidan.

Mariah Snyder, S. T. (2010). Massage. Dalam R. L. Mariah Snyder, Comple-


mentary and Alternative Therapy in Nursing (hal. 337-348). New
York: Springer Publishing Company.

Melyana Nurul, S. K. (2017). Healthy Mom Baby Massage and SPA. Semarang:
IHCA.

Plotnikoff, G. A. (2010). Herbal Medicines. Dalam R. L. Mariah Snyder, Com-


plementary and ALternative Therapies in Nursing (hal. 421-438). New
York: Springer Publishing Company.

118
BAB 9. ASUHAN KOMPLEMENTER PADA MASA NIFAS

Rahayu Widaryanti, H. R. (2019). Terapi Komplementer Pelayanan Kebidanan


Berdasarkan Bukti Scientific dan Empiris. Yogyakarta: Deepublish.

Wulandari, S. R. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta: Gosyen


Publishing.

Yoga., T. T. (2018). Modul Prenatal Gentle Yoga. Klaten.

119
BAB 9. ASUHAN KOMPLEMENTER PADA MASA NIFAS

Tentang Penulis

Diani Aliansy
email : dianialiansy@gmail.com

Lahir di Ternate, 14 Desember 1987. Mengawali pendidikan di Universi-


tas Padjadjaran Bandung di Program Studi Kebidanan lulus tahun 2011,
dan melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia Maju dan lulus ta-
hun 2015. Seorang bidan yang juga mengawali karir dalam bidang pen-
didikan sejak tahun 2012 dengan menjadi pengajar di Akademi Medika
Obgin Bandung hingga 2015, dan melanjutkan karir di Institut Kesehatan
Rajawali hingga saat ini, disamping juga aktif dalam dunia praktik.
Mengampu mata kuliah Biostatistik sejak tahun 2020, dan telah
mendapatkan hibah penelitian dari Kementerian Pendidikan dan Ke-
budayaan sebanyak tiga kali, menjadi salah satu penulis buku Pengantar
Asuhan Kebidanan-Chapter Psikologis Masa Nifas pada tahun 2021. Ak-
tif menjadi editor dalam Jurnal Kesehatan Rajawali, serta tergabung da-
lam organisasi profesi Ikatan Bidan Indonesia, dan Akupunturis Indone-
sia.

120
BAB 10. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOM-
PLEMENTER DALAM ASUHAN MASA NIFAS

10.1 Pendahuluan
Masa nifas adalah masa transisi setelah melahirkan yang dialami oleh
wanita, dengan beberapa perubahan fisik atau mental yang berbeda-beda.
Bidan memberikan pelayanan menggunakan terapi komplementer untuk
mengatasi keluhan yang dialami ibu dengan pemakaian herbal, kombinasi
pijat dan aromatherapy, karena wanita mempunyai kecenderungan lebih
mempercayai terapi komplementer yang lebih aman dan alami (Altika &
Kasanah, 2021). Terapi komplementer masa nifas termasuk alternatif non
medis yang bisa digunakan untuk mengatasi permasalahan dan juga mem-
bantu proses pemulihan masa nifas, yang bisa menghindarkan dari efek
samping obat-obatan dan bahan kimia (Hayati, 2022).

Produksi ASI yang lambat merupakan salah satu masalah yang


umum bagi ibu menyusui, untuk mengatasi kondisi ini, ibu menyusui di-
anjurkan untuk mengonsumsi makanan yang dapat membantu pening-
katan produksi ASI, seperti: wortel, bayam, daun katuk, dsb. Selain itu,
dapat mencoba terapi komplementer yang dapat diimplementasikan bagi
ibu menyusui, antara lain: massage, acupressure, aromatherapy, yoga, hyp-
nobreastfeeding.

10.2 Metode Woolwich Massage


Woolwich massage merupakan terapi yang dapat diterapkan pada ibu
menyusui untuk melancarkan produksi ASI secara teratur, dapat diterap-
kan sebanyak 2 kali/hari di waktu pagi dan sore hari, minimal dilakukan
selama 3 hari. Woolwich massage diaplikasikan secara melingkar memakai
kedua ibu jari pada daerah sinus laktiferus ± 1-1,5 cm di luar areola mammae
selama 15 menit, bertujuan untuk meningkatkan produksi ASI di dalam si-
nus laktiferus. Woolwich massage ditujukan untuk mengaktifkan sel-sel mi-
oepitel pada kelenjar payudara, kemudian rangsangan ini berjalan ke hypo-
thalamus dan bisa mengaktifkan hipofisis anterior yang memproduksi hor-
mon prolaktin dan hormon oxytocin yang berperan dalam memperlancar

121
BAB 10. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
MASA NIFAS

produksi ASI (Usman, 2019; Anggraeni, 2020; Nababan et al., 2021) (Nasu-
tion et al., 2021; Malatuzzulfa et al., 2022; Farida et al., 2022).

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pijat payudara ber-


kontribusi dalam peningkatan sekresi kolostrum di hari-hari pertama ke-
lahiran saat bayi belum aktif menyusui. Selain itu, pemijatan ini juga bisa
mempertahankan produksi ASI, mengatasi kesulitan menyusui dan
mencegah kelainan pada payudara ibu selama proses menyusui, hormon
oxytocin bisa membuat ibu lebih rileks dan lebih tenang, sehingga ASI pun
dapat keluar secara spontan (Barokah & Utami, 2017; Nababan et al., 2021;
Nasution et al., 2021; Malatuzzulfa et al., 2022; Farida et al., 2022).

Tabel 10.1 Langkah-Langkah Metode Woolwich Massage :

NILAI
NO LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3
A. PERSIAPAN
1. Ruangan: ruangan yang tenang, cukup venti-
lasi dan bersih, serta menjaga privasi ibu ni-
fas.
2. Alat: tempat tidur/kursi, bantal, minyak zai-
tun, lembar observasi
3. Pasien: menjelaskan tujuan dan prosedur
Woolwich Massage dan memposisikan ibu sen-
yaman mungkin dengan duduk atau berbar-
ing, dan membuka pakaian atas ibu, serta
berdoa terlebih dahulu sebelum tindakan
Woolwich Massage.
B. LANGKAH-LANGKAH
4. Mengolesi kedua tangan dengan minyak zai-
tun.
5. Melakukan pemijatan melingkar memakai
kedua ibu jari di area sinus laktiferus ± 1-1,5 cm
di luar areola mammae selama 15 menit.
6. Menggerakkan ketiga jari lalu maju ke arah
puting dan masing-masing jari melengkung
ke atas sehingga menyentuh sisi puting,
gerakan ini dilakukan sebanyak 30 kali.

122
BAB 10. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
MASA NIFAS

NILAI
NO LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3
7. Memakai kedua ibu jari tangan kanan dan
kiri secara lurus di sebelah puting, kemudian
gerakan ke arah atas dan ke bawah secara
berlawanan, gerakan ini dilakukan sebanyak
30 kali.
8. Menggunakan kedua atau ketiga jari masing-
masing yang berada di puting susu,
kemudian gerakan ke arah atas dan ke bawah
secara berlawanan, gerakan ini dilakukan
sebanyak 30 kali.
9. Memakai kedua ibu jari tangan kanan dan
kiri yang berada di samping atas dan bawah
puting susu kemudian gerakan secara beru-
lang, gerakan ini dilakukan sebanyak 30 kali.
10. Mengeringkan daerah mammae dengan han-
duk kering.
11. Merapikan alat dan pasien, dan mendoku-
mentasikan hasil tindakan.
NILAI AKHIR
Sumber: (Anggraeni, 2020)

10.3 Metode Back Rolling Massage


Back Rolling Massage adalah salah satu metode pemijatan yang dil-
akukan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae ke
5 – ke 6. Pijat ini dapat membuat ibu merasa rileks dan merangsang hormon
oxytocin sehingga ASI cepat keluar. Hypothalamus merangsang stimulasi
saraf untuk meng ekskresikan oxytocin ke dalam darah pada interval waktu
10-20 menit setelah mendapat rangsangan (Usman, 2019; Nasution et al.,
2021; Malatuzzulfa et al., 2022).

Pengeluaran dan produksi ASI yang tidak lancar bisa menghambat


proses laktasi, dan dipengaruhi oleh kondisi ibu yang merasakan ketid-
aknyamanan dan tidak rileks, sehingga berpengaruh terhadap sekresi hor-
mon oxytocin yang berperan dalam produksi ASI. Hal ini ditunjang be-
berapa penelitian yang membuktikan bahwa setelah dilakukan Back Rolling
Massage selama 3 hari dalam seminggu dengan durasi 15 menit per hari, ibu

123
BAB 10. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
MASA NIFAS

merasakan rileks, nyaman, dan merasakan perubahan yang signifikan da-


lam pengeluaran ASI, karena saraf yang di punggung akan merangsang
pengeluaran endorphin di dalam tubuh, yang secara tidak langsung merang-
sang pengeluaran hormon oxytocin yang berperan dalam pengeluaran ASI.
(Usman, 2019; Malatuzzulfa et al., 2022; M, Rahayu, & Wijayanti, 2022)

Tabel 10.2 Langkah-Langkah Metode Back Rolling Massage :

N NILAI
LANGKAH/TUGAS
O 0 1 2 3
A. PERSIAPAN
1. Ruangan: ruangan yang tenang, cukup
ventilasi dan bersih, serta menjaga privasi
ibu nifas.
2. Alat: tempat tidur/kursi, bantal, minyak
zaitun, lembar observasi
3. Pasien: menjelaskan tujuan dan prosedur
Back Rolling Massage dan memposisikan
ibu senyaman mungkin dengan posisi
prone/side lying, punggung menghadap ke
arah bidan, dan membuka pakaian atas
ibu, serta berdoa terlebih dahulu sebelum
tindakan Back Rolling Massage.
B. LANGKAH-LANGKAH
4. Mengolesi kedua tangan bidan dan
punggung pasien dengan minyak zaitun.
5. Melakukan pemijatan di sepanjang kedua
sisi tulang belakang pasien dengan me-
makai dua kepalan tangan, ibu jari menun-
juk ke depan, gerakan ini dilakukan
sebanyak 30 kali.
6. Melakukan penekanan kuat-kuat pada
kedua sisi tulang belakang dengan mem-
bentuk gerakan melingkar kecil-kecil me-
makai kedua ibu jari, gerakan ini dil-
akukan sebanyak 30 kali.
7. Melakukan pemijatan di kedua sisi tulang
belakang ke arah bawah leher dan ke arah
tulang belikat, selama 2-3 menit.

124
BAB 10. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
MASA NIFAS

N NILAI
LANGKAH/TUGAS
O 0 1 2 3
8. Membersihkan punggung pasien dengan
waslap air hangat dan air dingin secara
bergantian.
9. Merapikan alat dan pasien, dan mendoku-
mentasikan hasil tindakan.
NILAI AKHIR
Sumber: (Usman, 2019) (M, Rahayu, & Wijayanti, 2022)

10.4 Acupressure Point For Lactation


Acupressure point for lactation merupakan stimulasi tubuh manusia
dengan melakukan penekanan pada titik-titik meridian acupressure, yang
bertujuan untuk meningkatkan hormon oxytocin yang bisa menenangkan
ibu, hingga pengeluaran ASI menjadi lebih lancar (Cholifah et al., 2015; Lili-
ana & Wahyuningsih, 2020).

Acupressure dilakukan dengan cara menekan beberapa titik tertentu


yang akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hor-
mon prolaktin dan oxytocin pada darah, sehingga meningkatkan produksi
ASI. Selain itu, acupressure juga bisa meningkatkan perasaan rileks pada ibu
menyusui, dan meningkatkan kadar endorphin dalam darah. Teknik acupres-
sure dilakukan dengan berbagai cara yang aman, tidak melukai kulit atau
menyebabkan pecahnya pembuluh darah. (Cholifah et al., 2015; Ramadani
et al., 2019; Liliana & Wahyuningsih, 2020)

Tabel 10.3 Langkah-Langkah Acupressure Point For Lactation :

NILAI
NO LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3
A. PERSIAPAN
1. Ruangan: ruangan yang tenang, cukup ventilasi
dan bersih, serta menjaga privasi ibu nifas.
2. Alat: tempat tidur, bantal, minyak zaitun, lembar
observasi
3. Pasien: menjelaskan tujuan dan prosedur Acu-
pressure Point For Lactation dan memposisikan
ibu berbaring dalam kondisi rileks, tidak tegang

125
BAB 10. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
MASA NIFAS

NILAI
NO LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3
dan berdoa terlebih dahulu sebelum tindakan
Acupressure Point For Lactation.
B. LANGKAH-LANGKAH
4. Menentukan titik meridian yang sesuai agar bisa
merangsang produksi hormon prolaktin, yaitu
pada titik CV 17, SI 1, LI 4, SP 6, ST 36, ST 16, ST
18.

PC 6, ST 36 : menghilangkan rasa lelah dan


meningkatkan stamina.
LI 4, SP 6 : mengembalikan kondisi rahim
SP 10 : menguatkan aliran darah
ST 15, 16, 18 : melancarkan produksi ASI
5. Melakukan penekanan memakai ujung jari yang
diolesi minyak, lalu diputar atau dipijat pada ti-
tik meridian yang tepat selama 30 detik sampai 2
menit.
6. Melakukan penekanan yang pada saat pertama
kali harus dilakukan dengan lembut, lalu secara
bertahap kekuatan penekanan ditambahkan
sampai terasa sensasi ringan tetapi tidak sakit.
7. Mengulangi prosedur tersebut 2-4 kali pada se-
tiap titik meridian yang disarankan, sambil
mengamati respons pasien selama proses tinda-
kan.
8. Merapikan alat dan pasien, dan mendokumenta-
sikan hasil tindakan.
NILAI AKHIR
Sumber: (Cholifah et al., 2015; Ramadani et al., 2019)

126
BAB 10. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
MASA NIFAS

10.5 Hypnobreastfeeding
Hypnobreastfeeding merupakan teknik relaksasi untuk membantu
proses laktasi. Dengan cara mengucapkan kalimat-kalimat afirmasi yang
positif tatkala ibu menyusui. Selama proses berlangsung, ibu menyusui ha-
rus dalam kondisi rileks atau berkonsentrasi pada suatu hal (Yuliani et al.,
2021; Suhesti, 2022).

Hypnobreastfeeding bertujuan untuk peningkatan produksi ASI;


mewujudkan kondisi ibu menyusui yang seimbang antara spirit, body dan
mind; peningkatan bounding attachment bayi dan ibunya; penurunan kadar
hormon kortisol pada tubuh ibu; peningkatan kadar hormon endorphin pada
ibu menyusui untuk mengurangi kelelahan dan nyeri pada masa nifas;
penurunan depresi postpartum pada ibu menyusui (Yuliani et al., 2021; Su-
hesti, 2022).

Tabel 10.4 Langkah-Langkah Metode Hypnobreastfeeding :

NILAI
NO LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3
A. PERSIAPAN
1. Ruangan: ruangan yang tenang, cukup venti-
lasi dan bersih, serta menjaga privasi ibu ni-
fas.
2. Alat: tempat tidur/kursi, bantal, audio video,
lembar observasi
3. Pasien: menjelaskan tujuan dan prosedur hyp-
nobreastfeeding dan memposisikan ibu senya-
man mungkin dengan duduk tegak santai
dan/atau tiduran sambil memejamkan kedua
mata dan berdo’a terlebih dahulu sebelum
tindakan hypnobreastfeeding.
B. LANGKAH-LANGKAH
4. Menganjurkan ibu untuk tarik nafas dalam
melalui hidung, dan mengeluarkan melalui
mulut sebanyak 3 kali.

127
BAB 10. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
MASA NIFAS

NILAI
NO LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3
5. Melakukan relaksasi diri dan pikiran sambil
mendengarkan audio sugesti yang berisikan
tentang:
“Selamat pagi, perkenalkan saya bidan yang akan
memandu ibu untuk melakukan hypnobreastfeed-
ing”
“Pertama-tama, marilah kita berdoa agar proses
hypnobreastfeeding ini berjalan dengan lancar”
“Silahkan ibu memposisikan diri senyaman
mungkin, bisa dengan berbaring atau duduk di
kursi, dengarkan saya baik-baik”
“Pejamkan kedua mata secara perlahan, melemas-
kan seluruh otot tubuh dan rasakan tubuh se-
makin rileks, semakin mengantuk, dan semakin
nyaman”
“Fokus pada suara saya, tarik nafas panjang,
keluarkan perlahan, rasakan tubuh yang semakin
rileks, semakin nyaman, semakin ngantuk”
(ulangi 2 kali)
6. Melakukan stimulasi, dengan mendengarkan
audio yang berisikan tentang:
“Rasakanlah setiap kali hembusan dan tarikan
nafas membuat ibu semakin rileks, nyaman, makin
ngantuk dan makin nyaman” (ulangi 2 kali)
7. Melakukan deepening, dengan mendengarkan
audio yang berisikan tentang:
“Fokus pada suara saya, setiap kali ibu menarik
nafas, rasakan rileks dan nyaman. Saya menghi-
tung angka dari 10 ke 1, setiap kali hitungan mem-
buat ibu merasa semakin ngantuk dan nyaman,
10, 9, 8, lebih dalam lagi, rasakan dan masuki
pikiran bawah sadar ibu, 7, 6, 5, semakin ngantuk,

128
BAB 10. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
MASA NIFAS

NILAI
NO LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3
semakin nyaman, semakin rileks, 4, 3, 2, 1, masuki
pikiran bawah sadar ibu 100 kali lebih dalam”
8. Memberikan sugesti/afirmasi kalimat positif
dan dilakukan pengulangan beberapa kali
untuk menambah imajinasi dan membang-
kitkan emosi yang positif, dengan
mendengarkan audio yang berisikan tentang
:
“Fokus pada suara saya, tanamkan pada pikiran
bawah sadar ibu, mulai sekarang, setiap kali saya
menarik dan menghembuskan napas, maka
seketika itu rasa cemas, stress, depresi akan
menghilang, berganti menjadi rasa nyaman dan
rileks” (ulangi 2 kali)
“Fokus pada suara saya, tanamkan pada pikiran
bawah sadar ibu, dan ucapkan kepada diri sendiri,
saya mampu memberikan ASI kepada bayi saya,
ASI saya akan mengalir dengan deras dan mampu
memenuhi kebutuhan bayi saya, anak saya akan
tumbuh dengan sehat karena ASI yang saya beri-
kan” (ulangi 2 kali)
“Fokus pada suara saya, mulai saat ini saya adalah
seorang ibu yang sepenuh cinta merawat bayi saya
dengan cinta dan kasih yang tulus dari lubuk hati
saya” (ulangi 2 kali)
“Mulai saat ini saya menjadi pribadi yang lebih
baik, lebih bahagia, saya lebih mencintai diri saya
dan bayi saya serta keluarga kecil saya” (ulangi 2
kali)
9. Melakukan terminasi, dengan mendengarkan
audio yang berisikan tentang:

129
BAB 10. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
MASA NIFAS

NILAI
NO LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3
“Saya menghitung angka dari 1 sampai 10 dan
pada hitungan ke 10, ibu akan membuka mata
secara perlahan dengan kondisi yang sangat segar,
positif, dan sehat, serta mempunyai kepercayaan
diri yang lebih dari sebelumnya”
“1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, silahkan ibu buka mata
secara perlahan dan rasakan kondisi ibu yang se-
makin segar, sehat, dan ibu menjadi pribadi yang
lebih positif lagi dalam menjalani kehidupan ini”
10. Melakukan closing, dengan mendengarkan
audio yang berisikan tentang:
“Sekian, salam sehat dari saya, semoga apa yang
saya berikan ini dapat bermanfaat bagi ibu nifas
selama di rumah, terima kasih, selamat pagi.
11. Merapikan alat dan pasien, dan mendoku-
mentasikan hasil tindakan.
NILAI AKHIR
Sumber: (Suhesti, 2022)

10.6 Aromatherapy Pada Masa Nifas


Aromatherapy adalah suatu cara perawatan tubuh dan/atau penyem-
buhan penyakit dengan menggunakan essential oil, salah satunya minyak
esensial lavender. Dalam minyak esensial lavender terdapat zat aktif linalool ac-
etate dan linalyl acetate yang bisa sebagai analgesic. Minyak esensial lavender
juga bersifat antiseptic dan antidepresan, serta dapat membantu meringankan
stress dan kesulitan tidur. Bagi ibu menyusui, menghirup aroma minyak
esensial lavender bisa berefek relaksasi pada sistem saraf pusat, yang dapat
membantu peningkatan produksi hormon oxytocin yang berdampak pada
peningkatan produksi ASI (Ohorella et al., 2021; Suhesti, 2022).

Tujuan pemberian aromaterapi lavender adalah menurunkan depresi


postpartum; peningkatan produksi ASI; mewujudkan kondisi ibu me-
nyusui yang seimbang spirit, body, dan mind; peningkatan bounding attach-
ment antara bayi dan ibunya; penurunan kadar hormon kortisol pada tubuh

130
BAB 10. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
MASA NIFAS

ibu nifas; peningkatan kadar hormon endorphin pada ibu menyusui untuk
membantu mengurangi rasa kelelahan dan nyeri pada ibu (Ohorella et al.,
2021; Suhesti, 2022).

