PENYUSUN
Evi Wahyuntari, S.ST., M.Keb
Tri Hapsari Listyaningrum, S.ST., M.H
Siti Istiyati, S.ST., M.Kes
i
BUKU AJAR
KEHAMILAN DAN MATERNAL - FETAL ATTACHMENT
Di Susun Oleh
Evi Wahyuntari, S.ST., M.Keb
Tri Hapsari Listyaningrum, S.ST., M.H
Siti Istiyati, S.ST., M.Kes
Diterbitkan
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan buku Ajar Semoga
buku ini dapat menjadi acuan dalam pemebelajaran Kebidanan sehingga
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan mendukung tercapaianya
kompetensi Bidan dalam memberikan Asuhan kebidanan dan bermanfaat bagi kita
semua. Amin
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................... i
KEPENGARANGAN.................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... viii
BAB I KEHAMILAN
A. Fertilisasi ............................................................................................ 1
B. Pemeriksaan Kehamilan.................................................................... 4
C. Perubahan Fisik ................................................................................ 14
D. Perubahan Psikologis ....................................................................... 23
E. Pertumbuhan janin ......................................................................... 27
BAB II Maternal Fetal Attachment
A. Pengertian........................................................................................ 30
B. Faktor yang mempengaruhi maernal-fetal attachment .................. 31
C. Instrumen PAI .................................................................................. 33
D. Hasil Penelitian Maternal Fetal Attachment ................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Gambar 1. Fertilisasi
Proses perkembangan pertama setelah pembuahan, pembelahan, morula,peadatan,
pembentukan blastokista dan implantasi (hari 1-7).
Fertilisasi terjadi di ampula tuba. Sel telur yang telah dibuahi disebut zigote.
Sebelum terjadi fertilisasi sel telur dan sel mani telah mengalami proses pematangan
yang tidak hanya berwujud dalam bentuk tetapi juga perubahan jumlah chromosom.
Induk sel telur disebut oogonium yang menghasilkan 3 buah sel poler, Induk sel mani
disebut spermatogonium yang menghasillkan 4 ekor spermatozoa dan emuanya
mempunyau separuh chromosom sel biasa.
Setelah fertilisasi zygote mempunyai 46 chromosom, 23 buah dari sel mani dan 23
buah dari sel telur. Chromosom berperan menentukan sifat-sifat mahklik yang
diturunkan dari kedua orang tuanya
Dalam fertilisasi terjadi proses penyatuan chromosom yang berfungsi sebagai penentu
jenis kelamin yang ditentukan oleh sel mani bukan sel ovum. Sel ovum maupaun sel
mani mempunyai 46 buah chromosom, terdiri dari 22 pasng chromosom biasa dan
sepasang chromosom sex. Chromosom sex pada sel mani terdiri dari sebuah X sex
chromosom dan sebuah Y sex chromosom, sedangkan pada sel ovum terdapat dua buah
X sex chromosom.
Jika spermatozoa dengan 22 buah chromosom biasa dan sebuah X sex chromosom
membuahai sebuah sel telur maka terjadilah zygote dengan 44 chromosom biasa dan 2
buah X chromosom, maka zygote dengan jenis kelamin perempuan, bila spermatozoa
dengan 22 buah chromosom biasa dan sebuah Y sex chromosom membuahai sebuah sel
telur maka terjadilah zygote dengan 44 chromosom biasa dan sebuah X chromosom dan
sebuah Y chromosom, maka zygote dengan jenis kelamin laki-laki.
Setelah inti sel telur daninti sel sperma bersatu chromosom dari kedua inti
bercampur sehingga sel telur mempunyai 46 chromosom selanjutnya chroosm
membelah diri hingga terjadi 2 pasang dari 46 chromosom. Pertumbuhan telur dimulai
dari blastomer, kemudian terjadi pembagian sel hingga telur terdiri dari 2 buah sel.
Masing-masing sel membagi diri hingga 4,8, 16, 32 dan sterusnya, sehingga telur terdiri
dari sekelompok sel yang disebut morula. Kemudian kelompok sel bergerak menuju
cavum uteri dan perjalanan waktu memakan waktu 3 hari. Dalam morula terbentu
rongga di sebut exocoeloom yang letaknya eccentris hingga sel morula terbagi dalm 2
jenis yaitu sel yang terletak disebelah luar yang merupakan dinding dari telur disebut
trofoblast dan sel-sel yang terdapat disebelah dalam merupakan kelompok sel disebut
bintik benih atau nodus embryonale (calon janin) dan pada tahap ini tingkat telur disebit
blastocyst. Saat ini telur menanamkan dalam endometrium yang disebut nidasi.
Nidasi terjadi terjadi kurang lebih 6 hari setelah fertilisasi. Nidasi terjadi pada
dinding depan atau dinding belakang fundus uteri.
Dalam bintik benih terdapat sebuah rongga yang disebut ruang amnion, dan dalam
ruang ini embrio akan tumbuh. Sel-sel yang akan membatasi ruang ini disebut
ectoderm (akan membantuk kulit, rambut, kuku, gigi dan susunan saraf). Pada waktu
yang sama muncul sebuah rongga lain dibawah ruang amnion yaitu ruang kuning telur.
Sel disekitar ruang kuning telur disebut entoderm (akan terbentuk usus, saluran
pernafasan, kandung kencing dan hati). Diantara lapisan ectoderm dan entoderm akan
muncul lapisan dinamakan mesoderm yang kan menghasilkan otot, tulang, jaringan ikat,
jantung, pembuluh darah dan limfe.
Trofoblas sebelah dalam telah diliputi oleh mesoderm yang disebut chorion. Daerah
antara ruang amnion dan kuning telur terdiri dari ectoderm, mesoderm dan entoderm
disebut discuc embryonale yang akan berkembang menjadi janin. Discus embryonale
akan menonjol kedalam ruang amnion, hubungan antara ruang yag kan menjadi janian
dan didnding trofoblast hanya merupakan tangkai yang terdiri dari mesoderm dan
sebelah luar tertutp epitel amnion.
Keterangan:
TFU : Dalam satuan Cm
K : 11 jika kepala belum masuk panggu
12 Jika sudah masuk panggul
Gambar 7. Leopold 1
b) Leopold 2
Leopold 2 digunakan untuk mementukan punggung janin, mendengakan DJJ
pada pungtum maksimum. Cara melakukan pemeriksaan yaitu dengan
Meletakan tangan disalah satu sisi abdomen, dan memberikan tekananlembut
tapi dalam. Bila punggung maka teraba bagian keras, memanjang seperti papan.
Bila ekstrimitas janin teraba bagian keci, ireguker dan mudah digerakan.
Gambar 8. Leopold 2
c) Leopold 3
Tujuan pemeriksaan ini adalah menentukan bagian terendah janin. Ibu jari dan
jari-jari satu tangan menggenggam bagian terbawah abdomen ibu, tepat diatas
simpisis pubis. Jika bagian terbawah janin tidak engaged, akan teraba masa yang
dapat digerakan, biasanya kepala. Bila bagian terendah janin telah masuk
panggul (engaged), hasil manuver ini hanya menunjukan bahwa bagian
terbawah polus janin berada dalam pelvis.
Gambar 9. Leopold 3
d) Leopold 4
Pemeriksa menghadap ke arah kai ibu dengan ujung tiga jari pertama masing-
masing tangan memebrikan tekanan yang dalamsearah aksis apertura pelvis.
Gambar 10. Leopold 4
6. Pemeriksaan pada ibu hamil
a) Protein urin
Tujuan pemeriksaan protein urin pada ibu hamil adalah untuk mengetahui
adanya adanay protein dalm urin, dimana dalam keadaan normal tidak
didapatkan konsentrasi yang tinggi dalam urin. Di dalam metabolisme tubuh
manusia hanya sedikit protein yang difiltrasi menembus glomerulus.
Secara klinis protein urin normal pada ibu hamil sangat kecil, yaitu < 1 gr
protein, 2/3 jumlah tersebut adalah protein yang dikeluarkan dari tubulus. Bila
protein urin yang dikeluarkan > 1,5 gr protein/ hari maka dikatan sudah tidak
normal dan mungkin terdapat kerusakan membran kapiler glomerulus.
Proteinurin merupakan penenda objektif yang menunjukan terjadinya
kebocoran endotel yang luas, merupakn ciri pre eklamsia. Untuk mendeteksi
protein urin harus bersih tidak boleh bercapmpur darah atau keputihan vagina
karena akan mengacaukan hasil. Urin yang biak diambil secara kateterisasi
dengan mengambil urin midstream(pancaran tengah). Oleh karena hal tersebut,
untuk megakan diagnosa pasti proteinurine pada pre eklamsia dengan
pengukurna eksresi albumin, karena sebagin besar proteinurin mengandung
albumin.
Gambar 11. Pemeriksaan Urin
b) Pemeriksaan glukosa
Pemeriksaan glukosa urin adalah pemeriksan pada sampel urinuntuk
mengetahui ada tidaknya glukosa pada urin dan merupakn skrining terhadap
diabetes gestasional. Tujuan pemeriksaan ini adalah meningkatkan
kewaspadaan terhadap diabetes gestasional. Pemeriksaan dilakukan pada usia
kehamilan 26-28 mimgggu kerana pada waktu tersebut meruapakn puncak
konsentrasi HPL, sehingga meningkatkan konsentrasi sel terhadap insulain yang
dapat menyebabkan diabetes gestasional. Adapun pemeriksaan tersebut
dilakukan bila di berdsarkan anamnesa didapatkan riwayat diabetes dan temuan
pada pemeriksaan fisik.
c) Pemeriksaan Panggul
Pemriksaan panggul selama kehamilan bertujuan untuk mendeteksi kondisi
klinis seperti kelainan anatomi dan penyakit menular seksual, mengevaluasi
ukuran panggul dan menilai bagian servik sebagai deteksia adanya
inkompetensia. Pemriksaan panggul lebih mudah dilakukan pada usia kehamilan
36 minggu karena ligamen panggul mengalami relaksasi dibandingkan pada
trimesetr sebelumnya.
Gambar 12. Pemeriksaan panggul
d) Berat Badan
Selam kehamilan wanita normal mengalami kenaiakn berat badan 12-18 kg.
Penmabhan berat badan meruapakan salah satu indikator keadaan kehamilan.
Berta badan rendah sebelum konsepsi berhubungan dengan peningkatan risiko
berat badan lahir bayi rendah. Penambahan berat badan lebih cepat setalh
umur kehamialn 20 minggu.
Tabel 1. Penambahan berat badan yang disarankan
IMT sebelum hamil Penambahn yang disarankan
< 18,5 kg/m 0,5 kg/minggu
18,5-29,4 kg/m 400 gr/mg
25 kg/m < 300 gr/ mg
Ibu hamil yang mengalami penambahan berat badan signifikan merupakn tanda
terjadinya gangguan gestasioanl (pre eklamsia). Penambahan berat badan
terjadi karena bertambahnay komposisi uterus, berkembangnya plasenta, janin
dan cairan keruban. Selain itu juga meningkatnya volume darah, penigkatan
retensi cairan serta produksi lamak selama kehamilan. Untuk mengukur
penambahan berat badan dapat digunakan rumus IMT
IMT = BB/TB2
Ketrangan:
IMT : Indek masa tubuh
BB : Berta badan sebelum hamil (dalam kg)
TB : Tinngi badan (dalam meter)
e) Hemoglobin
Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe sebagai penyebab warna
sel darah merah yang berfunsgi mengangkut oksigen (O2) kedalam jaringan dan
mengambil mCO2 dari jaringan ke paru-paru. Bila kadar hemoglobin dalm darah
lebih rendah dari nilai normal disebut anemia. WHO merekomdndasikan kadar
HB dalam darah pada tabel 2.
Tabel 2. Kadar hemoglobin untuk diagnosa anemia
f) Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulakn pada dinding arteri.
Pemeriksaan tekanan darah bertujuan mendeteksi adanya hipertensi, hipertansi
kronik hipertensi gestasional, dalam kehamilan dan pre eklamsia-eklamsia.
GAMBAR
C. PERUBAHAN FISIK
A. Perubahan Sistem Reproduksi
1. Uterus
Rahim yang semula kecil akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia,berat di awal
30 gr akan menjadi 1000 gram saat akhir kehamilan , dinding korpus uteri lebih
tipis 1,5cm / kurang ,perubahan isthmus uteri menjadi lebih panjang dan
lunak.Terjadi lightening pada akhir kehamilan.
2. Kelenjar Thyroid
BMR meningkat 20% dan kelenjar thyroid membesar .
Perasaan lemah dan letih sebagian besar di sebabkan peningkatan
aktivitas metabolic keseimbangan asam-basa
Sekitar minggu ke – 10 gestasi terjadi penurunan tekanan CO2 sekitar 5
mmHg
Progesteron dapat meningkatkan sensitivitas reseptor pusat nafas
sehingga volume tidal meningkat, PCO2 menurun, kelebihan basa ( HCO3
atau bikarbonat ) menurun dan pH meningkat ( menjadi lebih basa )
8. Hiperpigmentasi
Hiperpigmentasi terjadi karena kelenjar pituitari yang meningkat dan
mengeluarkan hormon melaotropin yang di pengaruhi oleh MSH (
Melanotropin Stimulating Hormon ).
Selain itu perubahan integumen yang di rasakan ibu hamil adalah sebagai
berikut :
1.Trimester I
a. Palmar Eritema ( kemerahan di telapak tangan ) dan spider nevi
b. Linea Alba/Nigra
2.Trimester II
a. Chloasma dan perubahan warna areola
b. Striae Gravidarum ( bulan 6-7 )
L. Perubahan Metabolik
1. Pada masa kehamilan berat badan akan naik sekitar 6,5 – 16,5 kg
2. Metabolisme basal naik sebesar15% - 20% dari semula terutama trimester III
3. Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq / liter menjadi
1545 mEq / liter karena hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang
diperlukan janin
M. Perubahan Sistem Muskoloskeletal
4. Peningkatan Berat Badan ibu hamil , postur dan cara berjalan ibu hamil
berubah.
5. Peningkatan distensi abdomen, panggul miring ke depan , penurunan tonus
otot perut
6. Pusat gravitasi ibu hamil bergeser ke arah depan
N. Perubahan Sistem Persyarafan
3. Saraf perifer
Dapat menyebabkan scrodyseshesia dan kaku pada semua bagian
lengan ,tangan atau jari-jari.
Lordosis dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada saraf atau
kompresi akar saraf
Rasa baal dan gatal di tangan
4. Otak
Swing Mood sering terjadi, nyeri kepala, terkadang perempuan tidak
menerima kehamilannya dan mungkin terjadi psikosis.
D. PERUBAHAN PSIKOLOGIS
Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu hamil di bagi dalam tiga periode :
B. TRIMESTER II
Periode ini ibu sudah bebas dari rasa ketidak nyamanan ,pada periode ini
perempuan sudah merasakan adanya gerakan janin, pembesaran perut, padasaat
dilakukan USG terlihat adanya gerakan bayi, ibu sudah mulai menerima
kehamilannya dan muali menggunakan energi dan pikirannya secara lebih
konstruktif.
Perubahan lain yang timbul adalah peningkatan kontak sosial dengan wanita
hamil lainnya,ketertarikan pada kehamilan dan persalinan serta persiapan menjadi
peran baru. Mengalami peningkatan libido di bandingkan pada trimester I.
Peran keluarga bersama-sama ibu untuk merencanakan persalinan , ikut
mewaspadai adanya komplikasi ikut mempersiapkan suatu rencana apabila terjadi
komplikasi. Peran petugas kesehatan mengajarkan pada ibu tentang nutrisi,
pertumbuhan bayi, tanda-tanda bahaya,merencanakan kelahiran dan rencana
kegawatan,
C. TRIMESTER III
Pada trimester III iniibu biasanya merasakhawati, takutakankehidupan
dirinya , bayinya, kelainan pada bayinya , persalinan dan ibu tidak pernah tahu kapan
akan melahirkan . Ketidaknyamanan pada trimester III ini meningkat karena ibu
merasa dirinya jelek dan aneh, menjadilebih ketergantungan , malas dan mudah
tersinggung, disamping itu ibumerasa sedih akan berpisah dari bayinya dan
kehilangan perhatian khusus yang diterimanya selama hamil .
Masa ini di sebut masa krusial /penuh kemelut pada beberapa wanita ada
krisis identitas karena mereka mulai berhenti bekerja dan mulai kehilangan kontak
dengan / kolega .
Periode ini juga sering di sebut periode menunggu dan waspada karena
kadang ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya , menunggu tanda-tanda
persalinan. Perhatian berfokus pada bayi dalam kehamilannya . sehingga ibu selalu
waspada untuk melndungi bayinya dari bahaya, cedera dan akan menghindari benda
atau hal yang dianggap membahayakan bayinya .
1. Menceritakan mengenai calon adik yang sesuai dengan usia dan kemampuan
untuk memahami .
2. Usahakan anak mengetahi calon adiknya adalah dari orang tua bukan dari
orang lain
3. Biarkan anak merasakan gerakan dan bunyi jantung adiknya
4. Gunakan gambar-gambar mengenai cara perawatan bayi
5. Sediakan buku yang menjelaskan dengan mudah tentang kehamilan ,
persalinan dan perawatan bayi
6. Memperkenalkan pengasuh
7. Beri kesempatan suami untuk mengurusinya agar anak sadar bahwa bukan
hanya ibu yang dapat menyiapkan atau memenuhi kebutuhan hariannya .
8. Perlihatkan cinta ibu pada anak tertua
9. Apabila sang kakak menyatakan ketidaksukaan pada adiknya maka jangan
panik
10. Tidak boleh memberikan kesan bahwa ada hal yang mungkin anak rasakan
tapi tidak bisa di bicarakan
11. Tetapkan jadwal mandi dan waktu tidur bersama-sama dengan beberapa
bulan sebelum tiba saat melahirkan sehingga anak terbiasa dengan rutinitas
yang terjadi setelah melahirkan.
12. Jika punyakesempatan mulailah menempatkan anak pada kelompok bermain
sebelum persalinan
13. Upayakan waktu berjauhan dengan anak sesingkat mungkin agar anak
merasakan tidak di abaikan
14. Ajaklah anak untuk mengunjungi adiknya di RS dengan memastikan bahwa
ibu tidak sedang menyusui tetapi biarkan bayitetap di box nya
15. Ketika anak mengunjungiadiknyadi RS tunjukkan perhatian pada anak dan
katakan bahwa ibu sangat rindu padanya .
F. PERTUMBUHAN JANIN
Dalam pertumbuhan janin, diperlukan perhitungan umur janin yang dimulai saat
fertlisasi. Berikut tahapan pertumbuhan janin dimulai dari fertilisasi:
1) Ovum
Adalah usia 0-2 minggu setelah fertilisasi. Fase perkembangan meliputi fertilisasi,
pembentukan blastokistas,
2) Embryo
Periode embrionik dimulai pada permulaan minggu ketiga setelah ovulasi dan
fertilisasi, yang terjadi bersamaan dengan perkiraan permulaan periode menstruasi
berikutnya. Terbentuknya bagian tubuh janin dalam bentuk dasar. Terjadi pada
umur 3-5 minggu. Pada pepriode ini merupakan saat terjadinya organogenesis. HCG
positif pada saat ini
3) Fetus
Masa ini dimulai 8 minggu pascafertilisasi atau 10 minggu setelah awitan menstruasi
terakhir. Janin yang telah mempunyai bentuk manusia. Pada saat ini embriofetus
memiliki panjang janin hampir 4 cm. Perkembangan selama periode janin terdiri
atas pertumbuhan dan pematangan struktur-struktur yang dibentuk pada saat
periode embrionik.
4) Akhir bulan pertama
Badan bayi sangat melengkung, panjangnya 7,5-10 mm. 1/3 dari mudighah
merupakan kepala. Saluran yang akan menjadi jantung terbentuk dan dasar tractus
digestivus sudah nampak, permukaan kai dan tangan berbentuk tonjolan.
5) Akhir Bulan 2
Bagian muka sudah terbentuk dengan jelas, sudah mempunyai tangan dan kaki
dengan jari tangan dan kaki. Alat kelamin sudah nampak, walaupun belum dapat
ditentukan bentuknya. Panjang janin 2,5 cm.
6) Akhir Bulan 3
Panang 7-9 cm, jenis kelamin sudah dapat ditentukan, sistem tulang sudah
terbentuk, ginjal sudah terbentuk air kencing. Janin sudah mulai bergerak tetapi
belum dapat dirasakan ibu karena masih sangat lemah.
7) Akhir Bulan 4
Panjang 10-17 Cm, berat 100 gram. Terbentuk lanugo (rambit halus), pergerakan
sudah dapat dirasakan ibu.
8) Akhir Bulan 5
Panjang 18-27 Cm, berat 300 gram. Denyut janting janin sudah dapat didengarkan.
9) Akhir Bulan 6
Panjang 24-34 Cm, berta 600 gram. Kulitnya keriput dan lemak ditimbun dibawah
kulit dan kulit tertutup vernix casiosa.
10) Akhir Bulan 7
Panjang 35-38 Cm, berat 1000 gram. Bila terjadi persalina prematur bayi sudah
mulai dapat bertahan dan bila menangis mengeluarkan suara yang lembut.
11) Akhir Bulan 8
Panjang 42,4 cm berat 1700 gram. Permukaan kulit merah dan keriput.
12) Akhir Bulan 9
Panjang 46 cm, berat 2500 gram.
13) Akhir Bulan 10
Janin sudah cukup bulan, panjnag 50 cm berat 3000 gram. Kapal ditumbuhi rambut.
Panjang kuku melebihi ujung jari. Pada laki-laki tetsis sudah ada dalm scrotum, pada
perempuan labia major menutupi labia minor.
Gambar 19. Pertumbuhan janin
Pertumbuhan jaini dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
1) Faktor Ibu
o Tinggi badan
o Keadaan gisi
o Keadaan demografis
o Pola kebiasaan
o Keliananuterus
o Kehamilan ganda
2) Faktor anak
o Jenis kelamin
o Kelainan genetis
o Infeksi intrauterin terutama virus
o Kelainan conginental lainya
3) Faktor plasenta
o Insufisiensi plasenta yang menyebabkan malnutrisi intrauterin.
BAB II
MATERNAL FETAL ATTACHMENT
Kehamilan, persalinan dan periode postpartum adalah masa transisi bagi seorang
wanita dan merupakan peristiwa kehidupan yang komplek yang berdampak pada
kehidupan biologis, psikologis, dan sosial yang dialami oleh ibu. Pada masa kehamilan
merupakan masa dimana tubuh seorang ibu hamil mengalami perubahan fisik, dan
perubahan psikologis akibat peningkatan hormon kehamilan. Adanya perubahan hormon
tersebut mengakibatkan perubahan emosi yang cendrung berubah-ubah seperti merasa
sedih, marah atau bahkan merasa sangat gembira. Oleh karena itu Perlunya menumbuhkan
ikatan batin antara ibu dan bayi atau yang dikenal dengan maternal fetal attachment (MFA).
MFA adalah adalah hubungan antara ibu dan janin pada masa kehamilan .Hal ini dapat
dilihat sebagai keterlibatan ibu dalam menunjukan kasih sayang, perawatan dan komitmen
untuk menjaga kesehatan janinnya. Bowlby (1969) menjelaskan bahwa hubungan antara
ibu dan bayi disebutkan dalam teori attacment. Hubungan antara ibu dan bayi berkembang
sebelum bayi lahir, tetapi semenjak dalam kandungan. Diantara hubungan dengan individu,
hubungan dengan ibu dan anak sangat penting. Muleer (1990) dalam Pellerone & Miccichè,
(2014) mendefinisikan bahwa kasih sayang pada masa kehamilan adalah hubungan yang
unik antara ibu dan bayinya. Menurut Ohman (2014) komponen keterikatan ibu dan jainin
meliputi keinginan mendapatkan kesehatan janin, interaksi dengan janin, merawat janin dan
memenuhi kebutuhanya selama hamil.
Selama kehamilan, ibu dan bayi hidup dalam simbiosis yang menguntungkan dan
selama dalam masa kehamilan ibu berfikir mengenai bayinya, membayangkan dan berbicara
dengan bayinya, apa yang ibu rasakan, hubungan ibu dan bayi tidak hanya mengenai nutrisi,
tetapi dengan emosional.
Penelitian terdahulu telah mengungkapkan hubungan MFA, hubungan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti penelitian Lumley (1972) dalam Pellerone &
Miccichè (2014) antara lain perkembangan kehamilan, gambaran tentang bayinya, gerakan
janin, riwayat kehamilan, dukungan sosial, kecemasan ibu.
MFA berpengaruh positif terhadap kehidupan ibu dan bayi. Penelitian yang dilakukan
oleh pengaruh yang ditimbulkan dari MFA berupa pengaruh sosial, psikologis, emosioanl
dan perkembangan anak. Penelitian Gearity (2005) dalam (Malekpour, 2007) bahwa
hubungan orang tua dan anak sebagai prototipe untuk hubungan masa depan anak, dengan
suksesnya hubungan ini diprediksi untuk kesuksesan hubungan selanjutnya dan anak
cenderung mempunyai rasa percaya diri yang besar serta menjadi mandiri dalam
kehidupanya.
Teori Bowly’s (1952) dalam (Taixera, Raimundo, & Antunes, 2016) menyatakan bahwa
hubungan emosional antara ibu dan bayi mempunyai pengaruh pada sosial dan psikologis
anak sepanjang daur kehidupanya.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor yang berhubungan dengan MFA, dengan
mengetahui faktor tersebut dapat mengoptimalkan MFA sehingga melahirkan generasi
penerus yang cerdas dan bermanfaat.
A. PENGERTIAN Maternal Fetal Attachment
Cranley (1981) menyusun teori tentang MFA dan mendefinisikan MFA adalah the
extent to which women engage in behaviours that represent an affiliation and
interaction with their unborn child. Maternal fetal attachment scale (MFAS) yang
dikembangakan oleh Cranley (1981) bertujuan untuk mengukur hubungan antara ibu
dan bayi semenjak masih ada di dalam rahim. Peneliti lain mendefinisikan prenatal
attachment adalah sesuatu yang unik, berpengaruh terhadap hubungan antara ibu dan
bayi Muler (1990) dalam Alhusen, 2008). Muller )1981) mengembangakn peneliaian
Prenatal Attachment Inventory (PAI) dengan mengembangkan hubungan kasih sayang
pada awal kehamilan.
B. Faktor yang berhungan dengan Maternal fetal attachment
1. Faktor demografi
Penelitian yang dilakukan Mohamed et al (2017) didapatkan bahwa umur ibu
berhubungan negatif dengan MFA, dikatakan bahwa dengan umur ibu yang semakin
meningkat, maka level MFA semakin turun.
Tingkat pendidikan menurut Mohamed et al (2017) tidak ada hubungan dengan
skore MFA. Penelitian Abasi et al (2013) didapatkan bahwa pendidikan ibu terhadap
MFA dapat meningkatkan kesehatan mental dan juga hubungan kasih sayang ibu dan
bayi.
2. Faktor Reproduktif
Mohamed et al (2017) dalam penelitianya menemukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara jumlah kehamilan dengan level MFA, semakin
banyak jumlah kehamilan maka skore MFA akan menurun.
Paritas tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan level MFA (Mohamed et al.,
2017).
3. Riwayat kehamilan
Penelitian Mohamed et al (2017) didapatkan bahwa riwayat kehamilan
mempunyai hubungan yang signifikan dengan level MFA. Riwayat kehamilan yang
dimaksud terutama pada kehamilan yang diinginkan/kehamilan terencana, usia
kehamilan. Penelitian Lumley (1972) dalam Pellerone & Miccichè (2014) beberapa
faktor yang mempengaruhi MFA adalah perkembangan kehamilan, gerakan janin,
riwayat kehamilan.
Penelitian yang dilakukan oleh (Taixera et al., 2016) didapatkan bahwa umur
kehamilan berhubungan dengan MFA, semakin besar umur kehamilan maka bonding
antara ibu dan bayi semakin besar. Hal tersebut dikarenakan semakn bertambahnya
umur kehamilan, ibu akan merasakan gerakan bayinya sehingga ibu mulai merasa
kalau hamil dan kehamilan semakin membesar.
4. Dukungan sosial
Sarason et al (1983) mendefinisikan dukungan sosial sebagai keberadaan atau
adanya orang yang bisa kita andalkan, orang yang perduli dan memberikan perhatian
kepada orang lain. Dukungan sosial menekankan pada persepsi atau penyediaan
sumber daya yang ada dari orang yang ada disekitarnya (Reid, n.d.). Penelitian telah
membuktikan efek dukungan sosial terhadap kesehatan mental. Penelitian terkait
MFA didapatkan bahwa dukungan sosial yang tinggi akan meningkatkan level MFA
(Mohamed et al., 2017).
5. Kecemasan
Penelitian Mohamed et al (2017) didapatkan bahwa tingkat kecemasan tidak
berhubungan dengan level MFA. Hal tersebut disebakan budaya yang ada di Arab
sangat mendukung terhadap kehamilan, sehingga sumber dan tingkat kecemasan
sangat rendah sehingga MFA akan mudah dilakukan. Review artikel oleh (Al Husain,
2008) pengaruh depresi dan kecemasan terhadap MFA bahwa ibu dengan skor tinggi
kecemasan dan depresi memiliki kualitas MFA yang renxdah.
Beberapa penelitian terkait kecemasan sudah banyak dilakukan, hasil penelitian
menyebtkan bahawa kecemasan dan stres pada ibu merupakan prediktif dari
rendahnya MFA (Cranley, 1981; Gafney, 1986 dalam Pellerone & Miccichè, 2014).
C. INSTRUMEN PAI
Kuesioner MFA yang digunakan adalah kuesioner Prenatal Attachment Inventory
(PAI) yang di kembangkan oleh Muller (1983) dalam Abasi et al (2013) sebanyak 21
pertanyaan. Di Indonesia sudah ada yang PAI versi Indonesia dan sdh diuji validitas
dengan nilai Cronbach’s alpha koefisien pada PAI versi Indonesia (IPAI) adalah 0.937
(Suryaningsih, 2015). Rentang Skor IPAI adalah antara 21-84, dengan semakin tingginya
skor mengindikasikan tingginya attachment ibu (Muller,1993 dalam Suryaningsih,2015).
Alat ukur kuesioner berupa skala likert dengan penyataan selalu,sering, hampir kadang-
kadang, hampir tidak pernah. Hasil ukur 1)Tinggi : skor nilai 84-52,5, 2) Rendah : skor
nilai < 52,5-21. Dalam kuesioner IPAI menjelaskan pikiran, perasaan dan situasi yang
mungkin terjadi selama kehamilan dan merupakan refleksi pengalaman yang dialami
dalam 1 bulan terakhir.
Tabel 3. The Indonesian of Prenatal Attachment Inventory (IPAI)
No Items Selalu Sering Hampir Hampir
kadang2 tidak
pernah
1 Saya membayangkan bagaimana rupa bayi 4 3 2 1
sekarang
2. Saya membayangkan memanggil bayi saya 4 3 2 1
dengan nama
3. Saya menikmati ketika bayi saya bergerak 4 3 2 1
4. Saya berfikir bahwa bayi saya sudah 4 3 2 1
memiliki pembawaan kepribadian sejak
dalam kandungan
5. Saya mengijinkan orang lain meletakan 4 3 2 1
tangannya diatas perutku untuk
merasakan gerakan bayi
6. Saya tahu hal-hal (tindakan) yang saya 4 3 2 1
lakukan dapat berdampak pada bayi saya
7. Saya merencanakan hal-hal yang akan 4 3 2 1
saya lakukan dengan bayi saya.
8. Saya mengatakan kepada orang lain apa 4 3 2 1
yang bayi saya lakukan dalam tubuh saya
9. Saya membayangkan bagian dari tubuh 4 3 2 1
bayi saya saat saya menyentuhnya
10. Saya tahu kapan bayi saya tidur 4 3 2 1
11. Saya bisa membuat bayi saya bergerak 4 3 2 1
12. Saya membeli/membuat barang-barang 4 3 2 1
untuk bayi saya
13. Saya merasa adanya cinta untuk bayi saya 4 3 2 1
14. Saya mencoba untuk membayangkan apa 4 3 2 1
yang sedang saya lakukan didalam
15. Saya suka duduk dengan lengan 4 3 2 1
melingkari perut saya
16. Saya bermimpi tentang bayi saya 4 3 2 1
17. Saya tahu kenapa bayi saya bergerak 4 3 2 1
18. Saya membelai bayi saya melalui perut 4 3 2 1
saya
19. Saya berbagi rahasia dengan bayi saya 4 3 2 1
20. Saya tahu bayi saya dapat mendengarkan 4 3 2 1
saya
21. Saya merasa bersemangat ketika berfikir 4 3 2 1
tentang bayi saya
D. HASIL Penelitian MFA
Berdasarkan tabel diatas faktor MFA di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah kualitas
dukungan sosial dengan p < 0,005 OR 11, 25 yang artinya bahwa kualitas dukungan sosial
yang didapat pada ibu hamil akan berpengaruh terhadap MFA sebesar 11, 25 kali dan
kehamilan yang direncanakan dengan p < 0,009 OR 6,44 yang artinya bahwa ibu dengan
kehamilan yang direncanakan akan berpengaruh 6, 44 terhadap MFA. Sedangkan kuantitas
dukungan sosial, pendidikan, paritas, pekerjaan, pengalaman kehilangan bayi dan kunjungan
antenatal tidak berhubungan dengan skor MFA.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
didapatkan 100 ibu hamil usia 28-38 minggu didapatkan Prevalensi MFA di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta adalah 90%. Faktor yang berpengaruh dengan MFA adala:
1. Dukungan sosial
Dukungan sosial merupakan faktor penting dalam pengaruh hubungan kasih sayang
ibu dan anak, mood ibu seperti kecemasan dan depresi, status mental ibu dan
berpengaruh pada faktor sosial dan lingkungan (Ghodrati & Akbarzadeh, 2018).
Dukungan sosial menekankan pada persepsi atau penyediaan sumber daya yang ada
dari orang yang ada disekitarnya (Reid, n.d.). Penelitian telah membuktikan efek
dukungan sosial terhadap kesehatan mental. Penelitian terkait MFA didapatkan bahwa
dukungan sosial yang tinggi akan meningkatkan level MFA (Mohamed et al., 2017).
Selain itu dukungan sosial dari keluarga merupakan faktor kuat peningkatan MFA
(Alhusen, 2008)
Dalam penelitian didapatkan hasil kualitas dukungan sosial dan kuantitas dukungan
sosial, dan kualitas dukungan sosial berhubungan dengan MFA dengan p < 0.007. MFA
dapat digambarkan hubungan ibu dengan janin baik berupa emosi, perilaku ataupun
persepsi ibu terhadap bayinya. Kulaitas hubungan hubungan ibu dan bayi selama
dikandungan akan mempengaruhi perkembangan anak baik kognitif ataupun
emosional. Oleh karena itu, harus mengenali/mengetahui faktor yang dapat
meningkatkan kasih sayang untuk janin yang dianndung dan dapat merencankan
intervensi psikologis pada saat kehmailan selain itu MFA merupakn salah satu bentuk
perawatan kehamilan yang berpusat pada pasien /keluarga dan untuk meningkatkan
perkembangan fizik dan emosi bayi.
Review yang dilakukan oleh (Salehi, Kohan, & Taleghani, 2018) dukungan sosial
berhubungan dengan kasih sayang dengan anggota keluarga. Dukungan sosial adalah
keberadaan atau adanya orang yang bisa kita andalkan, orang yang perduli dan
memberikan perhatian kepada orang lain (Sarason et al., 1983). Dalam hal ini dukungan
sosial dapat berupa dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan
informasional, dan dukungan penghargaan.
Dukungan emosional meliputi perilaku seperti memberikan perhatian atau afeksi
serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain. Bentuk dukungan ini membuat
individu merasa nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai, sehingga individu dapat
menghadapi permasalahn yang dihadapi.
Dukungan instrumental dapat berupa Dukungan yang berupa bantuan langsung
atau berupa berwujud barang atau bantuan pekerjaan yang bisa di rasakan oleh
penerima dukungan ataupun bisa berupa materi, dan waktu sesuai dengan kebutuhan
individu.
Dukungan Informasional berupa saran dan bimbingan, pengetahuan, informasi
dan umpan balik tetang bagaimana melakukan sesuatu, misalkan bagaimana seseorang
mendapatkan informasi untuk mengoptimalkan hubungan kasih sayang ibu dan janin.
Dukungan penghargaan ini membantu individu melihat sisi positif yang ada dalam
dirinya yang berfungsi untuk menambahkan kepercayaan diri, penghargaan diri dan
kemampuan merasa dihargai dan berguna untuk orang lain.
Kurangnya dukungan sosial dan hubungan keluarga yang tidak stabil akan
mengurangi MFA dan berhubungan dengan kecemasan pada ibu saat hamil (Salehi et
al., 2018).
2. Umur
Hasil penelitian di dapatkan bahwa hubungan umur dengan MFA dengan p value
> 0,05, yang diartikan bahwa umur tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan
MFA sehingga dapat disimpulkan berapapun usia ibu saat hamil tidak berisiko terhadap
keeratan hubunga ibu dan bayi. Penelitian ini didapatkan bahwa hanya 16 responden
(14,8%) kelompok umur dengan nilai MFA rendah dan sebanyak 92 responden (85,2%)
kelompok umur dengan nilai MFA tinggi. Penelitian yang dilakukan Mohamed et al
(2017) didapatkan bahwa umur ibu berhubungan negatif dengan MFA, dikatakan
bahwa dengan umur ibu yang semakin meningkat, maka level MFA semakin turun.
Penelitan yang dilakukan oleh Lee umur merupkan faktor penigkatan MFA. Ibu yang
berumur kurang dari 30 tahun didapatkn score MFA lebih tinggi bila dibandingkan
dengan ibu dengan umur lebih 30 tahun (Lee & Lee, 2015)
3. Pendidikan
Hasil penelitian di dapatkan hubungan umur dengan MFA dengan p value >
0,05, yang diartikan bahwa umur tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan
MFA sehingga dapat disimpulkan pendidikan tidak berpengaruh terhadap kejadian
MFA. Penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden 69 (89%) dengan
pendidikan tinggi dan memiliki skor MFA tinggi dan hanya 2 (9%) ibu dengan pendidkan
rendah dan mempunyai skor MFA rendah.
Tingkat pendidikan menurut Mohamed et al (2017) tidak ada hubungan dengan
skore MFA. Penelitian Abasi et al (2013) didapatkan bahwa pendidikan ibu terhadap
MFA dapat meningkatkan kesehatan mental dan juga hubungan kasih sayang ibu dan
bayi. Penelitian yang dilakukan oleh Abasi, et al dimana pada kelompok kasus diberikan
pendidikan kesehatan perilaku MFA didapatkan hasil perbedaan yang bermakna pada
kelompok kontrol (Abasi et al., 2013) hal ini karena pendidikan kesehtan selama
kehamilan berpengaruh positif terhadap kedekatan/kasih sayng ibu terhdapa janin.
Penelitian Kim and Cho’s bahwa pendidikan kesehatan melalui promosi kesehtan
seperti interaksi/komunikasi ibu dan janin dan rangsangan akan meningkatkan skor
MFA (Kim & Cho, 2004).
Sedangkan ibu dengan hubungan janin yang rendah akan mengakibatkan depresi
dan kecemasan. Sitematic review yang dilakukan iran didapatkan bhawa pendidikan
orang tua berhubungan dengan peningkatan kasih sayang ibu dan janin (Salehi et al.,
2018). Pada masa kehamilan ibu akan memerankan 4 tugas penting dalam upaya
menjadis seorang ibu menjalan kan kehmailan dengan aman, penerimaan bayinya
terhadap kelurga, mendapatkan dukungan komunikasi dengan bayi, oleh sebab itu
pendidikan kesehatan terkait hubungan ibu dan janin akan meningkatkan kasih sayang
dan kesadaran ibu dalam mengoptimalkan kehamilanya (Salehi et al., 2018)
4. Paritas
Hasil penelitian di dapatkan hubungan umur dengan MFA dengan p value > 0,05,
yang diartikan bahwa paritas tidak berpengaruh terhadap MFA. Dalam penelitian ini
didapatkan bahwa 54 (54%) responden dengan multi para. Penelitian ini berbeda
dengan penelitian terdahulu bahwa Ibu primipara mempunyai MFA lebih tinggi bila
dibandingkan dengan multipara dengan p < 0.04 ((Lee & Lee, 2015). Sedangkan
penelitian di Korea di dapatkan multipara meruapakan faktor berprngaruh terhdap MFA
dengan nilai p< 0,001 (Hee & Young, 2015). Mohamed et al (2017) dalam penelitianya
menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah kehamilan
dengan level MFA, semakin banyak jumlah kehamilan maka skore MFA akan menurun.
5. Pengalaman kehilangan bayi
Pengalama kehilangan bayi merupakan peristiwa trauma dan berefek pada
keluarga. Hasil penelitian di dapatkan hubungan pengalaman kehilangan bayi dengan
MFA dengan p value > 0,05 yang diartikan bahwa pengalaman ibu kehilangan bayi
seperti abortus atau fetal death tidak berpengaruh dengan kejadian MFA. Beberapa
hasil terkait pengalaman kehilangan bayi baik karena abortus, atau kematian bayi dalam
kandungan ditemukan dalam review yang dilakukan di Iran. Ibu yang pernah mengalami
kehilangan bayi mendapatkan score rendah pada MFA. Hal tersebut dijelaskan bahwa
ibu yang pernah mengalami kehilangn bayi akan mempunyai perasaan cemas, takut
atau trauma yang lama terutama ketikan akan merencanakan kehamilan berikutnya,
sehingga menurunkan nilai MFA (Salehi et al., 2018) (Alhusen, 2008). Terapi yang dapat
diberikan pada kasus tersbut dengan memberikan konseling atau pendidikan
kesehatan. Penelitian (Baghdari, Sahebzad, Kheirkhah, & Azmoude, 2016).
