Anda di halaman 1dari 131

PENGARUH MASSAGE KAKI TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA

PADA LANSIA USIA 60-70 TAHUN DI PANTI JOMPO


MUHAMMADIYAH
KOTA PROBOLINGGO

SKRIPSI

Oleh :
HIKMATUS SAKDIYAH
NIM : 1570117105

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS NURUL JADID
PROBOLINGGO
2021
PENGARUH MASSAGE KAKI TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA
PADA LANSIA USIA 60-70 TAHUN DI PANTI JOMPO
MUHAMMADIYAH
KOTA PROBOLINGGO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat


Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Oleh :

Hikmatus Sakdiyah

1570117105

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NURUL JADID

PROBOLINGGO

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH MASSAGE KAKI TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA


PADA LANSIA USIA 60-70 TAHUN DI PANTI JOMPO
MUHAMMADIYAH
KOTA PROBOLINGGO

SKRIPSI

OLEH :

HIKMATUS SAKDIYAH
NIM : 1570117105

Telah disetujui oleh tim pembimbing untuk dipertahankan di depan tim penguji
Pada Tanggal : ………………………..

Nama Tanda tangan

Pembimbing I S.Tauriana, S.Kep., Ns., M.Kep ………………

Pembimbing II Handono F. R. M.Kep., Sp.,KMB ………………

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Kesehatan Keperawatan

Ns. Handono F. R., M.Kep., Sp.Kep.M.B. Kholisotin, S.Kep., Ns., M.Kep


NIK.2011014 NIK. 2012011

i
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH MASSAGE KAKI TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA


PADA LANSIA USIA 60-70 TAHUN DI PANTI JOMPO
MUHAMMADIYAH
KOTA PROBOLINGGO

SKRIPSI

OLEH :

HIKMATUS SAKDIYAH
NIM : 1570117105

Telah disetujui dan disahkan oleh tim penguji Pada tanggal :


__________________

Dewan Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan

Penguji I : Kholisotin, Ns., M. Kep. ___________

Penguji II : Ns. S. Tauriana, M.kep ___________

Penguji III : Ns. Handono F.R., M.Kep., Sp. Kep.M.B. ___________

Probolinggo,……………….

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program Studi Keperawatan

Ns. Handono F.R., M.Kep., Sp. Kep.M.B. Kholisotin, Ns., M.Kep.

NIK.2011014 NIK. 2012011

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, peneliti :

Nama : Hikmatus Sakdiyah

NIM : 1570117105

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh

Masase Kaki Terhadap Penurunan Insomnia pada Lansia di Panti Jompo

Muhammadiya Kota Probolinggo” adalah benar-benar karya peneliti. Hal-hal

yang bukan karya peneliti sendiri di dalam skripsi ini telah diberi citasi dan dirujuk

dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi penelitian

pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa

pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.

Probolinggo, 25 September 2021

Hikmatus Sakdiyah,

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya peneliti

dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Pengaruh Masase Kaki

Terhadap Penurunan Insomnia pada Lansia di Panti Jompo Muhammadiya Kota

Probolinggo”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu persyaratan

menyelesaikan pendidikan Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa

terselesaikannya karya tulis ilmiah ini berkat bimbingan, bantuan dan kerjasama

serta dorongan berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Pada

kesempatan ini dengan segala hormat peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. KH. Abdul Hamid Wahid selaku Rektor Universias Nurul Jadid yang telah

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

2. Handono Fathur Rahman, Ns., M.Kep., Sp.Kep.M.B, selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo

3. Kholisotin, Ns., M. Kep, selaku Ketua Program Studi Keperawatan Fakultas

Kesehatan Universitas Nurul Jadid Nurul Probolinggo

4. Ns. S. Tauriana, M. Kep, selaku Dosen Pembimbing I yang selalu membimbing

dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

5.Handono Fathur Rahman, Ns., M.Kep., Sp.Kep.M.B, selaku Dosen Pembimbing

II yang selalu memberikan bimbingan dan arahan sehingga peneliti dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

iv
6. Lansia yang ada di Panti Jompo Muhammadiyah Kota Probolinggo yang telah

bersedia menjadi responden.

7. Ayah, ibu, dan adik, yang selalu memberikan do’a, dukungan dan kasih sayang.

8. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan masukan dan saran dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

9. Untuk calon suami saya ‘’ Pratu Panca Dria’’ terimakasih atas dukungan,

perhatian semangat dan doa yang tealah di berikan dari awal hingga akhir

pembuatan skripsi ini.

10. Aditya Frisna, Suci Fitria H,H, Dewi Ramadani, Diah Ayu, dan teman teman di

tempat kerja telah memberi dukungan dan doa serta bertahan sejauh ini.

11. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

Peneliti menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu

peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan proposal selanjutnya.

Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Probolinggo, 20 Februari 2021

Peneliti

v
PENGARUH MASSAGE KAKI TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA
LANSIA USIA 60-70 TAHUN DI PANTI JOMPO MUHAMMADIYAH KOTA
PROBOLINGGO

HIKMATUS SAKDIYAH
1570117105
hikmahsyadiyah@gmail.com
Program Studi S1 Kepeawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid Paiton-Probolinggo
Dosen Pembimbing :
Ns. S . Tauriana, M.Kep
Handono F. R, Ns., M.Kep., Sp.Kep.M.B

ABSTRAK

Pendahuluan : Lansia adalah seseorang yang telah berusia <60 tahun dan tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-har, Lansia adalah bagian
dari proses tumbuh kembang manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang
dari bayi, anak-anak,dewasa dan akhirnya menjadi tua. Massage merupakan bentuk sentuhan
terstruktur dengan menggunakan tangan atau bagian tubuuh lainya sehingga memberikan
tekanan pada otot-otot dalam.
Massage kaki adalah sentuhan yang dilakukan pada kaki dengan sadar dan digunakan untuk
meningkatkan kesehatan dan menimbulkan rasa nyaman dan tenang bagi penerimanya.
Metode Penelitian : Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
penelitian Quasi Eksperiment dengan menggunakan rancangan pretest-posttest with control
group. Teknik sampling yang digunakan dalam penilitian ini adalah purposive sampling
sebanyak 35 responden, yaitu 17 kelompok intervensi dan 18 kelompok kontrol. Analisa data
pada penelitian ini menggunakan uji Paired simple T test.
Hasil Penelitian : Menunjukkan adanya pengaruh massage kaki terhadap penurunan insomnia
pada lansia usia 60-70 tahun di panti jompo Muhammadiyah Kota Probolinggo, pada
responden kelompok intervensi dengan Asymp 0,000 < α = 0,05. Ha diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah
diberikan terapi Massage penurunan insomnia pada lansia usia 60-70 tahun di panti jompo
Muhammadiyah Kota Probolinggo
Kesimpulan : Terdapat Pengaruh Pengaruh Massage Kaki Terhadap Penurunan Insomnia
Pada Lansia Usia 60-70 Tahun Di Panti Jompo Muhammadiyah Kota Probolinggo

Kata Kunci : Massage Kaki,Insomnia,Lansia

vi
THE EFFECT OF FOOT MASSAGE ON REDUCING INSOMNIA IN ELDERLY 60-70
YEARS OLD AT MUHAMMADIYAH NURSING HOME PROBOLINGGO CITY

HIKMATUS SAKDIYAH
1570117105
hikmahsyadiyah@gmail.com
Program Studi S1 Kepeawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid Paiton-Probolinggo
Dosen Pembimbing :
Ns. S . Tauriana, M.Kep
Handono F. R, Ns., M.Kep., Sp.Kep.M.B

ABSTRAC

Introduction : Elderly is someone who is <60 years old and is powerless to earn a
living on their own to meet their daily needs, Elderly is part of the process of human
growth and development not suddenly getting old, but developing from infants,
children, mature and eventually grow old. Massage is a form of structured touch using
the hands or other body parts so that it puts pressure on the deep muscles. Foot
massage is a conscious touch that is used to improve health and create a sense of
comfort and calm for the recipient.
Research Methods: The design used in this study was a quasi-experimental research
design using a pretest-posttest with control group design. The sampling technique used
in this research is purposive sampling with 35 respondents, namely 17 intervention
groups and 18 control groups. Analysis of the data in this study using the Paired simple
T test.
Results: Shows the effect of foot massage on reducing insomnia in the elderly aged 60-
70 years at the Muhammadiyah nursing home in Probolinggo City, in the intervention
group respondents with Asymp 0.000 < = 0.05. Ha accepted. Thus, it can be concluded
that there is a significant effect between before and after being given massage therapy
in reducing insomnia in the elderly aged 60-70 years at the Muhammadiyah nursing
home in Probolinggo City.
Conclusion: There is an Influence of Foot Massage on Reducing Insomnia in Elderly
Aged 60-70 Years at Muhammadiyah Nursing Home in Probolinggo City

Keywords: Foot Massage, Insomnia, Elderly

vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................ i


Lembar Persetujuan ................................................................................... ii
Daftar Isi ..................................................................................................... iii
Daftar Tabel ................................................................................................ vi
Daftar Skema .............................................................................................. viii
Daftar Lampiran ......................................................................................... ix
Daftar Singkatan ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
1. Tujuan Umum ............................................................................... 5
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
1. Manfaat Teoritis............................................................................ 6
2. Manfaat Praktis ............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 7
1. Lansia .......................................................................................... 7
a. Pengertian Lansia .......................................... .......................... 7
b. Klasifikasi Lansia ..................................................................... 8
c. Karateristik Lansia ................................................................... 9
d. Proses Menua ........................................................................... 11
e. Teori-Teori Menua ................................................................... 11
f. Perubahan pada Lanjut Usia ..................................................... 16
g. Permasalahan Lanju Usia ......................................................... 19
h. Tugas Perkembangan Lnajut Usia............................................. 21

viii
2. Insomnia ...................................................................................... 21
a. Pengertian Insomnia ................................................................. 22
b. Etiologi dan Fisiologi Insomnia ................................................ 22
c. Tanda dan Gejala Insomnia ...................................................... 24
d. Klasifikasi Insomnia ................................................................. 24
e. Komplikasi Insomnia................................................................ 25
f. Faktor Resiko Insomnia ............................................................ 26
g. Alat Ukur Insomnia ................................................................. 26
h. Penaganan Insomnia ................................................................. 27
3. Massage Kaki ............................................................................... 29
a. Pengertian Massage Kaki ......................................................... 29
b. Jenis-Jenis Massage .................................................................. 30
c. Tehnik Massage ....................................................................... 31
d. Pengaruh Massage Kaki ........................................................... 34
e. Tujuan Massage Kaki ............................................................... 34
f. Indikasi Massage Kaki.............................................................. 35
g. Kontra Indikasi Massage Kaki .................................................. 35
h. Tehnik Pelaksanaan Massage Kaki ........................................... 35
B. Kerangka Teori ................................................................................ 37
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep .............................................................................. 38
B. Hipotesis ........................................................................................... 39
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .............................................................................. 40
B. Populasi, Sampel, dan Sampling ....................................................... 41
1. Populasi ........................................................................................ 41
2. Sampel .......................................................................................... 41
3. Sampling....................................................................................... 42
C. Variabel Penelitian ............................................................................ 42

ix
1. Variabel Independen ..................................................................... 42
2. Variabel Dependen........................................................................ 43
D. Definisi Operasional ......................................................................... 43
E. Tempat Penelitian.............................................................................. 45
F. Waktu Penelitian ............................................................................... 46
G. Instrumen Penelitian .......................................................................... 46
H. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 48
I. Analisa Data ...................................................................................... 49
1. Teknik Pengolahan Data .............................................................. 49
2. Analisa Data ................................................................................ 50
J. Etika Penelitian ................................................................................ 51
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran dan Lokasi................................................................... 61
B. Hasil Penelitian............................................................................ 62
C. Pembahasan................................................................................. 67
D. Implikasi..................................................................................... 84
E. Keterbatasan Peneliti.................................................................... 85
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................. 87
B. Saran.......................................................................................... 88

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Desain Penelitian ............................................................................. 40


Tabel 4.2 Definisi Operasional ........................................................................ 44
Tabel 4.3 Waktu Penelitian ............................................................................. 46
Tabel 4.4 Lembar Kuesioner ........................................................................... 47

xi
DAFTAR SKEMA

Gambar 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 37


Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 38

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informasi


Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 Lembar Observasi
Lampiran 5 Dokumentasi ..............................................................................
Lampiran 6 Lembar Kuesioner

xiii
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

DEPKES : Departemen Kesehatan

LANSIA : Lanjut Usia

KEMENKES : Kementrian Kesehatan

PTM : Penyakit Tidak Menular

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Lansia atau yang sering di kenal dengan sebutan lanjut usia yang

berarti seseorang yang memiliki umur lebih dari 60 tahun keatas. Menurut

WHO pengelompokan usia dibagi menjadi 4 golongan atara lain yaitu

lansia dengan umur 45-60 tahun (middle age),umur 50-75 tahun (elderly),

umur 75-90 tahun (old),umur diatas 90 tahun (very old). 1

Lanjut usia mengalami berbagai macam masalah kesehatan

diantaranya adalah perubahan keadaan fisik yang bisa dilihat dari

menurunnya kondisi organ tubuh seiring berjalannya waktu. Seperti

kemunduran sel sel tubuh yang mengakibatkan fungsi dan daya tahan

tubuh terus menurun serta faktor resiko terhadap berbagai macam penyakit

meningkat. Masalah yang sering dialami oleh lanjut usia, salah satunya

adalah insomnia. Berbagai macam tanda dan gejala saat ingin tidur pada

malam hari yang dialami lanjut usia adalah kesusahan untuk mengawali

tidur pada malam hari, kesusahan mempertahankan waktu tidur, sering

terjaga pada malam hari, serta rasa ngantuk yang berlebih.

1
Setiawan, Gilbert W., Wungouw, Herlina I. S., & Pangemanan, Damajanty H. C, 2016,
Pengaruh Senam Bugar Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Kualitas Hidup Penderita
Hipertensi. Jurnal e-Biomedik (eBM),1(2),760-764,Juli 2016

1
2

Tidur yang tidak cukup menggambarkan karakter keadaan medis

yang sering dialami oleh lanjut usia. 2

Tidur salah satu cara untuk menghilangkan rasa lelah baik

jasmani maupun mental, ketika seseorang mengalami kelelahan ia

membutuhkan waktu istirahat salah satunya dengan tidur. Tidur mampu

mengembalikan kondisi tubuh pada keadaan semula karena saat tertidur

terdapat proses pemulihan dan bisa bermanfaat untuk menghilangkan rasa

lelah berlebihan dan membuat tubuh menjadi segar kembali. Jika

seseorang mengalami gangguan tidur atau insomnia maka diperlukan cara

untuk mengatasi hal terebut. Banyak sekali penelitian yang melakukan uji

coba dengan cara alternatif untuk menurunkan atau mengatasi insomnia

insomnia yang terjadi pada lansia. Maka dari itu, penulis ingin penelitian

untuk meneruskan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

masalah gangguan tidur yang dialami oleh lansia dengan memanfaatkan

tekhnik massage kaki dan rendam kaki menggunakan air hangat yang

sudah teruji valid dan akurat, serta ingin mengetahui lebih banyak tentang

penemuan-penemuan tersebut sebagai landasan memperkuat gagasan dari

uraian penelitian yang sesuai dengan topik permasalahan dari judul

penulis.

2
Lendengtariang, C., Wungouw, H., & Hamel, R.S. (2018). Pengaruh terapi rendam air
hangat kaki terhadap insomnia pada lansia di Kelurahan Angges Kecamatan Tahuna
Barat. e-journal Keperawatan (e-Kp), 6(2), 1-8.
3

Menurut WHO kejadian insomnia pada lansia cukup tinggi yaitu

67%. Menurut Badan Pusat Statistika Indonesia (2019) presentase

insomnia pada lansia hampir lima dekade di Indonesia( 2019 ) jumlahnya

meningkat menjadi dua kali lipat, yaitu sekitar 9,6% (25 juta), lansia

wanita menduduki nilai lebih tinggi satu persen dari pada lansia pria

(10,10%:9,10%).3 Prevalensi insomnia di dunia pada lansia yang berusia

65 tahun keatas tergolong tinggi diperkirakan mencapai 67%. Hasil

penelitian diperoleh data bahwa jenis kelamin perempuan merupakan

data prevalensi insomnia tertinggi yakni berkisar 78,1% berusia 60-74

tahun. 4

Badan Pusat Statistika (BPS) provinsi Jawa Timur (2018)

memiliki besaran populasi lanjut usia sekitar 4,45 juta jiwa atau berkisar

11,46% dari keseluruhan penduduk di wilayah Jawa Timur. Dengan

prevalensi insomnia sekitar 24,4 jiwa . Di Kota Probolinggo jumlah

penduduk lansia sebanyak 16.500 terdiri dari wanita 9.056 pria 7.444 di

kecematan Mayangan sebanyak 215 yang terdiri dari pria 94 wanita 121

di kelurahan Sukabumi sebanyak 91 lansia yang terdiri dari pria 29 dan

wanita 62 dan di Panti Jompo Muhamadiyah hari kamis tanggal 14 januari

2021 sebanyak 35 yang terdiri dari wanita 21 dan pria 14.

3
4
Sulistyarini, T., & Santosa, D. (2016). Gambaran Karakteristik Lansia Dengan
Gangguan Tidur (Insomnia) Di RW 1 Kelurahan Bangsal Kota Kediri. Jurnal Penelitian
Keperawatan Vol.2, 150-155.
4

Faktor fisiologis yang menyebabkan lansia mengalami insomnia

karena ekskresi hormon yaitu kortisol serta ada perubahan temperatur

tubuh yang berfluktuasi dan kurang menonjol. Meningkatnya umur

menyebabkan penurunan hormon melantonin yang diekskresikan pada

malam hari ketika tertidur. Insomnia bisa berdampak sangat buruk

hingga bisa menyebabkan penurunan kualitas hidup seseorang, seperti

performa motorik, suasana hati yang kurang baik dan ke tidak

seimbangan dalam tubuh. Fungsi imun juga akan menurun akibat tidur

yang kurang sehingga dapat mengakibatkan insomnia ringan hingga

insomnia berat.5 Penanganan insomnia dapat diatasi dengan dua cara,

yaitu: penanganan secara farmakologis dan penanganan secara non

farmakologis. Penanganan non farmakologis termasuk penanganan

komplementer atau terapi alamiah yang mempunyai efek aman, tanpa

efek samping serta efektif untuk pengobatan penyakit tertentu.

Penanganan non farmakologis yaitu terapi pijat (massage) kaki dan

rendam air hangat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh IGede Putu Widi

Widiana (2020) dengan Metode Pre Eksperimen, Menggunakan alat ukur

kuesioner dan Jumlah Responden Sebanyak 15 Orang dengan hasil

penelitianada pengaruh yang signifikan pemberian massage kaki terhadap

5
Lumbantobing S. Kecerdasan pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2015
5

penurunan insomnia sebelum dan sesudah diberikan massage kaki pada

Lansia. Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Dwi Aryani

(2019) menggunakan dengan metode quasy eksperimen, menggunakan

alat ukur kuesioner dan jumlah responden sebanyak 20 orang dengan

hasil penelitian terdapat pengaruh massage kaki terhadap peninggkatan

kualitas tidur.

Berdasarkan latar belakang tersebut, inilah yang menjadikan

penulis tertarik untuk meneliti “ Pengaruh massage kaki terhadap

penurunan insomnia pada lansia”.

B. Rumusan masalah

Apakah ada pengaruh massage kaki terhadap penurunan insomnia

pada lansia?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan Penelitian ini adalah Mengetahui pengaruh massage kaki

terhadap penurunan insomnia pada lansia di Panti jompo

Muhammadiyah Kota Probolinggo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengenalisa karakteristik responden ( usia, jenis kelamin,

pendidikan agama )
6

b. Mengindentifikasi pengaruh massage kaki terhadap penurunan

insomnia yang di berikan sebelum dan sesudah pada kelompok

intervensi.

c. Mengindentifikasi tingkat penurunan insomnia pada lansia tanpa di

lakukan massage kaki pada kelompok kontrol.

d. Menganalisa perubahan penurunan insomnia pada kelompok

intervensi sebelum dan sesudah di berikan massage kaki terhadap

penurunan insomnia pada lansia usia 60-70 tahun di Panti Jompo

Muhammadiysh kota Probolinggo.

D. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberi masukan di

bidang keperawatan untuk menjadi sumber intevensi yang penting

terhadap penurunan insomnia pada lansia usia 60-70 tahun yang dapat

di pergunakan untuk mengembangkan keperawatan gerontik

2. Manfaat praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti, sehingga

peneliti dapat mengetahui mengenai pola tidur sehat yang

diterapkan pada lansia yang berpengaruh pada penurunan tingkat

insomnia dan menambah pengalaman peneliti dalam melakukan


7

penelitian. Serta dapat dijadikan dasar untuk penelitian

selanjutnya.

b. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan

profesionalisme dan mutu pelayanan keperawatan, khususnya

keperawatan gerontik.

c. Bagi Keperawatan

Menambahpengetahuan mengenai bagaimana seharusnya

mendapatkan pola tidur sehat yang berkualitas pada lansia yang

dapat berpengaruh pada penurunan tingkat insomnia pada lansia

usia 60-70 tahun itu sendiri.

d. Bagi Masyarakat Umum/ Lansia

Intervensi bagi masyarakat bahwa pelaksanaan pola tidur

sehat memiliki pengaruh positif bagi kesehatan khususnya pada

lansia yang mengalami insomnia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Lansia

a. Pengertian Lansia

Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan

tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari. 6

Lanjut usia didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan,

meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta

perubahan fisiologis yang terkait dengan usia. 7

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang.

Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari

bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Lansia

merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang

Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan

masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa

6
Ratnawati, Emmelia. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Penerbit
Pustaka Baru Press.
7
Aru W, Sudoyo. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: Interna
Publishing

8
9

ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan

sosial secara bertahap 8

b. Klasifikasi Lansia

Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari :

1) Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun

2) Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3) Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun

atau lebih dengan masalah kesehatan

4) Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu

melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat

menghasilkan barang atau jasa

5) Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya

mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada

bantuan oranglain.

Klasifikasi lansia Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia adalah

sebagai berikut :

1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54

tahun.

2) Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.

3) Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74

tahun.

8
Azizah. (2016). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
10

4) Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.

5) Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih

dari 90 tahun.

c. Karakteristik Lansia

Karakteristik lansia menurut Ratnawati yaitu :

1) Usia

Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan

lanjut usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia

diatas 60 tahun.

2) Jenis kelamin

Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis

kelamin perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan

hidup yang paling tinggi adalah perempuan.

3) Status pernikahan

Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015,

penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian

besar berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun

perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati

sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang cerai mati, dan lansia

laki-laki yang berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan

usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan

dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga presentase


11

lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih banyak dan

lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi.

4) Pekerjaan

Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia

sehat berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat

secara fisik, sosial dan mental sehingga dapat tetap sejahtera

sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi dalam rangka

meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat.

Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI

2016 sumber dana lansia sebagian besar pekerjaan/usaha

(46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) adalah tabungan, saudara

atau jaminan sosial.

5) Pendidikan terakhir

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo

menunjukkan bahwa pekerjaan lansia terbanyak sebagai

tenaga terlatih dan sangat sedikit yang bekerja sebagai tenaga

professional. Dengan kemajuan pendidikan diharapkan akan

menjadi lebih baik.

6) Kondisi kesehatan

Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi

Kemenkes RI (2016) merupakan salah satu indikator yang

digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk.


12

Semakin rendah angka kesakitan menunjukkan derajat

kesehatan penduduk yang semakin baik. Angka kesehatan

penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%, artinya bahwa

dari setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di antaranya

mengalami sakit. Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak

menular (PTM) antar lain hipertensi, artritis, strok, diabetes

mellitus. 9

d. Proses Menua

Menua atau proses menjadi tua adalah suatu keadaan yang

terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan

proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua

merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui

tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini

berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia

tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran 10 fisik

yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi

mulaiompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin

memburuk, gerakan lambat dan postur tubuh yang tidak

proporsional.

Potter & Perry. 2015. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
9
Ratnawati, Emmelia. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Penerbit
Pustaka Baru Press.
13

e. Teori Menua Teori-Teori Menua Berdasarkan10 :

1. Teori Penuaan ditinjau dari sudut biologis Teori ini menjelaskan

bahwa perubahan sel dalam tubuh lansia dikaitkan pada proses

penuaan tubuh lansia dari sudut pandang biologis.

a) Teori Genetik

1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutative theory)

Teori ini menerangkan bahwa di dalam tubuh

setiap manusia terdapat jam biologis yang dapat mengatur

gen dan dapat menentukan proses penuaan. Pada setiap

spesies manusia memiliki inti sel yang berisi jam biologis

atau jam genetik tersendiri. Dimana pada setiap spesies

memiliki batas usia yang berbeda-beda yang dipengaruhi

oleh replikasi dari setiap sel dalam tubuh manusia.

Apabila replikasi sel tersebut berhenti maka hal tersebut

dapat dikatakan sebagai kematian.

2) Teori mutasi somatik (error catastrope)

Penjelasan dari teori ini adalah menua

diakibatkan oleh kerusakan, penurunan fungsi sel dan

percepatan kematian sel yang disebabkan oleh kesalahan

urutan susunan asam amino. Kerusakan selama masa

10
Fatimah, E. (2018). Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung:
Pustaka Setia.
14

transkripsi dan translasi dapat mempengaruhi sifat enzim

dalam melakukan sintesis protein. Kerusakan ini pula

menjadi penyebab timbulnya metabolit yang berbahaya

sehingga dapat mengurangi penurunan fungsi sel.

b) Teori Non-genetik

1) Teori penurunan sistem imun (Auto-Immune Theory)

Teori ini mengemukakan bahwa penuaan terjadi

akibat adanya penurunan fungsi dan struktur dari sistem

kekebalan tubuh pada manusia. Seiring bertambahnya

usia, hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar timus

sebagai pengontrol sistem kekebalan tubuh pada

manusia mengalami penurunan maka terjadilah proses

penuaan. Dan pada saat yang bersamaan pula terjadi

kelainan autoimun.

2) Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory)

Teori ini menyebutkan bahwa radikal bebas

terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh manusia

akibat adanya proses metabolisme di dalam

mitokondria. Radikal bebas merupakan sebuah molekul

yang tidak berpasangan sehingga dapat mengikat

molekul lain yang akan menjadi penyebab kerusakan

fungsi sel dan perubahan dalam tubuh. Ketika radikal


15

bebas terbentuk dengan tidak stabil, akan terjadi

oksidasi terhadap oksigen dan bahan-bahan organik

seperti karbohidrat dan protein sehingga sel-sel dalam

tubuh sulit untuk beregenerasi. Radikal bebas banyak

terdapat pada zat pengawet makanan, asap rokok, asap

kendaraan bermotor, radiasi, serta sinar ultra violet yang

menjadi penyebab penurunan kolagen pada lansia dan

perubahan pigmen pada proses menua.

3) Teori Rantai Silang (Cross Link Theory)

Teori rantai silang menerangkan bahwa proses

penuaan diakibatkan oleh lemak, protein, asam nukleat

(molekul kolagen) dan karbohidrat yang bereaksi

dengan zat kimia maupun radiasi yang dapat mengubah

fungsi jaringan dalam tubuh. Perubahan tersebut akan

menjadi penyebab Aperubahan pada membran plasma

yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku dan

kurang elastis serta hilagnya fungsi. Proses hilangnya

elastisitas ini seringkali dihubungkan dengan adanya

perubahan kimia pada komponen protein di dalam

jaringan. Terdapat beberapa contoh perubahan seperti

banyaknya kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit

yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi tebal


16

seiring bertambahnya usia. Contoh ini dapat dikaitkan

dengan perubahan pada pembuluh darah yang

cenderung menyempit dan cenderung kehilangan

elastisitasnya sehingga pemompaan darah dari jantung

menuju keseluruh tubuh menjadi berkurang dan pada

permukaan kulit yang kehilangnya elastisitasya dan

cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas

dan kecepatan pada sistem muskuloskeletal.

4) Teori Fisiologik

Teori ini mengambil contoh dari teori adaptasi

stres (stress adaptation theory). Dimana proses menua

merupakan akibat dari adaptasi terhadap stres dan stres

ini bisa berasal dari internal maupun eksternal tubuh

yang dapat memengaruhi peningkatan kasus penyakit

degeneratif pada manusia lanjut usia (manula).

5) Teori “imunologi slow virus” (immunology slow virus

theory)

Teori ini menyatakan bahwa ketika manusia

berada pada proses menua maka saat itulah tubuh

manusia tidak dapat membedakan sel normal dan sel

yang tidak normal, akibatnya antibodi bekerja untuk

menyerang keduanya. Sistem imun pun mengalami


17

gangguan dan penurunan kemampuan dalam mengenali

dirinya sendiri (self recognition) akibat perubahan

protein pascatranslasi atau mutasi

c) Teori Sosiologis

Teori perubahan sosial menjelaskan tentang lansia

yang mengalami penurunan dan penarikan diri terhadap

sosialisasi dan partisipasi ke dalam masyarakat.

1) Teori Aktivitas

Teori ini menyatakan keaktifan lansia dalam

melakukan berbagai jenis kegiatan yang merupakan

indikator suksesnya lansia. Lansia yang aktif, banyak

bersosialisasi di masyarakat serta lansia yang selalu

mengikuti kegiatan sosial merupakan poin dari indikator

kesuksesan lansia. Lansia yang ketika masa mudanya

merupakan tipe yang aktif, maka di masa tuanya lansia

akan tetap memelihara keaktifannya seperti peran lansia

dalam keluarga maupun masyarakat di berbagai

kegiatan sosial keagamaan. Apabila lansia tidak aktif

dalam melakukan kegiatan dan perannya di masyarakat

maupun di keluarga, maka sebaiknya lansia mengikuti

kegiatan lain atau organisasi yang sesuai dengan minat

dan bakatnya.
18

2) Teori Kontinuitas

Teori ini menekankan bahwa perubahan ini

dipengaruhi oleh jenis kepribadian lansia tersebut.

Dalam teori ini lansia akan tetap memelihara identitas

dan kekuatan egonya karena tipe kepribadiannya yang

aktif dalam bersosialisasi.

d) Teori Psikososial

Teori ini menerangkan bahwa semakin menua tingkat

usia seseorang maka semakin sering pula seseorang

memperhatikan kehidupannya daripada isu yang terjadi di

lingkungan sekitar.

f. Perubahan pada Lanjut Usia

Menurut Potter & Perry proses menua mengakibatkan

terjadinya banyak perubahan pada lansia yang meliputi11 :

1. Perubahan Fisiologis

Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya

bergantung pada persepsi pribadi atas kemampuan fungsi

tubuhnya. Lansia yang memiliki kegiatan harian atau rutin

biasanya menganggap dirinya sehat, sedangkan lansia yang

memiliki gangguan fisik, emosi, atau sosial yang menghambat

11
Potter, Perry. (2017). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7.
Vol. 3. Jakarta : EGC
19

kegiatan akan menganggap dirinya sakit. Perubahan fisiologis

pada lansia bebrapa diantaranya, kulit kering, penipisan rambut,

penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk, pengeluaran

lender, penurunan curah jantung dan sebagainya. Perubahan

tersebut tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia

lebih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus

menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi

kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.

2. Perubahan Fungsional

Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial,

kognitif, dan sosial. Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia

biasanya berhubungan dengan penyakit dan tingkat

keparahannya yang akan memengaruhi kemampuan fungsional

dan kesejahteraan seorang lansia. Status fungsional lansia

merujuk pada kemampuan dan perilaku aman dalam aktivitas

harian (ADL). ADL sangat penting untuk menentukan

kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL

merupakan tanda penyakit akut atau perburukan masalah

kesehatan.

3. Perubahan Kognitif

Perubahan struktur dan fisiologis otak yang

dihubungkan dengan gangguan kognitif (penurunan jumlah sel


20

dan perubahan kadar neurotransmiter) terjadi pada lansia yang

mengalami gangguan kognitif maupun tidak mengalami

gangguan kognitif. Gejala gangguan kognitif seperti

disorientasi, kehilangan keterampilan berbahasa dan berhitung,

serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses penuaan

yang normal.

4. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial selama proses penuaan akan

melibatkan proses transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin

panjang usia seseorang, maka akan semakin banyak pula

transisi dan kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup,

yang mayoritas disusun oleh pengalaman kehilangan, meliputi

masa pensiun dan perubahan keadaan finansial, perubahan

peran dan hubungan, perubahan kesehatan, kemampuan

fungsional dan perubahan jaringan sosial.

Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat

kaitannya dengan keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh

karena itu, lansia yang memasuki masa-masa pensiun akan

mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut:

a) Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).

b) Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).

c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi


21

d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

Kehilangan ini erat kaitannya dengan beberapa hal sebagai

berikut:

a) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan

cara hidup (memasuki rumah perawatan, pergerakan lebih

sempit).

b) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.

Biaya hidup meningkat padahal penghasilan yang sulit, biaya

pengobatan bertambah.

c) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.

d) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.

e) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan

kesulitan.

f) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

g) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan

teman dan keluarga.

h) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri)

g. Permasalahan Lanjut Usia


22

Untuk dapat meningkatkan kualitas hidup sehingga

berprestasi dimasa tua, perlu diketahui permasalahan yang dialami

usia lanjut antara lain 12 :

1. Kondis Mental.

Secara psikologis, umumnya pada lansia terdapat

penurunan baik secara kognitif maupun psikomotor.

Contohnya: penurunan pemahaman dalam menerima

permasalahan dan kelambanan dalam bertindak.

2. Keterasingan (Loneliness)

Terjadi penurunan kemempuan pada individu dalam

mendengar, melihat, dan aktivitas lainnya, sehingga merasa

tersisih oleh masyarakat.

3. Post Power Syndrome

Kondisi ini terjadi pada seseorang yang semula

mempunyai jabatan pada masa aktif bekerja. Setelah berhenti

bekerja, merasa ada sesuatu yang hilang dalam kehidupannya.

4. Masalah Penyakit

Selain karena kondisi fisiologis yang menuju kearah

degeneratif, juga banyak ditemukan gangguan pada lanjut usia.

Antara lain: infeksi, jantung dan pembuluh darah, penyakit

metabolik (osteoporosis), kurang gizi pengggunaan obat dan

12
Mangoenprasodjo, S, 2016, Osteoporosis dan Bahaya Tulang Rapuh, Jakarta: Thinkfresh.
23

alkohol, penyakit saraf (stroke), serta gangguan jiwa terutama

depresi dan kecemasan.

5. Masalah Ekonomi

Penerimaan atau pendapatan pada lansia tidak seperti

pada usia produktif, sehingga masalah ekonomi merupakan

salah satu masalah yang perlu dipahami.

6. Masalah Insomnia

Menurut Maryam dkk, 2008 kebiasaan atau pola tidur

lansia dapat berubah, yang terkadang dapat mengganggu

kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal serumah.

Perubahan pola tidur dapat berupa tidak bisa tidur sepanjang

malam dan sering terbangun pada malam hari, sehingga lansia

melakukan kegiatannya pada malam hari. Kuantitas tidur pada

lansia dengan insomnia ialah kurang dari 6 jam sehari dengan

tidur REM yang tidak lebih dari 20-25% dan kualitas tidur yang

diharapkan lansia dapat terjaga dan rileks sehingga dapat

merasakan segar kembali saat bangun.

h. Tugas perkembangan pada lanjut usia


13
Menurut Havighurst dalam Stanley tugas perkembangan

adalah tugas yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan

13
Stanley, M. Patricia, G.B,2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC
24

suatu individu. Ada beberapa tahapan perkembangan yang terjadi

pada lansia, yaitu:

1) Penyesuaikan diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan

fisik.

2) Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya

pendapatan.

3) Penyesuaaian diri kepada kematian pasangan dan orang terdekat

lainnya.

4) Pembantukan gabungan (pergelompokan) yang sesuai

denganya.

5) Pemenuhan kewajiban sosial dan kewarganegaraan.

6) Pembentukan kepuasan pengaturan dalam kehidupa

2. Insomnia

Insomia yaitu ketidakmampuan untuk tidur dengan

jumlah atau kualitas yang cukup. Individu yang menderita

insomnia tidak merasa segar pada saat bangun tidur.

a. Pengertian Insomnia

Insomnia merupakan suatu gangguan tidur yang

paling sering terjadi dan paling dikenal oleh masyarakat.

Insomnia merupakan kesulitan dalam memulai atau

mempertahankan tidur. Biasanya pasien dengan insomnia


25

seringkali memiliki keluhan yang tidak spesifik, selain

keluhan insomnia itu sendiri. 14

Insomnia adalah ke tidak mampuan untuk

mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas.

Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak

dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa

mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia

terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat tidur

kembali. 15

Gangguan ini dapat bersifat sementara atau

menetap. Periode singkat atau sementara insomnia paling

sering dikarenakan kecemasan. Sedangkan pada insomnia

menetap merupakan keadaan yang cukup sering ditemukan

dengan masalah yang paling sering, yaitu kesulitan untuk

jatuh tertidur 16

b. Etiologi dan Patofisiologi

Tidur merupakan suatu ritme biologis yang bekerja

24 jam yang bertujuan untuk mengembalikan stamina untuk

kembali beraktivitas. Tidur dan terbangun diatur oleh batang

14
Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb, JA., 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis. Tangerang : Bina Rupa Aksara pp.1-8.
15
Potter PA & Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4, Jakarta: EGC
16
26

otak, thalamus, hypothalamus dan beberapa neurohormon dan

neurotransmitter juga dihubungkan dengan tidur. Hasil yang

diproduksi oleh mekanisme serebral dalam batang otak yaitu

serotonin. Serotonin ini merupakan neurotransmitter yang

berperan sangat penting dalam menginduksi rasa kantuk, juga

sebagai medula kerja otak.17

Dalam tubuh serotonin diubah menjadi melatonin yang

merupakan hormone katekolamin yang diproduksi secara

alami oleh tubuh. Adanya lesi pada pusat pengatur tidur di

hypothalamus juga dapat mengakibatkan keadaan siaga tidur.

Katekolamin yang dilepaskan akan menghasilkan hormone

norepineprin yang akan merangsang otak untuk melakukan

peningkatan aktivitas. Stress juga merupakan salah satu factor

pemicu, dimana dalam keadaan stress atau cemas, kadar

hormone katekolamin akan meningkat dalam darah yang akan

merangsang sistem saraf simpatetik sehingga seseorang akan

terus.18

c. Tanda dan Gejala Insomnia

1) Kesulitan tidur secara teratur

17
Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Penterjemah:
Ermita I, Ibrahim I. Singapura: Elsevie
18
Iswari dan Wahyuni. (2013). Melatonin dan melatonin receptor agonist sebagai
penanganan insomnia primer kronis. E-jurnal medika udayana 2 (4):1- 14. Melalui
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/511
27

2) Jatuh tidur atau merasa lelah di siang hari

3) Perasaan tidak segar atau merasa lelah setelah baru bangun

4) Bangun berkali-kali saat tidur

5) Kesulitan jatuh tertidur

6) Pemarah

7) Bangun terlalu dini

8) Masalah berkonsentrasi

Orang yang menderita insomnia biasanya terus berpikir

tentang bagaimana untuk mendapatkan lebih banyak tidur,

semakin mereka mencoba, semakin besar penderitaan

mereka dan menjadi frustrasi yang akhirnya mengarah pada

kesulitan yang lebih besar.

d. Klasifikasi Insomnia

1) Insomnia Akut

Insomnia akut sering dijumpai dan sebagian besar individu

sering mengalami insomnia akut ini, dimana insomnia ini

ditandai dengan keadaan stress terhadap pekerjaan maupun

masalah hidup atau gagal ujian, tetapi tidak disertai

komplikasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari – hari.


28

2) Insomnia Kronik

Insomnia kronik yaitu insomnia yang dapat

mengganggu kualitas hidup, gangguan mental maupun

fisik.Dimana penderita insomnia kronik ini rawan

mengalami kecelakaan akibat dari insomnia yang

mengganggu aktivitas sehari–hari.

3) Salah Persepsi

Keadaan Tidur (Misperception Sleep State)

Penderita insomnia banyak yang mempunyai persepsi

yang buruk terhadap lamanya kualitas tidur. Dimana

persepsi yang muncul pada diri mereka yaitu kualitas tidur

selama 3 – 4 jam semalam. 19

e. Komplikasi Insomnia

Komplikasi akibat dari insomnia dapat mempengaruhi

fungsi otak yang tepat. Otak menggunakan tidur sebagai

proses aktif dimana pada saat seseorang tidur otak akan

melatih semua sel saraf dengan melewatkan sinyal aktivitas

listrik melalui semua sel saraf. Ketika sel saraf otak tidak

mendapatkan jumlah tidur yang cukup maka kerja fungsi otak

dalam hal menyimpan atau mengambil informasi dan

19
Imadudin, M. I. (2017). prevalensi insomnia pada mahasiswa fkik uin angkatan 2016 pada
tahun 2017
29

kemampuan untuk mentoleransi situasi stress dan berfungsi

pada tingkat yang lebih tinggi dapat terganggu dan tidak

optimal. Efek fisik imsomnia kurang jelas sampai saat

ini.Sekarang diketahui bahwa sistem kekebalan tubuh

dipengaruhi oleh insomnia. Kekurangan tidur juga terbukti

dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas. 20

f. Faktor Resiko Insomnia

Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko

seseorang untuk mengalami insomnia, antara lain:

1) Masalah mental, seperti depresi, gangguan kecemasan,

hingga gangguan stres pasca trauma (PTSD).

2) Bekerja shift, pekerjaan seperti ini bisa mengubah jam

biologis tubuh.

3) Jenis kelamin,ketika menstruasi tubuh akan mengalami

perubahan hormon, kondisi ini menimbulkan gejala hot

flasher atau keringat di malam hari, sehingga

menyebabkan gangguan tidur.

4) Usia, insomnia meningkat seiring dengan bertambahnya

usia.

20
Driver, H., Gottschalk, R., Hussain, M., Morin, C. M., Shapiro, C., & Zyl, L. Van. (2016).
The Youthdale Series 1 insomnia in adults and children
30

5) Perjalanan jauh, melakukan perjalanan jauh atau jet lag

karena melintasi beberapa zona waktu juga bisa memicu

insomnia.

g. Alat Ukur Insomnia

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur insomnia dari

subjek adalah menggunakan KSPBJ-IRS (Kelompok Studi

Psikiatri Biologi Jakarta – Insomnia Rating scale ). Alat ukur ini

mengukur insomnia secara terperinci. Berikut merupakan butir-

butir dari KSPBJ Insomnia Rating Scale yang telah di modifikasi

dan nilai scoring dari tiap item yang dipilih oleh subjek adalah

lamanya tidur, mimpi, kualitas tidur, masuk tidur, terbangun

malam hari, waktu untuk tidur kembali, lamanya tidur setelah

terbangun, lamanya gangguan tidur terbangun pada malam hari,

terbangun dini hari, lamanya perasaan tidak segar setiap bangun

pagi21. Setelah semua nilai terkumpul kemudian di hitung dan

digolongkan kedalam tingkat tidak ada keluhan insomnia: 11-19,

insomnia ringan: 20-27, insomnia berat: 28-36, insomnia sangat

berat: 37-44.

h. Penangan Insomnia menurut Nurmiati Amin : 22

1. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)

21
Purnawan, Iwan, Saryono ( 2014 ). Mengelola Pasien Dengan Ventilator Mekanik.
Jakarta : Rekatama
22
Nurmiati Amir, “Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Diagnosis dan Penatalaksanaan”,
Cermin duniakedokteran No. 157, 2018, hal. 204
31

Digunakan untuk merubah pandangan seseorang

terhadap dirinya dan lingkungan. Terapi ini bertujuan untuk

meningkatkan rasa percaya diri sehingga penderita merasa

bahwa dirinyadibutuhkan oleh orang lain. Perasaan inilah

yang mendorong dirinya bekerja lebih maksimal di siang hari,

melepaskan segala beban di malam hari dan dengan keadaan

yang tenang sehingga dapat tidur dengan nyenyak.

2. Sleep restriction therapy

Sleep restriction therapy digunakan untuk

memperbaiki efisiensi tidur sipenderita insomnia. Pada terapi

ini, penderita insomnia akan diberikan terapi untuk

mengoptimalkan fungsi tidurnya. Walaupun masa tidurnya

hanya sebentar namun tetap efisien dan saat bangun dapat

merasakan kesegaran.

3. Stimulus control therapy

Berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si

penderita secara regular.

4. Relaxation therapy

Bertujuan untuk membuat si penderita merasakan

rileks ketika tengan dihadapkan oleh suatu masalah.

5. Cognitive therapy
32

Berguna untuk mengidentifikasi sikap dan

kepercayaan si penderita yang salah mengenai

tidur.yangdiubah adalah pemikiran dan pemahamanyatentang

tidur.

6. Imagery training

Yaitu bertujuan untuk merubah pemikiran penderita

bahwa biasanya penderita insomnia banyak sekali yang

menggunakan obat-obatan supaya memperoleh kualitas tidur

yang maksimal padahal ada efek-efek yang akan ditimbulkan.

7. Memijat

Banyak orang yang memperolehtidur dengan mudah

dan nyenyak dengan melakukan pemijatan.Apabila tidak

cukup waktu untuk pemijatan orang lain, kita dapat melakukan

pemijatan sederhana yang langsung mempengaruhi tidur agar

lebih nyenyak dan dalam. Pemijatan yang dilakukan adalah

memijat pada kaki kanan, dimulai dari jari-jari kaki, kemudian

telapak kaki, hingga sampai ke betis, paha, dan

pinggang.Kemudian ulangi hal yang sam pada kaki kiri. Kita

akan menjadi lebih rileks dan tidur lebih nyaman. 23

3. Massage Kaki
33

a. Pengertian Massage Kaki

Massage merupakan bentuk sentuhan terstruktur dengan

menggunakan tangan atau kadang-kadang bagian tubuh yang lain

seperti lengan atas dan siku digunakan untuk menggerus kulit 6 dan

memberikan tekanan pada otot-otot dalam. 24

Massage merupakan teknik integrasi sensori yang

mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom. Apabila seseorang

mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus rileks maka akan

muncul respon relaksasi. 25

Massage kaki adalah sentuhan yang dilakukan pada kaki

dengan sadar dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan. suatu

seni gerak tangan yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan

dan memelihara kesehatan. Gerak tangan secara mekanis ini akan

menimbulkan rasa tenang dan nyamam bagi penerimanya. 26

Massage dapat diartikan sebagai pijat yang telah

disempurnakan dengan ilmu-ilmu tentang tubuh manusia atau

gerakan-gerakan tangan yang mekanis terhadap tubuh manusia

24
Susan G, Salvo, 2016. Massage Therapy Priciples and Practise. W.B. Saunders Company
: Philadelphia
25
Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2015
26
Tjipto Soeroso, (2016) Ilmu Lutut Olahraga . Jakarta: Binarupa Aksara
34

dengan mempergunakan bermacammacam teknik. Effleurage dan

petriassage merupakan teknik yang digunakan dalam keperawatan

untuk meningkatkan relaksasi dan istirahat. Hasil riset

menunjukkan bahwa massage punggung dapat menghasilkan

respon relaksasi menurut.27

b. Jenis-jenis Massage

1. Sport massage (massage kebugaran)

Yaitu masase yang digunakan dalam olahraga saja,

bertujuan untuk menjaga kebugaran dan melemaskan atau

merelaksasi otot setelah berolahraga.

2. Remedial massage (massage penyembuhan)

Yaitu masase yang bertujuan untuk menyembuhkan suatu

penyakit tanpa memasukkan obat-obatan kedalam tubuh.

3. Cosmetic massage

Yaitu pijat yang dipakai dalam bidang pemeliharaan

kecantikan dan bertujuan untuk membersihkan serta

menghaluskan kulit dan menjaga agar kulit tidak cepat

mengkerut.

c. Teknik Massage

1. Eflourage (gosokan)

27
Gauthier, R. 2016. Intestinal Health, The Key to Productivity (The Case of Organic
Acid). XXVII Convencion ANECA – WPDC. Puerto Vallarta. Jal.Mexico
35

Adalah suatu gerakan dengan mempergunakan seluruh

permukaan telapak tangan melekat pada bagian tubuh yang

digosok.Bentuk telapak tangan dan jari-jari selalu menyesuaikan

dengan bagian tubuh yang digosok.Tangan menggosok secara

supel menuju kearah jantung dengan dorongan dan tekanan.

b. Petrissage (pijitan)

Adalah suatu gerakan pijatan dengan mempergunakan empat

jari merapat berhadapan dengan ibu jari yang selalu lurus dan

supel.

i. Variasi petrissage

a) Kneding (pijatan) Suatu gerakan pijatan dengan

mempergunakan satu tangan atau kedua belah

tangan.Jaringan ditekan diantara telapak tangan dan

jari-jari.Gerakan tangan lurus dan berganti-ganti dan

tekananharus selalu menuju kea rah atas.

b) Wringing (gosokan lipat pindah) Adalah suatu gerakan

pijatan dengan mempergunakan kedua belah

tangan.Sikap tangan paralel pada otot yang bergerak

berlawanan, sedang jari-jari yang ditarik dibengkokan

sedikit dan otot ganti berganti diangkat dari

samping.Teknik ini banyak dilakukan didaerah


36

kelompok otot-otot pantat, pinggang, punggung, dada

dan perut.

c) Shocking (goncangan) Adalah suatu gerakan

goncangan dengan mempergunakan satu tangan atau

kedua belah tangan dan biasanya dilakukan di daerah

otot-otot paha, tungkai bawah, kaki, tengkuk, bahu,

lengan atas dan bawah, tangan dan daerah perut.Bagian

tubuh yang digoncang harus benar-benar lemas dan

rileks dahulu.

d) Tapotement (pukulan) Adalah suatu gerakan pukulan

dengan mempergunakan satu tangan atau kedua belah

tangan bergantian. Variasi tapotement :

e) Beating Gerakan pukulan dengan mempergunakan

jari-jari lemas dan mengenggam sikap pergelangan

tangandorsofleksi (menekuk kebelakang).

f) Clapping Adalah suatu gerakan pukulan dengan

mempergunakan telapak tangan dan jari-jari yang

membuat cekung, sikap pergelangan tangan palmar

fleksi, bergerak ganti berganti.

g) Suatu gerakan pukulan yang banyak memerlukan

latihan, sehingga mencapai kemahiran.


37

h) Pounding Suatu gerakan pukulan kombinasi antara

heacking dan beating. Jari-jari rileks, tangan jatuhnya

seperti hacking dan jari kelima menyentuh permukaan

tubuh yang dipukul.

i) Friction (gerusan) Suatu gerakan gerusan kecil-kecil

yang dilakukan dengan mempergunakan ujung tiga

jari, (jari telunjuk, jari tengan dan manis) yang

merapat.

j) Fibration (getaran) Suatu gerakan getaran yang

dilakukan dengan mempergunakan ujung jari-jari atau

seluruh permukaan telapak tangan.

k) Stroking (mengurut) Suatu gerakan mengurut dengan

mempergunakan ujungujung tiga jari yang merapat

(jari telunjuk, tengah dan manis). Untuk menguatkan

tekanan, tangan lain dapat membantunya.

l) Skin – rolling (melipat atau menggeser kulit) Adalah

suatu gerakan melipat atau menggeser kulit.Sikap

pertama seprti mencubit, kemudian kulit digeserkan,

jari-jari menekan bergerak maju, dan ibu jari menekan

mendorong dibelakang.28

28
Trisno Wiyanto, Bambang. 2012. Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi dan penelitian
Kesehatan. Yuha media: Yogyakarta
38

d. Pengaruh Masase Kaki Terhadap Penurunan Insomnia Pada Lansia

Menurut penelitian yang di lakukan oleh Cinar dan Eser

pemberian masase kaki selama 10 menit 4 hari sebelum pada lansia

terbukti telah meningkatkan kualitas tidur lansia karena efek

relaksasi dari masase.29

Massage juga dapat memperbaiki masalah di persendian otot,

melenturkan tubuh, memulihkan ketegangan dan meredakan nyeri.

Selain itu bisa memperbaiki sirkulasi darah, dan mengurangi

kegelisahan dan depresi30

e. Tujuan Massage Kaki

1. Meningkatkan Energi

2. Meningkatkan Sirkulasi darah

3. Mengurangi Pembewkakan Kaki

4. Mempercepat Penyembuhan Kaki

5. Meredakan Gejala dan Monopause

6. Meredakan migran dan Sakit Kepala

29
Cinar, S., & Eser, I. (2018).). Effect on Sleep Quality of Back Massage in Older
Adults in Res
30
Handoyo, S. 2001. Stres Pada Masyarakat Surabaya. Jurnal Insan Media
Psikologi Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Vol. 3, No.12, Hal
61-74
39

7. Menurunkan Hipertensi

8. Mengurangi Kegelisahan

f.Indikasi Massade kaki

a. Paisen dengan gangguan kardiovaskuler (Hipertensi, gagal

jantung)

b. Pasien yang mengeluh sakit kepala

c. Pasien yang mengalami imobilisas

g. Kontra indikasi Massage Kaki

1) Demam tinggi. Pemijatan bermanfaat untuk melancarkan

peredaran darah, karena itu bila diterapkan pada orang yang

demam tinggi dikhawatirkan seluruh tubuhnya akan semakin

tinggi.

2) Kehamilan.

3) Fraktur. Bila dilakukan pemijatan, dikhawatirkan pembuluh

darah akan pecah, dan akan memperparah luka fraktur.

4) Luka-luka yang ada di daerah yang akan di masase. Bagian luka

yang terbuka tentu akan menyakitkan bila dipijat.

5) Sehabis makan. Pemijatan baru boleh dilakukan minimal satu

jam setelah makan.

h. Tehnik Pelaksanaan Masase Kaki


40

Gosokan kaki yg efektif waktu memerlukan wakru 3-5 menit.

Pemberian masase kaki selama 10 menit selama 4 hari sebelum

tidur pada lansia terbukti telah meningkatkan kualitas tidur pada

lansia karena efek dari relaksasi dari masase. 31

Tahap Pertama: massage kaki bagian depan

a) Ambillah posisi menghadap ke kaki klien dengan kedua lutut

berada disamping betisnya.

b). Letakkan tangan kita sedikit diatas pergelangan kaki dengan

jari-jari menuju ke atas, dengan satu gerakan tak putus

luncurkan tangan ke tas panggkal paha dan kembali turun di

sisi kaki mengikuti lekuk kaki.

c). Tarik ibu jari dan buat bentuk V (posisi mulut naga). Letakkan

tangan di atas tulang garas dibagian bawah kaki. Gunakan

tangan secar bergantian untuk memijat perlahan hingga ki

bawah lutut. Dengan tangan masih pada posisi V urut ke atas

dengan sangat perlahan.

d). Biarkan tangan tetap memegang bagain atas kaki.

e) Geser tangan kiri kebawah tumit kaki, dengan lembut tarik kaki

ke arah pemijat mulai dari tumit. Dengan gerakan oval putar

kaki beberapa kali kesetiap arah.

31
Cinar, S., & Eser, I. (2018).). Effect on Sleep Quality of Back Massage in Older
Adults in Res
41

f). Pegang kaki pasangan dengan ibu jari kita berada di atas dan

telunjuk di bagian bawah.

g). Kemudian dengan menggunakan ibu jari, tekan urat-urat otot

mulai dari jaringan antara ibu jari dan telunjuk kaki. Tekan

diantara urat-urat otot dengan ibu jari. Ulangi gerakan ini pada

tiap lekukan.
42

B. Kerangka Teori

LANSIA

Perubahan-
Perubahan pada
Lansia: Gangguan pada Tanda dan Gejala

Lansia : Insomnia:
a. Fisik
b. Mental Insomnia a. Kesulitan Tidur

c. Kognitif Secara Teratur

d. Psikososial b. Pemarah

e. Spiritual c. Bngun Terlalu


dini
Terapi Non d. Masalah
Masalah-masalah Farmakologi berkonsentrasi
pada Lansia e. Kesulitan Jatuh
a. Masase Kaki
Tertidur
a. Kondisi
Mental
b. Keterasingan
c. Post Power
Sydrom
d. Masalah
Penyakit
e. Masalah
Ekonomi
f. Masalah
Insomnia
43

Gambar 2.1 Kerangka Teori


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Sugiyono menyatakan bahwa kerangka konsep akan

menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu

antara variabel independen dengan variabel dependen. Secara ringkas

kerangka konseptual yang menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja auditor dengan motivasi auditor sebagai variabel

moderating.32

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel independent variabel

dependent
Massage kaki insomnia

Variabel confounding :

1. Masalah Mental
2. Bekerja Sifh
3. Jenis Kelamin
4. Perjalanan Jauh

32
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.

44
45
46

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

: Garis yang berhubungan dilakukan penelitian

: Garis yang berhubungan tidak dilakukan penelitian

B. Hipotesis

hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka

pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang

dirumuskan. 33

H0 : Tidak Ada Pengaruh Massage Kaki Terhadap Penurunan


Insomnia Pada Lansia di Panti Jompo Muhammadiyah
Kota Probolinggo

Ha : Ada pengaruh Massage Kaki Terhadap Penurunan Insomnia


Pada LansiaDi Panti Jompo Muhammadiyah Kota
Probolinggo

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau

nilainya menentukan variabel lain. Variabel bebas biasanya

33
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
47

dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau

pengaruhnya terhadap variabel lain. 34 Variabel bebas yang digunakan

pada penelitian ini adalah masase kaki terhadap penurunan insomnia

pada lansia usia 60-70 tahun di Panti Jompo Muhammadiyah Kota

Probolinggo.

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel

lain. Variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel

bebas.35 Variabel terikat yang digunakan pada penelitian ini adalah

pelaksanaan manajemen terapi Diabetes Melitus Tipe II.

3. Variabel Perancu

Variabel perancu (counfounding variabel) merupakan variabel

lain yang berhubungan baik dengan variabel independen maupun

dependen, keberadaan variabel perancu akan mempengaruhi

hubungan antara kedua variabel, sehingga harus diidentifikasi secara

konseptual, dikendalikan ketika menentukan kriteria sampel penelitian

dan saat melakukan uji statistik pada hasil penelitian. 36 Variabel

34
Nursalam, 2017, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. (P. P.
Lestari, Ed.) (4th ed.), Jakarta: Salemba Medika
35
Nursalam, 2017, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis, (P. P.
Lestari, Ed.) (4th ed.), Jakarta: Salemba Medika
36
Nursalam., 2016, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Selemba Medika.
48

perancu dalam penelitian ini tidak dapat dikendalikan adalah

perbedaan gender, status ekonomi, dukungan sosial, dan faktor usia.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara

mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan

terarah agar penelitian dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai

dengan tujuannya. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah desain pre eksperimental dengan rancangan penelitian one group

pre test and post test design adalah rancangan penelitian yang

menggunakan satu kelompok subyek dengan cara melakukan pengukuran

sebelum dan setelah perlakuan. Perbedaan kedua hasil pengukuran

dianggap sebagai efek perlakuan. Penelitian ini dilakukan untuk yaitu

mengetahui pengaruh masase kaki terhadap penurunan insomnia pada

lansia di panti jompo Muhammadiyah kota Probolinggo 37.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan penelitian quasy eksperimen dengan menggunakan pretest-

posttest with control group. Penelitian case control merupakan rancangan

penelitian yang membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok

kontrol untuk mengetahui proporsi kejadian berdasarkan ada tidaknya

paparan. Rancangan penelitian ini dikenal dengan sifat

37
Nursalam. 2017.Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis.Edisi 4.
Jakarta : Salemba Medika

49
50

Subjek Pretest Intervensi Posttest

K-A O X O1-A
K-B O - O1-B
TIME 1 TIME 2 TIME 3

retprospektif yaitu rancang bangun dengan melihat ke belakang

dari suatu kejadian yang berhubungan dengan kejadian kesakitan yang

diteliti. Desain penelitian ini di gambarkan seperti di bawah ini :

Keterangan :

K-A : Subjek Perlakuan

K-B : Subjek Kontrol

O : Observasi Sebelum (pretest)

X : Intervensi atau Perlakuan

− : Tanpa Perlakuan

O1 ( A+ B ) : Observasi Sesudah ( Posttest )


51

B. Populasi, Sampel Dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan kaakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditaik

kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek

benda-benda alam yang lain 38. Populasi dalam penelitian ini terdapat

35 lansia yang berusia 60-70 tahun di panti jompo Muhammadiyah

kota Probolinggo.

2. Sampel

Sampel ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan masalah,

tujuan, hipotesis, metode, dan instrumen penelitian, di samping

pertimbangan waktu, tenaga, dan pembiayaan. Sebagaimana

dijelaskan di atas bahwa sampel terdiri atas subjek penelitian

(responden) yang menjadi sumber data yang terpilih dari hasil

pekerjaan teknik penyampelan (teknik sampling).39 Sampel pada

penelitian ini adalah semua lansia yang ada di panti jompo

muhamadiyah kota probolinggo sebanyak 35 orang. Sampel dalam

penelitian ini yang memenuhi kriteria adalah semua total populasi

yaitu sebanyak 35 responden. dibagi menjadi dua yaitu kelompok

38
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta
39.Indra, M. (2019). Cara Mudah Memahami Metodologi Penelitian. yogyakarta
52

Intervensi 17responden dan 18 responden untuk kelompok kontrol.

Sedangkan kriteria dalam penelitian ini adalah:

a. Kriteria inklusi

1) Lansia yang mau dijadikan responden

2) Lansia yang mengalami insomnia

3) Lansia yang berumur (60-70 tahun)

b. Kriteria ekslusi

1) Lansia yang pindah rumah saat dilakukan penelitian

2) Lansia yang mengalami penyakit gangreng pada kaki

3) Lansia yang tidak hadir pada saat penelitian

3. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili suatu populas yang ada. 40 Dalam penelitian ini

sampling yang di gunakan adalah Total sampling.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan mendefinisikan variabel

secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati,

memungkinkan peneliti untuk melakukan pengukuran atau observasi

secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena (Notoatmodjo,

2012). Definisi operasional merupakan mendefinisikan suatu variabel

peneliti menjelaskan tentang apa yang harus diukur, bagaimana

40. Nursalam. (2017). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. jakarta: Selemba Mediaka.
53

mengukurnya, apa saja kriteria pengukurannya, instrumen yang

digunakan untuk mengukurnya dan skala pengukurannya

(Dharma,2011).

Tabel 4.2 Definisi operasional

No Definisi Alat Hasil


Variabel Parameter Skala Ukur
Operasional Ukur Ukur

1 Variabel Terapi Kriteria: Klien SOP - Nominal


Independen : nonfarmakologis menemukan
Masase kaki dengan posisi nyaman
memberikan Memberikan
pijatan kaki pijatan dengan
dengan kecepatan 10-
melakukan 15 kali pijatan
usapan secara selama 10
perlahan menit pada
kaki dari
punggung kaki
sampai telapak
kaki dengan
frekuensi 4x
selama 1
minggu.
Teknik
pelaksanaan
masase
terdapat dalam
lampiran
2 Variabel Sebuah Lembar Skor 1: Ordinal
dependen : gangguan observa 11-19:
insomnia kaki dengan kriteria si tidak ada
diagnostik kuesion keluhan
berikut: (1) sulit er insomnia
untuk jatuh Skor 20-
tidur, tetap tidur 27:
atau tidur non insomnia
restoratif; (2) ringanSk
kesulitan tidur or 3: 28-
meskipun 36:
terdapat peluang insomnia
dan keadaan sedangSk
tidur yang or 4: 37-
memadai; (3) 44:
kesulitan tidur insomnia
ini berhubungan berat
dengangangguan
54

atau kesulitan
pada siang hari;
dan (4) kesulitan
tidur ini terjadi
setidaknya 3 kali
per minggu dan
telah menjadi
masalah selama
minimal 1
bulan.Tingkat
insomnia diukur
dengan
menggunakan
skala Kelompok
Studi Psikiatri
Biologik Jakarta
–Insomnia
Rating
Scale(KSPBJ-
IRS).

D. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Jompo Muhammadiyah Kota

Probolinggo.

E. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak penyusunan proposal sampai dengan

penyusunan laporan penelitian.


55

Tabel 4.3 Waktu Penelitian

No Kegiatan Waaktu Penelitian


Desember Janua Febru Maret April Mei Juni Juli Agust
-ri -ari us
1. Pengajuan
judul dan
Latar
Belakang
2. Konsul
BAB I &
II,Ijin
Studi
Pendahulu
an
3. Konsul
BAB II-
IV
Konsultasi
Pakar
4. Seminar
Proposal
5. Revisi
Hasil
Seminar
Proposal
6. Melakuka
n
Penelitian
7. Konsul
BAB IV –
VI
8. Seminar
Hasil
9. Revisi
Seminar
Hasil
10. Yudisium
56

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian atau alat yang digunakan untuk pengumpulan

data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang

untuk bertukar informasi mupun suatu ide dengan cara tanya jawab,

sehingga dapat dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan atau makna

dalam topik tertentu.41 Peneliti melakukan wawancara secara

langsung terhadap guru pengurus panti dan lansia dengan tujuan ingin

mengetahui gangguan tidur pada lansia.

2. Lembar Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya, dapat diberikan secara langsung atau

melalui pos atau internet. Jenis kuesioner ada dua, yaitu tertutup dan

terbuka. Kuesioner yang digunakan dalam hal ini adalah kuesioner

tertutup yakni kuesioner yang sudah disediakan jawabannya,

sehingga responden tinggal memilih dan menjawab secara

langsung.42

41
Sugiyono, 2015,Metode Penelitian Kombinasi (Mix Method), Bandung: Alfabeta.
42
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, Bandung: Alfabeta.
57

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner pre

test, pemberian massase kaki, dan memberikan kuesioner post test.