Tabel 10.5 Langkah-Langkah Pemberian Aromatherapy Lavender :

NILAI
NO LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3
A. PERSIAPAN
1. Ruangan: ruangan yang tenang, cukup ven-
tilasi dan bersih, serta menjaga privasi ibu
nifas.

2. Alat: tempat tidur/kursi, bantal, minyak


aromaterapi lavender, lembar observasi

3. Pasien: menjelaskan tujuan dan prosedur


pemberian aromaterapi lavender dan mem-
posisikan ibu senyaman mungkin dengan
duduk tegak santai dan/atau tiduran sambil
memejamkan kedua mata dan berdo’a ter-
lebih dahulu sebelum tindakan pemberian
aromaterapi lavender

B. LANGKAH-LANGKAH
4. Menginstruksikan ibu untuk menyiapkan
tisu yang sudah diberi 4 tetes minyak aro-
matherapy lavender.
5. Menginstruksikan ibu menaruh tisu yang
sudah ditetesi aromatherapy lavender di de-
pan dada ibu.
6. Menginstruksikan ibu untuk memposisi-
kan dirinya senyaman mungkin, bisa sam-
bil tiduran atau duduk tegak santai.

131
BAB 10. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
MASA NIFAS

NILAI
NO LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3
7. Menginstruksikan ibu untuk menghirup
aromatherapy lavender dari tissue selama 10-
15 menit setiap kali terapi.
8. Memusatkan pikiran dengan rileks, dan
menghirup aromatherapy lavender.
9. Merapikan alat dan pasien, dan mendoku-
mentasikan hasil tindakan.
NILAI AKHIR
Sumber: (Ohorella et al., 2021; Suhesti, 2022)

10.7 Yoga Pada Masa Nifas


Yoga bisa meningkatkan produksi ASI dengan memengaruhi sistem
hormonal tubuh (Rosalina, 2012; Ristyawati, 2022). Beberapa gerakan yoga
yang dapat membantu meningkatkan produksi ASI, diantaranya :

1. Sphinx Pose, memposisikan tubuh tengkurap diatas matras dengan


punggung kaki menyentuh lantai, menopang kedua lengan bawah un-
tuk mengangkat tubuh bagian atas, menurunkan bahu dan mencon-
dongkan dada ke depan sambil menekan lengan bawah, memastikan le-
her ibu tetap tegak lurus, area perut ke bawah melekat di matras,
bernafaslah di posisi ini minimal 5 kali tarikan nafas panjang.

2. Restorative Heart Opening Pose, dengan menggunakan alat bantu gu-


ling atau bantal yang agak tebal sebagai penyangga. Letakkan pen-
yangga diatas matras, lalu berbaring dan memposisikan penyangga di
bagian punggung atas, lalu meregangkan tangan di atas kepala, posisi
kaki fleksibel, ibu bisa meluruskan kaki atau menekuk lutut ke atas, jika
terasa pegal-pegal di daerah panggul, dapat menekuk lutut ke samping
dengan telapak kaki saling melekat untuk meregangkan ototnya.

3. Bridge Pose (Setu Bandha Sarvangasana), berbaring diatas matras, lalu


tekuk lutut ke atas, membiarkan tangan di sebelah tubuh dengan telapak
tangan melekat di lantai, kemudian angkat pinggul ibu perlahan dengan
telapak tangan dan telapak kaki yang menopang, pertahankan posisi ini

132
BAB 10. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
MASA NIFAS

± 1 menit, jika kesulitan, dapat menempatkan bantal atau guling sebagai


penyangga tepat di batas antara punggung bawah dan bokong.
4. Half Boat Pose (Parsva Navasana), memposisikan duduk diatas matras
dengan menekuk kedua lutut dan telapak kaki melekat di lantai, me-
luruskan kedua tangan di depan dada dan memiringkan badan ke arah
belakang, secara perlahan-lahan angkat kaki dari lantai dan mensejajar-
kan betis dengan lantai, sehingga paha dan badan akan membentuk hu-
ruf “V”, memastikan tulang belakang ibu tetap lurus.
5. Downward Facing Dog (Adho Mukha Svanasana), menempelkan
telapak tangan dan lutut di lantai dengan posisi lutut tepat di bawah
panggul dan telapak tangan tepat di bawah bahu, secara perlahan-lahan
mengangkat bokong sehingga tangan dan kaki lurus dan badan mem-
bentuk huruf “V” terbalik, menahan posisi ini beberapa saat, lalu ulangi
beberapa kali.

133
BAB 10. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
MASA NIFAS

Daftar Pustaka

Altika, S., & Kasanah, U. (2021). Survei Implementasi Pelayanan Ke-


bidanan Komplementer Dalam Mengurangi Intervensi Medis.
Community of Publishing In Nursing (COPING), Vol. 9, No. 1, Febru-
ari 2021, P-ISSN: 2303-1298, E-ISSN: 2715-1980, 15-20.
Anggraeni, L. (2020). Pengaruh Woolwich Massage Terhadap Pengeluaran
ASI Pada Ibu Post Partum Di RSUD Sekayu Tahun 2020. Palembang:
Program Studi Diploma Empat Kebidanan, Poltekkes Kemenkes
Palembang.
Barokah, L., & Utami, F. (2017). Pengaruh Pijat Woolwich Terhadap
Produksi ASI Di BPM APPI Amelia Bibis Kasihan Bantul. Prosid-
ing Seminar Nasional dan Call for Papers "Pengembangan Sumber
Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII", 243-250.
Cholifah, S., Setyowati ER, H., & Mareta, R. (2015). Akupresur Pada Ibu
Menyusui Meningkatkan Kecukupan Asupan ASI Bayi Di Keca-
matan Mungkid Tahun 2014. Jurnal Keperawatan Maternitas, Vol. 3,
No. 2, November 2015, 111-117.
Farida, S., Setyorini, C., & Retno, Z. M. (2022). Pijat Woolwich Untuk
Meningkatkan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Tahun Pertama.
Prosiding Seminar Informasi Kesehatan Nasional (SIKesNas), 393-398.
Hayati, F. (2022). Pendidikan Kesehatan Tentang Terapi Komple-
menter Pada Masa Nifas. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), Vol. 4,
No. 1, Januari 2022, DOI: 10.36565/jak.v4i1.178, P-ISSN: 2655-9266,
E-ISSN: 2655-9218, 21-27.
Liliana, A., & Wahyuningsih, M. (2020). Pengaruh Terapi Akupresur
Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Di
PKU Muhammadiyah Bantul. Community of Publishing in Nursing
(COPING), Vol. 8, No. 4, Desember 2020, P-ISSN: 2303-1298, E-ISSN:
2715-1980, 416-424.
M, E. N., Rahayu, H. S., & Wijayanti, K. (2022). Penerapan Rolling Mas-
sage Punggung Untuk Mengatasi Masalah Menyusui Tidak Efek-
tif. Borobudur Nursing Review, Vol. 2, No. 2, E-ISSN: 2777-0788, 65-
71.
Malatuzzulfa, N. I., Meinawati, L., & Nufus, H. (2022). Upaya Pening-
katan Produksi ASI Melalui Pijat Woolwich dan Massage Rolling
Pada Ibu Nifas 1 Minggu Post Partum. Jurnal Kebidanan, Vol. 12,
No. 1, Maret 2022, E-ISSN: 2580-4774, P-ISSN: 2088-2505, 65-72.

134
BAB 10. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
MASA NIFAS

Nababan, T., Solin, V. L., Ritonga, R., Zai, I. L., & Buulolo, J. (2021).
Efektifitas Woolwich Massage Terhadap Kelancaran Pengeluaran
ASI Pada Ibu Nifas Di Klinik Pratama Sunggal Tahun 2021. Journal
of Health, Education and Literacy (J-Health), Vol. 3, No. 2, Maret 2021,
DOI: 10.31605/j-healt.v2i1, 129-134.
Nasution, N. A., Hasanah, O., & Woferst, R. (2021). Perbedaan
Pengaruh Back Massage Dan Woolwich Massage Terhadap
Pengeluaran Air Susu Ibu. Jurnal Ners Indonesia, Vol. 12, No. 1, Sep-
tember 2021, 1-9.
Ohorella, F., Kamaruddin, M., Nahira, & Triananinsi, N. (2021). Efek-
tifitas Aromaterapi Uap Lavender Dan Pijat Oksitosin Terhadap
Produksi ASI Pada Ibu Nifas. JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati),
Vo. 7, No. 2, April 2021, P-ISSN: 2476-8944, E-ISSN: 2579-762X, 155-
160.
Ramadani, D., Zaen, N. L., & Hayati, N. (2019). Pengaruh Akupresur
Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Nifas Di Klinik Ber-
salin Trismaliah Desa Laut Dendang Kecamatan Medan Tembung
Tahun 2019. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Informasi Kom-
puter Dan Sains 3 Agustus 2019, E-ISBN: 978-623-92311-0-1, 382-
390.
Ristyawati, N. N. (2022). Yoga Post natal Meningkatkan Produksi ASI Pada
Ibu Pasca Bersalin. Badung, Bali: Program Studi Sarjana Kebidanan
Dan Profesi Bidan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Usada
Bali.
Rosalina, R. (2012). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Peningkatan Produksi
ASI Pada Ibu Yang Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Padang Tahun 2012. Padang: Fakultas Keperawatan, Universitas
Andalas Padang.
Suhesti, W. (2022). Pengaruh Hyprola (Hypnobreastfeeding Dan Aromater-
api Lavender) Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Pusk-
esmas Halmahera Kota Semarang. Semarang: Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan, Universitas Karya Husada Semarang.
Usman, H. (2019). Kombinasi Metode Pijat Woolwich dan Massage
Rolling (Punggung) Mempengaruhi Kecukupan ASI Pada Ibu
Post Partum. Jurnal Bidan Cerdas, Vol. 1, No. 2, April 2019, E-ISSN:
2654-9352, P-ISSN: 2715-9965, 76-81.
Yuliani, N. R., Larasati, N., Setiwandari, & Nurvitriana, N. C. (2021).
Peningkatan Produksi ASI Ibu Menyusui Dengan Tata Laksana
Kebidanan Komplementer. Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset
dan Pengabdian Ke III, 17-27.

135
BAB 10. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
MASA NIFAS

Tentang Penulis
Nurul Eko Widiyastuti, S.Si.T., M.Kes.
email : nuruleko25@gmail.com

Penulis menyelesaikan pendidikan di SPK Bethesda Yogyakarta tahun


1997, PPB Akper Bethesda Yogyakarta lulus tahun 1998, D3 Kebidanan
di Akbid Depkes Jember lulus tahun 2001, D4 Bidan Pendidik di Stikes
Ngudi Waluyo Ungaran lulus tahun 2004, Magister Kesehatan di Univer-
sitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2010. Riwayat pekerjaan sebagai Bi-
dan Praktik Mandiri di Banyuwangi pada tahun 1998-2001, sebagai Bidan
di RSUD Genteng Banyuwangi pada tahun 2001-2002, sebagai Dosen di
Akbid Estu Utomo Boyolali pada tahun 2002-2016, sebagai Dosen Ke-
bidanan di Stikes Banyuwangi dari tahun 2017 sampai sekarang. Tercatat
sebagai Dosen Profesional bersertifikasi di bidang Ilmu Kebidanan sejak
tahun 2014 sampai sekarang. Mata kuliah yang pernah diampu antara
lain: Askeb Kehamilan, Askeb Persalinan, Askeb Nifas dan Menyusui,
Pelayanan KB dan Kespro, Askeb Komunitas, dsb. Aktif sebagai anggota
IBI sejak 2009 sampai sekarang. Aktif dalam kegiatan penelitian,
pengabdian kepada masyarakat, mengikuti pelatihan pengembangan
diri, menulis di beberapa jurnal ilmiah penelitian dan pengabmas, serta
menulis buku ajar dan beberapa book chapter.

136
BAB 11. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOM-
PLEMENTER DALAM ASUHAN BAYI DAN BALITA

11.1 Pendahuluan
Asuhan kebidanan pada bayi dan balita normal dan abnormal sangat
penting bagi bidan untuk memahami bagaimana menjalankan tugasnya
sehari-hari. Pemahaman yang utuh atas segala persoalan yang menjadi da-
sar untuk dapat menentukan langkah selanjutnya untuk mengambil kepu-
tusan yang tepat. Materi yang dibahas pada Bab 11 dikemas dalam dua
topik yaitu konsep dan jenis-jenis asuhan komplementer dalam asuhan bayi
balita (Baby massage, Baby swimming, Baby gym).

11.2 Konsep Asuhan Komplementer dalam Asuhan Bayi dan Balita


Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah kesehatan
utama yang terjadi di indonesia saat ini. Tingginya Angka Kematian Bayi
(AKB) di indonesia masih menjadi homework bagi bidan dan tenaga
kesehatan lainnya. Status kesehatan anak mencerminkan keadaan
kesehatan bangsa, karena anak merupakan generasi penerus bangsa.
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Upaya Kesehatan Anak Nomor
25 Tahun 2014 mengatur bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh
dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan dis-
kriminasi terhadap hakim. Hal ini mendorong perlunya upaya kesehatan
anak yang terpadu, inklusif dan berkelanjutan. Upaya pemeliharaan
kesehatan anak dilakukan sejak anak dalam kandungan sampai anak beru-
sia 18 tahun. Salah satu tujuan upaya kesehatan anak adalah menjamin ke-
langsungan hidup anak dengan berupaya menurunkan angka kematian
BBL, bayi dan balita (Kemenkes RI., 2022).
Anak mempunyai suatu karakteristik spesial yaitu selalu tumbuh
dan berkembang semenjak konsepsi hingga berakhirnya masa remaja, hal
ini yang membedakan antara anak dan dewasa. Anak memiliki karakteris-
tik pertumbuhan dan perkembangan yang sinkron sesuai usianya. Fase ter-
penting pada perkembangan anak yaitu saat masa bayi dan balita pada
bawah 5 tahun (Octa, 2014). Lima tahun pertama kehidupan adalah masa
penting tumbuh kembang bagi seorang anak yang nantinya akan menjadi
dasar dan menentukan perkembangan pada anak selanjutnya. Masa lima

137
BAB 11. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

tahun pertama merupakan masa yang sangat rentan dan berlangsung san-
gat singkat serta tidak dapat diulang, oleh karena itu sering disebut “masa
keemasan”(golden period), jendela kesempatan (window of opportunity), dan
masa kritis (critical period) (Kemenkes, 2019; Hasnidar et al, 2021).
Lima tahun pertama relatif singkat dan tidak berulang dalam ke-
hidupan seorang anak, sehingga orang tua, wali, dan pendidik perlu me-
manfaatkan waktu yang singkat ini untuk membesarkan anak-anaknya
menjadi generasi penerus yang kuat dan berkualitas. Salah satu hal yang
harus dilakukan adalah memperhatikan tumbuh kembang anak. Tumbuh
kembang yang optimal berarti tercapainya proses tumbuh kembang yang
sesuai dengan potensi anak. Berbagai upaya preventif, stimulasi dan kuratif
dapat dilakukan sedini mungkin dalam tumbuh kembang anak sehingga
kelainan tumbuh kembang dapat diketahui secara dini dan tercapai hasil
yang diinginkan.
Salah satu bentuk pencegahan dan pengoptimalan tumbuh kembang
anak yaitu dengan melakukan stimulus yang bisa dilakukan dengan terapi
komplementer pada anak. Asuhan kebidanan komplementer dapat diberi-
kan sebagai salah satu upaya untuk mendukung program pelayanan
kesehatan terkhusus pada pelayanan kebidanan dan dapat dilakukan se-
bagai promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif. Bidan merupakan
pelaksana pelayanan asuhan kebidanan yang diharapkan mempunyai ke-
mampuan dalam memberikan asuhan secara komprehensif dan inovatif
sesuai dengan kebutuhan wanita. Asuhan kebidanan komplementer adalah
salah satu bentuk layanan inovatif yang dapat diberikan pada masa ke-
hamilan, persalinan, nifas, bayi, balita, remaja hingga menopause sesuai
dengan keluhan dan kebutuhan.

11.3 Jenis-Jenis Asuhan Komplementer dalam Asuhan Bayi dan Balita


Terapi komplementer merupakan salah satu penanganan pen-
dukung konvensional dalam penyembuhan penyakit atau sebagai pen-
gobatan alternatif selain pengobatan medis. Berikut ini beberapa jenis
asuhan komplementer pada bayi dan balita :
1. Baby Massage
Pijat adalah teknik dengan menyentuh dan menekan bagian pada
tubuh untuk mempengaruhi saraf dan otot agar mengendur sehingga

138
BAB 11. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

dapat bekerja dengan optimal sesuai dengan fungsinya. Pijat bayi adalah
terapi tertua untuk sentuhan yang dikenal manusia, yang juga merupakan
seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktikkan sejak da-
hulu kala di mana sentuhan adalah indera pertama ketika bayi mem-
berikan reaksi. Pijat bayi merupakan salah satu cara melakukan interaksi
fisik yang dapat merangsang bounding antara orang tua dan anak.

Manfaat Baby Massage


a) Pijat memberikan sentuhan yang menenangkan dan meningkat-
kan rasa nyaman pada bayi
b) Bayi lebih jarang sakit, tidur yang lebih nyenyak, menambah nafsu
makan dan pencernaan bayi akan lebih baik
c) Mempererat bonding antara anak dan orang tua
d) Memperlancar peredaran darah dan membuat kulit bayi sehat.
e) Otot-otot dan koordinasi tubuh bayi menjadi lebih kuat dan baik
f) Meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan
ketahanan tubuh terhadap infeksi dan masalah kesehatan lainnya
g) Bayi yang rutin melakukan pijat akan lebih riang dan bahagia, ja-
rang terjadi tantrum dan rewel serta jarang mengalami masalah
psikologis (Sari & Rosidi, 2019; Argaheni et al, 2022;).

Selain itu ada beberapa manfaat lain dari pijat pada bayi dan balita
sehat yaitu :
a) Keamanan
Sentuhan fisik positif yang terjadi antara bayi dengan orang tua
membuat bayi merasakan dihargai dan dicintai. Perasaan tersebut
membuat harga diri dan kepercayaan diri bayi berkembang
dengan baik.
b) Kesehatan umum
Studi menunjukkan bahwa bayi yang disentuh dengan lembut dan
penuh kasih sayang akan lebih jarang sakit dan jarang menangis
dibandingkan bayi yang tidak. Pijat meningkatkan kekebalan
tubuh dan sirkulasi/metabolisme pada tubuh, karena dapat mem-
bantu memindahkan cairan getah bening ke seluruh tubuh dan
membersihkan zat yang berbahaya dari tubuh. Pijat pada bayi juga

139
BAB 11. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

dapat meningkatkan relaksasi dan dapat menjadi penenang pada


bayi yang menangis.
c) Pertumbuhan Fisik
Pijat dapat meningkatkan kesadaran diri secara fisik, mengen-
cangkan otot dan membuat sendi menjadi lebih fleksibel. Hal ini
sangat bermanfaat bagi bayi prematur, BBLR dan anak dengan
berkebutuhan khusus.
d) Keterampilan Sosial
Sentuhan pada bayi akan mengajarinya tentang komunikasi serta
dapat membantu orang tua dalam membangun komunikasi non-
verbal dengan anak (Rizqina, 2018).

Dalam melakukan pemijatan pada bayi dan balita, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut :
1) Bayi dengan kebutuhan khusus dan prematur membutuhkan
perawatan dan pencegahan ekstra, lakukan konsultasi lebih da-
hulu dengan dokter, bidan profesional atau penyedia layanan
kesehatan yang lain sebelum dilakukan pemijatan pada bayi.
2) Pada bayi dengan hernia hiatus harus dilakukan pemijatan yang
sangat ringan.
3) Pada bayi yang menderita diabetes, asma, jantung, jantung
bawaaan, tekanan darah tinggi atau riwayat stroke (serebral) perlu
perhatian dalam melakukan pijat. Hindari latihan yang mening-
katkan tekanan darah secara substansial dan tidak boleh
melakukan kompresi arteri.
4) Lakukan pemijatan dengan dengan lembut pada bagian sekitar tel-
inga, bawah ketiak, lutut, bawah lutut, bawah dagu, kelopak mata
dan ubun-ubun kepala.
5) Pemijatan pada bayi penderita HIV dapat dilakukan dengan
menghindari penularan cairan tubuh dengan hati-hati.
Pelaksanaan pijat bayi sebaiknya dilakukan setelah penapisan pasien
agar tidak terjadi komplikasi atau hal yang tidak diinginkan. Berikut ini
kontraindikasi pijat bayi dan balita :
1) Pastikan bayi tidak alergi terhadap minyak atau bahan tertentu
yang mungkin akan digunakan

140
BAB 11. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

2) Jangan melakukan pemijatan pada saat bayi sedang tidur atau


membangunkan bayi untuk dilakukan pemijatan
3) Tidak dianjurkan melakukan pemijatan pada bayi yang sedang
menangis
4) Jangan lakukan pijat bayi pada bayi yang menderita kanker aktif,
riwayat pasca operasi internal dalam jangka waktu 3 bulan sebe-
lum sesi pijat, atau bayi dengan riwayat kecelakaan parah dalam
waktu 72 jam terakhir.
5) Massage tidak boleh dilakukan pada tulang, tulang klavikula, tu-
lang belakang, garis siku, daerah yang terjadi radang atau
bengkak, infeksi atau masalah pada kulit, area pembuluh darah le-
her (arteri karotis), pada varises, pada tulang patah, area bekas
operasi, luka atau bisul pada bayi.
6) Bayi yang memiliki keadaan dermatitis, radang pada sendi dan
flebitis tidak boleh dilakukan pemijatan, namun pada area sekitar
diperbolehkan.
7) Tidak boleh dilakukan sesi pijat pada bayi dengan penyakit men-
ular seperti TBC, Flu tahu difteri, karena akan terjadi infeksi pada
pemijat, begitu pula sebaliknya.
8) Bayi yang mengalami demam atau sakit tidak boleh dipijat
9) Tidak boleh dilakukan pemijatan baik peregangan atau tekanan
pada area sendi buatan atau organ transplantasi pada bayi
10) Jangan lakukan pemijatan pada bayi yang mengalami aneurisma
aorta perut
11) Tidak boleh lakukan pijatan pada hernia vertebral atau tindakan
secara paksa untuk mendorong kembali ke posisi awal
12) Tidak boleh melakukan pemijatan dengan peregangan tulang
belakang pada bayi yang bermasalah dengan tulang belakang sep-
erti cakram yang patah, atau hernia atau benjolan.
13) Tidak boleh melakukan pijatan pada bayi yang selesai makan atau
kenyang atau bayi yang memiliki masalah pada perut atau usus.
14) Pijat tidak boleh dilakukan jika bayi dalam keadaan lelah
15) Tidak boleh pijat atau memberikan tekanan kuat atau gesekan
pada kulit tipis bayi (Ashriady et al, 2022; Retnosari, et al, 2022).

141
BAB 11. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

Pijat bayi selain dilakukan pada bayi dan balita sehat, pijat bayi juga
dapat diberikan pada bayi dan balita dengan kondisi sakit yang umum
dialami seperti sembelit, tumbuh gigi, masuk angin, pilek dan batuk.
1) Colic Abdomen Therapy
Colic Abdomen atau yang sering disebut sakit perut (kolik) sangat
sering dialami oleh bayi dan balita. Pijat dapat diberikan untuk
meredakan rasa nyeri serta mencegah terjadinya gangguan pen-
cernaan. Pijatan pada titik tertentu dapat membantu meringankan
kolik sementara yang terjadi pada anak. Colic abdomen therapy atau
terapi kolik dapat dilakukan pada saat bayi berusia 5 hari dan dapat
dilanjutkan setiap hari sampai bayi berusia 12 sampai 14 minggu.
Bayi yang mengalami kolik memiliki gejala seperti perut menjadi
kencang dan bayi terkadang menggeliat disebabkan karena rasa yang
tidak nyaman. Terkadang bayi mengangkat kaki ke perut atau
melengkungkan punggungnya. Pijat bayi untuk kolik mungkin tidak
dapat menyembuhkan tetapi dapat mengurangi gejala yang dirasakan
oleh bayi sebab dengan pijatan yang diberikan dapat membantu
mengeluarkan angin pada perut bayi.
Bayi yang mengalami kolik biasanya lebih rewel atau menangis aki-
bat sakit yang dirasakannya. Seperti yang telah dijelaskan diatas
bahwa pijat tidak dapat disarankan pada bayi yang sedang menangis,
namun kondisi ini dapat menjadi pengecualian sehingga bayi boleh
dilakukan pemijatan ketika terjadi serangan kolik. Namun, sebaiknya
pijatan dilakukan sebelum bayi menangis dan dapat dicegah.

2) Constipation Massage Therapy


Konstipasi dapat dialami semua orang, termasuk bayi dan balita
dan ini merupakan masalah umum yang terjadi pada bayi dan balita.
Terapi pijat pada daerah perut dapat menjadi salah satu cara efektif
untuk melemaskan otot pada daerah usus besar sehingga bisa mereda-
kan dan mencegah konstipasi. Pijat perut dengan gerakan memutar
searah jarum jam atau searah pergerakan peristaltik usus dan kaki bayi
ditekuk pada saat melakukan pemijatan. Hal ini dapat membantu
gerakan peristaltik sehingga mengurangi konstipasi dan mengurangi
waktu transit kolon untuk meningkatkan frekuensi BAB.

142
BAB 11. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

Terapi pijat ini dapat dilakukan 2 kali selama 15 menit sehari pada
pagi hari dan sore hari minimal selama 3 hari atau maksimal 1-2
minggu agar terlihat hasil.

3) Wind Massage Therapy


Perut kembung merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi
dan anak. Hal ini disebabkan karena terlalu banyak menelan udara
saat sedang makan, mengunyah makanan dengan cepat, memakan
makanan yang sangat tinggi karbohidrat sehingga sulit dicerna dan
tidak dapat dicerna oleh usus.
Pijat bayi dapat mengatasi perut kembung pada bayi dan anak. Ada
beberapa teknik pijat yang sering digunakan yaitu abdominal permis-
sion, water wheel, knees up, love scoping, gentle head circle, bottom circle.

4) Common Cold Massage Therapy


Common cold biasa dikenal dengan bapil atau batuk pilek. Penyakit
ini sangat rentan terjadi pada bayi dan balita serta anak-anak. Gejala
akan timbul 1-3 hari setelah terjangkiti/terinfeksi (masa inkubasi) yaitu
bersin, hidung meler dan disertai demam.

Massage therapy pada pasien common cold akan memberikan efek


positif dalam meringankan gejala yang terjadi akibat common cold.
Gerakan massage yang dapat digunakan pada masalah ini adalah
melakukan tepukan dan memberikan getaran pada dada serta
punggung yang memberikan efek batuk-batuk pada anak sehingga
membawa lendir keluar.

5) Eating Difficult Therapy


Sulit makan adalah permasalahan yang banyak dihadapi oleh
orang tua dalam mengasuh anak. Bayi, balita dan anak terkadang san-
gat pemilih terhadap makanan yang akan ia makan, bahkan anak ser-
ing sekali hanya ingin satu jenis makanan untuk dikonsumsi setiap
harinya. Keadaan seperti ini sangat buruk untuk pemenuhan gizi anak
yang dikhawatirkan dapat menjadi gizi kurang atau gizi buruk pada
anak.
Gejala pada anak yang mengalami kesulitan makan yaitu tidak
ingin menelan makanan, menyemburkan makanan yang ia makan,

143
BAB 11. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

menutup mulut saat disuapi makanan. Pijat tuina dapat menjadi salah
satu solusi untuk meningkatkan nafsu makan anak. Pijat bayi dapat
membantu stimulasi nafsu makan dan meningkatkan penyerapan gizi
anak.

6) Baby Premature Massage


Bayi prematur tidak dianjurkan untuk dipijat, namun massage
yang dimaksud disini adalah pemberian sentuhan diam pada bayi
prematur. Teknik ini dilakukan dengan sentuhan yang lembut dan se-
luruh tangan diletakkan di salah satu area tubuh bayi seperti
punggung, dada atau perut. Sentuhan ini dapat menciptakan bonding
antara ibu dan bayi serta dapat diartikan bentuk kasih sayang dan cinta
kepada bayi.
Massage ini dapat dilakukan saat bayi di Rumah sakit atau di da-
lam inkubator, walaupun lebih dianjurkan ketika bayi telah pulang
dari rumah sakit. Pada saat melakukan teknik ini, pilihlah waktu saat
bayi terjaga dan tenang, kemudian letakkan satu atau dua jari pada
area yang dipilih dan lakukan komunikasi dengan bayi pada saat
melakukan massage.
Pelaksanaan massage atau terapi sentuh yang dapat diberikan pada
bayi prematur yaitu hand containment, kangaroo mother care, kinestetik
dan stimulasi taktil (Parasita et al., 2021; Retnosari et al, 2022).

2. Baby Swimming
Baby swimming bukan mengajari bayi anda berenang tetapi merupakan
terapi untuk membantu bayi lebih aktif dan nyaman. Dasar fisiologis baby
swim atau terapi air berasal dari penggunaan air dingin dan air hangat.
Air dingin berfungsi untuk merangsang pembuluh darah untuk mem-
bawa darah ke seluruh organ tubuh, sedangkan air hangat berfungsi un-
tuk melebarkan pembuluh darah sehingga peredaran darah menjadi
lancar, zat racun dan sisa zat metabolik pada tubuh akan dibuang bersama
dengan aliran darah.
Oleh sebab itu terapi dengan air hangat seperti berendam dapat
menghilangkan penat dan memberikan rasa nyaman pada tubuh. Hal ini
bukan hanya dapat dilakukan pada orang dewasa tetapi bayi pun bisa
merasakan kenyamanan terapi air.

144
BAB 11. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

Pada kalangan masyarakat, terapi ini lebih dikenal dengan baby spa di
mana bayi akan melakukan kegiatan berenang atau berendam kemudian
dilanjutkan dengan pijat bayi. Secara fisiologis, bayi selama dalam kan-
dungan ibu hamil telah melakukan aktivitas berenang dalam air ketuban
ibu selama 9 bulan. Setelah kelahiran, kemampuan berenang bayi lebih
ditingkatkan karena adanya beberapa refleks yaitu refleks walking atau
stepping refleks yang sangat berfungsi pada saat bayi berenang. Ketika bayi
diletakkan di air dengan pelampung kita bisa melihat bayi melakukan
gerakan refleks seperti melangkah di dalam air.
Ada beberapa manfaat baby swimming yang dapat dirasakan oleh bayi
yaitu sebagai berikut :
1) Baby swim dapat merangsang gerakan motorik kasar pada bayi, di
mana otot-otot pada bayi akan berkembang secara maksimal dan per-
tumbuhan badan naik serta tubuh lentur
2) Keseimbangan tubuh menjadi lebih baik
3) Bayi akan terbiasa dengan kegiatan air seperti berenang dan beren-
dam
4) Mengasah bayi untuk mandiri, berani dan percaya diri
5) Meningkatkan kecerdasan dalam berpikir
6) Kualitas tidur bayi meningkat, bayi akan tidur semakin pulas
7) Meningkatkan bonding antara anak dengan orang tua
8) Meningkatkan nafsu makan bayi
9) Melatih pernapasan bayi (Ashriady et al, 2022; Retnosari et al, 2022).

3. Baby Gym
Tidak hanya orang dewasa, bayi juga dapat melakukan olahraga se-
nam yang biasa disebut dengan baby gym. Baby gym atau senam bayi ada-
lah latihan yang berfungsi untuk membantu stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan sistem motorik dan saraf bayi secara maksimal. Baby gym
merupakan permainan gerakan yang dapat dilakukan oleh bayi dan dapat
dilakukan pada bayi dengan usia 3-12 bulan.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa baby gym memiliki banyak
manfaat, salah satunya yaitu untuk membangun karakter bayi yang lebih
aktif, percaya diri dan mudah bersosialisasi. Beberapa manfaat baby gym
yang perlu Anda ketahui yaitu :

145
BAB 11. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

1) Memperkuat otot-otot dan persendian


2) Meningkatkan perkembangan motorik kasar anak seperti berjalan,
merangkak
3) Meningkatkan daya tahan tubuh
4) Meningkatkan keseimbangan tubuh
5) Meningkatkan fleksibilitas tubuh atau keseimbangan tubuh dan ke-
waspadaan bayi
6) Meningkatkan bonding antara orangtua dan anak
7) Mengajarkan anak berinteraksi dengan lingkungannya
8) Memperlancar peredaran darah dan jantung bayi menjadi sehat
9) Menaikkan nafsu makan bayi dan kualitas tidur bayi lebih baik
10) Mengoptimalkan fungsi indra penglihatan dan pendengaran serta
tumbuh kembang bayi (Ashriady et al, 2022; Retnosari et al, 2022).

Pada saat pertama kali bayi mencoba baby gym, kegiatan ini harus
dipimpin oleh bidan atau instruktur yang berkualitas. Tujuannya agar
anda dapat mengetahui cara melatih bayi dengan baik dan benar, se-
hingga nantinya bisa dipraktekkan di rumah. Untuk tujuan stimulasi tum-
buh kembang bayi, senam bayi dibedakan berdasarkan usia anak, mulai
dari usia 3 bulan, 4-6 bulan, 7-9 bulan, hingga 10-12 bulan.

146
BAB 11. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

Daftar Pustaka

Argaheni, Niken Bayu; Astuti, Etni Dwi; Azizah, Ninik; Winarsih; Putri,
Noviyati Rahardjo; Yuliani, Meda; Mahardany, Beauty Octavia; Nof-
lidaputri, Resty; Sebtalesy, Cintika Yorinda; Santi, M. Y. (2022). Asuhan
Kebidanan Komplementer (R. Watrianthos (ed.); 1st ed.). Yayasan Kita
Menulis.
Ashriady; Altahira, Sutrisna; Padeng, E.P; Duhaid, D.N; Rahayu, A.B.I.M;
Krowa, Y.R.R; Prihatini, R.J.I.T; Hanifah, AN; Febrianti, N.U.I.R; Rus-
pawan, O.D.M; Fitriani, D. (2022). Aplikasi Terapi Komplementer di Ke-
bidanan (M. Martini (ed.); 1st ed.). Media Sains Indonesia.
Hasnidar; Sulfianti; Putri, Noviyati Rahardjo; Tahir, Asriani; Arum, Dyah
Noviawati Setya: Indryani; Nardina, Evita Aurilia; Hutomo, Ca-
hyaning Setyo; Astyandini, Budi; Isharyanti, Septalia; Wahyuni; Arga-
heni, Niken Bayu; Astuti, Etni Dwi; Megasari, A. L. (2021). Asuhan Ke-
bidanan Neonatus, Bayi dan Balita (A. Karim (ed.)). Yayasan Kita Menu-
lis.
Kemenkes. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2019. In Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2022). Profil Kesehatan Indonesia 2021. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Octa, D. (2014). Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi/Balita dan anak prasekolah.
Deepublish, 2014.
Parasita, N. A., Dewi, I. A., & Daramatasia, W. (2021). Pengaruh Pijat Bayi
Sebagai Terapi Komplementer Terhadap Konstipasi Pada Bayi 6-12 Bu-
lan. Media Husada Journal Of Nursing Science, 2(1), 33–39.
Retnosari, Ekadewi; Setiawati; Putri, N. C. M. (2022). Buku Ajar Konsep Ho-
listik Massage (I. Y. Kusumawati (ed.); 1st ed.). Literasi Nusantara.
Rizqina, Y. T. (2018). Perbedaan Frekuensi Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan
Pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Srikandi Rumah Bunda. Universitas ’Aisyi-
yah Yogyakarta.
Sari, L. P., & Rosidi, I. Y. D. (2019). Peningkatan Berat Badan Bayi 0 – 6 Bulan
Melalui Tindakan Pemijatan Bayi. Patria Artha Journal of Nursing Sci-
ence, 3(2), 135–138. http://ejournal.patria-artha.ac.id/index.php/jns/arti-
cle/view/275

147
BAB 11. KONSEP DAN JENIS-JENIS ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

Tentang Penulis

Indah Yun Diniaty Rosidi


email : indahbo73@gmail.com

Penulis lahir di Ambon, 7 september 1991. Penulis mulai tertarik pada


kebidanan pada tahun 2009 dan memutuskan kuliah di Akademi Ke-
bidanan Buton Raya hingga lulus di tahun 2012. Pada tahun 2012-2014
penulis mengabdi sebagai bidan pelaksana di RSUD Buton, Sulawesi
Tenggara dan memutuskan melanjutkan kuliah DIV Bidan Pendidik di
STIKes Mega Rezky Makassar tahun 2015-2015. Setelah itu penulis
melanjutkan pendidikan S2 Ilmu Kebidanan pada tahun 2016-2018 di
Pascasarjana Universitas Hasanuddin, sekarang penulis menjadi salah
satu dosen tetap di STIKes Nani Hasanuddin Makassar pada program
studi DIII Kebidanan. Penulis memiliki kepakaran di bidang Pengantar
Asuhan Kebidanan, Anatomi Fisiologi, Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana. Penulis telah menulis Buku Ajar Kesehatan Repro-
duksi dan Keluarga Berencana dan telah melakukan penelitian yang te-
lah terpublikasi secara nasional. Penulis juga merupakan seorang terapis
Mother and Baby Spa yang telah tersertifikasi sejak tahun 2019.

148
BAB 12. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOM-
PLEMENTER DALAM ASUHAN BAYI DAN BALITA

12.1 Pendahuluan
Pada bab ini dijelaskan tentang tutorial dan simulasi asuhan komple-
menter dalam Asuhan Bayi dan Balita diantaranya tentang pijat bayi (baby
massage), senam bayi (baby gym), dan bayi berenang (baby swim) dengan me-
nyertakan contoh daftar tilik.

12.2 Baby Massage (Pijat Bayi)


Pijat pada bayi di seluruh tubuh dengan lembut dapat dilakukan
pada bayi baru lahir yang sehat dan cukup bulan karena dapat bermanfaat
untuk pertumbuhan dan perkembangan. Pijat dapat memberikan efek
menenangkan pada bayi dan meningkatkan ikatan antara orang tua dan
bayi (WHO, 2022).

Tabel 12. 1 Syarat Pijat Bayi

Sumber Keterangan
Petugas Bidan/perawat untuk melakukan pemijatan dan/atau
memberikan instruksi kepada orang tua/pengasuh un-
tuk melakukan pemijatan
Pelatihan ● Untuk bidan, perawat dan/atau orang tua, pelatihan
melakukan pijat bayi dari terapis pijat terlatih atau
konsultan pijat bayi
● Dalam kebanyakan kasus, penyedia pijat utama
kemungkinan adalah ibu, orang tua atau anggota
keluarga (dengan instruksi yang diberikan oleh bi-
dan/perawat)

Bahan ● Minyak pijat (opsional), seperti minyak nabati atau


minyak bayi yang tersedia secara komersial; harga
bervariasi menurut lokasi dan pemasok
● Brosur instruksional, video atau sejenisnya

149
BAB 12. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

Alat ● Sabun dan air bersih untuk cuci tangan yang benar
sebelum pemijatan
● Manikin bayi/model perawatan bayi untuk instruksi

Waktu ● Waktu untuk berlatih: bervariasi menurut teknik;


untuk teknik Field (1986), kurang lebih 1 jam untuk
memberikan instruksi dan mengamati serta teknik
pemijatan yang benar sesuai kebutuhan.
● Waktu untuk melakukan: bervariasi menurut teknik;
umumnya sesi 15-20 menit 1-3 kali sehari selama 4-5
hari setelah lahir hingga beberapa bulan.

Pengawasan Sama seperti perawatan biasa


Sumber: (Gurol, 2012; WHO, 2022)

Berikut dijabarkan tutorial dan simulasi asuhan komplementer pijat


pada bayi

Tabel 12. 2 Tutorial dan Simulasi Pijat Bayi

No Langkah/ Tugas Ket. Gam-


bar
Pijatan Wajah
1 Cares love (sentuhan cinta) : telapak tangan dile-
takkan pada dahi lalu pijat lembut hingga dagu,
seperti membuka buku.
2 Relax : Dengan menggunakan empu jari, pijat area
kening dari tengah ke samping. Pijat perlahan

3 Circle down : Pijat dengan empu jari dengan


gerakan memutar perlahan dari pangkal hidung
ke pipi

4 Smile : Pijat dengan lembut menggambar senyum


pada bibir atas dan bawah dengan menggunakan
jempol.

150
BAB 12. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

5 Cute : memijat lembut area belakang telinga


hingga dagu

Pijat pada Dada


6 Butterfly : letakkan telapak tangan di tengah dada,
lalu gerakkan hingga ke bawah leher dan bahu.
Kemudian digerakkan ke sisi samping dada dan
kembali ke tengah tanpa mengangkat tangan
7 Cross : letakkan telapak tangan pada kedua sudut
tulang rusuk paling bawah. Memijat secara silang
dari bagian pinggang ke bahu dan sebaliknya.
Dilakukan bergantian, pada bagian kanan dan
kiri.
Pijat pada Tangan
8 Milking INDIA : meremas lengan dari arah bahu
hingga pergelangan tangan.
Milking SWEDIA : lakukan gerakan seperti
memerah dari pergelangan tangan hingga
pangkal lengan
9 Rolling : Gunakan kedua telapak tangan untuk
melakukan gerakan memutar dari pangkal
lengan ke pergelangan tangan.
10 Squeezing : melakukan gerakan meremas dengan
kedua tangan dari pangkal lengan hingga perge-
langan tangan
11 Thumb after thumb : telapak tangan dan seluruh
permukaan telapak tangan dipijat dengan jempol
dimulai dari pergelangan tangan
12 Spiral : seluruh permukaan telapak tangan dan
punggung tangan yang dimulai dari pergelangan
tangan dipijat dengan gerakan melingkar
menggunakan ibu jari

151
BAB 12. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

13 Finger shake : Goyang dan menarik perlahan se-


tiap jarinya dari jempol hingga kelingking

14 Relax : Pegang kedua pergelangan bayi, lalu si-


langkan kedua tangan pada dada

Pijatan pada Perut


15 Mengayuh : tekan dinding perut secara lembut
dari bawah tulang rusuk hingga di bawah pusar
16 Bulan-Matahari : Pijat dimulai dari perut kiri atas
ke kanan searah jarum jam ke perut kanan bawah
(lunar movement)
17 Gerakan I-Love-U
I : buat pola lurus ke bawah dari perut kiri atas
bayi seolah-olah membentuk huruf “I” dengan
menggunakan 3 ujung jari tangan.
Love : Buat garis melintang di perut bayi dari
kanan atas ke kiri. Kemudian lanjutkan meng-
gambar garis ke perut, membentuk huruf “L”.
U : Terakhir, buat huruf "U" terbalik dari perut
sisi kanan bayi. Perlahan arahkan jari Anda ke
atas dan kebawah perut sisi kiri bayi

18 Walking fingers : menekan dengan lembut secara


bergantian dari kanan ke kiri pada seluruh bagian
dinding perut untuk mengeluarkan gelembung
udara dengan menggunakan ujung jari telunjuk,
tengah, dan manis.
19 Relax : angkat kaki bayi ke atas lalu dorong perla-
han ke arah perut.