MFA meningkat dengan dengan semakin bertambahnya umur kehamilan teruta
asetelah merasakan gerakan janin, riwayat kehamilan dan gerakan janin (Alhusen,
2008)
6. Kunjungan ANC
Hasil penelitian di dapatkan hubungan kunjunagn antenatal dengan MFA
dengan p value > 0,05. Kunjungan antenatal dikatakan cukup bila memenuhi jumlah
minimal pemeriksaan ANC yamg ditetapkan yaitu minimal 4 kali kunjungan selama
kehamilan. Rata-rata responden melakukan kunjungan antenatal lebih dari 5 kali, dan
75 (90%) responden yang melakukan kunjungan ANC cukup mempunyai skor tinggi
terhadap MFA. Kontak pertama ibu dengan bayi terjadi selam masa kehmailan (Abasi et
al., 2013). Kedekatan atau kontak ibu dan bayi dapat melalui MFA. Dalam kunjungan
ANC peneyedia layanan kesehtan baik bidan ataupun dokter akan memberikan
pendidikan kesehatan.
Dukungan psikologis selama pemeriksaan kehamilan merupakan kritikal
komponen yang harus diberikan tenaga kesehatan terhadap pasien (Alhusen, 2008).
Bebrapa aspek dalam kehamilan dan pemeriksaan kehamilan akan berpengaruh
terhadap MFA diantaranya adalah komplikasi dan perawatn RS, riwayat kehilangan bayi
dan skrening kehamilan (Davi, Davidson, Fargie, Puckering, & Trevathen, 2014). Dalam
pelayanan ANC terdapat beberapa aspek yang dapat mendukung perkembangan MFA
yaitu melalui USG atau mendengar denyut juntung janin dan melatih
kepedulian/kepekaan ibu terhdapa gerakn janin (Davi et al., 2014)
7. Kehamilan direncanakan
Hasil penelitian di dapatkan hubungan pengalaman kehilangan bayi dengan MFA
dengan p value < 0,05 dengan nilai OR 6,44 artinya bahwa kehamilan direncanakan
berhubungan dengan MFA sebesar 6,44 kali. Kehamilan direncanakan akan
memberikan hubungan yang positif. Dalam review (Salehi et al., 2018) hubungan
kehamilan direncanakan atau tidak masih menjadi perdebatan. Perbedaan tersebut
dikarena perbedaan pemakain alat ukur/ kuesioner yang digunakan. Dalam review
tersebut didapatkan bahwa pada kehamilan yang tidak direncanakan akan meningatkan
kecemasan dalam kehamilan dan menurunkan MFA. Dalam pengkuran MFA beberapa
faktor yang konsisten berhubungan dengan MFA atara lain adalah kehamilan yang
direncanakan, usia kehamilan dan ganggun mood ibu (Alhusen, 2008)
DAFTAR PUSTAKA
Abasi, E., Tafazzoli, M., Esmaily, H., & Hasanabadi, H. (2013). The effect of maternal – fetal
attachment education on maternal mental health, 815–820.
https://doi.org/10.3906/sag-1204-97
Baghdari, N., Sahebzad, E. S., Kheirkhah, M., & Azmoude, E. (2016). The Effects of
Pregnancy-Adaptation Training on Maternal-Fetal Attachment and Adaptation in
Pregnant Women With a History of Baby Loss, 5(2).
https://doi.org/10.17795/nmsjournal28949.Research
Cuningham, F., Leveno, Kenneth., Bloom, Steven., Hauth, John., Rouse, Dwight., Spong,
Cathhrine. 2010. Obstetri wiliams. EGC: Jakarta
Davi, R., Davidson, B., Fargie, Puckering, & Trevathen. (2014). Bonding and Attachment in
the peri-natal period : Supporting rich and enjoyable relationships for life.
Kementrian Kesehatan. Peraturan Mentri Kesehatan Repubilik Indonesia No. 97 Tahun 2014,
Pub. L. No. PMK No.97 Tahun 2014 pasal 13 (2014). kesga.depkes.go.id.
Kim, J., & Cho. (2004). The effect of mother-fetus interaction promotion program of talking
and tactile stimulation on maternal-fetal attachment. Orean J Child Health Nurs, 10.
Lee, S., & Lee, S. (2015). Factors Influencing Maternal-Fetal attachment among Pregnant
Women. Journal of the Korea Academia-Industrial Cooperation Society, 16(3), 2020–
2028.
Luluk, Zuyina., Aspuah, Siti. 2002. Anatomi Fisiologi dan Obsgin untuk kebidanan. Nuha
Medika: Yogyakarta.
Malekpour, M. (2007). EFFECTS OF ATTACHMENT ON EARLY AND LATER DEVELOPMENT,
53(105), 81–95.
Ohman, S. . (2014). Prenatal examinations for down syndrome and possible effects on
maternal- fetal attachment.
Pellerone, M., & Miccichè, S. (2014). Prenatal Attachment and Anxiety: Women Who Decide
to Try in Vitro Fertilization and Women Who Procreate Naturally, 4(6), 419–427.
Salehi, K., Kohan, S., & Taleghani, F. (2018). Factors and Interventions Associated with
Parental Attachment during Pregnancy in Iran : A Systematic Review, 6(49), 6823–6842.
https://doi.org/10.22038/ijp.2017.26168.2232
Sarason, I., Levine, H., Basham, R., & Sarason, B. (1983). Assesing Social Support: The Social
Support Questioner. Journal Of Personality and Social Psycologi, 44, 17–139.
Sulitsyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika