Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

“PENETAPAN KADAR SARI PADA SIMPLISIA”

DI SUSUN OLEH :

Nama Mahasiswa : M.Aripin Hidayat


NIM : 19.71.021000
Kelas : Farmasi D
Dosen Pengampu : Rizqika Yulia Tantri, M.Farm

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2021
I. TUJUAN
- Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan uji kadar abu sari larut air pada
simplisia.
- Dapat menerapkan uji kadar sari larut dan larut etanol pada simplisia.

II. TEORI
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan senyawa
dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan ini dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut air dan kadar sari larut etanol.
Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang terkandung dalam simplisia.
(Djarwis,2004).
Ada beberapa teknik isolasi senyawa bahan asam yang umum digunakan
maserasi, perkolasi dan ekstraksi kontinu, tetapi pada penelitian ini adalah maserasi
dimana maserasi adalah metode perendaman sampel dengan pelarut organik dengan
molekul relatif kecil dan perlakuan pada temperatur ruang,akan mudah pelarut
terdistribusi ke dalam sel tumbuhan. ( Djarwis ,2004).
Metode maserasi ini sangat menguntungkan karena pengaruh suhu dapat
dihindari,suhu yang tinggi kemungkinan akan mengakibatkan terdegradasinya
senyawa-senyawa metabolit sekunder. Pemilihan Pelarut Yg Digunakan Untuk
Maserasi Akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan
senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak langsung dan waktu yang cukup
lama dengan sampel (Djarwis,2004).
Salah satu kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama
untuk mencari pelarut organik yang dapat melarutkan dengan baik senyawa yang akan
diisolasi dan harus mempunyai titik didih yang tinggi pula sehingga tidak mudah
menguap.(Manjang,2004).
Pelarut Ekstraksi adalah proses pemindahan suatu konstituen dalam suatu sampel
ke suatu pelarut dengan cara mengocok atau melarutkannya. Ekstraksi pelarut bisa
disebut ekstraksi cair-cair yaitu proses pemindahan solut dari pelarut satu pelarut
lainnya dan tidak bercampur dengan cara pengocokkan berulang. Prinsip dasar dari
ekstraksi pelarut ini adalah distribusi zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak
bercampur(Ibrahim,2009).
Ekstraksi yang sering digunakan untuk memisahkan senyawa organik adalah
ekstraksi zat cair ,yaitu pemisahan zat berdasarkan perbandingan distribusi zat
tersebut yang terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling melarutkan.Yang paling
baik adalah dimana kelarutan tersebut dalam pelarut satu lebih besar dari pada
konsentrasi zat terlarut dalam pelarut lainnya, harga hendaknya lebih besar atau lebih
kecil dari satu ekstraksi jangka pendek disebut juga proses pengerokan,sedangkan
pada proses jangka panjang menggunakan soxhlet dan dengan pemanasan.
(Wasilah,1978).
Kriteria pemilihan pelarut:
- Pelarut mudah melarutkan bahan yang diekstrak
-Pelarut tidak bercampur dengan cairan yang diekstrak
-Pelarut mengekstrak sedikit atau tidak sama sekali pengotor yang ada
-Pelarut mudah dipisahkan dari zat terlarut
-Pelarut tidak bereaksi dengan zat terlarut melalui segala cara. (Cahyono,1991).
Kadar sari larut etanol merupakan indikator lain yang dapat menunjukkan kadar
zat khasiat yang terkandung dalam tumbuhan obat yang kemudian dapat tersari
dengan baik dalam etanol,dalam analisis menentukan kadar sari larut etanol ini dapat
dilakukan dengan cara yang cukup sederhana. Kadar yang larut etanol dihitung dalam
persen terhadap bobot bahan yang telah dikeringkan di udara. ( Harborne j.b.1996).
Uji kadar sari dari suatu ekstrak bahan obat alam dimaksudkan agar dapat
memberikan gambaran awal sejumlah kandungan dengan cara melarutkan ekstrak
sediaan dalam pelarut organik tertentu (etanol atau air). (Anonim,2007).
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT BAHAN
a. Cawan Porselen a. Serbuk simplisia(Sauropus androgynus folium)
b. Serbuk Simplisia b. Etanol
c. Alumunium Foil c. Kloroform
d. Kertas Perkamen
e. Spatula
f. Labu tersumbat untuk ekstraksi
g.Gelas ukur 100ml
h.Labu ukur 100ml
i.Batang pengaduk
j.Corong gelas
kertas saring
l. Pipet volume 20 ml
m.Tang Krus
n.Timbang ananalitik
o.Water Bath
p. Oven
q. Desikator
IV. PROSEDUR KERJA
V. HASIL PENGAMATAN
➨ Bobot Simplisia
➨ Kadar sari larut air = 5,0018 gram
➨ Kadar sari larut etanol = 5,0006 gram

➢ Bobot cawan kosong

Kadar sari Cawan I Cawan II

Kadar Sari larut air 65,7915 gram 60,4127 gram

Kadar Sari larut 76,2890 gram 73,39915 gram


etanol

➢ Bobot cawan + filtrat kering I

Kadar sari Cawan I Cawan II

Kadar Sari larut air 65,8190 gram 60,4399 gram

Kadar Sari larut 76,3088 gram 73,4223 gram


etanol

➢ Bobot cawan + filtrat kering II

Kadar sari Cawan I Cawan II

Kadar Sari larut air 65,8185 gram 60,4395 gram

Kadar Sari larut 76,3083 gram 73,4221 gram


etanol

➢ Bobot cawan + filtrat kering III

Kadar sari Cawan I Cawan II

Kadar Sari larut air 65,1066 gram 60,4391 gram

Kadar Sari larut 76,3080 gram 73,4224 gram


etanol
➢ Bobot Rata - rata

Kadar sari Cawan I Cawan II

Kadar Sari larut air 63,1066 gram 63,1286 gram

Kadar Sari larut 74,8403 gram 74,652 gram


etanol

➤ RUMUS PERHITUNGAN MENCARI PERSENTASE DARI UJI KADAR SARI


LARUT AIR,
(𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 −𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)𝑥 5
% kadar sari larut air = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
x100%
(63,1286−63,1066)𝑥 5
% kadar sari larut air = 5,0018
x100%

=2,199%

VI. PEMBAHASAN
Jadi pada praktikum kali ini yaitu mengenai “ Penetapan kadar sari larut air”
dimana Kadar sari merupakan salah satu parameter spesifik dalam prosedur
standarisasi simplisia. Penetapan kadar sari merupakan metode yang dilakukan untuk
mengetahui jumlah senyawa yang tertarik dalam penetapan kadar sari digunakan
menjadi 2 yaitu kadar sari air dan kadar sari etanol. Secara garis besar tahapan
penetapan kadar sari terbagi menjadi:
a.Penyiapan alat dan bahan
b.Penyiapan ekstrak
c.Pemanasan hingga bobot tetap
d.Perhitungan% Kadar Sari Simplisia.
Simplisia sebagai suatu bahan yang akan mengalami proses lanjutan atau
langsung dikonsumsi harus memiliki standarisasi. Hal ini penting sebagai acuan
mengenai segala sesuatu mengenai cara penggunaan simplisia. Karena simplisia yang
berasal dari bahan alam biasanya memiliki keragaman, terutama dalam kandungan zat
aktifnya. Sehingga agar didapatkan mutu dan kualitas yang sama pada semua
konsumen, standar penggunaan simplisia sangat diperlukan.
Standarisasi merupakan hal yang penting untuk simplisia dan ekstrak yang akan
digunakan atau dikonsumsi. Parameter standar merupakan suatu metode standarisasi
untuk menjaga kualitas dari suatu simplisia maupun ekstrak. Parameter standar
meliputi parameter standar spesifik dan parameter standar non spesifik, yang diujikan
terhadap simplisia dan ekstrak. Salah satu parameter standar spesifik untuk pengujian
standar simplisia adalah penetapan kadar sari pada pelarut tertentu.
Kadar sari larut air dan etanol merupakan pengujian untuk penetapan jumlah
kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam air (kadar sari larut air) dan kandungan
senyawa yang dapat terlarut dalam etanol (kadar sari larut etanol).
Metode penentuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa aktif
yang terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah simplisia. Penentuan kadar sari juga
dilakukan untuk melihat hasil dari ekstraksi, sehingga dapat terlihat pelarut yang
cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa tertentu. Prinsip dari ekstraksi didasarkan
pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak
saling campur
Pada penentuan kadar sari larut air, simplisia terlebih dahulu dimaserasi selama ±
24 jam dengan air. Sedangkan pada penentuan kadar sari larut etanol, simplisia
terlebih dahulu dimaserasi selama ± 24 jam dengan etanol (95 %). Hal ini bertujuan
agar zat aktif yang ada pada simplisia dapat terekstraksi dan tertarik oleh pelarut
tersebut.
Ketika penentuan kadar sari larut air, simplisia ditambahkan kloroform terlebih
dahulu, penambahan kloroform tersebut bertujuan sebagai zat antimikroba atau
sebagai pengawet. Karena apabila pada saat maserasi hanya air saja, mungkin
ekstraknya akan rusak karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
mikroba atau dikhawatirkan terjadi proses hidrolisis yang akan merusak ekstrak
sehingga menurunkan mutu dan kualitas dari ekstrak tersebut. Sementara pada
penentuan kadar sari larut etanol tidak ditambahkan kloroform, karena etanol sudah
memiliki sifat antibakteri jadi tidak perlu ditambahkan kloroform.
Jadi pada praktikum kali ini tujuannya adalah menetapkan % kadar sari pada
simplisia dimana % kadar sari yang diperoleh dari masing - masing replikasi dihitung
rata-ratanya, nilai SD dan nilai %KV rata - rata selanjutnya dibandingkan dengan
persyaratan dan disimpulkan apakah simplisia memenuhi persyaratan atau tidak.
Dari data yang diperoleh, didapatkan kadar sari sebanyak 2,199% dimana kadar sari
ini memenuhi persyaratan .
VII. KESIMPULAN
Jadi pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa Uji kadar sari dari suatu
ekstrak bahan obat alam dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran awal
sejumlah kandungan dengan cara melarutkan ekstrak sediaan dalam pelarut organik
tertentu (etanol atau air). Dimana hasil penetapan kadar sari pada simplisia yang
diperoleh dari perhitungan adalah 2,199%.
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2007). Penuntun Praktikum Faemakognosi I. Makassar: Universitas Muslim


Indonesia
Cahyono, Bambang.1991. Segi Praktis dan Metode Pemisahan Senyawa Organik .
Semarang: UNDIP Press
Djarwis, D. 2004. Teknik Penelitian Kimia Organik Bahan Alam. Universitasa
Andalas, Sumatera Barat
Harborne, J. B. (1987). Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Edisi ke 2. Bandung: ITB. Halaman: 123
Ibrahim. 2009. Ekstraksi .Bandung : Sekolah Farmasi ITB
Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, terjemahan Kosasih
Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung
Manjang, Y. 2004. Penelitian Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Andalas,
Sumatera Barat

Anda mungkin juga menyukai