Anda di halaman 1dari 7

PENETAPAN KADAR SARI

Tujuan Percobaan
Menentukan kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol dari simplisia Tinospora
crispa (Bratawali)

Teori Dasar
Kadar sari
merupakanmetodekuantitatifuntukmenentukanjumlahkandungandapatbersaridalamp
elaruttertentu. Metodeinidigunakanuntuksimplisia yang
tidakmempunyaicaramemadaibaikkimiaataupunbiologiuntukpenentuankonstituenaktif
nya. Uji kadar sari dari suatu simplisisa dimaksudkan agar dapat memberikan
gambaran awal sejumlah kandungan, dengan cara melarutkan ekstrak sediaan
dalam pelarut organik tertentu (etanol atau air). Penentuan kadar sari berguna untuk
menjaga mutu dari simplisia agar sesuai dengan standar atau persyaratan monografi
dari simplisia yang diuji.
Dalam menetapkan besarnya kadar sari yang terkandung dalam bahan obat
tradisional (ekstrak) dilakukan beberapa kali penimbangan hingga diperoleh bobot
tetap/konstan. Bobot konstan yang dimaksud adalah dua kali penimbangan berturut-
turut berbeda tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang.

Alat dan Bahan


Alat : Bahan:
Labu Erlenmeyer Aquadest
Cawan Penguap Etanol
Kertas saring Kloroform
Gelas Ukur Simplisia Bratawali (Tinospora crispa)
Orbital Shaker

Prosedur Percobaan
 Penetapan Kadar sari larut dalam air
Dikeringkan serbuk (4/18) diudara

Ditimbang 5 gram serbuk

Dilarutkan dalam 100 mL air Kloroform dan dimaserasi selama 24 jam

Diletakkan pada Orbital Shaker 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18 jam

Disaring dan diuapkan 20 mL filtrat hingga kering pada cawan penguap

Dipanaskan hingga suhu 105 °C hingga bobot tetap

Dihitung dalam persen sari yang larut dalam air terhadap bahan yang telah
dikeringkan diudara

 Penetapan kadar sari larut dalam etanol


Dikeringkan serbuk (4/18) diudara

Ditimbang 5 gram serbuk

Dilarutkan dalam 100 mL etanol 95% dan dimaserasi selama 24 jam

Diletakkan pada Orbital Shaker 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18 jam

Disaring dan diuapkan 20 mL filtrat hingga kering pada cawan penguap

Dipanaskan hingga suhu 105 °C hingga bobot tetap

Dihitung dalam persen sari yang larut dalam etanol terhadap bahan yang telah
dikeringkan diudara
Data dan pengolahan data
Penetapan Kadar Sari Larut Air
Berat cawan kosong = 92,3043 g (X gram)
Berat ekstrak akhir + cawan = 92,4108 g (Y gram)
Berat simplisia awal =5g
(Y−X)
%= x Faktor Koreksi x 100 % (% b/b)
g simplisia awal
(92,4108−92,3043)g 100 mL
%= x x 100 % (% b/b)
5g 20 mL

=10,65 %

Penetapan Kadar Sari Larut Etanol


Berat cawan kosong = 71,7483 g (X gram)
Berat ekstrak akhir + cawan = 71,8139 g (Y gram)
Berat simplisia awal =5g
(Y−X)
%= x Faktor Koreksi x 100 % (% b/b)
g simplisia awal
(71,8139−71,7483)g 100 mL
%= x x 100 % (% b/b)
5g 20 mL

=6,56 %

Pembahasan
Kadar sari merupakan metode kuantitatif untuk menunjukkan jumlah
kandungan dapat bersari dalam pelarut tertentu. Metode ini digunakan untuk
simplisia yang tidak ada cara memadai baik kimia atau biologi untuk penentuan
konstituen aktifnya. Penentuan kadar sari dapat dilakukandengan cara melarutkan
ekstrak sediaan dalam pelarut organik tertentu seperti etanol,air dan eter.Kadar sari
larut dalam berbagai macam pelarut (etanol,air,eter) berdasarkan prinsip like
dissolve likeyaitu selektivitas sifat kepolaran dari sari dalam simplisia untuk terlarut/
tersari kedalam pelarut yang sesuai dengan kepolarannya.
Pada percobaan penentuan kadar sari larut air dan etanol mula mula ditimbang
simplisia masing-masing 5 gram. 5 gram simplisia dilarutkan kedalam 100 mL air
klofoform dan 5 gram lagi dilarutkan kedalam etanol 95%. Air kloroform dibuat
dengan cara menambahkan 2mL kloroform pada 1L aquadest. Pada
percobaan,karena pelarut yang digunakan 100mL maka kloroform yang
ditambahkan sebanyak 0,2 mL atau ± 3-4 tetes. Kloroform ditambahkan kedalam
pelarut air bertujuan untuk menghambat pertumbuhan mikroba,karena air
merupakan media pertumbuhan yang cocok bagi mikroba/jamur. Sedangkan pada
pelarut etanol tidak ditambahkan kloroform karena etanol 95% sudah merupakan
antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh mikroba dengan cara menggumpalkan
protein dalam selnya.
Setelah dilarutkan kedalam masing-masing pelarut,simplisia dimaserasi,
diletakkan pada orbital shaker selama 6 jam,kemudian didiamkan selama 18 jam.
Maserasi merupakan salah satu cara ekstraksi. Istilah maseration berasal dari
bahasa latin macere, yang artinya merendam.Jadi maserasi dapat diartikan sebagai
proses dimana zat direndam dalam pelarut sampai meresap dan melunakan
susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut.
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperatur
kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel tanaman melewati
dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
didalam sel dengan diluar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak
keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa
tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel dan
larutan diluar sel. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung
zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lain-
lain.Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut
lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang,
dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan
sederhana dan mudah diusahakan, sedangkan kerugian cara ini adalah
pengerjaanya lama, dan penyariannya kurang sempurna.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi sebagai berikut :
 Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada
suhu 40°-50° C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat
aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan akan diperoleh
keuntungan antara lain: kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan
berkurangnya lapisan-lapisan batas, daya melarutkan cairan penyari akan
meningkat, sehingga pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan
pengadukan, koefisien difusi perbandingan lurus dengan suhu absolut dan
berbandingan terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh
pada kecepatan difusi, dan umumnya kelarutan zat aktif akan meingkat bila suhu
dinaikkan.
 Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu
dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan penyari yang menguapakan
kembali ke dalam bejana.
 Maserasi dengan mesin pengaduk. Penggunaan mesin pengaduk yang berputar
terus menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menadi 6 sampai 24 jam.
 Remaserasi yaitu cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi
dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas
dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
 Maserasi melingkar yaitu maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar
cairan penyari selalu bergerak dan menyebar, dengan cara ini penyari selalu
mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan
melarutkan zat aktifnya Sedangkan pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat
dilaksanakan secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila
keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar
bertingkat.
Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air,
etanol, etanol-air atau eter. Pada percobaan kali ini digunakan pelarut air dan etanol.
 Air
Air dipertimbangkan sebagai penyari karena: murah dan mudah diperoleh, stabil,
tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar,dan tidak beracun. Kerugian
penggunaan air sebagai penyari: tidak selektif, sari dapat ditumbuhi kapang dan
kuman serta cepat rusak, dan untuk pengeringan diperlukan waktu lama
Air disamping melarutkan garam alkaloid, minyak menguap, glikosida, tanin dan
gula, juga melarutkan gom, pati, protein, lendir, enzim, lilin, lemak, pectin, zat warna
dan asam organik, dengan demikian penggunaan air sebagai cairan penyari kurang
menguntungkan. Disamping zat aktif ikut tersari juga zat lain yang tidak diperlukan
atau malah mengganggu proses pembuatan sari seperti gom, pati, protein, lemak,
enzim, lendir dan lain-lain.Air merupakan tempat tumbuh bagi kuman, kapang dan
khamir, karena itu pada pembuatan sari dengan air harus ditambah zat pengawet.
 Etanol

Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena: lebih selektif, kapang dan


kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun, netral, absorbsinya
baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan, dan panas
yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Sedangkan, kerugiannya adalah
bahwa etanol mahal harganya. Etanol dapat melarutkan alkaloida basa, minyak
menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, dammar dan
klorofil. Lemak, malam, tannin, dan saponin hanya sedikit larut hanya terbatas.

Gambar. Prosedur Penetapan Kadar sari di Farmakope Herbal

Setelah dimaserasi selama 24 jam,disaring dan diuapkan 20 mL filtrat sampai


kering pada cawan penguap dan kemudian dipanaskan pada suhu 105°C hingga
bobot tetap. Bobot tetap yang dimaksud adalah dua kali penimbangan berturut-turut
berbeda tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram yang ditimbang.
Simplisia yang ditentukan kadar sari larut air dan kadar sari larut pada
praktikum kali ini adalah bratawali (Tinospora crispa) dari famili Menispermaceae.
Tinospora crispamemiliki kandungan alkaloid kuarterner; N-asetilnornusiferin, N-
formil-annonain; N-formil-nornusiferin; alkaloid berberin hanya ditemukan pada akar
akan tetapi tidak ditemukan pada daun dan batang.Di samping itu ditemukan pula
suatu glikosida furanoditerpen yang berasa pahit. N-trans-Feruloil-tiramin, N-cis-
Feruloilti-ramin, Tinotuberida, Borapetosida A, Borapetol, Tinosporin, Tinospori-dina
Dari hasil percobaan didapatkan persen sari larut air adalah 10,65 % dan
untuk persen kadar sari larut etanol adalah 5,65 %.
Kesimpulan
Persen sari larut air adalah 10,65 % (b/b) dan persen sari larut etanol adalah 5,65 %
(b/b).

Daftar Pustaka
Depkes RI,2009,Farmakope Herbal Indonesia,Jakarta. (Halaman 173)
Windholz, Martha (1976). The Merck index: an encyclopedia of chemicals and drugs

(ed. 9th). Rahway, N.J., U.S.A: Merck. (ISBN 0-911910-26-3)

Anda mungkin juga menyukai