Pijatan Kaki
20 Milking INDIA : lakukan pijatan dari paha ke
kaki dengan gerakan memerah.

152
BAB 12. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

Milking SWEDIA : lakukan pijatan dari tungkai


bawah ke atas (paha) dengan gerakan memerah.

21 Squeezing : dari pangkal paha hingga ujung jari


kaki dipijat dengan menggenggam dan memutar.
22 Thumb after thumb : pijatan dengan menekan lem-
but secara bergantian pada jari kaki

23 Spiral : Pijat seluruh telapak kaki dengan gerakan


memutar menggunakan jempol
24 Finger shake : Gerakkan tiap jari kaki bayi dengan
kedua jari tangan dan lalu tarik perlahan.

25 Relaks : pergelangan kaki bayi dipegang dan si-


langkan hingga pergelangan kaki bertemu. Posisi
kaki dikembalikan ke posisi semula, dilakukan
secara bergantian dan berulang.
Pijatan Punggung
26 Go back forward : tangan tegak lurus dengan tu-
lang belakang, dipijat dengan maju mundur
dengan kedua telapak tangan dari tengkuk
hingga bokong.
27 Mengayuh : Memijat punggung dengan kedua
tangan secara bergantian dari tengkuk hingga
bokong dengan lembut.
28 Slip : telapak tangan digerakkan lurus dari atas
hingga ke bawah (dari belakang leher ke bokong)

29 Spiral : Gunakan jari-jari untuk melakukan


gerakan melingkar kecil di sepanjang otot
punggung dari bahu hingga bokong.
30 Menggaruk : Menekan dengan lembut
menggunakan ujung jari dari leher hingga
bokong

Sumber : (Sari, et al., 2022)

153
BAB 12. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

12.3 Baby Gym (Senam Bayi)


Intervensi aktivitas fisik berkaitan erat dengan peningkatan perkem-
bangan kognitif pada bayi/ anak. Sebagian besar bukti penelitian terjadi
pada anak usia prasekolah (3-4 tahun) (Carson, et al., 2017). Durasi tidur
yang lebih pendek juga dikaitkan dengan screen time yang lebih lama dan
lebih banyak cedera (Chaput, et al., 2017). Kombinasi perilaku gerakan yang
paling ideal (misalnya tidur nyenyak, perilaku kurang gerak, dan aktivitas
fisik tinggi) mungkin penting untuk kesehatan yang optimal pada bayi/
anak umur 0-4 tahun (Kuzik, et al., 2017).

Tabel 12.3 Persiapan Senam bayi

Persiapan Keterangan
Petugas Bidan mendampingi dan memberikan instruksi kepada
orang tua/pengasuh untuk melakukan senam bayi
Tempat ● Cari tempat yang cukup luas untuk meletakkan bayi
● Pastikan udara dalam ruangan tersebut, hangat dan
tidak pengap

Alat & Ba- ● Radio/ sarana untuk memutar lagu anak yang ceria
han ● Kasur (tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal)
● Bayi menggunakan baju kaos berbahan katun
Waktu ● Waktu senam bervariasi : pagi, siang, atau malam
● Lamanya : 5 – 10 menit
● Frekuensi : 1- 2 kali sehari
Catatan ● Kurangi intensitas senam, jika bayi tampak kelelahan
dan berat badannya turun, jika bayi sakit, jangan
melakukan senam
● Perhatikan ekspresi bayi saat senam
● Lakukan kontak mata untuk menjalin kedekatan
sekaligus mencermati apakah bayi menikmati kegiatan
tersebut.
● Jika bayi tidak menikmati kegiatan senam tersebut,
hentikan

154
BAB 12. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

● Gerakan dalam senam bayi tidak melawan gerakan nor-


mal

Sumber : (Larasati, 2017; Febry, et al., 2020)

Berikut disajikan tutorial dan simulasi asuhan komplementer senam


bayi

Tabel 12. 4 Tutorial dan Simulasi Senam Bayi

No Langkah/ Tugas Ket. Gam-


bar
Gerakan Senam bayi 0-3 bulan
1. Gerakan meraih mainan : gerakkan mainan yang
mengeluarkan bunyi gemerincing di atas bayi, se-
hingga bayi terangsang mengangkat tangannya un-
tuk meraih mainan tersebut. (Lakukan gerakan ini
sebanyak 6 kali dalam 2 kali hitungan)
2. Gerakan tangan : pegang kedua tangan bayi,
kemudian gerakkan secara bersamaan ke luar me-
nyerupai gerakan peregangan. Kemudian secara
bersama-sama, angkat tangan ke atas. (Lakukan 8
gerakan dan diulang 2 kali)
3. Gerakan Dorongan Kaki : pegang kedua kaki,
kemudian meluruskan kaki bayi lalu dorong secara
perlahan dan lembut ke arah perut. (Lakukan 8
gerakan dan diulang 2 kali)
Gerakan Senam bayi 4-6 bulan
1. Bawa lengan bayi ke samping setinggi bahu (diren-
tangkan)
2. Lengan bayi diangkat ke atas kepala, kemudian
kembali ke posisi awal
3. Kedua lengan bayi digerakkan ke samping secara
bergantian, lalu kembali ke posisi semula
4. Silangkan lengan bayi di depan dada lalu kembali
ke posisi awal

155
BAB 12. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

5. Kedua kaki bayi ditekuk ke perut secara bersamaan


dan luruskan ke posisi awal

6. Kedua bayi ditekuk secara bergantian dan digerak-


kan seperti gerakan mendayung, dan kembali ke
posisi semula
7. Tekuk kaki bayi, lalu putar paha ke luar, ke dalam,
lalu kembali ke posisi awal
8. Satukan telapak kaki ke depan perut, dan gerakkan
ke kiri dan ke kanan

9. Seluruh gerakan diulang sebanyak 4 kali


Gerakan Senam bayi 7-9 bulan
1. Gerakan miring ke kiri dan kanan : baringkan bayi,
pegang kedua kaki bayi dan gulirkan bayi ke
samping kiri dan kanan secara bergantian.
Gerakan ini dapat melatih otot perut, pinggang dan paha
2. Posisikan bayi pada setengah duduk. Tempatkan
tubuh bayi dalam posisi berbaring. Pegang lengan
dan kaki bayi dengan menekuk siku dan lutut.
Tarik perlahan kepala bayi dari matras hingga bayi
dalam posisi setengah duduk. Lalu kepala bayi di-
turunkan kembali hingga menyentuh alas.
3. Masing-masing lakukan 8 kali gerakan dan diulang
2 kali.
Gerakan Senam bayi 10-12 bulan
1. Gerakan berlutut :
Posisikan bayi pada posisi duduk dan kembalikan
ke posisi berlutut (saat bayi melakukan gerakan ber-
lutut di depan meja atau guling)
Memegang lengan bawah bayi dan dorong agar
tubuhnya menjadi tegak (saat posisi berlutut).
Memegang panggul bayi, miringkan ke satu sisi
sampai bayi menarik kaki ke depan dan mencoba
berdiri (saat posisi berlutut sudah tegap).

156
BAB 12. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

2. Gerakan jongkok : bayi ditempatkan di atas alas


dengan posisi jongkok di atas kedua kakinya.
Lengan dan posisi siku lurus dan dibiarkan
menopang tubuh bayi dengan cara bertumpu.
Naikkan dan turunkan bokong bayi sehingga pusat
gravitasi tubuh bergeser ke depan dan ke belakang.
3. Masing-masing lakukan 8 kali gerakan dan diulang
2 kali.
Sumber : (Larasati, 2017; Safitri, et al., 2019; Febry, et al., 2020)

12.4 Baby Swim


Hasil penelitian tentang pengaruh potensial aktivitas olahraga air
(akuatik) pada perkembangan motorik anak, menunjukkan bahwa bayi da-
lam kelompok eksperimen, meskipun lebih muda dari anak-anak dalam ke-
lompok kontrol, mencapai tingkat perkembangan motorik yang lebih besar
(Leo, et al., 2022). Selain itu, berdasarkan hasil penelitian menyebutkan
bahwa terdapat hubungan yang kuat antara menerima stimulasi motorik
ekstra pada awal masa bayi dan peningkatan perkembangan persepsi gerak
visual yang dipercepat seperti yang diamati dengan EEG kepadatan tinggi
(Borge & Meer, 2022).

Gambar 12.1 Model kepala dengan area korteks visual terkait, dari kiri ke kanan
VCbL, VCrL, PM, VCrR.
Sumber : (Borge & Meer, 2022)

157
BAB 12. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

Gambar 12.2 VEP gerakan rata-rata besar dengan epoch diatur dari 200 hingga 800
ms.
Sumber : (Borge & Meer, 2022)

Tabel 12.5 Syarat Baby Swim

Syarat Keterangan
Umur 2 – 17 bulan
Berat badan Minimal 5kg
Suhu air ● Umur < 3 bulan suhu air ± 32°C
● Umur > 3 bulan suhu air ± 30°C
Waktu ● Lamanya : 10 – 15 menit
● Frekuensi : 1- 2 kali sehari
Alat dan ba- ● Kolam, baju renang bayi, neckring, handuk, minyak
han telon, bedak, baju ganti
Catatan ● Jika bayi tampak kelelahan dan berat badannya
turun, jika bayi sakit, jangan melakukan latihan
● Sebaiknya bayi menggunakan baju renang untuk
membantu menjaga kehangatan bayi selama di air
Sumber : (Roberts, 2012; Safitri, et al., 2019)

Berikut disajikan tutorial dan simulasi asuhan komplementer baby


swim

Tabel 12. 6 Tutorial dan Simulasi Baby Swim

No Langkah/ Tugas Ket. Gambar


1. Gerakan pemanasan : guna mempersiapkan
otot dan persendian tubuh, meningkatkan
pemanasan sebesar 1°C, meningkatkan denyut
jantung sehingga darah mengalir lebih cepat

158
BAB 12. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

ke seluruh tubuh sehingga otot menerima


lebih banyak oksigen. Kami berharap bayi
dapat menggerakkan anggota tubuhnya
dengan cepat, kuat, dengan jangkauan gerak
yang luas dan dengan rasa nyaman.
2. Air hangat disiapkan

3. Adaptasikan bayi dengan air (pada kaki, pe-


rut, dan tangan)

4. Neckring dikenakan pada leher bayi

5. Biarkan bayi berenang dan bergerak serta ber-


main di dalam air selama 10-15 menit.

6. Lakukan pengamatan pada gerakan kaki,


lengan, dan tubuh bayi
7. Bayi diawasi dengan baik, agar tidak mem-
inum air di kolam
8. Keluarkan bayi dari kolam dan keringkan
dengan handuk

9. Balurkan minyak telon pada tubuh bayi dan


kenakan pakaian pada bayi/ anak

Sumber : (Safitri, et al., 2019)

12.5 Contoh Daftar Tilik


Berikut dijabarkan contoh daftar tilik baby swim untuk penilaian ca-
paian kompetensi mahasiswa teruji :

Petunjuk Penilaian soft skill dan hard skill :


Nilailah setiap kinerja/ langkah dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
0 : langkah prosedur tidak dikerjakan
1 : langkah prosedur dikerjakan tetapi kurang tepat

159
BAB 12. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

2 : langkah prosedur dikerjakan dengan benar, tepat tanpa ragu-


ragu

Nilai
No Butir yang dinilai
0 1 2
A. Soft Skill
1. Menyambut klien dengan ramah dan sopan
2. Memperkenalkan diri kepada klien
3. Merespon terhadap reaksi klien
4. Percaya diri
5. Menjaga privasi klien
6. Menanyakan keluhan klien
7. Menjelaskan maksud dan tujuan dari tindakan
yang dilakukan
8. Menjelaskan secara sistematis
9. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
10. Penggunaan alat dan bahan
11. Memberikan kesempatan untuk bertanya,
memberikan umpan balik
12. Tetap berkomunikasi selama melakukan tin-
dakan
Jumlah Nilai : Nilai x 100
24
B. Hard Skill
1. Persiapan alat dan bahan
2. Melakukan latihan pemanasan pada bayi
3. Air hangat disiapkan
4. Adaptasikan bayi dengan air (pada kaki, pe-
rut, dan tangan)
5. Neckring dikenakan pada leher bayi
6. Biarkan bayi berenang dan bergerak serta ber-
main di dalam air selama 10-15 menit.
7. Lakukan pengamatan pada gerakan kaki,
lengan, dan tubuh bayi
8. Bayi diawasi dengan baik, agar tidak mem-
inum air di kolam
9. Keluarkan bayi dari kolam dan keringkan
dengan handuk

160
BAB 12. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

10. Balurkan minyak telon pada tubuh bayi dan


kenakan pakaian pada bayi/ anak
Jumlah Nilai : Nilai x 100
20
TOTAL SCORE = 44
Nilai akhir = Ʃ Score x 100
44
Sumber : (Safitri, et al., 2019)

161
BAB 12. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

Daftar Pustaka

Borge Blystad, J., & Van der Meer, A. L. (2022). Longitudinal Study of In-
fants Receiving Extra Motor Stimulation, full-term Control Infants,
and Infants Born Preterm : High-Density EEG Analyses of Cortical
Activity in Response to Visual Motion. Developmental Psychobiol-
ogy, e22276.

Carson, V., Lee, E.-Y., Hewitt, L., Jennings, C., Hunter, S., Kuzik, N., . . .
Timmons, B. (2017). Systematic Review of The Relationships Be-
tween Physical Activity and Health Indicators in The Early Years
(0-4 years). BMC Public Health, 854.

Chaput, J.-P., Gray, C. E., Poitras, V. J., Carson, V., Gruber, R., Birken, C. S.,
. . . Tremblay, M. S. (2017). Systematic Review of The Relationships
Between Sleep Duration and Health Indicators in the Early Years
(0-4 years). BMC Public Health, 855.

Febry, A. B., Hermawaty, Y., & Marendra, Z. (2020). Mama Papa Wajib Tahu
Anak Sehat, Cerdas & Bahagia. Sidoarjo: Genta Group Production.

Gürol A, P. S. (2012). The Effects of Baby Massage on Attachment Between


Mother and Their Infants. Asian Nurs Res, 35-41.

Kuzik, N., Poitras, V. J., Tremblay, M. S., Lee, E.-Y., Hunter, S., & Carson,
V. (2017). Systematic Review of The Relationship between Combi-
nations of Movement Behaviors and Health Indicators in The
Early Years (0-4 years). BMC Public Health, 849.

Larasati, K. (2017). Cara Asyik Mengurus Bayi. Yogyakarta: Genesis Learn-


ing.

Leo, I., Leone, S., Dicataldo, R., Vivenzio, C., Cavallin, N., Taglioni, C., &
Roch, M. (2022). A Non-Randomized Pilot Study on The Benefits

162
BAB 12. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

of Baby Swimming on Motor Development. International Journal of


Environmental Research and Public Health.

Roberts, C. (2012). Boost Your Child's Fitness. London: Hodder Education.

Safitri, Y., Lubis, D. H., & Yunita, W. (2019). Stimulasi Baby Spa Optimalkan
Tumbuh Kembang Bayi dan Balita. Sumatera Barat: Yayasan Pendidi-
kan Cendekia Muslim.

Sari, P. I., Anggraini, A., Treasa, A. D., Aji, S. P., Purnama, Y., Kurniati, N.,
Argaheni, N. B. (2022). Asuhan Kebidanan Komplementer. Sumatera
Barat: PT Global Eksekutif Teknologi.

WHO. (2022). WHO recommendations on maternal and newborn care for a posi-
tive postnatal experience [Internet]. Geneva: World Health Organiza-
tion.

163
BAB 12. TUTORIAL DAN SIMULASI ASUHAN KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN
BAYI DAN BALITA

Tentang Penulis
Wahyuni
email : wahyuni0891@gmail.com

Lahir di Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia


pada tanggal 26 Agustus 1991. Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar
(SD) pada tahun 2003 di SD Negeri 419 Wulasi, Kab. Luwu Timur, Sula-
wesi Selatan. Pada tahun 2006, tamat SMP di SMPN 3 Malili, Kab. Luwu
Timur. Tahun 2009, lulus SMA di SMK Keperawatan Gafur Yahya
Bulukumba. Tahun 2012, menyelesaikan pendidikan D3 Kebidanan di
Akbid Tahirah Al Baeti Bulukumba. Melanjutkan pendidikan D-IV Bidan
Pendidik di STIKES Mega Rezky Makassar pada tahun 2014-2015. Me-
nyelesaikan pendidikan S2 Kebidanan pada tahun 2018 di Universitas
Hasanudin Makasar. Tahun 2019 - sekarang bekerja di Poltekkes Kemen-
kes Manado dan saat ini menjadi salah satu peserta “Agent Of Change” di
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Manado. Riwayat publikasi di Jurnal
Ilmiah terakreditasi Nasional sebanyak 2 artikel dan artikel pada Prosid-
ing sebanyak 2 artikel. Publikasi di Jurnal Internasional yakni 1 artikel.
Dan menjadi oral presenter pada kegiatan The 5th International Conference
Health Polytechnic of Surabaya (ICoHPS) “Post Covid-19 Pandemic The Future
of Health Care”

164
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOM-
PLEMENTER KEBIDANAN DI DUNIA

13.1 Pendahuluan
Pengobatan tradisional komplementer (Traditional Complementary
Medicine/ TCM) sampai hari ini menjadi perhatian para tenaga kesehatan
dan pengambil keputusan sektor kesehatan. Pada level global, Organ-
isasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan perhatian terhadap
perkembangan pengobatan tradisional. WHO telah merilis buku panduan
umum penelitian pengobatan tradisional. Buku panduan tersebut
mengemukakan metode penelitian dan evaluasi penelitian pengobatan
tradisional. jenis pengobatan alternatif dikelompokkan menjadi dua yaitu
berdasarkan herbal serta berdasarkan prosedur tradisional.

WHO memperkirakan bahwa 80% atau lebih dari populasi sebagian


besar negara berkembang bergantung pada pendekatan kesehatan tradi-
sional ini untuk perawatan kesehatan dasar mereka, telah menggambarkan
sistem kesehatan tradisional sebagai holistik, yaitu, melihat manusia secara
totalitas dalam spektrum ekologis yang luas, dan menekankan pandangan
bahwa kesehatan atau penyakit yang buruk disebabkan oleh ketidakseim-
bangan manusia dengan sistem ekologi secara holistik. Dokumen WHO
menggambarkan sistem kesehatan tradisional sebagai "salah satu cara pal-
ing pasti untuk mencapai cakupan perawatan kesehatan total populasi
dunia, menggunakan metode yang dapat diterima, aman, dan layak secara
ekonomi"(WHO, 1978).

Tidak diragukan lagi bahwa semakin banyak pasien di seluruh dunia


yang beralih ke pengobatan komplementer dan alternatif tradisional
(TCAM). Penggunaan TCAM di Eropa berkisar dari<10% di negara-negara
Eropa Timur hingga setinggi 35,4% di Perancis. Tingkat penggunaan yang
lebih tinggi> 50% dilaporkan dari negara-negara Asia Timur. Wanita
umumnya lebih banyak cenderung menggunakan TCAM daripada rekan
pria mereka (Peltzer K, 2018). Permintaan yang meningkat untuk menga-
dopsi TCAM ini menekankan perlunya panduan berbasis bukti yang
berkaitan dengan kemanjuran sebenarnya dari modalitas manajemen ini

165
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

dalam praktik kebidanan dan ginekologi (Savona-Ventura & Mahmood,


2022).

Tinjauan sistematis terhadap pedoman terbitan yang relevan dengan


Australia telah mengkonfirmasi bahwa ada kekurangan umum tentang
penggunaan TCAM yang benar selama kehamilan, dan ketika rekomendasi
ini dibuat, informasinya seringkali tidak konsisten yang mengarah ke vari-
asi potensial dalam perawatan. Banyak masalah yang dibahas dalam pe-
doman ini terkait dengan suplementasi dengan nutrisi dan pengobatan
herbal. Sangat sedikit pedoman yang memberikan informasi dan saran
yang jelas mengenai penggunaan bentuk fisik TCAM seperti akupre-
sur/akupunktur (Ee et al., 2022).

Praktisi TCAM tidak merekomendasikan penggunaan akupunktur


pada titik akupuntur tertentu selama kehamilan (semua titik akupuntur di
bawah umbilikus dan L.1–4 Hegu, SP-6 Sanyinjia, BL-60 Kunlun, dan BL-66
Zhiyin), dan juga merekomendasikan bahwa titik akupuntur perut bagian
atas harus dihindari pada trimester kedua-ketiga. Modalitas TCAM fisik da-
lam praktek kebidanan telah dianjurkan sebagai berguna untuk sejumlah
kondisi kebidanan (Maciocia, 2011).

Bidan harus dapat menerapkan pengetahuan yang komprehensif


tentang mekanisme kerja masing-masing terapi terhadap perubahan fisiol-
ogis dan patologis potensial yang terjadi selama kehamilan, persalinan, dan
masa nifas agar dapat melakukan praktik dengan aman.

Sistem kesehatan tradisional di negara-negara berkembang biasanya


merupakan pilihan utama dari tingkat masyarakat termiskin ketika mem-
butuhkan perawatan kesehatan. Dari perspektif kebijakan kesehatan inter-
nasional, mereka relevan karena mereka (1) tersedia secara lokal, (2) berke-
lanjutan, (3) murah, dan (4) berpotensi efektif sebagai sarana pencegahan,
intervensi dini, dan pengobatan sendiri.

Faktor budaya memainkan peran penting dalam ketergantungan


yang berkelanjutan pada pengobatan tradisional. Seringkali, penduduk
desa akan mencari bantuan simtomatik dari pengobatan modern, sambil

166
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

beralih ke pengobatan tradisional untuk pengobatan apa yang mungkin di-


anggap sebagai "penyebab sebenarnya dari kondisi tersebut"(Bodeker,
1995).

13.2 Perkembangan Asuhan Komplementer Kebidanan di Dunia


Berikut adalah perkembangan asuhan komplementer kebidanan di
dunia:(Bodeker, 1995).

13.1.1 Asia
Sistem kesehatan tradisional di Asia telah dimasukkan sebagai kom-
ponen formal perawatan kesehatan nasional selama beberapa dekade.
Setelah lebih dari seabad bergulat dengan hubungan antara sistem perawa-
tan kesehatan Barat dan tradisional. India memberikan tempat resmi untuk
sistem medis Ayurveda dan Unani melalui Undang-Undang Dewan Pusat
Pengobatan India tahun 1970. Sekarang ada lebih dari 200.000 praktisi
medis tradisional terdaftar di India.

China telah memiliki kebijakan untuk mengintegrasikan pengobatan


tradisional dalam perawatan kesehatan nasional selama lebih dari tiga dek-
ade dan memiliki program nasional yang luas dan terintegrasi dimana pen-
gobatan modern dan tradisional digabungkan sebagai komponen formal
dari penyediaan perawatan kesehatan nasional. Di India dan Cina, sektor
kesehatan traditional menyediakan sebagian besar perawatan kesehatan
bagi masyarakat miskin dan pedesaan.

Pakistan dan Bangladesh sama-sama memiliki departemen pen-


gobatan tradisional dalam Kementerian Kesehatan mereka. Di Sri Lanka
penggunaan sistem pengobatan Ayurveda tersebar luas, terdapat Departe-
men Ayurveda di dalam Kementerian Kesehatan. Di Nepal, ada perguruan
tinggi pendidikan Ayurveda di Kathmandu dan Departemen Ayurveda di
dalam Kementerian Kesehatan.

Di Korea, di mana cakupan asuransi kesehatan tersedia untuk


perawatan medis Oriental, antara 15% dan 20% dari anggaran kesehatan
nasional diarahkan ke layanan medis tradisional. Laporan pemerintah Ko-
rea menunjukkan bahwa pengobatan tradisional disukai secara merata oleh

167
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

semua lapisan masyarakat. Di Jepang, di mana dokter telah diizinkan un-


tuk meresepkan dan mengeluarkan obat. Lebih dari dua pertiga dari semua
dokter Jepang dilaporkan beberapa kali meresepkan obat herbal, beberapa
dari mereka dengan frekuensi yang tinggi.

13.1.2 Benua Amerika


Pada konferensi Pan American Health Organization (PAHO) 1993
tentang masyarakat adat dan kesehatan, yang diadakan di Winnipeg,
Kanada, banyak delegasi dari Amerika Selatan melaporkan pertumbuhan
minat dan aktivitas nasional dan lokal dalam sistem kesehatan tradisional
(PAHO, 1993 ).

Sejumlah negara Amerika Selatan telah membentuk departemen atau


divisi pengobatan tradisional dalam kementerian kesehatan mereka. Di
Meksiko telah ada program komprehensif untuk merevitalisasi tradisi
kesehatan pribumi. Sebuah program penelitian etnomedis dan farmakog-
nostik telah mengidentifikasi lebih dari seribu obat tradisional. Pemerintah
dan organisasi adat telah mendirikan pusat pelatihan untuk mengkomu-
nikasikan pengetahuan medis tradisional kepada generasi baru petugas
perawatan kesehatan. Rumah sakit pengobatan tradisional telah didirikan
di sejumlah daerah pedesaan, dan Konstitusi Meksiko dilaporkan sedang
direvisi untuk memberikan bentuk perawatan penyembuhan tradisional
tempat konstitusional dalam penyediaan perawatan kesehatan nasional.

Di Kanada, Undang-Undang Kebidanan (RUU 56) tahun 1994 secara


resmi membebaskan bidan aborigin dari yurisdiksinya tentang dan proses
pengaturan. Hal ini telah memberikan dorongan baru untuk revitalisasi ke-
bidanan tradisional di Kanada. Bahkan sebelum undang-undang ini, Aso-
siasi Wanita Inuit Kanada telah mengembangkan program untuk merevi-
talisasi praktik kelahiran tradisional.

13.1.3 Afrika
Sejumlah negara Afrika telah mengembangkan program dalam ke-
menterian kesehatan mereka untuk mendukung studi dan promosi perawa-
tan kesehatan tradisional dalam pelayanan perawatan kesehatan primer.
Selain itu, pusat penelitian telah didirikan di banyak negara, dan sejumlah
kolaborasi regional ada di antara para peneliti produk natural, termasuk

168
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

Organisasi Penelitian Produk Alami Afrika Timur dan Tengah dan Ke-
lompok Tanaman Obat dari Organisasi Persatuan Afrika.

Undang-Undang Kebijakan dan Otoritas Obat Nasional Uganda


(1993) telah menyatakan bahwa kebijakan obat nasional harus "menginten-
sifkan penelitian di semua jenis obat termasuk obat tradisional."

Dari perspektif kebijakan kesehatan, strategi penelitian nasional dan


internasional yang memandang obat tradisional sebagai bahan baku dari
mana produk sintetis lainnya dapat dikembangkan berisiko membuat
penelitian nasional menjauh dari studi sistem kesehatan tradisional sebagai
sistem layanan kesehatan yang valid dengan sendirinya. Sebaliknya, pen-
dekatan semacam itu mendukung pengembangan obat-obatan dari bahan-
bahan Dunia Ketiga untuk melayani, bukan prioritas kesehatan negara
berkembang, seperti malaria, schistosomiasis, penyakit diare, dan keku-
rangan gizi, tetapi masalah kesehatan Dunia Pertama, seperti penyakit kar-
diovaskular dan kanker.

Data penelitian yang dikumpulkan tentang pengobatan tradisional


di sebagian besar negara cenderung dalam bentuk studi farmakognostik
dan fitokimia pada tanaman obat individu. Uji klinis yang dirancang untuk
menentukan hasil klinis campuran tanaman tradisional medicinal jarang
terjadi.

13.1.4 Eropa
Tinjauan ilmiah European board and college of obstetrics and gynaecology
(EBCOG) mengenai peran intervensi fisik komplementer tradisional dalam
kebidanan telah merangkum aplikasi traditional complementary and alterna-
tive medicine (TCAM) diantaranya:

Kondisi antenatal
Keguguran: Akupunktur dianjurkan untuk manajemen keguguran yang
terancam dan kebiasaan sebagai upaya untuk 'memperkuat kehamilan'.
Perawatan diterapkan pada beberapa titik akupuntur secara tunggal atau
dalam kombinasi yang mungkin diperkuat dengan perawatan moxa (Mac-
iocia, 2011). Studi yang tersedia menunjukkan bahwa wanita dengan an-
caman keguguran yang menjalani akupuntur atau manajemen akupresur

169
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik dalam hasil ke-


hamilan sebagaimana tercermin dari keguguran atau komplikasi kehamilan
(Oviedo et al., 2021).

Akupresur adalah bentuk akupunktur non-invasif yang melibatkan


penerapan tekanan konstan pada titik atau area tertentu, umumnya pada
titik P6 Neiguan yang terletak di bagian dalam medial lengan bawah dekat
pergelangan tangan. Atau akupresur auricular juga telah dianjurkan untuk
menjadi berguna. Alternatif lain yang direkomendasikan untuk pe-
natalaksanaan mual/muntah termasuk titik akupuntur perut bagian atas
dan titik akupuntur distal lainnya (Maciocia, 2011).

Tinjauan sistematis basis data Cochrane berdasarkan tujuh studi menun-


jukkan bahwa mungkin ada beberapa bukti yang tidak konsisten bahwa
akupresur P6 efektif dalam mengurangi gejala mual/muntah bila
dibandingkan dengan placebo (Matthews et al., 2015). Satu studi yang mem-
bandingkan akupresur KI-21 Youmen (perut bagian atas) dengan akupre-
sur palsu melaporkan perbedaan yang signifikan secara statistik men-
dukung akupresur KI-21 Youmen pada hari keempat pengobatan (Rad et
al., 2012). Uji coba terkontrol acak tersamar tunggal menunjukkan bahwa
keparahan konstipasi selama kehamilan menurun secara signifikan pada
kelompok akupresur yang dikelola pada titik akupuntur TH-6 Zhigou (ba-
gian dorsal dari pergelangan tangan)(Kirca & Kanza Gül, 2021).

National Institute for Health and Care Excellence (NICE) tahun 2021 ten-
tang perawatan antenatal rutin merekomendasikan akupresur adjuvan
membantu meringankan gejala dalam kasus mual dan muntah sedang
hingga berat. Keuntungan dari akupresur gelang dibandingkan akupuntur
atau akustimulasi pada titik akupuntur P6 Neiguan atau TH-6 adalah
bahwa dapat dengan mudah diterapkan dalam praktik klinis tanpa memer-
lukan staf terlatih. Masuk akal untuk mempromosikan modalitas pen-
gobatan ini kepada wanita hamil yang ingin dan bersedia menggunakan
bentuk alternatif untuk mengelola simtomatologi mereka.

Gangguan pernafasan: Perubahan fisiologis dan anatomis saat ke-


hamilan dapat mengakibatkan berkembangnya sejumlah gejala pernapa-
san, seperti sesak napas yang dapat membuat ibu tidak nyaman. Perubahan

170
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

ini dapat menyebabkan wanita yang menderita asma kronis dan penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK) menjadi sangat tertekan. Akupunktur
dengan/keluar moksibusi, termasuk akupresur pada titik P6 Neiguan yang
diaplikasikan pada pergelangan tangan kiri, telah dianjurkan sebagai sa-
rana untuk meredakan gejala sesak napas pada wanita hamil. Demikian
pula modalitas TCAM telah dianjurkan dalam pengelolaan batuk selama
kehamilan (Maciocia, 2011). Modalitas TCAM telah diusulkan sebagai ber-
potensi berguna dalam pengelolaan PPOK tetapi bukti efektivitas masih
terbatas, meskipun tidak ada efek berbahaya yang dilaporkan (Coyle et al.,
2014).

Karena tidak ada efek samping yang terkait dengan penggunaan mo-
dalitas TCAM pada kehamilan, modalitas manajemen seperti itu dapat di-
pertimbangkan tetapi hanya sebagai tambahan untuk manajemen farma-
kologis standar setelah penilaian klinis lengkap telah mengesampingkan
patologi yang mendasarinya.

Gejala kencing: Perubahan fisiologis terkait kehamilan


mempengaruhi wanita tersebut terhadap peningkatan risiko infeksi saluran
kemih (ISK). Akupunktur, khususnya pada acupoint SP-9 Yinlingquan
yang terletak di atas saraf tibialis, telah dianjurkan sangat berguna dalam
mengurangi gejala terkait urin (Maciocia, 2011). Dua studi RCT menilai
penggunaan akupunktur untuk mencegah ISK berulang telah menunjuk-
kan modalitas yang berpotensi berguna (Schneeberger et al., 2015). Jika mo-
dalitas TCAM dipertimbangkan dalam mengelola masalah berkemih
selama kehamilan, ini hanya boleh digunakan sebagai adjuvant untuk men-
gurangi simtomatologi sementara manajemen standar untuk ISK pada ke-
hamilan sedang diterapkan (Savona-Ventura & Mahmood, 2022).

Manajemen intrapartum
Presentasi bokong: Modalitas TCAM telah dianjurkan selama bagian
akhir kehamilan untuk memastikan presentasi kepala selama persalinan
dan kelahiran. Sebuah meta-analisis dari 16 RCT menunjukkan bahwa mok-
sibusi dengan/tanpa akupunktur pada titik akupuntur BL67 Zhiyin mengu-
rangi kejadian presentasi bokong saat aterm terutama pada populasi Asia.

171
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

Tampaknya tidak ada peningkatan tingkat efek samping dari prosedur ter-
sebut. Mekanisme untuk hal ini belum ditentukan tetapi disarankan bahwa
moksibusi pada BL67 merangsang produksi prostaglandin dan estrogen
yang mendorong aktivitas uterus yang menyebabkan peningkatan gerakan
janin [29]. Satu studi menegaskan bahwa setelah moksibusi, tingkat operasi
caesar pada kehamilan trimester ketiga dengan presentasi bokong terbukti
berkurang (van den Berg et al., 2010).

Selama persalinan, modalitas TCAM telah dianjurkan sebagai cara


yang berguna untuk menginduksi permulaan persalinan dan sebagai ben-
tuk analgesia selama persalinan. Peninjauan sistematis basis data Cochrane
berdasarkan 22 percobaan menunjukkan bahwa akupunktur manual atau
elektro mungkin terkait dengan peningkatan pematangan serviks yang
dibuktikan dengan peningkatan skor Bishop dan periode intrapartum yang
lebih singkat. Namun tidak ada perbedaan yang ditunjukkan dalam hasil
persalinan (Smith et al., 2017). Modalitas TCAM juga telah digunakan untuk
memberikan analgesia selama persalinan dan dengan demikian berpotensi
mengurangi penggunaan analgesia farmakologis. Komplikasi pasca per-
salinan: Modalitas TCAM telah disarankan untuk membantu mempromosi-
kan sekresi dan ekskresi susu. Tinjauan sistematis berdasarkan sembilan
studi menunjukkan bahwa akupunktur atau akupresur di berbagai titik
akupuntur mungkin berguna untuk meningkatkan produksi ASI dan
kemungkinan lebih lanjut mengurangi pembengkakan payudara (Hajian H,
Soltani M, 2021).

13.1.5 Australia
Tingkat intervensi di Australia selama kelahiran jauh di atas rata-rata
seperti penggunaan blok epidural secara rutin, demikian pula tingkat ke-
lahiran dengan alat bantu dan intervensi medis (Dahlen et al., 2013). Tingkat
epidural di rumah sakit New South Wales (NSW) telah menunjukkan pen-
ingkatan pesat selama dekade terakhir. Tinjauan sistematis pada pendidi-
kan persalinan melaporkan bahwa efektivitas pendidikan antenatal untuk
melahirkan atau menjadi orang tua mendukung gagasan bahwa intervensi
pendidikan memiliki peran dalam meningkatkan perasaan percaya diri dan
kontrol, tetapi menunjukkan sedikit dampak pada pengurangan intervensi
dan morbiditas terkait dalam persalinan (Jaddoe, 2009).

172
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

Pendekatan pengobatan integratif dan pengobatan komplementer


(CM), khususnya, dapat menawarkan peningkatan pilihan untuk
menghilangkan rasa sakit saat persalinan. Istilah kedokteran integratif
digunakan ketika merujuk pada penggabungan terapi komplementer (CT)
ke dalam pelayanan kesehatan utama (National Institute of Health. Na-
tional Center for Complementary and Integrative Health. In: NIH, Ed.
NCCIH., 2015). Di Australia 74,4% wanita menggunakan beberapa bentuk
terapi komplementer selama kehamilan, dan 66,7% dari wanita ini juga
menggunakan pereda nyeri non-farmakologis dalam persalinan (Steel et al.,
2014). Tinjauan Sistematik Cochrane tentang manajemen nyeri untuk per-
salinan menemukan beberapa bukti yang menunjukkan bahwa aku-
punktur, relaksasi, pijat, dan perendaman air dapat membantu dalam ma-
najemen persalinan dengan sedikit efek samping; namun, diperlukan lebih
banyak penelitian untuk menetapkan kemanjuran teknik ini (Jones et al.,
2012).

Di dua rumah sakit umum di Sydney, Australia ibu hamil sebelum


usia kehamilan 36 minggu diberikan kursus dua hari bersama pasanganya
selama akhir pekan. Intervensi dirancang untuk mendukung seorang
wanita selama kehamilan dan persalinannya dengan memperkenalkan
metode untuk meningkatkan keadaan relaksasi alami (visualisasi, pernapa-
san, pijat, yoga), dan memfasilitasi kemajuan persalinan (yoga, akupresur)
dan pereda nyeri (pernapasan, akupresur, visualisasi) (Kate M. Levett et al.,
2016). Protokol Complementary Therapies for Labour and Birth (CTLB) mem-
perkenalkan konsep kelahiran sebagai proses fisiologis alami, dan gagasan
'bekerja dengan rasa sakit’ (Leap & Dodwell, 2010) menggunakan pen-
gobatan komplementer berbasis bukti dimana proses kelahiran dapat
dikelola. Wanita dan pasangan menerima pendidikan tentang fisiologi per-
salinan normal (Kate M. Levett et al., 2016).

Metode yang digunakan adalah:


� Panduan visualisasi yang dilatih melalui kursus dan diberikan
kepada peserta dalam bentuk CD untuk dipraktikkan di rumah
(Smith et al., 2011).

173
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

� lima postur yoga dan gerakan yang dipraktikkan untuk mendorong


relaksasi, posisi fisiologis untuk persalinan, pembukaan panggul,
dan penurunan bayi ke jalan lahir (Field, 2011).
� Empat teknik pernapasan diperkenalkan: napas tidur lembut untuk
relaksasi di antara kontraksi; napas perut bahagia yang digunakan
selama kontraksi untuk menghilangkan rasa sakit; Cleansing Calming
Breaths digunakan setelah kontraksi selama masa transisi persalinan;
dan napas persalinan lembut yang digunakan selama tahap kedua
persalinan dan mendorong turunnya bayi menghindari dorongan
aktif dan melindungi dasar panggul; (Jones et al., 2012).
� Dua teknik diperkenalkan kepada pasangan: pijatan endorfin yang
digunakan di antara kontraksi, yang merupakan teknik lembut dan
mendorong pelepasan endorfin; dan pijatan yang lebih kuat yang
digunakan selama kontraksi untuk menghilangkan rasa sakit dan
berfokus pada meremas bokong, terutama otot piriformis, untuk
mengalihkan persepsi nyeri; (Smith et al., 2018).
� Akupresur enam titik utama untuk digunakan selama persalinan
berfokus pada pelepasan hormon untuk kemajuan persalinan, aug-
mentasi kontraksi, pereda nyeri, mual dan optimalisasi posisi
bayi;(K. M. Levett et al., 2014).
� Memfasilitasi dukungan mitra dengan konsep bekerja dengan rasa
sakit dan menginstruksikan pasangan untuk mengadvokasi wanita
yang bersalin, meningkatkan kadar oksitosinnya dan meminimal-
kan stresnya dengan tindakan dan teknik yang mendukung wanita
bersalin, dan memberikan waktu untuk memfasilitasi diskusi dan
latihan oleh pasangan selama kursus (May & Fletcher, 2013).

The Royal College of Midwives (RCM) menghormati hak dan pilihan


berdasarkan informasi dari masing-masing wanita untuk mengelola sendiri
pengobatan alami atau untuk mencari nasihat dan pengobatan dari praktisi
pelengkap independen yang berkualifikasi. Mungkin tepat bagi beberapa
bidan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan spesialis dari satu
atau lebih terapi komplementer, sehingga mereka dapat menawarkan pili-

174
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

han yang lebih luas kepada wanita, terutama sebagai cara untuk memfasil-
itasi kelahiran fisiologis. Namun, bidan harus memastikan bahwa mereka
menetapkan penggunaan terapi komplementer secara tegas dalam konteks
registrasi Nursing and Midwifery Council (NMC). Mereka harus mematuhi
undang-undang lokal, nasional dan internasional yang berkaitan dengan
kebidanan dan pengobatan komplementer (The Royal College of Midwives,
2020).

Bidan harus dapat membenarkan penggunaan terapi komplementer


dan/atau pemberian nasihat, dan selalu bertindak demi kepentingan terbaik
ibu dan bayi (NMC Code 2018: 4) sejalan dengan bukti terbaik yang tersedia
(NMC Code 2018:6). Wanita harus memberikan persetujuan untuk
menerima terapi komplementer (NMC Code 2018:4.2). Bidan harus mem-
pertimbangkan keselamatan diri mereka sendiri dan orang lain (Kode NMC
2018:13.4) dan mengurangi potensi bahaya apa pun yang terkait dengan
praktik mereka (Kode NMC 2018:19), jika perlu menyampaikan dan
meningkatkan kekhawatiran apa pun (Kode NMC 2016:16.1). Saat
menggunakan pengobatan komplementer, seperti minyak aromaterapi
atau pemberian obat herbal, bidan harus mematuhi parameter Kode dan
undang-undang dan arahan nasional dan internasional tentang admin-
istrasi dan pengelolaan obat-obatan konvensional dan pengobatan komple-
menter, terutama obat-obatan herbal, minyak aromaterapi dan persiapan
Homeopati (Tiran, 2018).

Terapi komplementer dan pengobatan alami tidak boleh dipandang


sebagai pengganti pemantauan dan perawatan yang memadai oleh profe-
sional bersalin yang memenuhi syarat dan harus selalu digunakan bersama
dengan perawatan kebidanan atau kebidanan konvensional. Oleh karena
itu, sangat penting bagi bidan untuk memiliki pengetahuan dasar dan pem-
ahaman tentang manfaat dan risiko dari terapi dan pengobatan ini sehingga
mereka dapat memberikan informasi yang akurat, komprehensif dan aman
kepada perempuan (NMC, 2019).

RCM merekomendasikan dalam pernyataan posisi terapi komple-


menter dan pengobatan alami agar bidan mempertimbangkan hal-hal beri-
kut:

175
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

� Bidan yang menggunakan terapi komplementer dalam prakteknya


dapat dipertanggungjawabkan melalui Kode: Standar praktik dan
perilaku profesional untuk perawat dan bidan (NMC, 2019).
� Pendidikan dan Pelatihan: Bidan yang melakukan terapi komple-
menter atau menasihati wanita tentang pengobatan alami harus
mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang memadai dan sesuai
yang secara khusus memungkinkan mereka untuk berpraktik. da-
lam konteks registrasi NMC mereka dan pedoman klinis lokal.
Meskipun tidak penting untuk sepenuhnya memenuhi syarat da-
lam terapi, bidan yang memiliki kualifikasi terapi komplementer
harus mampu menerapkan prinsip-prinsip terapi untuk
penggunaannya selama kehamilan dan persalinan.
� Bidan yang tidak sepenuhnya memenuhi syarat tetapi telah me-
nyelesaikan kursus singkat terakreditasi khusus kebidanan pada
aspek tertentu dari terapi komplementer harus dapat menyeim-
bangkan manfaat dan risiko penggunaannya dalam kebidanan me-
lalui pengetahuan yang komprehensif tentang mekanisme tinda-
kan, indikasi, kontraindikasi, tindakan pencegahan, efek samping
dan komplikasi, serta implikasi hukum, etika, profesional dan
kesehatan dan keselamatan.
� Kursus terapi komplementer harus diajarkan oleh bidan yang
berkualifikasi penuh dalam terapi dan diasuransikan untuk
mengajarkannya dan yang juga memiliki pengalaman luas dalam
menerapkan dan menggunakan terapi dalam praktik kebidanan.
“Cascade training” rekan kerja oleh bidan yang tidak sepenuhnya
memenuhi syarat dalam terapi dan yang tidak memiliki pengala-
man menggunakannya dalam praktik mereka sendiri adalah tidak
tepat, dan dapat membahayakan kesejahteraan ibu, bayi dan staf,
atau membahayakan kesehatan mereka sendiri dan orang lain.

176
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

� Bidan yang menggunakan terapi komplementer atau menasihati


wanita tentang penggunaan pengobatan alami harus memastikan
bahwa pengetahuan dan keterampilan mereka tetap kontemporer
dan berbasis bukti melalui pemutakhiran dan refleksi rutin baik
pada terapi maupun penerapannya pada praktik kebidanan.

Konsensus New Zealand College of Midwives mengakui bahwa terapi


alternatif komplementer seperti homeopati, rongoa, terapi herbal, aro-
materapi, naturopati dan akupunktur mungkin memiliki efek penting pada
kemajuan kehamilan, persalinan dan kelahiran, dan periode postnatal un-
tuk wanita dan bayinya. Bidan yang melengkapi terapi komplementer dan
alternatif ke dalam praktik mereka harus melakukan program pendidikan
yang diakui atau merujuk klien ke praktisi yang memenuhi syarat dengan
alasan sebagai berikut:(New Zealand College of Midwives, n.d.).
� Bidan menyadari bahwa wanita yang menerima asuhan kebidanan
dapat memilih untuk menggunakan terapi alternatif komplementer
selama pengalaman bersalin mereka.
� Penggunaan terapi komplementer dapat membantu wanita menjadi
lebih selaras dengan tubuh mereka dan memanfaatkan koneksi
pikiran-tubuh untuk membantu diri mereka sendiri selama pengala-
man melahirkan mereka.
� Pengobatan komplementer dan alami harus diperlakukan dengan
hati-hati dan tingkat keahlian yang sama seperti intervensi klinis
lainnya.
� Wanita hamil harus diberi pemahaman bahwa beberapa terapi kom-
plementer telah ditetapkan aman dan cocok untuk digunakan
selama kehamilan.
� Terapi komplementer dan alternatif atau obat-obatan adalah seke-
lompok sistem medis dan perawatan kesehatan yang beragam.
Berbagai bentuk penyembuhan, seperti sentuhan terapeutik, pijatan,
relaksasi, meditasi, visualisasi, dan manipulasi lingkungan (misal-
nya penggunaan warna, musik, ketenangan, aroma, dll) selalu men-
jadi bagian dari praktik kebidanan. Ini, dan terus, diakui dan di-
hargai.

177
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

Daftar Pustaka

National Institute of Health. National center for complementary and inte-


grative health. In: NIH, ed. NCCIH., (2015).

Bodeker, G. (1995). Traditional Health Systems: Policy, Biodiversity, and


Global Interdependence. Journal of Alternative and Complementary
Medicine, 1(3), 231–243. https://doi.org/10.1089/acm.1995.1.231

Coyle, M., Shergis, J., Huang, E. T. Y., Guo, X., Di, Y. M., Zhang, A., & Xue,
C. (2014). Acupuncture therapies for chronic obstructive pulmonary
disease: A systematic review of randomized, controlled trials. Alter-
native Therapies in Health and Medicine, 20(6), 10–23.

Dahlen, H. G., V., S., C.-L., D., & C., T. (2013). Rates of obstetric interven-
tion during birth and selected maternal and perinatal outcomes for
low risk women born in Australia compared to those born overseas.
BMC Pregnancy and Childbirth, 13, 1–9. http://www.biomedcen-
tral.com/1471-2393/13/100%5Cnhttp://ovidsp.ovid.com/ovid-
web.cgi?T=JS&PAGE=refer-
ence&D=emed11&NEWS=N&AN=2013302740

Ee, C., Levett, K., Smith, C., Armour, M., Dahlen, H. G., Chopra, P.,
Maroun, P., Rao, V. S., Avard, N., Grant, S., Keedle, H., Armour, S.,
Arentz, S., Cave, A. E., Sutcliffe, K., & Templeman, K. (2022). Com-
plementary medicines and therapies in clinical guidelines on preg-
nancy care: A systematic review. Women and Birth, 35(4), e303–e317.
https://doi.org/10.1016/j.wombi.2021.08.003

Field, T. (2011). Yoga clinical research review. Complementary Therapies in


Clinical Practice, 17(1), 1–8. https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2010.09.007

Hajian H, Soltani M, S. M. M. (2021). The Effect of Acupressure, Acupunc-


ture and Massage Techniques on the Symptoms of Breast Engorge-
ment and Increased Breast Milk Volume in Lactating Mothers: A Sys-
tematic Review. Int J Paediatr, 9(2), 12939–50.
https://doi.org/10.22038/ijp.2020.54458.4305.

Jaddoe, V. W. (2009). Antenatal education programmes: do they work? The


Lancet, 374(9693), 863–864. https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(09)61610-X

178
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

Jones, L., Othman, M., Dowswell, T., Alfirevic, Z., Gates, S., Newburn, M.,
Jordan, S., & Lavender, T. (2012). Pain management for women in labour:
an overview of systematic reviews (Review). 3.

Kirca, A. Ş., & Kanza Gül, D. (2021). Effects of self-acupressure on preg-


nancy-related constipation: A single-blind randomized controlled
study. Explore, 17(5), 463–468. https://doi.org/10.1016/j.ex-
plore.2020.07.004

Leap, N., & Dodwell, M. (2010). Working with pain in labour: An over-
view of evidence. New Digst, 49(January 2010), 22–26.

Levett, K. M., Smith, C. A., Dahlen, H. G., & Bensoussan, A. (2014). Acu-
puncture and acupressure for pain management in labour and birth:
A critical narrative review of current systematic review evidence.
Complementary Therapies in Medicine, 22(3), 523–540.
https://doi.org/10.1016/j.ctim.2014.03.011

Levett, Kate M., Smith, C. A., Bensoussan, A., & Dahlen, H. G. (2016).
Complementary therapies for labour and birth study: a randomised
controlled trial of antenatal integrative medicine for pain manage-
ment in labour. BMJ Open, 6(7). https://doi.org/10.1136/BMJOPEN-
2015-010691

Maciocia. (2011). Obstetrics and gynecology in Chinese Medicine. Livingstone.

Matthews, A., Haas, D. M., O’Mathúna, D. P., & Dowswell, T. (2015). Inter-
ventions for nausea and vomiting in early pregnancy. Cochrane Data-
base of Systematic Reviews, 2015(9).
https://doi.org/10.1002/14651858.CD007575.pub4

May, C., & Fletcher, R. (2013). Preparing fathers for the transition to
parenthood: Recommendations for the content of antenatal educa-
tion. Midwifery, 29(5), 474–478.
https://doi.org/10.1016/j.midw.2012.03.005

New Zealand College of Midwives. (n.d.). Statement : Complementary and


Alternative Therapies.

NMC. (2019). Standards of proficiency for midwives. November, 1–56.

Oviedo, J. D., Marquez, E., Gold, M. A., & Westhoff, C. L. (2021). Auricular
acupressure and auricular acupuncture as an adjunct for pain man-
agement during first trimester aspiration abortion: A randomized,

179
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

double-blinded, three-arm trial. Contraception, 103(5), 342–347.


https://doi.org/10.1016/j.contraception.2021.02.005

Peltzer K, P. S. (2018). Prevalence and determinants of traditional, comple-


mentary, and alternative medicine provider use among adults from
32 countries. Chinese J Integr Med, 24(8), 584–590.

Rad, M. N., Lamyian, M., Heshmat, R., Jaafarabadi, M. A., & Yazdani, S.
(2012). A randomized clinical trial of the efficacy of kid21 point
(youmen) acupressure on nausea and vomiting of pregnancy. Iranian
Red Crescent Medical Journal, 14(11), 699–703.
https://doi.org/10.5812/ircmj.2153

Savona-Ventura, C., & Mahmood, T. (2022). The role of traditional comple-


mentary physical interventions in obstetrics – A scientific review
commissioned by the European board and college of obstetrics and
gynaecology (EBCOG). European Journal of Obstetrics and Gynecology
and Reproductive Biology, 279, 84–87.
https://doi.org/10.1016/j.ejogrb.2022.10.009

Schneeberger, C., Geerlings, S. E., Middleton, P., & Crowther, C. A. (2015).


Interventions for preventing recurrent urinary tract infection during
pregnancy. Cochrane Database of Systematic Reviews, 2015(7).
https://doi.org/10.1002/14651858.CD009279.pub3

Smith, C. A., Armour, M., & Dahlen, H. G. (2017). Acupuncture or acu-


pressure for induction of labour. Cochrane Database of Systematic Re-
views, 2017(10). https://doi.org/10.1002/14651858.CD002962.pub4

Smith, C. A., Levett, K. M., Collins, C. T., & Crowther, C. A. (2011). Relaxa-
tion techniques for pain management in labour. Cochrane Database of
Systematic Reviews, 12. https://doi.org/10.1002/14651858.cd009514

Smith, C. A., Levett, K. M., Collins, C. T., Dahlen, H. G., Ee, C. C., &
Suganuma, M. (2018). Massage, reflexology and other manual meth-
ods for pain management in labour. Cochrane Database of Systematic
Reviews, 2018(3). https://doi.org/10.1002/14651858.CD009290.pub3

Steel, A., Adams, J., Sibbritt, D., Broom, A., Frawley, J., & Gallois, C. (2014).
The influence of complementary and alternative medicine use in
pregnancy on labor pain management choices: Results from a nation-
ally representative sample of 1,835 women. Journal of Alternative and
Complementary Medicine, 20(2), 87–97.

180
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

https://doi.org/10.1089/acm.2013.0171

The Royal College of Midwives. (2020). Position Statement Therapies Comple-


mentary and Natural Remedies.

Tiran. (2018). Complementary Therapies in Maternity Care, an evidence-based


approach. Singing Dragon London.

van den Berg, I., Kaandorp, G. C., Bosch, J. L., Duvekot, J. J., Arends, L. R.,
& Hunink, M. G. M. (2010). Cost-effectiveness of breech version by
acupuncture-type interventions on BL 67, including moxibustion, for
women with a breech foetus at 33 weeks gestation: A modelling ap-
proach. Complementary Therapies in Medicine, 18(2), 67–77.
https://doi.org/10.1016/j.ctim.2010.01.003

WHO. (1978). The Promotion and Development of Traditional Medicine (p. 44)

181
BAB 13. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
DUNIA

Tentang Penulis

Ari Andriyani, M.Keb


email : rayoung.gayuhi@gmail.com

Ari Andriyani, M.Keb adalah alumni DIII dan DIV Politeknik


Kesehatan Yogyakarta jurusan Kebidanan, serta menyelesaikan
program Magister Kebidanan tahun 2014 di Universitas Padjadja-
ran Bandung. Sampai saat ini berkarya sebagai dosen di Prodi Ke-
bidanan dan Pendidikan Profesi Bidan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Akbidyo.
Di STIKes Akbidyo, penulis mengampu beberapa mata kuliah di
antaranya Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin, Psikologi dalam
Praktik Kebidanan, Entrepreneurship, serta Asuhan Kebidanan
Kontemporer Komplementer. Beberapa Buku ajar yang pernah di-
tulis adalah tentang Positif Parenting Serta Ketrampilan Dasar
Praktik Kebidanan.
Sebagai akademisi penulis aktif melakukan publikasi penelitian,
salah satu jurnal ilmiah terbarunya berjudul bibliometric study of the
term “birth trauma”. Selain itu penulis juga aktif melakukan
berbagai kegiatan pengabdian masyarakat.

182
BAB 14. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOM-
PLEMENTER KEBIDANAN DI INDONESIA

14.1 Pendahuluan
Penggunaan asuhan kebidanan komplementer telah mengalami ke-
naikan akhir-akhir ini di Indonesia. Survei rumah tangga yang dilakukan
tahun 2013 menunjukkan bahwa di Indonesia sebanyak 30,4 rumah tangga
menggunakan perawatan kesehatan tradisional (Nurhayati & Widowati,
2017). Hal ini terjadi karena masyarakat lebih memilih terapi yang tidak
menggunakan intervensi medis. Alasan lainnya adalah karena ketidakpua-
san dengan pengobatan konvensional, pengabaian pendekatan holistik
serta ketakutan terhadap efek samping obat (Setyaningsih et al., 2021).

Perkembangan asuhan komplementer di Indonesia tidak bisa lepas


dari berbagai jenis pengobatan tradisional yang sudah ada sejak jaman ne-
nek moyang. Indonesia memiliki banyak metode pengobatan tradisional.
Saat ini metode pengobatan tradisional yang ada di Indonesia adalah
ramuan jadi, ramuan buatan sendiri, keterampilan olah pikir dan ket-
erampilan energi (Kemkes RI, 2018). Asuhan komplementer mendapatkan
dukungan dari pemerintah dengan adanya Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 15 tahun 2018 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradi-
sional komplementer.

Asuhan komplementer kebidanan saat ini berkembang sangat pesat.


Asuhan kebidanan mendukung adanya asuhan komplementer sebagai pen-
damping asuhan konvensional yang diberikan kepada pasien. Komple-
menter kebidanan yang berkembang di indonesia diantaranya adalah pen-
gobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupuntur, prenatal yoga,
teknik relaksasi, terapi pijat, suplemen nutrisi, aromaterapi (Muflihah et al.,
2022).

Asuhan komplementer merupakan bagian penting dalam mem-


berikan asuhan kesehatan di dunia. World Health Organization (WHO)
merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal untuk
memelihara kesehatan masyarakat, mencegah penyakit serta mengobati

183
BAB 14. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
INDONESIA

berbagai penyakit. Terapi komplementer dapat digunakan oleh semua ka-


langan. Mulai dari bayi, balita, remaja sampai lansia. Namun pada masa
sekarang ini terapi komplementer lebih populer di kalangan perempuan.
Perempuan menjadi pengguna terbanyak terapi komplementer dibanding-
kan laki-laki. Data Riskesdas Tahun 2018 menunjukkan sebanyak 31,8 per-
sen, sedangkan laki-laki sebanyak 30,9 persen (Kemkes RI, 2018). Terapi
komplementer menjadi salah satu pilihan pengobatan bagi masyarakat In-
donesia khususnya perempuan. Para perempuan memilih metode ini ka-
rena jarang terjadi efek samping. Terapi ini juga bisa dilakukan berdamp-
ingan dengan terapi konvensional medis (Hayati, 2021). Tetapi perlu diper-
timbangkan bahwa asuhan komplementer ini belum semua berbasis
penelitian sehingga sebaiknya bidan memperhatikan mekanisme aksi yang
dilakukan, indikasi, kontraindikasi dan tindakan pencegahan serta potensi
efek samping dan komplikasi yang mungkin timbul (Argaheni et al., 2022).

Bidan memiliki peran penting dalam menerapkan asuhan komple-


menter. Bidan dituntut untuk berperan aktif serta memberdayakan per-
empuan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Bidan harus
dapat memberikan penjelasan dengan benar tentang asuhan komplementer
yang diinginkan oleh pasiennya. Bidan dapat memberitahu kepada pasien
mengenai macam-macam asuhan komplementer, fungsinya, cara
melakukannya, keuntungan, keterbatasan, efektifitas serta risiko yang
mungkin terjadi. Bidan di Indonesia telah banyak menerapkan asuhan ke-
bidanan komplementer untuk mengatasi permasalahan ibu saat hamil, ber-
salin, bayi baru lahir, nifas dan balita. Terapi yang paling banyak direk-
omendasikan oleh bidan adalah terapi pijat, obat herbal, teknik relaksasi,
suplemen gizi, aromaterapi, homeopathy dan akupuntur. Bidan men-
dukung penggunaan Pengobatan Komplementer dan Alternatif karena
percaya hal tersebut sesuai secara filosofis. Hal tersebut memberikan alter-
natif yang aman untuk intervensi medis (Hall et al., 2012).

The Royal Colleges of Midwifery (2017) merekomendasikan kepada bi-


dan dalam mempromosikan asuhan kebidanan komplementer, supaya
memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Bidan harus menanyakan secara langsung kepada ibu tentang
penggunaan terapi komplementer atau terapi alami. Hal ini penting

184
BAB 14. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
INDONESIA

bagi bidan mengetahui penggunaannya, untuk menghindari reaksi


yang merugikan atau interaksi dengan terapi konvensional dan sedi-
aan farmasi.
2. Bidan yang memberikan asuhan kepada ibu yang memilih untuk ber-
konsultasi dengan praktisi terapi komplementer independen dan pen-
gobatan alami, harus meyakinkan kepada klien bahwa praktisi terse-
but terlatih dan memiliki lisensi untuk memberikan terapi kepada ibu
hamil.
3. Kebijakan yang aman dan efektif harus dikembangkan berdasarkan:
bukti terbaik yang tersedia dengan parameter praktik yang jelas.
4. Supaya bidan dapat memberikan pelayanan terbaik untuk klien, bidan
harus mengembangkan dirinya. Harus ada kesempatan pendidikan
bagi bidan untuk mendapatkan informasi yang lebih baik, sehingga bi-
dan dapat berbagi informasi lebih banyak kepada klien. Dengan
demikian informasi yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kondisi
terkini dalam asuhan kebidanan komplementer.

Asuhan kebidanan komplementer yang berkembang saat ini sudah


banyak dilakukan penelitian sehingga bidan dapat memilih asuhan kom-
plementer yang benar-benar aman digunakan bagi klien. Selain itu bidan
juga harus membekali dirinya dengan pengetahuan dan keterampilan yang
cukup mengenai asuhan kebidanan komplementer supaya dapat mem-
berikan rekomendasi yang tepat sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi klien. Saat ini pelatihan untuk menambah keterampilan tentang
asuhan kebidanan komplementer terbuka lebar. Bidan dan calon bidan su-
dah banyak yang dilatih untuk dapat melakukan asuhan kebidanan kom-
plementer.

14.2 Perkembangan Asuhan Komplementer untuk Masa Kehamilan


Perempuan dalam hal ini Ibu hamil merupakan konsumen tertinggi
dalam penggunaan asuhan komplementer. Asuhan komplementer kehami-
lan menjadi bagian penting dalam asuhan kebidanan. Bidan telah mem-
berikan asuhan komplementer kepada ibu hamil untuk mengatasi berbagai
keluhan. Asuhan komplementer yang dapat diberikan kepada ibu hamil di-
antaranya yoga, aroma terapi, brain booster, massage, hipnoterapi.

185
BAB 14. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
INDONESIA

Yoga direkomendasikan dilakukan pada ibu hamil karena


gerakannya mudah dan dapat dilakukan oleh ibu sendiri di rumah. Yoga
merupakan terapi alternatif yang aman untuk ibu hamil dalam mengurangi
nyeri punggung saat hamil (Rustiningsih et al., 2022). Yoga juga dapat
mengatasi berbagai keluhan yang muncul saat hamil (Lestari & Winarsih,
2022). Yoga juga dapat mengatasi kecemasan yang dirasakan ibu hamil (Na-
billa et al., 2022).

Aroma terapi untuk ibu hamil telah banyak diteliti sehingga dapat
menjadi alternatif pilihan dalam memberikan asuhan komplementer.
Aroma terapi dapat membuat ibu hamil menjadi rileks dan nyaman. Terapi
ini aman dilakukan pada ibu hamil dengan menyesuaikan kondisi ibu.
Penggunaan aromaterapi dapat menurunkan mual muntah pada ibu hamil
(Ayudia & Ramadhani, 2020). Upaya untuk meningkatkan potensi kecer-
dasan pada anak dapat dilakukan sejak dini yaitu melakukan brain booster
saat hamil. Terapi ini dilakukan dengan cara memberikan stimulasi pada
otak janin untuk meningkatkan kecerdasan yang dilakukan saat hamil.
Brain booster dapat dilakukan sendiri oleh ibu hamil dengan cara yang se-
derhana dan mudah yaitu dengan membacakan buku, mendengarkan
musik pada janin, memberikan sentuhan, melakukan olahraga, dan
mengajak janin berbicara. Brain booster harus dilakukan secara rutin, dapat
dilakukan secara bersama oleh calon ibu dan calon ayah, sehingga stimulasi
benar-benar dapat mengoptimalkan kecerdasan janin.

Masase atau pijat saat ini banyak digunakan oleh bidan untuk mem-
berikan efek relaksasi pada ibu hamil. Efek relaksasi ini memberikan ken-
yamanan kepada ibu sehingga mengurangi stress dan kecemasan. Masase
atau pijat dapat dimanfaatkan oleh ibu hamil untuk mengatasi nyeri
punggung yang dialami ibu hamil trimester III (Ayu Handayany et al., 2020;
Wati et al., 2022). Pijat ibu hamil dapat memperlancar peredaran darah ibu
dan mengurangi keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil. Bidan dapat mem-
berikan pijat ibu hamil yang sesuai dengan dengan kondisinya.

Hipnoterapi juga dapat diterapkan pada ibu hamil. Perkembangan


saat ini hipnoterapi sering digunakan dengan memberikan sugesti positif.
Hipnoterapi dapat menurunkan kecemasan pada ibu hamil (Mahanani et
al., 2022). Hipnoterapi juga dapat membantu ibu hamil untuk memperkuat

186
BAB 14. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
INDONESIA

keyakinannya bahwa ia akan melewati persalinan dengan lancar (Mardiana


et al., 2022).

14.3 Perkembangan Asuhan Komplementer untuk Masa Persalinan


Pada saat persalinan ibu melewati masa yang tidak nyaman dengan
nyeri yang dirasakan saat menunggu lahirnya buah hati. Asuhan komple-
menter pada persalinan biasanya diberikan pada kala I. Pada masa
sekarang bidan selalu memberikan pelayanan terbaik untuk ibu yang me-
lahirkan salah satunya dengan melakukan asuhan sayang ibu. Asuhan yang
diberikan pada ibu saat bersalin adalah untuk memberikan rasa nyaman
sehingga ibu dapat melewati persalinan dengan baik. Untuk memberikan
rasa nyaman pada ibu saat persalinan bidan dapat memberikan aroma ter-
api. Aroma terapi dapat menurunkan intensitas nyeri pada persalinan kala
I (Rambe, 2022). Aroma terapi banyak dikembangkan saat ini dari berbagai
ekstrak tanaman yang ada di Indonesia sehingga banyak ragam pilihan
aroma yang bisa dipilih sesuai dengan kesukaan dan kebutuhan ibu.

Asuhan komplementer lain yang juga dapat diberikan pada saat per-
salinan adalah pijat oksitosin. Pijat oksitosin dapat dapat mempengaruhi
lamanya kala I (Mustaghfiroh & Hesti, 2022). Dengan dilakukan pijat oksi-
tosin persalinan akan menjadi lebih cepat berlangsung sehingga ibu tidak
merasakan rasa sakit yang terlalu lama. Dewasa ini juga telah diterapkan
pijat perineum pada ibu. Pijat perineum dapat mencegah laserasi jalan lahir
(Yunifitri et al., 2022). Penelitian tentang pijat perineum ini telah banyak dil-
akukan di Indonesia. Bidan dapat merekomendasikan pijat perineum teru-
tama kepada primigravida untuk mengurangi risiko kejadian ruptur uteri
(Damayanti & Wati, 2021).

14.4 Perkembangan Asuhan Komplementer pada Masa Nifas


Asuhan komplementer masa nifas untuk saat ini telah banyak dil-
akukan penelitian diantaranya pemanfaatan herbal dalam pengobatan luka
perineum (Ariani et al., 2022; Zeranika et al., 2022). Pengembangan yang
dilakukan bertujuan untuk mempercepat penyembuhan luka perineum
pada ibu nifas. Penggunaan herbal ini sudah dilakukan dari dulu namun
saat ini sudah dilakukan penelitian sehingga dapat digunakan dengan
aman.

187
BAB 14. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
INDONESIA

Masa nifas berkaitan erat dengan laktasi. Pada masa ini ibu memerlukan
asuhan yang baik supaya produksi ASI melimpah sehingga kebutuhan nu-
trisi bayi terpenuhi. Asuhan yang telah lama diberikan untuk memperban-
yak produksi ASI adalah dengan cara breast care. Saat ini banyak cara yang
dikembangkan dalam asuhan komplementer untuk membantu ibu mem-
perbanyak produksi ASI diantaranya dengan
Penelitian lain yang banyak dikembangkan terkait dengan asuhan
komplementer pada masa nifas adalah aroma terapi. Aroma terapi juga te-
lah dikembangkan untuk ibu postpartum blues dalam mengurangi rasa sakit
yang dialami, mengurangi stress dan kecemasan, membantu proses
penyembuhan psikologis pasca melahirkan, dan memperbaiki pola tidur
(Gampur et al., 2022).

14.5 Perkembangan Asuhan Komplementer pada Bayi dan Balita


Masa bayi dan balita merupakan kehidupan yang memerlukan
asuhan dengan baik untuk tumbuh kembangnya. Pada beberapa dekade
yang lalu bayi mendapatkan pijatan dari dukun bayi dengan teknik yang
didapatkan secara turun temurun oleh dukun bayi ke penerusnya. Dukun
bayi melakukan pijat bayi berdasarkan pengalaman yang diperoleh bukan
dari sebuah pelatihan.

Pada masa sekarang ini pijat bayi menjadi populer dan masuk dalam
asuhan komplementer yang banyak ditawarkan oleh pemberi jasa komple-
menter untuk bayi dan balita. Para terapis pijat bayi untuk saat sekarang ini
harus memiliki lisensi apabila memberikan layanan. Lisensi bisa didapat-
kan oleh terapis dengan mengikuti pelatihan. Asuhan komplementer lain
yang dapat diberikan kepada bayi adalah Solus Per Aqua Therapy (SPA Ther-
apy) atau yang biasa dikenal dengan baby spa. Baby spa diberikan dengan
cara menggunakan terapi air. Terapi ini memberikan manfaat kepada bayi
untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Bayi juga bisa melakukan senam bayi atau baby gym. Senam bayi ini
dilakukan dengan gerakan-gerakan sederhana yang menyenangkan.
Gerakan ini memberi tujuan supaya merangsang pertumbuhan dan
perkembangan bayi juga dapat meningkatkan kemampuan motoriknya
secara optimal. Masa bayi merupakan periode emas yang tidak boleh

188
BAB 14. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
INDONESIA

dilewatkan. Bayi membutuhkan stimulasi untuk mengoptimalkan berbagai


kemampuan yang ada pada diri mereka. stimulasi ini dapat dilakukan
dengan senam otak atau brain gym. Senam otak dilakukan dengan Gerakan
yang sederhana. Gerakan pada senam otak ini apabila diajarkan sejak dini
pada bayi akan dapat meningkatkan konsentrasi dan daya tangkap bayi.

189
BAB 14. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
INDONESIA

Daftar Pustaka

Argaheni, N. ., Astuti, E. D., Azizah, N., Winarsih, Putri, N. R., Yuliani, M.,
Mahardany, B. O., Noflidaputri, R., Sebtalesy, C. Y., & Santi, M. . (2022).
Asuhan Kebidanan Komplementer. Yayasan Kita Menulis.
Ariani, A., Oktafiani, H., Pragholapati, A., Kebidanan, P. S., Kesehatan, F. I.,
Kencana, U. B., Keperawatan, P. S., & Indonesia, P. (2022). Pengem-
bangan komplementer pada ibu nifas dengan pendekatan terapi menggunakan
daun sirih dan daun binahong untuk mempercepat penyembuhan luka. 4, 2–
6.
Ayu Handayany, D., Mulyani, S., & Nurlinawati, N. (2020). Pengaruh En-
dorphin Massage Terhadap Intensitas Nyeri Punggung Bawah Ibu
Hamil Trimester Iii. Jurnal Ilmiah Ners Indonesia, 1(1), 12–23.
https://doi.org/10.22437/jini.v1i1.9230
Ayudia, F., & Ramadhani, I. P. (2020). Pengaruh Aromaterapy Lemon Ter-
hadap Frekuensi Mual Muntah pada Ibu Hamil Trimester Pertama Di
Kota Padang. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 11(2), 1–6.
Damayanti, D. S., & Wati, D. F. (2021). Hubungan Perineum Massage, Pari-
tas, Dan Berat Badan Bayi Baru Lahir Dengan Kejadian Rupture Peri-
neum. Jurnal Untuk Masyarakat Sehat (JUKMAS), 5(1), 52–60.
https://doi.org/10.52643/jukmas.v5i1.1119
Fitriana, L. B., & Vidayanti, V. (2019). Pengaruh Massage Effleurage Dan
Relaksasi Nafas dalam Terhadap Nyeri Punggung Ibu Hamil Trimester
III. Bunda Edu-Midwifery Journal (BEMJ), 3–4.
Gampur, I. R., Anwar, M., & Fitriani, H. (2022). The Effect of Lavender Aro-
matherapy on Postpartum Blues of Primipara Mothers : A Scoping Re-
view. Women, Midwives and Midwifery, 2(3), 64–76.
Hall, H., McKenna, L., & Griffiths, D. (2012). Midwives’ support for Com-
plementary and Alternative Medicine: a literature review. Women
Birth. Women and Birth, 25(1), 4–12.
https://doi.org/10.1016/j.wombi.2010.12.005
Hayati, F. (2021). Pendidikan Kesehatan tentang Terapi Komplementer da-
lam Kehamilan. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), 3(2), 120.
https://doi.org/10.36565/jak.v3i2.167
Indrayani, T., Solehah, F. M., & Widowati, R. (2020). Efektivitas Air Rebusan
Daun Binahong Terhadap Penyembuhan Ruptur Perineum Pada Ibu
Bersalin Di Puskesmas Menes Kabupaten Pandeglang. Journal for Qual-
ity in Women’s Health, 3(2), 177–184.
https://doi.org/10.30994/jqwh.v3i2.73

190
BAB 14. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
INDONESIA

Kemkes RI. (2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2018. In Kemen-
trian kesehatan RI.
Lestari, Y. D., & Winarsih, S. (2022). Yoga Hamil Untuk Mengatasi keluhan
Dalam Kehamilan Di Puskesmas glagah, Pakuniran, Probolinggo.
Jurnal Adnimakes, 2(2), 44–51.
Mahanani, S. W., Umaroh, Nugrahaeni, I. K., & Ramadhian, A. A. N. (2022).
Pengaruh Hipnoterapi Terhadap penurunan Kecemasan Ibu Hamil
Dan Bersalin. Midwifery Care Journal, 3(1), 22–29.
https://doi.org/10.31983/micajo.v3i1.8191
Mardiana, E., Musa, S. M., & Lestari, M. (2022). Metode Hypnosis Dalam
mengatasi Perubahan Psikologis Selama Masa Kehamilan : Studi Liter-
atur. Jurnal JKFT, 7(1), 54–58.
Mediarti, D., Sulaiman, S., Rosnani, R., & Jawiah, J. (2014). Pengaruh Yoga
Antenatal Terhadap Pengurangan Keluhan Ibu Hamil Trimester III.
Jurnal Kedokteran & Kesehatan. Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya, 1(1), 47–53.
Muflihah, I. S., Margiana, W., Kurniati, C. H., Pantiawati, I., & Rini, S. (2022).
Pelaksanaan Terapi Komplementer Kebidanan Di Kabupaten
Banyumas Tahun 2021. Jurnal Cakrawala Ilmiah, 1(7), 1871–1880.
Mustaghfiroh, L., & Hesti, N. P. (2022). Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap
Lama Kala I Persalinan. Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 12(2), 279–286.
Nabilla, T., Dwiyanti, E., Studi, P., Masyarakat, K., Ilmu, S., Alam, I., & Air-
langga, U. (2022). Efektifitas Yoga Dalam Mengatasi Kecemasan Ibu
Hamil Dan Depresi Postpartum: Systemtic Review. Jurnla CMHP, 4(2),
40–49.
Nurhayati, L., & Widowati, L. (2017). The use of traditional health care
among Indonesian Family. Health Sci J Indonesia, 8(1), 30–35.
https://doi.org/https://doi.org/10.22435/hsji. v8i1.5600
Rambe, N. L. (2022). Pengaruh Aromaterapi Lavender Untuk Mengurangi
Nyeri Persalinan: a Systematic Review. Jurnal Ilmiah Kebidanan Imelda,
8(1), 2442–8116. https://jurnal.uimedan.ac.id/in-
dex.php/JURNALKEBIDANAN/article/view/741
Rustiningsih, T., Asih, F. R., & Solihin. (2022). Prenatal Yoga Menurunkan
keluhan Nyeri. Jurnal Kebidanan Malakbi, 3(2), 66–71.
Setyaningsih, D., Novika, A. G., & Safety, H. (2021). Pemanfaatan Terapi
Komplementer Pada Asuhan Antenatal : Studi Kualitatif Utilization of
Complementary Therapies in Antenatal Care : Qualitative Study. Sem-
inar Nasional UNRIYO, 172–179.
The Royal Colleges of Midwifery. (2017). Complementary therapies and natural
remedies.

191
BAB 14. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
INDONESIA

Wati, M. F., Susilawati, E., Yansartika, Y., & P. (2022). Pengaruh Masase Ef-
fleurage Terhadap Intensitas Nyeri Punggung Bawah Ibu Hamil Tri-
mester III. Femina: Jurnal Ilmiah Kebidanan, 1(1), 25–29. https://ejour-
nal.poltekkesaceh.ac.id/index.php/jfk/article/view/780
Yunifitri, A., Aulia, D. L. N., & Roza, N. (2022). Pijat Perineum Untuk
Mencegah Laserasi Jalan Lahir. Jurnal Zona Kebidanan, 12(3), 87–95.
Zeranika, N., Suprihatin, S., & Indrayani, T. (2022). Efektivitas Air Rebusan
Daun Binahong terhadap penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Ni-
fas di Klinik MMC Kabupaten Tulang Bawang Lampung. Journal for
Quality in Women’s Health, 5(1), 120–128.
https://doi.org/10.30994/jqwh.v5i1.143

192
BAB 14. PERKEMBANGAN TERKINI ASUHAN KOMPLEMENTER KEBIDANAN DI
INDONESIA

Tentang Penulis
Nining Tunggal Sri Sunarti.
Email: niningtunggal25@gmail.com

Penulis lahir di Temanggung, Tanggal 29 Mei 1979. Penulis memulai Pen-


didikan Sekolah Dasar di SDN 1 Jampiroso Temanggung, Pendidikan
SMP di SMPN 2 Temanggung, Pendidikan SMA di SMAN 2 Te-
manggung. Menempuh Pendidikan tinggi di Poltekes Kemenkes Sema-
rang Prodi D III Kebidanan Magelang, S1 Kesehatan Masyarakat Univer-
sitas Ahmad Dahlan lulus pada tahun 2008, S2 Ilmu Kesehatan Masyara-
kat Universitas Gadjah Mada lulus pada tahun 2013, dan saat ini penulis
sedang menempuh Pendidikan di S3 Penyuluhan Pembangunan minat
Promosi Kesehatan Universitas Sebelas Maret.

193
194
BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM
ASUHAN KOMPLEMENTER PADA IBU HAMIL, NI-
FAS, DAN MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA

15.1 Pendahuluan
Peluang entrepreneur dalam asuhan kebidanan saat ini dapat men-
jadikan asuhan yang diberikan menjadi utuh dan komprehensif, peluang
ini dapat ditangkap oleh tenaga kesehatan, khususnya bidan dalam asuhan
kebidanan pada ibu hamil, nifa dan menyusui ataupun pada bayi dan
balita, pada peluang entrepreneur ini, kita akan memahami tentang pelu-
ang usaha, paradigma pelayanan kebidanan dan dasar undang-undang
asuhan komplementer, contoh ruangan komplementer, alur izin pendirian
usaha bagi bidan yang memiliki SIPB dan belum memiliki SIPB, kisah in-
spiratif tokoh asuhan komplementer.

15.2 Peluang Usaha Dalam Asuhan Komplementer Pada Ibu Hamil,


Ibu Nifas, Ibu Menyusui, Bayi, Dan Balita
Seorang entrepreneur dalam memulai usaha, biasa nya akan me-
mahami peluang usaha dengan dengan berfikir apa yang dia punya dan
apa yang dibutuhkan masyarakat, dalam hal ini bidan memiliki keterampi-
lan dan skill di bidang jasa kesehatan, masyarakat membutuhkan pela-
yanan kesehatan, dan bagi seorang entrepreneur akan melihat peluang
yang ada, dapat berinovasi dengan menambahkan asuhan komplementer
dalam layanan jasanya. berikut akan kita pelajari tentang peluang usaha,
sumber potensi peluang usaha, dan dasar paradigma dan undang-undang
yang melegalkannya.

1. Memahami Tentang Peluang Usaha


Peluang dalam bahasa inggris disebut opportunity adalah kesempatan
dimulai dari sebuah kejadian/momen. Menurut kamus bahasa Indonesia,
proses mengarahkan tenaga, pikiran, atau badan seseorang menuju suatu
tujuan; perbuatan, kerja, inisiatif, dan usaha ke arah tujuan. Dalam bahasa
Inggris, istilah "bisnis" dapat berarti apa saja mulai dari "usaha", "misi",
"perhatian", "maksimum", "pekerjaan", "perdagangan", "panggilan", "hub-
ungan gelap", "materi", "tindakan". oleh seorang aktor," dan seterusnya.

195
BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM ASUHAN KOMPLEMENTER PADA
IBU HAMIL, NIFAS, DAN MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA

Peluang muncul dimana saja dan kapan saja, dan inspirasi adalah sumber
peluang.

a. Faktor internal, dari dalam diri sendiri :


1). Pengetahuan yang dimiliki
2). Pengalaman individu;
3). mengamati orang lain memecahkan masalah;
4). intuisi, yaitu pemikiran yang muncul dari dalam diri individu;

b. Faktor eksternal, hal-hal yang ditemui seseorang dalam rangka


mencari inspirasi usaha/usaha, diantaranya.
1). Masalah belum tersolusi.
2). Hambatan dihadapi setiap hari.
3). Kebutuhan yang tidak dia dan orang lain temui
4). Pemikiran kreatif yang mengarah pada kreasi baru

Berikut Dr.D.J. Saran Schwartz untuk memaksimalkan peluang bisnis:


a. Percaya bahwa bisnis dapat dilakukan;
b. hindari lingkungan statis yang akan melumpuhkan jiwa
kewirausahaan Anda.
c. Tanyakan pada diri Anda setiap hari, "Bagaimana saya bisa
melakukan bisnis yang lebih baik?"
d. Mengajukan pertanyaan dan mendengarkan, dan
e. Buka pikiranmu.

Paul Charlap mengemukakan empat faktor yang harus dimiliki agar


berhasil:
a. Kerja optimal
b. Kerja Cerdas
c. Antusias
d. Pelayanan

2. Peluang Usaha Jasa :


a. Penciptaan produk baru dan berbeda;
b. Mengamati peluang;
c. Analisis produk dan proses produksi yang mendalam;
d. Astimasi biaya awal; dan

196
BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM ASUHAN KOMPLEMENTER PADA
IBU HAMIL, NIFAS, DAN MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA

e. Tugas beresiko dipertimbangkan

3. Paradigma Pelayanan Kebidanan dan Dasar undang-undang


Pengobatan dan terapi komplementer telah diatur dalam PERMEN-
KES tentang pengobatan komplementer dan alternatif, No: 1109/Men-
kes/Per/IX/2007. Sebuah metode pengobatan penyakit yang digunakan
baik sebagai tambahan atau sebagai alternatif perawatan medis konven-
sional dikenal sebagai terapi komplementer.Jenis Pelayanan Kebidanan
Komplementer yang dipraktikkan bidan berupa pelayanan pada masa ke-
hamilan, persalinan, asuhan masa nifas dan menyusui, asuhan bayi baru
lahir dan balita. Asuhan komplementer kebidanan terdiri dari pelayanan
yoga prenatal, hipnoterapi dalam kehamilan, prenatal massage, post natal
massage, postnatal yoga, pijat oksitosin, pijat bayi, massage payudara, massage
perineum, Obat Herbal. Terapi komplementer dapat dilakukan dilakukan
oleh bidan kepada perempuan sepanjang daur hidupnya meliputi;

a. Masa Remaja : pengurangan rasa nyeri saat menstruasi, konseling


kesehatan reproduksi remaja dan Konseling perilaku seksual
remaja.
b. masa pranikah : konseling dan imunisasi calon pengantin.
c. masa kehamilan :
1) Pengurangan keluhan morning sickness dengan menggunakan
jahe pada trimester I.
2) pengurangan ketidaknyamanan pada trimester II dan III
dengan menggunakan : prenatal yoga, prenatal massage/counter
pressure, pelvic rocking.
3) persiapan ibu menghadapi persalinan yang nyaman dengan
menggunakan hypnobirthing dan endorphin massage
d. masa persalinan : pengurangan rasa nyeri pada persalinan dengan
hypnobirthing
e. masa nifas : penggunaan bengkung, pijat pada ibu nifas, pijat oksi-
tosin, hypnobreastfeeding, serta perawatan organ kewanitaan
dengan berbagai ramuan herbal (ratus)
f. masa bayi baru lahir : baby message, baby gym dan baby spa.

197
BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM ASUHAN KOMPLEMENTER PADA
IBU HAMIL, NIFAS, DAN MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA

Dewasa ini ada peningkatan minat terapi komplementer dikalangan


bidan dan pasien, bidan berusaha untuk dapat mengakomodir mem-
berikan pelayanan sesuai permintaan pasien berkaitan dengan terapi
komplementer baik pada masa kehamilan, persalinan, nifas maupun bagi
bayinya. Bidan yang akan melaksanakan terapi komplementer hendaknya
memastikan bahwa dirinya telah mendapatkan pelatihan yang sesuai
dengan jenis pelayanan komplementer yang akan diberikan kepada
pasiennya agar bidan dapat memberikan asuhan komplementer dan
dapat memberdayakan pasiennya dengan tepat. Bidan yang melakukan
asuhan komplementer harus memenuhi syarat dan mendapatkan pelati-
han serta mendapatkan izin resmi.

Bidan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan kepada


pasiennya memiliki pandangan bahwa setiap pasien yang ditemui oleh
bidan merupakan satu kesatuan yang unik yang memiliki karakteristik
bio-psiko-sosio-kultural-spiritual dan kebutuhan yang berbeda dengan
pasien yang lainnya. hal ini menuntut bidan untuk dapat memberikan
asuhan kepada pasiennya secara holistic dengan berdasarkan pada karak-
teristik dan kebutuhan individu pasien Kostania, 2015; Akhiriyanti et al.,
2020).

15.3 Contoh Ruangan Komplementer Untuk ibu hamil, Ibu Pada Masa
Nifas, Menyusui, Bayi Dan Balita
1. Ruang Prenatal dan post Yoga, Pelvic Rocking

Gambar 15.1 Contoh Ruang Prenatal, Post yoga, dan Pelvic Rocking
Sumber : (Widyanugrah et al., 2018)

198
BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM ASUHAN KOMPLEMENTER PADA
IBU HAMIL, NIFAS, DAN MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA

2. Ruang Masa Bayi : Baby message, baby gym, dan baby spa

Gambar 15.2. Ruangan Komplementer Baby (RS Panti Rapih, 2020)

Gambar 15.3. Ruangan Komplenter Baby (Kosngosan, 2022)

199
BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM ASUHAN KOMPLEMENTER PADA
IBU HAMIL, NIFAS, DAN MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA

Gambar 15.4 Ruangan mom massage Komplementer dan ruang mengurangi rasa
nyeri dengan counterpressure (Utami T Y D, 2019; Phanie, 2020)

3. Masa bersalin dengan hypnobirthing

Gambar 15.5 Melahirkan dengan hypnobirthing (Halenamantra, 2020)

15.4 Alur Pelayanan Komplementer Pada Kehamilan, Ibu Nifas, Me-


nyusui, Bayi dan Balita.

1. Peluang Bidan dengan memiliki ijin SIPB (Surat Izin Praktik Bi-
dan) menambah pelayanan asuhan komplementer
Pelayanan kebidanan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
secara umum, dimana Kepmenkes RI, No. 369/MENKES/SK/III/2007
mengatur pelaksanaannya terkait standar profesi bidan. Jenis pela-
yanan kesehatan berdasarkan pengobatan komplementer dan alter-
natif yang penggunaannya diperbolehkan di Indonesia dan diatur
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. Kepmenkes RI tentang
penerapan pengobatan komplementer dan alternative, lihat 1109/Men-
kes/ Per/IX/2007. Moenir (Assaf Al, 2009) mengatakan bahwa beberapa

200
BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM ASUHAN KOMPLEMENTER PADA
IBU HAMIL, NIFAS, DAN MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA

hal yang membantu kelancaran pelayanan, antara lain aturan yang me-
mandu kerja pelayanan, organisasi profesi, kemampuan petugas, dan
infrastruktur.

2. Peluang bidan belum memiliki SIPB dan ingin membuka terapi


komplementer dengan contoh baby massage dan baby spa.
a. legality and licenced
Menurut PMK No. 8 tahun 2014, usaha baby massage dan baby
spa dapat diselenggarakan oleh individu, swasta, pemerintah, dengan
tata cara permohonan izin teknis sebagai berikut :

Keterangan :
1) Pemohon memenuhi persyaratan meliputi : identitas lengkap
pemohon, salinan/fotokopi pendirian badan usaha, fotokopi
buku kepemilikan bangunan SPA/bukti kontrak, fotokopi
dokumen lingkungan, izin lokasi, sarana memenuhi syarat
ventilasi pencahayaan, kamar mandi atau toilet, lantai kamar
mandi/ wc, air bersih, indeks jentik nyamuk, suhu, tingkat ke-
bisingan sesuai dengan syarat kesehatan, instrumen penilaian,
STPT terapis SPA.
2) Evaluasi dilakukan oleh DINKES kabupaten/kota dan afili-
asinya
3) Konsekuensi penilaian adalah sebagai hibah khusus calon
dengan rangkap dari dinas industri perjalanan

201
BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM ASUHAN KOMPLEMENTER PADA
IBU HAMIL, NIFAS, DAN MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA

Selain aspek legal perizinan tempat, hal yang harus diusahakan


lisensi/perizinan terapis SPA, terapis SPA yang berpraktik perorangan
maupun berkelompok harus memiliki :
1) Sertifikat ijazah kursus/diploma yang sesuai dan dikeluarkan
oleh lembaga yang diakui.
2) sertifikat kompetensi yang masih berlaku.
3) apabila menggunakan tenaga asing dalam usaha SPA maka ha-
rus mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Alur permohonan Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT)


digambarkan sebagai berikut:

b. Lokasi/Tempat
1) Ruangan : Nyaman, tidak menyilaukan dan sejuk
2) kolam/Hydro
Usia 1-2 tahun : ukuran (permanent maupun non permanen)
=110 cm x 80 cm x 70 cm, tidak terlalu sempit sehingga
bayi/anak dapat dengan leluasa menggerakan kaki, tangan dan
anggota tubuh lainnya.
usia > 2 tahun : bathtub kids.

c. Persyaratan Air
Kondisi air yang dapat digunakan : 1) bersih, 2) tanpa kaporit/zat
aromaterapi lain, 3) air hangat, 4) air sekali pakai, 5) suhu air 30-
35⁰C.

d. Peralatan
Neck Ring, permainan air, baju renang dan handuk

202
BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM ASUHAN KOMPLEMENTER PADA
IBU HAMIL, NIFAS, DAN MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA

e. Pelaksanaan
1) Pengenalan air
2) Menggunakan neck ring
3) Berenang/swim
4) Aktivitas bermain air idealnya 15-20 menit.

f. Terminasi
Diakhiri dengan tahapan terminasi setelah selesai dilakukan terapi

g. Services
Pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan komplementer ibu
hamil, bayi, balita, ibu nifas dan menyusui.

h. Alur perawatan bayi

Keterangan :

: Alur Paket tanpa baby swim

203
BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM ASUHAN KOMPLEMENTER PADA
IBU HAMIL, NIFAS, DAN MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA

i. Alur Perawatan Balita

Keterangan :
: Alur Paket tanpa Kid swim
a. Alur Perawatan Ibu Hamil, Nifas dan Menyusui.

15.5 Kisah Inspiratif pelaku usaha


Kisah inspiratif ini dapat menambah pemahaman, lika-liku per-
juangan dalam melakukan usaha/entrepreneur, apapun usaha yang dirintis
tidak menjadi soal, namun orang/ pelaku usaha harus memiliki karakter en-
trepreneur. berikut pelaku usaha berskala nasional yang dapat dijadikan
contoh inspirasi

204
BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM ASUHAN KOMPLEMENTER PADA
IBU HAMIL, NIFAS, DAN MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA

1. Kisah Perjuangan Nurhayati Subakat


Seorang wanita yang dikenang sebagai 100 sosok wanita paling
menarik dalam sejarah Indonesia dan masuk dalam daftar 25 pengelola
usaha se asia versi majalah forbes, membuat produk kosmetik muslimah,
kosmetik wardah, make over, emina. memiliki 10 ribu karyawan dan
sekarang 12.000 karyawan, seseorang yang peduli pada pendidikan,
dengan memberikan banyak beasiswa kepada masyarakat selama pulu-
han tahun. Nurhayati lulusan ITB alumni farmasi, predikat lulusan ter-
baik namun sulit mencari pekerjaan; sering ditolak “Ketika saya melamar
pekerjaan, saya ditolak berkali-kali. Saya juga pernah berpikir untuk men-
jadi dosen, tapi saya ditolak. Bisa saja yang kita inginkan bukan kehendak
Allah SWT; yang penting selalu berusaha dan berdoa. Karena
pengaruhnya terhadap lingkungan terkait budaya perusahaan dan pen-
didikan, ITB menganugerahinya gelar doktor kehormatan (Honoris
Causa).

Pernah bekerja Dengan pendapatan yang cukup, perusahaan kosmetik


multinasional, memilih keluar dan mendirikan bisnis kosmetik dalam
negeri secara besar-besaran. Saat itu, saya ingin memproduksi kosmetik
murah dan berkualitas tinggi. Produknya diterima masyarakat dan
berkembang, Namun musibah datang, pabrik terbakar dan adanya hu-
tang. Nurhayati yakin dengan apa yang selalu dikatakan oleh orang
tuanya, yaitu "Saya akan melanjutkan usaha saya" meski dalam kesulitan.
melakukan kolaborasi dengan yang tua dan muda dilakukannya, men-
jabat Komisaris Utama PT Paragon Technology and Innovation.

Dia tidak hanya ingin menghasilkan uang saat membangun bisnis; dia
juga membangun orang. Enam nilai utama perusahaan adalah inovasi,
ketuhanan, keteladanan, kekeluargaan, tanggung jawab, dan fokus pada
pelanggan. “Nilai-nilai tersebut dapat terus dipelajari dan dipraktikkan
untuk menjadi budaya dan karakter. Selalu berdoa dan selalu menunjuk-
kan kepedulian terhadap sesama, yang keduanya sangat menentukan
keberhasilan. Karena dia dapat mengandalkan Allah SWT untuk bantuan
dan merasakan puas. Dunia ini akan aman jika semua orang peduli pada
orang lain. Oleh karena itu, empati terhadap sesama harus diajarkan mu-
lai dari sekarang (Rudi, 2019; Rahmayanti, 2021).

205
BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM ASUHAN KOMPLEMENTER PADA
IBU HAMIL, NIFAS, DAN MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA

2. Lany Kuswandi, Pelopor Hypnobirthing di Indonesia


Sejak kecil, Lanny Kuswandi bercita-cita menjadi seorang dokter.
Lanny memutuskan menjadi bidan karena tidak mampu mengejar cita-
citanya menjadi dokter. Ini adalah profesi yang sama mulianya dengan
membantu orang lain. Sekitar tahun 1974, Rumah Sakit St. Carolus di Ja-
karta memberikan pelatihan kebidanan. Dia adalah orang yang disiplin,
mandiri, tegas, dan toleran karena dididik dengan disiplin di asrama.
Lanny lulus pendidikan tahun 1978. mengikuti ikatan dinas tiga tahun
dan ikut kursus bahasa Inggris. karena ingin bekerja di luar negeri, mes-
kipun tidak kesampaian bekerja diluar negeri tidak menjadikannya patah
semangat. Profesi bidan pelaksana diawali di Rumah Bersalin Damai sejak
1978 hingga 1981, dan bekerja sebagai perawat di Yayasan The Medical
Scheme

Ke Amerika, belajar hypnobirthing. Dia terus mencari cara untuk


meningkatkan potensinya untuk memenuhi mimpinya menjadi bidan
yang berbeda. Dia belajar hipnoterapi, yang dipelajari dari Dr. Hukom
pada tahun 1999, dan melanjutkan pendidikan Hipnosis Dasar dan Lanju-
tan pada tahun 2000 di bawah arahan dr Tubagus Erwin Kusuma SpKJ.
Berbekal pendidikan, dan memiliki kepercayaan diri untuk mempromosi-
kan dan mengembangkan hypnobirthing. tahun 1998, bergabung dengan
klinik keluarga Prorevital, dikenal Klinik Pro V, ia memfokuskan dan me-
nyempurnakan layanan medisnya menjadi holistik.

Berperan aktif dalam pembuatan dan penyempurnaan program untuk


relaksasi, hypnobirthing, hypno pregnancy, dan hypnofertility, khususnya un-
tuk pasangan muda dan wanita hamil yang terdaftar dalam program
perawatan kesehatan holistik yang dijalankan oleh Edgar Cayce Founda-
tion di Virginia Beach, USA (The Association for Research & Enlighten-
ment, Inc.). Alhasil, ia memantapkan dirinya sebagai praktisi hypnobirth-
ing sejak tahun 2002.

206
BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM ASUHAN KOMPLEMENTER PADA
IBU HAMIL, NIFAS, DAN MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA

3. Jamilatul Sa’diyah
"Suka banget dunia kesehatan. Dari SMA sudah menyukai kesehatan.
Karena pada saat itu kondisi kita masih banyak adik, kalo sekolah dokter
itu panjang banget. Akhirnya milih bidan," Selama masa pendidikannya,
kecintaan profesinya semakin bertambah. Lebih ketika melihat proses per-
salinan seorang perempuan yang menunjukkan empati, cinta, dan kasih
sayang pada perempuan yang mengalami berbagai proses persalinan.
Hal itu inilah menimbulkan hasrat yang mendalam di dunia kebidanan.
"Sehingga akhirnya dari hati. Itu bikin kerjaan kita nggak mudah capek,
karena panggilan dari hati,"

Pada tahun 2016, mendapat penghargaan sebagai Best Speaker in Eng-


lish Poster Presentation pada peserta Kongres Keempat Asosiasi Bidan
Katalan (ACL), Kongres XV Federasi Bidan Spanyol (FAME) dan Kongres
ke-2 di Wilayah Eropa Selatan ICM di Spanyol pada tahun 2016. Selama
menjadi bidan, pernah mendampingi proses persalinan berbagai ka-
langan artis, seperti Nagita Slavina, Olivia Jensen, Ardina Rasti, dan ban-
yak lagi yang lainnya. Jamilatul Sa’diyah disapa Mila menikah dengan
suaminya Fadhlurrohman Noer pada Januari 2018. Bersama sang suami,
dikaruniai seorang putra. Bersama suami juga mendirikan learning center
seputar kelas prenatal yoga, pilates, dan hypnobirthing yang bernama
Bumilpamil.id. Ia juga pernah menjadi berbagai ahli dalam aplikasi par-
enting Tentang Anak yang bermitra dengan Kemenkes RI serta smile-
birth.id (Firdayanti, 2022).

207
BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM ASUHAN KOMPLEMENTER PADA
IBU HAMIL, NIFAS, DAN MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA

Daftar Pustaka

Akhiriyanti, Evi Nur & Nisa, H. (2020). Mengenal Terapi Komplementer Dalam
Kebidanan Pada Ibu Nifas, Ibu Menyusui, Bayi, dan Balita. Jakarta: Trans
Info Media.
Assaf Al. (2009). Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC.
Firdayanti. (2022). Inspiratif, Perjalanan karier jamilatul sa’diyah jadi bidan fa-
vorit artis. Dikutip dari : https://www.parapuan.co/read/533371182/in-
spiratif-ini-perjalanan-karier-jamilatus-sadiyah-jadi-bidan-favorit-ar-
tis
Halenamantra. (2020). Pengalaman Melahirkan Dengan Hypnobirthing.Dikutip
dari: https://www.helenamantra.com/2020/04/melahirkan-dengan-
hypnobirthing.html.
Kosngosan. (2022). 20 Desain Ruangan Baby Spa Sederhana. Dikutip dari :
https://www.kosngosan.com/2022/02/desain-ruangan-baby-spa.html
Kostania, G. (2015). Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan Komplementer
Pada Bidan Praktek Mandiri Di Kabupaten Klaten. Gaster, XII(1).
Phanie. (2020). 4 Kelas Kehamilan yang Bisa Moms Ikuti. Dikutip dari:
https://www.orami.co.id/magazine/4-kelas-kehamilan-yang-bisa-
moms-ikuti
Rahmayanti. (2021). Kisah Sukses Nurhayati Subakat Yang Pernah Digaji
20.000/bulan. Dikutip dari: https://economy.oke-
zone.com/read/2021/12/07/455/2513418/kisah-sukses-nurhayati-suba-
kat-pendiri-wardah-yang-pernah-digaji-rp20-000-bulan?page=2.
MNC Media.
RS Panti Rapih. (2020). Baby spa. In Dikutip dari: https://panti-
rapih.or.id/rspr/baby-spa-jogja/. https://pantirapih.or.id/rspr/baby-
spa-jogja/
Rudi. (2019). Kisah perjuangan CEO Wardah Inspirasi Mahasiswa ITERA.
Dikutip Dari: https://www.itera.ac.id/kisah-perjuangan-ceo-wardah-
inspirasi-mahasiswa-itera/ Institut Teknologi Sumatera.
Utami T Y D. (2019). Spa Ibu dan Anak Bisa Menjadi Solusi untuk Mempererat
Hubungan lo! https://nova.grid.id/amp/051729452/spa-ibu-dan-anak-
bisa-menjadi-solusi-untuk-mempererat-hubungan-lo?page=all

208
BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM ASUHAN KOMPLEMENTER PADA
IBU HAMIL, NIFAS, DAN MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA

Widyanugrah, N. A., Kusumarini, Y., & Rakhmawati, A. (2018). Re-design


klinik bersalin “bidan jeanne” di kota depok jawa barat. Dikutip dari: Jurnal
Intra, 6(2), 658–667.

209
BAB 15. PELUANG ENTREPRENEUR DALAM ASUHAN KOMPLEMENTER PADA
IBU HAMIL, NIFAS, DAN MENYUSUI, BAYI, DAN BALITA

Tentang Penulis
Wiwin Hindriyawati
email : Winwin.f815@gmail.com

Lahir di Klaten, 15 Agustus 1983 profesi dosen kebidanan di Sekolah


Tinggi Ilmu Kesehatan Akbidyo (STIKes Akbiyo) Yogyakarta, Prodi S1
Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan, Anak ke tiga dari lima ber-
saudara, riwayat pendidikan SMA N 1 Cawas Lulus tahun 2002, D III
Kebidanan Abdi Husada Semarang lulus tahun 2005, D IV Bidan Pen-
didik Universitas Ngudi Waluyo Ungaran lulus tahun 2006, melanjutkan
S2 Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS) lulus tahun 2012.
Aktif mengajar dan menulis pada jurnal penelitian ataupun jurnal
pengabdian masyarakat. penulis telah berkeluarga dan menjadi ibu dari
dua anak. Motto hidup berusaha dan berdoa.

210
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai