Anda di halaman 1dari 13

Nilai Paraf

PENETAPAN KADAR SARI


Modul 8 Praktikum Farmakognosi
(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Modul 8)

Disusun Oleh :
Kelas : FA1
Grup Gelombang : G1/K3

Gilang Ramadhan 221FF03002


Putri Rivana Febriani 221FF03008
Verrent 221FF03014
Aghnia Nurvianti N 221FF03018
Vina Amaliasari 221FF03020

Dosen : Bapak Dr. apt. Dadang Juanda, M. Si.

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
PROGRAM STUDI FARMASI (S1)
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2023
I. Tujuan
- Mengetahui tujuan penetapan kadar sari simplisia
- Mengetahui cara penetapan kadar sari simplisia
II. Prinsip
Penetapan kadar sari berdasarkan jumlah kandungan senyawa dalam
simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu
III. Dasar Teori
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan
senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan kadar
sari bisa dilakukan menggunakan dua cara yaitu, kadar sari yang larut dalam air dan
kadar sari yang larut dalam etanol.
Teknik isolasi senyawa bahan alam yang umum digunakan diantaranya yaitu
maserasi, perkolasi dan ekstrak kontinu. Maserasi adalah metode perendaman
sampel dengan pelarut organik.
Metode maserasi memiliki keuntungan yaitu pengaruh suhu dapat dihindari
dengan metode ini, suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan senyawa metabolit
sekunder terdegradasi. (Djarwis, 2004)
Salah satu kelemahan dari metode ini adalah waktu yang dibutuhkan relatif
lama untuk menemukan pelarut organik yang dapat secara efektif melarutkan
senyawa yang akan diisolasi. Pelarut juga harus memiliki titik didih agar tidak mudah
menguap. (Manjang, 2004)
Berdasarkan Materia Medica, parameter simplisia yang baik adalah dengan
mengandung kadar sari larut air ≥ 18,00 dan kadar sari larut etanol ≥ 6,30.

IV. Alat dan bahan


Bahan :
- Simplisia yang akan diuji
- Kloroform
- Aquadest
- Asam klorida encer
- Etanol
- Kertas saring bebas abu
Alat :
- Krus silika
- Tanur (pemanas suhu tinggi)
- Krus kaca masir
- Timbangan analitik
- Erlenmeyer
- Labu besumbat kaca
- Cawan dangkal berdasar rata

V. Prosedur Kerja
Kadar sari larut air

Ditimbang 6 gram simplisia

Ditambahkan 100 ml dan 2 tetes chloroform

Di kocok sesekali selama 6 jam biarkan


selama 18 jam

Saring dan uapkan 20


ml filtrat

Panaskan hingga bobot tetap

Hitung kadar sari larut air


Kadar sari larut etanol

Ditimbang 6 gram simplisia

Ditambahkan 100 ml etanol

Di kocok sesekali selama 6 jam biarkan


selama 18 jam

Saring dan uapkan 20 ml filtrat

Panaskan hingga bobot tetap

Hitung kadar sari larut etanol

VI. Hasil pengamatan


Cawan kosong
- Timbangan ke 1 : 53.260
- Timbangan ke 2 : 53.242
- Timbangan ke 3 : 53.246
R = 53.250

Cawan isi
- Timbangan ke 1 : 53.405
- Timbangan ke 2 : 53.427
- Timbangan ke 3 : 53.413
R = 53.415
Bobot : 0.165
5
100
0.165 x
20
X 100 %=16,5 %
5g

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu penetapan kadar sari dalam pelarut air dan
etanol.
Standarisasi merupakan hal yang penting untuk simplisia dan ekstrak yang
akan digunakan atau dikonsumsi. Parameter standar merupakan suatu metode
standarisasi untuk menjaga kualitas dari suatu simplisia maupun ekstrak. Parameter
standar meliputi parameter standar spesifik dan parameter standar nonspesifik, yang
diujikan terhadap simplisia dan ekstrak. Salah satu parameter standar spesifik untuk
pengujian standar simplisia adalah penetapan kadar sari dalam pelarut tertentu.
Kadar sari larut air dan etanol merupakan pengujian untuk penetapan jumlah
kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam air dan kandungan senyawa yang
dapat terlarut dalam etanol, keduanya merupakan parameter spesifik.
Manfaat dilakukannya penetapan kadar sari yaitu untuk menjamin mutu suatu
simplisia, dimana jika simplisia itu tidak terjamin mutunya maka simplisia tersebut
tidak bisa dilanjutkan ke pengujian selanjutnya, sedangkan jika simplisia tersebut
bermutu baik dan sudah memenuhi syarat, simplisia tersebut bisa dilanjutkan ke
analisis berikutnya yaitu ekstraksi, pemekatan, uji aktivitas, dan penetapan kadar.
Metode penentuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa
aktif yang terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah simplisia. Penentuan kadar sari
juga dilakukan untuk melihat hasil dari ekstraksi, sehingga dapat dilihat pelarut mana
yang cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa tertentu. Prinsip dari ekstraksi
didasarkan pada distribusi terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut
yang tidak saling campur.
Pada praktikum kali ini simplisia yang digunakan yaitu kumis kucing dengan
nama latin Orthosiphon stamineus Benth. Kandungan senyawa metabolit dalam
tanaman kumis kucing adalah minyak atsiri, polifenol, alkaloid, saponin, flavonoid
dan sinensetin. (Robinson, 1995)

Klasifikasi kumis kucing:


Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Tubiflorae
Suku : Labiatae/ Lamiaceae
Marga : Orthosiphon
Jenis : Orthosiphon stamineus Benth.

Beberapa khasiat tanaman kumis yaitu sebagai antioksidan karena


memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dan mempunyai aktivitas hepatoprotektif
karena dapat menurunkan kadar bilirubin pada tikus yang terkena jaundice. Ekstrak
daun kumis kucing juga berfungsi sebagai diuretik yang bermanfaat dalam
pengobatan batu ginjal, pembilasan ginjal dan saluran kemih. Sebagai anti-inflamasi
yang dapat digunakan untuk pengobatan arthritis dan rematik. Daun kumis kucing
juga memiliki sifat hemolitik kuat yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi serta
mengurangi kolesterol.
Langkah pertama untuk menentukan kadar sari yang dilakukan yaitu simplisia
kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) ditimbang sebanyak 5 gram dan
dimasukan ke dalam erlenmeyer, tambahkan 100 ml aquades dan tambahkan 2 tetes
kloroform, ini merupakan air jenuh kloroform. Kloroform digunakan karena kloroform
bisa mencegah terjadinya tumbuh mikroba tersebut dalam sampel yang digunakan.
Kemudian campuran simplisia dan aquades didiamkan selama 24 jam, sesekali
dilakukan pengocokan selama 6 jam pertama dan dibiarkan selama 18 jam. Hal ini
bertujuan agar zat aktif yang terdapat pada simplisia tersebut dapat terekstraksi dan
tertarik oleh pelarut tersebut.
Kemudian setelah 24 jam, simplisia yang terdapat pada erlenmeyer disaring
kemudian diambil 20 ml dan diuapkan. Tujuan dilakukannya penyaringan yaitu untuk
memisahkan sisa-sisa simplisia daun yang ada pada campuran tersebut. Sebelum
melakukan penguapan, ditimbang terlebih dahulu cawan kosong sebanyak 3 kali.
Tujuan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu untuk menentukan bobot konstannya.
Penimbangan pertama 53,260 gram, kedua 53,242 gram, dan ketiga 53,246 gram
dan didapatkan bobot rata-ratanya yaitu 53,249 gram.
Kemudian ditimbang cawan isi ekstrak yang sudah dilakukan penguapan.
Penimbangan pertama menghasilkan berat 53,405 gram, kedua 53,427 gram, dan
ketiga 53,413 gram,sehingga bobot rata-ratanya yaitu 53,415 gram.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan % kadar sari larut air yang
terdapat yaitu 0,165%. Syarat yang tertera di Materia Medika Indonesia yaitu kadar
sari larut air tidak kurang dari 9%. Maka pada percobaan ini, kadar sari larut air tidak
memenuhi syarat simplisia yang baik.
Besar kecilnya hasil penetapan kadar sari dipengaruhi oleh faktor biologi
diantaranya adalah lokasi tumbuhan, periode pemanenan dan umur tumbuhan.
Penyimpanan dan pemanenan yang tidak pada waktunya juga dapat mempengaruhi
kandungan senyawa kimia (Depkes RI, 1997).
Pada praktikum selanjutnya yaitu, kita menentukan kadar sari larut etanol.
Pada uji kadar sari larut etanol pelarut yang digunakan adalah etanol karena etanol
merupakan pelarut universal, pelarut ini dapat melarutkan hampir semua senyawa
organik yang ada pada simplisia (Noviyanti, 2016). Penetapan kadar sari larut etanol
bertujuan untuk mengetahui kadar senyawa yang dapat terlarut di dalam etanol.
Dengan menggunakan simplisia yang sama yaitu kumis kucing.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu simplisia kumis kucing (Orthosiphon
stamineus Benth) ditimbang sebanyak 5 gram dan dimasukan ke dalam erlenmeyer
serta tambahkan 100 ml etanol. Kemudian larutan ini juga didiamkan selama 24 jam
dengan sesekali dilakukan pengocokan 6 jam pertama dan dibiarkan 18 jam. Setelah
24 jam, simplisia yang terdapat pada erlenmeyer disaring dan diambil 20 ml lalu
diuapkan.
Ditimbang terlebih dahulu cawan kosong sebanyak 3 kali. Penimbangan
pertama menghasilkan bobot 56,970 gram, kedua 56,968 gram, dan ketiga 56,968
gram. Sehingga bobot rata-rata yang dihasilkan yaitu 56,968 gram. Kemudian
ditimbang cawan isi (penguapan simplisia 20 ml), penimbangan pertama
menghasilkan bobot 57,005 gram, kedua 57,060 gram, dan ketiga 57,054 gram,
sehingga bobot rata-rata yang dihasilkan yaitu 57,056 gram.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan % kadar sari larut etanol yang
terdapat yaitu 8,7%. Syarat yang tertera di Materia Medika Indonesia yaitu kadar sari
larut etanol yaitu tidak kurang dari 9%. Maka pada percobaan ini, kadar sari larut
etanol tidak memenuhi syarat simplisia yang baik.
Besar kecilnya hasil penetapan kadar sari dipengaruhi oleh faktor biologi
diantaranya adalah lokasi tumbuhan, periode pemanenan dan umur tumbuhan.
Penyimpanan dan pemanenan yang tidak pada waktunya juga dapat mempengaruhi
kandungan senyawa kimia (Depkes RI, 2007).
Senyawa yang diduga tertarik dalam pelarut etanol adalah flavonoid,
monoterpen, sesquiterpen sesuai dengan uji skrining fitokimia. Peningkatan mutu
dan keamanan produk yang diharapkan agar dapat lebih meningkatkan kepercayaan
terhadap manfaat obat yang berasal dari bahan alam
Kadar sari larut air maupun kadar sari larut etanol menunjukkan kandungan
senyawa simplisia yang berada di dalam simplisia ataupun ekstrak yang diduga
berperan dalam menentukan efek tertentu tergantung senyawa yang dikandung.
(Alegantina et al, 2012)

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum ini dapat diketahui dan dapat dipahami bagaimana cara
menentukan kadar sari suatu simplisia baik kadar sari larut air maupun kadar sari larut
etanol dan berdasarkan praktikum kali ini kadar sari larut air dari simplisia kumis kucing
adalah 27% sedangkan untuk kadar sari larut etanol dari simplisia kumis kucing adalah 18%.

IX. Daftar Pustaka


Alegantina, S., Isnawati, A., Widowati, L. 2012. Kualitas Ekstrak Etanol 70%
Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk) Dalam Ramuan Penambah ASI. Jakarta: Pusat
Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan.
Ditjen POM.1997. Materia Medika Indonesia I. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Djarwis, D. 2004. Teknik Penelitian Kimia Organik Bahan Alam. Sumatera
Barat: Universitas Andalas.
Manjang, Y. 2004. Penelitian Kimia Organik Bahan Alam. Sumatera Barat:
Universitas Andalas.
Noviyanti. 2016. Pengaruh Kepolaran Pelarut Terhadap Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Daun Jambu Brazil Batu (Psidium guineense L.) Dengan Metode
DPPH. Jurnal Farmako Bahari.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi VI.
Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Bandung: Institut Teknologi Bandung

X. Lampiran

Kadar sari larut etanol

Simplisia di timbang sebanyak 5 gram.


Ditambahkan air sebanyak 100 ml

ditambahkan 2 tetes chloroform

Lalu dimasukan ke dalam erlenmeyer,


diamkan selama 24 jam, dan 6 jam
pertama sesekali di kocok lalu biarkan
selama 18 jam.

Hasil penyimpanan selama 24 jam

Hasil penyaringan sebanyak 20 ml


Cawan dipanaskan terlebih dahulu ,
dilakukan sebanyak 3 kali.

Setelah dipanaskan, lalu di timbang dan


lakukan sebanyak 3 kali

Selanjutnya, cawan isi simplisia yang


sudah disaring sebanyak 20 ml
dipanaskan , dilakukan sebanyak 3 kali
pemanasan

Hasil pemanasan yang sudah diuapkan.

Hasil pemanasan lalu di timbang dan


dilakukan sebanyak 3 kali.
Kadar sari larut etanol

Simplisia di timbang sebanyak 5 gram.

Ditambahkan etanol sebanyak 100 ml

Lalu dimasukan ke dalam erlenmeyer,


diamkan selama 24 jam, dan 6 jam
pertama sesekali di kocok lalu biarkan
selama 18 jam.

Hasil penyimpanan selama 24 jam


Dilakukan penyaringan

Hasil penyaringan sebanyak 20 ml

Cawan dipanaskan terlebih dahulu ,


dilakukan sebanyak 3 kali.

Setelah dipanaskan, lalu di timbang dan


lakukan sebanyak 3 kali
Selanjutnya, cawan isi simplisia yang
sudah disaring sebanyak 20 ml
dipanaskan , dilakukan sebanyak 3 kali
pemanasan

Anda mungkin juga menyukai