Anda di halaman 1dari 48

PERAN KIMIA ANALITIK DI

BIDANG FARMASI HERBAL


KELOMPOK 5

Dian Puspita Sari (160332605852)


Kresna Dhipayana P (150332604634)
Sasqia Faradilla M (160332605811)
Siti Fatimah (160332605859)
Siti Mutmainah (160332605822)
PERAN KIMIA ANALITIK DALAM BIDANG
FARMASI HERBAL
Peran seorang ahli kimia dalam bidang ini yaitu
menetapkan senyawa yang terdapat dalam obat /ekstrak
tanaman serta penetapan kadar senyawa obat yang
bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologi.
REGULASI JAMU PEGAL LINU
Jamu Pegal Linu

Jenis obat tradisional berupa Serbuk Simplisia

Obat Tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang


sesuai, terbuat dari simplisia atau campuran dengan Ekstrak yang
cara penggunaannya diseduh dengan air panas
Regulasi untuk Obat Herbal Jenis Serbuk Simplisia dalam
PERKABPOM No. 12 Tahun 2014

Organoleptik

• Pengamatan dilakukan terhadap bentuk, rasa, bau dan warna

Kadar air

• ≤ 10%

Cemaran Mikroba

• Angka Lempeng Total : ≤ 106 koloni/g


• Angka Kapang Khamir : ≤ 104 koloni/g
• Escherichia coli : negatif/g
• Salmonella spp : negatif/g
• Pseudomonas aeruginosa : negatif/g
• Staphylococcus aureus : negatif/g
Aflatoksin Total (Aflatoksin B1, B2, G1 Dan G2)

• ≤ 20 μg/kg dengan syarat aflatoksin B1 ≤ 5 μg/kg.

Cemaran Logam Berat

• Pb : ≤ 10 mg/kg atau mg/L atau ppm

• Cd : ≤ 0,3 mg/kg atau mg/L atau


ppm
•• As : ≤ 5 mg/kg atau mg/L atau
Keseragaman Bobot

ppm
Bobot rata-rata serbuk
Penyimpangan Terhadap Bobot
Rata-rata

• Hg : ≤≤0,10,5 g mg/kg atau± 15% mg/L atau


± 10%
ppm> 0,1 - 0,5 g
> 0,5 - 1,5 g ± 8%
> 1,5 - 6 g ± 7%
>6g ± 5%
Bahan Tambahan

• Tidak boleh mengandung pengawet, pengharum, dan pewarna

No Pemanis Alami

1 Gula tebu (gula pasir), gula aren, gula kelapa, gula bit, daun stevia,
daun saga, kayu legi, dan pemanis alami lainnya
2 Sorbitol (Sorbitol) atau Sorbitol Sirup (Sorbitol syrup)

3 Manitol (Mannitol)

4 Isomalt/Isomaltitol (Isomalt/ Isomaltitol)

5 Glikosida steviol (Steviol glycosides)

6 Maltitol (Maltitol) atau Maltitol sirup (Maltitol syrup)

7 Laktitol (Lactitol)

8 Silitol (Xylitol)

9 Eritritol (Erythritol)
Acceptable Daily Intake/ADI
No Pemanis Buatan
(mg/kg berat badan)
1 Asesulfam-K (Acesulfame potassium) 15
2 Aspartam (Aspartame) 40
Natrium siklamat (Sodium
3 11 (sebagai asam siklamat)
Cyclamate)
4 Sakarin (Saccharin) 2,5
Sukralosa
5 15
(Sucralose/Trichlorogalactosucro0)
6 Neotam (Neotame) 2
SOP (Standar Operasional Prosedur)
Tahapan Pembuatan
Prosedur Pembuatan Simplisia
Simplia
Pengumpulan Rimpang dikumpulkan dari hasil panen lahan milik klaster dan lahan petani, apabila ada
Bahan Baku petani yang ingin menjual keluar harus lapor ke klaster.
1.Memilih rimpang yang cukup umur panennya.
Tahap 2. Membersihkan rimpang dari tanah, daun, dan akar
Penyortiran 3. Kulit rimpang tidak dikupas
Basah 4. Memisahkan rimpang yang akan dibuat sebagai simplisia dengan
bahan rimpang segar.
1. Rimpang dicuci dengan air mengalir untuk membersihkan dari sisa tanah yang masih
Tahap menempel kemudian dibilas pada bak air.
Pencucian 2. Rimpang kemudian ditiriskan dan hindari kontaminasi langsung dengan tanah atau
Rimpang lantai.
3. Menimbang rimpang untuk mengetahui berat rimpang basah
Tahap 1. Rimpang diiris dengan ketebalan minimal 4 mm dengan menggunakan alat manual perajang
Pengirisan rimpang atau dengan menggunkan mesin perajang.
Rimpang 2. Menampung irisan rimpang ke dalam tempat yang sudah disediakan
1. Rimpang dijemur menggunakan sinar matahari langsung.
2. Rimpang diletakkan di atas widig yang terletak 50 cm dari tanah untuk menghindari
kontaminasi tanah, asap, dan gangguan binatang.
Tahap
3. Rimpang yang diletakkan di atas widig tidak boleh ditumpuk.
Pengeringan
4. Saat penjemuran rimpang tidak dibolak-balik ditutup kain hitam agar lebih menyerap panas
Rimpang
dan tidak mempengaruhi warna rimpang.
5. Rimpang dijemur sampai kadar air 10% yang ditandai dengan rimpang kering mudah
dipatahkan dan terdengar bunyi “klik”.
1. Simplia yang telah kering disortir untuk memisahkan dengan bahan pengotor lain.
Berdasarkan hasil pengeringan menjadi tiga grade yaitu grade A, B, dan C. Grade A apabila
Tahap bentuk simplisia yang bulat dan berukuran besar.Grade B apabila bentuk simplisia yang bulat
Penyortiran dan ukurannya tidak terlalu besar.Grade C apabila bentuk simplisia cenderung halus/hancur
Akhir yang dikemas hanya simplisia grade A dan B, grade C sebagai bahan baku serbuk.
2. Menimbang simplisia kering untuk mengetahui perbandingan hasil rimpang kering dengan
rimpang basah.
1. Untuk keperluan komersil:
a. Menyiapkan bahan pengemas yang berupa plastik yang kedap udara.
b. Menimbang berat bersih untuk setiap kemasan.
c. Memberi silica gel agar simplisia tetap kering dan tidak lembab.
d. Memberi label produk yang memuat informasi tentang nama produk, kegunaan produk, tanggal
kadaluarsa.
Tahap e. Menutup kemasan dengan menggunakan mesin press.
Pengemasan 2. Untuk keperluan penyimpanan:

dan Pelabelan a. Menyiapkan bahan pengemas yang berupa plastik kantong karung yang kedap udara.
b. Memasukkan bahan simplisia kedalam plastik, kemudian dibungkus di dalam karung.
c. Memberi silica gel agar simplisia tetap kering dan tidak lembab.
d. Menutup kemasan dengan cara dijahit hingga rapat sehingga tidak
terkontaminasi udara dari luar.
e. Memberi label pada bagian luar kemasan yang memuat informasi tentang nama produk, tanggal
produksi, tanggal kadaluarsa, dan kadar air.
1. Bahan simplisia disimpan ke dalam gudang yang bersih, tidak lembab, dan tidak dicampur dengan
Tahap bahan lain.
Penyimpanan 2. Dilakukan pengamatan apabila simplisia yang telah lama disimpan dijemur kembali untuk menjaga
kadar air tidak melebihi 10%.
Senyawa
Identitas,
misal
lunasin

Senyawa
Senyawa Senyawa
Utama,
Aktif, misal
misal Marker saponin
kurkuminoid

Senyawa
Aktual
STANDARISASI
ASPEK SPESIFIK

ASPEK KLT ASPEK PENETAPAN


KADAR MARKER
Aspek KLT
Tujuan :
Menunjukkan bahwa setidaknya senyawa
aktif (marker) betul ada di dalam ekstrak
atau secara kimiawi ekstrak adalah otentik
yakni berasal dari tanaman yang benar.

Parameter :
Setidaknya senyawa marker muncul
sebagai bercak terpisah

Masalah :
a. Marker tidak muncul sebagai
bercak tunggal meskipun
senyawa pembanding yang
otentik tersedia,
b. Tidak tersedianya marker
yang otentik
Sistem Kromatografi
Fase diam :
Silika Gel Kloroform : metanol

Kombinasi Heksana : etil asetat


kloroform-metanol

Fase
gerak

Aseton : Benzen Metanol, kloroform


atau heksana ( untuk
golongan alkanoid)
Kesesuaian Pelarut Terhadap Senyawa Target dalam Ekstrak

Untuk melarutkan kembali ekstrak memegang


peran penting di dalam mengambil senyawa
target

Marker yang kita gunakan adalah senyawa


semi polar sebaiknya dilarutkan dalam pelarut
semi polar sepertu etil asetat atau aseton
dibantu dengan sonikasi atau vortexing.
Naikkan Kuantitas Penimbangan
• Penimbangan ekstrak menentukan
keberhasilan dalam memunculkan
market dari dalam ekstrak misal jika
1 konstituen di dalam tanaman sangat
rendah

• penotolan pada plate lebih banyak 10-


2- kali jika dengan konsentrasi rendah

2 bercak senyawa target tidak muncul.


Pemilihan Metode Visualisasi yang Tepat

UV HPLC GC
Aspek Penetapan Kadar Marker

HPLC densitometer
Tujuan :
Untuk menunjukkan secara kuantitatif kadar dari
senyawa marker yang ada di dalam ekstrak
sehingga bisa ditentukan berapa jumlah senyawa
yang bertanggung jawab terhadap aktivitas
farmakologi di dalam ekstrak

Parameter :
Terbacanya senyawa target pada kadar tertentu

Masalah :
1. Senyawa target tidak berwarna,
2. Senyawa marker tersedia dalam
jumlah terbatas,
3. Bentuk peak pada pembacaan
densitometer atau HPLC tidak simetris,
4. Lineritas dan reprodusibilitas rendah.
Penetapan Kadar Total golongan Metabolit

Dasar

Untuk
mengetahui
Uji
golongan
Kualitatif
metabolit
skunder
Golongan
Flavonoid

Golongan Golongan
Kumarin Fenolat

Metabolit
Golongan Sekunder Golongan
Alkaloid Pada Tannin
Tanaman

Golongan
Golongan
Minyak
Steroid
Atsiri
Golongan
Saponin
Metode Analisis
Instrumentasi

Spektrofotometri Tendem
GC-MS NMR
UV-VIS HPLC-MS
Penetapan Kadar Fenolat Total
• Kandungan fenolat total dinyatakan gallic acid equivalent
(%)
• Menggunakan Spektrofotometer Vissible
• Uji kualitatif kandungan Fenolat :

Uji positif ditandai


dengan warna hijau
Ditambah
larutan FeCl3
Sampel (larutan
ekstrak tanaman)
Metode Analisis Penetapan Kadar
Asam galat 0,04%
Ditambah 0,2 mL folin
dalam akuades dibuat
ciocalteu (setelah Dihomogenkan 10 detik
seri konsentrasi
diencerkan dengan dan didiamkan 5 menit
2,4,6,8,dan 10
akuades 1:1)
mikrogram/mL

Ditambah akuades
Ditambah 2 ml Na2CO3 Dicampur homogen
hingga 5 ml dalam labu
7% dalam akuades selama 20 detik
takar

Diukur Absorbansi pada


panjang gelombang Dibuat kurva dan
Didiamkan 95 menit maksimum 749,5 nm ditentukan
pada spektrofotometer konsentrasinya
VIS
Penetapan Kadar Flavonoid Total
• Kandungan flavonoid dalam ekstrak dinyatakan
Quercetin Equivalent (%)
• Menggunakan Spektrofotometer Vissible
• Uji kualitatif kandungan Flavonoid :

Sampel (larutan ekstrak)

Dicampurkan asam format dan borat


dengan eter dalam cawan porselen

Dikeringkan dalam lemari asam

Uji positif ditandai dengan terbentuknya


warna kuning
Metode Analisis Penetapan Kadar
Metode Chang Metode Zhou

• sampel ditimbang sebanyak 10 • Sampel dilarutkan dalam etanol


mg • Dibuat seri konsentrasi 20,30, 45,
• Dilarutkan dalam etanol 80 % 65, 90 mikrogram/ml
• Dibuat seri konsentrasi 2,6; 3,2; • Ditambah akuades 2ml
4,4; 6,8; 11,6 mikrogram/ml • Ditambah 0,15 ml NaNO2 5 %
• Ditambah etanol 95 % hingga 1 • Didiamkan selama 6 menit
ml dan ditambah 0,1 ml • Ditambah 2 ml NaOH 4 %
alumunium klorida 10 %
• Ditambah akuades hingga volume
• Ditambah0,1 ml kalium asetat 1 akhir
M
• Larutan dicampur homogen
• Ditambah akuades dalam labu
• Didiamkan selama 15 menit
takar 50 ml
• Diukur Absorbansi pada panjang
• Diinkubasi 25 menit
gelombang 510,5 nm dan
• Diukur Absorbansi dengan dibandingkan dengan blanko
panjang gelombang 437 nm
• Dibuat kurva dan ditentukan
menggunakan spektrofotometer
konsentrasinya
VIS
• Dibuat kurva dan ditentukan
konsentrasinya
Penetapan Alkaloid Total
Terbentuk
Reagen
endapan
Gravimetri meyer /
(indikasi
dragedoff
alkaloid)
Merupakan koreksi dari metode sebelumnya (menggunakan senyawa
standar)
Metode penentuan alkaloid
5 gram sampel
Dilarutkan dengan 50 ml asam asetat 10% (dalam etanol)
Dihomogenkan (stirrer 4 jam)
Disaring
(Filtrat) diuapkan
Ditambahkan amonium hidroksida hingga membentuk endapan alkaloid
Disaring
(endapan) dicuci dengan larutan amonium hidroksida 1%
Dikeringkan dalam oven (60oC, 30 menit)
Ditimbang endapan
Penetapan Kadar Minyak Atsiri Total

Minyak Atisiri
Destilasi Triplo
(Karlsuhe) (Kadar minyak
atsiri=%v/b)
Penetapan Kumarin Total

Kadar
Kumarin

Fluorometri HPLC
Penetapan Steroid Total
• Menggunakan metode GC-MS
• Karena belum ada reagen spesifik
Penetapan Antrakinon Total

Kadar
Antrakinon

Spektrometri
Reaksi
(overlap warna (uji
dengan borntrager)
polifenol)
Kadar
Larut

Kadar Kadar
larut etanol
air

Mengalkulasi persentase senyawa polar, semi polar, non-


polar yang terkait aktivitas farmakologi. Ini adalah
pendekatan klasik untuk memperkirakan kadar senyawa
aktif berdasarkan sifat polaritas
Analisis Bahan Kimia Obat
Deksametason dalam Jamu
Pegal Linu dengan
Menggunakan Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi
Tujuan
Melakukan validasi metode penetapan kadar
deksametason menggunakan kromatografi cair kinerja
tinggi (KCKT) dan mengaplikasikannya pada obat
tradisional pegal linu yang ditambahkan deksametason.
Metode Penelitian
Bahan Alat

• Sampel obat tradisional pegal linu • Seperangkat KCKT


• baku pembanding deksametason (PT. • spektrofotometer UV-Vis
Phapros) • syringe
• Asam Ortofosfat pro HPLC, • pH meter
• Asetonitril • Timbangan Analitik
• Metanol pro HPLC (J.T. Baker) • Penyaring Eluen (Whatman)
• Aquabidestilata • Membran Penyaring Nylon 0,2
µm (GVS)
• Digital Ultrasonic Cleaner
(Jeken)
• Mikropipet (Socorex).
Pembuatan Larutan Stok Deksametason

dilarutkan 100 mg baku pembanding


dekasametson dengan fasa gerak dalam labu
takar 100 mL sehingga sehingga diperoleh
konsentrasi 1000 µg/mL

Larutan disonifikasi selama 5 menit, dan


disaring dengan membran penyaring nylon
0,45 μm
Penentuan Panjang Gelombang Maksimal

Larutan standar deksametason konsentrasi 20 µg/mL dalam fase


gerak (campuran 0,1% asam ortofosfat dan asetonitril (80:20, v/v))
discanning pada panjang gelombang 200-400 nm.
Optimasi Fase Gerak
Optimasi komposisi fase gerak terdiri dari campuran 0,1% asam ortofosfat dan
asetonitril dengan perbandingan (70:30; 80:20; 90:10, v/v). Laju alir yang
digunakan adalah 1,0 mL/menit
Pembuatan Kurva Baku Deksametason
Larutan stok baku deksametason 1000 µg/mL dipipet 100, 200, 300, 400, dan 500
µL, masing-masing dimasukkan dalam labu takar 5 mL.

Masing-masing labu takar ditambahkan fase gerak campuran 0,1% asam ortofosfat
dan asetonitril (80:20 v/v) sampai tanda batas dan kocok hingga homogen
sehingga diperoleh konsentrasi deksametason 20, 40, 60, 80, dan 100 µg/mL.

disaring dengan membran penyaring nylon 0,45 μm, dan diinjeksikan ke sistem
KCKT dengan volume penyuntikan 20 μL dideteksi pada panjang gelombang 242
nm dengan laju alir 1,0 mL/menit

Hasil yang diperoleh dari kromatogram dibuat kurva baku (kalibrasi) kemudian
dihitung persamaan regresi linier dan faktor korelasinya

Hasil : Y= 23978,197x + 408242,6 dengan koefisien korelasi r = 0,999


Validasi
1. Uji Preisisi

Larutan yang mengandung deksametason 100 μg/mLdiinjeksikan


sebanyak 20 μL ke alat KCKT pada kondisi optimum

Luas area, waktu retensi dan tinggi puncak deksametason dicatat

Selanjutnya dihitung persentase koefisien variasinya


2. Uji akurasi

Uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan baku


(standard addition method) melalui uji perolehan kembali pada
sampel yang ditambah baku pembanding dengan konsentrasi
meliputi80%, 100% dan 120% dari kadar deksametason
dalam obat tradisional.

mg baku
Kadar Konsentrasi Nilai Perolehan Kembali
deksametaso
0,4 80% 50 μg/mL 100,07-100,19%
0,5 100% 59 μg/mL 100,06-100,20%
0,6 120% 70 μg/mL 100,72-100,80%
3. Uji liniearitas

Uji liniearitas menggunakan Persamaan regresi linier yaitu Y =


bx+a untuk penetapan kadar deksametason dalam obat pegal linu

Hasil : Y= 23978,197x + 408242,6 dengan koefisien korelasi r = 0,999


4. Uji Selektivitas

Uji Selektivitas berdasarkan kromatogram dapat dilihat


apakah puncak analit deksametason dan komponen lain
dalam obat tradisional terpisah sempurna
5. Uji sensitivitas

Uji sensitivitas dinyatakan uji batas deteksi


(LOD) dan uji batas kuantifikasi
(LOQ).Semakin kecil nilai LOD dan LOQ
maka semakin peka pula suatu metode

Perhitungan LOD dan LOQ ditentukan


berdasarkan persamaan garis regresi
linier. Nilai LOD sebesar 0,93μg/mL dan
LOQ sebesar 3,09μg/mL.
Penetapan Kadar Deksametason dalam
Obat Tradisional Pegal Linu
Serbuk obat tradisional pegal linu yang
ditambahkan deksametason ditimbang
seksama

Serbuk dimasukkan ke dalam labu takar 50


mL, kemudian ditambah fase gerak hingga
batas tanda, selanjutnya dikocok mekanis 30
menit.

Larutan disaring dengan kertas saring


Whatman 41.

Larutan disaring dengan penyaring nylon 0,45


μm dan diinjeksikan sebanyak 20 μL ke
KCKT

Luas puncak yang diperoleh digunakan untuk


menghitung kadar berdasarkan kurva baku
KESIMPULAN
1. Validasi penetapan
2. Uji validasi metode
kadar deksametason
penetapan kadar
dalam sediaan obat 3. Metode analisis yang
deksametason
tradisional pegal linu telah divalidasi tersebut
memenuhi persyaratan
yang ditambahkan dapat diaplikasikan
validasi yaitu: uji presisi
deksametason pada penetapan kadar
menghasilkan %RSD
menggunakan KCKT deksametason dalam
0,321%, uji akurasi
dengan fase diam sediaan obat tradisional
menghasilkan
kolom C18 fase gerak pegal linu yang
perolehan kembali
berupa campuran ditambahkan
100,19% - 100,80%,
asetonitril dan 0,1% deksametason
selektivitas yang baik,
asam ortofosfat (70:30, dengankadar rata-rata
linieritas dengan nilai
v/v) dengan laju alir 1 deksametason dalam
korelasinya (r) : 0,999,
mL/menit, detektor UV obat tradisional pegal
dengan LOD sebesar
pada panjang linu adalah 100,19%.
0,93μg/mL, dan LOQ
gelombang 242,5 nm
sebesar 3,09μg/mL.
dapat dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai