Anda di halaman 1dari 185

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP

INTENSITAS NYERI PADA IBU POST PARTUM SECTIO CAESAREA DI

RSUD dr MOH SALEH PROBOLINGGO

SKRIPSI

Oleh :
AHMAD SAIRUL MARDLIYAINI
NIM. 1570117098

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS NURUL JADID

PAITON PROBOLINGGO

2021
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP

INTENSITAS NYERI PADA IBU POST PARTUM SECTIO CAESAREA DI

RSUD dr MOH SALEH PROBOLINGGO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :
AHMAD SAIRUL MARDLIYAINI
NIM. 1570117098

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS NURUL JADID

PAITON PROBOLINGGO

2021

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya peneliti
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Ibu Post Partum Sectio Caesarea Di Rsud dr Moh
Saleh Probolinggo Tahun 2021” penelitian ini dilakukan sebagai salah satu persyatan
menyelesaikan pendidikan program studi Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya karya tulis ilmiah ini


berkat bimbimngan, bantuan dan kerjasama serta dorongan berbagai pihak sehingga
dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini dengan segala hormat peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ns. Handono F.R.,M.Kep.SP.Kep.,MB selaku Dekan Fakultas Kesehatan


Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo
2. Ns. Kholisotin, M.Kep selaku Ketua Program Sutudi Keperawatan Fakultas
Kesehatan Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo
3. Ns. Handono F.R.,M.Kep.SP.Kep.,M.B selaku Dosen Pembimbing Utama yang
selalu membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ns. S. Tauriana,M.Kep selaku Dosen Pembimbing pendamping/Anggota yang
selalu memberikan bimbingan dan arahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.
5. Ayah, ibu, kakak, dan adik, yang selalu memberikan do’a, dukungan dan kasih
sayang.
6. Teman – teman seperjuangan yang telah memberikan masukan dan saran dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

IV
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi selanjutnya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Probolinggo, 02 Oktober 2021

Peneliti

Achmad Sairul Mardliyaini

V
MOTTO

“MENCOBA TERUS

HINGGA PANTAS

BERSANDING

DENGANNYA, TERUS

BEKERJA DENGAN

LAKUKAN YANG

TERBAIK”

VI
PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, maka dengan

selesainya skripsi ini saya persembahkan untuk yang teramat berjasa:

1. Bapak dan ibu yang telah memberi dukungan dan doa yang tiada batas dan

tiada henti.

2. Terimakasih yang tak terhingga untuk dosen – dosen ku, terutama

pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan dan arahan

3. Terimakasihku juga aku persembahkan kepada para sahabatku yang

senantiasa menjadi penyemangat menemani disaat susah dan senang.

“Sahabat merupakan salah satu sumber kebahagiaan dikala kita merasa

tidak bahagia”.

4. Teruntuk teman – teman angkatanku yang selalu membantu, berbagi

keceriaan dan melewati setiap suka dan duka selama kuliah, terimakasih

banyak.

VII
ABSTRAK

Sairul, Achmad. 2021. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap


Intensitas Nyeri Pada Ibu Post Partum Sectio Caessarea Di RSUD dr Moh
Saleh Di Kecamatan Sukabumi Kabupaten Probolinggo, Skripsi. Program
Studi S1 Keperawatan Fakultas Kesehatan Nurul Jadid Paiton Probolinggo.
Pembimbing I : Ns. Handono, F. R M.Kep.,Sp.,KMB, Pembimbing II : Ns. S.
Tauriana, M.Kep. Penguji I : Ns. Zainal Munir, M.Kep, Penguji II : Ns.
Handono, F. R M.Kep.,Sp.,KMB, Penguji III :Ns. S. Tauriana, M.Kep.

Salah satu syarat mutlak untuk dapat mencapai pengaruh terapi dan
meningkatkan kualitas hidup pasien adalah kepatuhan, ketidakpatuhan menyebabkan
kegagalan terapi dan dapat menimbulkan komplikasi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap intensitas nyeri
pada ibu post partum sectio caesarea. Metode penelitian ini jenis kuantitatif yaitu pra
experimen design dengan bentuk desain one shot case study design dengan 15 sampel
responden dengan intervensi terapi relaksasi otot progresif. Metode pengunpulan data
menggunakan Time Series. Penelitian eksperimen dengan uji Wilcoxon Signed Rank
Test. Didapatkan pada sampel ibu post partum sectio caesarea di hari ke 1 P-Value =
0,013 < 0,05 dan pada hari ke 2 P-Value = 0,000 < 0,05. Kesimpulan : terdapatnya
pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan intensitas nyeri
pada ibu post partum sectio caesarea. Diharapkan intervensi ini dapat digunakan
bagi petugas kesehatan untuk menggunakan metode terapi relaksasi otot progresif
apabila terdapat klien yang masih mengeluhkan nyeri di saat setelah diberikannya
terapi obat sehingga tidak terjadinya overdosis obat.

Kata kunci : relaksasi otot progresif, nyeri, post partum sectio caessarea

VIII
ABSTRACT

Sairul, Ahmad. 2021. Effect of Progressive Muscle Relaxation Therapy on Pain


Intensity in Post Partum Sectio Caesarea Mothers at dr Moh Saleh
Hospital in Sukabumi District, Probolinggo Regency, Thesis. Nursing S1
Study Program, Faculty of Health, Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Advisor I :
Ns. Handono, F. R M.Kep., Sp., KMB, Advisor II : Ns. S. Tauriana, M.Kep.
Examiner I : Ns. Zainal Munir, M.Kep, Examiner II : Ns. Handono, F R
M.Kep., Sp., KMB, Examiner III : Ns. S. Tauriana, M.Kep.

One of the absolute requirements to be able to achieve the effect of therapy and
improve the patient's quality of life is compliance, non-compliance causes therapy
failure and can lead to complications. The purpose of this study was to determine the
effect of progressive muscle relaxation therapy on pain intensity in post partum sectio
caesarea. This research method is quantitative, namely pre-experimental design in the
form of a one shot case study design with 15 samples of respondents with progressive
muscle relaxation therapy intervention. Data collection method using Time Series.
Experimental research with the Wilcoxon Signed Rank Test. It was found in the
sample of post partum sectio caesarea on day 1 P-Value = 0.013 <0.05 and on day 2
P-Value = 0.000 <0.05. Conclusion: there is an effect of progressive muscle
relaxation therapy on reducing pain intensity in post partum sectio caesarea. It is
hoped that this intervention can be used for health workers to use the method of
progressive muscle relaxation therapy if there are clients who still complain of pain
after drug therapy is given so that there is no drug overdose.

Keywords: progressive muscle relaxation, pain, post partum sectio caesarea

IX
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM …………………………………..……….. I

HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………….... II

HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN …………………………...... III

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. IV

MOTTO ……………………………………………………………………… VI

PERSEMBAHAN ……………………………………………………………. VII

ABSTRAK ……………………………………………………………………. VIII

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..... X

DAFTAR TABEL …………………………………………………………..... XVI

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….... XVIII

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..... XX

DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………................ XXII

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………… 10

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum ………………………………………………… 10

2. Tujuan Khusus ………………………………………………… 10

X
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis ………………………………………………. 10

2. Manfaat praktis ………………………………………………... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Persalinan

a. Definisi Persalinan …………………………………………. 12

b. Tanda – Tanda Permulaan Persalinan …………………….... 13

c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan ………….. 14

d. Istilah Dalam Persalinan…………………………………… 20

e. Tahap Persalinan …………………………………………… 21

2. Konsep Sectio Caessaria

a. Pengertian …………………………………………………... 24

b. Etiologi ……………………………………………………... 25

c. Patofisiologi ………………………………………………... 26

d. Klasifikasi Sectio Caessaria ………………………………... 27

e. Komplikasi …………………………………………………. 29

f. Pemeriksaan penunjang ……………………………………. 31

g. Perawatan Post Op Caessaria ……………………………… 31

3. Konsep Nyeri Sectio Caessaria

a. Nyeri persalinan ……………………………………………. 32

XI
b. Fisiologi Nyeri Persalinan ………………………………….. 34

c. Mekanisme Nyeri Persalinan ……………………………….. 36

d. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan …………... 37

e. Macam – Macam Pengukuran Intensitas Skala Nyeri ……... 40

f. Penanganan Nyeri …………………………………………. 42

4. Konsep Dasar Relaksasi Otot Progresif

a. Pengertian ………………………………………………….. 47

b. Manfaat Relaksasi Relaksasi Otot Progresif…… ………….. 48

c. Fisiologi Kontraksi Dan Relaksasi ……………………….... 49

d. Prosedur Relaksasi ……………………………………….... 54

e. Prosedur Gerakan Relaksasi Otot Progresif…… ………….. 56

B. Kerangka Teori …………………………………………………….. 66

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual ……………………………………………… 67

B. Hipotesis …………………………………………………………… 68

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian …………………………………………………. 69

B. Populasi, Sampel Dan Sampling

1. Populasi ………………………………………………………… 70

2. Sampel ………………………………………………………...... 70

XII
3. Sampling ………………………………………………………... 71

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen …………………………………………… 72

2. Variabel Dependen ……………………………………………... 72

3. Variabel Control / Perancu .....………………………………….. 72

D. Defiisi Operasional …………………………………………………. 73

E. Tempat Penelitian …………………………………………………... 75

F. Waktu penelitian ……………………………………………………. 75

G. Instrument Penelitian …………………………………………........... 76

H. Prosedur Pengupulan Data

1. Tahap pengumpulan Data ………………………… …………… 76

2. Alat pengumpulan data …………………………………………. 78

3. Petugas Yang Terlibat Dalam Pengumpulan Data ……………… 78

4. Waktu Pelaksanaan Pengumpulan Data ………………………… 79

I. Pengolahan Data

1. Editing ……….. ………………………………………………… 79

2. Memasukkan data entry atau processing ……………………….. 79

3. Pembersihan data atau cleaning …………………………………. 80

J. Analisa Data

1. Analisa univariat ………………………………………………… 80

2. Uji normalitas …………………………………………………… 80

3. Analisa Bivariat …………………………………………………. 81

XIII
K. Etika Penelitian

1. Lembar Persetujuan …………………………………………….. 82

2. Tanpa Nama (Aninimity) ………………………………………. 82

3. Kerahasiaan (Confidentiality) ………………………………….. 83

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran dan lokasi penelitian …………………………………… 84

B. Data umum …………………………………………………………. 85

1. Karakteristik responden berdasarkan usia ……….……………... 85

2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan, pekerjaan

dan cara pembayaran …………………………………………… 85

C. Data Khusus ………………………………………………………... 87

1. Analisis Univariat ……………………………………………… 87

a. Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap nyeri post

partum sectio caesarea pada hari ke 1.………………...……. 87

b. Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap nyeri post

partum sectio caesarea pada hari ke 2 ………………..……. 88

2. Analisis Bivariat ……………………………………………….. 89

a. Hasil uji explore dan wilcoxon Pengaruh terapi relaksasi otot

progresif pada hari ke 1 ……………………………….…… 89

b. Hasil uji explore dan wilcoxon Pengaruh terapi relaksasi otot

progresif pada hari ke 2 ……………………………………. 90

XIV
c. Hasil uji explore dan wilcoxon nyeri pada ibu post partum

Sebelum terapi relaksasi otot progresif hari ke 1 dan ke 2 …. 91

d. Hasil uji explore dan wilcoxon nyeri pada ibu post partum

Sesudah terapi relaksasi otot progresif hari ke 1 dan ke 2 …. 92

D. Pembahasan ………………………………………………………… 94

1. Hasil intensitas nyeri sebelum diberikan terapi relaksasi otot

progresif ……………………………………….……………….. 94

2. Hasil intensitas nyeri sesudah diberikan terapi relaksasi otot

progresif …….………….………………………………………. 101

3. Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap nyeri post partum

Sectio caesarea pada hari ke 1 dan ke 2 ..………………………. 108

E. Implikasi keperawatan ……………………………………………… 116

F. Keterbatasan penelitian …………………………………………….. 117

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan…………………………………………………………. 118

B. Saran ……………………………………………………………….. 120

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

XV
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Desain Penelitian ………………………………………………….. 69

Tabel 4.2 Definisi operasional pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap

intensitas nyeri pada ibu post partum sectio caesarea ….................. 74

Tabel 4.3 Jadwal waktu penelitian ……………………………………………. 75

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia……………… 85

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan,

Pekerjaan dan cara pembayaran ……………………………....…….. 86

Tabel 5.3 Hasil penelitian berdasarkan skala nyeri post sectio caessarea pre dan

post pada hari ke 1 ……………….…………………………………. 87

Tabel 5.4 Hasil penelitian berdasarkan skala nyeri post sectio caessarea pre dan

post pada hari ke 2…………..………………………………………. 88

Tabel 5.5 Uji Explore dan Uji Wilcoxon Pengaruh terapi relaksasi otot progresif

pada hari ke 1 ……………………….……………………………… 89

Tabel 5.6 Uji Explore dan Uji Wilcoxon Pengaruh terapi relaksasi otot progresif

pada hari ke 2.………………………..……………………………. 90

XVI
Tabel 5.7 Uji Explore dan Uji Wilcoxon Nyeri Pada Ibu Post Partum Sebelum

Terapi Relaksasi Otot Progresif pada hari ke 1 dan ke 2……………. 91

Tabel 5.8 Uji Explore dan Uji Wilcoxon Nyeri Pada Ibu Post Partum Sesudah

Terapi Relaksasi Otot Progresif pada hari ke 1 dan ke 2……………. 92

XVII
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 gambar skala pengukur nyeri NRS ……………………………… 33

Gambar 2.2 gambar skala pengukur nyeri NRS II ……………………………. 41

Gambar 2.3 gambar skala pengukur nyeri face ratting scale …………………. 41

Gambar 2.4 gerakan menggenggam tangan ……………………………..…… 57

Gambar 2.5 gerakan jari menghadap ke langit …………………………….…. 58

Gambar 2.6 gerakan membawa kedua kepalan kepundak ………………….… 58

Gambar 2.7 gerakan melatih otot bahu ………………..…….………………... 59

Gambar 2.8 gerakan mengerutkan dahi dan alis ………..…….………………. 59

Gambar 2.9 gerakan menutup mata keras – keras …………….……………… 60

Gambar 2.10 gerakan mengigit gigi …………………………….…………….. 60

Gambar 2.11 gerakan memoncongkan bibir sekuat kuatnya …………...…….. 60

Gambar 2.12 gerakan menekan kepala pada permukaan bantalan …………… 61

Gambar 2.13 gerakan membenamkan dagu ke dada …………………………. 62

Gambar 2.14 gerakan membusungkan dada …………………………………. 62

Gambar 2.15 gerakan menarik nafas panjang ………………………………… 63

XVIII
Gambar 2.16 gerakan menarik kuat perut kedalam ………………………..… 63

Gambar 2.17 gerakan meluruskan kedua telapak kaki ……………………..… 64

Gambar 2.18 gerakan mengunci / menegangkan lutut …………………….…. 65

Gambar 2.19 gambar kerangka teori pengaruh terapi relaksasi otot progresif

terhadap intensitas nyeri pada ibu post partum sectio caesarea… 66

Gambar 3.1 gambar kerangka konseptual pengaruh terapi relaksasi otot progresif

terhadap intensitas nyeri pada ibu post partum sectio caesarea.… 67

XIX
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan penelitian

Lampiran 2 Inform consent

Lampiran 3 Kuesioner pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap

intensitas nyeri pada ibu post partum Sectio Caessarea

Lampiran 4 Lembar pernyataan

Lampiran 5 Lampiran leafleat relaksasi Otot Progresif

Lampiran 6 Lampiran SOP Relaksasi Otot Progresif

Lampiran 7 Lembar Tabulasi

Lampiran 8 Lembar Pengajuan Judul

Lampiran 9 Lampiran Konsultasi

Lampiran 10 Tabel Frequency SPSS

Lampiran 11 Hasil uji Wilcoxon sign rank task

Lampiran12 Hasil Uji Normalitas

Lampiran 13 Hasil Uji Explore

Lampiran 14 Pendataan observasi total

XX
Lampiran 15 Dokumentasi

XXI
DAFTAR SINGKATAN

PMR : Progressive Muscle Relaxation

ROP : Relaksasi Otot Progressif

SC : Sectio Caesarea

Depkes : Departemen Kesehatan

Kemenkes RI : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

WHO : World Health Organization

S1 : Strata 1

Dinkes : Dinas Kesehatan

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

XXII
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komplikasi masa kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah

kesehatan yang penting, jika tidak ditanggulangi bisa menyebabkan kematian

ibu yang tinggi. Tragedi yang mencemaskan dalam proses reproduksi salah

satunya kematian yang terjadi pada ibu.1 Berdasarkan survey pada tahun 2013

AKI didunia sebesar 210 kematian per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di

negara berkembang 14 kali lebih tinggi bila dibandingkan negara maju, yaitu

230 per 100.000 kelahiran. AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia

tergolong tinggi jika dibandingkan dengan Negaranegara ASEAN lainnya.

AKI pada tahun 2013 di Indonesia 190/100.000 kelahiran hidup, Malaysia

29/100.000 kelahiran hidup, Vietnam 49/100.000 kelahiran hidup, Singapore

6/100.000 kelahiran hidup, Fhilipina 120/100.000 kelahiran hidup, Thailand

26/100.000 kelahiran hidup. 2 AKI di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak

4.999 kasus, pada tahun 2016 menjadi 4912 dan di tahun 2017 (semester I)

sebanyak 1712 kasus. 3 Angka kejadian Sectio Caesarea di Provinsi Jawa

Timur pada tahun 2011 berjumlah 3.401 operasi dari 170.000 persalinan atau

sekitar 20% dari seluruh persalinan (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2012).

1
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
2
WHO, 2014. Jumlah AKI di dunia
3
Departemen Kesehatan. (2017, 08 16). Inilah Capaian Kinerja Kemenkes RI Tahun 2015- 2017

1
2

Sectio caesaria merupakan salah satu cara yang digunakan dibidang

kesehatan untuk membantu persalinan ketika ada masalah tak terduga terjadi

selama persalinan, seperti faktor dari ibu yaitu panggul yang sempit, faktor

dari janin yang letaknya lintang, tidak cukup ruang bagi janin untuk melalui

vagina dan kelainan pada janin seperti berat badan janin melebihi 4000

gram.4 Sectio caesaria juga mempunyai dampak negatif diantaranya adanya

rasa nyeri, kelemahan, gangguan integritas kulit, nutrisi kurang dari

kebutuhan, resiko infeksi dan sulit tidur, tetapi dampak yang paling sering

muncul dirasakan oleh klien post sectio caesaria adalah rasa nyeri akibat efek

pembedahan.5

Persalinan sectio caesarea terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di

Negara-negara yang berpenghasilan tinggi dan menengah, serta telah menjadi

masalah kesehatan yang utama di masyarakat. 6 Menurut World Health

Organization (WHO, 2014) Negara-negara yang berkembang yang memiliki

angka persalinan seksio sesarea diantaranya adalah Amerika Latin (40,5%),

Australia (32%), Europe (25%), Afrika (25%) dan Asia (19,2%) (Putinah,

dkk, 2017). Sedangkan pada tahun (WHO, 2015) selama hampir 30 tahun

tingkat persalinan dengan sectio caesarea menjadi 10% sampai 15% dari

proses persalinan yang ada di Negara-negara berkembang.

4
National Institutes of Health (2012). What is thrombocytopenia?
https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/thcp. Diakses Oktober
2017.
5
Solehati, T., & Kosasih, C. E. (2015).Relaksasi dalam Keperawatan Maternitas. Bandung:
Refika Aditama.
6
Sihombing, N. et al. (2017) ‘DETERMINAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI
INDONESIA
3

Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar.

menunjukkan prevalensi tindakan sesar pada persalinan adalah 17,6

persen , tertinggi di wilayah DKI Jakarta (31,3%) dan terendah di Papua

(6,7%). Tingkat persalinan sectio caesarea di Indonesia sudah melewati batas

maksimal standar 5-15%, tingkat persalinan sectio caesarea di Indonesia

sebesar 15,3% sampel dari 20.591 ibu yang melahirkan dalam waktu 5 tahun

terakhir yang di survey dari 33 provinsi. Dari meningkatnya tingkat

persalinan sectio caesarea terdapat adanya faktor- faktor risiko ibu pada saat

melahirkan atau pada saat operasi caesarea sadalah ketuban pecah dini

13,4%, preeklamsia 5,49%, pendarahan 5,14%, kelainan letak janin 4,40%,

jalan lahir tertutup 4,25%, dan ruptur 2,3%.7

Berdasarkan data dari dinas kesehatan probolinggo pada bulan februari

2021. didapatkan hasil angka jumlah ibu persalinan yang melakukan operasi

SC (sectio caesaria) di kota probolinggo berjumlah 1238 kasus pada tahun

2019, dan berjumlah 1243 kasus pada tahun 2020. Jumlah tersebut

merupakan jumlah total kasus section caesaria yang terdepat di kota

probolinggo.

Tindakan sectio casearea merupakan salah satu alternatif bagi sesorang

wanita dalam memilih proses persalinan di samping itu adanya indkasi medis

dan non medis, tindakan sectio caesarea akan memutuskan kontinuitas atau

persambungan jaringan karena insisi yang akan mengeluarkan reseptor nyeri

7
( ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2013 ) The Determinants of Sectio Caesarea Labor
in Indonesia ( Further Analysis of Riskesdas 2013 ) PENDAHULUAN Setiap perempuan
menginginkan persalinannya berjalan lanca’, 8(1), pp. 63–75. doi: 10.22435/kespro.v8i1.6641.63-
75.
4

sehingga pasien akan merasakan dampak dari nyeri terutama setelah efek

anastesi habis.8

Dampak nyeri post SC pada ibu jika tidak ditangani yaitu mobilisasi

terbatas, bonding attachment (ikatan kasih sayang) terganggu/tidak terpenuhi,

Activity of Daily Living (ADL) terganggu, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) tidak

dapat terpenuhi karena adanya peningkatan intensitas nyeri apabila ibu

bergerak jadi respon ibu terhadap bayi kurang, sehingga ASI sebagai

makanan terbaik bagi bayi dan mempunyai banyak manfaat bagi bayi maupun

ibunya tidak dapat diberikan secara optimal.9 Nyeri adalah suatu pengalaman

sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan

jaringan yang bersifat subjektif.10 75% dari 5 pasien bedah mengalami nyeri

sedang sampai berat setelah operasi. Durasi nyeri dapat bertahan selama 24

sampai 48 jam, tapi bisa bertahan lebih lama tergantung pada bagaimana

klien dapat menahan dan menanggapi sakit.11

Solusi mengendalikan nyeri dapat dilakukan secara farmakologi dan non

farmakologi. Teknik farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk

menghilangkan nyeri terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang

berlangsung selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari. 12 Metode non

8
Lovina SM Machado (2012) ‘Cesarean Section in Morbidly Obese Parturients: Practical
Implications and Complications’, North American Journal Of Medical Science, 4(1), pp. 13–18.
Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3289484/.
9
Afifah. (2009). Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif di
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Tesis Medan. Universitas Sumatra Utara
10
Mutaqqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
11
Solehati, & Rustina. (2013, October). The Effect of Benson Relaxation on Reduction of Pain
Level Among Post Caesarean Section Mother at Cibabat Hospital, Indonesia. GSTF International
Journal of Nursing and Health Care (JNHC), 1.
12
Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC. Hal : 45-47.
5

farmakologi bukan merupakan pengganti untuk obat-obatan, tindakan

tersebut diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung

hanya beberapa detik atau menit. Saat terjadi nyeri hebat mengkombinasikan

metode non farmakologi dengan obat-obatan merupakan cara yang paling

efektif untuk mengontrol nyeri. Pengendalian nyeri non-farmakologi menjadi

lebih murah, simpel, efektif dan tanpa efek yang merugikan.13

Salah satu teknik non farmakologi adalah teknik relaksasi otot progresif

adalah tehnik merelaksasikan otot dalam pada bagian tertentu atau seluruhnya

melalui tehnik program terapi ketagangan otot, tehnik relaksasi otot dalam

merupakan merupakan teknik relaksasi yang tidak membutuhkan imajinasi

atau sugesti. Adapun tujuan dari relaksasi otot progresif adalah membantu

pasien menurunkan nyeri tanpa farmakologi, memberikan dan meningkatkan

pengalaman subjektif bahwa ketegangan fisiologis bisa direlaksasikan

sehingga relaksasi akan menjadi kebiasaan berespon pada keadan-keadaan

tertentu ketika otot ketegangan, menurunkan stress pada individu, relaksasi

dalam dapat mencegah manifestasi psikologis maupun fisiologis yang

diakibatkan stress.14

Secara farmakologi ada terapi obat farmasi post caesarea yaitu obat yang

digunakan untuk kesembuhan pasien pasca bedah caesarea. Wanita yang

melakukan sectio caesarea akan merasakan nyeri dan terancam mengalami

infeksi. Salah satu tanda-tanda infeksi adalah jika pasien post caesarea

13
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental of Nursing. Singapore
14
Rahmawati, P. M., Widjajanto, E. and Astari, A. M. (2017) ‘the Influence of Progressive Muscle
Relaxation on Anxiety Level of Pre-Caesarean Section Mothers in Delivery Room’, NurseLine
Journal, 2(2), p. 117. doi: 10.19184/nlj.v2i2.5929.
6

mengalami demam, lanjutkan antibiotik sampai wanita bebas demam selama

48 jam. Pengobatan awal infeksi serius pada organ pelvis ( rahim, saluran

tuba, ovarium) atau saluran kemih bagian atas, berikan kombinasi

antibiotik(menurut WHO, 2003): Ampisilin 2 g IV setiap enam jam dan

Gentamicin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam.

Patofisiologi berkurangnya nyeri dari terapi relaksasi otot progresif :

dengan menjalani terapi relaksasi otot progresif nyeri pasca operasi akan

teralihkan dengan gerakan – gerakan dan pengaturan nafas saat menjalani

terapi relaksasi otot progresif dan dengan terapi relaksasi otot progresif ini

mengontrol tingkat strees dan emosi agar bisa lebih relaks dan dengan

menarik nafas dalam dan menahan inspirasi dan menghebuskan nafas secara

perlahan. Relaksasi otot progresif dilakukan dengan cara menegangkan

kelompok otot tertentu kemudian melepaskan ketegangan tersebut. Dalam hal

ini, orang yang melakukan latihan relaksasi otot memang diminta untuk

berkonsentrasi membedakan sensasi rasa nyaman yang timbul ketika


15
ketegangan dilepaskan. Menurut , menjelaskan bahwa menegangkan otot

harus dilakukan dengan menahan nafas; sehingga keadaan rileks terjadi ketika

ia melepaskan ketegangan dan melakukan pemafasan dalam yang teratur.

Rsud dr Moh saleh yang bertempat di jl panjaitan no 65 kota probolinggo

Berawal dari balai pengobatan yang berfungsi memberikan pelayanan

pengobatan pada masyarakat yang didirikan oleh pemerintah Belanda pada

masa penjajahan. Rumah sakit ini pada awal perkembangan beroperasi tanpa

15
Alimansur, M & Anwar, MC. 2013. Efek Relaksasi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 2 No. 1 ISSN : 2303-1433.
7

nama. Dokter pertama yang bekerja di Rumah Sakit tersebut adalah Dr.

Sardadi dan Dr. Pfyter (dari Swiss) Pada awal masa kemerdekaan Rumah

Sakit di bawah pimpinan Dokter Raden Mohamad Saleh Pada tahun 1960-an

berubah nama menjadi Rumah Sakit — Kotja Probolinggo., sejak tahun 2009

RSUD dr Moh Saleh telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit kelas B non

pendidikan berdasar surat Keputusan dari Menteri Kesehatan RI 2009, dan

saat ini menempati lahan seluas 11.752.142 m2.

Berdasarkan hasil penelitian16, dari skala intensitas nyeri sebelum terapi

relaksasi progresif didapatkan hasil mean 5.20 Dengan standar deviasi 0.834.

Sedangkan skala intensitas nyeri sesudah terapi relaksasi progresif didapatkan

hasil mean 3.60 dengan standar devisiasi, maka dapat disimpulkan ada

pengaruh rata-rata intensitas nyeri yang bermakna pada pasien post op SC

(Section Caesaria) yang sudah dilakukan tindakan teknik relaksasi progresif.

Dari hasil penelitian tersebut merekomendasikan bahwa tehnik relaksasi otot

progresif dapat dijadikan tindakan mandiri keperawatan non-farmakologi

yang dilakukan perawat untuk menurunkan nyeri post operasi sectio

caesarea.

17
Berdasarkan hasil penelitian . Penelitian ini menggunakan Quasi

eksperimental design, dari hasil perbandingan sebelum dan sesudah relaksasi

16
, Yowanda and Sunarsih .(2017). skala intensitas nyeri sebelum terapi relaksasi progresif. Jurnal
Ilmu Kesehatan
17
Fitria and Ambarwati .(2017). tentang Efektifitas Tehnik Relaksasi Progresif Terhadap
Intensitas Nyeri Pasca Operasi Laparatomi di Ruang Mawar II RSUD Dr. Moewardi. Jurnal Ilmu
Kesehatan
8

dinyatakan signifikan. Dengan adanya relaksasi terjadi penurunan skala nyeri

rata-rata sebesar 2 skala nyeri.

18
Berdasarkan hasil penelitian . Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan kepada 34 responden selama 6 kali pertemuan selama 2 minggu

yang dilakukan oleh peneliti terdapat kesimpulan yaitu: skala nyeri sebelum

dilakukan teknik PMR pada kelompok control berada pada tingkat nyeri

sedang sebanyak 7 responden , sedangkan pada kelompok kontrol berada

pada tingkat sedang sebanyak 14 orang. Skala nyeri sesudah dilakukan teknik

PMR pada kelompok control berada pada tingkat nyeri sedang sebanyak 10

orang dan pada kelompok intervensi pada tingkat sedang sebanyak 11 orang.

Hasl penelitian terdapat pengaruh Progressive Muscle Relaxation pada pasien

post sectio caesaria di RSKIA Kota Bandung. Pengaruh teknik PMR

terhadap skala nyeri dapat disimpulkan terdapat pengaruh Progressive Muscle

Relaxation pada pasien post section caesaria di RSKIA Kota Bandung


19
Berdasarkan penelitian . Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan mengenai pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan

skala nyeri punggung bagian bawah pada ibu hamil trimester III di Puskesmas

Cibeureum Kota Tasikmalaya tahun 2018, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut.1. Sebagian besar ibu hamil trimester III sebelum terapi relaksasi otot

progresif memiliki skala nyeri punggung bagian bawah dengan kategori

18
asri wiwi & maryati .(2019). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation pada pasien Post Sectio
Caesaria di RSKIA Kota Bandung. Jurnal ilmu kesehatan
19
puspa kirana dewi, siti patimah & ir khairiyah. (2018). pengaruh relaksasi otot progresif
terhadap penurunan skala nyeri punggung bagian bawah pada ibu hamil trimester III di
Puskesmas Cibeureum Kota Tasikmalaya tahun 2018. Jurnal ilmu kesehatan
9

sedang. 2. Sebagian besar ibu hamil trimester III setelah terapi relaksasi otot

progresif memiliki skala nyeri punggung bagian bawah dengan kategori

ringan. 3. Ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan skala

nyeri punggung bagian bawah pada ibu hamil trimester III.

Berdasarkan penelitian peny ariani, mastary (2020) 20 Berdasarkan hasil

penelitian tentang Efektifitas Relaksasi Progresif Terhadap Penurunan Nyeri

Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Hibrida RSU Sembiring Tahun

2020, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Tingkat nyeri

pada pasien post sectio caesarea pada kelompok sesudah diberikan relaksasi

progresif didapatkan hasil pada pretest memiliki nilai minimun 7 dan

maximun 9 dengan rata-rata (mean = 8,00), sedangkan posttest relaksasi

progresif memiliki nilai minimun 5 dan maximun 8 dengan rata-rata (mean =

6,81). Tingkat nyeri pada pasien post sectio caesarea pada kelompok kontrol

kelompok kontrol didapatkan hasil pretest memiliki nilai minimun 7,

maximun 9 dengan rata-rata (mean= 8,06), sedangkan hasil postetst memiliki

nilai minimun 6, maximun 8 dengan rata-rata (mean= 6,88). Hasil penelitian

Tidak ada efektifitas relaksasi progresif terhadap penurunan intensitas nyeri

pada pasien post sectio caesarea di ruang hibrida tahun 2020 dengan nilai (P-

value 0,839 > α 0,05).

Alasan saya melakukan penilitian ini adalah untuk mengetahui apakah

terdapat pengaruh antara terapi relaksasi otot progresif dengan intensitas nyeri

pada ibu post partum Sectio Caesarea.

20
peny ariani & mastary .(2020). Efektifitas Relaksasi Progresif Terhadap Penurunan Nyeri Pada
Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Hibrida RSU Sembiring Tahun 2020. Jurnal ilmu
kesehatan
10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan

masalah peneliti “ Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap intesitas

nyeri pada ibu post partum Sectio Caessaria (SC) di RSUD dr Moh Saleh

Probolinggo “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui efektivitas terapi relaksasi otot progresif terhadap

intensitas nyeri pada ibu post partum sectio Caessaria (SC)

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui intensitas nyeri sebelum diberikan terapi relaksasi

otot progresif pada klien post section caessarea.

b. Untuk mengetahui intensitas nyeri sesudah diberikan terapi relaksasi

otot progresif pada klien post section caessarea.

c. Untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap

nyeri pada ibu post partum sectio caessarea

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan di

bidang keperawatan untuk menjadi sumber informasi yang penting

terhadap pengetahuan dalam pengembangan terapi relaksasi otot progresif

terhadap nyeri pada ibu partum Sectio Caessarea yang dapat dipergunakan

untuk pengembangan keperawatan maternitas


11

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

pengetahuan perawat dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

dari segi penyampaian informasi tentang pengaruh terapi relaksasi otot

progresif terhadap nyeri pada ibu Partum Sectio Caesarea.

b. Bagi Ibu

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengurangi nyeri pada

ibu Post Partum Sectio Caessarea dengan terapi relaksasi otot progresif

ini dan diharapkan jika intervensi terbukti bermanfaat, intervensi ini

bisa digunakan untuk mengurangi nyeri pada ibu post partum sectio

caessarea.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan di bidang kesehatan dan sumber data yang nantinya lebih

bisa dikembangkan lagi dengan penelitian selanjutnya dan lebih

mendalam tentang pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap

intesitas nyeri pada ibu post partum sectio caessarea (SC).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Persalinan

a. Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin plasenta, selaput ketuban) dari uterus ke dunia luar

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau

dengan kekuatan sendiri.21

Menurut Departemen kesehatan RI (2008) persalinan

adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi

pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa

disertai adanya penyulit.22

Persalinan adalah proses membuka dan menutupnya

serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah

proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan

lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-

42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu

21
Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta
:Fitramaya.
22
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depkes RI Jakarta .

12
13

maupun janin.23

b. Tanda –Tanda permulaan persalinan

1) Lightening

Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa

bahwa keadanyaanya menjadi lebih enteng, ia merasa kurang

sesak, tetapi sebaliknya ia merasa bahwa berjalanan sedikit

lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri pada

anggota bawah.

2) Pollakisuria

Kepala janin sudah mulai masuk pintu atas panggul.

Keadaan ini menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga

merangsang ibu untuk sering kencing yang disebut pollakisuria

3) False labor

3 atau 4 minggu sebelum persalinan. Calon ibu

diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya

merupakan peningkatan dari kontraksi braxton hicks.

4) Perubahan serviks

Pada akhir bulan Ke-IX hasil pemeriksaan serviks

menunjukan bahwa serviks yang tadinya tertutup, panjang dan

23
Abdul Bari Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
14

kurang lunak namun menjadi : lebih lembut, beberapa

menunjukan telah terjadi pembukaan dan penipisan.

5) Energy sport

Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-

kira 24-28 jam sebelum persalinan mulai, setelah beberapa hari

sebelumnya merasa kelelahan fisik karena tuanya kehamilan

maka ibu akan mendapati satu hari sebelum persalinan dengan

energi yang penuh.

6) Gastrointestinal upsests

Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda

seperti diare, obstipasi mual dan muntah karena efek penurunan

hormon terhadap sistem pencernaan.24

c. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

1) Faktor power

Power adalah kekuatan yang mendorong janin lahir

keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam

persalinan ialah : his, kontraksi otot- otot perut, kontraksi

diafragma, dan aksi dari ligament, dengan kerjasama yang baik

dan sempurna.

24
Yanti. (2010). Buku Ajar Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
15

2) His (kontraksi uterus)

His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim

bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat- sifat :

kontraksi simetris, fundus dominan, kemudian diikuti relaksasi.

Pada saat kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga

menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih

kecil mendorong janin dan kantong amnion kerah bawah rahim

dan serviks. 25, dalam melakukan observasi pada ibu bersalin,

hal-hal yang harus diperhatikan ibu bersalin adalah :

a) Frekuensi his : jumlah his dalam waktu tertentu biasanya

permenit atau per 10 menit

b) Intensitas his : kekuatan his (adekuat atau lemah)

c) Durasi lama his : lamanya setiap his berlangsung dan

ditentukan dengan detik, misalnya 50 detik.

d) Interval his : jarak antara his satu dengan his berikutnya .

e) Misal his datang tiap 2-3 menit

f) Datangnya his : apakah sering / teratur atau tidak.

3) Tenaga mengejan

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah

25
Yanti. (2010). Buku Ajar Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
16

tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama

disebabkan oleh kontrkasi otot-otot dinding perut yang

mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal. Tenaga ini

serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi

jauh lebi kuat lagi.

Saat kepala sampai pada dasar panggul timbul suatu

reflek yang mengakibatkan ibu menutup glottisnya,

mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan

diafragmanya kebawah. Tenaga mengejan ini hanya akan dapat

berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif

suatu ada his.26

4) Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang

padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina).

Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar

panggul menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh

lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku.

Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul haris ditentukan ,

26
Yanti. (2010). Buku Ajar Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
17

sebelum persalinan dimulai.27

5) Passenger (janin dan plasenta)

Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir yang

merupakan akibat interaksi beberapa faktor yakni ukuran

kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena

plasenta juga melewati jalan lahir, maka dianggap juga sebagai

bagian dari passanger yang menyertai jalan janin, namun

plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan

normal. Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali

memasuki pintu atas panggul dan melalui jalan lahir persalinan.

Tiga presentase janin yaitu kepala (96%), bokong (3%), bahu

(1%). Sedangkan letak janin ada dua macam yaitu letak

memanjang dan letak melintang. Letak memanjang dapat

berupa presentase kepala tauapun bokong. Presentase ini

tergantung pada struktur janin yang pertama memasuki panggul

ibu.

6) Psikis

Keadaan psikologi ibu mempengaruhi proses persalinan,

ibu bersalin yang didampingi suami dan orang-orang yang

dicintainya cenderung mengalami proses persalinan yang lebih

27
Sumarah. (2009). Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta:
Fitramaya.
18

lancar dibandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa

didampingi suami atau orang-orang yang dicintainya. Ini

menunjukan bahwa dukungan mental berdampak positif bagi

keadaan psikis ibu, yang berpengaruh pada kelancaran proses

persalinan.28

Tingkat kecemasan ibu selama bersalin akan meningkat

jika ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang

disampaikan kepadanya. Ibu bersalin biasanya akan

mengutarakan kekhawatirannya jika ditanya. Membantu ibu

berpartisipasi sejauh yang diinginkan dalam melahirkan.

Memenuhi harapan ibu akan hasil akhir persalinannya,

membantu ibu menghemat tenaga, mengendalikan rasanyeri

merupakan suatu upaya dukungan dalam mengurangi

kecemasan pasien. Dukungan psikologi dari orang- orang

terdekat akan membantu memperlancar proses persalinan yang

sedang berlangsung. Kamar bersalin, memberi sentuhan,

memberi analgesia jika diperlukan dan yang paling penting

berada disisi pasien adalah dukungan psikologi.29

Faktor psikis ibu tidak kalah pentingnya untuk

lancarnya sebuah proses persalinan. Ibu yang dalam kondisi

28
Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu
29
Sumarah. (2009). Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta:
Fitramaya
19

stress, otot-otot tubuhnya termasuk otot rahim mengalami

spasme yang dapat meningkatkan rasa nyeri persalinan

sehingga menghambat proses persalinan.30

Rasa takut dan cemas akan meningkatkan respon

seseorang terhadap sakit. Rasa takut terhadap sesuatu yang

tidak diketahui.

7) Penolong

Perubahan psikologis ibu bersalin wajar terjadi pada

setiap orang, namun ibu memerlukan bimbingan dari keluarga

dan penolong persalinan agar dapat menerima keadaan yang

terjadi selama persalinan sehingga dapat beradaptasi terhadap

perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan psikologis

selama persalinan sehingga dapat beradaptasi terhadap

perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan psikologis

selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan

dalam melaksanakan tuganya sebagai pendamping atau

penolong persalinan. Tidah hanya itu, penolong yang sudah

mendapat kepercayaan dari ibu yang akan bersalin harus

menunjukan keahlianya maupun ketrampilannya, sehingga

disini ibu yang akan bersalin merasa nyaman dan tenang dalam

30
Yanti. (2010). Buku Ajar Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
20

menghadapi proses persalinannya.31

d. Istilah Dalam Persalinan

32
Menurut istilah-istilah yang berkaitan dengan kehamilan

dan persalinan adalah:

1) Primipara

Adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan

bayi aterm sebanyak satu kali.

2) Multipara (pleuripara)

Adalah wanita yang telah melahirkan anak hidup

beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima

kali. Multipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan

bayi yang viable untuk beberapa kali.

3) Grandemultipara

Adalah wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih

dari lima kali.

4) Nulipara

Adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi.

31
Sumarah. (2009). Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta:
Fitramaya
32
Wiknjosastro, H. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2008.
21

e. Tahap Persalinan

Menurut33 tahap-tahap pada persalinan antara lain:

1) Kala I

Kala I adalah pembukaan serviks yang berlangsung

antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada

primigravida kala I berlangsung kira –kira 13 jam, sedangkan pada

multigravida kira – kira 7 jam. Gejala pada kala I ini dimulai bila

timbulnya his dan mengeluarkan lender darah. Lendir darah tersebut

berasal dari lender kanalis servikalis karena serviks mulai membuka

atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh–

pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis serviks itu pecah

karena pergeseran ketika serviks membuka. Proses membukanya

serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase yaitu :

a) Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi

sangat lamban sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

b) Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :

(1) Fase akselerasi yaitu dalam waktu 2 jam pemukaan 3

cm menjadi 4 cm.

(2) Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waku 2 jam

33
Wiknjosastro, H. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2008.
22

pembukaan berlangsung sampai cepat, dari 4 cm

menjadi 9 cm.

(3) Fase deselerasi yaitu pembukaan menjadi lambat

kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm

menjadi lengkap (10 cm). Fase– fase tersebut dijumpai

pada primigravida, pada multigravida pun terjadi

demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase

deselerasi terjadi lebuh pendek.


34
Menurut , kala I persalinan dimulai sejak terjadinya

kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan

kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I

persalinan terdiri dari dua fase laten dan fase aktif.

1) Fase laten pada kala I persalinan :

a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.

b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm

c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau

hingga 8 jam.

2) Fase aktif pada kala I persalinan :

34
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depkes RI Jakarta .
23

a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat

secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai

jika terjadi tiga kali atau lebih dlam waktu 10 menit, dan

berlangsung selama 40 detik atau lebih)

b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan

lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata

– rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau

lebih dari 1 cm hingga 2cm (multipara)

c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin

2) Kala II

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut

sebagai kala pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala II persalinan

adalah: Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi, Ibu merasa

kan adannya peningkatan tekanan pada rektum dan vagina, perineum

menonjol, Vulva dan spingter ani membuka, meningkat kan

pengeluaran lendir bercampur darah. Sedangkan tanda pasti kala II

ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah p

embukaan serviks telah lengkap dan terlihatnya bagian kepala b ayi

melalui introitus vagina.


24

3) Kala III

Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah yaitu pember

ian oksitosin dalam menit pertama setelah bayi lahir, melak ukan

penegangan tali pusat terkendali, massase fundus uteri.

4) Kala IV

Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan

berakhir dua jam setelah itu dilakukan dengan melakukan

pemantauan pada kala IV yaitu lakukan rangsangan taktil

(masase) uterus untuk merangsang uterus baik dan kuat, evaluasi

tinggi fundus uteri, memperkirakan kehilangan darah secara

keseluruhan, periksa kemungkinan perdarahan dari robekan

(laserasi atau episiotomi) perineum, evaluasi keadaan ibu,

dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan

kala IV di bagian belakang partograf, segera setelah asuhan di

berikan atau setelah penilaian dilakukan.

2. Konsep Sectio Caesaria

a. Pengertian

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan


25

35
perut. Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin

dengan membuat sayatann pada dinding uterus melalui dinding

depan perut atau vagina.36

b. Etiologi

1) Etiologi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para

tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik

(disproporsi janin / panggul ), ada sejarah kehamilan dan

persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,

Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio

plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yang disertai

penyakit ( jantung, DM ). Gangguan perjalanan persalinan (

kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).

2) Etiologi yang berasal dari janin

fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi

kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan

kecil, kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi.37

35
Amru, Sofian.2 012. Rustam Mochtar SINOPSIS OBSTETRI : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial
Edisi 3 Jilid 1&2 .EGC: Jakarta
36
Mochtar, Rusta m. (1998) . Sinopsis Obstetri, Jilid 2, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
37
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
26

c. Patofisiologi

Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebab

kan persalinan normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus

diilakukan tindakan Sectiocaesarea, bahkan sekar ang

Sectiocaesarea menjadi salah satu pilihan persalinan.38

Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yyang

menyebabkan bayi tidak dapat dilahirkan secara normal,

misalnya plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis,

pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi,

distokksia service dan mall presentasi janin, kondisi tersebut

menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu

Sectiocaesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan

tindakan yang akan menyebabkan pasien mengalami mobilisasii

sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.

Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan

menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas

perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah

deficit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses

pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan m

enimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam

38
Sugeng. 2010. Asuhan keperawatan post operasi. Yogyakarta : Nuha
Medika.
27

proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada

dinding abdomen sehingga menyebabkan inkontinuitas jaringan,

pembuluh darah dan saraf - saraf di daerah insisi. Hal ini akan

merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan

menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses pembedahan

berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post

operasii, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan

masalah resiko infeksi.

d. Klasifikasi Setio Caesarea

Klasifikasi Sectio Caesarea menurut.39

1) Segmen bawah : Insisi melintang

Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam

yang aman sekalipun dikerjakan kemudian pada saat

persalinan dan sekalipun dikerjakan kemudian pada saat

persalinan dan sekalipun rongga Rahim terinfeksi, maka

insisi melintang segmenn bawah uterus telah menimbulkan

revolusi dalam pelaksanaan obstetric.

2) Segmen bawah : Insisi membujur

Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama

seperti insisi melintang, insisi membujur dibuat dengan

39
Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Persalinan.Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
28

scalpel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk

menghindari cedera pada bayi.

3) Sectio Caesarea klasik

Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan scalpel

kedalam dinding anterior uterus dan dilebarkan keatas serta

kebawah dengan gunting yang berujung tumpul. Diperlukan

luka insisi yang lebar karena bayi sering dilahirkan dengan

bokong dahulu. Janin serta plasenta dikeluarkan dan uterus

ditutup dengan jahitan tiga lapis. Pada masa modern ini

hamper sudah tidak dipertimbangkan lagi untuk

mengerjakan Sectio Caesarea klasik. Satu-satunya indikasi

untuk prosedur segmen atas adalah kesulitan teknis dalam

menyingkapkan segmenn bawah.

4) Sectio Caesarea Extraperitoneal

pembedahan Extraperitoneal dikerjakan untuk

mennghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang

menngalami infeksi luas dengan mencegahh peritonitis

generalisata yang sering bersifat fatal. Ada beberapa metode

Sectio Caesarea Extraperitoneal, seperti metode Waters,

Latzko, dan Norton, T. tekhnik pada prosedur ini relative

lebih sulit, sering tanpa sengaja masuk kedalam vacuum

peritoneal dan isidensi cedera vesica urinaria meningkat.


29

Metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap disimpan

sebagai cadangan kasus-kasus tertentu.

5) Histerektomi Caesarea

Pembedahan ini merupakan Sectio Caesarea yang

dilanjutkan denngan pengeluaran uterus. Jika mmuungkin

histerektomi harus dikerjakan lengkap (histerektomi total).

Akan tetapi, karena pembedahan subtoral lebih mmudah

dan dapatt dikerjakan lebih cepat, maka pemmbedahan

subtoral menjadi prosedur pilihan jika terdapat perdarahan

hebat dan pasien terjadi syok, atau jika pasien dalam

keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada kasus-kasus

semacam ini lanjutan pembedahan adalah

menyelesaikannya secepat mungkin.

e. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan Sectio

Caesarea adalah komplikasi pembiusan, perdarahan pasca

operasi Sectio Caesarea, syok perdarahan, obstruksi usus,

gangguan pembekuan darah, dan cedera organ abdomen seperti

usus, ureter, kandung kemih, pembuluh darah. Pada Sectio

Caesarea juga bisa terjadi infeksi sampai sepsis apalagi pada

kasus dengan ketuban pecah dini. Dapat juga terjadi komplikasi


30

pada bekas luka operasi.40

Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca

operasi yaitu infeksi jahitan pasca Sectio Caesarea, infeksi ini

terjadi karena banyak factor, seperti infeksi intrauteri, adanya

penyakit penyerta yang berhubungan dengan infeksi misalnya,

abses tuboofaria, apendiksitis akut/perforasi. Diabetes mellitus,

gula darah tidak terkontrol, kondisi imunokompromised

misalnya, infeksi HIV, Tuberkulosis atau sedang mengkonsumsi

kortikosteroid jangka panjang, gisi buruk, termasuk anemia

berat, sterilitas kamar operasi dan atau alat tidak terjaga, alergi

pada materi benang yang digunakan daan kuman resisten

terhadap antibiotic. Akibat infeksi ini luka bekas Sectio

Caesarea akan terbuka dalam minggu pertama pasca operasi.

Terbukanya luka bisa hanya kulit dan subkulit saja, bisa juga

sampai fascia yang disebut dengan bust abdomen. Umumnya,

luka akan bernanah atau ada eksudat dan berbahaya jika

dibiarkan karena kuman tersebut dapat menyebar melalui aliran

darah. Luka yang terbuka akibat infeksi itu harus dirawat,

dibersihkan dan dilakukan kultur dari caiiran luka tersebut.41

40
Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Persalinan.Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
41
Dorland. Kamus Kedokteran. 29th ed. Hartanto H, Koesoemawati H, Salim I
N, Setiawan L, Valleria SW, editor. Jakarta: EGC; 2006. p. 1239.
31

f. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

2) Pemantauan EKG

3) JDL dengan diferensial

4) Elektrolit

5) Hemoglobin/Hematokrit

6) Golongan Darah

7) Urinalis

8) Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

9) Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.42Dalam buku Aplikasi Nanda

2015.

g. Perawatan Post op Sectio Caesarea

Ibu yang mengalami komplikasi obstetric atau medis

memerlukan observasi ketat setelah resiko Setiocaesarea.

Bangsal persalinan adalah tempat untuk memulihkan dan

perawatan. Fasilitas perawatan intensif atau ketergantungan

tinggi harus siap tersedia dirumah sakit yang sama. Perawatan

umum untuk semua ibu meliputi :

1) Kaji tanda-tanda vital dengan interval diats (15 menit).

Pastikan kondisinya stabil.

2) Lihat tinggi fundus uteri (TFU), adanya perdarahan dari

42
Tucker, Susan Martin, dkk. (2008). Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
32

luka dan jumlah lokea.

3) Pertahankan keseimbangan cairan.

4) Pastikan analgesa yang adekuat.

5) Penggunaan analgesa epidural secara kontinu sangat berguna

6) Tangani kebutuhan khusus dengan indikasi langsung untuk

Sectio Caesarea, misalnya kondisi medis deperti diabetes.

7) Anjurkan fisioterapi dada dan ambulasi dini jika tidak ada

koontraindikasi.

8) Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan yang

sesuai dengan keadaan dan jawab pertanyaan-pertanyaan

pasien.

9) Jadwalkan kesempatan untuk melakukan pengkajian ulang

pasca melahirkan guna memastikan penyembuhn total,

mendiskusikan kehamilan berikutnya dan memastikan

tindak lanjut perawatan untuk kondisi medisnya.43

3. Konsep Nyeri Seksio Sesaria

a. Nyeri Persalinan

Menurut Internatonal Association For the study of pain

(IASP) Nyeri merupakan suatu sensori subjektif dan pengalaman

emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan

43
Fraser, D.M. & Cooper, M.A. (2012). Buku Saku Praktik Klinik Kebidanan.
Jakarta: EGC.
33

jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam

kejadian-kejadian ketika terjadi kerusakan.44

Nyeri persalinan adalah bagian dari proses yang normal.

Pada saat nyeri persalinan dirasakan, terdapat receptor opiate pada

otak dan tulang belakang dan menentukan bahwa susunan saraf

pusat (SSP) melepaskan zat seperti morfin (endorphin dan

enkephalin). Endogenous opiate menjepit untuk receptor opiate dan

mengganggu persepsi nyeri. Rasa tidak nyaman dan nyeri dalam

persalinan adalah unik, oleh karena itu pengalaman persalinan

mempunyai sutu kekuatan tinggi terhadap perolehan pereda nyeri

yang memuaskan, berbagai macam tindakan pengurangan rasa nyeri

menggunkan teori sistem endorphin ini misalnya teknik massage

effleruage dan progressive muscle relaksasi yang pada gilirannya


45
dapat meredakan nyeri. Pada penelitian kali ini peneliti

menggunakan skala ukur (NRS) Numberic Rating Scale, konsep

cara penilaian nyeri NRS seperti gambar dibawah ini

1. Numeric Rating Scale (NRS)

44
Afroh F, Judha M, Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri
Persalinan, Nuha Medika: Yogyakarta
45
Maryunani, Anik . (2010). Nyeri Dalam Persalinan Teknik dan Cara
Penanganannya. Jakarta: Trans Info Media.
34

Gambar 2.1 : Skala Pengukur Nyeri NRS

Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-3

menunjukkan nyeri yang ringan, angka p4-6 termasuk dalam nyeri

sedang, sedangkaan angka 7-10 merupakan kategori nyeri berat.

Oleh karena itu, skala NRS akan digunakan sebagai instrumen

penelitian (Potter & Perry, 2006). Menurut Skala nyeri

dikategorikan sebagai berikut:

1. 0 : tidak ada keluhan nyeri, tidak nyeri.

2. 1-3 : mulai terasa dan dapat ditahan, nyeri ringan.

3. 4-6 : rasa nyeri yang menganggu dan memerlukan usaha

untuk menahan, nyeri sedang.

4. 7-10 : rasa nyeri sangat menganggu dan tidak dapat ditahan,

meringis, menjerit bahkan teriak, nyeri berat.

b. Fisiologi Nyeri Persalinan

Sumber maryuni anik (2010) menyatakan bahwa fisiologis

terjadinya nyeri persalinan terbagi sesuai dengan tahap persalinan46

yaitu:

1) Persalinan kala I

Nyeri pada kala I terutama ditimbulkan oleh stimulus

46
Maryunani, Anik . (2010). Nyeri Dalam Persalinan Teknik dan Cara Penanganannya. Jakarta:
Trans Info Media.
35

yang dihantarkan melalui saraf pada leher rahim (serviks) dan

rahim/uterus bagian bawah. Nyeri ini merupakan nyeri visceral

yang berasal dari kontraksi uterus dan adneksa. Intensitas nyeri

berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang

ditimbulkan. Nyeri akan bertambah dengan adanya kontraksi

isometrik pada uterus yang melawan hambatan oleh leher

rahim/ uterus dan perineum. Selama persalinan bila serviks

uteri/leher rahim dilatasi sangat lambat atau bilamana posisi

fetus (janin) abnormal menimbulkan distorsi mekanik,

kontraksi kuat disertai nyeri hebat. Hal ini karena uterus

berkontraksi isometric melawan obstruksi. Kontraksi uterus

yang kuat merupakan sumber nyeri yang kuat.

2) Persalinan Kala II

Selama persalinan kala II, pada saat serviks uteri/leher

rahim dilatasi penuh, stimulasi nyeri berlangsung terus dari

kontraksi badan rahim (corpus uteri) dan distensi segmen

bawah rahim. Terjadi peningkatan secara progresif tekanan

oleh fetus terhadap struktur di pelvis dan menimbulkan

peningkatan nyeri somatic dengan regangan dan robekan fascia

(jaringan pembungkus otot) dan jaringan subkutan jalan lahir

bagian bawah, distensi perineum dan tekanan pada otot lurik


36

perineum. Nyeri ini ditransmisikan melalui serabut saraf

pudendal, yaitu suatu serabut saraf somatic yang keluar melalui

S2, S3 dan S4 segmen sacral. Nyeri pada kala II ini sangat

berbeda dengan nyeri visceral kala I, nyeri somatik dirasakan

selama persalinan ini adalah intensitas nyerinya lebih nyeri dan

lokasinya jelas.

c. Mekanisme Nyeri Persalinan

Mekanisme nyeri persalinan menurut47, sebagai berikut:

1) Membukanya mulut rahim

Nyeri pada kala pembukaan disebabkan oleh

membukanya mulut rahim misalnya peregangan otot polos

merupakan rangsangan yang cukup menimbulkan nyeri.

Terdapat hubungan erat antara pembukaan mulut rahim dengan

intensitas nyeri (makin menbuka makin nyeri), dan antara

timbulnya rasa nyeri dengan timbulnya kontraksi rahim (rasa

nyeri terasa ± 15-30 detik setelah mulainya kontraksi).

2) Kontraksi dan peregangan rahim

Rangsang nyeri disebabkan oleh tertekannya ujung saraf

sewaktu rahim berkontraksi dan tergangnya rahim bagian

47
Maryunani, Anik . (2010). Nyeri Dalam Persalinan Teknik dan Cara
Penanganannya. Jakarta: Trans Info Media.
37

bawah.

3) Peregangan jalan lahir bagian bawah

Peregangan jalan lahir oleh kepala janin pada akhir kala

pembukaan dan selama kala pengeluaran menimbulkan rasa

nyeri paling hebat dalam proses persalinan.

d. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan

48
Menurut , Banyak faktor yang mempengaruhi nyeri

persalinan, baik faktor internal maupun eksternal yang meliputi

paritas, usia, budaya, mekanisme koping, emosional, tingkat

pendidikan, lingkungan, kelelahan, kecemasan, lama persalinan,

pengalaman masa lalu, support system, dan tindakan medik.

1) Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan

janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Persalinan

yang di alami merupakan pengalaman pertama kali dan tidak

ketahuan menjadi faktor penujang timbulnya rasa tidak nyaman

atau nyeri.

2) Usia

Usia merupakan tahap perkembangan bahwa usia


48
Henderson, C. (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan (EssentialMidwifery). Alih Bahasa, Ria
Anjarwati, dkk. Jakarta : EGC
38

mempengaruhi derajat nyeri persalinan, semakin muda usia ibu

maka akan semakin nyeri bila dibandingkan dengan usia ibu

yang lebih tua.

3) Budaya

Budaya merupakan ekspresi nyeri persalinan di

pengaruhi oleh ras budaya dan etnik. Misalnya wanita asli dari

america menahan nyeri dengan menunjukan dengan sifat diam

sedangkan wanita Huspanik menahan nyeri dengan sabar, tetapi

menganggap sesuatu dengan wajar jika bertriak-triak 49.

4) Mekanisme Koping

Mekanisme ini membantu ibu mengendalikan rasa

nyeri, walaupun nyeri yang dirasakan sangat mengganggu. Ibu

yang sebelumnya mengalami persalinan yang lama dan sulit

akan mengalami cemas yang berlebihan terhadap persalinan.

5) Faktor Emosional

Bahwa rasa nyeri yang dihasilkan dari rasa takut,

tegang, selalu berjalan beriringan, untuk menghilangkan nyeri

perlu tindakan yang meringankan ketegangan dan kekuatan,

49
Bobak, Irene. M., Lowdermilk., and Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.
Jakarta : EGC.
39

dengan relaksasi mental dan fisik.50

6) Tingkat Pendidikan

Ibu yang berpartisipasi dalam pendidikan kelahiran bayi

lebih memahami apa yang terjadi dalam proses persalinan dan

sedikit mengalami kecemasan.

7) Support system

Dengan adanya suami, keluarga, selama proses

persalinan dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin

juga membantu mengatasi Nyeri persalinan.

8) Kelelahan

Nyeri selama persalinan mempengaruhi kondisi ibu

berupa kelelahan. Ibu yang sudah leleah selama beberapa jam

persalinan, mungkin sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh

ketidak nyamanan dari akhir masa kehamilanya akan kurang

mampu mentolelir rasa sakit.

9) Lama Persalinan

Bila ibu bersalin mengalami proses persalinan yang

memanjang, maka ibu mengalami : kelelahan dan stres, akibat

mempengaruhi ambang rasa nyeri. Persalinan yang berlangsung

50
Bobak, Irene. M., Lowdermilk., and Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.
Jakarta : EGC.
40

selama dapat menimbulkan komplikasi- komplikasi salah satu

komplikasi tersebut adalah nyeri saat persalinan.

10) Pengalaman Masa Lalu

Melalui pengalaman nyeri, wanita mengembangkan

berbagai macam mekanisme untuk mengatasi nyeri. Pasien

yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya umumnya

akan terasa lebih nyeri jika dibandingkan dengan pasien yang

sudah pernah mengalami persalinan.

11) Tindakan Medik

Salah satu faktor yang mempengaruhi faktor persalinan

yaitu dengan dilakukanya tindakan medis seperti induksi.

Penggunaan obat untuk induksi menyebabkan kontraksi lebih

kuat, lebih tidak nyaman dari kontraksi yang di ambil secara

sepontan.

e. Macam-Macam Pengukuran Intensitas Skala Nyeri

Alat pengukur skala nyeri adalah alat yang digunakan untuk

mengukur skala nyeri yang dirasakan seseorang dengan rentang 0

sampai 10 Terdapat dua alat pengukur skala nyeri,yaitu :


41

a. Numerical Rating Scale (NRS)

Gambar2.2 Skala Pengukur Nyeri NRS II

Merupakan skala yang digunakan untuk pengukuran nyeri

pada dewasa. Dimana 0 tidakadanyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6

nyeri sedang, 7-9 nyeri berat,dan 10 sangat nyeri.51

b. Face Rating Scale (FRS)

Gambar 2.3. Skala Pengukur Nyeri Face Ratting Scale

Skala pengukur nyeri Wong Baker Face Scale banyak

digunakan oleh tenaga kesehatan untuk mengukur nyeri pada

pasien anak. Perawat terlebih dulu menjelaskan tentang

perubahan mimik wajah sesuai rasa nyeri dan pasien memilih

sesuai dengan rasa nyeri yang dirasakan. Interpretasinya adalah 0

tidak ada nyeri, 2 sedikit nyeri, 4 sedikit lebih nyeri, 6 semakin

51
National Precribing Service Limited. (2007). Measure pain regularly using a validated pain
assessment tool . Acute postoperative pain management - assessment .
42

lebih nyeri,8 nyeri sekali,10 sangat sangat nyeri.52

f. Penanganan Nyeri

Penanganan nyeri merupakan masalah yang kompleks.

Sebelum dilakukan penanganan terhadap nyeri terlebih dahulu

mengkaji sumber, letak, faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri


53
seperti kegelisahan dan keletihan. Penanganan nyeri dapat

dilakukan dengan cara:

1) Penanganan Nyeri Farmakologis

54
Menurut ,penatalaksanaan farmakologis nyeri

persalinan antara lain:

a) Analgesia narkotik (Mereperidine, Nalbuphine,

Butorphanol, Morfin Sulfate Fentanyln)

Efektif untuk menurunkan nyeri berat, nyeri

persisten, dan nyeri rekurent.Meperidin merupakan obat


55
narkotik yang sering digunakan. Analgesi narkotik

bermanfaat terutama saat persalinan berlangsung sangat

cepat dari yang diperkirakan dan bayi lahir saat efek

narkotik berada di puncak.

52
National Precribing Service Limited. (2007). Measure pain regularly using a validated pain
assessment tool . Acute postoperative pain management - assessment .
53
Cooper, Fraser. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.
54
Bobak, Lowdermilk, Jensen (2014) Buku Ajaran Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
55
Bobak, Lowdermilk, Jensen (2014) Buku Ajaran Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
43

b) Analgesia regional (Epidural, spinal dan kombinasinya)

Analgesia regional merupakan pilihan yang dapat

digunakan untuk wanita yang memiliki masalah pernafasan

berat, atau menderita penyakit hati, ginjal atau penyakit

metabolik. Keuntungannya adalah pemberiannya dan tidak

terjadi hipoksia janin bila tekanan darah dipertahankan

dalam keadaan normal.56

c) ILA (Intra Thecal Labor Analgesia)

Tujuan utama tindakan ILA (Intra Thecal Labor

Analgesia) ialah untuk menghilangkan nyeri persalinan

tanpa menyebabkan blok motorik, sakitnya hilang tapi

mengedannya bisa, yang dapat dicapai dengan

menggunakan obat-obat anesthesia. Keuntungan yang

dapat diperoleh dari program ILA cepat dan memuaskan.

Mula kerja cepat, memberikan analgesia penuh dan blok

bilateral serta ketinggian blok dapat diatur. Keamanan

dosis yang digunakan sangat kecil, sehingga resiko

toksisitas karena anestetik lokal, seperti total spinal, tidak

berarti atau tidak ada sama sekali. Fleksibel, pasien dalam

fase laten persalinan dapat diberikan fentanil atau

56
Bobak, Lowdermilk, Jensen (2014) Buku Ajaran Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
44

sulfentanil intrathecal (single shot) dan dibiarkan bejalan-

jalan. Pada multipara dengan pembukaan serviks diatas 8

cm dapat diberikan dosis tunggal petidin atau gabungan

narkotik dan anestetik lokal intrathecal untuk

menghasilkan analgesia yang cepat dan penuh selama fase

aktif persalinan dan kelahiran.

2) Penanganan Nyeri Nonfarmakologis

Berikut beberapa penanganan nyeri nonfarmakologis 57:

a) Distraksi

Pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke

stimulus yang lain. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri

ke stimulus nyeri. Jika seseorang menerima input sensori

yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls

nyeri ke otak (nyeri dirasakan atau tidak oleh klien).

Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat

merangsang sekresi endorphin, sehingga stimulus nyeri

yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Peredaan

nyeri secara umum berhubungan langsung dengan

partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori

yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh

57
Tamsuri A.(2007).Konsep Dan penatalaksanaan nyeri . Jakarta : EGC.
45

karena itu stimulasi penglihatan, pendengaran dan

sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan

nyeri dibanding stimulasi satu indra saja

b) Massage

Teknik massage berasal dari bahasa perancis yang

berarti “skimming the surface”. Makna menurut bahasa

indonesia adalah “mengambil buih dipemukaan”. Teknik

massage oleh petugas kesehatan merupakan teknik pijatan

dengan menggunakan telapak jari tangan dengan pola

gerakan melingkar dibeberapa bagian tubuh atau usapan

sepanjang abdomen, punggung atau ekstremitas yang

dilakukan oleh petugas kesehatan menjelang persalinan.

Massage merupakan metode yang memberikan rasa lega

pada banyak wanita selama tahap pertama persalinan.58

Pijatan dapat menenangkan dan merileksasikan

ketegangan yang muncul saat hamil dan melahirkan.

Pijatan pada leher, bahu punggung, kaki, dan tangan dapat

membuat nyaman. Usapan pelan-pelan pada perut juga

akan terasa nyaman saat kontraksi. Rencana untuk

menggunakan pijatan atau sentuhan yang disukai dalam

58
Walsh. 2007. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
46

persalinan dapat dipilih sebagai berikut: sentuhan pelan

dengan ketukan berirama, usapan keras, pijatan untuk

melemaskan otot- otot yang kaku, dan pijatan keras atau

gosokan di punggung.59

c) Progressive Muscle Relaksasi

Tujuan dari PMR ini adalah menurunkan nyeri secara

non farmakologis, memberikan dan meningkatkan

pengalaman subjektif bahwa ketegangan psikologis bisa

direlaksasikan sehingga relaksasi akan menjadi kebiasaan

seseorang berespon terhadap keadaan tertentu ketika otot

tegang, dan dapat menurunkan stress psikologis 60 , karena

gerakan yang telah diberikan secara perlahan membantu

merilekskan sinap sinap saraf baik yang simpatis maupun

parasimpatis, saraf yang rileks dapat menurunkan nyeri

secara perlahan.

PMR dilakukan dengan cara meregangkan dan

merilekskan otot secara sadar.61 Karena gerakan yang telah

diberikan secara perlahan membantu merilekskan sinap

59
Simkin, Penny, dkk. (2008). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi, Jakarta: ARCAN
60
Alisa, Fitria. (2014). Pengaruh Pemberian Progressive Muscle Relaxation (PMR) dan Edukasi
Tentang Hemodialisis Terhadap Penurunan Stres dan Peningkatan Kepatuhan Pembatasan Cairan di
RSUP DR. M Djamil Padang. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
61
Endar Sulis Tyani, W. U. (2015). Efektifitas Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah.
JOM Vol. 2 No. 2, 1068-1075.
47

sinap saraf baik yang simpatis maupun parasimpatis, saraf

yang rileks dapat menurunkan nyeri secara perlahan.

4. Konsep Dasar Relaksasi Otot Progresif

a. Pengertian

Relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation)

didefinisikan sebagai suatu teknik relaksasi yang menggunakan

serangkaian gerakan tubuh yang bertujuan untuk melemaskan dan


62
memberi efek nyaman pada seluruh tubuh. Batasan lain

menyebutkan bahwa relaksasi otot progresif merupakan teknik

untuk mengurangi kecemasan dengan cara menegangkan otot dan

merilekkannya secara bergantian.63.

relaksasi otot progresif merupakan suatu keterampilan yang

dapat dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau

menghilangkan ketegangan sehingga menimbulkan rasa nyaman

tanpa tergantung pada hal/subjek di luar dirinya 64 . Relaksasi

progresif dipandang cukup praktis dan ekonomis karena tidak

memerlukan imajinasi yang rumit, tidak ada efek samping, mudah

dilakukan, serta dapat membuat tubuh dan pikiran menjadi tenang,

62
Corey, G. (2005). Student manual for theory and practice of counselling and psychotherapy (7th
edition). USA: Thompson Brooks/Cole.
63
Miltenberger, R. G. (2004). Behavior Modification Principles And Procedures (3th edition).
Australia: Thompson Wadsworth.
64
Soewondo, S. (2012). Stres, Manajemen Stres, dan Relaksasi Progresif. Jakarta: LPSP3 UI
48

rileks dan lebih mudah untuk tidur.65

teknik relaksasi dibedakan menjadi lima jenis, yaitu

relaksasi otot progresif, pernafasan diafragma, imagery training,


66
biofeedback, dan hypnosis . Dalam pelaksanaannya terdapat

kesamaan prinsip antara relaksasi otot progresif, imagery training,

dan Hypnosis; yaitu terapis barryak menggttnakan instruksi verbal

untuk mengarahkan klien sementara klien berkonsentrasi mengikuti


67
instruksi. menyebutkan bahwa seseorang yang menguasai

hypnosis pada umumnya akan dengan mudah melakukan imagery

training dan relaksasi progresif; dan demikian pula sebaliknya.

b. Manfaat relaksasi otot progresif

Relaksasi otot progresif telah digunakan dalam berbagai

penelitian didalam dan diluar negeri dan telah terbukti bermanfaat

pada berbagai kondisi subyek penelitian. Saat ini latihan relaksasi

relaksasi otot progresif semakin berkembang dan semakin sering

dilakukan karena terbukti efektif mengatasi ketegangan, kecemasan,

stres dan depresi, membantu orang yang mengalami insomnia68 ,

65
Davis & McKay. (2001). Panduan relaksasi dan reduksi stres (Edisi V). Jakarta: EGC.
66
Miltenberger, R. G. (2004). Behavior Modification Principles And Procedures (3th edition).
Australia: Thompson Wadsworth.
67
Smith. (2005). Online Communication: Linking Technology, Identity and Culture. New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
68
Erliana, E. (2008). Perbedaan tingkat insomnia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif
(pregressive muscle relaxation) di BPSTW Ciparay Bandung. Tersedia dalam
http://pustaka.unpad.ac.id/ wp-content/uploads/pdf.
49

hingga meningkatkan kualitas hidup pasien pasca operasi CABG69,

menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi esensial 70 ,

meredakan keluhan sakit kepala dan meningkatkan kualitas hidup.71

c. Fisiologi Kontraksi dan Relaksasi

Latihan relaksasi otot progresif melibatkan sembilan

kelompok otot yang ditegangkan dan dilemaskan, yaitu kelompok

otot tangan, kaki, dahi, mata, otot-otot bibir, lidah, rahang, dada dan
72
leher. berpendapat pada anggota gerak bagian atas terdapat

sekumpulan otot yang terlibat dalam kontraksi dan relaksasi yaitu

musculus latissimus dorsi, musculus deltoideus, musculus trapezius,

musculus biceps brachii, musculus triceps brachii, musculus

extensor carpi radialis, musculus extensor carpi ulnsris,

musculuspronator teres, musculus palmaris ulnaris, dan musculus

feksor digitorunt profundus.

Pada anggota gerak bagian bawah jenis otot yang terlibat

pada kontraksi dan relaksasi meliputi musculus illiopsoas, musculus

69
Dehdari, (2009), Effects of progressive muscular relaxation training on quality of life in anxious
patients after coronary artery bypass graft surgery,
70
Murti, T. 2011. Perbedaan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Esensial Sebelum Dan Sesudah
Pemberian Relaksasi Otot Progresif Di RSUD Tugurejo Semarang.
71
Azizi, M., & Mashhady, H. (2012). Analysis of progressive relaxation effect on life quality of
migraine patients. Current Research Journal of Social Sciences 4(2), 150–152.
72
Gunawan., Wardani, Dewi.(2017). Pengaruh Pemberian Terapi PMR Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Dan Denyut Nadi Sebelum Dan Sesudah Odontektomi Pada Pasien Gigi Impaksi. Jurnal
Kedokteran Diponegoro, Vol 6,No.2.
50

tensor fasialata, musculus rechus femoris, musculus vestus,

musculus peroneus, musculus tibialis, musculus ekstensor digitorum

komunis, musculus pehinus, musculus gracillis, musculus saleus,

musculus adductor magnus musculus gluteus maksimus, musculus

biceps femoris, dan musculus plantaris73.

Pada bagian kepala, wajah, dan mulut otot-otot yang terlibat

pada saat kontraksi dan relaksasi meliputi musculus frontalis,

musculus okcipitalis, musculus ohligeus oculi, musculus orbicularis

oculi, musculus levator palpebra, musculus triangularis, musculus

orbicularis oris, musculus quadrates labii, musculus bucsinator,

musculus zigomaticus, musculus maseter, musculus temporalis,

musculus pterigoid, musculus genioglosus, dan musculus

stiloglosus74.

Pada bagian leher dan bahu, jenis otot yang terlibat meliputi

musculus platisma, musculus sternoHeido mastoid, musculus

longisimus capitis, musculus deltoid, musculus sub scapularis,

musculus supraspinatus, musculus supra infraspinatus, dan

musculus teres. Sedangpada bagian dada otot yang terlibat adalah

73
Gunawan., Wardani, Dewi.(2017). Pengaruh Pemberian Terapi PMR Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Dan Denyut Nadi Sebelum Dan Sesudah Odontektomi Pada Pasien Gigi Impaksi. Jurnal
Kedokteran Diponegoro, Vol 6,No.2
74
Gunawan., Wardani, Dewi.(2017). Pengaruh Pemberian Terapi PMR Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Dan Denyut Nadi Sebelum Dan Sesudah Odontektomi Pada Pasien Gigi Impaksi. Jurnal
Kedokteran Diponegoro, Vol 6,No.2
51

musculus pectoralis major, musculus pectoralis minor, musculus

sub clavicula, dan musculus seratus anterior. Selain itu pada saat

melakukan pemafasan dalam juga melibatkan otot-otot bagian perut

yang meliputi musculus abdominalis internal, musculus

abdominalis eksternal, musculus obliqus abdominalis, dan

musculus trensversus abdominalis75.

76
Menurut kontraksi dan relaksasi otot dikendalikan oleh

susunan syaraf pusat melalui serabut syaraf motoriknya,t empat

lekat cabang-cabang syaraf motorik adalah neuromuscular junction

yang merupakan penghantar kimiawi (neuro transmitter) asetil

kholin maupun adrenalin untuk eksitasi serabut otot. Impuls syaraf

yang tiba pada sebuah neuromuscular akan dihantar langsung

kepada tiap-tiap sarkomer oleh sistem tubura transversar yang

mengelilingi miofibril. Semua sarkomer pada otot akan menerima

sinyal untuk berkontraksi sehingga otot dapat berkontraksi sebagai

satu kesatuan yang utuh. Sinyal elektrik itu dihantar menuju

retikulum sarkoplasmik, yaitu suatu sistem dari vesicles yang

bersifat membran dan berasal dari retikulum endoplasma yang

membungkus miofibril.
75
Gunawan., Wardani, Dewi.(2017). Pengaruh Pemberian Terapi PMR Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Dan Denyut Nadi Sebelum Dan Sesudah Odontektomi Pada Pasien Gigi Impaksi. Jurnal
Kedokteran Diponegoro, Vol 6,No.2
76
Hardani, dkk. (2016). Relaksasi Otot Progresif Dalam Mengatasi Insomnia Di Panti Tesna Werdha.
Jurnal Keperawatan
52

77
Menurut menjelaskan bahwa pada keadaan relaksasi,

ujung-ujung filamen aktin yang berasal dari dua membran yang

berurutan satu sama lain hampir tidak tumpang tindih, sedangkan

pada saat yang sama filamen miosin mengadakan tumpang tindih

secara sempuma, sebaliknya pada keadaan kontraksi filament

filamen aktin ini tertarik kedalam diantara filamen miosin sehingga

satu sama lain saling tumpang tindih. Filamen aktin dapat ditarik

demikian kuatnya sehingga ujung-ujung filamen miosin

melengkung ketika kontraksi. Molekul miosin terdiri dari dua

bagian, yaitu meromiosin ringan dan meromiosin berat. Meromiosin

ringan tersusun dari dua utas peptida yang satu sama lainnya saling

melilit dalam satu heliks. Meromiosin berat terdiri dari dua bagian,

yaitu heliks kembar yang sarna dengan yang terdapat pada

meromiosin ringan dan bagian kepala yang terretak pada ujung

heliks kembar.

Badan filamen terdiri dari utas meromiosin ringan yang

sejajar. Bagian meromiosin berat dari molekul miosin terdapat

penonjoran yang membentuk jembatan penyeberang. Batang

penyeberang bertindak sebagai lengan yang memungkinkan kepala

meluas jauh keluar dari badan filamen miosin atau terletak dekat

77
Alimansur, M & Anwar, MC. 2013. Efek Relaksasi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 2 No. 1 ISSN : 2303-1433.
53

78
dengan badan. , sistem kontrol desending adalah suatu sistem

serabut berasal dari dalam otak bagian bawah dan bagian tengah

dan berakhir pada serabut interneuronal dalam kornu dorsalis dari

medula spinalis.

Relaksasi otot progresif dilakukan dengan cara

menegangkan kelompok otot tertentu kemudian melepaskan

ketegangan tersebut. Pada saat otot sedang ditegangkan memang

menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi ketika ketegangan

dilepaskan maka saat itulah akan merasakan sensasi rasa nyaman.

Dalam hal ini, orang yang melakukan latihan relaksasi otot memang

diminta untuk berkonsentrasi membedakan sensasi rasa nyaman

yang timbul ketika ketegangan dilepaskan.

Ketegangan otot merupakan hasil dari kontraksi serabut

otot, sedang relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot. Hingga

saat ini belum ada alat untuk mengukur tingkat ketegangan dan

relaksasi otot. Sehingga ukuran otot yang tegang dan rileks menjadi

tidak standar dan lebih dominan bersifat subyektif. Untuk

ketegangan otot, secara obyektif sebenamya bisa dilihat dan

dirasakan. Pergerakan otot yang terjadi akibat makin membesar dan

memanjangnya serabut otot bisa dilihat secara kasat mata.

78
Alimansur, M & Anwar, MC. 2013. Efek Relaksasi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 2 No. 1 ISSN : 2303-1433.
54

Konsistensi atau kekerasan bisa menjadi salah satu indikator

ketegangan karena semakin tegang suatu otot maka akan semakin

keras konsistensinya. Selain itu, usaha menegangkan otot harus

dilakukan dengan menahan nafas. Keras dan lemahnya getaran atau

guncangan saat menegan gkan mengindikasikan tingkat ketegangan

otot.
79
Menurut , menjelaskan bahwa menegangkan otot harus

dilakukan dengan menahan nafas; sehingga keadaan rileks terjadi

ketika ia melepaskan ketegangan dan melakukan pemafasan dalam

yang teratur. Jika dilakukan perabaan nadi akan didapatkan nadi

teraba lebih pelan dan teratur dibandingkan sebelumnya. Secara

subyektif hal tersebut ditunjukkan dengan pernyataan akan keadaan

yang tenang, nyaman, dan rileks. Sayangnya hingga saat ini belum

ada alat untuk mengukur tingkat ketegangan dan relaksasi otot.

d. Prosedur Relaksasi

Individu belajar Latihan relaksasi otot progresif bagaimana

menegangkan sekelompok otot kemudian melepaskan ketegangan

itu. Inti dari latihan tersebut terletak pada kemampuan individu

mengelola ketegangan fisik dan atau mental dengan memahami

79
Alimansur, M & Anwar, MC. 2013. Efek Relaksasi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 2 No. 1 ISSN : 2303-1433.
55

80
perbedaan sensasi antara otot yang tegang dan rileks. ,

mendeskripsikan prosedur relaksasi progresif sebagai berikut:

1) Pertama duduk bersandar pada kursi secara nyaman dan tenang.

2) Bila mengenakan kaca mata dan atau sepatu agar dilepas.

3) Menegangkan sekumpulan otot tertentu dan melemaskannya.

4) Menyadarkan klien akan perbedaan sensasi otot tegang dan

rileks.

5) Jumlah kumpulan otot yang perlu ditegangkan dan dilemaskan

tiap kali hendaknya berkurang.

6) Klien diharapkan dapat mengelola ketegangan dengan

menginstruksikan diri sendiri untuk rileks kapan dan dimana

saja.

Meskipun latihan relaksasi otot progresif tidak

menimbulkan efek samping yang berbahaya tetapi beberapa hal

berikut ini perlu diperhatikan ketika memberikan latihan 81,yaitu:

1) Menegangkan otot dalam waktu kurang lebih tujuh detik;

disarankan tidak lebih dari sepuluh detik.

2) Merilekskan otot membutuhkan waktu sekitar 3040 detik.

80
Soewondo, Soesmalijah. 2012. Stres, Managemen Stres dan Relaksasi Progresif. LPSP3UI, ISBN :
978-602-19649-1-0.
81
Davis, M. E. R. E.,& McKay,M. (2001).The Relaxation and Sress Reduction
workbook.A.Yani.,B.A. Keliat dan Hamid, Penerjemah.Jakarta: EGC.
56

3) Lebih nyaman dilakukan dengan mata tertutup.

4) Menegangkan kelompok otot dengan dua kali tegangan.

5) Menegangkan bagian tubuh sisi kanan terlebih dahulu

kemudian sisi kiri.

6) Memeriksa apakah klien benar-benar rileks atau tidak.

7) Terus menerus memberi instruksi.

8) Memberi instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.

Teknik relaksasi otot progresif merupakan yang paling

sesuai pada tahap awal pelatihan relaksasi. Bilamana telah terampil

dapat langsung diinstruksikan untuk rileks. Peserta diminta untuk

menjadikan perasaan rileks sebagai sebuah sugesti yang dapat

dihadirkan ketika diperlukan..

e. Prosedur Gerakan Relaksasi Otot Progresif

1). Persiapan

Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan

yang tenang dan sunyi.

a) Pahami tujuan, manfaat, prosedur.

b) Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan

menggunakan bantal di bawah kepala atau duduk di kursi

dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri.


57

2). Prosedur

a) Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.

(1) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.

(2) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan

sensasi ketegangan yang terjadi.

(3) Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10

detik.

(4) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga

dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan

keadaan relaks yang dialami.

(5) Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.

Gambar 2.4 gerakan menggenggam tangan

b) Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian

belakang.

(1) Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan


58

tangan sehingga otot di tangan bagian belakang dan

lengan bawah menegang.

(2) Jari-jari menghadap ke langit-langit.Gambar gerakan 1

dan 2

Gambar 2.5 gerakan jari menghadap ke langit

c) Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar

pada bagian atas pangkal lengan).

(1) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.

(2) Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga

otot biseps akan menjadi tegang.

Gambar 2.6 gerakan membawa kedua kepalan ke pundak

d) Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya


59

mengendur.

(1) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan - akan

hingga menyentuh kedua telinga.

(2) Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan

yang terjadi di bahu punggung atas, dan leher.

Gambar 2.7 gerakan melatih otot bahu

e) Gerakan 5 ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti

dahi, mata, rahang dan mulut). Gerakan otot dahi dengan cara

mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa kulitnya keriput.

Gambar 2.8 gerakan mengerutkan dahi dan alis

f) Gerakan 6 : ditunjukkan untuk melemaskan otot wajah (seperti

dahi, mata, rahang dan mulut). Tutup keras - keras mata sehingga

dapat dirasakan ketegangan disekitar mata dan otot – otot yang


60

mengendalikan mata.

Gambar 2.9 gerakan menutup mata keras - keras

g) Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang

dialami oleh otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan

menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot

rahang.

Gambar 2.10 gerakan menggigit gigi

h) Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar

mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan

dirasakan ketegangan di sekitar mulut.


61

Gambar 2.11 gerakan memoncongkan bibir sekuat kuatnya

i) Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian

depan maupun belakang.

(1) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru

kemudian otot leher bagian depan.

(2) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.

(3) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian

rupa sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian

belakang leher dan punggung atas.

Gambar 2.12 gerakan menekan kepala pada permukaan bantalan

j) Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.

(1) Gerakan membawa kepala ke muka.

(2) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan

ketegangan di daerah leher bagian muka.


62

Gambar 2.13 gerakan membenamkan dagu ke dada

k) Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung

(1) Angkat tubuh dari sandaran kursi.

(2) Punggung dilengkungkan

(3) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik,

kemudian relaks.

(4) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil

membiarkan otot menjadi lurus.

Gambar 2.14 gerakan membusungkan dada

l) Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.

(1) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan

udara sebanyak-banyaknya.
63

(2) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan

ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut,

kemudian dilepas.

(3) Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.

(4) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan

Gambar 2.15 gerakan menarik nafas panjang

m) Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut

(1) Tarik dengan kuat perut ke dalam.

(2) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik,

lalu dilepaskan bebas.

(3) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.


64

Gambar 2.16 gerakan menarik kuat perut kedalam

n) Gerakan 14 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti

paha dan betis).

(1) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa

tegang.

(2) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.

(3) Ulangi setiap gerakan dua kali.

Gambar 2.17 gerakan meluruskan kedua telapak kaki

o) Gerakan 15 : ditujukan pada otot betis

(1) dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga

ketegangan pindah ke otot betis.

(2) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.

(3) Ulangi gerakan dua kali.


65

Gambar 2.18 gerakan mengunci / menegangkan otot

Pada kesempatan kali ini peneliti hanya memberikan terapi dari

gerakan 1 – 4 & 12 saja, pada gerakan 5 – 11 & 13- 15 tidak digunakan

karena kurang efektif yang akan memperlama terapi, dan terdapat

gerakan yang tidak mungkin dilakukan pada pasien post operasi sectio

caesarea.
66

B. KERANGKA TEORI
Faktor yang
KEHAMILAN mempengaruhi
Tahapan persalinan
persalinan
1. Kala I (pembukaan )
2. Kala II (pengeluaran) 1. Power
3. Kala III ( kala uri) 2. Passanger
4. Kala IV (pengawasan) 3. Passage
4. Penolong
PERSALINAN
5. psikologis

PERSALINAN ATERM PERSALINAN


/ NORMAL SECTIO CAESARIA
(SC)

NYERI POST
PARTUM

PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
FARMAKOLOGI
NON FARMAKOLOGI

a) Analgesik narkotik TERAPI


RELAKSASI OTOT
b) Analgesik non narkotik PROGRESIF

Menurunkan nyeri pasca


persalinan

Gambar 2.19 gambar kerangka teori pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap
intensitas nyeri pada ibu post partum sectio caesarea
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka konseptual

Kerangka konsep penelitian (kerangka konseptual) adalah suatu uraian dan

visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang

lainnya, atau antara variable yang satu dengan variabel yang lain dari masalah

yang ingin diteliti 82

Terapi relaksasi otot Terhadap intensitas


progresif nyeri pada ibu post
pasrtum sectio
caesaria (SC)

Variabel penganggu / Counfounding

1. Gerak yang berlebihan


2. Kurang istirahat
3. Terdapat infeksi pada luka operasi
4. Menggaruk pada area luka operasi
5. Kesalahan pemberian farmakologi

: yang diukur : yang tidak diukur

Gambar 3.1 gambar kerangka konseptual pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap
intensitas nyeri pada ibu post partum Sectio Caesaria (SC)

82
Notoatmodjo, S, 2015, Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

67
68

B. HIPOTESIS

Hipostesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan, dugaan sementara, atau

dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut83

H1 : Ada pengaruh penurunan intensitas nyeri dari terapi relaksasi otot progresif

terhadap nyeri pada ibu post partum sectio caesaria (SC)

83
Notoatmodjo, S, 2015, Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, yang

memungkinkan pemaksimalan control beberapa faktor yang bisa mempengaruhi

akurasi suatu hasil. 84 Dalam Penelitian ini menggunakan penelitian Pra

eksperimen design dengan desain menggunakan One Shot Case Study Design.

Rancangan ini, yaitu sebuah uji coba yang dilakukan pada sebuah kelompok

tanpa kelompok kontrol.

Tabel 4.1 Desain Penelitian

Subjek Hari ke 1 Hari ke 2


A O, X, O O, X, O

KET.

A : Subjek perlakuan

O : dilakukan observasi nyeri

X : Intervensi relaksasi otot progresif

84
Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

69
70

B. Populasi, Sampel, dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti85. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh pasien post section caesaria yang berada

Seluruh Rumah Sakit di Kota Probolinggo pada waktu tahun 2020. Besar

populasi yang diambil dari jumlah kasus sectio caesarea di probolinggo pada

tahun 2020 yang berjumlah 1243. Populasi ini bersumber data dari Dinas

Kesehatan Kota Probolinggo.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi.86 besar sampel dalam penelitian ini dapat ditentukan dengan

rumus slovin dengan tngkat error 26% yaitu sebagai berikut

n = Besar Sampel N = Besar Populasi

e = Pada penelitian ini Standar eror 26% / 0,26

n = N / (1 + (N x e²))

Sehingga: n = 1243 / (1 + (1243 x 0,26²))

n = 1243 / (1 + (1243 x 0,0676)) n = 1243 / (1 + 84,0268)

n = 1243 / 85,0268

hasilnya. n = 14,6

85
Notoatmodjo, S (2002). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
86
Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
71

Dengan menggunakan rumus Slovin dengan error 26% ini didapat

jumlah sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini sebanyak

15 pasien, dengan pasien post Sectio caesaria sebanyak 15 orang untuk yang

sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi (yang diambil) :

a. Klien dengan nyeri ringan sampai berat,

b. Belum pernah melakukan terapi relaksasi otot progresif

c. Post section caesarea POD (periode day) (Post Sc Day 1+ dan 2+)

d. Post sectio caesarea dengan anastesi spinal,

sedangkan Kriteria Eklusi (yang tidak dapat diambil) :

a. Post section caesarea dengan komplikasi.

Komplikasi : 1) perdarahan pasca operasi

2) Infeksi

3. Sampling

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel87. Dalam

penelitian ini menggunakan non probability sampling yaitu sampling purposive.

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu. Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling,

didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut

yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Maka

dengan kata lain, unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-
87
Sugiyono, 2001. Metode Penelitian, Bandung: CV Alfa Beta.
72

kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian atau

permasalahan penelitian. 88 Berdasarkan urian diatas maka sampel yang

digunakan adalah pasien post partum sectio caessarea di RSUD dr Moh

Saleh

C. Variable Penelitian

1. Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan

variabel lain yaitu suatu kegiatan stumulus yang dimanipulasi peneliti

menciptakan dampak pada variabel dependen. 89 Pada penelitian ini

variabel independennya adalah terapi relaksasi otot progresif.

2. Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain yaitu respon yang muncul sebagai akibat dari manipulasi

variabel lain.90 Pada penelitian ini varibel dependennya adalah nyeri pada

ibu post partum section caesaria

3. Variabel control / perancu

Variabel control atau perancu merupakan variabel yang sebenarnya juga

berpengaruh terhadap variabel independent atau dependent. Pada

88
Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
89
Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
90
Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
73

penelitian ini variabel tersebut diantaranya tingkat pendidikan, tingkat

nyeri faktor dukungan keluarga, faktor ibu, faktor farmakologi

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan pemberian arti batasan pada suatu variabel

dengan cara pemberian rincian kegiatan yang dikerjakan oleh peneliti untuk

mengukur variabel tersebut.91 Berikut penjabaran lebih lengkap :

91
Edy Sutrisno, 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetak Ke Enam. Pranada Media Group,
Jakarta.
74

Tabel 4.2 definisi operasional pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap intensitas nyeri pada ibu post partum
sectio caesaria.

Variabel Deifinisi Operasional Cara pengukuran Alat ukur Hasil Ukur Skala
penlitian ukur
Variabel Penilaian terhadap hasil Menanyakan kepada klien Wawancara,
independen terapi relaksasi otot hasil terapi relaksasi otot observasi,
Pengaruh progresif terhadap progresif terhadap ekspresi
terapi intenstas nyeri yang intenstas nyeri wajah
relaksasi dialami ibu post partum
otot section caesaria
progresif menggunakan 5 gerakan
relaksasi otot progresif
Variabel Tingkat nyeri yang Menanyakan kepada klien Wawancara, a. Teramat Sangat : 9- Ordinal
dependen dialami ibu post partum tingkat nyeri yang dialami observasi, 10
nyeri pada sectio caesaria klien setelah menjalani ekspresi b. Sangat Nyeri : 7-8
post partum operasi section caesaria wajah
c. Nyeri Sedang : 5-6
sectio dan juga inspeksi luka
caesaria bekas operasi dan melihat d. Sedikit nyeri : 3-4
ekspresi wajah pasien e. tidak terlalu berasa :
1-2
f. Tidak Nyeri : 0
g. Dari skala 0 – 10
menggunakan skala
nyeri jenis numberic
rating scale (NRS)
75

E. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di RSUD dr Moh Saleh Probolinggo dan waktu

penelitian 3 bulan di RSUD dr Moh Saleh,. Alasan saya memilih tempat di

RSUD dr Moh Saleh dikarenakan terdapat klien Operasi Sectio Caessarea

F. Waktu penelitian

No Kegiatan Waktu Penelitian


Desember Mei Juni Juli agustus September
- April
1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan
proposal

2 Ujian
proposal

3 Perbaikan
proposal

4 Ijin
penelitian

5 Pengumpul
an data
6 Pembuatan
hasil
penelitian
pembahasan
dan
kesimpulan
7 Siding
skripsi

Tabel 4.3 jadwal waktu penelitian


76

G. Instrument penelitian

Instrumen penelitian menggunakan pada variabel satu menggunakan nominal

angka, pada variabel dua menggunakan NRS (Numberic Rating Scale).

Perolehan data menggunakan teknik wawancara dan observasi dan juga melihat

ekspresi klien. Pilihasn jawaban pada variabel kedua instrumen nyeri yang

dialami ibu post partum sectio caesaria menggunaka Numberic Rating Scale. dari

skala ukur nyeri 0 terendah sampai 10 tertinggi.

H. Prosedur pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam penelitian,

intervensi rellaksasi otot progresif dilakukan pada hari ke 1 dan hari ke 2

menggunakan metode (Time Series), karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data92. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan prosedur

sebagai berikut:

1. Tahap Pengumpulan data / langkah langkah pengumpulan data

1. Mengurus surat pengantar studi pendahuluan di Universitas Nurul Jadid

dan memberikan surat studi pendahuluan di RSUD dr Moh Saleh,

setelah menerima surat balasan atau ijin dari RSUD dr Moh Saleh,

peneliti melakukan studi pendahuluan di RSUD dr Moh Saleh,

memberikan surat permohonan izin penelitian di RSUD dr Moh Saleh

92
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabet.
77

Setelah surat permohonan di terima di RSUD dr Moh Saleh peneliti

mulai melakukan penelitian.

2. Peneliti utama dibantu asisten peneliti ( research assistant ) yang

memenuhi kriteria asisten peneliti meliputi:

a. Ijazah minimal D3 kebidanan

b. Pengelaman kerja minimal 2 tahun

3. Beberapa tugas dari peneliti yang harus dilakukan oleh asisten peneliti

dalam memuhi penelitian

a. Mampu memberikan intervensi terapi relaksasi otot progresif

b. Tidak memberikan obat selama proses pemberian terapi relaksasi

otot progresif

c. Mengobservasi sebelum dan sesudah diberikannya terapi relaksasi

otot progresif

4. Peneliti menannyakan ke dosen pembimbing jumlah yang tepat untuk

sampel penelitian dengan total 15 pasien yang memenuhi criteria inklusi

5. Peneliti meminta persetujuan kepasien dan keluarga pasien , pasien /

keluarga pasien diminta untuk mengisi lembar inform consent yang

telah disiapkan oleh peneliti, kemudian peneliti mengisikan data

demografi meliputi nama, usia, alamat, pendidikan akhir, pekerjaan dan

cara pembayaran

6. Peneliti mencatat observasi berupa tingkat nyeri yang dialami pasien

post sc tersebut
78

7. Kemudian menanyakan kepada klien apakah bersedia untuk melakukan

terapi relaksasi otot progresif

8. Jika bersedia kemudian peneliti membimbing/ mengajarkan terapi

relaksasi otot progresif kepada pasien post partum sc

9. Selanjutnya peneliti mencatat observasi tingkat nyeri sesudah terapi

relaksasi otot progresif

10. Dan ada satu pasien diruang isolasi yang saat itu pemberian terapinya

dibantu oleh bidan bu nikmatus (sebagai kepala ruang melati)

11. Selanjutnya menghitung selisih tingkat nyeri yang dialami pasien

sebelum observasi dan sesudah observasi (menurun / meningkat / tetap).

2. Alat pengumpulan data

Alat / instrument yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu berisi

observasi berupa tingkat nyeri yang berupa angka serta check list, berupa

alat ukur untuk menilai tingkat nyeri dengan nilai 0 - 10 dari tidak nyeri ke

nyeri hebat, dan ada 4 observasi tambahan dengan nilai tidak pernah terasa +

0, tidak terlalu berasa +1, sedikit +2, sedang +3, sangat nyeri +4, teramat

sangat +5 (observasi tambahan tidak ada dalam pembahasan namun

dicantumkan di lampiran)

Dari hasil observasi kemudian untuk cara penilaiannya seperti

dibawah ini :
79

TOTAL PENILAIAN KLIEN

Menghitung pre dan post dengan skala nyeri

Skor Total pre

Skor Total post

Dikurangi

Skor Total selisih pre dan post

3. Petugas yang terlibat dalam pengumpulan data

petugas yang terlibat dalam pengumpulan data dalam makalah ini yaitu :

1. pegawai dinas kesehatan kota probolinggo

2. perawat, bidan, dokter, satpam dan manajer yang bekerja di RSUD dr

MOH SALEH

4. Waktu pelaksanaan pengumpulan data

Waktu dalam pengumpulan ini dilakukan dari tanggal Maret – Juni /

sampai terpenuhi jumlah responden yang dibutuhkan

I. Pengolahan data

Pengolahan data adalah bagian dari rangkaian kegiatan penelitian setelah

pengumpulan data. Setelah semua data terkumpul selanjutnya dilakukan

penganalisaan dengan mentabulasi data. Data dalam penelitian ini adalah data

yang berskala ordinal. Setelah itu peneliti menentukan uji statistik Wilcoxon

1. Editing

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan

penyuntingnya (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan


80

kegiatan untuk memasukkan data dari hasil observasi yang telah dilakukan.

Apabila jawaban belum lengkap, jika memungkinkan perlu pengambilan

data ulang untuk melengkapi jawaban – jawaban tersebut

2. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing

Data yaitu jawaban dari masing – masing responden yang dalam bentuk

kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau software

computer. Data yang sudah diambil melalui perlakuan sebelum dan sesudah

terapi relaksasi otot progresif, pengambilan data dilakukan setiap siang hari

sekitar selama 10 menit . kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam

program / software computer. Software ini bermacam macam salah satunya

yang sering digunakan yaitu SPSS

3. Pembersihan Data atau Cleaning

Apabila semua data dari sumber data atau responden selesai dimasukkan,

perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan – kemungkinan adanya

kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi. Proses ini dinamakan pembersihan data atau data

cleaning. Cleaning merupakan tahapan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah dientri dan melakukan koreksi bila terdapat kesalahan.93

93
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
81

J. Analisa Data

Analisa data adalah suatu kegiatan analisis data dalam penelitian yang

meliputi persiapan, tabulating,dan aplikasi data. Data yang diperoleh kemudian

diolah dan dianalisis melalui tahapan tahapan, sebagai berikut :

1. Analisa univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variable peneliti. Bentuk analisis univariat tergantung

jenis datanya. 94 Analisa univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik

responden post partum section caessarea berdasarkan kriteria inklusi dan

kriteria ekslusi

2. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk test yaitu uji yang dilakukan

untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak yang pada umumnya

dipakai untuk sampel yang jumlahnya kecil ( kurang dari 50 data) karena

jumlah sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah 15 maka uji

normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk. Data yang di uji adalah

hasil dari kelompok intervensi dan kelompok control, data sebelum dan

sesudah diberikan intervensi relaksasi otot progresif

Hasil asymp. Sig 2 tailed, pre hari ke 1 = 0,000, post hari ke 1 = 0,004,

pre hari ke 2 = 0,000, post hari ke 2 = 0,000.. Berdasarkan asumsi diatas

94
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
82

maka data berdistribusi tidak normal karena lebih kecil dari < 0,05 maka

karena itu menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Task

3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variable

yang diduga berhubungan atau berkolerasi.95

Analisa data ini menggunakan bivariat karena menggunakan skala

ordinal yang diperoleh dan dimasukkan dalam lembar observasi,

selanjutnya dilakukan penganalisaan dengan mentabulasi data. Peneliti

menggunakan uji statistik Wilcoxon T Test untuk mengetahui pengaruh

terapi relaksasi otot progresif terhadap intensitas nyeri pada ibu post

partum sectio caessarea.disini peneliti menggunakan uji wilcoxon karena

berdistribusi tidak normal

K. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada

kepala RSUD dr MOH SALEH Kab Probolinggo dan juga responden / klien

untuk mendapatkan persetujuan. Ketika dalam melakukan penelitian, selama

menjadi responden peneliti menghargai hak seornag responden dengan cara:

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Sebelum lembar persutujuan diberikan kepada subyek penelitian,

peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan


95
Notoadmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
83

dilakukan.selain itu, responden juga harus diberi penjelasan bahwa

responden bebas dari eksploitasi dan informasi yang didapatkan tidak

digunakan untuk hal – hal yang merugikan responden dalam bentuk apapun,

hak-hak selama dalam penelitian, hak untuk menolak menjadi responden

dalam penelitian, kewajiban apabila bersedia menjadi responden, dan

kerahasiaan identitas responden yang menjadi subyek penelitian. Jika

responden menyetujui, maka responden diminta untuk mengkuti kegiatan

gerakan 1 – 4 & 12 terapi relaksasi otot progresif yang dinstruksikan oleh

peneliti.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, setelah subjek bersedia

menjadi responden peneliti. Nama responden tidak akan dicantumkan,

lembar hanya diisi nomer kode tertentu. karena peneliti menghargai hak

sebagai subjek sebagi responden.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Semua informasi yang diberikan subyek dijamin kerahasiaannya. Hanya data

tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian dan

untuk instasi terkait.


BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi deskripsi tentang hasil penelitian yang telah

dilaksanakan mulai dari tanggal 15 mei – 7 agustus 2021 di RSUD dr Moh

Saleh Kota Probolinggo, dengan jumlah responden sebanyak 15

Responden dengan judul penelitian pengaruh terapi relaksasi otot progresif

terhadap intensitas nyeri pada ibu post partum sectio caessarea. Penjabaran

pembahasan akan dibahas secara rinci pada bab ini.

A. Gambaran dan Lokasi Penelitian

Rumah sakit dr. Muhammad Saleh merupakan satu-satunya rumah

sakit umum daerah yang dimiliki Kota Probolinggo. Terletak dengan

strategis di pusat kota memudahkan masyarakat untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dokter

Mohammad Saleh Kota Probolinggo merupakan milik pemerintah kota

probolinggo yang berdiri atas diatas lahan seluas 11.752 m2 dan didukung

oleh 22 orang dokter spesialis dari berbagai macam spesialisasi, 12 orang

dokter umum, 5 orang perawat pendidikan S1, 15 Orang perawat

pendidikan D3, dan tenaga non medis lain dengan pendidikan S1 dan D3

yang professional di bidangnya. RSUD dr. Mohamad Saleh ditetapkan

sebagai badan layanan umum dengan status penuh, berdasarkan Surat

Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/309/425.012/2010

tanggal 17 Desember 2010 tentang penetapan Rumah Sakit Umum Daerah

dr Mohamad Saleh sebagai Badan Layanan umum Daerah Penuh. RSUD

84
85

dr Moh Saleh yang terletak di jl D.I Panjaitan no 65, sukabumi, kec

mayangan kota porbolinggo, jawa timur. 67219.

B. Data Umum

1. Karakteristik responden berdasarkan usia, mulai dari tanggal 15 mei – 7

agustus 2021.

Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisa kemudian diolah

dengan rumus sebagaimana yang tercantum dalam metode penelitian.

Hasil penelitian disajikan data umum tentang karakteristik responden

yang meliputi usia.

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Variabel Mean ±SD Median Min – Max 95%CI
Usia 28,53 ± 6,08 28 20 – 38 25,16 – 31,90
Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukan , hasil analisis usia ibu

post sc di rsud dr moh saleh dari tanggal 15 mei – 7 agustus 2021

didapatkan rata rata berusia 28,53 tahun dengan standar devisiasi

6,08. usia termuda adalah 20 tahun usia tertua adalah 38 tahun.

Hasil tingkat ketergantungan 95% dapat disimpulkan bahwa rata –

rata usia pasien post partum sc berkisar antara 25,16 – 31,90.

2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan, pekerjaan dan cara

pembayaran, mulai dari tanggal 15 mei – 7 agustus 2021.

Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisa kemudian diolah

dengan rumus sebagaimana yang tercantum dalam metode penelitian.

Hasil penelitian disajikan data umum tentang karakteristik responden

yang meliputi pendidikan, pekerjaan dan cara pembayaran.


86

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan


Pendidikan, Pekerjaan dan Cara Pembayaran
Pendidikan F %
SD 0 0%
SMP 0 0%
SMA 12 79,92 %
Diploma/Sarjana 3 19,98 %
Pekerjaan F %
Ibu Rumah Tangga 10 66,6
Wiraswasta 2 13,32
Guru 2 13,32
PNS 1 6,66
Cara Pembayaran F %
Surat ketrangan tidak 3 19,98%
mampu
BPJS kelas I 4 26,64%
BPJS kelas II 5 33,3%
BPJS kelas III 3 19,98%
Pada tabel 5.2 diatas menunjukan, berdasarkan pendidikan

terakhir yang ditempuh pada mayoritas ibu post partum sc di rsud

dr moh saleh dari tanggal 15 mei – 7 agustus 2021 adalah tamatan

SMAsebanyak 12 orang (79,92 %).

Berdasarkan pekerjaan ibu post partum sc di rsud dr moh

saleh dari tanggal 15 mei – 7 agustus 2021 mayoritas adalah ibu

rumah tangga sebanyak 10 orang (66,6%).

Berdasarkan cara pembayaran post partum sc di rsud dr moh

saleh dari tanggal 15 mei – 7 agustus 2021 mayoritas adalah BPJS

kelas II sebanyak 5 orang (33,3%), namun berdasarakan cara

pembayaran tidak ada perbedaan dalam pemberian obat

farmakologi pada klien.


87

C. Data Khusus

1. Analisis Univariat

a. Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap nyeri post sectio

caessarea sebelum dan sesudah pada hari ke 1 di RSUD dr Moh

Saleh Kota Probolinggo mulai dari tanggal 15 mei – 7 agustus

2021.

Tabel 5.3 Hasil penelitian berdasarkan skala nyeri post sectio


caessarea pre dan post pada hari ke 1

Nyeri Ibu Post Partum Sectio Caessarea


Variabel Mean ± SD Median Min – Maks 95% CI
Pre I 6,53 ± 0,743 6 6–8 6,12 – 6,94
Post I 5,93 ± 1.09 6 5–8 5,32 – 6.54

Berdasarkan tabel 5.3 diatas, hasil analisis nilai skala nyeri

pada pre hari ke 1 didapatkan rata rata nilai nyerinya 6,53 dengan

standar devisiasi 0,743. Skor nyeri terendah adalah 6, skor nyeri

tertinggi adalah 8. Hasil tingkat ketergantungan 95% dapat

disimpulkan bahwa rata rata pada pre hari ke 1 nilai nyerinya

berkisar antara 6,12 – 6,94. Sedangkan pada post hari ke 1

didapatkan rata rata nilai nyerinya 5,93 dengan standar devisiasi

1,09. Skor nyeri terendah adalah 5, skor nyeri tertinggi adalah 8.

Hasil tingkat ketergantungan 95% dapat disimpulkan bahwa rata

rata pada post hari ke 1 nilai nyerinya berkisar antara 5,32 – 6,54.
88

b. Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap nyeri post sectio

caessarea sebelum dan sesudah hari ke 2 di RSUD dr Moh Saleh

Kota Probolinggo mulai dari tanggal 15 mei – 7 agustus 2021.

Tabel 5.4 Hasil penelitian berdasarkan skala nyeri post sectio caessarea
pre dan post pada hari ke 2

Nyeri Ibu Post Partum Sectio Caessarea


Variabel Mean ± SD Median Min – Maks 95% CI
Pre II 3,46 ± 0,51 3 3–4 3,18 – 3,74
.
Post II 2,6 ± 0,50 3 2–3 2,31 – 2,88

Berdasarkan tabel 5.4 diatas, hasil analisis nilai skala pada pre

hari ke 2 didapatkan rata rata nilai nyerinya 3,46 dengan standar

devisiasi 0,51. Skor nyeri terendah adalah 3, skor nyeri tertinggi

adalah 4. Hasil tingkat ketergantungan 95% dapat disimpulkan

bahwa rata rata pada pre hari ke 2 nilai nyerinya berkisar antara

3,18 – 3,74. Sedangkan pada post hari ke 2 didapatkan rata rata nilai

nyerinya 2,6 dengan standar devisiasi 0,50. Skor nyeri terendah

adalah 2, skor nyeri tertinggi adalah 3. Hasil tingkat ketergantungan

95% dapat disimpulkan bahwa rata rata pada post hari ke 2 nilai

nyerinya berkisar antara 2,31 – 2,88.


89

2. Analisis Bivariat

a. Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap nyeri pada ibu post

partum sectio caesarea pada dihari ke 1 di RSUD dr Moh Saleh

Kota Probolinggo mulai dari tanggal 15 mei – 7 agustus 2021.

Tabel 5.5 : Uji Explore Dan Wilcoxon Pengaruh Terapi


Relaksasi Otot Progresif Pada Hari Ke 1
Variabel Mean ± SD Median Min – Max 95%CI Selisih P Value
Pre I 6,53 ± 0,743 6 6–8 6,12 – 6,94 - 0,6 0,013
Post I 5,93 ± 1.09 6 5–8 5,32 – 6.54
Sumber : Data Penelitian, Diolah. 2021

Pada penelitian ini menggunakan uji explore dan uji statistik

yaitu Uji Wilcoxon Sign Rank Test.

hasil analisis uji explore hari ke 1 nilai skala nyeri pada pre

hari ke 1 didapatkan rata rata nilai nyerinya 6,53 dengan standar

devisiasi 0,743. Skor nyeri terendah adalah 6, skor nyeri tertinggi

adalah 8. Hasil tingkat ketergantungan 95% dapat disimpulkan

bahwa rata rata pada pre hari ke 1 nilai nyerinya berkisar antara

6,12 – 6,94. Sedangkan pada post hari ke 1 didapatkan rata rata nilai

nyerinya 5,93 dengan standar devisiasi 1,09. Skor nyeri terendah

adalah 5, skor nyeri tertinggi adalah 8. Hasil tingkat ketergantungan

95% dapat disimpulkan bahwa rata rata pada post hari ke 1 nilai

nyerinya berkisar antara 5,32 – 6,54. Hasil selisih rata ratanya - 0,6

yang berarti berkurangnya nyeri pada hari ke 1 : – 0,6.

Hasil uji Wilcoxon hari ke 1 didapatkan nilai P value 0.013 <

0.05 sehingga Ha diterima, yang berarti ada pengaruh terapi relaksasi


90

otot progresif terhadap pada penurunan intensitas nyeri pasien post

partum sectio caessarea hari ke 1 di RSUD dr Moh Saleh Kota

Probolinggo.

b. Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap nyeri pada ibu post

partum sectio caesarea pada dihari ke 2 di RSUD dr Moh Saleh

Kota Probolinggo mulai dari tanggal 15 mei – 7 agustus 2021.

Tabel 5.6 : Uji Explore Dan Wilcoxon Pengaruh Terapi


Relaksasi Otot Progresif Pada Hari Ke 2
Variabel Mean ± SD Median Min - Max 95%CI Selisih P Value
Pre II 3,46 ± 0,51 3 3–4 3,18 – 3,74 - 0,86 0,000
Post II 2,6 ± 0,50 3 2–3 2,31 – 2,88
Sumber : Data Penelitian, Diolah. 2021

Pada penelitian ini menggunakan uji explore dan uji statistik

yaitu Uji Wilcoxon Sign Rank Test.

Hasil analisis nilai skala pada pre hari ke 2 didapatkan rata rata

nilai nyerinya 3,46 dengan standar devisiasi 0,51. Skor nyeri

terendah adalah 3, skor nyeri tertinggi adalah 4. Hasil tingkat

ketergantungan 95% dapat disimpulkan bahwa rata rata pada pre

hari ke 2 nilai nyerinya berkisar antara 3,18 – 3,74. Sedangkan pada

post hari ke 2 didapatkan rata rata nilai nyerinya 2,6 dengan standar

devisiasi 0,50. Skor nyeri terendah adalah 2, skor nyeri tertinggi

adalah 3. Hasil tingkat ketergantungan 95% dapat disimpulkan

bahwa rata rata pada post hari ke 2 nilai nyerinya berkisar antara

3,46 – 2,6. Hasil selisih rata ratanya - 0,86 yang berarti

berkurangnya nyeri pada hari ke 2 di : – 0,86.


91

Pada penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu Uji

Wilcoxon Sign Rank Test . Hasil uji Wil coxon didapatkan nilai P

value 0.000 < 0,05 sehingga Ha diterima, yang berarti ada pengaruh

terapi relaksasi otot progresif terhadap pada penurunan intensitas

nyeri pasien post partum sectio caessarea hari ke 2 di RSUD dr

Moh Saleh Kota Probolinggo.

c. Skala nyeri pada ibu post partum pada hari ke 1 dan hari ke 2 di

RSUD dr Moh saleh Kota Probolinggo mulai dari tanggal 15 mei –

7 agustus 2021.

Tabel 5.7 : Uji Explore Dan Wilcoxon Nyeri Pada Ibu


Post Partum Sebeluum Terapi Relaksasi Otot Progresif
Pada hari ke 1 dan ke 2
Variabel Mean ± SD Median Min - Max 95%CI Selisih P Value
Pre I 6,53 ± 0,743 6 6–8 6,12 – 6,94 - 3,07 0,000
Pre II 3,46 ± 0,51 3 3–4 3,18 – 3,74
Sumber : Data Penelitian, Diolah 2021

Pada penelitian ini menggunakan uji explore dan uji statistik

yaitu Uji Wilcoxon Sign Rank Test.

hasil analisis uji explore hari ke 1 nilai skala nyeri pada pre

hari ke 1 didapatkan rata rata nilai nyerinya 6,53 dengan standar

devisiasi 0,743. Skor nyeri terendah adalah 6, skor nyeri tertinggi

adalah 8. Hasil tingkat ketergantungan 95% dapat disimpulkan

bahwa rata rata pada pre hari ke 1 nilai nyerinya berkisar antara

6,12 – 6,94. Sedangkan pada pre hari ke 2 didapatkan rata rata nilai

nyerinya 3,46 dengan standar devisiasi 0,51. Skor nyeri terendah

adalah 3, skor nyeri tertinggi adalah 4. Hasil tingkat ketergantungan


92

95% dapat disimpulkan bahwa rata rata pada pre hari ke 2 nilai

nyerinya berkisar antara 3,18 – 3,74. Hasil selisih rata ratanya -

0,307. yang berarti perbandingan selisih nyeri sebelum terapi

relaksassi otot progresif nyeri pada hari ke 1 dan ke 2 adalah : –

0,307.

Hasil uji Wilcoxon pada pre hari ke 1 dan ke 2 didapatkan

nilai P value 0.000 < 0.05 sehingga Ha diterima, yang berarti ada

penurunan intensitas nyeri pasien post partum sectio caessarea

sebelum terapi relaksasi otot progresif pada hari ke 1 dengan hari ke

2 di RSUD dr Moh Saleh Kota Probolinggo.

d. Skala nyeri setelah diberikan terapi relaksasi otot progresif pada ibu

post partum pada hari ke 1 dan hari ke 2 di RSUD dr Moh saleh

Kota Probolinggo mulai dari tanggal 15 mei – 7 agustus 2021.

Tabel 5.7 : Uji Explore Dan Wilcoxon Nyeri Pada Ibu


Post Partum Sesudah Terapi Relaksasi Otot Progresif
Pada hari ke 1 dan ke 2
Variabel Mean ± SD Median Min - Max 95%CI Selisih P Value
Post I 5,93 ± 1.09 6 5–8 5,32 – 6.54 -3,33 0,000
Post II 2,6 ± 0,50 3 2–3 2,31 – 2,88
Sumber : Data Penelitian, Diolah 2021

Pada penelitian ini menggunakan uji explore dan uji statistik

yaitu Uji Wilcoxon Sign Rank Test.

hasil analisis uji explore hari ke 1 nilai skala nyeri pada post

hari ke 1 didapatkan rata rata nilai nyerinya 5,93 dengan standar

devisiasi 1,09. Skor nyeri terendah adalah 5, skor nyeri tertinggi

adalah 8. Hasil tingkat ketergantungan 95% dapat disimpulkan


93

bahwa rata rata pada post hari ke 1 nilai nyerinya berkisar antara

5,32 – 6,54. Sedangkan pada post hari ke 2 didapatkan rata rata nilai

nyerinya 2,6 dengan standar devisiasi 0,50. Skor nyeri terendah

adalah 2, skor nyeri tertinggi adalah 3. Hasil tingkat ketergantungan

95% dapat disimpulkan bahwa rata rata pada post hari ke 2 nilai

nyerinya berkisar antara 3,46 – 2,6. Hasil selisih rata ratanya -

0,333. yang berarti perbandingan selisih nyeri sesudah terapi

relaksassi otot progresif nyeri pada hari ke 1 dan ke 2 adalah : –

0,333.

Hasil uji Wilcoxon pada post hari ke 1 dan ke 2 didapatkan

nilai P value 0.000 < 0.05 sehingga Ha diterima, yang berarti ada

penurunan intensitas nyeri pasien post partum sectio caessarea

sesudah terapi relaksasi otot progresif pada hari ke 1 dengan hari ke

2 di RSUD dr Moh Saleh Kota Probolinggo.

Menurut peneliti alasan pengurangan nyeri dengan

menggunakan terapi relaksasi otot progresif pada ibu post partum

sectio caesarea lebih ampuh pada hari ke 2 karena nyeri yang

dialami pasien sudah mengalami penurunan dengan terapi

farmakologi jadi dari presepsi pasien akan terasa lebih rileks saat

melakukan terapi relaksasi otot progresif pada hari ke 2 dan pasien

akan lebih menerima untuk melatih menggerakan tubuhnya karena

untuk mempercepat kemandiriannya dalam bergerak dan menurut

peneliti terapi relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas


94

nyeri namun hanya sementara dan tidak signifikan.

D. Pembahasan

Pembahasan dalam sub bab ini akan dijelaskan hasil dari pengaruh terapi

relaksasi otot progresif dengan terapi Obat terhadap intensitas tingkat

nyeri pada pasien post partum sectio caessarea di RSUD dr Moh Saleh

Kota Probolinggo. Perbandingannya sebelum dan sesudah dilakukan

terapi relaksasi otot progresif terhadap Tingkat nyeri pasien post sectio

caessarea.

a. Hasil intensitas nyeri sebelum diberikan terapi relaksasi otot

progresif.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji explore

pada pasien nyeri post sectio caesarea dapat disimpulkan pada

kelompok intervensi pretest dengan 15 sampel responden pada pre

hari ke 1 rata rata nilai nyerinya adalah 6,53 dan pada pre hari ke 2

rata rata nilai nyerinya adalah 3,46.

Nyeri pada ibu berhubungan dengan sectio caesarea (SC) istilah

ini berasal dari bahasa latin caedere yang berarti memotong atau

menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu pada

tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan

membuka dinding perut dan rahim ibu96. Menurut 97 SC adalah suatu

cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus

96
Todman D. 2007. A History of Caesarean Section: From Ancient World to The Modern Era.
Australian and New Zealand Journal of Obstet 21 Isti Mulyawati, Mahalul Azam, & Dina Nur
Anggarini Ningrum / KEMAS 7 (1) (2011) 14-21 and Gynaecol, 47(5): 357-361
97
Sofian, Amru. 2011. Sinopsis Obstetri Rustam Mochtar Jilid 1. EGC. Jakarta.
95

melalui dinding depan perut, sectio caesarea juga dapat didefinisikan

sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

Tindakan SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan

menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin seperti proses

persalinan normal lama atau kegagalan proses persalinan normal,

plasenta previa, panggul sempit, distosia serviks, pre eklamsi berat,

ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, janin

letak lintang, letak bokong, fetal distres dan janin besar melebihi

4.000 gram. Angka persalinan dengan SC di Probolinggo masih

tinggi, sehingga angka ini harus ditekan dengan upaya tindakan SC

berdasar indikasi, dan peningkatan pengetahuan ibu hamil mengenai

indikasi SC yang tepat98. Menurut99, masalah yang biasanya muncul

setelah dilakukannya operasi SC antara lain: terjadinya aspirasi (25-

50%), emboli pulmonari, perdarahan, infeksi pada luka, infeksi

uterus, infeksi pada traktus urinarius, cedera pada kandung kemih,

tromboflebitis dan gangguan rasa nyaman nyeri. Apabila masalah-

masalah tersebut tidak segera diatasi, maka masalahnya menjadi

panjang dan dapat menimbulkan masalah baru seperti: pembentukan

adhesion (perlengkatan), obstruksi usus, kesulitan penggunaan otot

untuk sit-up, dan nyeri pelvik. Pada kasus post SC masalah yang

sering muncul setelah tindakan operasi SC adalah nyeri. Rasa nyeri

98
Dermawan, A.C., dan Setiawati, S. (2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan.
Jakarta: Trans info media.
99
Solehati, T & Kosasih CE. (2015). Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Maternitas. Bandung : PT Refika Aditama
96

adalah pengalaman sensori tidak menyenangkan 100 . Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan 101 pada pasien post SC di RS Al-

Islam Bandung, nyeri pasien post SC adalah 43,33% dengan nyeri

sedang dan 56,67% dengan nyeri hebat.

Nyeri adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan

disebabkan oleh stimulus spesifik mekanis, kimia, elektrik pada

ujung -ujung syaraf serta tidak dapat diserahterimakan kepada orang

lain. Nyeri yang dirasakan seseorang bersifat personal dan unik,

dimana setiap individu berbeda dan tidak dapat disamakan meskipun

mempunyai kondisi yang sama. Dari hasil beberapa penelitian

tentang melahirkan melalui operasi Sectio Caesarea menunjukkan

bahwa melahirkan secara Sectio caesarea akan memerlukan waktu

penyembuhan luka uterus yang lebih lama daripada persalinan

normal. Selama luka belum benar – benar sembuh rasa nyeri bisa saja

timbul pada luka tersebut.

Salah satu metode untuk mengatasi nyeri secara nonfarmakologi

adalah terapi relaksasi otot progressif. Relaksasi otot progressif

adalah teknik relaksasi yang menggunakan serangkaian gerakan

tubuh yang bertujuan untuk melemaskan dan memberi efek nyaman

pada seluruh tubuh.102

100
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC. Hal :
45-47.
101
Pratiwi (2010) askep pada pasien post SC di RS Al-Islam Bandung, nyeri pasien post SC. Jurnal
ilmu kesehatan
102
Corey, G. (2005). Student manual for theory and practice of counselling and psychotherapy
(7th edition). USA: Thompson Brooks/Cole.
97

Suatu proses pembedahan setelah operasi atau post operasi akan

menimbulkan respon nyeri. Nyeri yang dirasakan ibu post partum

dengan sectio caesarea berasal dari luka yang terdapat dari perut103.

Tingkat dan keparahan nyeri pasca operatif tergantung pada

fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan

nyeri 104.

Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas. Banyak pasien

sectio caesarea yang mengeluh rasa nyeri dibekas jahitan sesar.

Keluhan ini sebenarnya wajar karena tubuh mengalami luka dan

poses penyembuhannya tidak sempurna. Dampak nyeri yang perlu di

tanyakan adalah hal-hal yang spesifik seperti pengaruhnya terhadap

pola tidur, pola makan, energi, aktifitas keseharian105.

Nyeri merupakan suatu kondisi tidak nyaman yang disebabkan

oleh stimulus tertentu. Nyeri setelah pembedahan merupakan hal

yang biasa terjadi pada banyak pasien yang pernah mengalami

pembedahan. Yang perlu diwaspadai adalah jika nyeri itu disertai

dengan komplikasi setelah pembedahan seperti luka jahitan yang

tidak menutup, infeksi pada luka operasi, dan gejala lain yang

berhubungan dengan jenis pembedahan 106.

103
Kasdu, D. 2003. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara.
104
Brunner & Suddarth, (2002), Keperawatan medikal Bedah, edisi 3, EGC, Jakarta
105
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika
106
Potter, PG & Perry, AG. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses, Dan
Praktik. Volume 2. Edisi 4. Trans. Komalasari, R et al. Jakarta : EGC
98

Nyeri persalinan adalah bagian dari proses yang normal. Nyeri

persalinan itu Pada saat nyeri persalinan dirasakan, terdapat receptor

opiate pada otak dan tulang belakang dan menentukan bahwa

susunan saraf pusat (SSP) melepaskan zat seperti morfin (endorphin

dan enkephalin). Endogenous opiate menjepit untuk receptor opiate

dan mengganggu persepsi nyeri. Rasa tidak nyaman dan nyeri dalam

persalinan adalah unik, oleh karena itu pengalaman persalinan

mempunyai suatu kekuatan tinggi terhadap perolehan pereda nyeri

yang memuaskan, berbagai macam tindakan pengurangan rasa nyeri

menggunkan teori sistem endorphin ini misalnya teknik massage

effleruage dan progressive muscle relaxation yang pada gilirannya

dapat meredakan nyeri.107

Patofisiologi nyeri timbul akibat adanya rangsangan pada

reseptor nyeri yang banyak dijumpai pada lapisan epidermis kulit dan

pada beberapa jaringan di dalam tubuh. Reseptor nyeri merupakan

ujung-ujung bebas serat saraf aferen A delta dan C. Reseptor nyeri

dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi rangsangan nyeri

yang berupa zat kimiawi seperti histamin, bradikinin, prostaglandin

yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan108.

Rangkaian proses yang menyertai antara kerusakan jaringan

(sebagai sumber stimuli nyeri) sampai dirasakannya persepsi nyeri

adalah suatu proses elektro-fisiologik, yang disebut sebagai

107
Maryunani, Anik . (2010). Nyeri Dalam Persalinan Teknik dan Cara Penanganannya. Jakarta:
Trans Info Media.
108
Prasetyo, S.N. (2010). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu.
99

nosisepsi, ada empat proses yang terjadi menurut109, yaitu :

1. Transduksi (transduction)

Adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen

mengantarkan stimulus ke dalam impuls reseptor nyeri. Ada dua

tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-

delta dan serabut saraf C. Serabut saraf A-delta mempunyai

karakteristik menghantarkan nyeri dengan cepat, sedangkan

serabut saraf C berukuran sangat kecil dan besifat lambat dalam

menghantarkan nyeri.

2. Transmisi (transmission)

Proses penyaluran impuls melalui saraf sensoris menyusul

proses transduksi. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut saraf A-

delta dan serabut saraf C sebagai neuron pertama dari perifer ke

medulla spinalis.

3. Modulasi (modulation)

Modulasi adalah proses interaksi antara sistem analgesik

endogen dengan impuls nyeri yang masuk ke kornu posterior

medula spinalis. Sistem analgesik endogen meliputi, enkefalin,

endorfin, serotinin, dan noradrenalin yang mempunyai efek

menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis.

Dengan demikian kornu posterior diibaratkan sebagai pintu

gerbang nyeri yang bisa tertutup atau terbuka untuk menyalurkan

109
Mangku Gde & Senephati, Tjokorda GA. (2010). Buku Ajar Ilmu Anestesia Reanimasi. Jakarta:
indeks
100

impuls nyeri. Proses tertutupnya atau terbukanya pintu nyeri

tersebut diperankan oleh sistem analgesik endogen tersebut.

4. Persepsi (perception)

Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik

yang dimulai dari proses transduksi, transmisi dan modulasi yang

pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan yang subyektif yang

dikenal sebagai persepsi nyeri.

Faktor faktor yang mempengaruhi nyeri pasca persalinan

Menurut110, Banyak faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan,

baik faktor internal maupun eksternal yang meliputi paritas, usia,

budaya, mekanisme koping, emosional, tingkat pendidikan,

lingkungan, kelelahan, kecemasan, lama persalinan, pengalaman

masa lalu, support system, dan tindakan medik.

Penanganan nyeri merupakan masalah yang kompleks.

Sebelum dilakukan penanganan terhadap nyeri terlebih dahulu

mengkaji sumber, letak, faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

seperti kegelisahan dan keletihan. 111 Penanganan nyeri dapat

dilakukan dengan cara:

110
Henderson, C. (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan (EssentialMidwifery). Alih Bahasa, Ria
Anjarwati, dkk. Jakarta : EGC
111
Cooper, Fraser. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.
101

3) Penanganan Nyeri Farmakologis

112
Menurut ,penatalaksanaan farmakologis nyeri

persalinan antara lain:

a) Analgesia narkotik (Mereperidine, Nalbuphine,

Butorphanol, Morfin Sulfate Fentanyln)

b) Analgesia regional (Epidural, spinal dan kombinasinya)

c) ILA (Intra Thecal Labor Analgesia)

4) Penanganan Nyeri Nonfarmakologis

a) Distraksi

b) Relaksasi otot progresif

2. Hasil intensitas nyeri sesudah diberikan terapi relaksasi otot

progresif.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji explore

pada pasien nyeri post sectio caesarea dapat disimpulkan pada post

test dengan 15 sampel responden pada post hari ke 1 rata rata nilai

nyerinya adalah 5,93 dan post hari ke 2 rata rata nilai nyerinya adalah

2,6. Hasilnya terdapat penurunan intensitas nyeri pada ibu post

partum sectio caessarea itu membuktikkanya terdapat pengaruh terapi

relaksasi otot progresif terhadap intensitas nyeri.

Nyeri adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan

disebabkan oleh stimulus spesifik mekanis, kimia, elektrik pada

ujung -ujung syaraf serta tidak dapat diserahterimakan kepada orang

112
Bobak, Lowdermilk, Jensen (2014) Buku Ajaran Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
102

lain. Nyeri yang dirasakan seseorang bersifat personal dan unik,

dimana setiap individu berbeda dan tidak dapat disamakan meskipun

mempunyai kondisi yang sama. Dari hasil beberapa penelitian

tentang melahirkan melalui operasi Sectio Caesarea menunjukkan

bahwa melahirkan secara Sectio caesarea akan memerlukan waktu

penyembuhan luka uterus yang lebih lama daripada persalinan

normal. Selama luka belum benar – benar sembuh rasa nyeri bisa saja

timbul pada luka tersebut.

Relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation)

didefinisikan sebagai suatu teknik relaksasi yang menggunakan

serangkaian gerakan tubuh yang bertujuan untuk melemaskan dan


113
memberi efek nyaman pada seluruh tubuh. Batasan lain

menyebutkan bahwa relaksasi otot progresif merupakan teknik

untuk mengurangi kecemasan dengan cara menegangkan otot dan

merilekkannya secara bergantian.114

relaksasi otot progresif merupakan suatu keterampilan yang

dapat dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau

menghilangkan ketegangan sehingga menimbulkan rasa nyaman

tanpa tergantung pada hal/subjek di luar dirinya 115 . Relaksasi

progresif dipandang cukup praktis dan ekonomis karena tidak

memerlukan imajinasi yang rumit, tidak ada efek samping, mudah


113
Corey, G. (2005). Student manual for theory and practice of counselling and psychotherapy
(7th edition). USA: Thompson Brooks/Cole.
114
Miltenberger, R. G. (2004). Behavior Modification Principles And Procedures (3th edition).
Australia: Thompson Wadsworth.
115
Soewondo, S. (2012). Stres, Manajemen Stres, dan Relaksasi Progresif. Jakarta: LPSP3 UI
103

dilakukan, serta dapat membuat tubuh dan pikiran menjadi tenang,

rileks dan lebih mudah untuk tidur.116

Relaksasi otot progresif telah digunakan dalam berbagai

penelitian didalam dan diluar negeri dan telah terbukti bermanfaat

pada berbagai kondisi subyek penelitian. Saat ini latihan relaksasi

relaksasi otot progresif semakin berkembang dan semakin sering

dilakukan karena terbukti efektif mengatasi ketegangan,

kecemasan, stres dan depresi, membantu orang yang mengalami

insomnia 117 , hingga meningkatkan kualitas hidup pasien pasca


118
operasi CABG , menurunkan tekanan darah pada pasien
119
hipertensi esensial , meredakan keluhan sakit kepala dan

meningkatkan kualitas hidup.120

Latihan relaksasi otot progresif melibatkan sembilan

kelompok otot yang ditegangkan dan dilemaskan, yaitu kelompok

otot tangan, kaki, dahi, mata, otot-otot bibir, lidah, rahang, dada

dan leher. 121berpendapat pada anggota gerak bagian atas terdapat

sekumpulan otot yang terlibat dalam kontraksi dan relaksasi yaitu

116
Davis & McKay. (2001). Panduan relaksasi dan reduksi stres (Edisi V). Jakarta: EGC.
117
Erliana, E. (2008). Perbedaan tingkat insomnia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot
progresif (pregressive muscle relaxation) di BPSTW Ciparay Bandung. Tersedia dalam
http://pustaka.unpad.ac.id/ wp-content/uploads/pdf.
118
Dehdari, (2009), Effects of progressive muscular relaxation training on quality of life in
anxious patients after coronary artery bypass graft surgery,
119
Murti, T. 2011. Perbedaan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Esensial Sebelum Dan
Sesudah Pemberian Relaksasi Otot Progresif Di RSUD Tugurejo Semarang.
120
Azizi, M., & Mashhady, H. (2012). Analysis of progressive relaxation effect on life quality of
migraine patients. Current Research Journal of Social Sciences 4(2), 150–152.
121
Gunawan., Wardani, Dewi.(2017). Pengaruh Pemberian Terapi PMR Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Dan Denyut Nadi Sebelum Dan Sesudah Odontektomi Pada Pasien Gigi Impaksi.
Jurnal Kedokteran Diponegoro, Vol 6,No.2.
104

musculus latissimus dorsi, musculus deltoideus, musculus

trapezius, musculus biceps brachii, musculus triceps brachii,

musculus extensor carpi radialis, musculus extensor carpi ulnsris,

musculuspronator teres, musculus palmaris ulnaris, dan musculus

feksor digitorunt profundus.

Pada anggota gerak bagian bawah jenis otot yang terlibat

pada kontraksi dan relaksasi meliputi musculus illiopsoas,

musculus tensor fasialata, musculus rechus femoris, musculus

vestus, musculus peroneus, musculus tibialis, musculus ekstensor

digitorum komunis, musculus pehinus, musculus gracillis, musculus

saleus, musculus adductor magnus musculus gluteus maksimus,

musculus biceps femoris, dan musculus plantaris122.

Pada bagian kepala, wajah, dan mulut otot-otot yang

terlibat pada saat kontraksi dan relaksasi meliputi musculus

frontalis, musculus okcipitalis, musculus ohligeus oculi, musculus

orbicularis oculi, musculus levator palpebra, musculus

triangularis, musculus orbicularis oris, musculus quadrates labii,

musculus bucsinator, musculus zigomaticus, musculus maseter,

musculus temporalis, musculus pterigoid, musculus genioglosus,

122
Gunawan., Wardani, Dewi.(2017). Pengaruh Pemberian Terapi PMR Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Dan Denyut Nadi Sebelum Dan Sesudah Odontektomi Pada Pasien Gigi Impaksi.
Jurnal Kedokteran Diponegoro, Vol 6,No.2.
105

dan musculus stiloglosus123.

Pada bagian leher dan bahu, jenis otot yang terlibat

meliputi musculus platisma, musculus sternoHeido mastoid,

musculus longisimus capitis, musculus deltoid, musculus sub

scapularis, musculus supraspinatus, musculus supra infraspinatus,

dan musculus teres. Sedangpada bagian dada otot yang terlibat

adalah musculus pectoralis major, musculus pectoralis minor,

musculus sub clavicula, dan musculus seratus anterior124.

Selain itu pada saat melakukan pemafasan dalam juga

melibatkan otot-otot bagian perut yang meliputi musculus

abdominalis internal, musculus abdominalis eksternal, musculus

obliqus abdominalis, dan musculus trensversus abdominalis125.

Menurut 126 kontraksi dan relaksasi otot dikendalikan oleh

susunan syaraf pusat melalui serabut syaraf motoriknya,t empat

lekat cabang-cabang syaraf motorik adalah neuromuscular junction

yang merupakan penghantar kimiawi (neuro transmitter) asetil

kholin maupun adrenalin untuk eksitasi serabut otot. Impuls syaraf

yang tiba pada sebuah neuromuscular akan dihantar langsung


123
Gunawan., Wardani, Dewi.(2017). Pengaruh Pemberian Terapi PMR Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Dan Denyut Nadi Sebelum Dan Sesudah Odontektomi Pada Pasien Gigi Impaksi.
Jurnal Kedokteran Diponegoro, Vol 6,No.2.
124
Gunawan., Wardani, Dewi.(2017). Pengaruh Pemberian Terapi PMR Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Dan Denyut Nadi Sebelum Dan Sesudah Odontektomi Pada Pasien Gigi Impaksi.
Jurnal Kedokteran Diponegoro, Vol 6,No.2.
125
Gunawan., Wardani, Dewi.(2017). Pengaruh Pemberian Terapi PMR Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Dan Denyut Nadi Sebelum Dan Sesudah Odontektomi Pada Pasien Gigi Impaksi.
Jurnal Kedokteran Diponegoro, Vol 6,No.2.
126
Hardani, dkk. (2016). Relaksasi Otot Progresif Dalam Mengatasi Insomnia Di Panti Tesna
Werdha. Jurnal Keperawatan
106

kepada tiap-tiap sarkomer oleh sistem tubura transversar yang

mengelilingi miofibril. Semua sarkomer pada otot akan menerima

sinyal untuk berkontraksi sehingga otot dapat berkontraksi sebagai

satu kesatuan yang utuh. Sinyal elektrik itu dihantar menuju

retikulum sarkoplasmik, yaitu suatu sistem dari vesicles yang

bersifat membran dan berasal dari retikulum endoplasma yang

membungkus miofibril.

127
Menurut menjelaskan bahwa pada keadaan relaksasi,

ujung-ujung filamen aktin yang berasal dari dua membran yang

berurutan satu sama lain hampir tidak tumpang tindih, sedangkan

pada saat yang sama filamen miosin mengadakan tumpang tindih

secara sempuma, sebaliknya pada keadaan kontraksi filament

filamen aktin ini tertarik kedalam diantara filamen miosin sehingga

satu sama lain saling tumpang tindih. Filamen aktin dapat ditarik

demikian kuatnya sehingga ujung-ujung filamen miosin

melengkung ketika kontraksi. Molekul miosin terdiri dari dua

bagian, yaitu meromiosin ringan dan meromiosin berat.

Meromiosin ringan tersusun dari dua utas peptida yang satu sama

lainnya saling melilit dalam satu heliks. Meromiosin berat terdiri

dari dua bagian, yaitu heliks kembar yang sarna dengan yang

terdapat pada meromiosin ringan dan bagian kepala yang terretak

pada ujung heliks kembar.

127
Alimansur, M & Anwar, MC. 2013. Efek Relaksasi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 2 No. 1 ISSN : 2303-1433.
107

Badan filamen terdiri dari utas meromiosin ringan yang

sejajar. Bagian meromiosin berat dari molekul miosin terdapat

penonjoran yang membentuk jembatan penyeberang. Batang

penyeberang bertindak sebagai lengan yang memungkinkan kepala

meluas jauh keluar dari badan filamen miosin atau terletak dekat
128
dengan badan. , sistem kontrol desending adalah suatu sistem

serabut berasal dari dalam otak bagian bawah dan bagian tengah

dan berakhir pada serabut interneuronal dalam kornu dorsalis dari

medula spinalis.

Relaksasi otot progresif dilakukan dengan cara

menegangkan kelompok otot tertentu kemudian melepaskan

ketegangan tersebut. Pada saat otot sedang ditegangkan memang

menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi ketika ketegangan

dilepaskan maka saat itulah akan merasakan sensasi rasa nyaman.

Dalam hal ini, orang yang melakukan latihan relaksasi otot

memang diminta untuk berkonsentrasi membedakan sensasi rasa

nyaman yang timbul ketika ketegangan dilepaskan.

Ketegangan otot merupakan hasil dari kontraksi serabut

otot, sedang relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot.

Hingga saat ini belum ada alat untuk mengukur tingkat ketegangan

dan relaksasi otot. Sehingga ukuran otot yang tegang dan rileks

128
Alimansur, M & Anwar, MC. 2013. Efek Relaksasi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 2 No. 1 ISSN : 2303-1433.
108

menjadi tidak standar dan lebih dominan bersifat subyektif. Untuk

ketegangan otot, secara obyektif sebenamya bisa dilihat dan

dirasakan. Pergerakan otot yang terjadi akibat makin membesar dan

memanjangnya serabut otot bisa dilihat secara kasat mata.

Konsistensi atau kekerasan bisa menjadi salah satu indikator

ketegangan karena semakin tegang suatu otot maka akan semakin

keras konsistensinya. Selain itu, usaha menegangkan otot harus

dilakukan dengan menahan nafas. Keras dan lemahnya getaran atau

guncangan saat menegan gkan mengindikasikan tingkat ketegangan

otot.

3. Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap nyeri post

partum section caessaria pada hari ke 1 dan ke 2 di RSUD dr

Moh Saleh Kota Probolinggo.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji explore

dan uji wilcoxon pada pasien nyeri post sectio caesarea dapat

disimpulkan pada pretest dan post test dengan 15 sampel responden

pada pre hari ke 1 rata rata nilai nyerinya adalah 6,53, Sedangkan

post hari ke 1 rata rata nilai nyerinya adalah 5,93. Hasil selisih rata

rata nyerinya adalah : – 0,6. Dengan P value (0,013) < 0,05 maka Ho

ditolak Ha diterima yang menagartikan terdapatnya penurunan

intensitas nyeri.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji explore

dan uji wilcoxon pada pasien nyeri post sectio caesarea dapat
109

disimpulkan pada pretest dan post test dengan 15 sampel responden

pada pre H2 rata rata nilai nyerinya 3,46, sedangkan pada post H2

rata rata nilai nyerinya 2,6. Hasil selisih rata rata -0,86. Dengan P

Value (0,000) < 0,05 maka Ho ditolak Ha diterima.dengan hasil

akhir terdapatnya pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap

pengurangan nyeri.

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

plasenta, selaput ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan

lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan

sendiri.129

Menurut 130 persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta

dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu persalinan dianggap

normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan

(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.131

Persalinan adalah proses membuka dan menutupnya serviks

dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana

janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan

kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

129
Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta
:Fitramaya.
130
Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal. USAID: Jakarta.
131
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depkes RI Jakarta
.
110

komplikasi baik ibu maupun janin.132

Sectio caesaria merupakan salah satu cara yang digunakan

dibidang kesehatan untuk membantu persalinan ketika ada masalah

tak terduga terjadi selama persalinan, seperti faktor dari ibu yaitu

panggul yang sempit, faktor dari janin yang letaknya lintang, tidak

cukup ruang bagi janin untuk melalui vagina, dan kelainan pada

janin seperti berat badan janin melebihi 4000 gram 133 . Sectio

caesaria juga mempunyai dampak negatif diantaranya adanya rasa

nyeri, kelemahan, gangguan integritas kulit, nutrisi kurang dari

kebutuhan, resiko infeksi dan sulit tidur, tetapi dampak yang paling

sering muncul dirasakan oleh klien post sectio caesaria adalah rasa

nyeri akibat efek pembedahan134.

Menurut Internatonal Association For the study of pain

(IASP) Nyeri merupakan suatu sensori subjektif dan pengalaman

emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan

jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam

kejadian-kejadian ketika terjadi kerusakan.135

132
Abdul Bari Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
133
Lamont, R. F., Sobel, J., Kusanovic, J.P., Vaisbuch, E., Tovi, S.M., Kim, S. K., 2011, Current
Debate on the Use of Antibiotic Prophylaxis for Cesarean Section,National Institutes Health
Public Access,Vol.118, No. 2, 193-201
134
Solehati, Tetti dan Cecep Eli Kosasih., 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Maternitas. Bandung : PT. Refika Aditama.
135
Afroh F, Judha M, Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri
Persalinan, Nuha Medika: Yogyakarta
111

Nyeri persalinan adalah bagian dari proses yang normal. Pada

saat nyeri persalinan dirasakan, terdapat receptor opiate pada otak

dan tulang belakang dan menentukan bahwa susunan saraf pusat

(SSP) melepaskan zat seperti morfin (endorphin dan enkephalin).

Endogenous opiate menjepit untuk receptor opiate dan mengganggu

persepsi nyeri. Rasa tidak nyaman dan nyeri dalam persalinan adalah

unik, oleh karena itu pengalaman persalinan mempunyai sutu

kekuatan tinggi terhadap perolehan pereda nyeri yang memuaskan,

berbagai macam tindakan pengurangan rasa nyeri menggunkan teori

sistem endorphin ini misalnya teknik massage effleruage dan

progressive muscle relaxation yang pada gilirannya dapat meredakan

nyeri.136

Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional tidak

menyenangkan yang dihubungkan dengan jaringan yang rusak 137 .

Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan secara farmakologis dan non

farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis meliputi analgesik dan

anestesi, penggunaan opioid, dan obat non steroid anti inflamasi.

Penatalaksanaan nyeri nonfarmakologis antara lain stimulasi kutan

dan massage, terapi panas dingin, Transkutaneous Electrical Nerve

Stimulation (TENS), teknik distraksi relaksasi, imagery guided,

136
Maryunani, Anik . (2010). Nyeri Dalam Persalinan Teknik dan Cara
Penanganannya. Jakarta: Trans Info Media.
137
Rasjidi I. nyeri post partum. Jakarta: CV Sagung Seto; 2010
112

hipnosis dan herbal 138.

Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan sangat

individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain 139 . Nyeri

sebagai segala hal yang dikatakan orang yang mengalami nyeri dan

terjadi kapan saja orang tersebut mengatakan bahwa merasakan

nyeri, dari dasar definisi ini adalah kemauan tenaga kesehatan untuk

percaya bahwa klien mengalami nyeri dan orang yang berwenang

terhadap nyeri tersebut 140.

Teknik relaksasi progresif adalah teknik merelaksasikan otot

dalam pada bagian tubuh tertentu maupun seluruhnya melalui teknik

program terapi ketegangan otot, dapat menurunkan nyeri tanpa

farmakologi, memberikan dan meningkatkan pengalaman subjektif

bahwa ketegangan fisiologis bisa direlaksasikan sehingga relaksasi

akan menjadi kebiasaan pada keadaan ketika otot tegang141.

Relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation)

didefinisikan sebagai suatu teknik relaksasi yang menggunakan

serangkaian gerakan tubuh yang bertujuan untuk melemaskan dan

138
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
139
Rini, S., & Susanti, I. H. 2018. Penurunan Nyeri pada Ibu Post Sectio Cesarea Pasca Intervensi
Biologic Nurturing Baby Led Feeding. Medisains, 16 (2), 83.
https://doi.org/10.30595/medisains.v16i2.2801
140
Astuti, A., & Merdekawati, D. (2016). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap
Penurunan Tingkat Skala Nyeri Pasien Post Operasi . Jurnal Stikes Harapan
Ibu Jambi.
141
Fitria, c. n., & Ambarwati, R. D. (2012). Efektifitas Tekhnik Relaksasi Progresif terhadap
intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi
.http://journal.akpergshwng.ac.id/index.php/gsh/article/view/10
113

142
memberi efek nyaman pada seluruh tubuh. Batasan lain

menyebutkan bahwa relaksasi otot progresif merupakan teknik untuk

mengurangi kecemasan dengan cara menegangkan otot dan

merilekkannya secara bergantian.143

Relaksasi otot progresif merupakan suatu keterampilan yang

dapat dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau

menghilangkan ketegangan sehingga menimbulkan rasa nyaman

tanpa tergantung pada hal/subjek di luar dirinya 144 . Relaksasi

progresif dipandang cukup praktis dan ekonomis karena tidak

memerlukan imajinasi yang rumit, tidak ada efek samping, mudah

dilakukan, serta dapat membuat tubuh dan pikiran menjadi tenang,

rileks dan lebih mudah untuk tidur.145

Tujuan dari relaksasi otot progresif ini adalah menurunkan

nyeri secara non farmakologis, memberikan dan meningkatkan

pengalaman subjektif bahwa ketegangan psikologis bisa

direlaksasikan sehingga relaksasi akan menjadi kebiasaan seseorang

berespon terhadap keadaan tertentu ketika otot tegang, dan dapat


146
menurunkan stress psikologis , karena gerakan yang telah

diberikan secara perlahan membantu merilekskan sinap sinap saraf

142
Corey, G. (2005). Student manual for theory and practice of counselling and psychotherapy
(7th edition). USA: Thompson Brooks/Cole.
143
Miltenberger, R. G. (2004). Behavior Modification Principles And Procedures (3th edition).
Australia: Thompson Wadsworth.
144
Soewondo, S. (2012). Stres, Manajemen Stres, dan Relaksasi Progresif. Jakarta: LPSP3 UI
145
Davis & McKay. (2001). Panduan relaksasi dan reduksi stres (Edisi V). Jakarta: EGC.
146
Alisa, Fitria. (2014). Pengaruh Pemberian Progressive Muscle Relaxation (PMR) dan Edukasi
Tentang Hemodialisis Terhadap Penurunan Stres dan Peningkatan Kepatuhan Pembatasan
Cairan di RSUP DR. M Djamil Padang. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
114

baik yang simpatis maupun parasimpatis, saraf yang rileks dapat

menurunkan nyeri secara perlahan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Maryati, Rokayah and Herawati (2020) dengan judul penelitian

pengaruh teknik relaksasi progresif terhadap intensitas nyeri pada

pasien post sectio caesarea di rumah sakit Palembang Bari Tahun

2017 dengan hasil uji statistik diperoleh P value = 0,000 < α = 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian

relaksasi progresif terhadap intensitas nyeri pada pasien post sectio

caesarea.

jika teknik relaksasi progresif di lakukan dengan tidak benar

maka nyeri yang dirasakan sedikit berkurang namun masih terasa

dan pasien merasa tidak nyaman dengan keadaannya, takut

melakukan pergerakan karena takut merasa nyeri padahal pergerakan

itu dapat mengurangi nyeri dan lebih rileks.

Persepsi pasien terhadap nyeri tidak akan ada penurunan

nyeri di karenakan pengetahuan yang kurang serta perilaku yang di

tunjukkan tidak mendukung. Hal ini dapat mempengaruhi intensitas

nyeri, karena jika teknik relaksasi progresif yang dilakukan secara

berulang dan dengan tindakan yang benar dapat meningkatkan rasa

yang nyaman yang pada akhirnya akan meningkatkan toleransi

persepsi dalam menurunkan rasa nyeri yang dialaminya, dan

sebaliknya apabila tidak dilakukan dengan benar teknik relaksasi


115

progresif nya menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan pada

akhirnya akan mengalami nyeri berat dan bahkan tidak ada


147
penurunan nyeri . Selanjutnya jika seseorang mampu

meningkatkan toleransinya terhadap nyeri maka seseorang akan

mampu beradaptasi dengan nyeri, dan juga akan memiliki

pertahanan nyeri yang lebih baik.


148
Menurut asumsi , penurunan tingkat nyeri sesudah

diberikan relaksasi progresif pada pasien post sectio caesarea terjadi

karena hormon endorphin (merasa senang) yang telah distimulus

setelah post sectio caesarea yang memiliki efek mengurangi nyeri.

Hal ini didukung oleh 149 , bahwa relaksasi progresif yang bersifat

sedatif terbukti efektif dalam mengurangi nyeri.

Menurut peneliti alasan pengurangan nyeri dengan

menggunakan terapi relaksasi otot progresif pada ibu post partum

sectio caesarea lebih ampuh pada hari ke 2 karena nyeri yang dialami

pasien sudah mengalami penurunan dengan terapi farmakologi jadi

dari presepsi pasien akan terasa lebih rileks saat melakukan terapi

relaksasi otot progresif pada hari ke 2 dan pasien akan lebih

menerima untuk melatih menggerakan tubuhnya karena untuk

147
Marwati, A. W., Rokayah, C., & Herawati, Y. (2020). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation
Terhadap Skala Nyeri pada Pasien Post Sectio Caesaria. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(1), 59–
64.
148
Marwati, A. W., Rokayah, C., & Herawati, Y. (2020). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation
Terhadap Skala Nyeri pada Pasien Post Sectio Caesaria. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(1), 59–
64.
149
Nurchairiah, A., Hasneli, Y & Indriati, G. (2014). Efektifitas pmr terhadap intensitas nyeri
pada pasien post sc di ruang dahlia RSUD Arifin Achmad. Jurnal studi Keperawatan Juni 2014.
116

mempercepat kemandiriannya dalam bergerak dan menurut peneliti

terapi relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri

namun hanya sementara dan tidak signifikan

E. Implikasi Keperawatan

a. Sebagai Pendidik

Peran perawat di komunitas sebagai pendidik yaitu untuk

memberikan informasi berupa pengajaran mengenai pengetahuan

dan keterampilan dasar gerakan relaksasi otot progresif dengan

gerakan ini dapat membantu dalam melatih klien dalam bergerak

secara mandiri. Pada jurnal ini, perawat menjelaskan apa yang

kurang dimengerti oleh pasien dari segi fasilitas maupun yang

lainnya.

b. Pelayanan keperawatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi

relaksasi otot progresif pada klien pot partum sectio caessarea

dapat dapat menurunkan nyeri dan dapat meningkatkan

kemampuan relaksasi dan menurunkan ansietas (susah tidur) dan

stress

c. Kepentingan penelitian

Penelitian ini masih terbatas pada klien post partum dengan

sectio caessarea dan hasil yang diperoleh diketahui bahwa dapat

menurukan nyeri, meningkatkan kemampuan relaksasi,

menurunkan ansietas dan stress.


117

d. Sebagai Advokat

Peran perawat sebagai advokat yaitu tindakan perawat dalam

mencapai suatu untuk kepentingan masyarakat atau bertindak

untuk mencegah kesalahan yang tidak diinginkan ketika pasien

sedang menjalankan pengobatan. Perawat memberi informasi

untuk mencegah memperparahnya nyeri dan kesalahan dalam

bergerak yang mengakibatkan semakin memperparahnya nyeri

pasca operasi.

F. Keterbatasan Penelitian

a. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada saat terjadi pandemic

(covid-19) jadi peneliti memiliki batasan pasiennya karena ada yang

beberapa yang memasuki ruangan isolasi den memerlukan bantuan

utuk pendataan dari bidan yang berjaga yang sebelumnya pendataan

ini dilakukan di ruang melati.

b. Penelitian ini merupakan peneliti pemula yang masih asing dengan

penelitian sehingga masih banyak hal yang harus dipelajari sejalan

dengan berlangsungnya proses penelitian. Serta berbagai kendala

yang ditemui peneliti dan dengan keterbatasan tenaga dari peneliti

secara langsung maupun tidak langsung.

c. Waktu penelitian ini sangat terbatas sehingga

memungkinkan akan memiliki hasil yang berbeda jika waktu

penelitian yang tersedia lebih banyak.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Menurut analisa data dari hasil penelitian yang berjudul “pengaruh terapi

relaksasi otot progresif terhadap intensitas nyeri post partum sectio caessarea

di rsud dr moh saleh probolinggo” dengan responden berjumlah 15 pasien yang

dibandingkan adalah intensitas nyeri dari sebelum terapi relaksasi otot

progresif dan sesudah terapi relaksasi otot progresif, dapat disimpulkan sebagai

berikut :

Perbandingan sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif

di rsud dr moh saleh probolinggo.

1. Sebelum terapi relaksasi otot progresif ,diketahui jika rata rata nilai skala

nyerinya dengan 15 sampel pada hari ke 1 rata rata nilai nyerinya adalah

6,53 dan pada hari ke 2 rata rata nilai nyerinya adalah 3,46.

2. Sesudah terapi relaksasi otot progresif diketahui jika rata rata nilai skala

nyerinya dengan 15 sampel pada hari ke 1 rata rata nilai nyerinya adalah

5,93 dan post hari ke 2 rata rata nilai nyerinya adalah 2,6.

3. Hal ini memperkuat pendapat Menurut150. Menjelaskan bahwa progressive

muscle relaksasi yang pada gilirannya dapat meredakan nyeri. Menurut

150
Maryunani, Anik . (2010). Nyeri Dalam Persalinan Teknik dan Cara Penanganannya. Jakarta:
Trans Info Media

118
119

pendapat peneliti 5 gerakan yang tercantum dalam penelitian ini

mepercepat kesembuhan imobilitas gerak secara mandiri pasca operasi

sectio caesarea.

4. Hasil uji explore selisih rata rata nilai nyeri pada hari ke 1 : - 0,6 dan pada

hari ke 2 : -0,86. Hasilnya terdapat penurunan rata rata intensitas nyeri

pada ibu post partum sectio caessarea itu membuktikkanya terdapat

pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap intensitas nyeri.

5. Hasil uji wilcoxon, intensitas nyeri pada ibu post partum sectio caesarea

hari ke 1 : 0,013 dan hari ke 2 : 0,000 diketahui Ha diterima yang

mengartikan ada pengaruh penurunan nyeri pada pemberian terapi

relaksasi otot progresif .

6. Berdasarkan lampiran 7 dan 14 terbukti terapi relaksasi otot progresif

adanya penurunan nyeri post partum sectio caessarea pada 11 orang

berkurang, 2 orang tetap, 2 orang meningkat pada hari ke 1. Pada hari ke 2

terbukti adanya penurunan pada 13 orang berkurang dan 2 orang tetap.

7. Kesimpulan akhir terdapatnya penurunan nyeri dengan menggunakan

terapi relaksasi otot progresif, dari penelitian ini gerakan terapi relaksasi

otot progresif tersebut dapat melatih gerakan secara mandiri setelah pasca

operasi dan ternyata melatih nafas dalam dapat mengurangi nyeri post sc

dan apabila terjadi kesalahan saat instruksi malah akan memperparah

nyeri, tingkat pengurangan nyeri dengan terapi relaksasi otot progresif


120

juga sangat kecil dan hanya sementara jadi terapi relaksasi progresif

bukan terapi utama hanya terapi tambahan.

B. SARAN

1. Bagi Perawat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi intervensi tambahan

untuk mempercepat gerakan secara mandiri dan mengurangi nyeri pasien

post partum sectio caesarea di RSUD dr Moh Saleh Kota Probolinggo

2. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat untuk untuk mengurangi nyeri

dan melatih gerakan secara mandiri post sc di RSUD dr Moh Saleh kota

probolinggo. Gunanya untuk mempercepat kesembuhan pasien

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat

dikembangkan dan bisa lebih mendalam lagi seperti pengaruh terapi

relaksasi otot progresif dilakukan juga pada pasien pada sakit lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Afroh F, Judha M, Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan,
Yogyakarta; Nuha Medika:

Alimansur, M & Anwar, MC. 2013. Efek Relaksasi Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 2 No. 1 ISSN :
2303-1433.

Alisa, Fitria. (2014). Pengaruh Pemberian Progressive Muscle Relaxation (PMR)


dan Edukasi Tentang Hemodialisis Terhadap Penurunan Stres dan Peningkatan
Kepatuhan Pembatasan Cairan di RSUP DR. M Djamil Padang. Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

A Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC

ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS (2013). The Determinants of Sectio


Caesarea Labor in Indonesia ( Further Analysis of Riskesdas 2013 )
PENDAHULUAN Setiap perempuan menginginkan persalinannya berjalan
lancer.yogyakarta; Garudawaca 63–75. doi: 10.22435/kespro.v8i1.6641.63-75.

Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta :
Depkes RI Jakarta .

Astuti, A., & Merdekawati, D. (2016). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap
Penurunan Tingkat Skala Nyeri Pasien Post Operasi . jambi. ; Jurnal Stikes
Harapan Ibu

Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart
(Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC

Bobak, Lowdermilk, Jensen (2014) Buku Ajaran Keperawatan Maternitas. Jakarta:


EGC

Bobak, Irene. M., Lowdermilk., and Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Corey, G. (2005). Student manual for theory and practice of counselling and
psychotherapy (7th edition). USA: Thompson Brooks/Cole.

Davis & McKay. (2001). Panduan relaksasi dan reduksi stres (Edisi V). Jakarta:
EGC.

Dehdari, (2009), Effects of progressive muscular relaxation training on quality of life


in anxious patients after coronary artery bypass graft surgery,jakarta; Salemba
Medika

Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depkes
RI Jakarta .

Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal. USAID: Jakarta.

Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan. (2017, 08 16). Inilah Capaian Kinerja Kemenkes RI Tahun


2015- 2017

De Paolis, G., Naccarato, A., Cibelli, F., D’Alete, A., Mastroianni, C., Surdo, L., …
Magnani, C. (2019). The effectiveness of progressive muscle relaxation and
interactive guided imagery as a pain-reducing intervention in advanced cancer
patients: A multicentre randomised controlled non-pharmacological trial.
Complementary Therapies in Clinical Practice, 34(December 2018), 280– 287.

Devmurari, D., & Nagrale, S. (2018). Effectiveness of Jacobsonâ€TM s progressive


muscle relaxation technique for pain management in post-cesaerean women.
Indian Journal of Obstetrics and Gynecology Research, 5(2), 228–232.
https://doi.org/10.18231/2394- 2754.2018.0051

Edy Sutrisno, 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetak Ke Enam. Pranada
Media Group, Jakarta.

Endar Sulis Tyani, W. U. (2015). Efektifitas Relaksasi Otot Progresif Terhadap


Tekanan Darah. JOM Vol. 2 No. 2, 1068-1075.
Erliana, E. (2008). Perbedaan tingkat insomnia sebelum dan sesudah latihan
relaksasi otot progresif (pregressive muscle relaxation) di BPSTW Ciparay
Bandung. Tersedia dalam http://pustaka.unpad.ac.id/ wp-content/uploads/pdf.

Fitria, c. n., & Ambarwati, R. D. (2012). Efektifitas Tekhnik Relaksasi Progresif


terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi.
8.http://journal.akpergshwng.ac.id/index.php/gsh/article/view/10

Gunawan., Wardani, Dewi.(2017). Pengaruh Pemberian Terapi PMR Terhadap


Perubahan Tekanan Darah Dan Denyut Nadi Sebelum Dan Sesudah
Odontektomi Pada Pasien Gigi Impaksi. Jurnal Kedokteran Diponegoro, Vol
6,No.2.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT


Alfabet.

Hardani, dkk. (2016). Relaksasi Otot Progresif Dalam Mengatasi Insomnia Di Panti
Tesna Werdha. Jurnal Keperawatan

Hasbi, H. Al, Chayati, N., & Makiyah, S. N. N. (2020). Progressive muscle


relaxation to reduces chronic pain in hemodialysis patient. Medisains, 17(3), 62.
https://doi.org/10.30595/medisains.v1 7i3.5823

Indriati, P. and Setyani, V. A. (2015) ‘PENGARUH TEKNIK RELAKSASI OTOT


PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU
INTRANATAL KALA I DI RS TELOGOREJO SEMARANG’, semarang ; CV budi
utama. ejournal.stikestelogorejo.ac.id.

Kazak, A., & Ozkaraman, A. (2020). The Effect of Progressive Muscle Relaxation
Exercises on Pain on Patients with Sickle Cell Disease: Randomized Controlled
Study. Pain Management Nursing, Jakarta; Salemba Medika.
https://doi.org/10.1016/j.pmn.2020.02 .069

Lauche, R., Materdey, S., Cramer, H., Haller, H., Stange, R., Dobos, G., & Rampp, T.
(2013). Effectiveness of Home-Based Cupping Massage Compared to
Progressive Muscle Relaxation in Patients with Chronic Neck Pain-A
Randomized Controlled Trial. PLoS ONE, 8(6).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0 065378

Lovina SM Machado (2012) ‘Cesarean Section in Morbidly Obese Parturients:


Practical Implications and Complications’, North American Journal Of Medical
Science, 4(1), pp. 13–18. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3289484/.
Maryunani, Anik . (2010). Nyeri Dalam Persalinan Teknik dan Cara
Penanganannya. Jakarta: Trans Info Media.

Marwati, A. W., Rokayah, C., & Herawati, Y. (2020). Pengaruh Progressive Muscle
Relaxation Terhadap Skala Nyeri pada Pasien Post Sectio Caesaria. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 3(1), 59–64.

Miltenberger, R. G. (2004). Behavior Modification Principles And Procedures (3th


edition). Australia: Thompson Wadsworth.

Marwati, A. W., Rokayah, C., & Herawati, Y. (2020). Pengaruh Progressive Muscle
Relaxation Terhadap Skala Nyeri pada Pasien Post Sectio Caesaria. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 3(1), 59–64.

Miltenberger, R. G. (2004). Behavior Modification Principles And Procedures (3th


edition). Australia: Thompson Wadsworth.

Murti, T. 2011. Perbedaan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Esensial Sebelum
Dan Sesudah Pemberian Relaksasi Otot Progresif Di RSUD Tugurejo Semarang.
Jakarta; Salemba Medika

Mutaqqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

National Precribing Service Limited. (2007). Measure pain regularly using a


validated pain assessment tool . Acute postoperative pain management -
assessment .

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Nurchairiah, A., Hasneli, Y & Indriati, G. (2014). Efektifitas pmr terhadap intensitas
nyeri pada pasien post sc di ruang dahlia RSUD Arifin Achmad. Jurnal studi
Keperawatan Juni 2014.

Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi
7. Vol. 3. Jakarta : EGC

Rahmawati, P. M., Widjajanto, E. and Astari, A. M. (2017) ‘the Influence of


Progressive Muscle Relaxation on Anxiety Level of Pre-Caesarean Section
Mothers in Delivery Room’, NurseLine Journal, 2(2), p. 117. doi:
10.19184/nlj.v2i2.5929.

Rasjidi I. nyeri post partum. Jakarta: CV Sagung Seto; 2010

Sedyaningsih, E. R., 2010. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah Wajib


Menggunakan Obat Generik. Diambil dari www.kemkes.go.id. Diakses tanggal 7
agustus 2021

Sihombing, N. et al. (2017) ‘DETERMINAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA


DI INDONESIA

Simkin, Penny, dkk. (2008). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi,
Jakarta: ARCAN

Simkin, Penny, dkk. (2008). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi,
Jakarta: ARCAN

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., 2001, “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
&Suddarth. Vol. 2. E/8”, EGC, Jakarta

Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC. Hal :
45-47.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.

Smith. (2005). Online Communication: Linking Technology, Identity and Culture.


New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Soewondo, S. (2012). Stres, Manajemen Stres, dan Relaksasi Progresif. Jakarta:


LPSP3 UI

Solehati, & Rustina. (2013, October). The Effect of Benson Relaxation on Reduction
of Pain Level Among Post Caesarean Section Mother at Cibabat Hospital,
Indonesia. GSTF International Journal of Nursing and Health Care (JNHC), 1.
Solehati, Tetti dan Cecep Eli Kosasih., 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Maternitas. Bandung : PT. Refika Aditama

Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta :Fitramaya.

Sugeng. 2010. Asuhan keperawatan post operasi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Tamsuri A.(2007).Konsep Dan penatalaksanaan nyeri . Jakarta : EGC.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan
dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-271, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta

Urden, L.D., Stacy, K.M., & Lough, M.E., (2010). Critical care nursing: diagnosis
and management, 6th edition. Kanada: Mosby

Walsh. 2007. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Yusliana, A., Misrawati and Safri (2015) ‘Efektivitas Relaksasi Benson Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Ibu Postpartum Sectio Caesarea’, Jurnal Online
Mahasiswa, 2(2), pp. 944–952.

Zizi, M., & Mashhady, H. (2012). Analysis of progressive relaxation effect on life
quality of migraine patients. Current Research Journal of Social Sciences 4(2),
150–152.
Lampiran 1

PENJELASAN PENELITIAN

Judul Penelitian : Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Intensitas

Nyeri Pada Ibu Post Partum Sectio Caesarea Di RSUD dr Moh

Saleh Probolinggo

Peneliti : Achmad Sairul Mardliyaini

NIM : 1570117098

Saya, Mahasiswa program studi keperawatan fakultas kesehatan unviersitas nurul

jadid probolinggo, bermaksud melakukan penelitian tentang PENGARUH TERAPI

RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP INTESITAS NYERI PADA

IBU POST PARTUM SECTIO CAESSAREA DI RSUD dr MOH SALEH

PROBOLINGGO. Saudara dimohon kesediannya untuk bertasipasi dalam penelitian

ini. Keikutsertaan saudara bersifat sukarela dan saudara boleh memutuskan atau

menolak untuk tidak mengikuti penelitian ini tanpa ada akibat apapun. Saya

menjamin bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi siapapun. Bila

selama berpartisipasi saudara merasakan ketidaknyamanan maka saudara mempunyai

hak untuk berhenti berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya akan menjaga

kerahasiaan semua informasi yang telah diberikan dan hanya akan dipergunakan

untuk keperluan penelitian. Adapun hasil dari penelitian ini akan dimanfaatkan

sebagai masukan dan menjadi solusi bagi perawat atau tenaga kesehatan lainnya

dalam meningkatkan mempercepat dalam pengurangan nyeri pada ibu partum sectio
caessarea. Setelah saya memberikan penjelasan tentang penelitian, saya sangat

mengharapkan partisipasi saudara dan selanjutnya saya mohon saudara bersedia

untuk menanda tangani lembar persetujuan (inform consent) menjadi responden atas

perhatian dan kesediaan saudara berpartisipasi, saya ucapkan terimakasih

Probolinggo, 3 April 2021

Peneliti

Achmad Sairul Mardliyaini


Lampiran 2
FAKULTAS KESEHATAN NURUL JADID
KOTA PROBOLINGGO
Dusun Tj. Lor Karanganyar Tlp. (0335) 771732
PROBOLINGGO 67291 Email : www.unuja.ac.id

INFORMED CONSENT
Nama :
Umur :
Alamat :

Petugas Pelaksana tindakan :


Pemberian Informasi :
Penerimaan informasi / pemberi persetujuan :
Paraf
Jenis Informasi Isi Informasi
(√)
Tindakan
1 Terapi Relaksasi Otot Progresif
Kedokteran
Membuat tubuh menjadi santai/ rileks, dapat menurunkan
Tujuan /
tingkat stress, tekanan darah, nadi, gula darah, kecemasan,
2 manfaat
insomnia(gangguan tidur), nyeri & meningktkan
tindakan
kenyamanan, mengurangi nyeri akibat keseleo (salah urat)
a.Mengepalkan jari-jari tangan, b. menekuk pergelangan
tangan ke atas, c. menekuk siku, d. mengangkat kedua
3 Tata Cara
bahu, e. menarik nafas dalam dan mengeluarkan secara
perlahan
Indikasi Managemen menurunkan stress, insomnia, nyeri,tekanan
4
Tindakan darah, kecemasan, mengurangi nyeri akibat keseleo
Kontraindikasi Post SC dengan komplikasi, cedera akut, infeksi, penyakit
Tindakan jantung berat, tidak dilakukan pada sisi otot yang sakit
5 Risiko Cidera akibat kesalahan gerakan
Reaksi lokal, seperti: Reaksi lain,
• Nyeri, bengkak pada tempat seperti:
gerakan terapi saat dilakukan jika • Reaksi
terlalu memaksa keseleo
Reaksi sistemik seperti: semakin
6 Kejadian Ikutan
• Nyeri otot seluruh tubuh parah, jika
(myalgia),jika salah gerakan salah
• Nyeri sendi (atralgia), jika salah gerakan
gerakan
• Badan lemah, jika salah gerakan
7 Prognosis Baik/ Buruk *
Alternative & Perbanyak istirahat. Jenuh, kurang bergerak, bosan dapat
8
Resiko diatasi dengan terapi Relaksasi Otot Progresif
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan hal – hal diatas secara
benar dan jelas dan memberikan kesempatan untuk bertanya dan / atau berdiskusi
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerima informasi sebagaimana di atas
yang saya beri tanda/ paraf di kolom kanannya, dan telah memahaminya
PERSETUJUAN TINDAKAN TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : …………………………………………………Umur ……… Tahun
Alamat :
……………………………………………………………………………………………..
.……...........................
Dengan ini menyatakan sesungguhnya, bahwa saya telah menerima informasi yang
diberikan oleh pneliti sebagaimana diatas dan telah memahaminya. Untuk itu saya
memeberikan PERSETUJUAN untuk dilakukan Tindakan terapi Relaksasi Otot
Progresif
Terhadap saya atau ………………………………………………….. saya yang tersebut
dibawah ini :
Nama : ………………………………………………... Umur ……… Tahun
Alamat :
……………………………………………………………………………………….……
………………………

Probolinggo,………………………… 20 …..….

Saksi Saksi Yang memberikan


persetujuan

(……………..………...) (……………..…………..) (……………..…………..)


Tanda tangan dan nama Tanda tangan dan nama Tanda tangan dan nama
jelas jelas jelas

*) Coret yang tidak perlu


Lampiran 3
LAMPIRAN OBSERVASI NRS (NUMERIC RATING SCALE) NYERI PADA
IBU POST PARTUM SC

A. DATA DEMOGRAFI
1. Tanggal Penelitian :
2. Inisial nama :
3. Umur :
4. Pendidikan terakhir :
Tidak sekolah SD SMP SLTA Diploma/Sarjana
5. Pekerjaan :
Tidak bekerja Pedagang Petani Pegawai Negeri Lain lain
6. Cara pembayaran :
SKTM BPJS kelas I BPJS kelas II BPJS kelas III
7. Intervensi Relaksasi Otot Progresif :
Setuju Tidak Setuju
*berikan tanda centang / ceklis untuk pemilihan
B. OBSERVASI PRE

1. Saat ini, bagaimana anda menilai nyeri anda?


Penilaian : Lingkari angkanya
Ket. Kategori 0 = tidak pernah terasa 5&6 = sedang
1&2 = tidak terlalu berasa 7&8 = sangat
3&4 = sedikit 9&10 = teramat sangat
Kategori nyeri :
2. (Sebelum terapi) Apakah daerah nyeri dirasa kebas / mati rasa ?
Tdk prnh Tdk trllu berasa Sedikit Sedang Sangat Teramat Sangat
3. (Sebelum terapi) Apakah Anda Mengalami gejala somatik (sensorik) seperti
Nyeri Otot, naik betis, ketegangan otot meningkat?
Tdk prnh Tdk trllu berasa Sedikit Sedang Sangat Teramat Sangat
4. (Sebelum terapi)Apakah klien merasa lemah dan lemas (kurang energy)?
Tdk prnh Tdk trllu berasa Sedikit Sedang Sangat Teramat Sangat
5. (Sebelum terapi)Apakah klien merasa pusing dan sakit kepala?
Tdk prnh Tdk trllu berasa Sedikit Sedang Sangat Teramat Sangat
*berikan tanda centang / ceklis untuk pemilihan

PENILAIAN PRE
UNTUK DIBAWAH INI ISI DENGAN JUMLAH ANGKA TOTAL
Tdk prnh Tdk trllu berasa Sedang Sedikit Sangat Teramat Sangat
X0 X1 X2 X3 X4 X5
Skor Total

MELIHAT PENGARUH DENGAN MELIHAT NILAI PERBANDINGAN


SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKANNYA TERAPI RELAKSASI OTOT
PROGRESIF

C. OBSERVASI POST
1. Setelah terapi Progressive Muscle Relaksasi dalam berapa presentasi nyeri
yang dialami klien

Penilaian : Lingkari angkanya


Ket. Kategori 0 = tidak pernah terasa 5&6 = sedang
1&2 = tidak terlalu berasa 7&8 = sangat
3&4 = sedikit 9&10 = teramat sangat
Kategori nyeri :
2. (Sesudah terapi) Apakah daerah nyeri dirasa kebas / mati rasa ?
Tdk prnh Tdk trllu berasa Sedikit Sedang Sangat Teramat Sangat
3. (Sebelum terapi) Apakah Anda Mengalami gejala somatik (sensorik) seperti
Nyeri Otot, naik betis, ketegangan otot meningkat?
Tdk prnh Tdk trllu berasa Sedikit Sedang Sangat Teramat Sangat
4. (Sesudah terapi)Apakah klien merasa lemah dan lemas (kurang energy)?
Tdk prnh Tdk trllu berasa Sedikit Sedang Sangat Teramat Sangat
5. (Sesudah terapi)Apakah klien merasa pusing dan sakit kepala?
Tdk prnh Tdk trllu berasa Sedikit Sedang Sangat Teramat Sangat
*berikan tanda centang / ceklis untuk pemilihan
PENILAIAN POST
UNTUK DIBAWAH INI ISI DENGAN JUMLAH ANGKA TOTAL
Tdk prnh Tdk trllu berasa Sedang Sedikit Sangat Teramat Sangat
X0 X1 X2 X3 X4 X5
Skor Total

TOTAL PENILAIAN KLIEN


Skor Total Pre
Skor Total Post
Dikurangi
Skor Total Selisih Pre dan Post
Lampiran 4

PERNYATAAN

yang bertanda tangan dibawah ini, Peneliti :

Nama : Achmad Sairul Mardliyaini

NIM : 1570117098

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul :


“Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Intensitas Nyeri Pada Ibu Post
Partum Sectio Caesarea Di RSUD dr Moh Saleh Probolinggo” adalah benar benar
karya peneliti. Hal – hal yang bukan karya peneliti sendiri di dalam karya tulis ilmiah
ini telah diberi citasi dan dirujuk dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari
pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa
pencabutan karya tulis ilmiah dan gelar yang saya peroleh dari karya tulis ilmiah
tersebut.

Probolinggo, 23 Agustus 2021

Yang membuat pernyataan,

Achmad Sairul Mardliyaini

NIM. 1570117098
Lampiran 5

A. Pengertian Relaksasi Otot


Progresif
Relaksasi otot progresif adalah
proses menegangkan dan
mengendurkan otot dalam tubuh sesuai
urutan.

B. Tujuan Relaksasi Otot Progresif


Relaksasi Otot Progresif
bertujuan untuk merilekskan bagian
tubuh, sehingga dapat mengurangi
ketegangan dan dapat diharapkan dapat
melanjutkan kegiatan seperti normal

C. Manfaat Relaksasi Otot Progresif


Disusun Oleh : 1. Membuat tubuh menjadi
AHMAD SAIRUL MARDLIYAINI santai, dapat menurunkan
tingkat strees, tekanan darah,
NIM. 1570117098
nadi, dan gula darah
2. Membuat tubuh menjadi rileks,

PROGRAM STUDI mengalihkan tingkat nyeri dan

KEPERAWATAN menurunkan intensitas nyeri.

FAKULTAS KESEHATAN 3. Mengatasi berbagai macam

UNIVERSITAS NURUL JADID permasalahan seperti : stress,

PAITON - PROBOLINGGO kecemasan,insomnia,hipertensi

2021
D. Langkah Langkah Relaksasi Otot Gerakan 3
Progresif Gerakan ini diawali dengan
Gerakan 1: mengepalkan jari – jari menggemgam kedua tangan sehingga
tangan menjadi kepalan kemudian membawa
kedua kepalan kepundak sehingga otot-
otot biceps akan menjadi tegang.
Gerakan 4: Mengangkat kedua bahu

Gerakan 1
Menggemgam tangan kanan sambil
membuat suatu kepalan semakin kuat,
rasakan ketega-ngan, kemudian kepalan Gerakan 4
dilepaskan dan rasakan rileks selama 10 Mengangkat kedua bahu setinggi-
detik. Setelah selesai tangan kanan tingginya seakan-akan bahu akan
kemudian dilanjutkan dengan kiri. dibawa hingga menyentuh kedua
Gerakan 2: Menekuk pergelangan telinga. Fokus perhatikan gerakan ini
tangan ke atas adalah kontras ketegangan yang terjadi
di bahu, punggung atas, dan leher.
Gerakan 12 : Menarik napas dalam
dan mengeluarkan secara perlahan

Gerakan 2
Menekuk lengan kebelakang pada
pergelangan tangan sehingga otot-otot
Gerakan 12
di tangan bagian belakang dan lengan
Menarik nafas panjang untuk mengisi
bawah mengang, jari-jari menghadap ke
paru-paru dengan udara sebanyak-
langit-langit.
banyaknya. Tahan selama beberapa
Gerakan 3: Menekuk siku saat, sambil merasakan ketegangan
(menahan inspirasi secara maksimal),
dan mengeluarkan nafas secara
perlahan.
Lampiran 6

LAMPIRAN SOP RELAKSASI OTOT PROGRESIF

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR RELAKSASI OTOT


PROGRESIF

Pengertian Adalah suatu cara yang efektif mengistirahatkan otot-otot melalui


cara yang tepat, diikuti dengan relaksasi mental dan pikiran
Tujuan Digunakan untuk mengurangi berbagai keluhan yang berhubungan
dengan stress, kecemasan ,nyeri,insomnia
Kebijakan Terapi ini dapat dilakukan pada klien dengan mengajarkan langkah-
langkah latihan secara bertahap, dimulai dengan memberikan
instruksi. Apabila sudah hafal langkah-langkahnya, dapat dilakukan
secara mandiri tanpa instruksi. Prinsip relaksasi yang dilakukan
adalah mengatur pola nafas, meregangkan otot dan relaksasi, diikuti
dengan perasaan mengeluarkan seluruh ketegangan, sehingga dapat
dirasakan kenyamanan dan rileks
Prosedur Persiapan
1. Persiapan alat : bantal, kursi, atau kasur
2. Persiapan lingkungan : lingkungan yang hening dan tenang
3. Persiapan klien
➢ Jelaskan manfaat, prosedur, dan pengisian lembar
persetujuan terapi.
➢ Posisikan klien senyaman mungkin dengan berbaring atau
duduk disandarkan kursi. Hindari posisi tidur
➢ Apabila posisi klien berbaring, gunakan bantal dibawah
kepala dan lutut apabila diperlukan. Kepala klien
disandarkan apabila menggunakan posisi duduk.

Prosedur :
1. Posisikan posisi duduk atau berbaring dan rileks
2. Mata dipejamkan secara perlahan-lahan dengan menghembuskan
nafas dan rileks pada latihan

Berikut ini gerakan-gerakan yang dilakukan :


Gerakan 1
Menggemgam tangan kanan sambil membuat suatu kepalan
semakin kuat, rasakan ketega-ngan, kemudian kepalan dilepaskan
dan rasakan rileks selama 10 detik. Setelah selesai tangan kanan
kemudian dilanjutkan dengan kiri.
Gerakan 2
Menekuk lengan kebelakang pada pergelangan tangan sehingga
otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah mengang,
jari-jari menghadap ke langit-langit.

Gerakan 3
Gerakan ini diawali dengan menggemgam kedua tangan sehingga
menjadi kepalan kemudian membawa kedua kepalan kepundak
sehingga otot-otot biceps akan menjadi tegang.

Gerakan 4
Mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan
dibawa hingga menyentuh kedua telinga. Fokus perhatikan gerakan
ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas,
dan leher.
Gerakan 12
Menarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak- banyaknya. Tahan selama beberapa saat, sambil
merasakan ketegangan (menahan inspirasi secara maksimal), dan
mengeluarkan nafas secara perlahan.

Indikator a. Klien merasa nyaman


Pencapaian b. Klien merasa tenang dan rileks
c. Tensi, nadi dalam batas normal
d. dapat menurunkan nyeri pada gerakan 12 : tarik nafas dalam
Catatan : pada kesempatan kali ini peneliti hanya memberikan gerakaan terapi dar 1
– 4 & 12 saja sedangkan gerakan 5 – 11 & 13 - 15 tidak akan dilakukan penliti karena
akan memperlama tindakan terapi yang akan membuat klien tidak nyaman
Lampiran 10

FREQUENCY TABLE

Pendidikan Klien
pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMA/MA 12 80.0 80.0 80.0
SARJANA 3 20.0 20.0 100.0
Total 15 100.0 100.0

Pekerjaan Klien
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 10 66.7 66.7 66.7
Swasta 2 13.3 13.3 80.0
Guru 2 13.3 13.3 93.3
PNS 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

Cara Pembayaran Klien


cara pembayaran
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SKTM 3 20.0 20.0 20.0
BPJS kelas 1 4 26.7 26.7 46.7
BPJS kelas 2 5 33.3 33.3 80.0
BPJS kelas 3 3 20.0 20.0 100.0
Total 15 100.0 100.0
Lampiran 11

Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Task

Skala Nyeri NRS

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
post1 - pre1 Negative Ranks 11a 7.00 77.00
Positive Ranks 2b 7.00 14.00
Ties 2c
Total 15
post2 - pre2 Negative Ranks 13d 7.00 91.00
Positive Ranks 0e .00 .00
Ties 2f
Total 15
a. post1 < pre1
b. post1 > pre1
c. post1 = pre1
d. post2 < pre2
e. post2 > pre2
f. post2 = pre2

Test Statisticsa
post1 - pre1 post2 - pre2
Z -2.496b -3.606b
Asymp. Sig. (2-tailed) .013 .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
pre2 - pre1 Negative Ranks 15a 8.00 120.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 0c
Total 15
a. pre2 < pre1
b. pre2 > pre1
c. pre2 = pre1

Test Statisticsa
pre2 - pre1
Z -3.531b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
post2 - post1 Negative Ranks 15a 8.00 120.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 0c
Total 15
a. post2 < post1
b. post2 > post1
c. post2 = post1

Test Statisticsa
post2 - post1
Z -3.529b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Lampiran 12

Hasil Uji Normalitas

Uji Kolmogorov smirnov dan Shapiro wilk

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
kelas N Percent N Percent N Percent
hasil pre test hari ke 1 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
pre test hari ke 2 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
post test hari ke 1 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
post test hari ke 2 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%

Descriptives
Kelas Statistic Std. Error
hasil pre test hari ke 1 Mean 6.5333 .19190
95% Confidence Interval for Lower Bound 6.1217
Mean Upper Bound 6.9449
5% Trimmed Mean 6.4815
Median 6.0000
Variance .552
Std. Deviation .74322
Minimum 6.00
Maximum 8.00
Range 2.00
Interquartile Range 1.00
Skewness 1.074 .580
Kurtosis -.106 1.121
pre test hari ke 2 Mean 3.4667 .13333
95% Confidence Interval for Lower Bound 3.1807
Mean Upper Bound 3.7526
5% Trimmed Mean 3.4630
Median 3.0000
Variance .267
Std. Deviation .51640
Minimum 3.00
Maximum 4.00
Range 1.00
Interquartile Range 1.00
Skewness .149 .580
Kurtosis -2.308 1.121
post test hari ke 1 Mean 5.9333 .28396
95% Confidence Interval for Lower Bound 5.3243
Mean Upper Bound 6.5424
5% Trimmed Mean 5.8704
Median 6.0000
Variance 1.210
Std. Deviation 1.09978
Minimum 5.00
Maximum 8.00
Range 3.00
Interquartile Range 2.00
Skewness .892 .580
Kurtosis -.435 1.121
post test hari ke 2 Mean 2.6000 .13093
95% Confidence Interval for Lower Bound 2.3192
Mean Upper Bound 2.8808
5% Trimmed Mean 2.6111
Median 3.0000
Variance .257
Std. Deviation .50709
Minimum 2.00
Maximum 3.00
Range 1.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -.455 .580
Kurtosis -2.094 1.121
Lampiran 14

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
hasil pre test hari ke 1 .363 15 .000 .716 15 .000
pre test hari ke 2 .350 15 .000 .643 15 .000
post test hari ke 1 .269 15 .005 .799 15 .004
post test hari ke 2 .385 15 .000 .630 15 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 14
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP
INTENSITAS NYERI POST PARTUM SECTIO CAESSAREA
hari ke 1
No Inisial Umur PreO1 PreO2 PreO3 PreO4 PreO5 Total kategori PostO1 PostO2 PostO3 PostO4 PostO5 Total kategori Selisih
NY 38
1 M 8 3 3 2 2 18 sangat 7 3 3 2 2 17 sangat 1
2 NY A 36 6 3 3 1 1 14 sedang 5 2 3 1 1 12 sedang 2
3 NY L 37 7 3 4 2 2 18 sangat 6 3 3 2 2 16 sedang 2
4 NY I 35 6 3 3 1 2 15 sedang 5 2 3 1 2 13 sedang 2
5 NY U 26 6 3 3 1 1 14 sedang 5 3 3 1 1 13 sedang 1
6 NY L 28 7 4 3 2 2 18 sangat 8 4 4 2 2 20 sangat -2
7 NY S 30 6 3 3 1 2 15 sedang 5 3 3 1 2 14 sedang 1
NY 24
8 W 6 3 2 1 1 13 sedang 5 3 2 1 1 12 sedang 1
NY 25
9 M 7 4 3 2 2 18 sangat 6 4 3 1 2 16 sedang 2
10 NY A 29 7 3 3 1 2 16 sangat 6 3 2 1 2 14 sedang 2
11 NY L 27 6 3 3 2 1 15 sedang 5 3 3 1 1 13 sedang 2
12 NY R 32 6 3 3 1 1 14 sedang 5 3 3 1 1 13 sedang 1
13 NY S 20 8 4 4 2 2 20 sangat 8 4 3 2 2 19 sangat 1
14 NY Y 20 6 3 3 1 2 15 sedang 7 3 4 1 2 17 sangat -2
15 NY I 21 6 3 3 2 1 15 sedang 6 2 3 1 1 13 sedang 2
Keterangan untuk keterangan untuk observasi O2, O3, O4 dan
observasi O1 O5
menggunakan skala nyeri dalam pendataan ini menggunaka skor, didalam
NRS kuesioner berupa ceklis
penilaian nyeri menggunakan
angka 0 - 10 dipendataan berupa angka, sesuai dibawah ini
0 = tidak terasa tidak terasa berskor = 0
1 - 2 = tidak terlalu
berasa tidak terlalu berasa berskor = 1
3 - 4 = sedikit sedikit berskor = 2
5 - 6 = sedang sedang berskor = 3
7 - 8 = sangat sangat berskor = 4
9 - 10 = teramat sangat teramat sangat berskor = 5
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP
INTENSITAS NYERI POST PARTUM SECTIO CAESSAREA
hari ke 2
No Inisial Umur PreO1 PreO2 PreO3 PreO4 PreO5 Total kategori PostO1 PostO2 PostO3 PostO4 PostO5 Total Kategori Selisih
1 NY M 38 4 2 2 1 1 10 sedikit 3 2 2 0 1 8 sedikit 2
36 tdk trlalu
2 NY A 3 2 2 0 0 7 sedikit 2 1 2 0 0 5 brsa 2
3 NY L 37 4 2 2 0 1 9 sedikit 3 2 2 0 0 7 sedikit 2
35 tdk trlalu
4 NY I 3 1 2 0 0 6 sedikit 2 1 2 0 0 5 brsa 1
26 tdk trlalu
5 NY U 3 2 1 0 0 6 sedikit 2 2 1 0 0 5 brsa 1
6 NY L 28 3 1 2 1 1 8 sedikit 3 1 2 1 1 8 sedikit 0
30 tdk trlalu
7 NY S 3 2 2 1 1 9 sedikit 2 1 2 1 1 7 brsa 2
24 tdk trlalu
8 NY W 3 1 2 0 0 6 sedikit 2 1 2 0 0 5 brsa 1
9 NY M 25 4 2 2 1 1 10 sedikit 3 2 2 1 0 8 sedikit 2
10 NY A 29 4 2 2 1 1 10 sedikit 3 2 2 1 0 8 sedikit 2
11 NY L 27 4 2 2 1 1 10 sedikit 3 2 2 1 1 9 sedikit 1
32 tdk trlalu
12 NY R 3 1 2 0 0 6 sedikit 2 1 2 0 0 5 brsa 1
13 NY S 20 4 3 2 1 1 11 sedikit 3 2 2 1 1 9 sedikit 2
14 NY Y 20 3 2 1 0 0 6 sedikit 3 2 1 0 0 6 sedikit 0
15 NY I 21 4 2 2 1 1 10 sedikit 3 2 1 1 1 8 sedikit 2
Keterangan untuk keterangan untuk observasi O2, O3, O4 dan
observasi O1 O5
menggunakan skala nyeri dalam pendataan ini menggunaka skor, didalam
NRS kuesioner berupa ceklis
penilaian nyeri menggunakan
angka 0 - 10 dipendataan berupa angka, sesuai dibawah ini
0 = tidak terasa tidak terasa berskor = 0
1 - 2 = tidak terlalu
berasa tidak terlalu berasa berskor = 1
3 - 4 = sedikit sedikit berskor = 2
5 - 6 = sedang sedang berskor = 3
7 - 8 = sangat sangat berskor = 4
9 - 10 = teramat sangat teramat sangat berskor = 5
Lampiran 15
LEMBAR DOKUMENTASI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Achmad Sairul Mardliyaini

Tempat, Tanggal Lahir : Gresik, 19 Januari 1998

Jenis Kelamin : Laki – laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Besuki No 37 GKB Manyar, Kabupaten Gresik


61151

No Telp / Hp : 08976389071

Email : ahmadsairul62@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

Tahun 2004 – 2010 : SD NU 1 Trate Gresik

Tahun 2010 – 2013 : MTS Al Ibrohimi Manyar Gresik

Tahun 2013 – 2016 : SMA Duduk Sampeyan Gresik

Tahun 2017 – Sekarang : Mahasiswa S1 Nurul Jadid Paiton Probolinggo

Anda mungkin juga menyukai