Anda di halaman 1dari 10

Oseana, Volume XL, Nomor 4, Tabun 2015: 31-40 ISSN 0216-1877

SIKLUS FOSFOR DI LAUTAN

Oleh

Hanny Meirinawatil)

ABSTRACT
PHOSPHORUS CYCLE IN THE OCEAN. Phosphorus is an essential element in the marine
environment. Phosphorus is a nutrient used by phytoplankton and could become a limiting nutrient.
Phosphorus cycles in the ocean are very important to be understood because ~ can know the
source oj phosphorus in the sea, a process that occurs in the sea, and utility oj phosphorus in the
ocean. Phosphorus in the sea mainly dominated in dissolved form. The addition oj phosphorus
inputs at sea mainly caused by anthropogenic sources. Most phosphorus discharged into the sea
through rivers. Marine sediments are the main place oj storage phosphorus. Therefore; the
concentration of phosphorus in the depth is greater than those on the surface.

PENDAHULUAN
perairan atau disebut pula sebagai faktor
Fosfor (P) merupakan komponen pembatas (Smith, 1984). Fosfor terutama dalam
struktural dan fungsional semua organisme bentuk ortofosfat sebagai nutrien pembatas
sebingga merupakan unsur penting untuk semua sudah banyak ditemukan diantaranya di Laut
kebidupan (paytan & McLaugbin, 2007). Fosfor Mediterania bagian timur (Tbingstad et a1.,2005).
hampir tidak terdeteksi di kebanyakan Fosfor dalam bentuk ortofosfat, memainkan
permukaan laut (Schlesinger & Bernhard, 2003). peran kunci dalam fotosintesis (produktivitas
Dalam beberapa lingkungan laut dan muara, primer) (paytan & Mel aughin, 2007). Persamaan
ketersediaan P dianggap makronutrien yang kimia fotosintesis laut dapat ditulis sebagai
berpengarub terbadap laju produktivitas suatu berikut:

Dari persamaan kimia diatas dapat sebagai material partikulat (organisme mati atau
disimpulkan bahwa ketersediaan P dapat pellet). Beberapa karbon mencapai kedalaman
mempengaruhi siklus karbon laut dan laut sebagai bahan organik terlarut (Dissolved
penyerapan karbon dioksida dari atmosfer. Organic MatterlOOM) oleb proses transportasi
"Pompa biologis", sebuah proses dimana karbon fisik seperti pencampuran, difusi eddy,
"dipompa" dari zona eufotik ke lapisan dalam downwelling, dan sebagai mineral kalsium
laut dengan cara mentranspor karbon organik karbonat (Raven, 1999).

I) Pusat Penelitian Oseanografi, LTPl

31
FOSFORDI LAUT banya sekitar 10-30% dari total flub P sungai
berpot.ensi "Reaktif" (tersedia untuk penyerapan
Fase 'Ierlarut dan Partikul.t Fosfor biologis) dan seperempat dari P reaktif ini
Fosfocdikirim ke lautmelalui pelapekan mungkin terjebak di muara dan tidak pernab
benua. P ini diangkut Irelaut dalam fase terlarut mencapai laut terbuka (Compton et al., 2(00)
dan partilrulat melalui sungai (Paytan & (Gambar 1). Selain itu, deposisi atmosfer melalui
McLaughlin, 2(07). Partikulat fosfor tersebut aerosol. ahu vulkanik, dan dehu mineral juga
sebagai komponen partikulat anorganik memiliki pengaruh terhadap masukan P ke laut
(Particulate InorganiclPIP) dan partikulat (Gambar 1). Aerosol terdiri dari sekitar 5% dari
organik (Particulate OrganiclPOP)(Compton totalmMukan P ke laut atau sekitar 3,2 x 10101001
et al., 2(00). Sebagian besar P di sungai berupa I tahun (Gamber I) (Paytan &Mcl 8nghlin,20(7).
materi partikel anorganik, khususnya P yang P tenggelam dalam bentuk endapan dan
terdapat dalam butiran mineral apatit dan mineral mengendap bersama sedimen laut setelab
lain. P juga diserap oleh besi Mangan oksidal mengalami transformasi dari bentuk partikulat
oksihidroksida. Fosfat tersebut kemudian terlarut. P juga terdapat dalam serapan air laut
diangkut ke muara dan dilepas ke laut. melalui interaksi kerak samudera yang terkait
Diperkirakan total P yang dilepas dari partikel dengan aktivitas hidrotermal di dasar laut.
tanah liat 2-5 kali lebih banyak daripada fosfat Persediaan P di laut terbu1ca didominasi oleh
terlarut yang memasuki laut melalui sungai bentuk terlarut dengan total sekitar 3xl OIS mol P
(Sundaresbwar & Morris, 1999). yang terdiri dari 2,9x lOIS mol yang berada di
P organik terlarut (DissolvedOrganicl perairan dalam dan -0, I x 10151001eli permukaan
DOP) di sungai, beberapa terjebak dalam muara air (Broecker &Peng, 1982). Sebuah representasi
melalui flokulasi, fotohidrolisis, dan daurulang sederhana dari siklus P di laut ditunjukkan pada
di muara (Hedges, 1992). Diperkirakan bahwa Gamberl.