Peneliti memberikan kuesioner pre test terlebih dahulu, setelah itu

peneliti memberikan massae kaki.

3. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpul data mempunyai ciri

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara

dan kuesioner. Jika wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi

dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga

obyek-obyek alam yang lain. 43Untuk pengumpulan data dilakukan

terjun dan melihat langsung kelapangan, terhadap obyek yang diteliti.

Dalam penelitian ini observasi dilakukakan untuk mendapatkan data

tentang insomnia pada lansia di Panji Jompo Muhammadiyah.

G. Prosedur pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling

strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data.44 Dalam penelitian ini proses pengumpulan data yaitu

meminta ijin dari kampusUniversitas Nurul Jadid terlebih dahulu, setelah

mendapatkan ijin dari kampus Universitas Nurul Jadid selanjutnya

43
Sutrisno, Hadi, 2012, Metodologi Research, Jilid III , Yogyakarta: Andi.
44
Prof.Dr.Sugiyono, 2016, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatuf dan R&D, Bandung :
Alfabeta
58

melakukan studi pendahuluan dan penelitian di Panti jompo

Muhammadiyah Kota Probolinggo.

Dalam penelitian ini, sebelum peneliti melakukan penelitian,

peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian kepada pihak

kampus Nurul Jadid terlebih dahulu setelah itu surat permohonan

diberikan kepada bakesbangpol Kota Probolinggo. Kemudian peneliti

menunggu telepon dari bakesbangpol Kota Probolinggo untuk mengambil

surat ijin. Setelah dihubungi oleh pihak Baskesbangpol Kota Probolinggo,

peneliti mendatangi kantor bakesbangpol Kota Probolinggo untuk

mengambil surat ijin yang kemudian diserahkan kepada Bapak Walikota,

Kepala Dinas Kesehatan Kota Probolinggo, Camat Kademangan,

kapolsek kademangan, kepala dinas pendidikan dan kebudayaan,dan ketua

yayasan wilayah kerja uptd puskesmas ketapang kota probolinggo.

Ketika melakukan penelitian, peneliti diharuskan, peneliti

diharuskan mematuhi protokol kesehatan dikarenakan penelitian

dilakukan pada saat terjadi wabah virus Covid-19.Peneliti menggunakan

masker dan selalu menjaga jarak dengan responden pada saat melakukan

penelitian.Selain itu peneliti mengurangi untuk kontak langsung dengan

responden dengan tidak berjabat tangan.Peneliti juga membawa antiseptic

yang digunakan untuk menjaga kebersihan tangan ketika melakukan

penelitian di Panti jompo Muhammadiyah Kota Probolinggo.


59

Penelitian ini dimulai pada tanggal 16-30 juni 2021. Penelitian

ini dilakukan di Panti Jompo Muhammadiyah Kota Probolinggo.

Pertama pada kelompok intervensi adalah dengan memberikan

kuesioner (pretest), kemudian diberikan intervensi yaitu massage kaki.

Seminggu setelah intervensi, dilakukan (posttest). Pada kelompok kontrol

tidak diberikan intervensi.

H. Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan pengolahan

data yaitu dengan cara :

a. Editing

Memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh yang

dilakukan setelah data terkumpul. Kegiatan-kegiatan yang dapat

dilakukan meliputi :

1) Memastikan semua jawaban responden dapat dibaca.

2) Memeriksa dan memastikan semua pertanyaan yang diajukan

kepada responden telah dijawab.

3) Memeriksa bahwa hasil isian yang diperoleh telah sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai peneliti.

4) Memeriksa apabila masih ada kesalahan-kesalahan lain yang

terdapat pada kuesioner.

b. Coding
60

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk

huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Pemberian

kode bertujuan untuk mempermudah analisis data dan entry

data.45

1. Coding Karakteristik Responden

Jenis Kelamin :

Laki-laki : Kode 1

Perempuan : Kode 2

2. Coding Penilaian Insomnia Pada Lansia

a. Tidak pernah : Kode 1

b. Kadang-kadang : Kode 2

c. Sering : Kode 3

d. Selalu : Kode 4

c. Tabulasi

Tabulating menurut narkubo dan achmadi dalam setiawan

dan saryono adalah pekerjaan yang membuat tabel. Jawaban-

jawaban yang telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam

tabel

Dengan menggunakan pedoman penilaian sebagai berikut :

45
Notoadmodjo,S.(2018). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta
61

a. Untuk mengetahui massase kaki terhadap insomnia pada

lansia (60-70 tahun) yaitu menggunakan lembar kuesioner

dengan ketentuan sebagai berikut :

(SS) bila anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut.

(S) bila anda Setuju dengan pernyataan tersebut.

(TS) bila anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut.

(STS) bila anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan

tersebut.

2. Analisa Data
a. Analisis Univariate

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan

semua variabel penelitian dengan cara menyusun tabel distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel, baik variabel bebas

maupun variabel terikat kemudian dideskripsikan dalam bentuk

tabel atau grafik, serta ukuran pemusatan dan penyebaran data

untuk memberikan gambaran umum hasil penelitian.

Analisis Univariate dilakukan terhadap tiap variabel dari

hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini

hanyamenghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. 46

b. Analisis Bivariate

46
Notoatmodjo, 2014, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta : Rineka Cipta.
62

Penelitian ini bertujuan untuk menguji signifikansi

pengaruh massase kaki terhadap penurunan insomnia pada lansia

(60-70 tahun), hal ini berarti menguji signifikansi satu variabel

berskala ordinal, maka model analisis statistic yang tepat untuk

penelitian ini adalah uji paired sample T test.

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkolerasi. 47

Kriteria dalam pengambilan keputusan hasil uji statistic

ini antara lain :

1. Bila p < 0,05 maka H1 diterima artinya ada pengaruh massase

kaki terhadap penurunan insomnia pada lansia (60-70 tahun)

2. Bila p > 0,05 maka H1 ditolak artinya tidak ada pengaruh

massase kaki terhadap penurunan insomnia pada lansia (60-70

tahun)

I. Uji Validitas dan Reabilitas

1. Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir

dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.

Dalam pertanyaan ini pada umumnya mendukung suatu kelompok

variabel tertentu. Uji validitas dilakukan dengan r tabel yang mengacu

pada rumus df = n-2 dengan sig 5%. Dengan menggunakan jumlah

47
Notoatmodjo, 2014, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta : Rineka Cipta.
63

responden sebanyak 30 maka nilai r tabel dapat diperoleh melalui tabel

product moment pearson dengan df (degree of freedom) = n-2, n adalah

jumlah sampel jadi df = 30-2 = 28, maka r tabel = 0,361. Pertanyaan

dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel dan dikatakan tidak valid

jika r hitung < r tabel.48 Dari hasil uji validitas 40 checklist valid.

2. Reabilitas

Reliabilitas (Keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan

konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan

kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel

dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Uji reliabilitas dapat

dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan.

Untuk mengetahui reliabilitas dapat dilakukan dengan cara melakukan

uji Cronbach’s Alpha, dengan keputusan uji:

a. Bila Cronbach’s Alpha > 0,60 artinya variabel reliabel.

b. Bila Cronbach’s Alpha < 0,60 artinya variabel tidak reliabel.

Uji Validitas dan Reabilitas ini dilakukan di kelurahan ketapang

Kota Probolinggo. Jumlah responden yaitu sebanyak 30 responden.

Checklist yang dilakukan uji validitas dan reabilitas yaitu berjumlah

40 checklist. Dengan hasil cronbach’s Alpha 0,89249.

1. Etika Penelitian

48
Tomi Poltak Mario, 2017, SPSS Untuk Para Medis, Yogyakarta: Ardana Media.
49
Tomi Poltak Mario, 2017, SPSS Untuk Para Medis, Yogyakarta: Ardana Media.
64

Penelitian yang menggunakan objek manusia tidak boleh

bertentangan dengan etika agar hak responden dapat terlindungi,

penelitian dilakukan dengan menggunakan etika sebagai berikut :

1. informed consent (surat persetujuan menjadi responden)

lembar persetujuan diedarkan kepada responden sebelum penelitian

dilaksanakan terlebih dahulu responden mengetahui maksud dan

tujuan penelitian serta dampak yang akan terjadi selama pengumpulan

data jika responden bersedia diteliti maka harus menandatangani

lembar persetujuan tersebut, bila tidak bersedia makan peneliti harus

tetap menghormati hak-hak responden.

2. Anonymity (tanpa nama)

Responden tidak perlu mencamtumkan nama pada lembar persetujuan

dan checklist. Untuk mengetahui keikutsertaan responden, peneliti

telah memberikan kode pada checklist yang dikumpulkan dan lembar

observasi sesuai nomor urut kode checklist.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijaga kerahasiaannya

oleh peneliti. Dalam menjaga kerahasiaan responden peneliti

menggunakan coding dan juga tidak memberkaskan data-data yang

telah diolah.

4. Nonmaleficence
65

Proses penelitian yang dilakukan haruslah tidan menimbulkan dampak

serius pada responden

5. Beneficience

Prinsip ini penting untuk menumbuhkan kerja sama yang baik dengan

responden dan peneliti ini akan memberikan manfaat yang baik

terhadap responden baik secara langsung ataupun tidak langsung

6. Justice

Dalam penelitianpeneliti selalu berlaku adil tanpa adanya diskriminasi

atas ras suku agama dan golongan.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di Panti

jompo Muhamadiyah kota probolinggo, pada bulan juni sejumlah 35

responden yang terbagi menjadi dua kelompok, yakni 17 kelompok intervensi

dan 18 kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16-30 juni

2021.

Hasil penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu data

umum dan data khusus. Dalam data umum membuat karakteristik responden

berdasarkan usia, jenis kelamin dan agama, Sedangkan data khusus meliputi

pengaruh massage kaki terhadap penurnan insomnia pada lansia usia 60-70

tahun di Panti Jompo Muhammadiyah Kota Probolinggo terhadap kelompok

intervensi dan kelompok kontrol.

A. Gambaran Dan Lokasi Penelitian

Panti Jompo Muhammadiyah Kota Probolinggo adalah Panti Jompo

Muhamadiyah merupakan panti jompo yang berada di kota Probolinggo.

Panti jompo ini merawat lansia yang terlantar dan dititipkan oleh anggota

keluarganya. Panti jompo Muhamadiyah kota Probolinggo memenuhi

kebutuhan lansia yang dirawatnya mulai dari makan dan pengobatannya.

Panti jompo muhamadiyah kota Probolinggo terbuka terhadap bantuan

donatur dan sumbangan warga. Panti jompo Muhamadiyah juga bekerja sama

dengan RSIA Muhamadiyah dan klinik Muhamadiyah untuk menunjang

66
kesehatan lansia di panti, panti Muhamadiyah memiliki 8 kamar tidur untuk

lansia dan 1 ruang pengurus, Panti muhamadiyah juga sering di lakukan

posyandu lansia guna tetap merawat kebugaran lansia di panti.

67
68

B. Hasil Penelitian

1. Data Umum

a. Distribusi Karasteristik Responden Berdasarkan Usia Pada

Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol.

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

No. Karakteristik rsponden Frekuensi (n) Presentase (%)

1. Usia

60-65 19 54,3%

66-70 16 45,7%

Jumlah 35 100%

2. Jenis kelamin

Laki-laki 14 40%

Perempuan 21 60%

Jumlah 35 100%

3. Pendidikan

SD 9 25,7%

SMP 10 28,6%

SMA 16 45,7%

Perguruan Tinggi 0 0%

Jumlah 35 100%

4. Agama

Islam 35 100%

Non Islam 0 0%

Jumlah 35 100%
69

Berdasarkan analisa tabel 5.1 diatas diketahui bahwa usia responden

mayoritas pada kelompok intervensi untuk kategori usia 60-65 tahun

sebanyak 11 orang (64,7%) untuk kelompok kontrol untuk kategori usia

66-70 tahun sebanyak 10 orang ( 55,5%). Mayoritas pada kelompok

intervensi untuk kategori jenis kelamin perempuan sebanyak 10 orang

(58,9%). Sedangkan untuk kelompok kantrol perempuan sebanyak 11

orang (61,1%). Mayoritas pada kelompok intervensi untuk kategori

pendidikan SMA sebanyak 6 orang (35,5%) sedangkan untuk kelompok

kontrol kategori pendidikan SMA sebanyak 10 orang (65,6%).

2. Data Khusus

a. Analisis Univariat

1) Distribusi Tingkat Insomnia Responden Sebelum dan


Sesudah Diberikan Massage Pada Kelompok Intervensi.

Tabel 5.5Hasil penelitian berdasarkanDistribusi Tingkat


Insomnia Responden Sebelum dan Sesudah Diberikan Massage
Pada Kelompok Intervensi.
Tingkat Pre Test Post Test
Insomnia F % F %
Ringan 7 41.1 15 88.2
Berat 10 58.9 2 11.8
Total 17 100% 17 100%

Berdasarkan tabel 5.5 diatas didapatkan hasil penelitian

berdasarkan tingkat insomnia responden sebelum dan sesudah

diberikan massage pada kelompok intervensi di panti Jompo

Muhammadiyah kota Probolinggo dengan nilai yang mengalami

insomnia kategori ringan sebanyak 7 responden dengan presentase

sebesar (41.1%)kategori berat sebanyak 10 responden dengan


70

presentase sebesar (58,8%),Sedangkan sesudah diberikan massase

didapatkan hasil nilai yang mengalami insomnia kategori ringan

sebanyak 15 responden dengan presentase sebesar (88,2%) dan

kategori beratsebanyak 2 responden dengan presentase sebesar

(11.8%).

2) Distribusi Tingkat Insomnia Responden Sebelum dan


Sesudah Pada Kelompok Kontrol.

Tabel 5.6Hasil penelitian berdasarkan Distribusi Tingkat


Insomnia Responden Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok
Kontrol.
Tingkat Pre Test Post Test
Insomnia F % F %
Baik 7 38.8 7 38.8
Kurang 11 61.2 11 61.2
Total 18 100% 18 100%

Berdasarkan tabel 5.6 diatas didapatkan hasil penelitian

tingkat insomnia responden prettest dan posttespada kelompok

kontrol di panti Jompo Muhammadiyah kota Probolinggo dengan

nilai yang mengalami insomnia kategori ringan sebanyak 7

responden dengan presentase sebesar (38.8%)kategori berat

sebanyak 11 responden dengan presentase sebesar

(61.2%),Sedangkan posttest didapatkan hasil nilai yang mengalami

insomnia kategori ringan sebanyak 7 responden dengan presentase

sebesar (38.8%)kategori berat sebanyak 11 responden dengan

presentase sebesar (61.2%). Nilai pada kelompok kontrol tidak

berubah dikarenakan tidak adanya perlakuan massage pada

kelompok kontrol.
71

b. Analisis Bivariat

1) Distribusi Tingkat Insomnia Pada Kelompok Intervensi.

Tabel 5.7 : Uji Paired Ttest Tingkat Insomnia pada Kelompok


Intervensi

Tingkat
N Mean Perbedaan P Value
Insomnia
Pre 17 33.71
14.12 0.000
Post 17 19.59
Sumber : Data Primer, Diolah. 2021
Pada penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu Uji

paired t-test di dapatkan hasil mean pre test 33.71 untuk dengan

19.59 untuk post test dengan perbedaan nilai 14.12 Hasil uji Paired

Ttest didapatkan nilai P value 0.000 < α 0.05 sehingga Ha diterima,

yang berarti ada pengaruh massage kaki pada kelompok intervensi

terhadap penurunan insomnia pada lansia usia 60-70 tahun di panti

Jompo Muhhamadiyah Kota Probolinggo

2) Distribusi Tingkat Insomnia Kelompok Kontrol

Tabel 5.8 : Uji Paired Ttest Tingkat Insomnia pada Kelompok


Kontrol

Tingkat
N Mean Perbedaan P Value
Pengetahuan
Pre 18 32.17
0.67 0.90
Post 18 31.50
Sumber : Data Primer, Diolah. 2021
Pada penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu Uji

paired t-test di dapatkan hasil mean 32.17 untuk pre test dengan

perbedaan nilai 31.50 untuk post test dengan perbedaan nilai 0.67
72

Hasil uji Paired Ttest didapatkan nilai P value 0.90 > α 0,05

sehingga Ha ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh massage kaki

pada kelompok kolompok terhadap penurunan insomnia pada

lansia usia 60-70 tahun di panti Jompo Muhhamadiyah Kota

Probolinggo

3) Distribusi Analisis Perbedaan Responden Pada Kelompok


Intervensi dan Pada Kelompok Kontrol.
Tabel 5.9 : Analisis Perbedaan Uji Paired Ttest Tingkat Penurunan
InsomniaPada Kelompok Intervensi dan Pada Kelompok
Kontrol.

Pengetahuan N Mean Perbedaan P Value


Pre Test Kontrol 31.47
35 2.24 0.417
Pre Test Intevensi 33.71

Berdasarkan table 5.9 diatas menunjukan nilai tingkat

penurunan insomnia pre test pada kelompok intervensi yaitu

33.71 sedangkan rerata mean nilai tingkat penurunan insomnia

pre test pada kelompok kontrol yaitu 31.47. Hasil analisis

perbedaan nilai menggunakan Uji statistik Paired Ttest dengan P

value 0.417 > 0.05 yang artinya tidak ada perbedaan yang

signifikan rata-rata tingkat penurunan insomnia pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol sebelum diberikan terapi

massage.

4) Distribusi Analisis Perbedaan Responden Pada Kelompok


Intervensi dan Pada Kelompok Kontrol.
73

Tabel 5.10 : Analisis Perbedaan Uji Paired Ttest Tingkat Penurunan


InsomniaPada Kelompok Intervensi dan Pada Kelompok
Kontrol.

Pengetahuan N Mean Perbedaan P Value


Post Test Kontrol 32.13
35 12.38 0.001
Post Test Intevensi 19.75

Berdasarkan table 5.10 diatas menunjukan nilai tingkat

penurunan insomnia post test pada kelompok intervensi yaitu

19.75 sedangkan rerata mean nilai tingkat penurunan insomnia

pre test pada kelompok kontrol yaitu 32.13. Hasil analisis

perbedaan nilai menggunakan Uji statistik Paired Ttest dengan P

value 0.001 < 0.05 yang artinya ada perbedaan yang signifikan

rata-rata tingkat penurunan insomnia pada kelompok intervensi

dan kelompok kontrol sesudah diberikan terapi massage.

C. Pembahasan
74

1. Analisis Karasteristik Responden Berdasakan Usia, Jenis

Kelamin Pendidikan, Agama, dan Pekerjaan pada Kelompok

Intervensi Dan Kelompok Kontrol.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan usia

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa usia pada

kelompok intervensi untuk kategori usia 60-65 tahun sebanyak

11 orang (64.7%), untuk kategori usia 66-70tahun sebanyak 6

orang (32.3%). Sedangkan untuk kelompok kontrol kategori usia

60-65 tahun sebanyak 8 orang (44.5%), untuk kategori usia 66-

70tahun sebanyak 10 orang (55.5%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa pada kelompok

intervensi berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7 orang (41.1%),

Perempuan sebanyak 10 orang (58.9%). Sedangkan untuk

kelompok kontrol untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 7 orang

(38.9%) dan perempuan sebanyak 11 orang (61.1%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan pendidikan

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukan bahwa

pendidikan pada kelompok intervensi memiliki tingkat

pendidikan untuk kategori SD sebanyak 5 orang (29.4%), untuk

kategori SMP sebanyak 6 orang (35.3%), kategori SMA

sebanyak 6 orang (35.3%), Sedangkan untuk kelompok kontrol


75

memiliki tingkat pendidikan untuk kategori SD sebanyak 4 orang

(22.2%), untuk kategori SMP sebanyak 4 orang (22.2%), kategori

SMA sebanyak 10 orang (65.6%).

d. Karakteristik Responden Berdasarkan agama

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa pada kelompok

intervensi semua beragama islam sebanyak 17 orang (100%),

Sedangkan pada kelompok kontrol juga semua beragama islam

sebanyak 18 orang (100%).

2. Analisa Univariat

a. Hasil Analisis Tingkat Penurunan Insomnia Responden

Sebelum dan Sesudah Diberikan Massage Pada Kelompok

Intervensi

Berdasarkan tabel 5.5 diatas didapatkan hasil penelitian

berdasarkan tingkat insomnia responden sebelum dan sesudah

diberikan massage pada kelompok intervensi di panti Jompo

Muhammadiyah kota Probolinggo dengan nilai yang mengalami

insomnia kategori ringan sebanyak 7 responden dengan presentase

sebesar (41.1%)kategori berat sebanyak 10 responden dengan

presentase sebesar (58,8%),Sedangkan sesudah diberikan massase

didapatkan hasil nilai yang mengalami insomnia kategori ringan

sebanyak 15 responden dengan presentase sebesar (88,2%) dan


76

kategori beratsebanyak 2 responden dengan presentase sebesar

(11.8%).

Penelitian yang dilakukan oleh Hardono (2019) tentang rendam

kaki dengan air hangat salah satu terapi yang mampu mengatasi

insomnia pada lansia. Penelitian ini merupakan eksperimen semu

atau (quasy eksperimen) dengan populasi yang usianya sudah tua

antara 60-74 tahun yang dilakukan percobaan sebagaimana untuk

mengatasi keluhan insomnia yang dialami oleh responden tersebut.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling

(seluruh populasi) yang berada dipanti tersebut yang dilakukan

dengan cara pendekatan one group pre test design. Dari hasil

penelitian didapatkan kesimpulan bahwa nilai p value 0,000 atau

lebih kecil dari 0,005 dan artinya Ha diterima sehingga ada pengaruh

atau hasil yang benar-benar valid dari terapi merendam kaki dengan

air hangat untuk menurunkan masalah insomnia pada lansia. 50

Penelitian yang dilakukan oleh Wungouw dan Hamel (2018)

tentang pengaruh rendam air hangat pada kaki terhadap penurunan

insomnia pada lansia. Dengan pengambilan sampel yang

menggunakan teknik non random sampling dengan metode

purposive sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam

50
Hardono, 2019. PENGARUH RENDAMAN AIR HANGAT PADA KAKI
SEBELUM TIDUR TERHADAP INSOMNIA
77

penelitian ini berjumlah 32 responden dengan tekhnik pengambilan

sampel secaraumum. Skala pengukuran untuk menentukan kategori

insomnia yang dipakai oleh Wungouw dan Hamel dalam

penelitiannya yaitu kuesioner KSPBJ-IRS diamana ada sebelas

pertanyaan yang akan diajukan kepada responden untuk menentukan

skor rerata insomnia yang dialami oleh lansia secara individu,

kemudian responden akan menerima sutau perlakuan berupa terapi

rendam kaki menggunakan air hangat sesuai ketetapan SOP yang

memenuhi protokol kesehatan. Hasil penelitian ini mendapatkan

hasil yang signifikan bahwa terapi tersebut bisa mengatasi insomnia

yang dialami oleh lansia. 51

Penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2018) tentang

massage kaki untuk menurunkan insomnia yang terjadi pada lansia

merupakan penelitian pra eksperimen dengan jumlah sampel 48

orang yang menggunakan kuesioner KSPBJ-IRS dengan metode

analisis uji paired ttest lalu diolah dengan data

pengeditan/pemeriksaan, pemberian kode, penilaian, menganalisis.

Hasil uji statistik uji paired Ttest dalam penelitian ini di peroleh nilai

yang signifikan. Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa ada

51
Wungouw dan Hamel (2018) PENGARUH RENDAM KAKI DENGAN LARUTAN
AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP GANGGUAN INSOMNIA PADA
LANSIA DI KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN
78

pengaruh dari terapi massage untuk menurunkan masalah insomnia

pada lansia. 52

b. Hasil Analisis Tingkat Penurunan Insomnia Responden

Sebelum dan Sesudah Diberikan Massage Pada Kelompok

kontrol

Berdasarkan tabel 5.6 diatas didapatkan hasil penelitian tingkat

insomnia responden sebelum dan sesudah diberikan massage pada

kelompok intervensi di panti Jompo Muhammadiyah kota

Probolinggo dengan nilai yang mengalami insomnia kategori ringan

sebanyak 7 responden dengan presentase sebesar (38.8%) kategori

berat sebanyak 11 responden dengan presentase sebesar

(61.2%),Sedangkan posttest didapatkan hasil nilai yang mengalami

insomnia kategori ringan sebanyak 7 responden dengan presentase

sebesar (38.8%)kategori berat sebanyak 11 responden dengan

presentase sebesar (61.2%). Nilai pada kelompok kontrol tidak

berubah dikarenakan tidak adanya perlakuan massase pada

kelompok kontrol.

Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2017) tentang pengaruh

rendaman air hangat pada kaki sebelum tidur terhadap insomnia

52
Mayangsari, 2018, PENGARUH FOOD MASSAGE TERHADAP KUALITAS
TIDUR PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI KASIH
SURAKARTA
79

yang dialami oleh lansia. Penelitian ini merupakan peneliatian

kuantitatif dengan desain penelitian quasi eksperiment yang

menggunakan rancangan one group pre-test and post-test design.

Cara untuk mengukur insomnia adalah insomnia ratting scale yang

di ukur sebelum dan setelah diberikan intervensi berupa rendam kaki

dengan air hangat. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 86

orang dengan pengambilan sampel seluruh lanjut usia di Panti Sosial

Tresna Werda Khusnul Khotimah yang mengalami gangguan tidur

sebanyak 20 peserta. Dari hasil penelitian yang dilakukan Putra

(2017) didapatkan bahwa sebelum diberikan terapi dari seluruh

lanjut usia dengan merendam kaki menggunakan air hangat yang

mengalami insomnia seluruhnya (100%), setelah diberikan terapi

tersebut lansia yang mengalami insomnia berjumlah (55%).

Sehingga ada pengaruh yang signifikan dari penelitian tersebut.53

Penelitian yang telah dilakukan oleh Widiana (2019) tentang

pengaruh massage kaki terhadap penurunan insomnia pada lansia.

Rancangan penelitian ini menggunakan desain pre eksperimental

one group pre test-post test. Dengan pengambilan sample purposive

sampling. Semua lansia yang mengalami insomnia di Banjar Temesi

desa Temesi kabupaten Gianyar digunakan sebagai populasi yang

53
Putra, 2017, PENGARUH MASSAGE KAKI DAN RENDAM AIR HANGAT PADA
KAKI TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA
80

berjumlah 23 orang dengan penggunaan sample 15 orang. Analisis

data yang digunakan adalah uji statistik wilcoxon. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut didapatkan bahwa insomnia pada lansia sebelum

diberikan massage kaki sebagian besar mengalami insomnia sedang

yaitu sebanyak 9 orang (60%), insomnia pada lansia setelah

diberikan massage kaki sebagian besar mengalami penurunan

insomnia menjadi rendah yaitu sekitar 13 responden (86,7%). Jadi

dapat disimpulkan dari hasil uji coba dalam penelitian tersebut ada

penurunan yang sangat terlihat dari terapi pijat kaki untuk mengatasi

insomnia pada lansia dengan nilai p value 0,001 atau kurang dari α

yaitu 0,005.54

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prananto (2016) yaitu

menggabungkan kedua terapi massage dan air hangat yang

dilakukan pada kaki sesaat sebelum tidur dengan sampel penelitian

yang berjumlah 15 peserta bagi kelompok kontrol dan 15 responden

bagi kelompok intervensi (eksperimen). Cara pengambilan sampel

dari populasi yang ada menggunakan teknik simple random

sampling didapatkan hasil bahwa ada pengaruh yang relevan dari

percobaan tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terapi massage

54
Widiana, 2019, ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019
ANGKA KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI TRESNA WERDHA
WANA SERAYA DENPASAR, BALI TAHUN 2017
81

kaki dan merendam kaki menggunakan air hangat bisa menurunkan

masalah insomnia pada lansia.

Menurut Aslani, bahwa Massage kaki adalah tindakan pijat yang

dilakukan didaerah kaki . Melakukan masase pada otot-otot besar

pada kaki dapat memperlancar sirkulasi darah dan saluran getah

bening serta membantu mencegah varises. Pada saat melakukan

massage pada otot-otot kaki maka tingkatkan tekanan ke otot ini

secara bertahap untuk mengendurkan ketegangan sehingga

membantu memperlancar aliran darah ke jantung. Masase pada kaki

diakhiri dengan massage pada telapak kaki yang akan merangsang

dan menyegarkan kembali bagian kaki sehingga memulihkan sistem

keseimbangan dan membantu relaksasi. 55

Di indonesia, pijat telah menjadi warisan leluhur dan terdapat

kesamaan antara titik pijat di Indonesia dengan titik akupuntur yang

ada di Cina. Pijat erat kaitannya dengan akupuntur, hal ini

dikarenakan dalam memijat titik yang digunakan adalah titik

akupunktur. Pijat bekerja berdasarkan 3 hal yaitu energi vital (qi),

meridian, titik pijat atau akupunktur (Dalimartha dalam Fitriani). 56

55
Fitriani. (2015) . Pengaruh Masase Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Bontomarannu Kabupaten Gowa.
56
Fitriani. (2015) . Pengaruh Masase Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Bontomarannu Kabupaten Gowa.
82

Meridian adalah saluran energi yang terletak dalam jaringan

dan organ tubuh (Thie,; Dalimartha). Meridian digolongkan sebagai

yin dan yan berdasarkan alirannya pada permukaan tubuh, meridian-

meridian ini saling berhubungan di dalam tubuh namun yang

dilakukan disini hanyalah yang berada dibagian permukaan tubuh dan

dapat dicapai melalui teknik sentuhan (Thie dalam Fitriani). Pada

umunya energi yin mengalir dari kaki ke arah kepala dan energi yan

mengalir dari kepala ke kaki (Thie dalam Fitriani). 57

3. Analisa Bivariat

a. Hasil Analisis Tingkat Penurunan Insomnia Responden

Sebelum dan Sesudah Diberikan Massage Pada Kelompok

Intervensi

Pada penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu Uji paired

simple T test di dapatkan hasil mean 33.71 untuk pre test dengan

nilai 14.12 untuk post test dengan perbedaan nilai 14.12. Hasil uji

Paired Ttest didapatkan nilai P value 0.000 < α 0.05 sehingga Ha

diterima, yang berarti ada pengaruh massage kaki pada kelompok

intervensi terhadap penurunan insomnia pada lansia usia 60-70

tahun di panti Jompo Muhhamadiyah Kota Probolinggo.

57
Fitriani. (2015) . Pengaruh Masase Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Bontomarannu Kabupaten Gowa.
83

Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2017) tentang pengaruh

rendaman air hangat pada kaki sebelum tidur terhadap insomnia

yang dialami oleh lansia. Penelitian ini merupakan peneliatian

kuantitatif dengan desain penelitian quasi eksperiment yang

menggunakan rancangan one group pre-test and post-test design.

Cara untuk mengukur insomnia adalah insomnia ratting scale yang

di ukur sebelum dan setelah diberikan intervensi berupa rendam kaki

dengan air hangat. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 86

orang dengan pengambilan sampel seluruh lanjut usia di Panti Sosial

Tresna Werda Khusnul Khotimah yang mengalami gangguan tidur

sebanyak 20 peserta. Dari hasil penelitian yang dilakukan Putra

(2017) didapatkan bahwa sebelum diberikan terapi dari seluruh

lanjut usia dengan merendam kaki menggunakan air hangat yang

mengalami insomnia seluruhnya (100%), setelah diberikan terapi

tersebut lansia yang mengalami insomnia berjumlah (55%).

Sehingga ada pengaruh yang signifikan dari penelitian tersebut.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Widiana (2019) tentang

pengaruh massage kaki terhadap penurunan insomnia pada lansia.

Rancangan penelitian ini menggunakan desain pre eksperimental

one group pre test-post test. Dengan pengambilan sample purposive

sampling. Semua lansia yang mengalami insomnia di Banjar Temesi

desa Temesi kabupaten Gianyar digunakan sebagai populasi yang


84

berjumlah 23 orang dengan penggunaan sample 15 orang. Analisis

data yang digunakan adalah uji statistik uji Paired Ttest.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa

insomnia pada lansia sebelum diberikan massage kaki sebagian

besar mengalami insomnia sedang yaitu sebanyak 9 orang (60%),

insomnia pada lansia setelah diberikan massage kaki sebagian besar

mengalami penurunan insomnia menjadi rendah yaitu sekitar 13

responden (86,7%). Jadi dapat disimpulkan dari hasil uji coba dalam

penelitian tersebut ada penurunan yang sangat terlihat dari terapi

pijat kaki untuk mengatasi insomnia pada lansia dengan nilai p value

0,001 atau kurang dari α yaitu 0,005.58

Penelitian yang dilakukan oleh Hardono (2019) tentang

rendam kaki dengan air hangat salah satu terapi yang mampu

mengatasi insomnia pada lansia. Penelitian ini merupakan

eksperimen semu atau (quasy eksperimen) dengan populasi yang

usianya sudah tua antara 60-74 tahun yang dilakukan percobaan

sebagaimana untuk mengatasi keluhan insomnia yang dialami oleh

responden tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah total sampling (seluruh populasi) yang berada dipanti

58
Widiana, 2019, ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari,
2019
ANGKA KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI TRESNA WERDHA
WANA SERAYA DENPASAR, BALI TAHUN 2017
85

tersebut yang dilakukan dengan cara pendekatan one group pre test

design. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa nilai p

value 0,000 atau lebih kecil dari 0,005 dan artinya Ha diterima

sehingga ada pengaruh atau hasil yang benar-benar valid dari terapi

merendam kaki dengan air hangat untuk menurunkan masalah

insomnia pada lansia. 59

Insomnia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia.

Semakin bertambah usia seseorang semakin berdampak pada

perubahan-perubahan fungsi fisik dan kognitif, salah satunya

gangguan tidur (insomnia). Insomnia dapat diatasi dengan cara

alternatif dan tanpa efek samping. Banyak sekali terapi

komplementer atau terapi alternatif yang mampu mengatasi hal

tersebut. Massage kaki dan rendam air hangat pada kaki adalah salah

satunya terapi yang mampu untuk menurunkan insomnia yang

dialami oleh lansia, dibuktikan dengan penelitian terdahulu bahwa

pemijatan dititik tertentu dapat memberikan efek relaksasi pada saraf

sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur pada lansia (Prananto,

2016; Mayangsari, 2018; Widiana, 2019).

Mayangsari (2018) berpendapat bahwa pengobatan secara

alternatif dianjurkan untuk mengatasi masalah insomnia pada lansia,

59
Hardono, 2019. PENGARUH RENDAMAN AIR HANGAT PADA KAKI
SEBELUM TIDUR TERHADAP INSOMNIA
86

karena lansia merupakan karakteristik individu yang sangat rentan

terhadap perubahan yang berkaitan dengan kondisi fisiologis dan

peningkatan konsekuensi dalam penggunaan obat. Sehingga, dapat

meminimalisir efek samping dari pengobatan farmakologis 60.

Widiana (2019) berpendapat bahwa dampak Insomnia jangka

panjang pada lansia dapat menimbulkan kecemasan, depresi, sakit

kepala, radang sendi, serangan jantung, dan osteoporosis, sehingga

memerlukan penanganan segera. Hardono (2019) mengemukakan

bahwa terapi alternatif yang dapat menangani masalah insomnia

sangat banyak, diantaranya adalah: pijat refleksi (massage), terapi

musik, aroma terapi lavender, akupuntur dan hidroterapi (rendam air

hangat pada kaki).61 Subandi (2017) menyatakan jika dalam

penelitiannya insomnia sangat dipengaruhi oleh bertambahnya usia,

dan frekuensi insomnia tertinngi dialami oleh banyak perempuan

dibandingkan dengan laki-laki. 62

60
Mayangsari, 2018, PENGARUH FOOD MASSAGE TERHADAP KUALITAS TIDUR
PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI KASIH SURAKARTA
61
Hardono, 2019. PENGARUH RENDAMAN AIR HANGAT PADA KAKI
SEBELUM TIDUR TERHADAP INSOMNIA
62
Subandi, 2017, JURNAL ANALIS FARMASI Volume 3, No. 2 April 2018 Hal
127 - 132 PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT
TERHADAP PENGURANGAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF
DI BPS HENNY SULISTIOWATI KECAMATAN TERBANGGI BESAR
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
87

Peneliti berpendapat bahwa jika dilihat dari fenomena

masyarakat saat ini, banyak sekali masyarakat yang menggunakan

terapi alternatif dibandingkan terapi medis, karena selain dianggap

lebih aman biaya yang dibutuhkan juga jauh lebih rendah. Hasil

penelitian dari peneliti yang menyatakan bahwa penanganan

insomnia yang paling mudah untuk dilakukan yaitu dengan massage

kaki. Dengan demikian massage kaki berpengaruh terhadap

penurunan insomnia pada lansia.

b. Hasil Analisis Tingkat Penurunan Insomnia Responden

Sebelum dan Sesudah Diberikan Massage Pada Kelompok

Kontrol

Pada penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu Uji paired

simple Ttest di dapatkan hasil mean 32.17 untuk pre test dengan nilai

31.50 untuk post test dengan perbedaan nilai 0.67 Hasil uji Paired

simple Ttest didapatkan nilai P value 0.90 > α 0.05 sehingga Ha

ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh massage kaki pada

kelompok kolompok terhadap penurunan insomnia pada lansia usia

60-70 tahun di panti Jompo Muhhamadiyah Kota Probolinggo

Penelitian yang telah dilakukan oleh Widiana (2019) tentang

pengaruh massage kaki terhadap penurunan insomnia pada lansia.

Rancangan penelitian ini menggunakan desain pre eksperimental one

group pre test-post test. Dengan pengambilan sample purposive


88

sampling. Semua lansia yang mengalami insomnia di Banjar Temesi

desa Temesi kabupaten Gianyar digunakan sebagai populasi yang

berjumlah 23 orang dengan penggunaan sample 15 orang. Analisis

data yang digunakan adalah uji statistik wilcoxon. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut didapatkan bahwa insomnia pada lansia sebelum

diberikan massage kaki sebagian besar mengalami insomnia sedang

yaitu sebanyak 9 orang (60%), insomnia pada lansia setelah diberikan

massage kaki sebagian besar mengalami penurunan insomnia menjadi

rendah yaitu sekitar 13 responden (86,7%). Jadi dapat disimpulkan

dari hasil uji coba dalam penelitian tersebut ada penurunan yang

sangat terlihat dari terapi pijat kaki untuk mengatasi insomnia pada

lansia dengan nilai p value 0,001 atau kurang dari α yaitu 0,005.63

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prananto (2016) yaitu

menggabungkan kedua terapi massage dan air hangat yang dilakukan

pada kaki sesaat sebelum tidur dengan sampel penelitian yang

berjumlah 15 peserta bagi kelompok kontrol dan 15 responden bagi

kelompok intervensi (eksperimen). Cara pengambilan sampel dari

populasi yang ada menggunakan teknik simple random sampling

didapatkan hasil bahwa ada pengaruh yang relevan dari percobaan

63
Widiana, 2019, ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari,
2019
ANGKA KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI TRESNA WERDHA
WANA SERAYA DENPASAR, BALI TAHUN 2017
89

tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terapi massage kaki dan

merendam kaki menggunakan air hangat bisa menurunkan masalah

insomnia pada lansia. 64

Penelitian yang dilakukan oleh Subandi (2017) tentang

pengaruh rendam kaki dengan air hangat terhadap kualitas tidur

lansia. Rancangan penelitian ini menggunakan eksperimen semu

(quasai experiment) dengan pendekatan one group pretest-posttest

menggunakan satu kelompok tunggal tanpa ada kelompok

pembanding. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan pretest

(O1), yakni pengukuran kualitas tidur yang dilakukan sebelum

dilakukan terapi rendam kaki dan posttest (O2) yakni pengukuran

kualitas tidur yang dilakukan sesudah melakukan terapi rendam kaki.

Populasi yang digunakan adalah 34 lansia dengan menggunakan total

sampling yaitu seluruh jumlah lansia di desa Pakusamben kecamatan

Babakan kabupaten Cirebon. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa ada angka yang valid antara terapi rendam menggunakan air

64
Pranoto, 2016, PENGARUH HIDROTERAPI KAKI DENGAN AIR HANGAT
TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA YANG MENGALAMI INSOMNIA DI UNIT
PELAKSANA TEKNIS (UPT) PANTI SOSIAL REHABILITASI LANJUT
USIA MUSTIKA DHARMA PROVINSI KALIMANTAN BARAT
90

hangat pada kaki untuk mengatasi insomnia pada lansia di desa

tersebut.65

Massage kaki adalah tindakan pijat yang dilakukan didaerah

kaki . Melakukan masase pada otot-otot besar pada kaki dapat

memperlancar sirkulasi darah dan saluran getah bening serta

membantu mencegah varises. Pada saat melakukan masase pada otot-

otot kaki maka tingkatkan tekanan ke otot ini secara bertahap untuk

mengendurkan ketegangan sehingga membantu memperlancar aliran

darah ke jantung. Masase pada kaki diakhiri dengan masase pada

telapak kaki yang akan merangsang dan menyegarkan kembali bagian

kaki sehingga memulihkan sistem keseimbangan dan membantu

relaksasi.

Masase kaki baik untuk merilekskan otot-otot, mengurangi

nyeri, memperbaiki organ tubuh, memperbaiki postur tubuh, dan

sebagai latihan pasif (Perry & Potter, 2005 dalam Safitri, 2012).

Penurunan tekanan darah diakibatkan oleh teknik integrasi sensori

yang mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom, apabila seseorang

65
Subandi, 2017, JURNAL ANALIS FARMASI Volume 3, No. 2 April 2018 Hal
127 - 132 PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT
TERHADAP PENGURANGAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF
DI BPS HENNY SULISTIOWATI KECAMATAN TERBANGGI BESAR
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
91

mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus rileks maka akan muncul

respon relaksasi.

Prinsipnya, pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi

adalah untuk memperlancar aliran energi didalam tubuh sehinga

gangguan penyakit hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir.

Ketika semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi

terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka resiko

hipertensi dapat ditekan.66

Insomnia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia.

Semakin bertambah usia seseorang semakin berdampak pada perubahan-

perubahan fungsi fisik dan kognitif, salah satunya gangguan tidur

(insomnia). Insomnia dapat diatasi dengan cara alternatif dan tanpa efek

samping. Banyak sekali terapi komplementer atau terapi alternatif yang

mampu mengatasi hal tersebut. Massage kaki dan rendam air hangat

pada kaki adalah salah satunya terapi yang mampu untuk menurunkan

insomnia yang dialami oleh lansia, dibuktikan dengan penelitian

terdahulu bahwa pemijatan dititik tertentu dapat memberikan efek

66
Rivelino S Hamel, 2018, e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 2, 1
Agustus 2018 PENGARUH TERAPI RENDAM AIR HANGAT PADA KAKI
TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA DI KELURAHAN ANGGES
KECAMATAN
TAHUNA BARAT
92

relaksasi pada saraf sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur pada

lansia (Prananto, 2016; Mayangsari, 2018; Widiana, 2019).

Peningkatan tekanan darah juga dapat dipengaruhi oleh pola

makan yang tidak sehat. Mengkonsumsi makanan yang banyak

mengandung lemak dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah.

Untuk menghindari peningkatan tekanan darah, seseorang harus

menghindari makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi, makanan yang

diolah dengan menggunakan garam natrium, makanan dan minuman

dalam kaleng, makanan yang diawetkan, susu full cream, mentega,

margarine, keju, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol,

bumbu penyedap, alkohol dan makanan yang mengandung alcohol

seperti durian, tape (Oswari, 1992 dalam Safitri, 2012).

c. Hasil Analisis Perbedaan Uji Paired Ttest Tingkat Penurunan

InsomniaPada Kelompok Intervensi dan Pada Kelompok

Kontrol.

Berdasarkan table 5.10 diatas menunjukan nilai tingkat

penurunan insomnia post test pada kelompok intervensi yaitu

19.75 sedangkan rerata mean nilai tingkat penurunan insomnia

pre test pada kelompok kontrol yaitu 32.13. Hasil analisis

perbedaan nilai menggunakan Uji statistik Paired Ttest dengan P

value 0.001 < 0.05 yang artinya ada perbedaan yang signifikan
93

rata-rata tingkat penurunan insomnia pada kelompok intervensi

dan kelompok kontrol sesudah diberikan terapi massage.

Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2017) tentang

pengaruh rendaman air hangat pada kaki sebelum tidur terhadap

insomnia yang dialami oleh lansia. Penelitian ini merupakan

peneliatian kuantitatif dengan desain penelitian quasi

eksperiment yang menggunakan rancangan one group pre-test

and post-test design. Cara untuk mengukur insomnia adalah

insomnia ratting scale yang di ukur sebelum dan setelah

diberikan intervensi berupa rendam kaki dengan air hangat.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 86 orang dengan

pengambilan sampel seluruh lanjut usia di Panti Sosial Tresna

Werda Khusnul Khotimah yang mengalami gangguan tidur

sebanyak 20 peserta. Dari hasil penelitian yang dilakukan Putra

(2017) didapatkan bahwa sebelum diberikan terapi dari seluruh

lanjut usia dengan merendam kaki menggunakan air hangat yang

mengalami insomnia seluruhnya (100%), setelah diberikan terapi

tersebut lansia yang mengalami insomnia berjumlah (55%).

Sehingga ada pengaruh yang signifikan dari penelitian tersebut.67

67
Putra, 2017, PENGARUH MASSAGE KAKI DAN RENDAM AIR HANGAT PADA
KAKI TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA
94

Penelitian yang telah dilakukan oleh Widiana (2019) tentang

pengaruh massage kaki terhadap penurunan insomnia pada

lansia. Rancangan penelitian ini menggunakan desain pre

eksperimental one group pre test-post test. Dengan pengambilan

sample purposive sampling. Semua lansia yang mengalami

insomnia di Banjar Temesi desa Temesi kabupaten Gianyar

digunakan sebagai populasi yang berjumlah 23 orang dengan

penggunaan sample 15 orang. Analisis data yang digunakan

adalah uji statistik uji Paired Ttest. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut didapatkan bahwa insomnia pada lansia

sebelum diberikan massage kaki sebagian besar mengalami

insomnia sedang yaitu sebanyak 9 orang (60%), insomnia pada

lansia setelah diberikan massage kaki sebagian besar mengalami

penurunan insomnia menjadi rendah yaitu sekitar 13 responden

(86,7%). Jadi dapat disimpulkan dari hasil uji coba dalam

penelitian tersebut ada penurunan yang sangat terlihat dari terapi

pijat kaki untuk mengatasi insomnia pada lansia dengan nilai p

value 0,001 atau kurang dari α yaitu 0,005.68

68
Widiana, 2019, ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari,
2019
ANGKA KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI TRESNA WERDHA
WANA SERAYA DENPASAR, BALI TAHUN 2017
95

Penelitian yang dilakukan oleh Hardono (2019) tentang

rendam kaki dengan air hangat salah satu terapi yang mampu

mengatasi insomnia pada lansia. Penelitian ini merupakan

eksperimen semu atau (quasy eksperimen) dengan populasi yang

usianya sudah tua antara 60-74 tahun yang dilakukan percobaan

sebagaimana untuk mengatasi keluhan insomnia yang dialami

oleh responden tersebut. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah total sampling (seluruh populasi) yang

berada dipanti tersebut yang dilakukan dengan cara pendekatan

one group pre test design. Dari hasil penelitian didapatkan

kesimpulan bahwa nilai p value 0,000 atau lebih kecil dari 0,005

dan artinya Ha diterima sehingga ada pengaruh atau hasil yang

benar-benar valid dari terapi merendam kaki dengan air hangat

untuk menurunkan masalah insomnia pada lansia.

Insomnia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

usia. Semakin bertambah usia seseorang semakin berdampak

pada perubahan-perubahan fungsi fisik dan kognitif, salah

satunya gangguan tidur (insomnia). Insomnia dapat diatasi

dengan cara alternatif dan tanpa efek samping. Banyak sekali

terapi komplementer atau terapi alternatif yang mampu mengatasi

hal tersebut. Massage kaki dan rendam air hangat pada kaki

adalah salah satunya terapi yang mampu untuk menurunkan


96

insomnia yang dialami oleh lansia, dibuktikan dengan penelitian

terdahulu bahwa pemijatan dititik tertentu dapat memberikan

efek relaksasi pada saraf sehingga dapat meningkatkan kualitas

tidur pada lansia (Prananto, 2016; Mayangsari, 2018; Widiana,

2019).

Mayangsari (2018) berpendapat bahwa pengobatan secara

alternatif dianjurkan untuk mengatasi masalah insomnia pada

lansia, karena lansia merupakan karakteristik individu yang

sangat rentan terhadap perubahan yang berkaitan dengan kondisi

fisiologis dan peningkatan konsekuensi dalam penggunaan obat.

Sehingga, dapat meminimalisir efek samping dari pengobatan

farmakologis.69 Widiana (2019) berpendapat bahwa dampak

Insomnia jangka panjang pada lansia dapat menimbulkan

kecemasan, depresi, sakit kepala, radang sendi, serangan jantung,

dan osteoporosis, sehingga memerlukan penanganan segera. 70

Hardono (2019) mengemukakan bahwa terapi alternatif yang

dapat menangani masalah insomnia sangat banyak, diantaranya

adalah: pijat refleksi (massage), terapi musik, aroma terapi

69
Mayangsari, 2018, PENGARUH FOOD MASSAGE TERHADAP KUALITAS TIDUR
PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI KASIH SURAKARTA
70
Widiana, 2019, ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari,
2019
ANGKA KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI TRESNA WERDHA
WANA SERAYA DENPASAR, BALI TAHUN 2017
97

lavender, akupuntur dan hidroterapi (rendam air hangat pada

kaki).71 Subandi (2017) menyatakan jika dalam penelitiannya

insomnia sangat dipengaruhi oleh bertambahnya usia, dan

frekuensi insomnia tertinngi dialami oleh banyak perempuan

dibandingkan dengan laki-laki. 72

Peneliti berpendapat bahwa jika dilihat dari fenomena

masyarakat saat ini, banyak sekali masyarakat yang

menggunakan terapi alternatif dibandingkan terapi medis, karena

selain dianggap lebih aman biaya yang dibutuhkan juga jauh lebih

rendah. Hasil penelitian dari peneliti yang menyatakan bahwa

penanganan insomnia yang paling mudah untuk dilakukan yaitu

dengan massage kaki. Dengan demikian massage kaki

berpengaruh terhadap penurunan insomnia pada lansia.

D. Implikasi Keperawatan

Implikasi dalam penelitian ini terarah pada peran perawat sebagai

perawat educator, perawat advokator, perawat komunikator, dan

pemasaran kesehatan. Peran perawat sebagai edukator yaitu perawat

71
Hardono, 2019. PENGARUH RENDAMAN AIR HANGAT PADA KAKI
SEBELUM TIDUR TERHADAP INSOMNIA
72
Subandi, 2017, JURNAL ANALIS FARMASI Volume 3, No. 2 April 2018 Hal
127 - 132 PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT
TERHADAP PENGURANGAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF
DI BPS HENNY SULISTIOWATI KECAMATAN TERBANGGI BESAR
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
98

yang dapat memberikan informasi atau pendidikan kesehatan

tentang pengaruh massage penurunan insomnia terhadap lansia.

Peran perawat sebagai advokator yang dimaksud adalah tindakan

perawat dalam mencapai sesuatu untuk kepentingan masyarakat atau

bertindak untuk mencegah kesalahan yang tidak diinginkan. Perawat

harus melindungi hak responden dalam kerahasiaan mengenai

identitas dan hasil penilaian.

Peran perawat sebagai konsultan atau komunikator yaitu peran

perawat sebagai tempat konsultasi dalam memberi informasi,

dukungan atau memberi ajaran tentang tujuan pelayanan keperawatn

diberikan. Perawat dapat berkolaborasi dengan tokoh setempat

untuk memenuhi kebutuhan informasi responden.

Selain terarah pada peran perawat, implikasi dalam penelitian ini

juga terarah pada asuhan keperawatan. Pemberian asuhan

keperawatan tersebut meliputi pengkajian, implementasi

keperawatn, dan evaluasi keperawatan. Masalah keperawatan yang

biasa nya muncul selama proses penelitian penurunan insomnia pada

lansia yaitu salah satu nya gangguan pola tidur. Gangguan pola tidur

merupakan gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat

faktor eksternal ( D.0055).73

73
PPNI .2016.Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik.
99

Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mengatasi masalah

keperawatan gangguan pola tidur yaitu dengan memberikan

tindakan observasi dan terapeutik. Tindakan observasi dengan

mengindentifikasi pola aktivitas dan tidur, mengendentifikasi faktor

pengganggu tidur ( fisik/sikologis, serta indentifikasi makanan dan

minuman yang mengganggu tidur (misal, kopi, teh, alkohol, makan

mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur). Tindakan

terapeutik dengan memodivikasi lingkungan ( misal

kebisingan,pencahayaan,suhu, dan tempat tidur), kemudian

menghilangkan stres sebelum tidur,dan melakukan prosedur untuk

meningkatkan kenyamanan ( misal nya pijat, pengaturan posisi,

terapi akupresur).

E. Keterbatasan Penelitian

1. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung pad a saat terjadi pandemic

(covid-19).

2. Penelitian ini merupakan peneliti pemula yang masih asing dengan

penelitian sehingga masih banyak hal yang harus dipelajari sejalan

dengan berlangsungnya proses penelitian. Serta berbagai kendala

yang ditemui peneliti dan dengan keterbatasan tenaga dari peneliti

secara langsung maupun tidak langsung.


100
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut analisa data dari hasil penelitian yang berjudul Pengaruh

Massage Kaki Terhadap Penurunan Insomnia Pada Lansia 60-70 tahun

di Panti Jompo Muhhamdiyah Kota Probolinggo dengan responden

berjumlah 17 untuk kelompok intervensi dan 18 untuk kelompok kontrol

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa tingkat penurunan

insomnia pada kelompok intervensi sebelum dilakukan massage

insomnia ringan sebanyak 7 responden dengan presentase sebesar

(41.1%)kategori berat sebanyak 10 responden dengan presentase

sebesar (58,8%),Sedangkan sesudah diberikan massase didapatkan

hasil nilai yang mengalami insomnia kategori ringan sebanyak 15

responden dengan presentase sebesar (88,2%) dan kategori

beratsebanyak 2 responden dengan presentase sebesar (11.8%), Pada

kelompok intervensi sesudah memberikan terapi massage

mengalami penurunan insomnia dengan hasil P Value 0.000

2. Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa tingkat penurunan

insomnia pada kelompok intervensi sebelum dilakukan massage

insomnia ringan sebanyak sebanyak 7 responden dengan presentase

sebesar (38.8%)kategori berat sebanyak 11 responden dengan

101
3. presentase sebesar (61.2%),Sedangkan posttest didapatkan hasil nilai yang

mengalami insomnia kategori ringan sebanyak 7 responden dengan presentase

sebesar (38.8%)kategori berat sebanyak 11 responden dengan presentase

sebesar (61.2%). Nilai pada kelompok kontrol tidak berubah dikarenakan

tidak adanya perlakuan massase pada kelompok kontrolPada kelompok

intervensi sesudah memberikan terapi massage mengalami penurunan

insomnia dengan hasil P Value 0.180

4. Ada perbedaan nilai penurunan yang signifikan terhadap kelompok intervensi

dengan kelompok kontrol dengan nilai P Value 0.000 yang berarti Ha

diterima.

5. Ada pengaruh massage kaki terhadap penurunan insomnia pada kelompok

intervensi sedangkan pada kelompok kelompok kontrol tidak ada pengaruh

memang tidak diberikan terapi massage kaki

B. Saran

1. Bagi Perawat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi pengembangan

studi bagi lingkup keperawatan untuk ikut terlibat dalam upaya pemberin terapi

massage melalui peran perawat sebagai Peran perawat sebagai advokator yang

dimaksud adalah tindakan perawat dalam mencapai sesuatu untuk kepentingan

masyarakat

cii
2. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk responden bahwa

insomnia atau gangguan tidur dapat dicegah dengan salah cara terapi massage

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya diharpkan penelitian ini dapat dikembangkan selain

itu diharapkan memperluas popilasi dan sampel agar diperoleh hasil yang

digenerasikannlagi

ciii
DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.
Jakarta: Interna Publishing
Azizah. (2016). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Cinar, S., & Eser, I. (2018).). Effect on Sleep Quality of Back Massage in
Older Adults in Res
Cinar, S., & Eser, I. (2018).). Effect on Sleep Quality of Back Massage in
Older Adults in Res
Driver, H., Gottschalk, R., Hussain, M., Morin, C. M., Shapiro, C., & Zyl,
L. Van. (2016). The Youthdale Series 1 insomnia in adults and children
Fatimah, E. (2018). Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta
Didik). Bandung: Pustaka Setia
Gauthier, R. 2016. Intestinal Health, The Key to Productivity (The Case of
Organic Acid). XXVII Convencion ANECA – WPDC. Puerto Vallarta. Jal.Mexico
Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Penterjemah: Ermita I, Ibrahim I. Singapura: Elsevie
Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Penterjemah: Ermita I, Ibrahim I. Singapura: Elsevie
Handoyo, S. 2001. Stres Pada Masyarakat Surabaya. Jurnal Insan Media
Psikologi Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Vol. 3, No.12, Hal
61-74
Hidayat, A, 2015, Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis
Data, Jakarta:Salemba Medika.
Imadudin, M. I. (2017). prevalensi insomnia pada mahasiswa fkik uin
angkatan 2016 pada tahun 2017
Imadudin, M. I. (2017). prevalensi insomnia pada mahasiswa fkik uin
angkatan 2016 pada tahun 2017
Iswari dan Wahyuni. (2013). Melatonin dan melatonin receptor agonist
sebagai penanganan insomnia primer kronis. E-jurnal medika udayana 2 (4):1- 14.
Melalui http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/511
Iswari dan Wahyuni. (2013). Melatonin dan melatonin receptor agonist
sebagai penanganan insomnia primer kronis. E-jurnal medika udayana 2 (4):1- 14.
Melalui http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/511
Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb, JA., 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis. Tangerang : Bina Rupa Aksara
pp.1-8.
Lendengtariang, C., Wungouw, H., & Hamel, R.S. (2018). Pengaruh terapi
rendam air hangat kaki terhadap insomnia pada lansia di Kelurahan Angges
Kecamatan Tahuna Barat. e-journal Keperawatan (e-Kp), 6(2), 1-8.
Lumbantobing S. Kecerdasan pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2015

104
Mangoenprasodjo, S, 2016, Osteoporosis dan Bahaya Tulang Rapuh,
Jakarta: Thinkfresh
Nurmiati Amir, “Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Diagnosis dan
Penatalaksanaan”, Cermin duniakedokteran No. 157, 2018, hal. 204
Nursalam, 2017, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis. (P. P. Lestari, Ed.) (4th ed.), Jakarta: Salemba Medika
Nursalam, 2017, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis, (P. P. Lestari, Ed.) (4th ed.), Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2017.Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Praktis.Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam., 2016, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta:
Selemba Medika.
Potter & Perry. 2015. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika
Potter PA & Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4, Jakarta: EGC
Potter PA & Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4, Jakarta: EGC
Potter PA & Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4, Jakarta: EGC
Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata
Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2015
Purnawan, Iwan, Saryono ( 2014 ). Mengelola Pasien Dengan Ventilator
Mekanik. Jakarta : Rekatama
Ratnawati, Emmelia. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta :
Penerbit Pustaka Baru Press.
Ratnawati, Emmelia. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta :
Penerbit Pustaka Baru Press.
Setiawan, Gilbert W., Wungouw, Herlina I. S., & Pangemanan, Damajanty
H. C, 2016, Pengaruh Senam Bugar Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Kualitas Hidup
Penderita Hipertensi. Jurnal e-Biomedik (eBM),1(2),760-764,Juli 2016
Stanley, M. Patricia, G.B,2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2.
Jakarta: EGC
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, 2015,Metode Penelitian Kombinasi (Mix Method), Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Afabeta
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Afabeta

105
Sulistyarini, T., & Santosa, D. (2016). Gambaran Karakteristik Lansia
Dengan Gangguan Tidur (Insomnia) Di RW 1 Kelurahan Bangsal Kota Kediri.
Jurnal Penelitian Keperawatan Vol.2, 150-155
Susan G, Salvo, 2016. Massage Therapy Priciples and Practise. W.B.
Saunders Company : Philadelphia
Sutrisno, Hadi, 2012, Metodologi Research, Jilid III , Yogyakarta: Andi.
Sutrisno, Hadi, 2012, Metodologi Research, Jilid III , Yogyakarta: Andi.
Tjipto Soeroso, (2016) Ilmu Lutut Olahraga . Jakarta: Binarupa Aksara

106
Lampiran 1

LEMBAR INFORMASI

1. Saya Hikmatus Sakdiyah adalah mahasiswa prodi S1 Keperawatan Fakultas


Kesehatan Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo dengan ini meminta
Ibu bapak untuk berpartisipasi dengan suka rela dalam penelitian yang
berjudul Pengaruh Masase Kaki Terhadap Penurunan Insomnia pada Lansia
usia 60-70 tahun di Panti Jompo Muhammadiyah Kota Probolinggo.
2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh adanya Pengaruh
Masase Kaki Terhadap Penurunan Insomnia pada Lansia usia 60-70 tahun di
Panti Jompo Muhammadiyah Kota Probolinggo.
3. Manfaat yang akan Saudara dapatkan jika berpartisipasi dalam penelitian ini
adalah Saudara sebagai bahan informasi pengetahuan dan memberi manfaat
tentang pengertian Masase kaki penyebab Insomnia , Tanda Gejala Insomnia
dan Pencegahan Insomnia
4. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa pertemuan.
5. Penelitian ini tidak akan membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan
saudara.
6. Saudara berhak menentukan pilihan bersedia atau tidak bersedia untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa ada paksaan dari siapapun.
7. Apabila telah bersedia, selama proses penelitian Saudara juga berhak untuk
mengundurkan diri tanpa dikenakan sanksi apapun.
8. Nama dan jati diri Saudara akan tetap dirahasiakan oleh peneliti.

Peneliti

Hikmatus Sakdiyah

107
Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Probolinggo,

Kepada Yth,

Calon Responden Penelitian

Di Panti jompo Muhammadiyah, Kota Probolinggo

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan hormat saya,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Fakultas


Kesehatan Prodi S1 Keperawatan Universitas Nurul Jadid Probolinggo

Nama : Hikmatus Sakdiyah

NIM : 1570117105

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Masase Kaki Terhadap


Penurunan Insomnia pada Lansia Usia 60-70 tahun di Panti Jompo Muhammadiyah
Kota Probolinggo”.

Untuk keperluan penelitian ini saya mohon kesediaan Ibu bapak untuk
menjadi responden penelitian ini, saya menjamin kerahasiaan pendapat dan
identitas untuk menjadi responden pada penelitian ini. Saya mohon kesediaannnya
untuk menandatangi lembar persetujuan yang telah disediakan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Probolinggo,

Hikmatus Sakdiyah

1570117105

108
Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama (inisial) :

Alamat :

Usia :

Jenis Kelamin :

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta mengetahui maksud dan


tujuan penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Masase Kaki Trehadap Penurunan
Insomnia pada Lansia usia 60-70 tahun di Panti Jompo Muhammadiyah Kota
Probolinggo.”Menyatakan (Setuju/tidak setuju)* untuk ikut berpartisipasi sebagai
responden.Saya percaya apa yang saya informasikan ini dijamin kerahasiaannya.

Probolinggo,

Responden

*coret yang tidak perlu

109
Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI

PENGARUH MASASE KAKI TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA


PADA LANSIA USIA 60-70 TAHUN DI PANTI JOMPO
MUHAMMADIYAH KOTA PROBOLINGGO

Kode Responden :

Tanggal Pengambilan Data :

A. Identitas Responden

1. Nama (inisial) :
2. Umur :
3. Alamat :

4. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

ANGKET NILAI INSOMNIA INSOMNIA INSOMNIA


RINGAN SEDANG BERAT
20-27 28-36 37-44
Pre Test

Post Test

Lembar Tindakan Observasi

NO HARI/TANGGAL TINDAKAN RESPON

110
111
Lampiran 5

Dokumentasi

112
113
Lampiran 6

KUESIONER PENGETAHUAN

PENGARUH MASASE KAKI TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA


PADA LANSIA USIA 60-70 TAHUN DI PANTI JOMPO
MUHAMMADIYAH KOTA PROBOLINGGO

Kode Responden :

Tanggal Pengambilan Data :

B. Identitas Responden

5. Nama (inisial) :
6. Umur :
7. Alamat :

8. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

N PERNYATAAN TIDAK KADANG- SERIN SELAL SKOR


O PERNAH KADANG G U
1 2
3 4
1 Kesulitan untuk
memulai tidur
2 Tiba-tiba terbangun
pada malam hari
3 Bisa terbangun lebih
awal pada malam hari
4 Merasa mengantuk di
siang hari
5 Sakit kepala pada
siang hari
6 Merasa Kurang puas
dengan tidur anda

114
7 Mersa kurang nyaman
gelisah saat tidur
8 Mendapat mimpi
buruk
9 Badan tersa leas letih
saat bangun tidur
10 Jadwal tidur sampai
banmgun waktu nya
tidak beraturan
11 Tidur selama 6 jam
dalam semalam

Setiap Pernyataan item di kategorikan sebagai berikut :

11-19 tidak ada keluhan insomnia

20-27 insomnia ringan

28-36 insomnia sedang

37-44 insomnia berat

115

Anda mungkin juga menyukai