Gambar l.Siklus Fosfor eli Laut (paytan & McLaughlin, 2007)

32
Fosford."m SedimeD Laut oksigen, rasio CIPdari material organik sedimen
Sedimen merupakan tempat sebesar 5000 sementara komposisi partikel
penyimpanan utama dalam siklus fosfor di laut. organik dalam keadaan oksikjauh lebih rendah
P dalam sedimen!aut berada dalam beotukmateri (paytan & Mcl.aughlin, 2007). DiDamika P dalam
partikulat, terikat dengan oksida logam dan sedimen laut setelah pengendapan cukup
hidroksida, Perkiraan total P di sedimen laut kompleks karena dipengaruhi oleh ada tidalcnya
terbuka berkisar dari 9,3x 1010 moVtahunsampai oksigen (terjadi reduksi atau oksidasi) (Gambar
34xl OIOmoVtahun (Paytan & Mel aughlin, 2007). 2). Fosfor dalam sedimen dapat berpindah selama
Komponen utama dari fluks iniadalah P reaktif degradasi bahan organik dan reduksi besi
sedangkan sebagian besar dari P non reaktif oksida, Konsentrasi ion fosfat di laut meningkat
berada di lapisan benua. P reaktiftersedia secara dengan kedalaman. Sebagian besar fosfat
biologis atau terikat dengan komponen biologis diendapkan dalam sedimen sebagai fluorapatite
dalam kolom air sebelum pengendapan. karbonat atau diserap oleh partikel besi oksida.
Mineralisasi dapat terjadi di sMimen / antarmuka Namun, ketika sedimen disuspensi di wilayah
air atau di air pori. Sedimen yang mengandung pesisir, sejumlah besar P anorganik terlarut
oksigen (oksik) di permukaan kaya akan besi (Dissolved Inorganic ID IP) dilepaskan ke dalam
dan Mangan yang menyerap fosfat dan kolom air. Pada daerah oksigen yang rendah di
membentuk mineral, sedangkan pada sedimen bawah permukaan air , beberapa P dalam air pori
anoksik (bebas oksigen) fosfat terikat dengan dapat berdifusi dari sedimen ke dalam air laut
mineral kalsium, P organik yang berhubungan (Paytao & McLaughlin, 2007). Transformasi
dengan plankton juga tergantung pada kondisi antara P oseanik yang berbeda ditunjukkan pada
redoks sedimen. Dalam kondisi yang lcurang Gambar2.

Upper WIlIer
CoIuIm
<l000m

Gambar 2. Transformasi antara P dalam kolom air dan sedimeo (paytan & McLaughlin, 2007).

33
Bentuk dan Transf'ormasi Fosfor di Laut fosfor koloid. Partikulat P (tertahan pada
Fosfor di laut berada dalam bentuk: saringan) meliputi plankton, endapan fosfor
terlarut dan partikulat pada seluruh kolom air mineral, serapan fosfor pada partikulat, dan rase
(Gamba! 2). Fraksi-fraksi ini secara operasional fosfor amorfos. Dalam setiap fraksi (terlarut dan
didefinisikan danditentukan oleh filtrasi melalui partikulat), P terdapat dalam bentuk anorganik
saringan 0,2 atau 0,45 ~. Fraksi terlarut (yang (ortofosfat, pirofosfat, polifosfat, dan fosfat
melewati filter) meliputi fosfor anorganik yang mengandung mineral) atau dalam bentuk
(umumnya dalam bentuk ortofosfat larut), senyawa organik (P-ester, P-diesters, fosfonat)
senyawa fosfor organik, dan malaomolekul (Gambar3).

011........... .. ....... '1.......



, 9-
O-f-O ll-O-l-0
O'

PII ......... Pyn, ..........

1 0
9- 9-
o-s."O"~.o
......... Ob .... ..." •• it n.
R-O~1l
b
o-~-o-~r-o
0- 0 0-
Gambar 3. Struktur senyawa fosfor (Paytan & Mclaughlin, 2007).

Fosfor organik dan anorganik dalam bentuk P anorganik terlarut dan organik juga diserap
partikulat dan terlarut mengalami transformasi dan dilepaskan dari materi partikulat dalam
secara terus menerus. Fosfat anorganik terlarut pergerakan kolom air antara fraksi terlarut dan
(biasanya sebagai ortofosfat) diasimilasi oleh partikulat (paul et al., 2005).
fitoplankton dan diubab menjadi senyawa fosfor
organik (Cotner & Wetzel, 1992). Fitoplankton F08(or Terl.rut
kemudian dimakan oleh detritivora atau Fosfor terlarut yang terbesar di laut
zooplankton. Fosfor organik yang diambil oleh adalah fosfor reaktif terlarut (SRP), yang
zooplankton diekskresikan sebagai P anorganik didefinisikan sebagai fraksi P terlarut yang
terlarutdan organik. Pemecahan sel fitoplankton bereaksi dalam larutan asam yang mengandung
juga melepaskan P anorganik terlarut dan P ion molibdat untuk membentuk kompleks
organik seluler ke dalam air laut. Siklus tersebut fosfomolibdat yang ketika direduksi dengan
terjadi secara terus menerus, P anorganik secara asam askorbat membentuk kompleks
cepat diasimilasi oleh fitoplankton sementara molibdenum berwarna biro. Fraksi ini di air laut
beberapa senyawa organik P dihidrolisis melalui terutama terdiri dari fosfat anorganik terlarut
sintesis enzim oleh bakteri danfitoplankton dan (DIP) sebagai HPO 4:z. (-87%) dan sebagian kecil
kemudian diasimilasi (Cotner & Biddanda, 2002). dalam bentuk pot (kelimpahan relatifbentuk

34
ini tergantung pada pH), juga mencakup Bakteri heterotrofik melakukan hidrolisis DOP
beberapa bentuk organik dan anorganik yang dan mengubah kembali menjadi DIP. Namun,
mudah dihidrolisis (Benitez-Nelson, 2000). fitoplankton dan bakteri autotrotik juga dapat
Fosfor terlarut non reaktif (SNP) tidak bereaksi menghidrolisis senyawa P organik ketika
dengan ion molibdat dan ditentukan oleh permintaan P tidak terpenuhi oleh ortofosfat
perbedaan antara total P terlarut (yang diukur anorganik (Cotner & Biddanda, 2002). Sebagian
berdasarkan acid digestion) dan SRP yang besar penyerapan DIP berlangsung di zona
terdiri dari senyawa DOP (protein, karbohidrat, eufotik yang diterangi oleh matahari di mana
lipid dan molekul yang belurn terkarakterisasi) fotosintesis berlangsung, hidrolisis P organik
dan polifosfat anorganik. Fosfor terlarut non (baik partikulat maupun terlarut) untuk DIP
reaktif (SNP), memiliki 50- 80% berat molekul terjadi sepanjang kolom air (Gambar 2). Dengan
rendah (LMW <10 kDa), sementara 15- 30% demikian, profil kedalaman DIP (diukur sebagai
memiliki berat molekul tinggi (HMW, >50 kDa) SRP) di lautan memperlihatkan "tren nutrien"
(Benitez-Nelsoa, 2000). P ester dan fosfonat yang menunjukkan bahwa DIP di permukaan
adalah komponen utama yang memiliki berat perairan habis karena serapan biologis yang
molekul tinggi dari DOP. Bakteri autotrofik dan intens di zona eufotik dan konsentrasi
fitoplankton rnengambil P yang sebagian besar meningkat dengan bertambahnya kedalaman
dalam bentuk ortofosfat (HPO.z·· pot) untuk sebagai hasil dari konversi bentuk P organik ke
memenuhi kebutuhan metabolisme mereka. DIP (regenerasi) (Gambar4).

• ,Ill> l...-ll " b

!
J

1-0......- -o .._.- .-- ... --1


Gambar 4. Konsentrasi Fosfor Reaktif dan Fosfor Organik Terlarut di Atlantik dan Pasifik
(Paytan & McLaughlin, 2007).

Sebaliknya, distribusi kedalaman DOP menjadi DIP (secara cepat diambil dan
di laut ditandai dengan konsentrasi tinggi di dimanfaatkan oleh organisme) dalam lapisan
permukaan laut, di mana sebagian besar permukaan, dan hanya sebagian kecil ditransfer
kehidupan laut mensintesis residu senyawa ke perairan dalam. Dengan demikian, konsentrasi
organik(Aminot & Kerouel, 2004) (Gambar4b). DOP biasanya lebih rendah di perairan dalam.
Kebanyakan DOP ini dihidrolisis oleh bakteri Menariknya, konsentrasi DOP diperairan dalam

35
di selurub cekungan samudera cukup mirip, dekati rata-rata komposisi organisme plankton
menunjukkan waktu tinggal yang relatif lama laut (C/N/P= I(611611) (Redfield et al., 1963).
DOP di dalam laut (Kolowith el al., 2001).
Meskipun konsentrasi berat molekul DOP Somber Fosfordi {.aut
meourun dari 90 nM di permukaao air meojadi Fosfor yang berasal dari pupok dan
15 nMdi perairan dalam,3LPNMRspektnnnDOP kegiatao manusia seperti limbah, erosi, temak,
meounjukao perbandingan ester fosfor dan dan pabrik kertas masuk ke dalam sungai, air
fosfonat tidak berubah di seluruh kolom air tanah, dan muara meoyebabkao bertambahnya
mengindikasikan bahwa ester fosfor dan jumlab P antropogenik ke laut (Bennet et al.,
fosfonat digunakan (regenerasi) dengan laju 200 1). Perkiraan jumlab fluks P sekarang berkisar
setara di seluruh perairan dalam (Clark et al., dari 57 x lO,osampai 100 x 10,omoVtabunyaitu
1998). Regenerasi nutrien dalam air laut sering dua kali lipat dari fluks praantropogenik (paytan
dibandingkan dengan rasio Redfield, yang men- & McLaughlin, 2007).

Tabel I. Total suplai fosfor ke lautao Dunia di masa sekarang (Savenko, 200 I)
Sumber Suplai, Tonltahuo
Limpasan sungai 24.2
Erosi gletser 1.4
Pertukaran air tanab 0.1
Abrasi pesisir 0.4
Presipitasi atmosfer l.7
Gunung berapi 3.3
Total 31.1

Intensitas limpasan sungai tergantung laut dari benua masa sekaraog diperk:irakan 18,7-
pada iklim, topografi, batuan dan komposisi 31,4 Ton/tabuo (Tabel I, 2). Menurut
tanah dari daerah drainase. Fosfor tersebut perhitungan sebelumnya, jumlah fosfor di
dalam bentuk larutan dan suspensi baik mineral limpasan sungai adalab 1,5 kali lebib rendab
maupun organik. Total pasokan fosfor ke daIam (Baturin, 2(02).

Tabe12. Bentuk Suplai Fosfor sebelum antropogenik dan saat ini ke perairan dunia
(Compton et al., 2000)
Sumber dan Jenis Fosfor Suplai sebelum Antropogenik Suplai masa sekaraog
1. Limpasan sungai
P Terlarut:
Anorganik 0,3-0,5 0,8-1,4
Organik 0,2 (maksimum) 0,2 (rata-rata)
P Suspensi:
Organik 0,9 (maksimum) 0,9 (rata-rata)
Anorganik 1,5-3,0 1,3-7,4
Detrital 6,9-12,2 14,5-20,5
2. Debu 1,0 (termasuk 20% P reaktif) 1,05 (tennasuk 20010 P realctit)
Total 10,8-17,8 18,7-31,4
Reactive 3,1-4,8 3,4-10,1

36
Jumlah fosfor dari sungai kini meningkat 1,5-2 dan 2). Ada tiga fraksi P dalam sedimen yang
k.ali dari sebelumnya karena penggundulan tenggelam yang telah diidentifikasi yaitu P yang
hutan, erosi tanah di daerah drainase, terikat dengan bahan organik, P yang diserap
penggunaan pupu1c fosfat, dan limbah industri oleh partilcel atau terikat dengan oksida, dan P
juga domestik (Baturin, 2002). dalam apatit autigenik (Delaney, 1998). Ketiga
fraksi P diatas digolongkan sebagai P reaktif.
PartikuJat P dJ Laut Disebut P reaktif karena mayoritas P di fase ini
Partikulat P yang tenggelam berasal dari organisme (biologi) atau setidaknya
(terperangkap di sedimen) terdiri dari partilrulat pada tahap tertentu tersedia untu1cpenyerapan
organik P (POP) (-40010), partikulat anorganik P oleh organisme. Adapun P non reaktif yang
(PIP) (-25%) yang terbentukketika Porganikdi berasal dari sumber sungai hilang karena
remineralisasi dan di represipitasi sebagai deposisi di pesisir. P reaktif terutama dikirim ke
kalsium fluorapatite, PIP labil (21%), dan P non antannu1ca sedirnen I air dalam bentu1c POM
reaktif (-13%) (Fau! et al., 2005). Oibandingkan (Delaney, 1998).
dengan OOM, POM memiliki rasio C/NIP lebih Bentuk P organik kurang rentan
debt dengan rasio Redfield, menunju1can asal terhadap degradasi, seperti fosfonat lebih
POM (misalnya dari organisme di permu1caan banyak terdapat di sedimen taut (-25% dari total
laut). Besamya kesamaan dalam komposisi (rasio P organik), dibandingkan dalam kelimpahan
molar CINIP) dari POM dengan rata-rata organisme hidup « 1%) dan material partilculat
plankton hidup, mengindikasikan bahwa yang tenggelam «3%) (Paytan et al., 2(03). Di
remineralisasi P berasal dari bahan partilrulat lingkungan sedimen yang teroksidasi, sebagian
organik dalam kolom air. Variabilitas spasial dan besar flub fosfor organik dari kolom air di
. temporal menunju1canbahwa lebih banyak POP mineralisasi dalam sedimen, dan melepaskan
pada kedalaman dangkal (80% di zona eufotik), fosfat di air pori dan permukaan sedimen. Fosfat
kemudian dengan bertambahnya kedalaman yang terserap di permukaan sedimen dilepaskan
hidrolisis POP terus terjadi yang menyebabkan kembali ke air pori sedimen secukupnya untu1c
peningkatan PIP (poP <25% dari total partiku1at menggantikan fosfat terlarut yang hilang di
P pada perairan dalam (paytan et al., 2003). sedimenlantarmuka air dan kolom air (Sundby
Konsentrasi DIP dan OOP di perairan et al., 1992). Namun demikian, fosfor yang yang
pesisir dapat mengungkapkan tingginya tingkat terdapat di sedimen didominasi dalam bentuk
variabilitas spasial dan temporal suatu lingku- mineral stabil seperti apatit (Faul et al., 2(05).
ngan. Flu1ctuasiDIP dan OOP di pennukaan air Transportasi nutrien ke permukaan laut
dikontrol oleh faktor interaksi fisik (upwelling) akan menopang aktivitas biologis di perII!!Ikaan
dan biologis (serapan DIP, produ1csi OOP, dan laut. Pencampuran vertikal yang terjadi
regenerasi) (Ruttenberg & Dyhnnan, 2005). memberikan pengaruh yang besar terhadap
pengendapan sedimen dalam laut. Penurunan
Bentuk dan Traosformasi Fosfor dJ SedimeD pencampuran vertikal menyebabkan perairan
P terutama hilang dari permukaan air bersifat anoksik sebingga terjadi peningkatan
dalam bentuk material partikulat organik (POM) konsentrasi fosfat terlarut di bawah termoklin.
yang tenggelam. Sebagian besar P mengalami Peningkatan konsentrasi P terlarut dapat
remineralisasi dalam kolom air, dan Icira-kira 1% mengimbangi tunmnya tingkat pencampuran
dari P dibawa ke perairan dalam melalui jatuhnya vertikal, bahkan mungkin menyebabkan P
partikel yang dilepas dari reservoir ke dalam menjadi pembatas di produksi primer (Slomp &
sedimen (Broecker & Peng, 1982). (Gambar I Cappe1en.,2(07).
Raslo Redfield dekomposisi (Falkowski, 2000). Redfield
Pada tahun 1934, peneliti melihat mencatat kesamaan rasio antara rata-rata fosfor
kesamaan yang mencolok antara komposisi dan nitrogen pada biomassa plankton (NlP= 16
unsur CINIP dari material organik dengan atom) dengan kolom air di perairan laut daJam
nutrien terlarut di lapisan air paling dalam. Hal (NlP= 15). Dia berpendapat babwa kesamaan
ini menghasilkan dugaan bahwa plankton rasio ini adalab karena fitoplankton
memi100rasio ClNlP= 106: 16:I (Redfield et 01., menyesuaikan stoikiometri NIP untuk memenuhi
1963) (Tabel 3). Rasio ClNIP dikenal sebagai kebutuhannya melalui fiksasi nitrogen (Redfield
Rasio Redfield.,yang difonnulasikan oleb Alfred et 01., 1963). Rasio redfield ini berguna untuk
Redfield. Rasio ini telah bertahan dalam waktu mengetahui jumlab unsur CINIP untuk
yang lama dan telah berulang kali ditemukan di pertumbuhan fitoplankton. Rasio Redfield NIP
semua cekungan laut. Rasio tersebut adalah 16, namun demikian rata-rata beragam
menyebabkan premis bahwa organisme spesies meounjukkan rasio NIP yang bervariasi
autotrofik memanfaatkan nitrogen dan fosfor dari 8,2 sampai 45,0 tergantung pada kondisi
dalam proporsi yang dibutuhkan dan ekologi (Klausmeier elol.,2004).
dikembalikan ke air laut melalui kematian dan

Tabel 3. Rasio ClNIP di Plankton dan Air laut (paytao & McLaughlin, 2007).
Atom
Sumber
C N P
Redfield (1943), plankton 137 18
Redfield (1934), air 1aut 20
Fleming(1940), zooplankton 108 15,5 1
Fleming(1940), fitoplankton 103 16,5 I
Fleming(1940), rata-rata 106 16 1
Copin-Montegutand Copin-Montegut, 103 16,1
plankton dan materi partilrulat
OEOSECS (rasio nitratlfosfat>500 m), air laut 14,7
Takahashi et al., materialorganik 103 16
Anderson and Sarmiento,materialorganik 117=14 16%1 1
antara kedalaman 400 dan 4000 m
Geider and la Roche,materi partiknlat laut I14:b45 16%6 1
Rata-rata dari fitop1anktondan zooplankton
adalah Ratio Redfield(Redfield 1958)

Pemanfaatan Sentuk Fosfor Organik respon dari pembatas P, beberapa spesies


P yang terikat secara organik tidak fitoplankton menghasilkan eozim yang dapat
langsung berguna untuk kehidupan organisme mengkataHsis pembelahan hidrolitik. fosfat dari
karena dalam bentuk ini tidak bisa diserap oleh bahan organik. Khususnya. fosfat alkali telah
set. Untuk bisa digunakan, P organik barns terbukti sebagai respon P pembatas pada
dikonversi terlebib dahuln (dibidrolisis) meojadi banyak spesies (Labry et 01.,2005). Selain itu,
ortofosfat (Cotner&Wetzel, 1992). Sebagai lisis sel melepaskan enzim (phosphomono- dan

38
fosfodiesterase, nuklease, nukleotidase, kinase) Clark, L. L., E.D. Ingall, R Benner. 1998.Marine
dengan spesifitas substrat yang berbeda dari Phosphorus is Selectively Remineralized.
Hap enzim dengan u1ruran lebih besar atau lebih Nature 393: 426.
kecil untuk melepaskan ortofosfat dari senyawa
P organik (paytan & Mclaughlin, 2(07). Compton, J., D. Mallinson, C.R Glenn, Prevo-
Di sebagian hesar wilayah laut, mikroba Lucas, & 1. Lucas. 2000. Variations in the
memainkan penting peran dalam remineralisasi Global Phosphorus Cycle, Marine
senyawa organik fosfor (Aminot & Kerouel, Authigenesis: from Global to Microbial,.,
2004). Fosfonat adalah salah satu senyawa Eds., SEPM Spec. Publ.: 35-51.
organofosfor, sangat tahan terhadap hidrolisis
kimia, dekomposisi termal, dan fotolisis Cotner, J. B., & RGWetzel. 1992. Uptake of
(Kolowith et al.,2001). dissolved inorganic and organic
phosphorus compounds by
phytoplankton and bacterioplankton.
Limnol. Oceanogr. 37: 232.
Fosfor merupakan elemen penting
dalam lingkungan laut. Fosfor dapat bertindak Cotner, 1. B., & B.A. Biddanda. 2002. Small
sebagai faktor pembatas artinya keberadaan Players, Large Role: Microbial Iniiuence
jumlah fosfor bisa mempengaruhi produktivitas on Biogeochemical Processes in Pelagic
suatu perairan. Fosfor di laut berada dalam Aquatic Ecosystems. Ecosystems 5: 105.
bentuk terlarut dan partikulat. Berbagai
transformasi fosfor terjadi di laut sehingga fosfor Delaney, M. L. 1998. Phosphorus accumulation
tersebut dapat dimanfaatkan oleh organisme. in marine sediments and the oceanic
Sumber fosfor terutama dari masukan phosphorus cycle. Global Biogeochem.
antropogenik terus menerus meningkat dan bisa Cycles 12: 563.
mempengaruhi ekosistem laut,
Falkowski, P., R1. Scholes, E. Boyle, J. Canadell,
D. Canfield, J. Elser, N. Gruuber, K.
DAFfAR PUSTAKA
Hibbard, P. Hogberg, S. Linder, F.T.
Aminot, A., & R Kerouel. 2004. Dissolved Mackenzie, B. Moore, T. Pedersen, Y.
organic carbon, nitrogen and Rosenthal, S. Seitzinger, V. Smetacek, &
phosphorus in the N-E Atlantic and the W. Steffen. 2000. The Global Carbon
N- W Mediterranean with particular Cycle: A Test of Our Knowledge of Earth
reference to non-refractory fractions and as a System Science 290: 291-296.
degradation. Deep-Sea Res., Part I:
Oceanogr. Res. Pap 51. Fau1, K. L., A. Paytan, &M.L. Delaney. 2005.
Phosphorus distribution in sinking
Benitez-Nelson, C. R 2000. The biogeochemical oceanic particulate matter. Mar. Chem.
cycling of phosphorus in marine systems. 97:307-333.
Earth Sci. Rev. 51: 109.
Hedges, 1. I. 1992.GloOOlBiogeochemical Cycles:
Broecker, W. S., & T.R. Pengo 1982. Tracers in Progress and Problems. Mar. Geol. 39:
the Sea; Lamont-Doherty Geological 67-93. .
Observatory: Columbia University. PP???

39
KJausmeier, C. A., E.utchman, T. Daufresne, SA. Savenko, V.S. 200 1. Global Hydrological Cycle
Levin. 2004. Optimal nitrogen-to- and Geochemical Balance ofPhosphorus
phosphorus stoichiometry of inthe Ocean. Olceano/ogiya41: 379-385.
phytoplankton. Nature 429: 171-174.
Schlesinger, W. H & E.S.Bernhard. 2003.
Kolowith, L. C., ED. Ingall, & R Benner. 2001. Biogeochemistry, An Analysis of Global
Composition and cycling of marine Change. third ed.; Academic Press: San
organic phosphorus. Limnol. Oceanogr. Diego: 443 pp .
46:309-320.
Smith, S. V. 1984. Phosphorus versus nitrogen
Labry, C., D. Delmas, A. Herbland. 2005. limitation in the marine environment.
Phytoplankton and bacterial alkaline Limnol. Oceanogr29: 1149-1160.
phosphatase activities in relation to
phosphate and DOP availability within Slomp, C.P. & P.V. Cappellen. 2007. The global
the Gironde plume waters (Bay of marine phosphorus cycle: sensitivity to
Biscay). J. Exp. Mar. Bioi. Eco/. 318: 213- oceanic Circulation. Biogeosciences 4:
225. 155-171.

Paytan, A., B.J. Cade-Menun, K. McLaughlin, Sundareshwar, P. v., & J.T. Morris. 1999.
& K.L Faul. 2003. Selective phosphorus Phosphorus sorption characteristics of
regeneration of sinking marine particles: intertidal marsh sediments along an
evidence from 31 P-NMR.. Mar. Chem. estuarine salinity gradient. Limnol.
82:55-70. Oceanogr.44: 1693-1701.

Paytan, A. & K. McLaughlin. 2007. The Oceanic Sundby, B., C. Gobeil, N. Silverberg, &A Mucci.
Phosphorus Cycle. Chem. Rev.I07: 563- 1992. The phosphorus cycle in coastal
576. marine sediments.Limnol. Oceanogr.37:
1129-1145. .
Raven, J. A., & P.G Falkowski. 1999. Oceanic
sinks for atmospheric COl" Plant Cell Thingstad, T. F., M.D. Krom, RF.C. Mantoora,
Environ. 22: 741-755. GAF. Flaten, S.Groom, B. Herut, N. Kress,
C.S. Law,A Pasternak. P. Pitta, S'Psarra,
Redfield, A C., B.H Ketchum. & F.A Richards, F.Rassoulzadegan, T. Tanaka, A.
1963. The Influence of'Organism on The Tselepides, P.Wass-mann, E.M.S.
Composition 0/ Sea Water. In The Sea; Woodward, C.W..Riser, G Zodiatis, & T.
Hill, M N., Ed.; Wiley Interscience: New Zohary. 2005. Summary and overview of
York, Vol.2 Hal rn ..... the CYCLOPS P addition Lagrangian
experiment inthe Eastern Mediterranean.
Ruttenberg, K. C., S.T. Dyhnnan. 2005.Temporal Deep-Sea Research 1152: 3090-3108.
and spatial variability of dissolved
organic and inorganic phosphorus, and
metries of phosphorus bioavailability in
an upwelling-dominated coastal system.
J. Geophys. Res.-Oceans.llO: 1-22.

40

Anda mungkin juga menyukai